Makalah Motor Kontrol

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Manusia sebagai makhluk hidup yang mulia mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Manusia tumbuh dan berkembang tentunya berlangsung dengan adanya gerak- gerak yang disesuaikan pada fasenya masing-masing. Manusia sejak lahir ke bumi telah melakukan pergerakan dari bagian-bagian tubuhnya oleh rangsang yang diterimanya. Untuk menguasai suatu gerakan tertentu tentunya diawali dengan adanya proses belajar tahap demi tahap hingga sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu kiranya adanya pemahaman yang tepat tentang teori-teori belajar gerak. Pada makalah ini akan dibahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan belajar gerak (motorik) yang diadaptasikan terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

description

semoga bermanfaat

Transcript of Makalah Motor Kontrol

11

BAB IPENDAHULUAN

A. LatarbelakangManusia sebagai makhluk hidup yang mulia mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Manusia tumbuh dan berkembang tentunya berlangsung dengan adanya gerak-gerak yang disesuaikan pada fasenya masing-masing. Manusia sejak lahir ke bumi telah melakukan pergerakan dari bagian-bagian tubuhnya oleh rangsang yang diterimanya. Untuk menguasai suatu gerakan tertentu tentunya diawali dengan adanya proses belajar tahap demi tahap hingga sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu kiranya adanya pemahaman yang tepat tentang teori-teori belajar gerak. Pada makalah ini akan dibahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan belajar gerak (motorik) yang diadaptasikan terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

B. Tujuan

1Tujuan yang ingin diperoleh dari pembuatan makalah ini, yaitu; (1) untuk memenuhi tugas mata kuliah Motor Kontrol dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga, (2) sebagai bahan masukan bagi guru-guru Penjas dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, (3) sebagai bahan masukan bagi para peneliti yang ingin meneliti tentang teori-teori belajar motorik.C. ManfaatManfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu:1. Bagi penulis, mendapatkan kredit nilai dari dosen pengampu mata kuliah Motor Kontrol dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga.2. Bagi para guru Penjas, agar kiranya lebih memahami dan dapat menerapkan teori belajar motorik dalam pembelajaran dengan baik dan tepat.3. Bagi para peneliti, agar kiranya lebih paham tentang teori-teori belajar gerak (motorik).

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Motorik/Gerak Pengertian Pengertian belajar motorik/gerak pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pengertian belajar secara umum. Berikut adalah beberapa penjelasan belajar motorik menurut para ahli:1. Schmidt (1991) menjelaskan bahwa, pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil.2. Oxendine (1984) menjelaskan bahwa, belajar motorik adalah suatu proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.3. Rahantoknam (1988) menjelaskan bahwa, belajar motorik adalah proses peningkatan suatu keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman, bukan karena kondisi maturasi atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis.Dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar gerak adalah suatu rangkaian proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen yang diperoleh dari hasil pengalaman dan latihan untuk menampilkan gerakan yang benar dan terampil.

3B. Unsur Belajar Gerak/ MotorikBerdasarkan pengertian belajar motorik tersebut, maka diidentifikasi beberapa unsur dalam belajar motorik, yaitu sebagai berikut:1. Belajar motorik adalah suatu prosesBelajar motorik adalah proses internal yang terjadi pada siswa/atlet, karena adanya faktor eksternal (keadaan di luar diri siswa yang memberi pengaruh pada perkembangan motoriknya) dan faktor internal (karakteristik siswa, seperti: kecerdasan, tipe tubuh, kemampuan motorik) itu sendiri. Berdasarkan pada teori belajar information processing (Singer, 1980), belajar motorik terjadi karena adanya informasi yang masuk kemudian diolah dan diaktualisasikan dalam bentuk gerak. 2. Hasil dari belajar merupakan kemampuan merespon yang diaktualisasikan dalam bentuk gerakan.Hasil akhir yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai faktor-faktor internal dari suatu keterampilan dan dilakukan secara teratur serta tepat waktu. Kualitasnya diukur dari kinerja saat melakukan gerakan dan hasil gerakannya (responnya).3. Kemampuan atau gerakan yang dihasilkan relatif permanenKeterampilan motorik yang dikuasai dan dipelajari oleh siswa/atlet dapat melekat pada diri dalam waktu yang relatif lama. Namun berdasarkan Theory of Retention and Forgetting (Singer, 1980 dan Schmidt, 1988) bahwa kemampuan manusia untuk mengingat sangat terbatas, makin lama makin berkurang bahkan bisa hilang atau lupa sama sekali.4. Keterampilan gerak sebagai akibat dari latihan dan pengalamanKeterampilan motorik bukan karena pertumbuhan, perkembangan dan kematangan, tetapi hasil latihan. Seperti dijelaskan Rahantoknam (1988) di atas.5. Perubahan dapat ke arah negatif maupun positifAtlet berlatih setiap hari pada hakikatnya ingin meningkatkan ketrampilan motorik yang telah dikuasai dan mempertahankan prestasi yang telah dicapai. Tetapi hasil belajar/latihan tidak selalu mengarah pada peningkatan secara terus menerus, karena banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil latihan.

C. Tahapan Pembelajaran GerakDalam proses pembelajaran gerak dapat diidentifikasi beberapa tahapan-tahapan yang membutuhkan perhatian khusus agar kiranya lebih bermanfaat dan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu; (1) tahapan verbal-kognitif, (2) tahapan motorik, (3) tahapan otomatisasi.1. Tahapan Verbal-KognitifPada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan, dan bagaimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal-kognitif sangat mendominasi tahapan ini. Instruksi, demonstrasi, film clips, dan informasi verbal lainnya secara khusus dapat memberikan kontribusi positif dalam tahapan ini. 2. Tahapan MotorikPada tahapan motorik hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya membentuk pola gerak yang lebih efektif. Untuk membentuk pola gerak yang lebih efektif tentunya harus ada kontrol dari guru dan rasa percaya diri peserta didik dalam melakukan pola gerakan-gerakan yang diberikan. Pada tahap ini peserta didik juga diharapkan agar mengikuti dan melaksanakan instruksi yang diberikan oleh guru/pelatih dengan baik dan benar sehingga tercapailah efisiensi dari gerakan tersebut. Dengan meningkatnya efisiensi dalam bergerak akan menghemat jumlah energi yang dikeluarkan dan memberikan suatu nilai estetika.3. Tahapan OtomatisasiSetelah peserta didik melakukan gerak dengan jumlah yang banyak dan diulang-ulang, secara sendirinya akan mengarah pada gerak otomatisasi. Dengan adanya pengulangan gerak yang benar dan teratur akan membuat motor program berkembang dengan baik dan bahkan dapat mengontrol gerak dalam waktu yang singkat. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada tahapan ini akan kelihatan lebih terampil, efektif dan efisien.

D. Manfaat Belajar Gerak/MotorikManfaat dari belajar motorik diantaranya adalah sebagai berikut:1. Agar siswa/atlet dapat memperoleh kemampuan keterampilan kemudian berlatih untuk meningkatkan kemampuan tersebut.2. Memberikan perubahan yang permanen di dalam perilaku untuk melakukan gerakan dengan benar sebagai hasil dari belajar motorik.3. Dapat memberikan umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan yang telah ada dari hasil latihan di dalam system saraf yang telah disimpan oleh memori untuk melakukan otomatisasi gerak.4. Meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan secara baik dan benar dan otomatisasi gerakan dari keterampilan gerak.5. Dapat mengambil keuntungan dari mekanika sistem musculoskeletal untuk mengoptimalkan serta efisiensi dari pergerakan tersebut.

E. Teori Belajar Motorik Diadaptasikan pada Psikologi PendidikanTerdapat dua kelompok besar dari teori belajar, yaitu: (1) teori asosiasi stimulus-respons atau teori koneksionis, dan (2) teori gestalt-field atau teori kognitif.1. Teori Asosiasi Stimulus-ResponsTeori yang tergolong pada teori asosiasi stimulus-respons, yaitu: (a) teori koneksionis Thorndike, (b) teori contiguity Guthrie, (c) teori reinforcement Hull, (d) teori operant conditioning Skinner.Edward L. Thorndike (1874-1949) termasuk tokoh besar dalam pengembangan teori belajar. Dia mengembangkan teori-teori dan prinsip-prinsip sebagai pendekatan ilmiah bagi pemecahan masalah pendidikan. Sebagian besar teorinya dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap perilaku belajar hewan yang lebih rendah tingkatanyan dan gejala belajar mencoba dan salah (trial and error) pada manusia. Edwin R. Guthrie (1886-1959) mengembangkan toeri contiguity yang menekankan asosiasi antara stimulus dan respons. Dia menyatakan bahwa jiwa cenderung mengaitkan kedua hal itu yang masuk ke dalam dunia mental dalam waktu bersamaan. Guthrie percaya bahwa respons yang didahului atau diikuti oleh suatu stimulus atau suatu kombinasi dari rangsang akan diulang manakala stimulus atau kombinasi dari rangsang itu diulang.Clark L. Hull (1884-1952) adalah tokoh teori stimulus-respons lainnya yang menekankan pentingnya reduksi dorongan sebagai faktor utama dalam belajar. Hull menyatakan, organisme selalu dalam keadaan tidak seimbang dengan lingkungannya, kebutuhan organisme direalisasikan dalam suatu dorongan (drive). Kebutuhan itu ada yang bersifat primer (berkaitan dengan keniscayaan fisiologis) dan sekunder (berkaitan dengan keinginan yang bersifat psikologis). B.F. Skinner (lahir 1904) mengembangkan sebuah teori yang menekankan pentingnya reinforcement dari respons sebagai faktor yang paling menentukan dalam belajar. Dalam belajar keterampilan motorik, Skinner memiliki dampak kuat dan luas khususnya dalam pengembangan metode latihan. Teori Skinner disebut operant conditioning. Bagi Skinner, operant berarti seperangkat tindakan atau respons. Jadi, operant conditioning berarti proses belajar yang menyebabkan respons makin sering terjadi dengan cara memberikan reinforcement atau penguat terhadap tindakan yang diharapkan (Oxendine, 1968-1984). Dapat ditambahkan, sebuah reinforcer atau penguat didefenisikan atas dasar efeknya. Setiap rangsang merupakan unsur penguat jika unsur itu meningkatkan peluang terjadinya respons (Hilgard & Bower, 1977).2. Teori Gestalt-Field (Kognitif)Ide dasar dari teori kognitif adalah bahwa seorang pelajar mengorganisasikan rangsang atau persepsinya ke dalam suatu pola atau bentuk secara keseluruhan. Semua rangsang saling terkait dengan yang lain, dan kesemua rangsang itu memiliki karakteristik yang diperoleh dari hubungannya dengan yang lain. Konsep utama dari teori gestalt ialah figure dan ground. Ini berarti bahwa, medan sensoris seperti; pengamatan, pendengaran, dan lain-lain iorganisasikan ke dalam sebuah gambar dengan suatu latarbelakang. Seseorang akan mempersepsi gambar dan latarbelakang itu secara serempak.Edward C. Tolman (1886-1959) dikenal sebagai tokoh teori gestalt, karena dia mengkombinasikan berbagai konsep dari psikologi gestalt dan mengembangkannya ke dalam sebuah teori belajar yang dapat diterima. Konsep utama Tolman adalah sign-gestalt yang berarti pengorganisasian atau pembentukan pola rangsang yang bertindak sebagai tuntunan atau petunjuk bagi si pelajar (Oxedine, 1968, 1984). Kurt Lewin (1890-1947) dikenal sebagai tokoh sebuah teori yang menekankan

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari penjelasan pada Bagian II Pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran gerak sangat diperlukan teori-teori pendukung agar pola gerak yang kita ajarkan dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik dan benar. Pemahaman tentang teori-teori belajar gerak tidak hanya dibutuhkan oleh Guru Penjas, tetapi sangat dibutuhkan oleh semua orang yang ingin mengajarkan pola gerak tertentu, seperti: orangtua, pelatih, peneliti, dan lainya.

B. Saran Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun pendalaman materi. Untuk itu, penulis menyarankan kepada para pembaca ataupun peneliti yang ingin mengembangkan pemahaman teori belajar gerak, tidak hanya memakai makalah ini menjadi referensi utama. Sebaiknya para pembaca atau peneliti mencari sumber-sumber lain yang dapat mendukung pencapaian tujuan yang diharapkan dan memperkaya khasanah ilmu tentang teori belajar gerak.

10DAFTAR PUSTAKA

Amung dan Yudha. (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN DIKDASMEN

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI

http://turnadoku.blogspot.com/2012/07/teori-belajar-motorik.html

https://kurwindakristi.wordpress.com/2012/03/04/belajar-gerak/

11