makalah 'MUSAQAH 2.docx

8
MUSAQAH, MUZARA’AH, DAN MUKHABARAH A. MUSAQAH 1. Pengertian Secara etimologi kalimat musaqah itu berasal dari kata al-saqa yang artinya seseorang bekerja pada pohon tamar, anggur (mengurusnya ) atau pohon-pohon yang lainnya supaya mendatangkan kemashlahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang di urus. Secara terminologis al-musaqah didefinisikan oleh para ulama : a. Menurut Abdurahman al-Jaziri, al-musaqah ialah : “aqad untuk pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian ) dan yang lainya dengan syarat-syarat tertentu” b. Menurut Syaikh Shihab al-Din al-Qolyubi dan Syaikh Umairah, bahwa al- musaqah ialah : “Memperkerjakan manusia untuk mengurus pohon dengan menyiram dan memeliharanya dan hasil yang dirizkikan allah dari pohon untuk mereka berdua” c. Menurut Hasbi ash-Shiddiqie yang di maksud dengan al- musaqah :“ Syarikat pertanian untuk memperoleh hasil dari pepohonan” Setelah diketahui semua definisi dari ahli fiqih, maka secara esensial al-musaqah itu adalah sebuah bentuk kerja sama pemilik kebun dengan penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat sehingga dapat memberikan hasil yang baik dan dari hasil itu akan di bagi menjadi dua sesuai denagn aqad yang telah disepakati. 2. Dasar Hukum Dalam menentukan hukum musaqah itu banyak perbedaan pendapat oleh para ulama Fiqh; Abu Hanifah dan Zufar ibn Huzail : bahwa akad al-musaqah itu dengan ketentuan petani, penggarap mendapatkan sebagian hasil kerjasama ini adalah tidak sah, karena al-musaqah seperti ini termasuk mengupah

Transcript of makalah 'MUSAQAH 2.docx

MUSAQAH, MUZARAAH, DAN MUKHABARAH

A.MUSAQAH1.PengertianSecara etimologi kalimat musaqah itu berasal dari kata al-saqa yang artinya seseorang bekerja pada pohon tamar, anggur (mengurusnya ) atau pohon-pohon yang lainnya supaya mendatangkan kemashlahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang di urus. Secara terminologis al-musaqah didefinisikan oleh para ulama :a.Menurut Abdurahman al-Jaziri, al-musaqah ialah : aqad untuk pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian ) dan yang lainya dengan syarat-syarat tertentub.Menurut Syaikh Shihab al-Din al-Qolyubi dan Syaikh Umairah, bahwa al- musaqah ialah : Memperkerjakan manusia untuk mengurus pohon dengan menyiram dan memeliharanya dan hasil yang dirizkikan allah dari pohon untuk mereka berduac.Menurut Hasbi ash-Shiddiqie yang di maksud dengan al-musaqah : Syarikat pertanian untuk memperoleh hasil dari pepohonanSetelah diketahui semua definisi dari ahli fiqih, maka secara esensial al-musaqah itu adalah sebuah bentuk kerja sama pemilik kebun dengan penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat sehingga dapat memberikan hasil yang baik dan dari hasil itu akan di bagi menjadi dua sesuai denagn aqad yang telah disepakati.

2.Dasar HukumDalammenentukan hukum musaqah itu banyak perbedaan pendapat oleh para ulama Fiqh; Abu Hanifah dan Zufar ibn Huzail : bahwa akad al-musaqah itu dengan ketentuan petani, penggarap mendapatkan sebagian hasil kerjasama ini adalah tidak sah, karena al-musaqah seperti ini termasuk mengupah seseorang dengan imbalan sebagaian hasil yang akan di panen dari kebun.Dalam hal ini di tegaskan oleh hadist Nabi Saw yang artinya : siapa yang memiliki sebidang tanah, hendaklah ia jadikan sebagai tanah pertanian dan jangan diupahkan dengan imbalan sepertiga atau seperempat (dari hasil yang akan dipanen) dan jangan pula dengan imbalan sejumlah makanan tertentu. ( H.R. al-Bukhori dan Muslim ).Jumhur ulama fiqh mengatakan : bahwa akad al-musaqah itu dibolehkan. Ditegaskan dalam hadist Nabi Saw. yang artinya : Bahwa Rasulullah Saw, melakukan kerjasama perkebunan dengan penduduk Khaibar dengan ketentuan bahwa mereka mendapatkan sebagian dari hasil kebun atau pertanian itu. ( H.R. Muttafaqun alaih).

3.Rukun dan SyaratAdapun Rukun Musaqah adalah:Pemilik kebun ( musaaqi ) dan penggarap ( saqiy ), keduanya hendaklah orang yang berhak membelanjakan harta.Syaratnya:a) Ucapan yang dilakukan kadang jelas (sharih) dan dengan samaran (kinayah), disyaratkan shigat itu dengan lafazd dan tidak cukup dengan perbuatan saja.b) Kedua belah pihak yang melakukan transaksi al-musaqah harus yang mampu dalam bertindak yaitu dewasa (akil baligh) dan berakal.c) Dalam obyek al-musaqah itu terdapat perbedaan pendapat ulama fiqh. Hasil (buah) yang dihasilkan dari kebun itu merupakan hak mereka bersama, sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat, baik dibagi menjadi dua, atau tiga.d) Lamanya perjanjian itu harus jelas, karena transaksi ini hampir sama dengan transaksi ijarah ( sewa menyewa ).

4.Berakhirnya Akad Al-Musaqah

Menurut para ulama fiqh berakhirnya akad al-musaqah itu apabila :a. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis;b. Salah satu pihak meninggal dunia;c. Ada udzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan akad.

5.Persamaan dan perbedaan Musaqah, Muzaraah dan MukhabarahAdapun persamaan dan perbedaan antara musaqah, muzaraah, dan mukhabarah yaitu, persamaannya adalah ketiga-tiganya merupakan aqad (perjanjian).Sedangkan perbedaannya adalah di dalam musaqah, tanaman sudah ada, tetapi memerlukan tenaga kerja yang memeliharanya. Di dalam muzaraah, tanaman di tanah belum ada, tanahnya masih harus digarap dulu oleh pengggarapnya, namun benihnya dari petani (orang yang menggarap). Sedangakan di dalam mukhabarah, tanaman di tanah belum ada, tanahnya masih harus digarap dulu oleh pengggarapnya, namun benihnya dari pemilik tanah.

6.Contoh MusaqahMisal si A adalah orang yang sangat kaya dan memiliki banyak tanah /ladang dimana-mana & si B adalah seorang yang rajin bekerja tapi kekurangan lapangan pekerjaan, karena si B orang yang ujur & dapat dipercaya maka siA menyerahkan sebagian kebunnya kepada si B dengan ketentuan ketentuan tertentu yang telah di setujui oleh kedua pihak. Dan dengan disetujuinya perjanjian tersebut maka si B pun harus merawat kebun si A dengan sebaik baiknya sampai waktu panen telah tiba.

7.Hikmah Musaqaha. Menghilangkan bahaya kefaqiran dan kemiskinan dan dengan demikian terpenuhi segala kekurangan dan kebutuhan.b. Terciptanya saling memberi manfaat antara sesama manusia.c. Bagi pemilik kebun sudah tentu pepohonannya akan terpelihara dari kerusakan dan akan tumbuh subur karena dirawat.

B. MUZARAAHDANMUKHABARAH1.PengertianDalam bahasa Indonesia arti dari muzaraah dan mukhabarah adalah pertanian. Menurut Taqiyyudin yang mengungkap pendapat Al-Qadhi Abu Thayib, muzaraah dan mukhabarah mempunyai satu pengertian. Walaupun mempunyai satu pengertian tetapi kedua istilah tersebut mempunyai dua arti yang pertamatharh al-zurah(melemparkan tanaman), maksudnya adalah modal(al-hadzar ).Makna yang pertama adalah makna yang majaz dan makna yan kedua adalah makna yang hakiki.Muzaraah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan pernggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan.

2.Dasar HukumDasar hukum yang digunakan para ulama dalam menetapkan hukum mukhabarah dan muzaraah adalah sebuah hadist yang diriwayatkan olehBukhari dan Muslim dari Abu Abbas ra. sesungguhnya Nabi SAW. Menyatakan, bahwa beliau tidak mengharamkan bermuzaraah, bahkan beliau menyuruhnya supaya yang sebagian menyayangi sebagian yang lain, dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah maka hendaklah ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada saudaranya, bila ia tidak mau maka boleh ditahan saja tanah itu.

Artinya::Berkata Rafi bin Khadij: Diantara Anshar yang paling banyak mempunyai tanah adalah kami, maka kami persewakan, sebagian tanah untuk kami dan sebagian tanah untuk mereka yang mengerjakannya, kadang sebagian tanah itu berhasil baik dan yang lain tidak berhasil, maka oleh karenanya Raulullah SAW. Melarang paroan dengan cara demikian (H.R. Bukhari)

Diriwayatkan oleh Muslim dan Thawus ra.Artinya: sesungguhnya Thawus ra. Bermukhabarah, Umar ra. Berkata; dan aku berkata kepadanya; ya Abdurahman, kalau engkau tinggalkan mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi melarangnya. Kemudian Thawus berkata; telah menceritakan kepadaku orang yang sungguh sungguh mengetahui hal itu, yaitu Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW, tidak melarang mukhabarah, hanya beliau berkata bila seseorang memberi menfaat kepada saudaranya, hal itu lebih baik daripada mengambil manfaat dari saudaranya dengan yang telah dimaklumi.Demikian dikemukakan dasar hukum muzaraah dan mukhabarah, diketahui pula pendapat para ulama, ada yang mengharamkan kedua-duanya, seperti pengarang kitab Al-Manhaj. Ada yang mengharamkan muzaraah saja, seperti al-syafiI berpendapat bahwa akad al-muzaraah sah apabila muzaraah mengikut kepada akad musaqah. Misalnya, apabila terjadi akad musaqah.

3.Rukun dan SyaratRukun muzaraah dan mukhabarah menurut Hanafiah ialah akad, yaitu ijab dan qabul antara pemilik dan pekerja.Secara rinci rukun muzaraahdan mukhabarahmenurut Hanafiyah adalah; tanah, perbuatan pekerja, modal dan alat-alat untuk menanam.Syarat-syaratnya:a. Syarat yang berkaitan dengan aqidain, yaitu harus berakalb. Berkaitan dengan tanaman, yaitu adanya penentuan macam tanaman yang akan ditanam.c. Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil tanamand. Bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya.e. Waktunya telah ditentukanf. Waktu tersebut memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud.g. Hal yang berkaitan dengan peralatan yang akan digunakan untuk menanam, alat-alat tersebut disyaratkan berupa hewan atau yang lainnya dibebankan pada pemilik tanah.

4.Persamaan dan PerbedaanPersamaan antara keduanya yaitu dalam bahasa Indonesia arti dari muzaraah dan mukhabarah adalah sama-sama pertanian. Menurut Taqiyyudin yang mengungkap pendapat Al-Qadhi Abu Thayib, muzaraah dan mukhabarah mempunyai satu pengertian.

Adapun perbedaan nya adalah:diantara keduanya mempunyai sedikit perbedaan yaitu:Muzaraah: Benih dari pemilik lahanMukhabarah: Benih dari penggarap

5.Contoh Muzaraah dan mukhabarah dalam Kehidupana.MuzaraahKegiatan muzaraah ini sudah terjadi sejak lama dikarenakan pemilik sawah tidak memiliki cukup waktu untuk menggarap sawahnya, sehingga untuk menggarap sawah yang bersangkutan diserahkan kepada pihak lain.Kegiatan muzaraah ini saya amati disekitar tempat tinggal saya. Berdasarkan hasil pengamatan saya, sebelum penggarapan sawah dilaksanakan oleh pihak kedua, mereka terlebih dahulu membuat kesepakatan mengenai pembagian hasil, kerugian, pembayaran zakat dan PBB sawahnya.Keuntungan dari sawah tersebut dibagi 3, dengan aturan sepertiga dari hasil panen untuk pemilik sawah, sedangkan dua pertiganya untuk penggarap sawah. Jika terjadi kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh kedua belah pihak. Sedangkan masalah zakat dan pembayaran PBB dari sawah yang bersangkutan dibayarkan oleh pemilik sawah.

b.MukhabarahKegiatan mukhabarah ini saya amati disekitar tempat tinggal saya. Hal ini terjadi dikarenakan pihak yang memiliki sawah sudah tua dan tidak sanggup lagi menggarap sawahnya sendiri. Karena itulah pihak pemilik sawah menyerahkan penggarapan sawahnya kepada pihak lain yang dipercaya.Sebelum penggarapan sawah dilakukan oleh orang yang dipercaya pemilik sawah, mereka terlebih dahulu membuat perjanjian yang terkait dengan pembagian hasil, pembayaran zakat, PBB dan masalah jika seandainya terjadi kerugian.Biasanya pada penggarapan sawah yang bibit dan pupuknya berasal dari pemilik sawah, maka hasil panennya dibagi 2. Setengah dari hasil panen untuk pemilik sawah dan setengahnya lagi untuk penggarap sawah. Jika pada saat sawah dipanen diketahui terjadi kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh kedua belah pihak. Untuk pembayaran zakat sawah, dibayar oleh kedua belah pihak, sedangkan pembayaran PBB dibayarkan oleh pemilik sawah.