Makalah manajemen laboratorium industri pupuk
Click here to load reader
-
Upload
ryan-paijan -
Category
Documents
-
view
169 -
download
12
description
Transcript of Makalah manajemen laboratorium industri pupuk
MAKALAH
SISTEM MANAJEMEN LABORATORIUM PUPUK
Disusun Oleh :
Sri Wulan Nas (112310
Melati Putri Git Utami (11231015)
Avian Jaya (112310
Ryan Wahyu Prakosa (112310
De’afni Intania (11231034)
PROGRAM DIII ANALIS KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2013
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunianya kita bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akam membahas
mengenai “sistem manajemen laboratorium pupuk”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai obsevasi dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang terkait dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
2
DAFTAR ISI
Judul..........................................................................................................1
Kata Pengantar..........................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...................................................................................4
BAB II Isi
2.1. Pengertian Sistem Manajemen Laboratorium....................................6
2.2. Sistem Manajemen Utilitas Laboratorium Pupuk..............................7
2.3. Sistem Manajemen Instrumentasi Laboratotium Pupuk....................8
2.4. Sistem Manajemen ISO 17025/ Laboratotium Pupuk......................9
2.5. Sistem Penyimpanan Bahan Kimia Laboratotium Pupuk................10
2.6. Sistem Pengolahan Limbah Laboratotium Pupuk............................14
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................18
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di bidang industri telah membawa perubahan yang
mendasar dalam struktur ekonomi Indonesia, bahkan proses industrialisasi juga
mampu mendorong berkembangnya industri sebagai motor penggerak dalam
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pendapatan
devisa dan sekaligus sebagai wahana transformasi teknologi dalam menunjang
pembangunan itu sendiri. Dalam proses industri untuk menghasilkan suatu produk
sejak tahap transportasi dan pemasukan bahan baku, sampai proses fabrikasi,
distribusi dan pemasaran hasil sedikit banyak selalu menimbulkan dampak
terhadap lingkungan.
Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
pupuk dan berlokasi di Bontang, pada saat ini PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk.
mengoperasikan sebanyak 4 (empat) buah pabrik ammonia dengan total kapasitas
produksi 1.800.000 ton ammonia per tahun dan 5 (lima) buah pabrik urea dengan
total kapasitas produksi 3.000.000 ton urea per tahun.
Seiiring dengan itu pula, maka untuk mengontrol proses operasi dan
produksi maka laboratorium akan memberikan kontribusi dalam menganalisa
semua tahapan proses itu mulai bahan baku utama dan pendukung termasuk
memantau kualitas lingkungannya. Pada setiap pelaksanaan tugas atau pekerjaan
didalam suatu laboratorium, proses seperti titrasi, sintesa, destilasi dan ekstraksi
akan selalu dan tetap menghasilkan bahan kimia sisa pakai, yaitu yang tidak
langsung dan yang langsung perlu dibuang.
Demikian pula kadang kala terdapat bahan kimia yang tumpah atau tidak
terpakai yang harus dibuang secara khusus atau bersama-sama dengan buangan
limbah lain berupa cairan. Dalam pembuangan bahan-bahan kimia tersebut
haruslah juga dipikirkan dan dipahami tentang masalah kepentingan masyarakat
dan lingkungannya, terlebih apabila industri atau laboratorium berada
4
ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang mempunyai kepadatan penduduk
yang tinggi. Saat ini misalnya baik yang ada disekitar kita maupun yang kita
ketahui melalui media informatika, banyak kasus pencemaran lingkungan yang
merusak harkat hidup lingkungannya sendiri dan terutama bagi masyarakat
sekarang ini dan generasi akan datang.
5
BAB II
ISI
2.1. Sistem Manajemen Laboratorium
Peran sebuah laboratorium sebagai lembaga penilaian kesesuaian sangat
vital untuk memberikan jaminan hasil pengujian yang sesuai dengan persyaratan.
Jaminan kebenaran yang dapat diberikan oleh laboratorium terhadap hasil uji. Di
sinilah kemudian akreditasi diperlukan bagi sebuah laboratorium.
Akreditasi laboratorium adalah pengakuan dari Badan Akreditasi terhadap
kompetensi sebuah laboratorium dalam melaksanakan kegiatan pengujian maupun
kalibrasi yang mengacu pada standar SNI ISO/IEC 9001:2008. Persyaratan
akreditasi yang dinilai oleh Badan Akreditasi antara lain kompetensi personel
laboratorium serta dan sistem pengendalian dokumen yang diterapkan.
Untuk mengelola Laboratorium yang baik kita harus mengenal
perangkat-perangkat apa yang harus dikelola. Perangkat-perangkat manajemen
lab itu adalah :
1. Tata ruang (lab lay out)
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Lab. Infrastruktur
4. Lab. Administrasi
5. Lab. Inventory & Security
6. Lab. Safety Use
7. Lab. Organisasi
8. Budget-fasilities
9. Disiplin yang tinggi
10. Skill (Keterampilan)
11. Peraturan Dasar
12. Penanganan masalah Umum
13. Jenis-jenis pekerjaan.
6
Semua perangkat-perangkat ini jika dikelola secara optimal, akan memberikan
optimalisasi manajemen lab yang baik. Dengan demikian manajemen lab itu
adalah suatu tindakan pengelolaan yang komplek dan terarah, sejak dari
perencanaan tata ruang (lab-lay-out) sampai dengan semua perangkat -
perangkat penunjang lainnya.
2.2. Sistem Manajemen Utilitas Laboratorium Pupuk
Laboratorium Pupuk adalah unit pendukung proses pabrik Utilitas,
Amoniak, Urea berfungsi memberikan data analisis untuk digunakan sebagai
panduan operasional. Pabrik utilitas antara lain pH, konduktivity, klorida, pospat,
hydrazine, ammonia, nitrit dan silika direaksikan dengan bahan kimia
sesuai dengan karateristik masing-masing membentuk larutan senyawa
berwarna dan diukur dengan metode spektrophotometri kemudian diperoleh
data konsentrasi hasil analisis yang secara rutin berlangsung terus-menerus
dan menghasilkan limbah buangan campuran yang dibuang secara langsung.
Sampel dari unit pabrik utilitas item analisis dilakukan terhadap sampel
Boiler water, kondensate desalinasi, BFW, kondensate WWT, air pendingin,
dan air laut. Analisis pH Meter dan condiktivitimeter dilakukan dengan
terlebih dahulu dilakukan pembilasan terhadap electrode pengukur dengan
sampel sehingga sampel yang mengandung konsentrasi bahan kimia akan
langsung terbuang dengan kareteristik pH basa terutama sampel boiler water, air
pendingin, WWT, dan air laut (pH 9-10). Apabila hal ini tidak dilakukan
pengelolaan maka akan berdampak bagi kerusakan lingkungan terutama
bagi instalasi logam terdekat.
Alternatif pengelolaan adalah dengan menampung dalam wadah
terbuat dari plastik dan digunakan sebagai bahan penetral di unit lainnya
antara lain di Neutralization Sump. Pada analisis sampel dari unit pabrik
utilitas lainnya setelah direaksikan dengan bahan kimia dan di analisis
dengan metode spektrofotometri menghasilkan senyawa complex yang
berwarna dan limbah setelah analisa. Setelah warna terbentuk maka
sampel tersebut dianalisis dengan spektrofotometer, dan selain itu ada
7
sejumlah timbulan limbah selain sisa dari analisa dibuang.
2.3. Sistem Manajemen Instrumentasi Laboratotium Pupuk
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih
kompleks. Dalam laboratorium pengujian industri pupuk alat instrumen yang
biasa digunakan antara lain :
1. Gas Chromatography
2. Ion Chromatography
3. ICP-Optical Emission Spectrometer
4. Atomic Absorption Spectrophotometer
5. Spectro photometer UV/VIS
6. Spectrophotometer FTIR
7. Nitrogen Analyzer
8. Aqua titrator, dll
Peralatan yang digunakan dilaboratorium dilengkapi dengan buku
petunjuk pengoperasian (manual operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya
kerusakan, dimana buku manual merupakan acuan untuk dilakukan tindakan
perbaikan terhadap alat tersebut.
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International
Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara
nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. dengan kata lain:
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan
bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Kalibrasi alat-alat instrumentasi dalam laboratorium pengujian industri
pupuk dilakukan secara berkala agar alat-alat tersebut menghasilkan hasil analisis
8
yang akurat dan terpercaya. Inventarisasi dan Keamanan Laboratorium. Kegiatan
inventarisasi dan keamanan laboratorium meliputi:
1. Semua kegiatan inventarisasi harus memuat sumber dana darimana alat-alat
inidiperoleh/dibeli. Misalnya: dari DIP tahun 2004, ADB Project,
Pemerintah Jepang (JICA),Proyek Hibah Kompetisi SP4; A1: A2; A3: dan
B. Inventarisasi alat-alat instrumen laboratorium industri pupuk biasanya
dilakukan selama tiap 3 bulan.
2. Keamanan/security Peralatan laboratorium ditujukan agar peralatan
laboratorium tersebut harus tetap berada di laboratorium. Jika peralatan
dipinjam harus ada jaminan dari si peminjam. Jika hilang atau dicuri,
harus dilaporkan kepada kepala laboratorium.
Dokumentasi adalah pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan data
yang ada di laboratorium sehingga memiliki jejak historis. Sehingga peralatan
yang ada di laboratorim bisa tercatat dan terekam dalam pemakaian alat-alat dan
instrumen yang ada di laboratorium. Sehingga pemakaian suatu alat bisa kita
dokumentasikan pemakaian nya.
2.4. Sistem Manajemen ISO 17025/ Laboratotium Pupuk
Manajemen Laboraturium yang digunakan dalam Industri Pupuk adalh
ISO 9001:2008, karena standar ISO ini mengacu pada manajemen kualitas mutu
dalam suatu produk, baik dari segi bahan awal, pengolahan, hingga nantinya pada
hasil akhir atau produk yang dihasilkan. Dalam sistem manajemen ini di jelaskan
bagaimana suatu produk dapat dikatakan memenuhi kualitas standar. Adapun hal
yang perlu diperhatikan dalam manjemen insustrinya antara lain :
1. menentukan proses yang diperlukan untuksistem manajemen mutu
dan aplikasinyapadaseluruh organisasi
2. menetapkan urutan dan interaksi proses tersebut
3. menetapkan kriteria dan metode yangdiperlukan untuk memastikan
bahwa baikoperasimaupun kendali proses tersebut efektif
9
4. memastikan tersedianya sumber daya
daninformasiyangdiperlukanuntukmendukungoperasi dan pemantauan
proses tersebut.
5. memantau, mengukur bila dapat dilakukandan menganalisis proses
tersebut, danmenerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang direncanakan dan koreksi berkesinambungan dari proses
tersebut.
Jadi jika suatu industri telah memenuhi kriteria diatas maka industri tersebut telah
memenuhi sistem manajemen ISO 9001:2008.
2.5. Sistem Penyimpanan Bahan Kimia Laboratotium Pupuk
Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-
bahan kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan
kimia selain memperhatikan ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu
diperhatikan faktor lain, yaitu:
1. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi
dengan wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
2. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan,
kebakaran, atau timbulnya gas beracun.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat
penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai berikut :
1. Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering
dijumpai di laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan
sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
Ruangan dingin dan berventilasi.
Jauh dari bahaya kebakaran.
Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi.
Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika
tidak sedang dipergunakan.
10
Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung
tangan
2. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan
alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat
beracun.
Syarat penyimpanan:
Ruangan dingin dan berventilasi.
Wadah tertutup dan beretiket.
Dipisahkan dari zat-zat beracun.
3. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar
jika kena udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan
bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3)
misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang
panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat
menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan
organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon
disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6), aseton
(CH3COCH3).
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC,
misalnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya
kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
Temperatur dingin dan berventilasi.
Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik
dan bara rokok.
Tersedia alat pemadam kebakaran.
11
4. Bahan mudah meledak
Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat,
nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
Ruangan dingin dan berventilasi.
Jauhkan dari panas dan api.
Indarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat
yang dapat meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini
sangat tergantung pada komposisi dan bentuk dari campurannya.
Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratoriumpada waktu
melakukan percobaan misalnya:
Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air.
Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air.
Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa).
Nitrat dengan eter.
Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium
(Al).
Klorat dengan asam sulfat.
Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain.
Halogen dengan amoniak.
Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S).
Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat.
5. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organik.
Syarat penyimpanan:
Temperatur ruangan dingin dan berventilasi.
Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik
dan bara rokok.
Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor.
6. Bahan reaktif terhadap air
12
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi.
Jauh dari sumber nyala api atau panas.
Bangunan kedap air.
Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder).
7. Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang
mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
Ruangan dingin dan berventilasi.
Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam.
Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan
terbentuk kantong-kantong hidrogen.
Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja.
8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat.
Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari.
Jauh dari api dan panas.
Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan
adalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin
cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan
cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida.
Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering
menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan.
Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali
13
ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam
bulan.
2.6. Sistem Pengolahan Limbah Laboratotium Pupuk
Sampel-sampel yang telah didinginkan dan siap untuk di analisis dipipet
sesuai dengan kebutuhan dan ditambahkan bahan kimia pereaksi sesuai dengan
karateristik kadar masing-masing item analisis yang diinginkan sesuai unit pabrik
masing-masing.
Sampel dari unit pabrik utilitas item analisis dilakukan terhadap sampel
Boiler water, kondensate desalinasi, BFW, kondensate WWT, air pendingin, dan
air laut. Analisis pH Meter dan condiktivitimeter dilakukan dengan terlebih
dahulu dilakukan pembilasan terhadap electrode pengukur dengan sampel
sehingga sampel yang mengandung konsentrasi bahan kimia akan langsung
terbuang dengan kareteristik pH basa terutama sampel boiler water, air pendingin,
WWT, dan air laut (pH 9-10). Apabila hal ini tidak dilakukan pengelolaan maka
akan berdampak bagi kerusakan lingkungan terutama bagi instalasi logam
terdekat. Alternatif pengelolaan adalah dengan menampung dalam wadah terbuat
dari plastik dan digunakan sebagai bahan penetral di unit lainnya antara lain di
Neutralization Sump.
Pada analisis sampel dari unit pabrik utilitas lainnya setelah direaksikan
dengan bahan kimia dan di analisis dengan metode spektrofotometri
menghasilkan senyawa complex yang berwarna dan limbah setelah analisa.
Setelah warna terbentuk maka sampel tersebut dianalisis dengan spektrofotometer,
dan selain itu ada sejumlah timbulan limbah selain sisa dari analisa dibuang.
Parameter dari pengukuran dengan metode ini adalah POO4-3, N2H4, SiO2 , NH4
+,
Cl- yang direaksikan dengan bahan kimia pereaksi membentuk senyawa komplex
berwarna yang merupakan limbah bahan kimia sisa analisis sisa sampel dan
langsung dibuang serta berlangsung secara rutin dan konsentrasi setiap komponen
hasil analisis dihitung dengan satuan ppm atau 0,000001 %.
Karakteristik limbah bahan kimia sisa analisis ini adalah bersifat sangat
asam yang berasal dari penambahan campuran pereaksi terutama pada analisis
14
N2H4, SiO2 dan NH4+. Pengelolaan pada campuran limbah sisa analisis ini dapat
dimanfaatkan untuk menetralisir limbah buangan yang bersifat basa yang
dihasilkan dari hasil pencucian resin yang ada di unit Neutralization Sump,
sebagai bahan pengganti penetral asam sulfat.
Berdasarkan pada parameter pengukuran diatas maka pengelolaan limbah
bahan kimia sisa analisis dari laboratorium dengan memperhatikan kepentingan
bagi lingkungan sebagai berikut :
1. Pengelolaan limbah yang mengadung Posfat
Berdasarkan sifat kimia limbah bahan buangan yang mengandung
posfat dengan tingkat reaktivitas yang stabil dapat bereaksi dengan
berbaga logam menghasilkan gas H2 dan berbahaya jika kena panas yakni
terjadi ekplosif tetapi disisi lain memiliki dampak positif yakni buangan
posfat dalam suasana asam posfat dapat memberikan penyuburan tanah
(eutrotropia) dengan penetralan serta ditambahkan Ca(OH)2 pada pH 6-9
posfat akan mengendap dan endapan ini dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk.
2. Pengelolaan limbah yang mengandung Hidrazin
Hidrasin adalah senyawa amin berupa cairan tak berwarna dan
berbau seperti amonia dan di pabrik digunakan sebagai bahan inhibitor
dalam air ketel uap (boiler). Cairan yang mengandung hidrasin dalam
konsentrasi tertentu terbuang kedalam selokan air dapat menimbulkan
bahaya kebakaran dan ekplosif. Limbah hidrasin dapat diencerkan dan
dinetralkan dengan menambahkan asam sulfat encer sebelum dibuang ke
perairan. Memperhatikan dampak limbah bahan kimia sisa analisis dari
laboratorium ini pengelolaan dapat dilakukan tanpa harus menambahkan
asam sulfat encer sebab asam tersebut telah tercampur bersama-sama dari
penambahan dari limbah lain pada proses unit analisa amonia, selain itu
konsentrasi hidrasin relatif masih dalam ambang batas.
3. Pengelolaan limbah yang mengandung Silika.
15
Sampel yang dianalisis mengandung bahan kimia SiO2 dari proses
pabrik berasal dari unit boiler water berupa silica terlarut dengan demikian
dalam konsentrasi yang relatif kecil pengelolaan limbah dapat dilakukan
secara langsung bersam limbah bahan kimia sisa analisa laboratorium
proses.
4. Pengelolaan limbah yang mengandung Amonia.
Analisis sampel yang mengandung amonia dalam air desalinasi
adalah dengan tujuan untuk mengetahui diantaranya terlarutnya atau
banyaknya pencemaran debu urea pabrik yang dapat mengakibatkan
conductivity naik sehingga bahan baku air desal tidak dapat digunakan
pada proses operasional. Pada limbah bahan buangan limbah bahan kimia
sisa analisis ini tereleminasi dengan naiknya temperature bahan campuran
lain antara lain asam sulfat. Sifat kimia amonia adalah amat mudah larut
dalam air membentuk amonium hidroksida. Dalam air amat beracun bagi
ikan dan binatang air lainnya. Amonia dalam air dapat dibuang dengan
proses stripping pada pH 12.
5. Pengelolaan limbah yang mengandung Klorida
Limbah bahan kimia sisa analisis mengandung sedikit klorida yang
berasal dari sampel kondensate desalinasi yang didalam perlakuannya
direaksikan dengan bahan kimia HgCNS membentuk senyawa komplex
berwarna kuning dengan konsentrasi rata-rata dibawah 1.00 ppm. Evaluasi
terhadap pengelolaan limbah yang mengandung bahan kimia senyawa
merkuri harus mendapat perhatian karena amat berbahaya. Pembuangan
limbah yang mengandung Hg ke dalam lingkungan akan menyebabkan
pencemaran Hg yang dapat berubah menjadi methyl mercury yang dapat
terakumulasi pada ikan, kerang, udang yang akhirnya kepada manusia. Ion
raksa dalam air dapat diendapkan dengan sulfide, sedangkan tumpahan
atau uap dapat diikat dengan penyerap seperti karbon aktif yang
mengandung belerang. Berdasarkan kenyataan ini khusus untuk analisis
klorida dalam sampel kondensate desalinasi bahkan analisis klorida dalam
sampel lainnya, perlu dilakukan dengan metode analisis alternatif yang
16
juga memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang tinggi yakni dengan
metode potentiometri.
Pada analisis sampel dari unit pabrik urea terutama pada sampel urea
solution atau amonia water yakni sejumlah sampel dititrasi dengan asam klorida
dengan penambahan indicator dan merupakan reaksi penetralan. Pada bagian ini
dihasilkan sejumlah bahan buangan limbah yang harus dibuang sehingga tetap
akan memberikan dampak bagi lingkungan. Selain itu bahan sisa sampel juga
dibuang langsung sebagai limbah. Komposisi utama sisa sampel adalah NH3, CO2
dan Urea.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengelolaan Laboratorium (Laboratory Management) adalah usaha
untuk mengelola Laboratorium. Bagaimana suatu Laboratorium dapat dikelola
dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf
propesional yang terampil belum tentu dapat beroperasi dengan baik, jika tidak
didukung oleh adanya manaJemen Laboratorium yang baik. Oleh karena itu
manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan Laboratorium. Suatu manajemen laboratorium yang baik memiliki
sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas,
pemanfaatan fasilitas .yang efektif, efisien, disiplin, dan administrasi lab yang
baik pula. Bagaimana mengelola Laboratorium dengan baik, adalah menjadi
tujuan utama, sehingga semua pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan
dengan lancar.
Daftar Pustaka
18
Agustini, 2000, Materi Kebijaksanaan Bersih , Kursus mengenai dampak lingkungan Dasar-dasar AMDAL Type A, kerjasama Bapedal dengan Pusat Penelitian dan Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian ITS, 03-13 Oktober 2000
Chiyoda-Rekayasa, 1987, Ammonia-Urea Project Operation Manual for PT Pupuk Kaltim.
Environmental Management Gide for Small Laboratories, EPA 233-B-00-001, dalam LS&EM V7, No. 5.
19