makalah meningoensefalitis

download makalah meningoensefalitis

of 63

Transcript of makalah meningoensefalitis

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    1/63

    TUTORIAL CASE

    BLOK NBSS

    MENINGOENSEFALITIS

    D4

    Nama Tutor :dr. Wahyunia

    Nama Anggota Kelompok :

    Hana Fathia Ardi (1010211077) Hasyati Dwi Kinasih (1010211023) Reza Angga Pratama (1010211050) Anna Andany Lestari (1010211056) Maulana Wasis Waskito (1010211069) Niken F. K Utami (1010211074) Restu Kaharseno (1010211098) Afria Beny Safitri (1010211160)

    Rahma Cita Halida (1010211180)

    Sanni Rizky Putri (1010211183)

    FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA

    2010/2011

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    2/63

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    Tahun Ajaran 2010/2011

    Lembar Pengesahan

    Mengetahui,

    Tutor Tutorial D-4

    dr. Wahyunia

    Ketua

    Hana Fathia Ardi

    (1010211077)

    Sekretaris I Sekretaris II

    Niken F. K Utami Maulana Wasis Waskito

    (1010211074) (1010211069)

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    3/63

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tiada Tuhan selain Allah SWT

    dan tiada sekutu bagi-Nya. Begitu banyak dan berlimpah nikmat yang telah Ia berikan

    terutama nikmat Iman, Islam, dan Ihsan. Puji syukur kami panjatkan yang dengan

    izinNya maka makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah

    mengenai kasus Kejang Demam yang didiskusikan sejak tanggal 19 Maret 2012

    sampai 23 Maret 2012

    Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Wahyunia atas segala

    pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses

    tutorial. Terima kasih juga kepada kelompok tutorial D-4 atas kerjasamanya mulai dari

    proses pembahasan hingga pembuatan makalah ini. Tujuan dari pembuatan makalah

    ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari diskusi yang telah kami lakukan dalam

    pembahasan kasus pertama di blok NBSS ini serta untuk menambah pengetahuan

    penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

    Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,

    maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

    pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.

    Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi

    pihak yang membutuhkan, khususnya bagi tim penulis sehingga tujuan yang

    diharapkan dapat tercapai. Amin

    Jakarta , 23 April 2012

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    4/63

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN............................................................... i

    KATA PENGANTAR. iiDAFTAR ISI ....... iii

    CASE............................................................................................. 5

    Learning Progress......................................................................... 8

    Fisiologi Kesadaran....................................................................... 9

    Fisiologi Tidur................................................................................ 10

    Koma............................................................................................. 13

    Infeksi SSP.................................................................................... 15

    Virus........................................................................................

    Bakteri.....................................................................................

    Spirochaeta.............................................................................

    Fungus......................................................................................

    Protozoa.....................................................................................

    Metazoa......................................................................................

    Meningitis..........................................................................................

    Ensefalitis..........................................................................................

    Meningoensefalitis............................................................................

    Abses Serebri....................................................................................

    INTERPRETASI KASUS....................................................................

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................................

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    5/63

    CASE

    PAGE 1Tn. Parto berusia 30 tahun, datang diantar ibunya ke unit gawat darurat RSPAD Gatot

    Subroto dengan keluhan mengalami kejang. Kejang terjadi di seluruh tubuh. Kejang yang

    dialami hanya berlangsung selama 3 menit. Dan saat kejang ia dalam keadaan tidak sadar.

    Riwat Penyakit Sekarang

    Sudah sejak dua minggu terakhir, pasien mengalami sakit kepala hebat seperti ditusuk,

    terus menerus diseluruh kepala dan kaku di leher bagian belakang. Ia sering mengkonsumsi obat

    sakit kepala yang dibeli di warung, namun sakitnya tak kunjung sembuh. Berat badan pasien

    mengalami penurunan drastis.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Parto adalah seorang pecandu narkoba, ia sering menggunakan jarum suntik bergantian

    dengan teman-temannya sesama pecandu narkoba. Ia menjadi seorang pecandu narkoba sejak 10

    tahun terakhir.

    PAGE 2

    Pemeriksaan Fisik

    Kesadaran : delirium

    Vital sign

    - HR : 100x/menit

    - RR : 20 x/menit

    - Suhu : 37,50

    C

    - TD : 120/80 mmHg

    Tatto : (+) hampir di seluru tubuh

    Needle track : (+)

    Mata : RCL/RCTL = ++/++, papil edema (-)

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    6/63

    Mulut : leukoplakia (+), oral thrush (+)

    Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar

    Pemeriksaan Neurologis

    GCS : E4V2M6

    Motorik : hemiparesis tidak ada, normotonus, normotrofi

    Reflex Fisiologis

    - Refleks biceps/triceps : (+) normal

    - Refleks patella/achiles: (+) normal

    Reflex Patologis

    - Refleks babinski : (-)

    Meningeal sign

    - Kaku kuduk : (+)

    - Brudzinsky I : (+)

    - Brudzinsky II : (+)

    - Kernig : (+)

    Pemeriksaan Laboratorium

    - Hb : 12,4 g/dl

    - Ht : 42%

    - MCV : 60%

    - Leukosit : 4500/mm3

    - Trombosit : 240.000/mm3

    - Diff count : 0/0/0/63/24/13

    - GDS : 98 mg/dl

    - Pemeriksaan dengan tinta india : kriptokokus (+)

    - CT scan : edema difus cerebri

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    7/63

    PAGE 3

    Dari hasil pemeriksaan western blot, didapatkan pasien HIV (+) dan didiagnosis

    mengalami meningoensefalitis akibat kriptokokus. Saat ini pasien masih dirawat di ICU.Penatalaksanaan :

    Manitol IV 4x125 cc

    Ranitidin 2x1 ampul

    Fluconazole 200 mg/hari IV

    Pada perawatan hari ke 6, pasien masih mengalami pusing kepala, disertai muntah dan

    mulai terjadi penurunan kesadaran, dan akhirnya pasienmeninggal pada perawatan hari ke7.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    8/63

    FISIOLOGI KESADARAN

    Kesadaran adalah keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen.

    Substrat kualitas dan derajat kesadaran ditentukan oleh jumlah (kuantitas) input susunan saraf

    pusat . Input susunan saraf terdiri dari input spesifik dan input non spesifik.

    Input SSP spesifik

    - Perjalanan impuls aferen yang khas dan kesadaran yang diteruskan oleh impuls aferen

    khas juga

    - Lintasan spesifik menghantarkan impuls dari satu titik pada alat reseptor ke satu titik pada

    korteks perseptif primer

    - Setibanya impuls aferen spesifik di tingkat korteks terwujudlah suatu kesadaran akan

    suatu modalitas perasaan yang spesifik, yaitu perasaan nyeri di kaki atau di wajah atau

    suatu penglihatan, penghiduan, pendengaran.

    Input SSP non spesifik

    - Sebagian dari impuls aferen spesifik yang disalurkan melalui lintasan aferen non-spesifik

    - Lintasan aferen non spesifik menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada tubuh

    ke titik pada seluruh korteks serebri kedua sisi

    - Lintasan ini terdiri dari serangkaian neuron neuron di substansia retikularis medulla

    spinalis dan batang otak yang menyalurkan impuls aferen ke thalamus yaitu inti

    intralaminar

    - Setibanya di inti intralaminar akan menggalakan inti tersebut untuk memancarkan impuls

    yang menggiatkan seluruh korteks secara difus dan bilateral

    - Lintasan aferen non spesifik lebih dikenal dengan difuse ascending reticular system

    Neuron Penggemban Kewaspadaan Dan Neuron Penggalak Kewaspadaan

    Neuron Pengemban Kewaspadaan

    Neuron-neuron di seluruh korteks serebri yang digalakkan oleh impuls aferen non

    spesifik (derajat kesadaran bias tinggi atau rendah bergantung pada jumlah neuron-

    neuron tersebut yang aktif)

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    9/63

    Neuron Penggalak Kewaspadaan

    Aktivitas neuron-neuron tersebut digalakkan oleh neuron-neuron yang menyusun

    inti talamik yang dinamakan nuclei intralaminar

    Gangguan Kesadaran

    Gangguan kesadaran terjadi karena ada gangguan pada neuron pengemban kewaspadaan

    yang tidak berfungsi atau pada neuron penggalak kewaspadaan yang tidak berdaya untuk

    mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    10/63

    FISIOLOGI TIDUR

    Definisi

    Suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoriyang sesuai.

    Status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan

    menurun.

    Suatu proses aktif yang terdiri dari periode-periode tidur gelombang-lambat dan paradoksikal

    yang berseling-seling.

    Pengaturan tidur

    Reticular Activating System (RAS)

    - RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat

    mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran,

    nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan

    katekolamin.

    Bulbar Synchronizing Region (BSR)

    - pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.

    Macam-macam tidur

    1. Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)

    - jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis

    atau disebut dengan tidur gelombang lambat.

    - Perpindahan tahap 1-4 berkisar 30 sampai 45 menit.

    Tahap 1

    - Tahap ini berlangsung selama 5 menit. Tahap transisi antara bangun dan tidur denganciri sebagai berikut:

    rileks

    masih sadar dengan lingkungan

    merasa mengantuk

    bola mata bergerak dari samping ke samping

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    11/63

    frekuensi nadi dan napas sedikit menurun

    dapat bangun segera

    Tahap 2

    - Tahap ini berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit. Merupakan tahap tidur ringan

    dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut:

    mata pada umumnya menetap

    denyut jantung dan frekuensi napas menurun

    temperatur tubuh menurun

    metabolisme menurun

    Tahap 3

    - Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas dan proses tubuh

    lainnya lambat, disebabkan adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sulit untuk bangun

    Tahap 4

    - Merupakan tahap tidur dalam dengan ciri:

    kecepatan jantung dan pernapasan turun

    jarang bergerak

    sulit dibangunkan

    gerak bola mata cepat sekresi lambung menurun

    tonus otot menurun

    2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

    - jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak

    meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan.

    - Terdapat pada akhir siklus gelombang lambat.

    - Berlangsung 10-15 menit.

    - Otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%.

    - Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:

    Biasanya disertai dengan mimpi aktif.

    Lebih sulit dibangunkan.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    12/63

    Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi

    spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.

    Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.

    Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.

    Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah

    meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat.

    Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar,

    memori, dan adaptasi.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    13/63

    KOMA

    Koma merupakan suatu keadan dimana kesadaran menurun pada derajat yang terendah,

    atau korteks serebri kedua sisi tidak lagi menerima impuls aferen aspesifik.

    Gangguan yang dapat menimbulkan koma dapat tercakup dalam gangguan :

    - Di substansia retikularis bagian batang otak yang paling rostral

    o Infratentorial

    o Supratentorial

    - Gangguan difus pada kedua hemisferium

    Hemisferium kedua sisi dapat terganggu secara menyeluruh jika sel-sel yang menyusun

    korteks serebri kedua sisi mengalami gangguan metabolic akibat racun endogenik maupun

    eksogenik.

    Koma Infratentorial Diensefalik

    Ada dua macam proses patologik di dalam ruang infratentorial yang dapat menimbulkan

    koma

    1. Proses patologik di dalam batang otak yang dapat merusak substansia retikularis

    - Lesi vascular yang merusak substansia reticularis akibat penyumbatan arteria

    serebri superior.- Lesi vascular di pons meliputi penyumbatan arteri-arteri perfontares yang

    berinduk pada arteria basilaris

    - Perdarahan trauma kapitis bias merusak tegmentum batang otak berikut

    substansia retikularis

    2. Proses diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia

    retikularis

    - Neoplasma, abses, perdarahan di serebrum yang mendesak batang otak dari luar

    Koma Supratentorial Diensefalik

    Semua proses supratentorial yang dapat mengakibatkan destruksi dan kompresi

    pada substansia retikularis diensefalik (nuclei intralaminares) akan menimbulkan koma.

    Destruksi bias terjadi karena perdarahan, metastasis tumor, atau bisa juga karena infeksi

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    14/63

    misalnya meningitis. Kompresi yang tersebut diatas disebabkan oleh proses desak ruang ,

    dimana terbagi menjadi 3 golongan : (1) Proses desak ruang yang meninggikan tekanan

    di dalam ruang intracranial supratentorial secara akut ; (2) lesi yang menimbulkan

    syndrome unkus ; (3) lesi supratentorial yang menimbilkan syndrome kompresi

    rostokaudal terhadap batang otak

    o Tekanan intracranial supratentorial yang mendesak menjadi tinggi

    Keadaan ini bisa dijumpai jika terdapat hemorargia serebri yang massif atau

    perdarahan epidural

    Mendesak bangunan yang terletak infratentorial

    Manifestasi klinis : Tekanan darah meningkat, nadi lambat, kesadaran

    menurun secara progresif

    o Sindrom Unkus

    Dikenal juga sindrom kompresi diensefalon ke lateral

    Proses desak ruang di bagian lateral dari fosa crania media . desakannya

    mengakibatkan gangguan pada nervus okulomotorius

    Manifestasi klinis : dilatasi pupil kontralateral, kelumpuhan nervus

    okulomotorius totalis

    o Sindrom Kompresi Rostokaudal terhadap batang otak

    Koma Bihemisferik Difus

    o Koma bihemisferik difus terjadi karena metabolism neuronal kedua belah

    hemisferium terganggu secara difus.

    o Proses Metabolisme ini meliputi penyediaan dan pengaturan keseimbangan natrium

    dan kalium di dalam dan diluar sel, membuat zat-zat yang diperlukan untuk

    memungkinkan serah terima potensial aksi antar neuron (neurotransmitter), mengolah

    katabolit-katabolit yang akan dimanfaatkan untuk resistensi enzim dan unsure-unsur

    sel

    o Bila terjadi kekurangan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses metabolism,

    maka proses metabolism akan terganggu dan neuron di kedua hemisferium menjadi

    tidak berfungsi dengan baik hingga dapat menyebabkan penurunan kesadaran

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    15/63

    INFEKSI SSP

    I. INEKSI VIRUS

    Cara masuk virus ke dalam sel pejamunya :

    Melekat

    Penetrasi

    Pelepasan kapsid

    Proses replikasi

    Pelepasan virus

    Ada 2 macam virus yang menimbulkan manifestasi neurologik : ada virus yang tergolong

    dengan virus neurotropik dan virus viserotropik

    Tetapi virus viserotropik mempunyai kecenderungan tertangkap oleh sel mukosa traktus

    digestivus hanya pada kondisi2 tertentu untuk tiba di sel sel saraf.

    Kondisinya :

    o Jumlah virus yang melakukan invasi besar sekali

    o Daya ketahanan tubuh yang rendah

    o Karena bantuan biokimiawi kepada susunan saraf berkurang, akibat kerusakan

    diginjal, diparu, hepar, jantung, susunan eritropoietik

    Setelah melakukan serangkaian cara masuk dan penyebarannya, baru timbul manifestasi2

    toksemia dan disusul oleh manifestasi2 lokalisatorik

    Gejala toksemia : sakit kepala, febrile convulsion, vertigo, parestesia, lemas letih seluruh

    tubuh, nyeri retrobulbar, tidak jarang organic brain syndrome

    Manifestasi lokalisatorik : sindrom meningitis, ensefalitis,meningoensefalitis

    Enterovirus merupakan penyebab utama dari meningitis viral

    Sebagian dari enterovirus dan neurotropik virus lainnya membangkitkan ensefalitis

    Pembauran keduanya bisa menyebabkan meningoensefalitis

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    16/63

    II. INFEKSI BAKTERIAL

    Kuman masuk ke dalam permukaan sel kemudian ditangkap oleh lisosom kemudian

    datang fagosit yang emmakan kuman sehingga kuman dihancurkan. Reruntuhan kuman

    itu merupakan racun (toksin) yang nantinya akan diserap oleh aliran darah sehingga

    timbul gejala toksemia (demam, perasaan tidak enak badan, anoreksia, selesma, batuk,dll). Nah, misalkan tubuh kita kalah oleh invasi bakteri tersebut maka kuman akan terus

    berkembang biak dan masuk ke dalam aliran darah kemudia masuk ke dalam otak

    dikarenakan otak tidak memiliki system seperti tubuh kita sehingga dia mudah dimasuki

    oleh mikroorganisme dan menimbulkan kerusakan (radang) sehingga timbul gejala.

    Gejala toksemianya meliputi sakit kepala, nyeri retroorbital , nyeri pinnggang bagian

    bawah, nyeri otot, pusing, parastesia, fotofobia, latergia, delirium.

    Gejala lokalisatoriknya meliputi enteritis, nefritis, ensefalitis, abses serebri.

    III.INFEKSI SPIROCHAETA

    a. Leptospirosis

    Leptospirosis adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman.

    Disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan

    yang terkena

    Penularan leptospirosis melalui air minum yang terkontaminasi dengan kencing host

    leptospira seperti tikus, kelinci, marmot.

    Kuman masuk kedalam traktus digestivus menyebar melalui pembuluh darah ke

    organ-organ tubuh terutama ke hati dan ginjal kemudian menimbulkan reaksiperadangan, oedema akhirnya terjadi hepatic failure dengan ikterus obstruktif, renal

    failure.

    Gejala dini Leptospirosis umumnya : demam, sakit kepala parah, nyeri otot,

    merah,muntah dan mata merah.

    Gejala lain yang menyertainya : myalgia, konjunctivitis perikorneal, uveitis,

    hemorhagi,meningitis leptospirosis (paling sering 50%), hemorhagi serebri.

    b. Sifilis Sifilis adalah penyakit menular seksual

    Disebabkan oleh Treponema pallidum

    Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir atau melalui kulit.

    Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening

    terdekat,kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

    Infeksi oleh Treponema pallidumberkembang melalui 4 tahap

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    17/63

    1. Fase Primer

    - Terbentuk luka atau ulkus (cangker) yang tidak nyeri pada tempat yang

    terinfeksi. Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang

    dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa

    disertai nyeri.

    - Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala, biasanya membaik dalam

    waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara

    keseluruhan.

    2. Fase Sekunder

    - Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul

    dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung

    hanya sebentar, meskipun tidak diobati ruam ini akan menghilang.

    - Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita

    memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar

    10% menderita peradangan mata.- Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi

    pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10%

    penderita mengalami peradangan padatulang dan sendi yang disertai nyeri.

    Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein kedalam air kemih.

    Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning.

    - Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak

    (meningitis sifilitik akut ), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan

    ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit

    yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondilomalata).

    - Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu

    makan, mual, lelah,demam, rambut rontok dan anemia

    3. Fase Laten.

    - Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun. Pada awal fase laten luka yang

    infeksius kembali muncul dan apabila penyebab manifestasi sifilis tahap

    kedua itu tidak dikenal maka infeksi treponema palidum akan terus berjalan

    tanpa halangan, sehingga susunansaraf pusat juga akan mengalami invasi

    kuman tersebut.

    - Gambaran Prodromnya bersifat umum seperti sakit kepala,insomnia, cepat

    lupa, daya konsentrasi mengurang dan letih badan. Selanjutnya timbuldemensia dengan perubahan watak bahkan psikosis

    4. Fase Tersier.

    - Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala

    bervariasi mulairingan sampai sangat parah, terbagi menjadi 3 kelompok

    utama :

    1) Sifilis tersier jinak

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    18/63

    o Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya

    perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan

    parut. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang

    sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari

    2) Sifilis kardiovaskuler

    o Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi

    aneurisma aorta atau kebocoran

    o katup aorta. Hal ini biasa menyebabkan nyeri dada, gagal

    jantung atau kematian.

    3) Neurosifilis

    o Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang

    tidakdiobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah

    neurosifilis meningovaskuler neurosifilis paretik

    neurosifilis tabetik

    IV. INFEKSI FUNGUS

    Fungi adalah organisme yang terdapat dimana-mana dengan virulensi rendah yang

    menjadi patogenik pada lingkungan tertentu seperti depresi immunitas bermedia

    sel,neutropenia, dan terapi antibiotika sistemik jangka lama. Tidak jarang menginvasi

    otak.

    Terkenanya SSP mungkin disseminate, menyebabkan meningitis atau

    meningoensefalitis atau fokal, menyebabkan abses granulomatosa.

    Berbeda dengan infeksi bakterial, meningitis fungal cenderung dimulai ringan dengan

    perburukan bertahap. Nyeri kepala, kaku kuduk, demam, letargi, status mental

    depresi,dan palsi saraf kranial mungkin tampak.

    CT -scan tidak selalu membantu pada meningitis fungal, tapi mungkin memperlihatkan

    hidrosefalus, komplikasidari meningitis kronik.

    MRI dapat efektif memperlihatkan penguatan basiler dan inflamasi

    Abses otak tunggal atau multipel mungkin tampil dengan kejang, nyeri kepala,

    statusmental depresi, atau defisit neurologis fokal, sering bersamaan denganpneumonia.

    Patogen yang umum adalah Cryptococcus, Aspergillus, Nocardia,

    Blastomyces, Actinomyces, dan Histoplasma.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    19/63

    V. INFEKSI PROTOZOAL

    a. Tripanosomiasis

    Etiologinya adalah Tripanosoma gambiense , di Afrika dikenal dengan penyakit tidur

    yang vector penularannya lalat glosina/tsetse sedangkan di Ameriks dikenal dengan

    penyakit Chaga yang vector penularannya kutu busuk. Mikroorganisme ini akan

    berkembangbiak dalam traktus digetivus vector lalu pindah ke kelenjar liur. Ketika

    hospes menggigit manusia atau hewan lainnya, pada port dentre akan timbul lesi

    setempat berupa ulkus atau nodula. Setelah itu akan terjadi penjalaran secara limfogen

    dimana manifestasinya berupa demam dan limfadenopati, lalu akan menyebar secara

    hematogen dan nantinya akan invasi ke susunan saraf. Dimana pada invasi susunan saraf

    akan timbul gejala neurologic berupa tremor, ataksia, konvulsi, delirium, demensia dan

    somnolensia. Selain itu umumnya meningen juga terkena dan CSS akan banyak

    mengandung limfosit dan protozoa.

    b. Malaria

    Infeksinya olehPlasmodium falsiparum, kasnya adalah multiplikasinya tidak dapat

    dihambat karena kebanyakan berada dieritrosit dan eritrosit cenderung melekat pada

    intima pembuluh kapilar sehingga menimbulkan penyumatan aliran kapilar, dengan

    vector nyamuk Anopheles. Karena sifat eritrosit menjadi berubah seperti tadi maka lesi

    vascular mudah timbul dalam bentuk ptekie hemoragi dan nekrosis fokal. Penyebaran

    pada otak dan meningens akan timbul manifestasi neurologic seperti sindroma

    meningitis, deficit serebral fokal, gejala serebral dan bulbar, gejala iritatif, organic brain

    syndrome dan stupor sampai koma. Jika lesi meluas secara progresif, dapat menyebabkan

    kematian.

    c. Toksoplasmosis

    Mikroorganisme bertahan dalam bentuk kista di otot dan jaringan saraf yang

    ukurannya lebih kecil dari eritrosit maka sangat mudah tersebar secara hematogen. Pada

    yang asimtomatik (kebanyakan pada yang akuisita) timbul gejala lokalisatorik seperti

    pneumonia, eksantema, hepatitis, polimiositis, meningitis, ensefalitis dll. Pada yangasimtomatik congenital manifestasi ke berbagai organ karena penularan terjadi pada

    tahap dini dari pertumbuhan mudigah sampai fetus, lalu pada saat partus bisa terjadi

    mikrosefalus, mikroftalmia dan endoftalmia. Pada saat masa perkembangan bisa terjadi

    hidrosefalus, konvulsi, tremor, opistotonus, hemiplegia, paraplegia dan nistagmus.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    20/63

    d. Amebiasis

    Infeksi Entameba histolitika pada pengotoran makanan oleh lalat, berkembang begitu

    cepat, yang nantinya mulai timbul sakit kepala, gangguan fungsi mental dll. Lalu timbul

    gejala prodromal seperti demam dan gejala serebral fokal. Kematian dapat terjadi dalamwaktu 7-10 hari.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    21/63

    MENINGITIS

    MENINGITIS VIRAL

    Meningitis viral disebut juga meningitis aseptic karena jika dilakkan biakan kultur akan

    negative. Gejalanya biasanya sangat ringan sehingga sering luput dari diagnose, seperti nyerikepala, demam , menggigil, nyeri otot dan sendi.

    Epidemiologi

    Sering terjadi pada anak dan bayi

    Etiologi

    Paling sering Enterovirus yaitu poliomyelitis, Coxsackie dan ECHO (entric cytopathic

    human orphan)

    Diagnose

    1. Pemeriksaan CSS terdapat gambaran inflamasi lebih ringan ; diff count dominan MN ; kadar

    glukosa normal ; protein seringkali normal ; kultur virus dan PCR dapat menentukan jenis

    virus

    2. Untuk menentukan etiologi virus dilakukan kultur dari darah, tinja, apus osofaring, rectum

    dan lesi kulit

    Terapi

    Simtomatik seperti analgesic dan antipiretik, karena sering sembuh dengan sendirinya

    Kenakan tekanan intracranial dapat diterapi dengan LP

    Terapi suportif, cairan IV dan analgetik pada bayi dan anak

    Prognosis

    Sebagian besar sembuh dalam 3-5 hari

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    22/63

    MENINGITIS KRIPTOKOKUS

    Merupakan penyakit baru , seiring meningkatnya kejadian HIV/AIDS. Dimana lebih

    banyak pada orang dewasa dibandingkan anak. Dengan penyebab mikiroorganismenya yaitu

    Cryptococcus neoformans. Gejalanya biasanya tidak ada yang berbeda dengan M.akut tapi

    perjalanan penyakitnya lebih lambat dan intensitas keluhan kepala atau panas badan yang adabiasanya tidak sehebat M.akut.

    Diagnose

    1. Keluhan gejala klinis sejak 1-2 minggu sebelum dating ke RS berupa demam yang tidak

    terlalu tinggi, nyeri kepala, malaise

    2. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kaku kuduk dan penurunan kesadaran

    3. Biasanya hanya mengeluhkan nyeri kepala hebat

    4. CT Scan / MRI hasilnya pada pasien HIV ada hidrosefalus

    5. Pemeriksaan Lab lebih dari 90% CD4 kurang dari 100 jika CDA > 200 berarti bukan

    kriptokokus dan tes antigen kriptokokus sebelum LP

    6. Pemeriksaan CSS ditemukan tekanan pembukaan tinggi ; jumlah sel < 500 predominan MN ;

    kadar protein 50-100 mg/dl ; kadar glukosa

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    23/63

    Ensefalitis

    Inflamasi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme, virus, bakteri, jamur, protozoa

    atau parasit.

    Etiologi

    Virus: Herpes Simpleks (tipe 1 dan 2),Virus varicela-zoster, Virus CMV kongenital, Virus

    Epstein Barr, Kelompok virus poks: Vaksinia dan Virus arbo, Rabies.

    Riketsia

    Mycoplasma pneumonia

    Bakteri

    Spirochaeta: Sifilis, kongenital atau akuisita, leptospirosis

    Jamur: Candida albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, Aspergillus

    fumagatus, Mucor mycosis

    Protozoa: Plasmaodium Sp., Trypanosoma Sp., Naegleria Sp., Acanthamoeba, Toxoplasma

    gondii

    Metazoa: Trikinosis, Ekinokokosis, Sistiserkosis, Skistosomiasis

    Klasifikasi

    A. Berdasarkan waktu:

    - Akut: terjadi relatif singkat hanya beberapa hari saja

    - Kronis: dapat terjadi mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan.

    B. Berdasarkan patogenesis:

    - Infeksi primer: terjadi akibatnya masuyk virus secara langsung ke dalam SSP sehingga

    menghasilkan gejala klinis disfungsi kortikal atau batang otak.

    - Post-infeksi: terjadi akibat respon imun host terhadap invasi virus ke dalam SSP

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    24/63

    Patofisiologi

    virus ensefalitis masuk melaluihematogen atau neuronal

    terjadi perkembangbiakan danpenyebaran kedalam aliran darahdan

    mengakibatkan infeksi padabeberapa organ.

    virus memperbanyak diri secaralocal, kemudian menjadi

    viremia yang menyerang susunansaraf pusat melalui kapilaris di

    pleksus koroideus

    Atau saraf perifer (gerakansentripetal) atau secararetrograde axoplasmic

    spread misalnya oleh virus-virusherpes simpleks, rabies, dan

    herpes zoster.

    Pertumbuhan virus mulai dijaringan ektraneural seperti usus

    atau kelenjar getah

    Bening dan jaringan lemak

    Didalam system saraf pusat, virusmenyebar secara langsung atau

    melalui ruang

    ekstraseluler.

    Infeksi virus dalam otakmenyebabkan meningitis aseptik

    dan ensefalitis

    ensefalitis terdapat kerusakanneuron dan glia dimana terjadiintraceluler inclusion bodies,

    peradangan otak dan

    medulla spinalis serta edema otak.

    peradangan pada pembuluh-pambuluh

    darah kecil, thrombosis danproliferasi astrosit dan microglia.

    Neuron-neuron yang rusak

    dimakan oleh makrofag ataumikroglia, disebut sebagai

    neuronofagia yaitu sesuatu yang

    khas bagi ensefalitis primer.

    Didalam medulla spinalis, virusmenyebar melalui endoneurium

    dalam ruang

    intersisial pada saraf-saraf

    Kerusakan neurologis

    Disebabkan Invasi langsung dandestruksi jaringan saraf oleh virus

    yang berproliferasi aktif

    Reaksi jaringan saraf terhadapantigen-antigen virus

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    25/63

    ENSEFALITIS PRIMER

    ENSEFALITIS VIRUS HERPES SIMPLEKS

    Virus herpes simpleks tidak berbeda secara morfologik dengan virus varisela, dansitomegalovirus. Secara serologik, memang dapat dibedakan dengan tegas. Menyebabkan infeksi

    laten; bertahan secara tak terbatas dalam inang yang terinfeksi. Sering diaktifkan kembali dalam

    inang yang fungsi imunitasnya tertekan Neonatus masih mempunyai imunitas maternal. Tetapisetelah umur 6 bulan, imunitas itu lenyap dan bayi dapat mengidap gingivo-stomatitis virus

    herpes simpleks. Infeksi dapat hilang timbul dan berlokalisasi pada perbatasan mukokutaneus

    antara mulut dan hidung. Infeksiinfeksi tersebut jinak sekali. Tetapi apabila neonatus tidakmemperoleh imunitas maternal terhadap virus herpes simpleks dari ibunya yang mengidap

    herpes genitalis, maka infeksi dapat berkembang menjadi viremia. Ensefalitis merupakan

    sebagian dari manifestasi viremia yang juga menimbulkan peradangan dan nekrosis di

    hepar dan glandula adrenalis.

    Pada anakanak dan orang dewasa, ensefalitis virus herpes simpleks merupakan manifestasi re-

    aktivasi dari infeksi yang laten. Dalam hal ini, virus herpes herpes simpleks berdiam di dalamjaringan otak secara endosimbiotik, mungkin di ganglion Gasseri dan hanya ensefalitis saja yang

    bangkit. Reaktivitas virus herpes simpleks dapat disebabkan oleh faktorfaktor yang pernah

    disebut diatas, yaitu penyinaran ultraviolet, dan gangguan hormonal. Penyinaran ultraviolet dapat

    terjadi secara iatrogenic atau sewaktu berpergian ke tempattempat yang tinggi letaknya.

    Kerusakan pada jaringan otak berupa nekrosis di substansia alba dan grisea serta infark iskemik

    dengan infiltrasi limpositer sekitar pembuluh darah intraserebral. Di dalam nucleus sel saraf

    terdapat inclusion body yang khas bagi virus herpes simpleks. Gambaran penyakit ensefalitisvirus herpes simpleks tidak banyak berbeda dengan ensefalitis primer lainnya lainnya. Tetapi

    yang menjadi ciri khas bagi ensefalitis virus herpes simpleks ialah progresivitas perjalanan

    penyakitnya. Mulai dengan sakit kepala, demam dan muntahmuntah. Kemudian timbul acuteorganic brain syndrome yang cepat memburuk sampai koma. Sebelum koma dapat ditemukan

    hemiparesis atau afasia. Dan kejang epileptik dapat timbul sejak permulaan penyakit. Pada

    pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limpositer dengan eritrosit

    ENSEFALITIS ARBOVIRUS

    Virus arbovirus terdiri dari Togaviridae, Flaviviridae dan Bunyiviridae.

    Gambaran Klinis

    Masa inkubasi ensefalitis antara 4 dan 21 hari.

    Penyakit timbul tibatiba diserai nyeri kepala yang hebat, menggigil dan demam, mualdan muntah, nyeri di seluruh tubuh dan malaise.

    Dalam 2448 jam, timbul rasa sangat mengantuk dan penderita dapat mengalami stupor.Sering terjadi kaku kuduk. Kekacauan mental, disartria, tremor, kejang dan koma timbul

    pada kasuskasus yang berat.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    26/63

    ENSEFALITIS PARA-INFEKSIOSA

    Ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi penyakit virus parotitis epidemika,mononukleosisinfeksiosa, varisela dan herpes zooster dinamakan ensefalitis parainfeksiosa. Tetapi ensefalitis ini

    sebenarnya tidak murni. Gejala-gejala meningitis, mielitis, neuritis kranialis, radikulitis dan

    neuritis perifer dapat bergandeng dengan gambaran penyakit ensefalitis. Bahkan tidak jarangkomplikasi utamanya berupa radikulitis jenis Guillain Barre atau meilitis transversa sedangkanmanifestasi ensefalitisnya sangat ringan dan tidak berarti. Maka untuk beberapa jenis ensefalitis

    parainfeksiosa, diagnosis mielo- ensefalitis lebih tepat daripada ensefalitis. Salah satu

    jenisensefalitis viral yang fatal perlu disinggung dibawah ini, yaitu rabies.

    Rabies

    Rabies disebabkan oleh virus neurotrop yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjingatau binatang apapun yang mengandung virus rabies. Setelah virus melakukan penetrasi kedalam

    sel tuan rumah, ia dapat menjalar melalui serabut saraf perifer ke susunan saraf pusat. Sel-sel

    saraf (neuron) sangat peka terhadap virus tersebut. Dan sekali neuron terkena infeksi virus rabiesproses infeksi itu tidak dapat dicegah lagi. Dan tahap viremia tidak perlu dilewati untuk

    memperluas infeksi dan memperburuk keadaan, neuron-neuron diseluruh susunan saraf pusat

    dari medulla spinalis sampai di korteks tidak bakal luput dari daya destruksi virus rabies. Masa

    inkubasi rabies ialah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Jika dalam masa itu dapatdiselenggarakan pencegahan supaya virus rabies tidak di neuron-neuron maka kematian dapat

    dihindarkan. Jika gejala-gejala prodromal sudah bangkit tidak ada cara pengobatan yang dapat

    mengelakkan progresivitas perjalanan penyakit yang fatal dan menyedihkan ini.

    Gejala-gejala prodromalnya terdiri dari lesu dan letih badan, anoreksia, demam, cepat marah-

    marah dan nyeri pada tempat yang telah digigit anjing. Suara berisik dan sinar terang sangat

    mengganggu penderita. Dalam 48 jam dapat bangkit gejala-gejala hipereksitasi. Penderitamenjadi gelisah, mengacau, berhalusinasi meronta-ronta, kejang opistotonus dan hidrofobia.

    Tiap kali ia melihat air, otot-otot pernafasan dan laring kejang, sehingga ia menjadi sianotik dan

    apnoe. Air liur tertimbun didalam mulut oleh karena penderita tidak dapat menelan. Padaumumnya penderita meninggal karena status epileptikus. Masa penyakit dari mula-timbulnya

    prodromal sampai mati adalah 3 sampai 4 hari saja.

    Manifestasi Klinis

    Bentuk khas ensefalitis : bentuk ini mulai secara bertahap, gejala awal nyeri kepala ringan,

    demam, gejala ISPA atau gastrointestinal selama beberapa hari. muncul tanda radang SSP (kakukuduk, tanda Kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur). Defisit neurologik yang timbul

    bergantung pada tempat kerusakan. Penurunan kesadaran menyebabkan koma, dapat terjadi

    kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi,

    gangguan bicara, dan gangguan mental.

    Gejala trias ensefalitis: demam, kejang dan kesadaran menurun. Gejala klinis: bersifat akut/sub

    akut, yaitu demam, nyeri kepala, gejala psikiatrik, kejang, muntah, kelemahan otot fokal,hilangnya memori,gangguan status mental, fotofobia, kelainan gerakan. Pada neonatus: gejala

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    27/63

    tampak usia 4-11 hari, yaitu letargik, malas minum, iritabel, dan kejang. Tanda klinik: gangguan

    kesadaran, demam, disfasia, ataxia, kejang fokal-general, hemiparesis, gangguan saraf otak,

    hilangnya lapangan pandang dan papil edema.

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan laboratorium :a. Pungsi lumbal : CSS jernih, jumlah sel 20-500 / ml, kadang-kadang bisa mencapai 2000/lebih.

    Kadar protein meningkat sampai 80-100 mg%, sementara kadar glukosa dan klorida normal.

    b. DarahPemeriksaan pelengkap

    a. Isolasi virus : identifikasi mikroorganisme penyebabnya (terutama virus).

    b. Serologi : dalam membuat diagnosis perlu untuk menentukan kenaikan titer antibodi spesifik

    selama infeksic. EEG : Perubahan tidak spesifik menyeluruh. Gambaran melambatnya aktivitas otak.

    d. CT scan kepala dan MRI : CT scan : perubahan parenkimal, odem otak dan daerah lesi yang

    densitasnya berbeda dengan parenkim otak. CT scan berguna untuk menunjukkkan adanyakomplikasi (perdarahan, hidrocephalus, atau herniasi). MRI lebih sensitive daripada CT scan

    dalam mengidentifikasi ensefalitis virus.

    Kriteria Diagnosis

    Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, laboratorium dan

    penunjang yang dilakukan.a. Panas tinggi, nyeri kepala hebat, kaku kuduk, stupor, koma, kejang dan gejalagejala kerusakan

    SSP

    b. Pada pemeriksaan cairan serebro spinal (CSS) terdapat pleocytosis dan sedikit peningkatan

    proteinc. Isolasi virus dari darah, CSS atau spesimen post mortem (otak dan darah) Identifikasi serum

    antibodi dilakukan dengan 2 spesimen yang diperoleh dalam 3- 4 minggu secara terpisah

    Diagnosis Banding

    a. Meningitis bakterialb. Stroke

    c. Tumor otak

    d. Abses ekstradural

    e. Abses subduralInfiltrasi neoplasma

    g. Trauma kepala pada daerah epidemi

    h. Ensefalopati

    i. Sindrom Reye

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    28/63

    Penatalaksanaan

    Farmakologis

    1. Mengatasi kejang Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu

    diberikanDiazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.2. Memperbaiki homeostatis : infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) danpemberian oksigen.

    3. Mengurangi edema serebri dan akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebrim :

    Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.4. Menurunkan tekanan intracranial : Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB

    selama 30-60 menit, diulang setiap 8-12 jam.Gliser ol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb

    diencerkan dengan dua bagian sari jeruk, dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama

    5. Pengobatan kausatif. Sebelum berhasil menyingkirkan etiologi bakteri diberikan antibiotikparenteral. Pengobatan untuk ensefalitis karena infeksi virus herpes simplek Acyclovir intravena,

    10 mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb per hari selama 10 hari.

    Non farmakologis

    1. Fisioterapi dan upaya rehabilitative

    2. Makanan tinggi kalori protein

    Komplikasi

    a. Susunan saraf pusat : kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan pendengaran

    b. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara menetap

    c. Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid), hidrosefalus

    maupun gangguan mental sering terjadi.d. Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental karena

    kerusakan SSP berat

    Prognosis

    Prognosis sukar diramalkan tergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan dan penyulit

    yang muncul.

    1. Sembuh tanpa gejala sisa

    2. Sembuh dengan gangguan tingkah laku/gangguan mental3. Kematian bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    29/63

    Meningoensefalitis

    Definisi

    Merupakan gabungan dari meningitis dan ensefalitis

    Etiologi

    Infeksi bakteri

    Infeksi virus

    Infeksi jamur

    Meningoensefalitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, Meningoensefalitis Tuberculosis

    Definisi

    Peradangan pada meningen dan otak yangg disebabkan oleh mikobakterium

    tuberculosis.

    Etiologi

    Organisme ini membutuhkan waktu 15-20 jam untuk berkembang biak dan menyebar.

    Faktor Resiko

    Fraktur kepala terbuka

    Sinusitis

    Otitis

    Mastoiditis

    Tuberkulosis

    HIV

    Diagnosis

    Demam tinggi

    Sakit kepala yg hebat

    Mual & muntah

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    30/63

    Gejala ensefalitisnya, demam, sakit kepala, muntah, penglihatan sensitif terhadap

    cahaya, kaku kuduk, pusing

    - CT scan : pada meningitis kronik, hiperdensitas ruang subaraknoid.

    - Penatalaksanaan

    o TIK kepala di tinggikan, manitol 0,251 gr/kg IV

    o Kejang diazepam 0,250,5 mg/ IV

    o Nonfarmako :

    -mencegah komplikasi/trauma

    -memberi dukungan emosional pd pasien & keluarga

    -memberi informasi ttgt penyakit, prognosis, dan pengobatan

    Meningoensefalitis yang disebabkan oleh infeksi virus, Meningoensefalitis Virus

    Penyebabnya :

    Mumps

    Rubella

    HSV

    CMV

    Manifestasi klinis

    Gejala umum : demam, mual-muntah, malaise

    Gejala ensofalopati : gangg.kesadaran, kejang, defisit neurologis, nistagmus, anisokor,

    papiledam

    Diagnosis :

    Px. fisik

    Px. Neurologi

    Px. CSS

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    31/63

    Talaksana

    Demam asetaminofen/paracetamol 1015 mg/kgBB/x 4-5/hari, ibuprofen 5-

    10mg/kg/x 3-4x/hr

    Prognosis

    Tergantung dari :

    umur penderita

    berat ringannya infeksi

    lama sakit sebelum pengobatan

    adanya penyulit penanganan atau tidak

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    32/63

    ABSES CEREBRI

    Definisi

    Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir diantara

    jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.

    Epidemiologi

    Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling sering terjadi pada

    anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses otak yaitu, embolisasi oleh penyakit jantung

    kongenital dengan pintas atrioventrikuler (terutama tetralogi fallot), meningitis, otitis media

    kronis dan mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp, status

    imunodefisiensi dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial (VP-Shunt). Patogenesis abses otak

    tidak begitu dimengerti pada 10-15% kasus.

    Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan antibiotika saat ini telah

    mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses otak masih tetap tinggi, yaitu sekitar

    10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit ini sudah jarang dijumpai terutama di negara-negara maju,

    namun karena resiko kematiannya sangat tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit infeksi

    yang mengancam kehidupan masyarakat (life threatening infection).

    Menurut Britt, Richard et al., penderita abses otak lebih banyak dijumpai pada laki-laki

    daripada perempuan dengan perbandingan 3:1 yang umumnya masih usia produktif yaitu sekitar

    20-50 tahun.

    Yang SY menyatakan bahwa kondisi pasien sewaktu masuk rumah sakit merupakan

    faktor yang sangat mempengaruhi rate kematian. Jika kondisi pasien buruk, rate kematian akan

    tinggi.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    33/63

    Hasil penelitian Xiang Y Han (The University of Texas MD. Anderson Cancer Center

    Houston Texas) terhadap 9 penderita abses otak yang diperolehnya selama 14 tahun (1989-

    2002), menunjukkan bahwa jumlah penderita laki-laki > perempuan dengan perbandingan 7:2,

    berusia sekitar 38-78 tahun dengan rate kematian 55%.

    Demikian juga dengan hasil penelitian Hakim AA. Terhadap 20 pasien abses otak yang

    terkumpul selama 2 tahun (1984-1986) dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, menunjukkan hasil

    yang tidak jauh berbeda, dimana jumlah penderita abses otak pada laki-laki > perempuan dengan

    perbandingan 11:9, berusia sekitar 5 bulan-50 tahun dengan angka kematian 355 (dari 20

    penderita, 7 meninggal).

    Etiologi dan Faktor Predisposisi

    Berdasaran bakteri penyebab, maka etiologi dari abses otak dapat dibagi menjadi:

    1. Organisme aerobik:

    Gram positif : Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus

    Gram negatif :E. coli, Hemophilus influenza, Proteus, Pseudomonas

    2. Organisme anaerobik: B. fragilis, Bacteroides sp, Fusobacterium sp, Prevotella sp,

    Actinomyces sp, dan Clostridium sp.

    3. Fungi : Kandida, Aspergilus, Nokardia

    4. Parasit :E. histolytica, Schistosomiasis, Amoeba

    Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah,

    sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries).

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    34/63

    Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik

    (empyema, abses paru, bronkiektase, pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan

    pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada substansi putih dan

    abu dari jaringan otak). Abses otak yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai

    dengan peredaran darah yang didistribusi oleh arteri cerebri media terutama lobus parietalis, atau

    cerebellum dan batang otak. Dapat juga timbul akibat trauma tembus pada kepala atau trauma

    pasca operasi.

    Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS, penderita

    penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/steroid yang dapat menurunkan sistem kekebalan

    tubuh. 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui. Penyebab abses yang jarang dijumpai,

    osteomyelitis tengkorak, sellulitis, erysipelas wajah, abses tonsil, pustule kulit, luka tembus pada

    tengkorak kepala, infeksi gigi luka tembak di kepala, septikemia. Berdasarkan sumber infeksi

    dapat ditentukan lokasi timbulnya abses di lobus otak.

    Infeksi sinus paranasal dapat menyebar secara retrograde thrombophlebitis melalui klep

    vena diploika menuju lobus frontalis atau temporal. Bentuk absesnya biasanya tunggal, terletak

    superficial di otak, dekat dengan sumber infeksinya. Sinusitis frontal dapat juga menyebabkan

    abses di bagian anterior atau inferior lobus frontalis. Sinusitis sphenoidalis dapat menyebakan

    abses pada lobus frontalis atau temporalis. Sinusitis maxillaris dapat menyebabkan abses pada

    lobus temporalis. Sinusitis ethmoidalis dapat menyebabkan abses pada lobus frontalis. Infeksi

    pada telinga tengah dapat pula menyebar ke lobus temporalis. Infeksi pada mastoid dan

    kerusakan tengkorak kepala karena kelainan bawaan seperti kerusakan tegmentum timpani atau

    kerusakan tulang temporal oleh kolesteatoma dapat menyebar ke dalam serebelum.

    Faktor predisposisi dapat menyangkut host, kuman infeksi atau faktor lingkungan :

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    35/63

    1. Faktor tuan rumah (host)

    Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi mencakup

    kesehatan umum yang sempurna, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif, aliran

    darah ke otak yang adekuat, sistem imunologik humoral dan selular yang berfungsi

    sempurna.

    2. Faktor kuman

    Kuman tertentu cendeerung neurotropik seperti yang membangkitkan meningitis

    bacterial akut, memiliki beberapa faktor virulensi yang tidak bersangkut paut dengan

    faktor pertahanan host. Kuman yang memiliki virulensi yang rendah dapat menyebabkan

    infeksi di susunan saraf pusat jika terdapat ganggguan pada sistem limfoid atau

    retikuloendotelial.

    3. Faktor lingkungan

    Faktor tersebut bersangkutan dengan transisi kuman. Yang dapat masuk ke dalam

    tubuh melalui kontak antar individu, vektor, melaui air, atau udara.

    Histopatologi

    Abses Piogenis disebabkan bakteri.

    Jaringan otak rentan terhadap infeksi dan tidak mempunyai mekanisme pertahanan yang

    baik, pembentukan kapsul kolagen merupakan respons yang terpenting dalam membatasi

    penyebaran abses. Untuk terjadinya abses otak harus ada daerah yang nekrosis terlebih dahulu

    dalam jaringan otak.

    Pada penderita meningitis bakteri tidak selalu terjadi abses otak, hal ini dipengaruhi oleh

    faktor-faktor:

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    36/63

    1. Virulensi bakteri

    Komponen permukaan subkapsular bakteri (dinding sel dan lipopolisakarida) memegang

    peranan yang penting untuk timbulnya radang di selaput otak dan memperluas daerah yang

    nekrosis ke dalam jaringan otak.

    Bakteri pneumokokus mempunyai dua polimer dinding sel (peptidoglikan dan asam

    trikoik fosfat ribitol) menyebabkan timbulnya keradangan. H. influenza mempunyai kapsul

    lipopolisakarida, bila terjadi inokulasi ke dalam iintrasisternal memnyebabkan radang dan

    merusak sawar darah otak.

    2. Rusaknya sawar darah otak

    Hanya bakteri tertentu yang bias merusak sawar darah otak. Kerusakan sawar darah otak

    menimbulkan eksudasi albumin yang mempercepat timbulnya edema otak, dengan kerusakan sel

    endotel dan mikrovaskuler otak.

    3. Imunopatologis

    Satu sampai 3 jam setelah inokulasi lipopolisakarida terjadi pelepasan secara cepat dari

    TNF (Tumor Necrotic Factor), Interleukin-1, dan Interleukin-2 ke dalam CSS, menyebabkan

    neutrofil melekat pada epitel serta merangsang sel-sel di susunan saraf pusat (astroglia, endotel,

    dan makrofag selaput otak) untuk melepaskan sitokin. Sitokin diekskresikan dan merusak sawar

    darah otak. Kondisi imunologis penderita yang kurang baik akan mempercepat terjadinya proses

    peradangan di jaringan otak.

    Abses disebabkan jamur

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    37/63

    Abses yang disebabkan jamur umumnya merupakan abses metastatik. Awalnya akan

    tampak invasi vaskular oleh jamur, disusul thrombosis sekunder dan infark otak. Hal ini

    menyerupai abses piogenik, dimana di dalam bagian nekrotik terdapat sel radang, makofag,

    fibroblast, dan sel besar berinti banyak terisi jamur yang telah difagosit.

    Abses disebabkan parasit

    Amoeba menyebabkan terjadinya pusat nekrotik yang berisi debris dan terutama sel

    mononuclear, dikelilingi kongesti vaskular, nekrosis jaringan saraf dan sel limfotik, sel plasma

    dan mononuklear lain, disini pembentukan kapsul tidak ada atau hanya sedikit serta dapat

    ditemukannya kista dan trofozoit. Toksoplasma dapat menyebabkan ensefalitis, abses, dan

    granuloma dengan atau tanpa pusat nekrotik.

    Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar

    otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma

    kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap

    bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang

    perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.

    Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi

    lekosit disertai edema, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik

    perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada

    pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag

    mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan

    dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    38/63

    antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan

    patologi AO dalam 4 stadium yaitu :

    1) Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)

    Terjadi reaksi radang lokal dengan infiltrasi polymofonuklear leukosit, limfosit

    dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari

    pertama dan meningkat pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat pada tunika

    adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi.

    Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekita

    otak dan peningkatan efek massa karena pembesaran abses.

    2) Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)

    Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis

    membesar oleh karena peningkatan acellular debris dan pembentukan nanah

    karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati

    daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan gambaran fibroblas yang

    terpencar. Fibroblas mulai menjadi retikulum yang akan membentuk kapsul

    kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi

    sangat besar

    3) Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation)

    Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan acellular debris dan fibroblast

    meningkat dalam pembentukan kapsul. Lapisan fibroblast membentuk anyaman

    reticulum mengelilingi pusat nekrosis. Di daerah ventrikel, pembentukan dinding

    sangat lambat oleh karena kurangnya vaskularisasi di daerah substansi putih

    dibandingkan substansi abu. Pembentukan kapsul yang terlambat di permukaan

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    39/63

    tengah memungkinkan abses membesar ke dalam substansi putih. Bila abses

    cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis. Pada pembentukan kapsul,

    terlihat daerah anyaman reticulum yang tersebar membentuk kapsul kolagen,

    reaksi astrosit di sekitar otak mulai meningkat.

    4) Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule Formation)

    Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses dengan gambaran

    histologis sebagai berikut:

    Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang.

    Daerah tepi pusat nekrosis terdiri dari sel radang, makrofag, dan fibroblast.

    Kapsul kolagen yang tebal.

    Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut.

    Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.

    Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke arah ventrikel

    sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.

    Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel

    nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis

    media, mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum, sedang abses

    lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen.

    Respon Imunologik pada Abses Otak.

    Setelah kuman telah menerobos permukaan tubuh, kemudian sampai ke susunan saraf

    pusat melalui lintasan-lintasan berikut. Kuman yang bersarang di mastoid dapat menjalar ke otak

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    40/63

    perkuntinuitatum. Invasi hematogenik melalui arteri intraserebral merupakan penyebaran ke otak

    secara langsung.

    Ada penjagaan otak khusus terhadap bahaya yang datang melalui lintasan hematogen,

    yang dikenal sebagai sawar darah otak atau blood brain barrier. Pada toksemia dan septicemia,

    sawar darah otak terusak dan tidak lagi bertindak sebagai sawar khusus. Infeksi jaringan otak

    jarang dikarenakan hanya bakterimia saja, oleh karena jaringan otak yang sehat cukup resisten

    terhadap infeksi. Kuman yang dimasukkan ke dalam otak secara langsung pada binatang

    percobaan ternyata tidak membangkitkan abses sereebri/ abses otak, kecuali apabila jumlah

    kumannya sangat besar atau sebelum inokulasi intraserebral telah diadakan nekrosis terlebih

    dahulu. Walaupun dalam banyak hal sawar darah otak sangat protektif, namun ia menghambat

    penetrasi fagosit, antibodi dan antibiotik. Jaringan otak tidak memiliki fagosit yang efektif dan

    juga tidak memiliki lintasan pembuangan limfatik untuk pemberantasan infeksi bila hal itu

    terjadi. Maka berbeda dengan proses infeksi di luar otak, infeksi di otak cenderung menjadi

    sangat virulen dan destruktif.

    Unsur seluler lain dari sistem imunologik, yaitu makrofag membuat prostaglandin,

    leukotrin, dan sitokin yang dapat berkomunikasi dengan neuron dan sel glia. Salah satu jenis

    sitokin adalah Interleukin-1 yang memiliki kemampuan untuk mengubah fungsi T-sel. Zat aktif

    itu homolog dengan pirogen, yang menjalankan peranan penting dalam regulasi suhu oleh

    hipotalamus. Kini diperoleh banyak data yang menyatakan bahwa astrosit bersama mikroglia

    dapat berfungsi seperti makrofag. Dalam artikel yang ditulis oleh Bryan Rock, dkk telah

    dikemukakan mengenai peranan mikroglia dalam infeksi susunan saraf pusat. Mikroglia sendiri

    merupakan jaringan saraf yang terdiri atas sel-sel interstisial kecil dan mungkin berasal dari

    mesoderm.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    41/63

    Mikroglia yang telah teraktivasi akan merilis sejumlah sitokin dan dan kemokin melalui

    proses parakrin dan autokrin, yang selanjutnya akan bekerjasama melawan infeksi pada susunan

    saraf pusat. Produk yang telah disekresi oleh microglia juga berkontribusi dalam proses

    imunologik dan peradangan. Dalam hal ini, diketahui bahwa matrix metalloproteinases (MMPs)

    berpotensial merusak sawar darah otak, masuknya leukosit ke dalam sistem saraf pusat, dan

    kerusakan jaringan. MMP sendiri adalah suatu enzim zinc-dependent yang mampu merusak

    protein, dan sering dijumpai di matriks ekstraseluler.

    Manifestasi Klinis

    Gejala dan tanda klinis dari abses otak tergantung kepada banyak faktor, antara lain

    lokasi, ukuran, stadium dan jumlah lesi, keganasan kuman, derajat edema otak, respons pasien

    terhadap infeksi, dan juga umur pasien. Bagian otak yang terkena dipengaruhi oleh infeksi

    primernya.

    Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-gejala infeksi seperti

    demam, malaise, anoreksi dan gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial berupa muntah, sakit

    kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses

    otak yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intrakranial dan gejala neurologik fokal.

    Manifestasi abses otak sebenarnya didasarkan dengan adanya.

    1. Manifestasi peningkatan tekanan intrakranial, berupa sakit kepala, muntah, dan

    papiledema.

    2. Manifestasi supurasi intrakranial berupa iritabel, drowsiness, atau stupor, dan tanda

    rangsang meningeal.

    3. Tanda infeksi berupa demam, menggigil, leukositosis.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    42/63

    4. Tanda local jaringan otak yang terkena berupa kejang, gangguan saraf kranial, afasia,

    ataksia, paresis.

    Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala neurologik seperti

    hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun

    menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke

    dalam kavum ventrikel.

    Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan pendengaran dan mengecap

    didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit.

    Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abses ke

    dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di daerah anterior sehingga gejala

    fokal adalah gejala sensorimotorik. Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan

    menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus. Abses batang

    otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinik, pemeriksaan

    laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lainnya. Selain itu penting juga untuk melibatkan

    evaluasi neurologis secara menyeluruh, mengingat keterlibatan infeksinya. Perlu ditanyakan

    mengenai riwayat perjalanan penyakit, onset, faktor resiko yang mungkin ada, riwayat kelahiran,

    imunisasi, penyakit yang pernah diderita, sehingga dapat dipastikan diagnosisnya.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    43/63

    Pada pemeriksaan neurologis dapat dimulai dengan mengevaluasi status mental, derajat

    kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks patologis, dan juga tanda rangsang

    meningeal untuk memastikan keterlibatan meningen.

    Pemeriksaan motorik sendiri melibatkan penilaian dari integritas sistem musculoskeletal

    dan kemungkinan terdapatnya gerakan abnormal dari anggota gerak, ataupun kelumpuhan yang

    sifatnya bilateral atau tunggal.

    Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan darah perifer yaitu pemeriksaan

    lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju endap darah.2,7

    . Pemeriksaan

    cairan serebrospinal pada umumnya memperlihatkan gambaran yang normal. Bisa didapatkan

    kadar protein yang sedikit meninggi dan sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau

    sedikit berkurang. kecuali bila terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel.

    Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial, dapat pula

    menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan pemeriksaan ini tidak dapat

    diidentifikasi adanya abses. Pemeriksaan EEG terutama penting untuk mengetahui lokalisasi

    abses dalam hemisfer. EEG memperlihatkan perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta

    dengan frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses.Pnemoensefalografi penting terutama untuk

    diagnostik abses serebelum. Dengan arteriografi dapat diketahui lokasi abses di hemisfer. Saat

    ini, pemeriksaan angiografi mulai ditinggalkan setelah digunakan pemeriksaan yang relatif

    noninvasif seperti CT scan. Dan scanning otak menggunakan radioisotop tehnetium dapat

    diketahui lokasi abses; daerah abses memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah

    otak yang normal dan biasanya dikelilingi oleh lapisan hiperderns. CT scan selain mengetahui

    lokasi abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses. Magnetic Resonance

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    44/63

    Imagingsaat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat juga lebih

    akurat.

    Gambar 2.2. Early cerebritis pada CT-Scan

    (Sumber:http://emedicine.medscape.com)

    Gambaran CT-scan pada abses :

    Early cerebritis (hari 1-3): fokal, daerah inflamasi dan edema.

    Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas dan terdapat nekrosis dari zona central

    inflamasi.

    Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post infeksi, fibrosis, hipervaskularisasi pada

    batas pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini dapat terlihat gambaran ring

    enhancement.

    Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral yang hipodens (sentral abses) yang

    dikelilingi dengan kontras - ring enhancement (kapsul abses)

    http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/
  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    45/63

    Gambar 2. Gambaran CT-Scan Abses Serebi

    Sumber: Kepustakaan 13

    Pemeriksaan CT scan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan prosedur diagnostik,

    dikarenakan sensitifitasnya dapat mencapai 90% untuk mendiagnosis abses serebri. Yang perlu

    dipertimbangkan adalah walaupun gambaran CT tipikal untuk suatu abses, tetapi tidak menutup

    kemungkinan untuk didiagnosis banding dengan tumor (glioblastoma), infark, metastasis,

    hematom yang diserap dan granuloma.

    Walaupun sukar membedakan antara abses dan tumor (glioblastoma, metastasis) dari CT

    scan, ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk membedakan keduanya antara lain :

    umur penderita, ketebalan ring (cicin tipis hanya 3-6 mm) dan biasanya uniform, diameter ring,

    rasio lesi dan ring. Pada kasus, kapsul bagian medial lebih tipis dari kapsul subkortikal. Hal

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    46/63

    ini menunjukkan sedikitnya vaskularisasi dari massa putih dan menjelaskan mengapa abses

    biasanya berkembang di medial.

    Abses serebri yang hematogen ditandai dengan adanya fokus infeksi (yang tersering dari

    paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri media di daerah perbatasan massa

    putih dan abu-abu dengan tingkat mortalitas yang tinggi.

    Sedangkan gambaran glioblastoma pada CT scan adalah adanya mixed density tumor,

    ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai perifokal edema yang luas.

    Penatalaksanaan

    Dasar pengobatan abses otak adalah mengurangi efek massa dan menghilangkan kuman

    penyebab. Terapi definitif untuk abses melibatkan :

    1. Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema) yang dapat mengancam jiwa

    2. Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses

    3. Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)

    4. Pengobatan terhadap infeksi primer

    5. Pencegahan kejang

    6. Neurorehabilitasi

    Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang tepat dan pemilihan

    antibiotik didasarkan pada pathogenesis dan organisme yang memungkinkan terjadinya abses.

    Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga

    dan metronidazole.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    47/63

    Jika terdapat riwayat cedera kepala dan komplikasi pembedahan kepala, maka dapat

    digunakan kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan sephalosforin generasi ketiga dan

    juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur dan tes sentivitas

    telah tersedia.

    Tabel 2.1 Prinsip Pemilihan Antibiotik pada Abses Otak

    Etiologi Antibiotik

    Infeksi bakteri gram negatif,

    bakteri anaerob, stafilokokkus

    dan streptokokkus

    Meropenem

    Penyakit jantung sianotik Penissilin dan metronidazole.

    Post VP-Shunt Vancomycin dan ceptazidine

    Otitis media, sinusitis, atau

    mastoiditis

    Vancomycin

    Infeksi meningitis citrobacter Sefalosporin generasi ketiga, yang secara umum

    dikombinasikan dengan terapi aminoglikosida

    Pada abses yang terjadi akibat trauma penetrasi, cedera kepala, atau sinusitis dapat

    diterapi dengan kombinasi dengan napsiline atau vancomycin, cefotaxime atau cetriaxone dan

    juga metronidazole. Monoterapi dengan meropenem terbukti baik melawan bakteri gram negatif,

    bakteri anaerob, stafilokokkus dan streptokokkus dan menjadi pilihana alternatif.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    48/63

    Pada abses yang terjadi akibat penyakit jantung sianotik dapat diterapi dengan penissilin

    dan metronidazole. Abses yang terjadi akibat ventrikuloperitoneal shunt dapat diterapi dengan

    vancomycin dan ceptazidine. Jika otitis media, sinusitis, atau mastoidits yang menjadi penyebab

    dapat digunakan vancomycin karena strepkokkus pneumonia telah resisten terhadap penissilin.

    Jika meningitis citrobacter, yang merupakan bakteri utama pada abses local, dapat digunakan

    sefalosporin generasi ketiga, yang secara umum dikombinasikan dengan terapi aminoglikosida.

    Pada pasien dengan immunocompromised digunakan antibiotik yang berspektrum luas dan

    dipertimbangkan pula terapi amphoterids.

    Tabel 2.2 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak

    Drug Dose Frekwensi dan rute

    Cefotaxime (Claforan) 50-

    100 mg/KgBBt/Hari

    2-3 kali per hari,

    IV

    Ceftriaxone (Rocephin)

    50-100 mg/KgBBt/Hari

    2-3 kali per hari,

    IV

    Metronidazole (Flagyl)

    35-50 mg/KgBB/Hari

    3 kali per hari,

    IV

    Nafcillin (Unipen, Nafcil)

    2 grams

    setiap 4 jam,

    IV

    Vancomycin

    15 mg/KgBB/Hari

    setiap 12 jam,

    IV

    Kebanyakan studi klinis menunjukkan bahwa penggunaan steroid dapat mempengaruhi

    penetrasi antibiotik tertentu dan dapat menghalangi pembentukan kapsul abses. Tetapi

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    49/63

    penggunaannya dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus dimana terdapat risiko potensial dalam

    peningkatan tekanan intrakranial. Dosis yang dipakai 10 mg dexamethasone setiap 6 jam

    intravenous, dan ditapering dalam 3-7 hari.

    Pada penderita ini, kortikosteroid diberikan dengan pertimbangan adanya tekanan

    intrakranial yang meningkat, papil edema dan gambaran edema yang luas serta midline shiftpada

    CT scan. Kortikosteroid diberikan dalam 2 minggu setelah itu di tap-off, dan terlihat bahwa

    berangsur-angsur sakit kepala berkurang dan pada pemeriksaan nervus optikus hari XV tidak

    didapatkan papil edema. Penatalaksanaan secara bedah pada abses otak dipertimbangkan dengan

    menggunakan CT-Scan, yang diperiksa secara dini, untuk mengetahui tingkatan peradangan,

    seperti cerebritis atau dengan abses yang multipel.

    Terapi optimal dalam mengatasi abses serebri adalah kombinasi antara antimikrobial dan

    tindakan bedah. Pada studi terakhir, terapi eksisi dan drainase abses melalui kraniotomi

    merupakan prosedur pilihan. Tetapi pada center-center tertentu lebih dipilih penggunaan

    stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration and biopsy. Tindakan aspirasi biasa dilakukan

    pada abses multipel, abses batang otak dan pada lesi yang lebih luas digunakan eksisi.

    Pada beberapa keadaan terapi operatif tidak banyak menguntungkan, seperti: small deep

    abscess, multiple abscess dan early cerebritic stage.

    Kebanyakan studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara penderita

    yang mendapatkan terapi konservatif ataupun dengan terapi eksisi dalam mengurangi risiko

    kejang.

    Pada penderita ini direncanakan untuk dilakukan operasi kraniotomi mengingat proses

    desak ruang yang cukup besar guna mengurangi efek massa baik oleh edema maupun abses itu

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    50/63

    sendiri, disamping itu pertimbangan ukuran abses yang cukup besar, tebalnya kapsul dan

    lokasinya di temporal.

    Antibiotik mungkin dapat digunakan tersendiri, seperti pada keadaan abses berkapsul dan

    secara umum jika luas lesi yang menyebabkan sebuah massa yang berefek terjadinya

    peningkatan tekanan intrakranial. Namun, harus ditatalaksanakan dengan kombinasi antibiotik

    dan aspirasi abses.

    Pembedahan secara eksisi pada abses otak jarang digunakan, karena prosedur ini

    dihubungkan dengan tingginya angka morbiditas jika dibandingkan dengan teknik aspirasi.

    Indikasi pembedahan adalah ketika abses berdiameter lebih dari 2,5 cm, adanya gas di dalam

    abses, lesi yang multiokuler, dan lesi yng terletak di fosa posterior, atau jamur yang berhubungan

    dengan proses infeksi, seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses periorbita, dapat pula dilakukan

    pembedahan drainase. Terapi kombinasi antibiotik bergantung pada organisme dan respon

    terhadap penatalaksanaan awal. Tetapi, efek yang nyata terlihat 4-6 minggu.

    Penggunaan antikonvulsan dipengaruhi juga oleh lokasi abses dan posisinya terhadap

    korteks. Oleh karena itu kapan antikonvulsan dihentikan tergantung dari kasus per kasus

    (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada tidaknya abnormalitas pemeriksaan neurologis,

    EEG dan neuroimaging).

    Pada penderita ini diberikan fenitoin oral, mengingat penderita sudah mengalami kejang

    dengan frekuensi yang cukup sering. Penghentian antikonvulsan ini ditetapkan berdasarkan

    perkembangan klinis penderita selanjutnya.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    51/63

    Diagnosa Banding

    Sebagai suatu lesi desak ruang (space-occupying lesion), abses otak dapat bermanifestasi

    klinis hampir sama dengan suatu neoplasma maupun hematoma subdural. Oleh karena itu,

    diperlukan teknik diagnosa yang menyeluruh agar terapi yang diberikan menjadi tepat.

    Tabel 2.3 Perbedaan Abses dan Tumor berdasarkanNeuroimaging

    ABSCESS TUMOUR

    Wall Smooth, thin, regular Thick , irregular

    Thinner on inner aspect Thinner on outer aspect

    Nodularity If present, on inner border outer border

    T1 Hyperintense rim.

    T2 Hypointense rim.

    Meningeal enhancement Favours not seen.

    Diffusion imaging High signal low signal

    Perfusion

    imaging.dynamic

    normal signal due tocollagen and fibrosis in

    wall

    Low signal due high capillary

    density in tumour.

    Sumber: Kepustakaan no. 16

    Komplikasi

    Abses otak menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Adapun komplikasinya adalah:

    1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid

    2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    52/63

    3. Edema otak

    4. Herniasi oleh massa Abses otak

    Prognosis

    Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara signifikan berkurang,

    dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotik yang tepat, serta

    manajemen pembedahan merupakan faktor yang berhubungan dengan tingginya angka kematian,

    dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-

    Scan. Angka harapan yang terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis, kejang,

    hidrosefalus, abnormalitas nervus kranialis dan masalah-masalah pembelajaran lainnya.

    Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:

    1) Cepatnya diagnosis ditegakkan

    2) Derajat perubahan patologis

    3) Soliter atau multipel

    4) Penanganan yang adekuat.

    Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat lebih cepat didiagnosis

    sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter lebih baik dan mu1tipel. Defisit fokal dapat

    membaik, tetapi keajng dapat menetap pada 50% penderita.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    53/63

    Interpretasi Kasus 4

    Tn. Parto, 30 tahun

    KU

    Kejang

    Terjadi di seluruh

    tubuh, berlangsung

    selama 3 menit,

    saat kejang tidak

    sadar

    RPS

    Sakit kepala

    hebat seperti

    ditusuk & terus

    menerus di

    seluruh kepala .

    Kaku di leher

    belakang

    BB turun drastis

    Hipotesis

    Infeksi SSP

    o Meningoensefalitis

    o Meningitis

    o Ensefalitis

    HIVwasting sindrom

    , Infeksi Oportunistik

    RPD

    Pecandu narkoba

    suntik

    Memakai jarum

    suntik secara

    bergantian dengan

    teman

    Memakai narkoba

    sejak 10 tahun

    RPO

    Obat sakit kepala

    yang dibeli di

    warung (-)

    sembuh

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    54/63

    Pemeriksaan Fisik

    Kesadaran : Dellirium

    Vital sign: TD: 120/80

    mmHg (N)

    HR: 100 bpm (N: 60-100

    bpm)

    RR: 20 bpm (N: 16-24

    bpm)

    T: 37,5 C (N:36,7-

    37,8C)

    Tatto (+) hampir seluruh

    tubuh

    Needle track (+)

    Mata: RCL/RCTL ++/++,papil edema (-)

    Mulut: Leukoplakia (+),

    oral thrush (+)

    KGB: tidak teraba

    membesar

    Pemeriksaan Lab

    Hb: 12,4 g/dL (L:13-16 //

    P:12-14)

    Ht: 42% (L:40-48% //P:37-43%)

    MCV: 60% (80-95 fL)

    Leukosit: 4500/mm3 (n:

    4500-10000/mm3)

    Trombosit:

    240.000/mm3

    (n:150.000-

    450.000/mm3)

    Diff count:

    0/0/0/63/24/13

    GDS: 98 mg/dL (70-110

    mg/dL)

    GDS pasien DBN.

    Px. Tinta india:

    kriptokokus (+)

    CT scan: edema difus

    serebri

    Western blot: HIV (+)

    Pemeriksaan Neurologis

    GCS: E4V2M6 = 12 =

    somnolen

    Motorik: hemiparesis(-), normotonus,

    normotrofi

    Refleks fisio:

    biceps/triceps (+)

    normal &

    patella/achilles (+)

    normal

    Refleks patologis

    babinski (-)

    Meningeal sign

    kaku kuduk (+)

    Brudzinsky 1 (+)

    kernig (+)

    Brudzinsky 2 (+)

    Diagnosis

    Meningoensefalitis e.c

    kriptokokkus

    Pada perawatan hari ke 6,

    pasien masih mual muntah

    Perawatan hari ke 7, pasien

    meninggal

    Prognosis

    Dubia et malam

    Penatalaksanaan

    Manitol IV 4 x 125 cc

    Ranitidin 2 x 1 ampul

    Flukonazol 200 mg

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    55/63

    Keluhan Utama

    Kejang di seluruh tubuh

    Ada gangguan muatan listrik berlebih, generalisata ggn mengaktivasi kedua hemisfer

    secara bersamaan.

    Kejang berlangsung 3 menit, saat kejang ia tidak sadar.

    Gangguan impuls di hemisfer otak mengganggu neuron pengemban kewaspadaan di korteks

    cerebri shg mengganggu jalannya impuls untuk kesadaran

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Sakit kepala hebat seperti ditusuk & terus menerus di seluruh kepala

    Curiga ada massa atau gangguan (infeksi) di otak menekan jar. sekitar nyeri

    Salah satu gejala dari TTIK.

    Kaku di leher belakang

    Massa di suatu bagian otak menekan meningen shg timbul kaku leher / kaku kuduk.

    Curiga ada infeksi meningen, mengiritasi meningen sehingga timbul gejala.

    BB turun drastic

    Wasting syndrome HIV/AIDS, dimana pd penderita AIDS, nutrisi tubuh berkurang karena

    diambil oleh mikroorganisme baik untuk replikasi virus maupun organisme lain terutama

    pada infeksi oportunistik

    Riwayat Pengobatan

    Konsumsi obat sakit kepala beli di warung tp tidak kunjung sembuh

    Bisa jadi obat yang dibeli pasien bersifat simptomatik saja (analgesic), sehingga hanya

    mengobati gejala bukan penyebabnya.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pecandu narkoba suntik secara bergantian sejak 10 tahun terakhir

    Mengarah ke HIV/AIDS karena terdapat faktor predisposisi, dan berdasarkan onset bisa

    jadi keluhan pasien disebabkan komplikasi AIDS infeksi oportunistik khususnya yg

    menyerang SSP.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    56/63

    Hipotesis

    Infeksi SSP:

    Meningitis : peradangan pada selapu otak. Dari hasil anamnesa didapatkan gejala nyeri

    kepala, kaku pada leher belakang yang merupakan gejala khas meningitis

    Ensefalitis : peradangan pada sel parenkim otak. Dari hasil anamnesa didapat kejang,

    nyeri kepala yang merupakan gejala khas pada ensefalitis.

    Meningoensefalitis: terdapat kejang, nyeri kepala, kaku pada leher belakang. Biasanya

    infeksi dari meningen dapat berlanjut mengenai jaringa otak

    HIV/AIDS dengan wasting syndrome dan infeksi oportunistik: didapatkan dari riwayat

    penyakit dahulu, yaitu riwayat pemakaian narkoba suntik secara bergantian. Hal ini

    merupakan port dentre dari infeksi mikroorganisme tertentu, dan dari riwayat penyakit

    sekarang didapatkan penurunan berat badan drastis yang merupakan gejala pada penyakitHIV stadium 4, hal ini diperkuat dengan dari riwayat pemakaian narkoba selama 10 tahun

    terakhir. Biasanya pertama kali terinfeksi HIV sampai AIDS dalam rentang waktu 10-15

    tahun.

    Pemeriksaan Fisik

    Kesadaran: Delirium

    Gangguan kesadaran disertai gangguan atensi, disorientasi, memori, persepsi, dll karenaadanya gangguan difus bersifat metabolik pada kedua hemisfer berikut mekanisme

    kompensasi seluruh korteks cerebri.

    Vital sign: TD: 120/80 mmHg (N)

    HR: 100 bpm (N: 60-100 bpm)

    HR: 100 bpm (N: 60-100 bpm)

    RR: 20 bpm (N: 16-24 bpm)

    T: 37,5 C (N:36,7-37,8 C)

    Pada vital sign seluruhnya normal, pada suhu yang tidak terlalu tinggi mengarah ke dugaan

    infeksi SSP yang kronik karena pada infeksi kronik tidak didapatkan demam.

    Tatto (+) hampir seluruh tubuh

    Needle track (+)

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    57/63

    Port dentre dari virus HIV dimana HIV masuk melalui mikrolesi dan menuju ke sel

    langerhans mukosa.

    Mata: RCL/RCTL ++/++, papil edema (-)

    Pada meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis biasanya di dapatkan TTIK. Kemungkinandalam pemeriksaan ini TTIK tidak sampai menyebabkan ada gangguan pada n.

    okulomotorius yang mengatur pergerakan otot-otot bola mata. Dan TTIK tidak menyebabkan

    oklusi diskus sentralis pada retina yang dapat menyebabkan papil edema.

    Mulut: Leukoplakia (+), oral thrush (+)

    Leukoplakia dan oral thrush biasanya disebabkan jamur candida albicans, keduanya

    merupakan gbrn infeksi oportunistik CD4 < 200/mm3 (HIV/AIDS stadium 2).

    KGB: tidak teraba membesar

    Hal ini menandakan infeksi mikroorganisme tidak sampai menyebabkan infeksi sistemik dan

    merupakan tanda infeksi kronis.

    Pemeriksaan Neurologis

    GCS: E4V2M6 = 12 = somnolen

    E4 spontan membuka mata

    V2mengerang

    M6 dapat mengikuti perintah

    Hal ini menunjukkan penurunan kesadaran, normalnya 15 = compos mentis.

    Motorik: hemiparesis (-), normotonus, normotrofi

    Refleks fisio: biceps/triceps (+) normal & patella/achilles (+) normal

    Refleks patologis babinski (-)

    Tidak ada gangguan yang mengenai korteks motorik primer, baik pada UMN maupun LMN

    sehingga tidak ada keabnormalan dari sisi motorik & refleks.

    Meningeal sign

    kaku kuduk (+)

    Brudzinsky 1 (+)

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    58/63

    kernig (+)

    Brudzinsky 2 (+)

    Menandakan pasien (+) meningitis adanya infeksi pada selaput otaknya.

    Pemeriksaan Lab

    Hb: 12,4 g/dL (L:13-16 // P:12-14)

    Pasien mengalami anemia dimana penyebabnya bisa karena, infeksi kronik yang disebabkan

    suatu mikroorganisme, keganasan, dll.

    Ht: 42% (L:40-48% // P:37-43%)

    Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah, pada pasien

    nilainya dalam batas normal

    MCV: 60% (80-95 fL)

    Menggambarkan ukuran besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil berarti ukuran sel

    darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh penyakit

    kronis atau kekurangan zat besi.

    Leukosit: 4500/mm3 (n: 4500-10000/mm3)

    Leukosit pasien DBN. Diduga infeksinya bukan karena bakteri, karena pada bakteri leukosit

    meningkat

    Trombosit: 240.000/mm3 (n:150.000-450.000/mm3)

    Trombosit pasien dalam batas normal, tidak ada gangguan pembekuan darah. Pada trombosit

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    59/63

    Limfosit: 24 (20-30%)

    o Limfosit berperan pada imunitas selular spesifik.

    Monosit: 13 (3-8%)

    o Monosit beredar dalam darah. Bila monosit ada di jaringan tubuh, mereka disebut

    makrofag. Jumlah monosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi kronik.

    Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan

    monosit dikenal juga dengan sebutanshift to the left infeksi akut. Kondisi noninfeksi

    yang dapat menyebabkanshift to the leftantara lain asma dan penyakit-penyakit alergi

    lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.

    Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil

    disebutshift to the right infeksi kronis. Kondisi noninfeksi yang dapat

    menyebabkanshift to the rightantara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

    GDS: 98 mg/dL (70-110 mg/dL)

    GDS pasien DBN.

    Px. Tinta india: kriptokokus (+)

    Pewarnaan negatif untuk melihat adanya kapsul di sekeliling mikroorganisme kapsul

    nampak jernih disekitar latar belakang yg gelap.

  • 7/28/2019 makalah meningoensefalitis

    60/63

    CT scan: edema difus serebri

    Menandakan encephalitis, karena pd gambaran CT scan encephalitis terdapat gambaran

    kerusakan parenkim otak, edema serebri, dan hipodens.

    Western blot: HIV (+)

    Menandakan pasien terkena HIV (+).

    Diagnosis

    Meningoensefalitis e.c kriptokokus

    Penatalaksanaan

    Manitol IV 4 x 125 cc

    Obat diuretik osmotik

    Indikasi :

    Profilaksis gagal jantung

    Menurunkan tekanan & volume cairan intraokuler/CSS menaikkantekanan osmotik plasma air akan berdifusi kembali ke ruang plasma &

    CES

    Kontraindikasi :

    Penyakit ginjal dengan anuria.

    Dalam kasus ini diberikan manitol karena dari hasil CT-scan di dapatkan edema serebri.

    Ranitidin 2 x 1 ampul

    Antihistamin H2

    Menghambat sekresi asam lambung,

    Digunakan dalam pengobatan penyakit ulkus peptikum (PUD), dispepsia,

    profilaksis stres ulkus, dan gastroesophageal reflux disease (GERD).

    Efek samping : pusing, malaise, diare