Peredaran Mirasantika di Jawa Timur Bahan Pemula Narkoba ... · Jalur per-edaran yang paling subur...

2
6 MPA 306 / Maret 2012 Peredaran Narkoba di Jawa Ti- mur, kini semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data Narkoba Polda Ja- tim pada 2011, telah berhasil diung- kap 2.793 kasus. Jumlah ini mening- kat 31,19 % dibanding tahun sebe- lumnya, yaitu 2.129 kasus. Jalur per- edaran yang paling subur terletak di Kota Malang dan Surabaya. Kota Pahlawan menjadi daerah rawan peredaran gelap Narkoba di Ja- tim, mengingat Surabaya adalah pintu masuknya Jatim karena memiliki Ban- dara Juanda dan Pelabuhan. Polresta- bes Surabaya mencatat ada 246 ka- sus Narkoba dengan 308 tersangka pada tahun 2010. Dari 308 tersangka, 6 orang berusia antara 15-19 tahun, 51 tersangka berusia 20-24 tahun dan 251 tersangka berusia 25-64 tahun. Jumlah barang bukti yang disita ada- lah sabu seberat 1528,67 gr, 2.606 bu- tir ekstacy dan 631,11 gr ganja. Pada tahun 2011, angka kasus Narkoba di Sura- baya meningkat pesat. Di tahun itu, sedikitnya ada 722 kasus Narkoba dengan 912 tersangka. 32 orang ter- sangka berusia antara 15-19 tahun, 102 tersangka berusia 20-24 tahun dan 777 tersangka berusia 25-64 ta- hun. Yang mengejutkan, ada 1 ter- sangka yang masih berusia di bawah 15 tahun. Jumlah barang bukti yang disita adalah Sabu seberat 1.015,993 gr, 31.087,35 butir ekstacy, 1.591,84 gr ganja, 1,88 gr Putaw, 73.681 obat keras lain, 269 Narkoba golongan IV dan 983 botol miras. Badan Narkotika Kota (BNK) Surabaya mencatat jumlah korban pe- nyalahgunaan Narkoba pada tahun 2011 yang tengah menjalani proses rehabilitasi di sejumlah tempat di Su- rabaya sejumlah 2.065 klien. Banyak- nya kasus penyalahgunaan Narkoba pun berdampak pada meningkatnya persebaran penyakit HIV/AIDS. Baik itu dilakukan lewat kegiatan seks be- bas setelah menggunakan Narkoba maupun lewat penyalahgunaan Nar- koba dengan jarum suntik. Data yang dilansir oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya menye- butkan bahwa dalam kurun 15 tahun terakhir (1996-2011) telah ditemukan 3.051 pasien HIV dan 2.525 pasien AIDS. Di tahun 2011 saja, terdapat 811 pasien HIV/AIDS. 71 diantaranya tertular lewat penggunaan jarum sun- tik, 652 lewat hubungan seks hetero- seksual dan 76 hubungan seks homo- seksual. Maraknya kasus penyalahgu- naan Narkoba dengan segala resiko- nya, telah menarik minat Mila M. Djamhari, S.Sos untuk terjun berga- bung sebagai relawan DPC Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Kota Surabaya. Pada tahun 2002, juga telah didirikanlah Drug Free Commu- nity. Penggunaan nama ini adalah se- bagai identitas kebanggaan bagi rela- wan yang sebagian besar adalah anak muda. Drugs Free Community (DFC), akhirnya dideklarasikan men- jadi komunitas anti Narkoba yang ter- pisah dari DPC GRANAT Kota Sura- baya pada tanggal 5 Oktober 2007 de- ngan Mila terpilih sebagai leadernya. Komunitas ini fokus pada pena- nganan rehabilitasi bagi pengguna narkoba. “Hal ini perlu ditingkatkan dengan berkaca pengalaman negara lain yang mampu menurunkan kecan- duan narkoba dengan fokus pada ke- sehatan,” ujar perempuan kelahiran Surabaya 13 Maret 1972 ini. Menurutnya, upaya rehabilitasi atau fokus pada bidang kesehatan itu penting bagi penanggulangan Narkoba. Karena hanya tujuh persen pengguna Narkoba yang mencapai tahap kecan- duan dan 27 persen pengguna Narkoba yang bersifat rutin. Edukasi bahaya Narkoba sa- ngatlah penting. Sebab saat ini, ko- munitas pecandu bisa mendapatkan prekursor – zat/bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psi- kotropika – di apotek secara legal. Obat-obat itu sebenarnya adalah un- tuk terapi medis, tapi kerap disalah- gunakan. “Meski pemerintah telah melakukan pengawasan ketat de- ngan adanya PP No. 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor, mereka selalu saja punya cara untuk mendapatkan ba- rang itu di apotek dengan mudah,” jelasnya. Karenanya, masyarakat perlu mengetahui beberapa jenis tanda yang terdapat dalam kemasan obat. Penandaan itu menunjukkan golong- an obat, yang terkait dengan berbagai ketentuan yang mengaturnya. Peng- golongan tersebut terdapat dalam Permenkes No. 917/MENKES/PER/ Peredaran Mirasantika di Jawa Timur Bahan Pemula Narkoba Terjual Legal di Apotek Aparat kepolisian sibuk melakukan razia minuman keras di berbagai tempat

Transcript of Peredaran Mirasantika di Jawa Timur Bahan Pemula Narkoba ... · Jalur per-edaran yang paling subur...

Page 1: Peredaran Mirasantika di Jawa Timur Bahan Pemula Narkoba ... · Jalur per-edaran yang paling subur terletak di ... Obat Keras, Hanya Untuk Bagian Luar Badan. ... Distribusi obat dalam

6 MPA 306 / Maret 2012

Peredaran Narkoba di Jawa Ti-mur, kini semakin mengkhawatirkan.Berdasarkan data Narkoba Polda Ja-tim pada 2011, telah berhasil diung-kap 2.793 kasus. Jumlah ini mening-kat 31,19 % dibanding tahun sebe-lumnya, yaitu 2.129 kasus. Jalur per-edaran yang paling subur terletak diKota Malang dan Surabaya.

Kota Pahlawan menjadi daerahrawan peredaran gelap Narkoba di Ja-tim, mengingat Surabaya adalah pintumasuknya Jatim karena memiliki Ban-dara Juanda dan Pelabuhan. Polresta-bes Surabaya mencatat ada 246 ka-sus Narkoba dengan 308 tersangkapada tahun 2010. Dari 308 tersangka,6 orang berusia antara 15-19 tahun,51 tersangka berusia 20-24 tahun dan251 tersangka berusia 25-64 tahun.Jumlah barang bukti yang disita ada-lah sabu seberat 1528,67 gr, 2.606 bu-tir ekstacy dan 631,11 gr ganja.

Pada tahun 2011, angka kasusNarkoba di Sura-baya meningkatpesat. Di tahun

itu, sedikitnya ada 722 kasus Narkobadengan 912 tersangka. 32 orang ter-sangka berusia antara 15-19 tahun,102 tersangka berusia 20-24 tahundan 777 tersangka berusia 25-64 ta-hun. Yang mengejutkan, ada 1 ter-sangka yang masih berusia di bawah15 tahun. Jumlah barang bukti yangdisita adalah Sabu seberat 1.015,993gr, 31.087,35 butir ekstacy, 1.591,84gr ganja, 1,88 gr Putaw, 73.681 obatkeras lain, 269 Narkoba golongan IVdan 983 botol miras.

Badan Narkotika Kota (BNK)Surabaya mencatat jumlah korban pe-nyalahgunaan Narkoba pada tahun2011 yang tengah menjalani prosesrehabilitasi di sejumlah tempat di Su-rabaya sejumlah 2.065 klien. Banyak-nya kasus penyalahgunaan Narkobapun berdampak pada meningkatnyapersebaran penyakit HIV/AIDS. Baikitu dilakukan lewat kegiatan seks be-bas setelah menggunakan Narkobamaupun lewat penyalahgunaan Nar-koba dengan jarum suntik.

Data yang dilansir oleh DinasKesehatan Kota Surabaya menye-butkan bahwa dalam kurun 15 tahunterakhir (1996-2011) telah ditemukan3.051 pasien HIV dan 2.525 pasien

AIDS. Di tahun 2011 saja, terdapat811 pasien HIV/AIDS. 71 diantaranyatertular lewat penggunaan jarum sun-tik, 652 lewat hubungan seks hetero-seksual dan 76 hubungan seks homo-seksual.

Maraknya kasus penyalahgu-naan Narkoba dengan segala resiko-nya, telah menarik minat Mila M.Djamhari, S.Sos untuk terjun berga-bung sebagai relawan DPC GerakanNasional Anti Narkotika (Granat)Kota Surabaya. Pada tahun 2002, jugatelah didirikanlah Drug Free Commu-nity. Penggunaan nama ini adalah se-bagai identitas kebanggaan bagi rela-wan yang sebagian besar adalahanak muda. Drugs Free Community(DFC), akhirnya dideklarasikan men-jadi komunitas anti Narkoba yang ter-pisah dari DPC GRANAT Kota Sura-baya pada tanggal 5 Oktober 2007 de-ngan Mila terpilih sebagai leadernya.

Komunitas ini fokus pada pena-nganan rehabilitasi bagi penggunanarkoba. “Hal ini perlu ditingkatkandengan berkaca pengalaman negaralain yang mampu menurunkan kecan-duan narkoba dengan fokus pada ke-sehatan,” ujar perempuan kelahiranSurabaya 13 Maret 1972 ini.

Menurutnya, upaya rehabilitasiatau fokus pada bidang kesehatan itupenting bagi penanggulangan Narkoba.Karena hanya tujuh persen penggunaNarkoba yang mencapai tahap kecan-duan dan 27 persen pengguna Narkobayang bersifat rutin.

Edukasi bahaya Narkoba sa-ngatlah penting. Sebab saat ini, ko-munitas pecandu bisa mendapatkanprekursor – zat/bahan pemula ataubahan kimia yang dapat digunakandalam pembuatan Narkotika dan Psi-kotropika – di apotek secara legal.Obat-obat itu sebenarnya adalah un-tuk terapi medis, tapi kerap disalah-gunakan. “Meski pemerintah telahmelakukan pengawasan ketat de-ngan adanya PP No. 44 Tahun 2010Tentang Prekursor, mereka selalu sajapunya cara untuk mendapatkan ba-rang itu di apotek dengan mudah,”jelasnya.

Karenanya, masyarakat perlumengetahui beberapa jenis tandayang terdapat dalam kemasan obat.Penandaan itu menunjukkan golong-an obat, yang terkait dengan berbagaiketentuan yang mengaturnya. Peng-golongan tersebut terdapat dalamPermenkes No. 917/MENKES/PER/

Peredaran Mirasantika di Jawa TimurBahan Pemula Narkoba Terjual Legal di Apotek

Aparat kepolisian sibuk melakukan razia minuman keras di berbagai tempat

01 LAYOUT A (MART 2012) - HAL 1 sd 19.pmd 2/28/2012, 7:46 PM6

Page 2: Peredaran Mirasantika di Jawa Timur Bahan Pemula Narkoba ... · Jalur per-edaran yang paling subur terletak di ... Obat Keras, Hanya Untuk Bagian Luar Badan. ... Distribusi obat dalam

7MPA 306 / Maret 2012

X/1993.Pertama, Obat Bebas yang me-

rupakan obat yang bisa dibeli tanparesep dokter dan bisa dijual di apotekmaupun toko obat. Golongan obat iniditandai dengan lingkaran hijau de-ngan garis tepi berwarna hitam. Ke-dua, Obat Bebas Terbatas. Tandanyaberupa lingkaran biru dengan garistepi berwarna hitam, dan disertai salahsatu di antara 6 jenis peringatan se-bagai berikut: P No. 1, Awas! ObatKeras, Bacalah Aturan Memakainya.P No. 2, Awas! Obat Keras, HanyaUntuk Kumur, Jangan Ditelan. P No.3, Awas! Obat Keras, Hanya UntukBagian Luar Badan. P No. 4, Awas!Obat Keras, Hanya Untuk Luka Bakar.P No. 5, Awas! Obat Keras, Tidak Bo-leh Ditelan. P No. 6, Awas! Obat Ke-ras, Obat Wasir, Jangan Ditelan. Go-longan ini sebenarnya termasuk obatkeras, namun hingga batas tertentubisa diperoleh di apotek tanpa resepdokter.

Ketiga, Obat Keras atau disebutjuga obat golongan G (Gevaarlijk:berbahaya) atau Ethical. Ditandaidengan lingkaran merah dengangaris tepi berwarna hitam, serta hurufK berwarna hitam. “Semua jenis psi-kotropika dan antibiotik termasuk da-lam golongan ini. Sesuai dengan per-aturan yang berlaku, hanya bisa di-beli dengan resep dokter,” paparnya.

Dan keempat, Obat GolonganNarkotika. Tanda yang diberikan un-tuk obat golongan narkotika adalahlingkaran berwarna putih, dengan pa-lang merah di dalamnya. Distribusiobat dalam golongan ini diawasi se-cara ketat karena rawan penyalahgu-naan sehingga hanya bisa dibeli de-ngan resep asli. Untuk pengobatanrutin, salinan resep bisa digunakandi apotek yang menyimpan resep asli-nya. Contoh narkotika yang dijual diapotek adalah codein dan kamlet.“Untuk ngeflay, mereka hanya butuhobat tertentu dengan ditambah de-ngan kamlet (sejenis obat penenang),”jelas wanita yang juga aktif sebagaifasilitator di ACM (After Care Maha-meru) ini.

Makin maraknya peredaran danpengguna Narkoba di Jawa Timur ini,laik membuat AKBP Roetji Roeshar-janto mengurut dada. Apalagi peng-gunanya merata mulai dari kelas ba-wah sampai kelas atas. Tapi semuaitu berpulang kembali pada sisi men-talitas manusianya sendiri. Kalau

pribadinya kuat, mereka akan dapatterhindar. Tapi kalau jiwanya rapuh,ingin menyelesaikan persoalan de-ngan sesaat, tentu Narkobalah yangmenjadi jalan pintasnya. “Tak meme-cahkan persoalan, tapi hanya bisamenghilangkannya sesaat,” tukas-nya.

Di sisi lain, biasanya karena fak-tor lingkungan. Meski dari kelas eko-nomi bawah, kalau dirayu dan ingincoba-coba akhirnya ketagihan juga.Ketika dirinya sudah merasa ketagih-an narkotika inilah, yang menggiring-nya terjun ke dunia kriminal. Mula-mula diawali dari barang-barang milikkeluarga sendiri. Lalu merembet kebarang milik teman dan tetangga, danseterusnya merambah ke barang-ba-rang milik siapapun. “Orang yang su-dah seperti itu, akan melakukan apa-pun untuk mendapatkan narkotika.Jadi, narkotika itu merusak moral,”tandas Kalakhar (Kepala PelaksanaHarian) BNP Jatim ini.

Sementara yang bisa dilakukanBadan Narkotika Provinsi Jawa Timursendiri, adalah melakukan sosialisasipencegahan melalui sekolah dankampus, para pemuka agama, tokohmasyarakat, RT/RW, PKK, TNI/Polridan segala lapisan masyarakat. Sosi-alisasi semacam ini penting dilaku-kan, mengingat Jawa Timur merupa-kan daerah peredaran Narkoba ter-tinggi se Nusantara. Terbukti, ter-sangka penyalahgunaan Narkoba diJawa Timur mencapai 3.801 orang. Itusejumlah 0,2 persen dari pendudukJawa Timur. Jumlah itu sudah kebi-lang banyak jika dibandingkan de-ngan daerah-daerah lain.

Untuk menguranginya, disam-ping memutus rantai tersebut melaluipenyuluhan pihak BNP Jatim jugaakan menyelenggarakan penilaiankampung anti Narkoba. “Pada tahunini juga akan kami lakukan penilaiankampus atau sekolah anti Narkoba.Kami sudah menyiapkan buku pandu-annya,” ujar pria kelahiran Surabayapada Januari 1964 ini.

Pihaknya juga melakukan koor-dinasi dengan lembaga pemasyara-katan. Ini merupakan langkah untukmengetahui kondisi mantan penya-lahguna Narkoba setelah direhabi-litasi di lembaga tersebut. Setelah di-lakukan tes urine di Malang, Pame-kasan, Madiun, Porong, dan jugaMedaeng, hasilnya ternyata nihil. “Inimenunjukkan bahwa pembinaan di

lapas banyak mengalami kemajuan,”simpulnya. “Tiap lapas kami telah me-lakukan tes urine kepada seratus o-rang secara acak. Itupun kami laksa-nakan tanpa pemberitahuan kepadaLP melainkan koordinasi hanya de-ngan Depkumham,” tambahnya me-yakinkan.

Meski demikian, lelaki yang be-sar hidup di Malang ini tetap meng-harapkan keterlibatan masyarakatuntuk melakukan pencegahan. Seti-daknya masyarakat mau mendukung-nya dengan tidak coba-coba meng-gunakan Narkoba. “Jika ada anggotamasyarakat yang menggunakan Nar-koba, tolong laporkan kepada kami.Dan kami akan langsung menerus-kannya ke pihak kepolisian,” tukas-nya bernada janji.

Sedangkan bagi yang terlanjurterjangkiti Narkoba, dirinya berharapagar segera melakukan rehabilitasi. Didalam UU juga disebutkan bahwa kor-ban penyalahguna wajib direhabili-tasi. Untuk hal tersebut BNP Jatimberkoordinasi dengan beberapa ru-mah sakit daerah; seperti Dr. Soeto-mo Surabaya, RSU Dr. Saiful AnwarMalang, RSU Dr. Sudono Madiun,RSJ Menur Surabaya dan juga rumahsakit lainnya. “Kami siap mendampi-ngi dan menurutinya untuk direhabi-litasi di rumah sakit, pondok pesan-tren atau tempat rehabilitasi lainnya,”tuturnya serius.

Dengan adanya rehabilitasi ter-sebut, dari tahun ke tahun penggunaNarkoba di Jawa Timur menjadi ber-kurang. Pada tahun 2010 ada seba-nyak 1.400-an, dan di tahun 2011 me-ngalami penurunan menjadi hanya700-an. Rata-rata rehabilitasi ber-langsung satu tahun. Dan yang pal-ing banyak melakukan rehabilitasi diRSU Dr. Soetomo dan RSJ Dr. Radji-man Lawang.

AKBP Roetji Roesharjanto me-ngingatkan, agar masyarakat mengu-atkan mentalitas keluarganya. Sebabpenyebab utama pengguna Narkobakerap berpulang pada persoalan ke-luarga. Banyak anak yang brokenhome karena percekcokan ayah-ibu-nya sehingga mereka mencari kepu-asan di luar rumah. “Maka bentengi-lah kelabilan psikologis anak-anak dirumah dengan kepribadian yang ku-at. Sebab kalau di rumah kuat, merekaakan jauh dari Narkoba,” tandasnya.

Laporan: Dedy Kurniawan,Muhammad Hisyam (Surabaya).

01 LAYOUT A (MART 2012) - HAL 1 sd 19.pmd 2/28/2012, 7:46 PM7