Makalah Neuromuskular

49

Click here to load reader

description

Isnak

Transcript of Makalah Neuromuskular

Page 1: Makalah Neuromuskular

PENANGANAN PASIEN SISTEM NEUROMUSKULAR

MIASTENIA GRAVIS

A. Miastenia Gravis

Miastenia Gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskular pada

otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunter). Karakteristik yang

muncul berupa kelemahan yang berlebihan, dan umumnya jadi kelelahan pada otot-otot

volunteer dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf kranial. Serangan dapat terjadi

dibeberapa usia, ini terlihat paling sering pada wanita antara 15 sampai 35 tahun dan pada

pria sampai 40 tahun.

1) Patofisiologi

Dasar ketidaknormalan pada myasthenia gravis adalah adanya kerusakan pada transmisi

impuls saraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor

normal membran postsinaps pada sambungan muscular. Penelitian memperlihatkan

adanya penurunan 70% sampai 90% reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuskular

setiap induvidu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimunyang

bersikap langsung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak transmisi

neuromuskular.

2) Manifestasi Klinis

Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrim dan mudah mengalami kelelahan,

yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan berkurang setelah istirahat. Pasien

dengan penyakit ini mengalami kelelahan hanya karena peggunaan tenaga yang sedikit

seperti menyisir rambut, mengunyah dan berbicara, dan harus menghentikan segalanya

untuk istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai dengan otot yang terpengaruh. Otot-

otot simetris terkena, umunya dihubungkan dengan syaraf kranial . karena otot-otot

ocular terkena, maka gejala awal yang muncul adalah diplopia (penglihatan ganda) dan

ptosis (jatuhnya kelopak mata). Ekspresi wajah pasien yang sedang tidur terlihat seperti

Page 2: Makalah Neuromuskular

patung, hal ini disebabkan karena otot wajah terkena. Pengaruhnya terhadap laring

menyebabkan disfonia (gangguan suara) dalam membentuk bunyi suara hidung atau

kesukaran dalam pengucapan kata-kata. Kelemahan pada otot-otot bulbar menyebabkan

masalah mengunyah dan menelan dan adanya bahaya tersedak dan aspirasi. Beberapa

pasien sekitar 15% sampai 20% mengeluh lemah pada tangan dan otot-otot lengan, dan

biasanya berkurang, pada otot kaki mengalami kelemahan, yang membuat pasien jatuh.

Kelemahan diafragma dan otot-otot interkotal progresif menyebabkan gawat nafas, yang

merupakan keadaan darurat akut.

3) Evaluasi Diagnotik

Tanda dan gejala miastenia grafis kadang-kadang sangat tersembunyi dimana diagnosis

diperkirakan dpat dibuat berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Injeksi

endrofonium (Tensilon), merupakan midikasi yang memudahkan tranmisi impuls

sambungan mioneural, yang digunakan untuk menggunakan diagnose. Dalam 30 detik

setelah injeksi intravena endrofonium, pada banyaknya pasien miastenia grafis

mengalami peningkatan yang banyak sekali tetapi hanya sementara waktu. Peningkatan

kekuatan otot muncul setelah pengobatan agens-agens tes positf ini dan selalu digunakan.

Munculnya antibodi anti-AChR dalam serum pasien mendekati 90% pasien dengan

sebagian besar miastesia dan sekitar 70% dari gejala terbatas pada otot-otot (bentuk

okular).

Elektromiografi (EMG) digunakan untuk mengukur potensial sel otot terapi tidak

menunjukkan diagnostik khusus untuk miastenia gravis.

4) Penatalaksanaan

Penatalaksaan miastenia gravis ditentukan dengan meningkatkan fungsi pengobatan pada

obat antikolinesterase dan menurunkan serta mengeluarkan sirkulasi antibody. Terapi

mencakup agens-agens antikolinesterase dan terap imunosupersif, yang terdiri dari

plasmaferesis dan timektomi.

Page 3: Makalah Neuromuskular

Agens-agens antikolinesterase. Obat ini beraksi dengan meningkatkan konsentrasi

aselkolin yang relatif tersedia persimpangan neoromukular. Mereka diberikan respon

otot-otot terhadap impuls syaraf dan meningkatkan kekuatan otot. Kadang-kadang

mereka diberika hanya mengurangi simptomatik.

Obat-obatan dalam pengobatan digunakan piridostigmin bromide (Mestinon),

ambenonium klorida (Mytelase), neotigmin bromide (Prostigmine).

Banyak pasien yang lebih suka pada piridostigmin karena obat ini menghasilkan efek

samping yang sedikit. Dosis ditingkatkan berangsur-angsur sampai tercapai hasil

maksimal yang dihasilkan (bertambahnya kekuatan, berkurangnya kelelahan) walaupun

kekuatan normal tidak dapat tercapai dan pasien tidak mempunyai kekuatan beradaftasi

terhadap beberapa ketidakmampuan.

Obat-obat antikolinesterase diberikan dengan susu krekers, atau substansi penyangga

makanan lainnya. Efeksamping mencakup kram abdominal, mual, muntah, dan diare.

Dosis kecil antrofin, diberikan 1 atau 2 kali sehari, dapat menurunkan atau mencegah

efek samping. Efeks samping lain antikolinesterase mencakup efek samping pada otot-

otot skelet, seperti adanya fasikulasi dalam (kedutan halus), spasme otot dan kelemahan.

Pengaruh terhadap system saraf terdiri dari pasien cepat marah, cemas, insomnia (tidak

dapat tidur), sinkope atau pusing, kejang dan koma. Peningkatan eksjresi dan salifa dan

keringat. meningkatkan sekresi bronkial dan kulit lembab, dan gajala-gejala ini sebaiknya

juga dicatat.

Terapi imunosuprosif ditentukan untuk tujuan menurunkan produksi antibodi anti

reseptor atau mengeluarkan langsung melalui perubahan plasma. Terapi imonusupresi

mencakup kortikostiroid, plasmaferesis dan timektomi. Terapi kostikostiroid dapat

menguntungkan pasien dengan miastenia yang pada umunya berat. Kortikostiroid

digunakan mereka dengan efek terjadinya penekanan respons umum pasien, sehingga

menurunkan jumlah penghambatan antibodi. Dosis antikholinesterase diturunkan sambil

kemammpuan pasien untuk mempertahankan respirasi efektif dan kemampuan menelan

dipantau. Dosis steroid berangsur-angsur ditingkatkan dan obat antikholinesterase

diturunkan dengan lambat.

Page 4: Makalah Neuromuskular

Prednison, digunakan dalam beberapa hari untuk menurunkan iniden efek samping, dan

terlihat dengan sukses adanya penekanan penyakit. Kadang-kadang pasien

memperlihatkan adanya penurunan kekuatan otot setelah terapi dimulai, tetapi ini

biasanya hanya sementara. Pada perawatan dirumah sakit, pasien dapat diberikan bel

pemanggil yang dugunakan dalam situasi darurat dan harus dipantau ketat tentang adanya

tanda-tanda gawat nafas.

Obat sitotoksik juga diberikan. Walaupun mekanisme aksi yang muncul tidak

sepenuhnya dimengerti, namun obat-obatan seperti azatioprin (imuran) dan siklofosfamid

(Cytoxan) menurunksn titer sirkulasi antesetilkolin pada reseptor antibodi. Efek samping

yang muncul kadang-kadang terjadi hanya pasien dengan penyakitn berat saja yang

diobati dengan obat-obatan ini.

Pertukaran plasma (plasmaferesis) adalah teknik yang memungkinkan pembuangan

selektif plasma dan komponen plasma lain. Sel-sel yang sisa kembali dimasukkan.

Pertukaran plasma menghasilkan reduksi sementara dalam titer sirkulasi antibodi. Proses

ini mempunyai pengaruh yang hebat pada pasien tetapi tidak mengobati keadaan

abnormal (mengahasilkan antireseptor antibodi) sampai waktu yang panjang.

5) Penatalaksanaan Pembedahaan

Pada pasien miastenia gravis timus tampak terlibat dalam proses produksi antibodi AchR.

Timektomi (pembedahan mengangkat timus) menyebabkan pengurangan penyakit

subtansial, terutama pada pasien dengan tumor atau hiperplasia kelenjar timus. Timektoni

yaitu membuka sternum karena seluruh timus harus dibuang.

Hal ini dianggap bahwa timektomi pada awal perjalanan penyakit adalah terapi spesifik,

sehingga tindakan ini mencegah pembentukan antireseptor antobodi. Setelah

pembedahan, pasien dipantau diruang perawatan intesif untuk memberikan perhatian

khusus dalam fungsi pernafasan.

KRISIS MIASTENIK VERSUS KRISIS KOLINERGIK

Krisis miastenik adalah awitan tiba-tiba kelemahan otot pada pasien miastenia dan

biasanya akibat dari kurangnya medikasi atau tanpa medikasi kolinergik sama sekali.

Page 5: Makalah Neuromuskular

Selain itu krisis miastenik akibat dari progresi penyakit itu sendiri, gangguan emosional,

infeksi sistemik, medikasi khusus, pembedahan atau trauma. Krisis ini bermanifastasi

dengan awitan tiba-tiba berupa gawat nafas akut dan ketidakmampuan menelan atau

bicara. Kelemahan respirasi, laring, dan bulbar muskulatur dapat emnyebabkan depresi

pernafasan, dan obstruksi jalan nafas jika tidak diobati dengan tepat.

Krisis kolinergik disebabkan oleh kelebihan obat-obatan kolinergik atau agens

antikholinesterase. Selain itu kelemahan otot dan depresi pernafasan pada krisis

miastenik, pasien ini mengalami bervariasi gejala gastrointestinal, yang mencakup mual,

muntah dan diare, demikian pula keringat, peningkatan produksi saliva, dan bradikardi.

Kewaspadaan Medikasi. Sejumlah medikasi memperberat miastenia gravis, dan pasien

dianjurkan untuk

Konsul dengan dokter sebelum mengonsumsi medikasi apapun, termasuk antibiotic, obat

kardiovaskuler, antikejang, obat psikotropik, morfin, quinine, dan agens-agens yang

berhubungan, penyekat beta dan dan obat yang tidak diresepkan. Novokain harus

dihindari dan juga nasehat pada pasien dengan gangguan gigi.

B. PROSES KEPERAWATAN

1) Pengkajian

Pasien miastenia gravis selalu dikelola sebagai pasien diluar rumah sakit yang

membutuhkan tes diagnostic atau untuk menatalaksanakan gejala atau komplikasi.

Riwayat kesehatan dan pengkajian yang berfokus pada pasien dan pengetahuan keluarga

tentang penyakit dan program pengobatan perlu dikembangkan. Makin mereka banyak

mengetahui, makin kecil pasien mengalami komplikasi. Penting untuk menentukan

jadwal terapi medikasi pasien saat di rumah, sama dengan jadwal ini mungkin menjadi

salah satu pilihan pada saat pulang. Selain itu, pengakjian kemmapuan fungsi pasien dan

mendukung system membantu dalam menentukan kebutuhan terhadap pelayanan saat

pulang.

2) Diagnosis

Page 6: Makalah Neuromuskular

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan potensial pasien dapat meliputi hal

berikut:

Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan

Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunteer

Risiko terhadap aspirasi yang berhubungan kelemahan otot bulbar

Diagnosa keperawatan pasien miastenia gravis yang lain mencakup risiko terjadi cedera

yang berhubungan dengan kelemahan otot volunteer, tidak toleran terhadap aktivitas;

bersihan jalan napas tidak efektif; cemas; perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan dan

gangguan citra tubuh.

3) Masalah Kolaboratif

Komplikasi Potensial

Berdasarkan data pengkajian dan pengetahuan tentang proses penyakit, komplikasi

potensial yang dapat terjadi meliputi:

Krisis miastenik

Krisis kolinergik

4) Perencanaan dan Implementasi

Sasaran. Sasaran utama pasien meliputi peningkatan fungsi respirasi, meningkatnya

mobilitas fisik, terhindar dari aspirasi dan tidak ada komplikasi (krisis miastenik dan

kolinergik).

5) Intervensi Keperawatan

Mempengaruhi Fungsi Pernapasan. Untuk pasien dengan penurunan kapasitas ventilasi,

perawat mengkaji frekuensi pernapasan, kedalaman, dan bunyi napas, dan pantau hasil

tes fungsi paru-paru (volume tidal, kapasitas vital, kekuatan inspirasi), dengan interval

Page 7: Makalah Neuromuskular

yang sering dalam mendeteksi masalah paru-paru, sebelum perubahan kadar gas darah

arteri dan sebelum tampak gejala klinik.

Bila ada kelemahan otot abdominal, interkostal dan faring yang hebat, pasien tidak

mampu batuk dan napas dala atau membersihkan sekresi. Terapi fisik dada, yang terdiri

dari drainase postural bertujuan untuk memobilisasi sekresi dan pengisapan untuk

mengeluarkan secret dilakukan sesering mungkin.

Pasien dengan insufisiensi pertukaran gas kadang-kadang mengalami ansietas yang

mendekati panik. Keadaan ini bertambah sulit dengan ketidakmampuan untuk

berkomunikasi secara verbal dan dengan kecendrungan tersedak. Mengakui ketakutan

pasien dan menempatkan masalah dengan tepat dapat memberikan kepastian bahwa

perawat memahami yang harus diperhatikan. Pasien memperoleh beberapa perasaan

terhadap control melalui keterampilan pelayanan dan dukungan dari kesabaran perawat.

Meningkatkan Mobilitas Fisik. Sasaran pasien adalah memperbaiki kekuatan dan daya

tahan. Menjadi partisipan dalam pengobatan, pasien harus belajar tentang fakta-fakta

dasar mengenai agens-agens antikolinesterase-kerja, waktu, penyesuaian dosis, gejala-

gejala kelebihan dosis, dan efek toksik. Dan yang penting pada penggunaan medikasi

dengan tepat waktu adalah ketegasan. Pasien dianjurkan mempertahankan catatan untuk

menentukan fluktuasi gejala-gejala dan untuk mengetahui kapan obat-obatan dihentikan

untuk digunakan.

Selain itu, dapat member bantuan yang terdiri dari:

Penggunaan medikasi 30 menit sebelum makan untuk memaksimalkan kekuatan otot.

Perencanaan periode istirahat yang adekuat setiap hari.

Menyusun jadwal realistic dan tempat aktivitas.

Menggunakan sepatu yang tepat untuk meminimalkan kelemahan dan mencegah cedera.

Faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan kelemahan dan mencetuskan krisis

miastenik yaitu; gangguan emosional, infeksi (umumnya infeksi pernapasan), aktivitas

fisik keras, dan berada di lingkungan panas (mandi panas, berjemur) dan lingkungan

dingin. Keadaan ini harus dihindari. Untuk menghindari risiko kelelahan, dan ini baik

Page 8: Makalah Neuromuskular

untuk melakukan istirahat sebelum menjadi sangat kelelahan. Kolar servikal dapat

digunakan pasien pada otot leher yang mengalami kelemahan dan bagi yang mempunyai

kesukaran dalam mendukung kepala. Beradaptasi atau menyediakan alat bantu diri dan

menggunakannya dalam membantu pasien menghadapi penyakit dengan lebih efektif dan

hidup dalam kehidupan yang memungkinkan. Pasien juga dibantu untuk menggunakan

gelang identifikasi seperti tanda-tanda medis.

Meningkatkan Komunikasi. Kelemahan otot-otot bicara pada pasien krisis miastenia

dapat berakibat pada komunikasi. Teknik untuk meningkatkan komunikasi meliputi

mendengarkan pasien; mengulangi apa yang mereka coba komunikasikan dengan jelas

dan membuktikan yang diinformasikan; berbicara dengan pasien terhadap kedipan mata

mereka, dan atau goyangan jari-jari mereka, atau jari-jari kaki untuk menjawab ya atau

tidak. Setelah periode krisis miastenik dipecahkan, pasien selalu mampu mengenal

kebutuhan mereka.

Memberikan Perawatan Mata. Bentuk gangguan penglihatan berupa ptosis pada satu atau

kedua kelopak mata; penurunan gerakan mata, atau penglihatan ganda. Intervensi

keperawatan untuk menolong pasien dalam mengkoping keadaan yaitu menutup mata

yang terbuka dengan penutup khusus (kain kasa) untuk interval waktu yang pendek-

pendek, meneteskan air mata buatan untuk mencegah kerusakan korneal bila kelopak

mata tidak tertutup lengkap, menempatkan penutup mata pada satu mata bila terjadi

masalah penglihatan ganda, dan mempertahankan pasien mengetahui perawatan yang

diberikan.

Menggunakan plester adesif tipis yang dilekatkan di bawah kelopak mata membantu

mengurangi ptosis. Kaca mata sinar matahari membatasi pengaruh sinar terang yang

sering meningkatkan masalah mata.

Mencegah Aspirasi. Penurunan kemampuan untuk mengunyah dan menelan dapat

menyebabkan tersedak dan aspirasi. Pasien dikaji terhadap adanya pengeluaran saliva,

regursitasi melalui hidung dan tersedak saat berusaha menelan. Pengisapan harus segera

diberikan. Istirahat sebelum makan merupakan usaha untuk mendukung menurunkan

kelelahan otot. Pasien ditempatkan dengan posisi tegak, leher sedikit fleksi untuk

memudahkan saat menelan. Makanan yang lunak dalam kuah atau bentuk saus atau lebih

Page 9: Makalah Neuromuskular

memudahkan menelan daripada padat. Jika pasien yang mendapat antikolinesterase,

maka perawat memastikan dalam pemberian makanan 1 jam sebelum makan untuk

memastikan kekuatan otot yang maksimal. Karena otot-otot yang digunakan untuk

mengunyah menjadi kuat pada pagi hari, maka asupan makanan dapat ditingkatkan pada

pagi hari. Pasien dianjurkan untuk istirahat setelah makan.

Waktu makan harus bertepatan dengan puncak pengaruh dari antikolinesterase, jika

pasien mempunyai kesulitan menelan. Jika sering terjadi persaan tersedak, maka haluskan

makanan agar mudah ditelan. Selain itu, pengisapan harus disediakan di rumah seperti

selama perawatan di rumah sakit dan pasien atau keluarga diajarkan menggunakannya.

Makan melalui gastrostomi diperlukan beberapa pasien untuk mencapai status nutrisi

yang adekuat.

6) Pemantauan dan Penatalaksanaan

Komplikasi Potensial

Krisis Miastenik dan Kolinergik. Gawat pernapasan (bahaya pernapasan) bergabung

dengan disfagia (kesukaran menelan), disartria (kesukaran berbicara), ptosis kelopak

mata, diplopia dan kelemahan otot yang menyolok merupakan gejala krisis miastenik atau

kolinergik.

Memberikan bantuan ventilasi adekuat merupakan yang utama dalam

penatalaksanaan pasien segera pada krisis miastenik.

Melakukan pengisapan pada pasien, karena aspirasi merupakan masalah yang biasa

muncul. Analisis gas darah arteri. Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik

mungkin diperlukan. Pasien ditempatkan di unit perawatan intensif untuk terus

menerus dipantau, bila terjadi tanda-tanda yang hebat dan fluktuasi yang tiba-tiba.

Pemberian edrofonium (Tensilon) melalui intravena digunakan untuk berbagai jenis tipe

krisis. Obat ini meningkatkan keadaan pasien dalam krisis miastenik, sementara pasien

dengan krisis kolinergik dalam kondisi buruk dan tidak dapat diramalkan dalam keadaan

yang rapuh pada kondisi krisis. Jika pasien dalam krisis miastenik, maka neostigmin

metilsulfat (Prostigmin) diberikan melalui intramuskular dan intravena.

Page 10: Makalah Neuromuskular

Jika tes edrofonium (Tensilon) tidak meyakinkan atau dapat meningkatkan kelemahan

pernapasan, maka semua obat antikolinesterase dihentikan dan sulfat atrofin diberikan

untuk menurunkan sekresi yang berlebihan.

Tindakan pendukung lain meliputi hal berikut:

Pantau gas darah arteri, elektrolit serum, asupan dan keluaran cairan dan berat badan

setiap hari.

Jika pasien tidak dapat menelan, pipa makanan nasogastrik dapat dipertimbangankan

(200 cc setiap pemberian). (Drainase postural tidak harus dilakukan untuk setengah

jam setelah makan).

Hindari penggunaan sedatif dan tranquilizer karena agens-agens ini memperburuk

hipoksia dan hiperkapnia dan dapat menyebabkan depresi pernapasan dan jantung.

7) Evaluasi

Hasil yang diharapkan

a. Mencapai fungsi pernapasan adekuat.

Menunjukkan frekuensi pernapasan normal, dan kekuatan otot normal.

Mentaati jadwal medikasi yang ditetapkan

Menyatakan bahwa tas resusitasi dan pengisapan portabel untuk digunakan di

rumah

Menghindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat

memperberat gejala

b. Beradaptasi pada kerusakan mobilitas

Menetapkan program istirahat dan latihan yang seimbang

Mengidentifikasi tindakan untuk menghemat energi; melakukan sendiri

Menggunakan alat-alat bantu

Menetapkan dan mentaati jadwal medikasi yang memaksimalkan kekuatan otot

c. Tidak mengalami aspirasi

Menunjukkan bunyi napas normal

Page 11: Makalah Neuromuskular

Makan dengan lambat dan memilih diet (lunak) yang sesuai

Menetapkan jadwal medikasi yang sesuai dengan waktu makan

d. Mengalami pemulihan krisis miastenik dan koligernik

Menyebutkan tanda dan gejala krisis

Mentaati program medikasi

Menggunakan gelang waspada medik

SKLEROSIS LATERAL AMIOTROFIK

Skelorosis lateral amiotrofik (ALS) adalah penyakit yang tidak diketahui penyebabnya

yang terdapat kehilangan neuron motorik (sel saraf yang mengontrol otot) dalam kornu

anterior korda spinalis dan nuklei motorik batang bawah. Pada saat sel mati, serat-serat

otot yang disuplainya mengalami perubahan atrofik. Degenerasi neuron dapat terjadi baik

pada sistem neuron motorik atas dan bawah.

Sklerosis amiotrofik lateral lebih mempengaruhi pria daripada wanita, dengan kejadian

awitan selalu pada dekade kelima atau enam. Gangguan ini sering disebut sebagai

penyakit Lou Gehrig setelah pemain bola terkenal tersebut yang menderita penyakit ini.

1) Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis sklerosis amiotrofik lateral bergantung pada lokasi neuron motorik

yang terkena, karena neuron-neuron khusus mengaktifkan serat-serat otot khusus. Gejala

utama berupa terjadinya kelemahan otot, atrofi, dan fasikulasi (kedutan). Hilangnya

neuron motorik pada ujung akar anterior medula spinalis menyebabkan terjadinya

kelemahan dan atrofi pada otot-otot lengan, batang tubuh, dan kaki. Kejang otot selalu

ada, dan ketegangan otot menimbulkan gerakan-gerakan cepat dan aktivitas yang

berlebihan. Kecuali pada anus dan sfingter kandung kemih tetap utuh karena saraf-saraf

spinal yang mengontrol otot-otot rektum dan kandung kemih urine tidak terkena.

Sekitar 25% pasien, kelemahan dimulai pada otot yang berhubungan dengan suplai saraf-

saraf kranial dan keadaan itu menimbulkan kesulitan dalam berbicara, menelan dan

akhirnya menimbulkan kesulitan bernapas. Bila pasien menelan caira, kelemahan

Page 12: Makalah Neuromuskular

palatum mole dan bagian atas esofagus menyebabkan regurgutasi cairan melalui hidung.

Kelemahan lidah posterior dan anak lidah mengurangi kemampuan tertawa, batuk, atau

adanya gangguan pada hidung. Bila otot bulbar terganggu, maka perkembangan yang

muncul berupa kesukaran dalam berbicara dan menelan, dan terjadi maslah aspirasi.

Suara berbicara seperti suara hidung dan artikulasi bicara terjadi kacau dimana

pembicaraan pasien tidak dapat dipahami. Beberapa emosi menjadi labil tetapi fungsi

intelektual tidak berkembang. Akhirnya fungsi respiratori terkena mengalami gangguan

yang sama.

Umumnya prognosis didasarkan pada daerah yang terkena dan kecepatan perkembangan

penyakit. Kematian selalu terjadi akibat infeksi, kegagalan pernapasan, atau aspirasi.

Rata-rata waktu awitan penyakit sampai kematian kira-kira 3 tahun. Hanya sedikit pasien

yang dapat hidup lama.

2) Evaluasi Dioagnostik.

Sklerosis amiatrofik lateral didiagnosis dari tanda dan gejala, karena tidak ada tes klinik

atau laboratorium yang khusus untuk penyakit ini. Tes elektromiografi mengidentifikasi

reduksi otot yang terkena pada fungsi-fungsi unit motorik.

3) Penatalaksaan

Tidak ada pengobatan khusus untuk sklerosis amiotrofik lateral. Pengobatan dilakukan

untuk mengurangi gejala dan pencapaian rehabilitasi, yang menggunakan dukungan

kepada pasien dan mengkatkan kualitas hidup. Baklofen atau diazepam dapat digunakan

untuk pasien yang mengalami kesulitan spastisitas, karena spastisitas mengakibatkan

nyeri dan mengganggu perawatan diri. Tetapi quinin dipertimbangkan untuk kram otot

yang sangat ngeri. Pengaruh dosis tinggi hormon pelepasan-tirotropin, yang dihasilkan

dari hormon otak dan didapat dalam neuron motorik pada medula spinalis, yang

fungsinya masih dalam penyelidikan. Interferon, merupakan komposisi yang

memperlihatkan adanya stimulasi sistem pertahanan tumbuh, yang masih dalam

penyelidikan menjadi obat alternatif lainnya.

Page 13: Makalah Neuromuskular

Pasien yang mengalami masalah aspirasi dan menelan membutuhkan pemberian makan

dengan nasogastrik. Esofagotomi servikal (jalan menuju esofagus) atau gastrostomi

dapat dipertimbangkan untuk membuat bypass laring, untuk mencegah aspirasi, dan

memberikan dukungan nutrisi jangka panjang.

Ventilasi mekanis (dengan menggunakan ventilator tekanan-negatif) adalah pilihan ketika

terjadi hipoventilasi alveolar. Keputusan untuk penggunakan tindakan pendukung hidup

dibuat oleh pasien dan keluarga dan harus didasarkan pada pemahaman seksama tentang

penyakit tersebut, prognosis, dan implikasi dari terapi ini. Pasien dianjurkan untuk

melengkapi petunjuk tingkat lanjut atau “surat wasiat” untuk mempertahankan autonomi

mereka dalam pengambilan keputusan.

DISTROFI MUSKULAR

Distrofi otot merupakan kelompok gangguan atot kronik dikarakteristikkan oleh

kelemahan dan pelisutan skelet progresif atau atot volunter. Kebanyakan penyakit ini

diturunkan. Gambaran patologik mencakup degenerasi atau hilangnya serat-serat otot,

ukuran serat otot, fagositosis, dan regenerasi serta pergantian jaringan otot dengan

jaringan penyambung. Umumnya karakteristik penyakit ini terdiri dari berbagai derajat

pelisutan dan kelemahan otot; peningkatan abnormal pada kreatinin fosfokinase serum,

yang menunjukkan kebocoran enzim-enzim otot; dan temuan miopatik pada EMG dan

biopsi otot. Perbedaan berpusat pada pola yang diturunkan, keterlibatkan oto, usia awitan,

dan kecepatan progresi.

1) Penatalaksanaan

Tindakan terhadap distrofi muskular pada saat ini berfokus pada perawatan pendukung

dan pencegahan komplikasi. Penatalaksanaan suportif ditujukan untuk mempertahankan

pasien seaktif mungkin dan berfungsi senormal mungkin serta meminimalkan

penyimpangan fungsional. Program latihan terapeutik ditujukan untuk pasien individual

untuk mencegah ketegangan otot, kontraktur, dan atrofi disuse. Bebat malam dan latihan

Page 14: Makalah Neuromuskular

peregangan digunakan untuk menunda kontraktur sendi, khususnya pergelangan kaki,

lutut, dan panggul. Brace dapat mengompensasi kelemahan otot.

Deformitas spinal merupakan masalah besar. Kelemahan otot batang tubuh dan kolaps

spinal terjadi paling sering pada pasien dengan penyakit neuromuskular yang berat.

Dalam berperang melawan perubahan bentuk spinal, pasien mencocokkan ukuran jaket

ortotik untuk meningkatkan kestabilan saat duduk dan menurunkan kecacatan batang

tubuh. Keberhasilan yang dicapai juga mendukung status kardiovaskular. Pada waktu

penyatuan spinal dilakukan untuk mempertahankan stabilitas spinal. Prosedur lain dapat

mengoreksi deformitas.

Gangguan fungsi pulmonal dapat berhubungan dengan baik progresi penyakit atau

deformitas toraks sekunder akibat skoliosis berat. Penyakit penyerta, infeksi pernapasan

atas dan fraktur karena jatuh harus diatasi dengan segera dalam cara meminimalkan

imobilisasi, karena kontraktur sendi akan menjadi buruk bila aktivitas pasien dibatasi

lebih dari biasanya.

Kesulitan lain disamping kelemahan otot dan kontraktur, dimanifestasikan dalam

hubunganya dengan penyakit. Masalah gigi dan bicara dapat disebabkan oleh kelemahan

otot wajah, yang membuat sukar melakukan kebersihan gigi, dan untuk berbicara dengan

jelas. Masalah gastrointestinal dapat mencakup dilatasi lambung, prolaps rektum, dan

impaksi feses. Akhirnya kardiomiopati muncul sebagai komplikasi yang bisa terjadi

dalam bentuk distrofi otot.

2) Intervensi Keperawatan

Tujuan pasien dan perawatan adalah untuk mempertahankan fungsi pada tingkat optimal

dan mencapai kualitas hidup yang baik. Ini dicapai sebagai bagian dari memasukkan

kebutuhan fisik pasien, yang sungguh-sungguh tanpa menghilangkan kesadaran terhadap

kebutuhan emosi dan perkembangan. Pasien dan keluarga aktif dalam membuat

keputusan. Selama hospitalisasi untuk pengobatan komplikasi, pengetahuan dan keahlian

pasien dan tanggung jawab anggota keluarga untuk memberikan perawatan di rumah

dikaji. Karena pasien dan keluarga pemberi perawatan sering mempunyai strategi

pemberian perawatan yang bekerja secara efektif untuk mereka, strategi ini perlu diakui

Page 15: Makalah Neuromuskular

dan diterima serta pengawasan harus dibuat untuk menjamin bahwa strategi ini

dipertahankan selama hospitalisasi.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Banyak sasaran

penatalaksanaan diarahkan pada rumah pasien dan komunitas. Penyakit neuromuskular

dan hubungannya dengan kecacatan dapat terjadi pada anak remaja dan usia dewasa.

Bantuan mandiri dan alat bantu dapat membantu dalam mencapai derajat keandirian. Alat

bantu mandiri yang diberikan penting bagi kelompok otot yang terkena. Pasien

dianjurkan untuk terus melakukan latihan rentang gerak untuk mencegah kontraktur,

yang umumnya adalah ketidakmampuan.

Dukungan pernapasan. Keluarga dianjurkan untuk memantau adanya gangguan

pernapasan pasien. Dengan berkembangnya kesulitan bernapas, pasien dan keluarganya

membutuhkan informasi yang berisi dukungan pernapasan yang benar. Saat ini pilihan

yang ada dapat memberikan dukungan ventilasi (alat tekanan negatif, ventilator tekanan –

positif) sambil memungkinkan mobilitas. Pasien tetap dapat relatif mandiri di kursi roda,

sebagai contoh, saat dipertahankan pada ventilator di rumah selama beberapa tahun.

Dukungan Aktivitas. Adaptasi praktis harus dibuat untuk mengatasi efek

ketidakmampuan neuromuskular kronik. Untuk memaksimalkan kemandirian fungsional,

pasien pada berbagai tipe penyakit memerlukan kursi roda manual atau listrik, alat bantu

berjalan, ortosis spinal dan ekstremitas bawah, sistem dudukan, peralatan di kamar

mandi, pengangkat, jalan landai, dan alat bantu aktivitas sehari-hari lainnya, semua

memerlukan pendekatan tim. Perawatan kesehatan di rumah mengkaji bagaimana pasien

dan keluarga mengatasi, membuat rujukan, dan mengkoordinasikan aktivitas ahli terapi

fisik, ahli terapi okupasi, dan pelayanan sosial.

Dukungan Emosional. Perhatian yang besar pada pasien merupakan masalah sekitar

pengobatan terhadap peningkatan ketidakmampuan. Pasien menghadapi kehilangan

fungsi yang berlarut-larut dan progresif, yang akhirnya menimbulkan kematian.

Ketidakberdayaan umumnya terjadi pada perjalanan penyakit panjang. Setiap kehilangan

fungsi melibatkan periode berduka dan berkabung. Pasien ini dikaji untuk tanda depresi,

marah, menawar, atau menyangkal.

Page 16: Makalah Neuromuskular

Klinisi perawat psikiatrik atau profesional kesehatan mental lain tidak bermanfaat dalam

pasien mengatasi dan beradaptasi pada enyakit kronik. Dengan memahami dan

memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis pasien dan keluarga, perawat dapat

mengomunikasikan kekuatan pada pasien dan membantu memberikan lingkungan yang

penuh harap, suportif, dan merawat.

GANGGUAN KONVULSIF

KEJANG

Kejang (konvulsi) merupakan episode motorik, sensorik, autonomik atau aktivitas psikis

abnormal (atau kombinasi dari semua itu), sebagai akibat dari muatan berlebihan yang tiba-

tiba dari neuron serebral. Sebagian atau seluruh otak dapat terlibat. Kejang selalu muncul

tiba-tiba dan sementara.

Penyebabnya bervariasi dan diklasifikasi sebagai idiopatik (defek genetik, perkembangan)

dan didapat. Penyebab kejang didapat adalah hipoksemia pada beberapa kasus, yang

mencakup insufisiensi vaskular, demam (pada masa kanak-kanak), cedera kepala,

hipertensi, infeksi sistem saraf pusat, kondisi metabolisme dan toksik (seperti gagal ginjal,

hiponatremia, hipoalsemia, hipoglikemia, pestisida), tumor otak, kesalahan penggunaan

obat dan alergi. Stroke dan kanker metastasis ke serebral menunjukkan adanya kasus

kejang lansia.

Sering ada kehilangan memori selama kejang dan selama waktu singkat setelahnya.

Kerusakan otak dapat terjadi bila kejang berlangsung lama dan erat. Pasien berisiko

mengalami hipoksia, muntah, dan aspirasi pulmonal atau adanya abnormalitas metabolik

menetap.

Sasaran terapeutik segera adalah untuk mengontrol kejang dan sasaaran jangka panjangnya

untuk menetapkan dan mengontrol penyebab.

1) Pengkajian Keperawatan selama Kejang

Page 17: Makalah Neuromuskular

Tanggung jawab utama perawat adalah untuk mengobservasi dan mencatat urutan gejala.

Sifat kejang biasanya menunjukkan tipe tindakan yang diindikasikan. Sebelum dan

selama kejang, hal berikut dikaji dan didokumentasikan :

a. Keadaan sebelum kejang (penglihatan, stimulus, auditorius atau olfakturius, stimulus

taktil, gangguan emosi atau psikologis, tidur, hiperventilsi)

b. Hal pertama yang dipikirkan pasien saat kejang di mana gerkan atau kekakuan mulai,

menafsirkan posisi yang tepat dan posisi kepala pada saat kejang dimulai. Informasi

ini memberikan petunjuk lokasi fokus epileptogenik pada otak. (Didalam catatan,

penting untuk menyatakan apakah mulainya kejang terlihat atau tidak).

c. Tipe gerakan pada bagian tubuh yang terkena.

d. Daerah tubuh yang terkena. (Membalikkan tubuh di tempat tidur dan memajankan

pasien)

e. Ukuran kedua pupil. Apakah mata terbuka? Apakah mata dan kepala berputar ke

salah satu sisi?

f. Apakah terlihat ada atau tidak ada gerakan automatis (aktivitas motorik yang tidak

disadari seperti bibir mengecap atau menelan berulang)

g. Inkontinen urine atau feses

h. Durasi setiap fase kejang

i. Keadaan tidak sadar, bila ada, dan durasinya

j. Paralisis yang nyata atau kelemahan pada lengan setelah kejang

k. Ketidakmampuan untuk berbicara setelah kejang

l. Gerakan pada akhir kejang

m. Apakah pasien tidur atau tidak setelah kejang

n. Apakah pasien konfusi atau tidak setelah kejang

2) Penatalaksanaan Keperawatan selama Kejang

Selama kejang, tujuan perawat adalah untuk mencegah cedera pada pasien. Cakupan

perawat bukan hanya dukungan fisik tetapi dukungan psikologis yang baik. Langkah-

langkah untuk mencegah atau meminimumkan cedera terhadap pasien disimpukan pada

pedoman 60-1.

Page 18: Makalah Neuromuskular

Pedoman 60-1

Perawatan pasien yang Mengalami Kejang

Selama Kejang

Berikan privasi dan perlidungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu. (Pasien

yang mempunyai aura [penanda ancaman kejang] memerlukan waktu untuk mencari

tempat yang aman dan pribadi)

Mengamankan pasien di lantai, jika memungkinkan

Lepaskan pakaian yang ketat

Singkirkan semua perabot yang dapat mencederai pasien selama kejang

Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.

Jika aura mendahului kejan, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan di antara

gigi-gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.

Jangan berusaha untuk membuka rahang yang terkatuppada keadaan spasme untuk

memasukkan sesuatu. Gigi patah dan cedera pada bibir dan lidah dapat terjadi

karena indakan ini

Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang, karena kontraksi

otot kuat dan restrein dapat menimbulkan cedera

Jika mungkin, tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi ke

depan, yang memungkinkan lidah jatuh dan dan memudahkan pengeluaran saliva

dan mukus. Jika disediakan pengisap, gunakan jika perlu untuk membersihkan

sekret.

Setelah Kejang

Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa

jalan napas paten

Biasanya terdapat period ekonfusi setelah kejang grand mal.

Periode apnea, pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-tiba setelah kejang

Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan

Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk

menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan memberi restrein yang

Page 19: Makalah Neuromuskular

lembut

EPILEPSI

Epilepsy adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang

dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan

kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan dan gangguan

perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu

gejala.

Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik (disritmia) pada sel saraf pada salah

satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal,

berulang, dan tidak terkontrol. Karakteristik kejang epileptik adalah suatu manifestasi

muatan neuron berlebihan ini.

Insidens. Kira-kira 1% populasi (lebih dari 2 juta orang) di Amerika Serikat mengalami

epilepsi, dengan 100.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahun. Telah ada peningkatan

insidens gangguan ini, kemungkinan karena sejumlah faktor. Perbaikan perawatan obstetrik

dan neonatal menyelamatkan bayi yang mengalami gawat napas, sirkulasi dan kegawatan

lain selama persalinan; bayi ini dapat dipredisposisikan pada kejang intermitten. Perbaikan

penatalaksanaan medis, bedah dan keperawatan terhadap pasien dengan cedera kepala,

tumor otak, meningitis, dan ensefalitis menyelamatkan pasien dengan kondisi ini dapat

menimbulkan perubahan serebral dengan kejang reultan. Demikian juga elektroensefalografi

(EFG) dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien dengan epilepsi. Pendidikan telah

memberi informasi pada masyarakat dan telah mengurangi stigma yang berhubungan dengan

kondisi ini, sehingga makin banyak orang akan mengakui bahwa mereka mengalami

epilepsi.

1) Perubahan Fisiologi

Page 20: Makalah Neuromuskular

Pesan dari tubuh dibawa oleh neuron-neuron (sel-sel saraf) dari otak diartikan dalam

bentuk pelepasan energi elektrokimia sepanjang jalan neuron-neuron. Implus-implus ini

terjadi dalam bentuk ledakan sewaktu-waktu sebuah sel saraf yang mempunyai tugas

untuk melakukannya. Kadang-kadang sel-sel ini atau kelompok sel terus-menerus

memancar setelah tugas selesai. Selama periode pelepasan yang tidak diinginkan, bagian-

bagian tubuh dikontrolkan oleh pesan-pesan sel yang dapat dipindahkan. Hasilnya

menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan fungsi direntang dari ringan sampai tidak

mampu fisik, dan biasanya menyebabkan ketidaksadaran. Bila hal ini tidak terkontrol,

pelepasan abnormal terjadi dengan cepat dan seseorang dikatakan menuju arah epilepsi.

Gerakan-gerakan fisik yang tak terartur disebut kejang.

2) Penyebab

Penyebab kejang pada banyak orang tidak diketahui. Para ahli peneliti menimbulkan

kejang dalam percobaan binatang melalui cedera pembedahan atau kimia atau stimulus

elektrik. Epilepsi sering terjadi akibat trauma lahir, asphyia neonatorum, cedera kepala,

beberapa penyakit infeksi (bakteri, virus, parasit), keracunan (karbon monoksida dan

menunjukkan keracunan), masalah-masalah sirkulasi, demam, gangguan metabolisme

dan nutrisi/gizi dan intoksikasi obat-obatan atau alkohol. Juga dapat dihubungkan dengan

adanya tumor otak, abses, dan kelainan bentuk bawaan. Dalam banyak kasus epilepsi

tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Keadaan yang menyebabkan kelemahan untuk

beberapa tipe dapat diwariskan. Epilepsi yang menyerang sebelum usia 20 tahun

merupakan kelompok terbesar yaitu 75% dari pasien tersebut.

Pada banyak kasus, epilepsi sedikit mempengaruhi intelegensi. Individu epilepsi yang

tidak mengalami kerusakan otak atau sistem saraf laiinya mempunyai tingkat intelegensi

seperti populasi lainnya. Epilepsi tidak sama dengan retardasi atau penyakit mental.

Kadang-kadang, beberapa orang yang mengalami epilepsi sebenarnya mereka mengalami

penurunan karena kerusakan neurologik yang serius, sehingga rata IQ untuk semua

penderita epilepsi ini di bawah tingkat IQ normal.

3) Pencegahan

Page 21: Makalah Neuromuskular

Upaya sosial luas yang mnggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk

pencegahan epilepsi. Risiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat

antikonvulasi yang digunakan sepanjang kehamilan. Ibu-ibu yang mempunyai risiko

tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-

obatan, diabetes, atau hipertensi) harus diidentifikasi dan dipantau ketat selama hamil

karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang terjadi pada janin

selama kehamilan dan persalinan.

Infeksi pada masa kanak-kanak (campak, penyakit gondongan, meningitis bakteri) harus

dikontrol dengan vaksinasi yang benar. Keracunan timbal adalah penyebab lain epilepsi

yang dapat dicegah. Orang tua dengananak yang pernah mengalami kejang demam harus

diinstruksikan tentang metode untuk mengontrol demam (kompres dingin, obat

antipiretik).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui

program yang memberikan keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman,

yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi

akibat cedera kepala.

Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan

program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat antikonvulsan

secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana

pencegahan ini.

4) Manifestasi Klinis

Bergantung pada lokasi muatan neuro-neuron, kejang dapat direntang dari serangan awal

sederhana sampai gerakan konvulsif memanjang dengan hilangnya kesadaran. Variasi

kejang diklafikasikan secara internasional sesuai daerah otak yang terkena dan telah

diidentifikasi sebagai kejang parsial, umum, dan tidak diklafikasikan. Kejang parsial

asalnya fokal dan hanya mengenai sebagaian otak. Kejang umum asalnya tidak spesifik

dan mengenai seluruh otak secara simultan. Kejang yang tidak diklasifikasikan disebut

demikian karena data-data yang tidak lengkap.

Page 22: Makalah Neuromuskular

Pola awal kejang menunjukkan daerah otak di mana kejang tersebut berasal. Juga

penting untuk menunjukkan jika pasien mengalami aura, suatu sensasi tanda sebelum

kejang epileptik, yang dapat menunjukkan asal kejang (mis. Melihat kilatan sianr dapat

menunjukkan kejang berasal dari lobus oksipital).

Pada kejang parsial sederhana, hanya satu jari atau tangan yang bergetar, atau mulut

dapat tersentak tak terkontrol. Individu ini bicara yang tidak dapat dipahami, pusing, dan

mengalami sinar, bunyi, bau, atau rasa yang tidak umum atau tidak nyaman.

Pada kejang parsial kompleks, individu tetap tidak bergerak secara automatik tetapi

tidak tepat dengan waktu dan tempat, atau mengalami emosi berlebihan yaitu takut,

marah, kegirangan, atau peka rangsang. Apa pun manifestasinya, individu tidak ingat

episode tersebut ketika telah lewat.

Kejang umum, lebih umum disebut sebagai kejang grand mal, melibatkan kdua hemisfer

otak, yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi. Mungkin ada kekauan intens pada

seluruh tubuh yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi

otot, (kontraksi tonik-klonik umum). Kontraksi simultan diafragma dan otot dada dapat

menimbulkan menangis epileptik karakteristik. Sering lidah tertekan dan pasin

mengalami inkontinen urin dan feses. Setelah 1 atau 2 menit, gerakan konvulsif mulai

hilang; pasien rileks dan mengalami koma dalam, bunyi napas bising. Pada keadaan

postikal (setelah kejang), pasien sering konfusi dan sulit bangun, dan tidur selama

berjam-jam. Banyak pasien mengeluh sakit kepala atau atau sakit otot.

5) Evaluasi Diagnostik

Pengkajian diagnostik bertujuan dalam menentukan tipe kejang, frekuensi dan beratnya,

dan faktor-faktor pencetus. Riwayat perkembangan, yang mencakup kejadian kehamilan

dan kelahiran, untuk mencari kejadian cedera sebelum kejang. Sebuah penelitian dibuat

untuk penyakit atau cedera kepala yang dapat mempengaruhi otak. Selain itu dilakukan

pengkajian fisik dan neurologik, hematologik, dan pemeriksaan serologik. Pencitraan CT

digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskular abnormal,

dan perubahan degeneratif serebral.

Page 23: Makalah Neuromuskular

Elektroensefalogram (EEG) melengkapi bukti diagnostik dalam proporsi substansial dari

pasein epilepsi dan membantu dalam mengklasifikasikan tipe kejang. Keadaan abnormal

pada EEG selalu terus menerus terlihat di antara kejang, atau jika letupan muncul

mungkin akibat dari hiperentilasi atau selama tidur. Ditambah lagi, mikroelektroda dapat

dimasukkan ke dalam otak untuk memeriksa aksi dari sel otak tunggal. Ini perlu dicatat,

kadang-kadang beberapa orang mengalami kejang dengan nilai EEG yang normal.

Telemetri dan alat komputer digunakan untuk mengambil dan sebagai pusat pembacaan

EEG dalam pita komputer sambil pasien melakukan aktivitas mereaka. Rekaman video

kejang dilakukan secara simultan dengan telemetri EEG bermanfaat dalam menentukan

tipe kejang serta durasi dan besarnya. Tipe pemantauan intensif ini sedang mengubah

tindakan terhadap epilepsi berat ( di amerika Serikat)

6) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan epilepsi dilakukan scara individual untuk memenuhi kebutuhan khusus

masing-masing pasien dan tidak hanya untuk mengatasi terapi juga mencegah kejang.

Penatalaksanaan berbeda dari satu pasien denganpasien karena beberapa bentuk epilepsi

yang muncul akibat kerusakan otak dan selain itu bergantung pada perubahan kima otak.

Farmakoterapi. Beberapa obat antikonvulsi diberikan untuk mengintrol kejang,

walaupun mekanisme kerja zat kimia dari obat-obatan tersebut tetap masih tidak

diketahui. Tujuan dari pengobatan adalah untuk mencapai pengontrolan kejang dengan

efek samping minimal. Terapi medikasi lebih untuk mengontrol daripada untuk

mengobati kejang yang akan diobati dan keefektifan serta keamanan medikasi. Jiak obat

ditentukan dan digunakan, maka obat-obatan ini mengontrol kejang 50% sampai 60%

pasien mengalami kejang berulang, dan memberikan kontrol parsial 15% sampai 35%.

Kondisi dari 15% sampai 35% pasien tidak membaik dengan medikasi yang ada.

TABEL 60.1 Obat-Obat Antikovulsan / Antiepileptic Utama

Nama generik Efek samping berkaitan denan Efek toksis

Page 24: Makalah Neuromuskular

dosis

karbamazepin Pusin; mengantuk; keadaan

tidak mantap; mual dan

muntah; diplopia; lekopenia

ringan.

Ruam kulit berat, diskrasia

darah, hepatitis

primidon Letargi; peka rangsang

diplopia, ataksia, impotensi

seksual

Ruam kulit

feniloin Masalah penlihatan,

hirsutisme, hiperplasia gusi,

disritmia.

Reaksi kulit hebat, neuropati

perifer, ataksia; mengantuk

diskrasia darah

fenobarbital Sedasi; peka rangsang,

diplopia, ataksia.

Ruam kulit

etosuksimid Mual dan muntah, sakit

kepala, gangguan lambung

Ruam kulit, diskrasia darah,

hepatitis, lupus erithematosus

valproat Mual dan muntah,

penambahan berat badan,

rambut rontok

Hepatotoksisitas, ruam

kulit,displasia darah, nefretis.

Biasanya pengobatan dimulai dengan medikasi tunggal. Dosis awal dan kecepatan dimana

dosis ditingkatkan bergantungg pada ada atau tidaknya efek samping yang teerjadi. Kadar

medikasi dalam dipantau, karna kecepatan absorbsi obat bervariasi untuk setiap orang.

Pengubahan obatobat lain mungkin diperlukan jika kontrol kejan tidak tercapai atau bila

peningkatan dosis memungkinkan terjadi toksisitas. Pemberian obat membutuhkan

peenaturan kareenaa disesuai kan dengan penyakit yan g terjadi, perubahan berat badan

atau peningkatan strees. Menghentikan pengobatan antikonvulsan dengan tiba-tiba dapat

menyebabkan kejang lebih sering terjadi atau dapat menimbulkan status epileptik.

Efek samping dari medikasi ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok : (1) gangguan

indiosingkratik dan alergi. Yang muncul dalam bentuk reaksi kulit primer ; (2) toksisitas

Page 25: Makalah Neuromuskular

akut, yang terjadi bila obat – obatan terjadi; atau (3) toksisitas kronik, yang terjadi pada

akhir pemberriaan teerapi obat.

Manifestasi toksisitas obat bervariasi, dan sistem organ tertentu dapat terkena. Pengkajian

fisik periodik dan tes laboratorium dilakuukan untuk pasien yang menndapat pengobatan

yan diketahui menngalami efek hematopoetik, genetourinarius atau efek pada hepar.

Melalui hygine oral setelah setiap makan, perawatan gigi teratur dan memijit gusi secara

teratur penting untuk pasien yan menggunakan fenitoin (dilantin) untuk mencegah atau

mengontrol hiperplasia pada gusi. Tabel 60.1 menyimpulkan pengobatan antikonvulsan

dalam penggunaan saat ini.

Pembedahan untuk epilepsi. Pemebedahan diindikasikan untuk pasien yang mengalami

epilepsi akibat tumor intrakranial, abses, kista, atau adanya anomali vaskuler. Beberapa

pasien mengalami ganguan kejang yang membandel dan tidak berespon terhadap

pengobatan. Keadaan ini mungkin merupakan proses atrofik fokalsekunder akibat trauma,

radang, stroke atau anoksia. Jika kejang berasal dari otak yang berbasas tegas yang dapat

dieksisi tanpa menimbulkan defisit neurologik berarti, penangkatan fokus epileptogenik

yang menimbulkan kejang sehingga memberikan kontrol dan perbaikan panjang.

Tipe bedah neuro ini dilakukan dengan alat-alat bantu modern, berupa teknik bedah mikro,

elektroensefalografi dalam, perbaikan iluminasi dan hemostasis, dan pengenalan agens

neurofeltanalgesik (droperidol dan fentanil). Teknik-teknik ini dikombinasi denan infiltrasi

lokal pada insisi kulit kepala, kemampuan ahli bedah saraf, untuk melakukan pembedahan

pasien dalam keadaan sadar dan dapat bekerja sama. Dengan alat khusus, seperti

electrocortical mapping dan respon pasien terhadap stimulus, akan menentukan batasan

fokus epileptogenik. Berapa fokus epileptogenik abnormal (misal daerah otak abnormal)

kemudian di angkat.

Proses keperawatan pasien epilepsi

a. Pengkajian

Page 26: Makalah Neuromuskular

Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien dinyatakan

tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.

Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh

gangguan kejang? Apakah pasien mempunyai program regresi? Kontak sosial?

Apakah pengalaman kerja positif? Mekanisme koping apa yang digunakan.

Observasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam

mengidentifikasi tipe kejang dan pelaksanaannya.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pada pasien epilepsi terdiri

dari:

Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan yang terjadi setelah kejang.

Koping tidak efektip yang berhubungan dengan stres epilepsi.

Kurang pengetahuan tentang epilepsi dan cara mengontrolnya

c. Masalah kolaboratif

Komplikasi potensial, kemungkinan potensial utama pasien epilepsi adalah :

Status epileptikus

d. Perencanaan dan implementasi

Sasaran, sasaran utama untuk pasien meliputi kejang terkontrol, pencapaian

penyesuaian psikososial yang memuaskan, mendapatkan pengetahuan dan pemahaman

tentang kondisi, dan tidak adanya komplikasi epilepsi.

e. Intervensi keperawatan

Mengurangi rasa takut terhadap kejang. Rasa takut bahwa kejang dapat terjadi tanpa

diduga dapat dikurangi dengan kepatuhan pasien terhadap tindakan yang ditetapkan.

Kerja sama pasien dan keluarga sepenuhnya penting. Mereka harus yakin terhadap

manfaat program yang ditetapkan. Harus ditekankan bahwa medikasi antikonvulsan

yang diresepkan harus dikonsumsi secara terus menerus dan bahwa ini bukan obat

Page 27: Makalah Neuromuskular

yang membentuk kebisaan. Medikasi ini dapat dikonsumsi tanpa rasa takut tentang

ketergantungan obat selama bertahun-tahun gunakan tanpa ketakutan dan

ketergantungan obat untuk beberapa tahun jika obat-obatan itu diperlukan, jika pasien

dibawah pengawasan perawatan kesehatan dan didampingi, maka pasien melakukan

instruksi dengan taat.

Kontrol kejang bergantung pada spek pemahaman dan kerja sama pasien. Gaya hidup

dan lingkungan dikaji untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan

kejang; gangguan emosi, stresor lingkungan baru, awitan menstruasi pada pasien

wanita, atau demam. Pasien dianjurkan untuk mengikuti gaya hidup rutin reguler dan

sedang, diet (menghindari stimulan yang berlebihan), latihan dan istirahat. ( gangguan

tidur dapat menurunkan ambangpasien terhadap kejang). Aktivitas sedang adalah

terapi yang baik, tetapi juga penggunaan energi yang berlebihan dapat dihindari.

Beberapa pasien perlu menghindari stimulasi fotik (cahaya menyilaukan yang kelap-

kelip, menonton televisi). Dengan menggunakan kaca mata hitam menutup salah satu

mata dapat membantu mengontrol masalah ini.

Keadaan tegang (ansietas, frustasi) mengakibatkan kejang pada beberapa pasien.

Pengklasifikasian penatalaksanaan stres akan sangat bermanfaat. Karena kejang

diketahui terjadi akibat asupan alkohol. Maka kebiasaan ini harus dihindari. Terapi

paling adalah mengikuti rencana pengobatan untuk menghindari stimuli yang

mencetuskan kejang.

Memperbaiki mekanisme koping. Telah diketahui bahwa masalah sosial, psikologik

dan prilaku sering menyertai epilepsi yang dapat menjadikan penderita tidak mampu

dibanding kejang itu sendiri. Epilepsi disertai dengan rasa takut, asing, depresi, dan

tidak pasti. Pasien harus menghadapi perasaan takut terhadap kejangkontinu, dan

konsekuensi yang memalukan. Anak-anak dengan epilepsi mungkin diasingkan dan

dipisahkan dari sekolah dan kelompok aktivitas. Masalah ini merupakan masalah

tantangan bagi usia remaja dan menambah tantangan setiap harinya, tidak mampu

Page 28: Makalah Neuromuskular

untuk menyetir dan perasaan berbeda. Pada usia dewasa semua ini menambah beban

yang didapat karena sebagai pegawai; membuat keputusan menikah dan mempunyai

anak; tidak mendapat asuransi, cacat dan adanya rintangan. Penyalahgunaan alkohol

dapat menyebabkan komplikasi. Beban keluarga menjadi berat, dan masalah keluarga

dapat berlangsung menyeluruh berupa penolakan semu sampai terlalu melindungi.

Akibat dari semua faktor ini, beberapa individu epilepsi mengalami masalah

psikologis dan perilaku.

Konseling membantu individu dan keluarga untuk memahami kondisi dan

keterbatasan yang diakibatkan oleh epilepsi. Kesempatan sosial dan rekreasi perlu

untuk kesehatan mental yang baik. Beberapa orang tidak mampu melakukan koping

terhadap epilepsi; sedangkan yang lain mengalami masalah psikologis yang

disebabkan oleh kerusakan otak. Individu kejang yang berasal dari lobus temporal otak

(area yang mengontrol pikiran dan emosi) mengalami masalah emosi khusus. Gejala-

gejala seperti skizofrenia dan inplulsif dan prilaku cepat marah dapat disebabkan oleh

kerusan otak yang berhubungan dengan kejang lobus temporal. Pasien ini memerlukan

pelayanan kesehatan mental yang komprehensif.

Pendidikan pasien.dari semua pelayanan yang dilakukan oleh perawat yang merawat

pasien epilepsi, mungkin yang paling bermamfaat adalah upaya untuk merubah sikap

pasien dan keluarga terhadap penyakit itu sendiri.

Pandangan Mental. untuk pengamat, kejang epileptik mungkin suatu kejadian yang

menganggu; untuk orang yang mengalami kejang, setiap kejang merupakan sumber

cela yang memalukan. Hal ini mengakibatkan ansietas, depresi, bermusuhan, dan

rahasia. Reaksi rasa malu dan menyangkal dapat meluas pada anggota keluarga juga.

Dukungan yang terus menerus harus diberikan kepada pasien agar mereka mampu

keluar dari perasaan rendah diri dan mempunyai kesadaran diri akibat kejang. Pasien

epilepsi harus membawa kartu identifikasi kedaruratan medis di dompet atau tas atau

menggunakan gelang identifikasi di pergelangan tangan.

Kebersihan Mulut. Pendidikan pasien meliputi pentingnya kebersihan mulut dan

perawatan gigi untuk mencegah dan mengontrol hiperplasia gusi pada pasien yang

Page 29: Makalah Neuromuskular

mengunakan fenitoin (dilatin). Pasien diajarkan tentang pentingnya memijat gusi dan

menggunakan floss dalam perawatan gigi, untuk mencegah hiperplasia. Pasien juga

dianjurkan untuk memberi tahu pemberi pelayanan kesehatan tentang obat-obat yang

digunakan. Karena adanya kemungkinan interaksi obat-obatan bila pengobatan lain

diberikan.

Pertimbangan Finansial.Karena epilepsi merupakan gangguan jangka panjang,

penggunaan reguler medikasi mahal dapat menunjukan hambatan yang cukup besar

pada pasien dan keluarga. The epilepshy foundation of America memberikan program

pengiriman surat untuk memberikan obat-obatan dengan biaya minimal dan akses

pada asuransi jiwa. Organisasi bertindak sebagai sumber rujukan untuk pelayanan

khusus bagi oarang epilepsi.

Rehabilitas Kerja. Untuk beberapa orang, masalah pekerjaan tetap menjadi rintangan

besar karena epilepsi. Penelitian telah menunjukan bahwa individu epilepsi yang di

tempatkan sesuai dalam pekerjaannya mempunyai kriteria yang memuaskan. Direktur

setiap lembaga State Vocational Rehabitation dapat memberikan informasi tentang

rehabilitas kerja.

Informasi Umum.the commission for the control of epilepshy and its consequences

membuat rekomendasi tentang aspek sosial, legal, ilmiah, ekonomik dan humanisme

dari epilepsi di Amerika Serikat. Organisasi ini menyesponsori kongres internasional,

mempublikasikan epiplepsia (jurnal internasional tentang epilepsi) , dan mempunyai

proyek penting yang bersifat internasional secara yang terus menerus.

Evaluasi Terus Menerus. Individu yang mengalami kejang tidak terkontrol dan

maladaptasi psikologik dan sosial dengan masalah-masalah lain yang berat dapat di

rujuk ke pusat epilepsi komprehensip dimana terdapat pemantauan televisi dan EEG

kontinu, pengobatan khusus dan pelayanan rehabilitas.

Konseling Ginetik. Transmisi herediter epilepsi belum terbukti. Keputusan tentang

pernikahan dan mempunyai keturunan dibuat atas dasar keinginan individual dan

keputusan ini tidak perlu disangkal untuk individu epilepsi. Namun, konseling ginetik

kadang-kadang diperlukan.

Page 30: Makalah Neuromuskular

Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi Potensial. Status epileptikus

merupakan komplikasi utama, seperti yang akan digambarkan dibawah ini.

Komplikasi lain adalah toksisitas obat. Pasien dan keluarga diajarkan tentang efek

samping dan diberikan pedoman khusus untuk mengunakan pengkajian dan pencatatan

tanda dan gejala yang menunjukan takar lajak obat.

f. Evaluasi

Hasil yang diharapkan

i. Mempertahankan kontrol kejang.

Mengikuti program pengobatan dan mengidentifikasi bahaya obat yang

diberikan.

Mengidentifikasi efek samping obat

Dapat menghindari faktor atau situasi yang dapat menimbulkan kejang

(cahaya menyilaukan, hiperventilasi, alkohol)

Mengikuti gaya hidup sehat dengan tidur yang cukup dan makan dengan

teratur untuk menghindari hipoglikemia.

ii. Meningkatnya penyesuaian psikologis dengan mendiskusikan perasaan.

iii. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentang epilepsi.

iv. Bebas dari kejang dan komplikasi status epileptikua.

STATUS EPILEPTIKUS

Status epileptikus (aktivitas kejang lama yang akut) merupakan suatu rentetan kejang

umum yang terjadi tanpa perbaikan kesadaran penuh diantara serangan. Tanpa perbaikan

kesadaran penuh diantara serangan. Istilah ini telah diperluas untuk mencakup kejang

klinis atau listrik kontinu yang berakhir sedikitnya 30 menit, meskipun tanpa kerusakan

kesadaran. Keadaan ini mempertimbangkan sebagai kedaruratan medis mayor. Status

Page 31: Makalah Neuromuskular

epileptikus menimbulkan kebutuhan metabolik besar dan dapat mempengaruhi

pernapasan. Terdapat beberapa kejadian henti napas pada puncak setiap kejang yang

menimbulkan kongesti vena dan hipoksia otak. Episode berulang anoksia dan

pembengkakan selebral dapat menimbulkan kerusakan otak janin yang ireversibel dan

fatal. Faktor-faktor yang mencetus status epileptikus meliputi gejala putus obat

antikonvulsan, demam, dan infeksi penyerta.

1) Penatalaksanaan

Tujuan tindakan adalah menghentikan kejang secepat mungkin, untuk menjamin

oksigenasi selebral adekuat, dan untuk mempertahankan pasien bebas kejang, jalan

napas dan oksigenasi adekuat perlu di upayakan. Jika pasien tetap berada pada

ketidaksadaran yang mendalam, maka perlu pasang selang endotrakea. Diazepam

diberikan dengan lambat melalui intravena dalam usaha untuk menghentikan kejang

dengan cepat. Obat-obat antikonvulsan lainnya (fenitoin, fenobarbital) diberikan

setelah diazepam diberikan untuk mempertahankan keadaan bebas kejang, karena

efek antikonvulsan dari deazepam singkat.

Jalur intravena dipasang dan contoh darah diambil untul memantau kadar elektrolit,

ureum, dan glukosa darah. Pemantauan EEG dapat digunakan dalam mengetahui

aktivitas nyata pada epileptogenik. Tanda vital dan tanda neurogenik dipantau terus

menerus sebagai dasar pemantauan. Infus dektrosa diberikan jika terjadi hipoglikemia

yang disebabkan oleh kejang. Bila pengobatan awal tidak berhasil, digunakan anestesi

umum dengan barbiturat kerja singkat.

Konsentrasi obat antikonvulsan dalam serum di ukur, karena kadar yang rendah

menunjukkan bahwa pasien tidak menggunakan obat tersebut atau bahwa dosis terlalu

rendah. Keterlibatan jantung atau depresi pernapasan mungkin hebat dan mengancam

hidup. Terdapat juga potensial terhadap bengkak selebral postiktal (setelah kejang).

2) Intervensi Keperawatan

Page 32: Makalah Neuromuskular

Perawat memulai pengkajian terus menerus dan pemantauan terhadap fungsi

pernapasan dan jantung. Mungkin terjadi perlambatan depresi pernapasan dan

tekanan darah yang merupakan akibat dari pemberian obat-obatan untuk

menghentikan kejang. Pengkajian keperawatan juga meliputi pemantauan dan

pencatatan tipe kejang dan kondisi umum pasien.

Pasien dibalik dengan posisi tidur miring jika memungkinkan, untuk membantu

mengeluarkan sekresi faring. Alat-alat pengisap harus tersedia karena adanya bahaya

aspirasi. Selang intravena dipantau ketat karena dapat tersumbat selama kejang.

Individu yang mendapat terapi antikonvulsan jangka panjang mempunyai risiko

fraktur bermakna yang diakibatkan oleh penyakit tulang (osteoporosis, osteomalasia,

dan hiperparatiroitdisme), efek samping pengobatan. Sehingga, selama pasien kejang

harus dilindungi dari cedera dengan memberi bantalan pada pagar tempat tidur dan

mempertahankan observasi konstan. Tidak ada upaya yang harus dibuat untuk

membatasi gerak. Pasien yang mengalami kejang dapat menimbulkan cedera orang

sekitarnya, sehingga perawat harus memperhatikan keselamatan mereka sendiri.