Makalah Makna Kata

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dikuasai dalam seluruh tingkatan pendidikan termasuk di perguruan tinggi. Tujuan dari adanya pelajaran ini adalah agar para rakyat khususnya para pelajar dapat terampil berbahasa Indonesia yang meliputi terampil menyimak, berbahasa, membaca dan menulis. Agar dapat mencapapi tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah dibutuhkan. Selain mempunyai banyak kosakata, makna kata – kata tersebut juga harus dikuasai untuk lebih memperkaya kosa kata yang dimiliki. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai makna kata. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian makna kata? 2. Apa saja relasi makna kata? 3. Apa saja perubahan makna kata? 4. Apa saja jenis makna kata? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian makna kata. 2. Mengetahui relasi makna kata. 1

description

ioioio

Transcript of Makalah Makna Kata

Page 1: Makalah Makna Kata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dikuasai dalam seluruh

tingkatan pendidikan termasuk di perguruan tinggi. Tujuan dari adanya pelajaran

ini adalah agar para rakyat khususnya para pelajar dapat terampil berbahasa

Indonesia yang meliputi terampil menyimak, berbahasa, membaca dan menulis.

Agar dapat mencapapi tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah dibutuhkan.

Selain mempunyai banyak kosakata, makna kata – kata tersebut juga harus

dikuasai untuk lebih memperkaya kosa kata yang dimiliki. Oleh karena itu,

makalah ini dibuat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para

pembaca mengenai makna kata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian makna kata?

2. Apa saja relasi makna kata?

3. Apa saja perubahan makna kata?

4. Apa saja jenis makna kata?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian makna kata.

2. Mengetahui relasi makna kata.

3. Mengetahui perubahan – perubahan makna kata.

4. Mengetahui jenis – jenis makna kata.

1

Page 2: Makalah Makna Kata

BAB II 

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makna Kata

Makna adalah denotasi. Kadang-kadang “Makna” itu selaras dengan

“Arti” dan kata tidak selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti sesuatu

itu maka makna tersebut disebut Makna Laras (Explicit Meaning). Apabila

maknanya tidak selaras dengan “Arti”, maka sesuatu tersebut memiliki Makna

Kandungan ( Implicit Meaning) atau Makna Lazim ( Necessary Meaning).

Sebagai contoh kata “Sapi”, ia memiliki arti dan makna “Sapi” sudah

memiliki arti sebelum kata tersebut dimasukan kedalam kalimat, tapi ia belum

memiliki makna, karena hanya akan terbentuk apabila kata itu sudah dimasukan

kedalam kaliamat.

Contoh Makna Laras:

Gara memukul sapi.

Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan artinya, yaitu sapi. Pengertian

yang menyeluruh tentang sapi tersebut itulah yang disebut dengan Makna Laras

(Expilicit Meaning). Ketika Gara membeli sapi, tentu yang dibeli adalah

keseluruhan tubuh sapi. Oleh karena itu, makna “Sapi” dalam kaliamat tersebut

adalah sama arti “Sapi”, sehingga disebut memiliki Makna Laras.

Contoh Makna Kandungan:

Gara memukul sapi

Yang dipukul oleh gara adalah sebagian tubuh sapi itu, oleh karena itu “Sapi”

dalam kalimat tersebut tidak selaras dengan artinya,  melainkan hanya

kandungan arti tersebut. Oleh karena itu “Sapi” dalam kalimat tersebut

memiliki Makna Kandungan.

Contoh Makna Kata Lazim:

Gara Menarik sapi.

Kata “Sapi” dalam

kalimat tersebut adalah memiliki Makna Lazim, karera ketika Gara menarik

2

Page 3: Makalah Makna Kata

sapi, sebenarnya yang dipegang adalah talinya. Dia menarik tali  itu secara tidak

langsung menarik tubuh sapi. Kendatipun yang gara pegang dan dia tarik secara

langsung adalah tali kedali sapi dan bukan sapinya secara langsung, tetapi sudah

lazim dikatakan bahwa hal itu disebut menarik sapi. Itulah mengapa disebut

Makna Lazim.

2.2 Relasi Makna Kata

Di dalam Bahasa Indonesia, banyak ditemukan suatu kata yang memiliki

hubungan atau relasi semantik dengan kata lain, seperti kesamaan makna, lawan

kata, kegandaan kata, ketercakupan makna, kelainan makna, dan sebagainya. Di

bawah ini akan dijelaskan macam-macam relasi makna tersebut.

1. Sinonim

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno ,

yaitu onoma  yang berarti “Nama”, dansyn  yang berarti “Dengan”. Maka secara

harfiah kata sinonim berarti “Nama lain untuk benda atau hal yang sama” (Chaer,

1990:85). Sinonim atau bisa disebut kegandan makna dapat diartikan sebagai dua

kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Dikatakan

hampir sama karena meskipun dua kata tersebut sama, kata tersebut tidak dapat

atau kurag tepat bila menggantikan kata yang lain dalam sebuah kalimat.

Contohnya seperti di bawah ini :

Tikus itu mati diterkam kucing.

Tikus itu meninggal diterkam kucing.

Dalam dua kalimat di atas, kita dapat menemukan dua kata yang

bersinonim, yaitu mati dan meninggal. Namun kata “Meninggal” pada kalimat

kedua tidak dapat menggantikan kata “Mati” pada kalimat pertama. Hal ini karena

kata “Mati” dapat digunakan pada semua makhluk hidup seperti manusia, hewan,

dan tumbuhan, sedangkan kata “Meninggal” hanya digunakan pada manusia.

2. Antonim

Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti

“Nama”, dan anti yang berarti “Melawan”. Maka secara harfiah antonim berarti

‘nama lain untuk benda lain pula’(Chaer, 1990:85). Kata antonim atau sering

3

Page 4: Makalah Makna Kata

disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua kata yang memiliki makna yang

berlawanan atau bertentangan. Misalnya,  hidup-mati, diam-gerak dan sebagainya.

3. Homonim, Homofon, Homograf

Kata homonimi  berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti

“Nama” dan homo yang artinya “Sama”. Secara harfiah homonimi dapat diartikan

sebagai “Nama sama untuk benda atau hal lain” (Chaer, 1990:85). Homonim

adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan  dan lafal yang sama namun

memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata “Bisa” dapat diartikan dua makna,

yakni “Bisa” yang berarti “Dapat” dan “Bisa” yang berarti “Racun”.

Homofon (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah dua kata atau lebih

yang memiliki lafal yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya,

kata “Bang” dan “Bank”. Homograf (homo berarti sama, grafiberarti tulisan)

adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama namun memiliki lafal

dan makna yang berbeda. Misalnya, “Tahu” (baca “Tahu”)  bermakna salah satu

produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata “Tahu” (baca “Tau”)

bermakna mengetahui.

4. Hiponim dan Hipernim

Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu  onoma berarti

“Nama” dan hypo berarti “Di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “Nama yang

termasuk di bawah nama lain” (Chaer, 1990:85). Hipomimi dan hipermimi

berhubungan satu sama lain, hipomimi merujuk pada kata yang lebih khusus yang

merupakan subordinat dari hipermimi. Misalnya, kata “Tongkol” dan “Ikan”, kata

“Tongkol” merupakan hiponim dari kata “Ikan” sedangkan kata “Ikan”

merupakan hipernim dari kata “Tongkol”. 

5. Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa (bisa kata atau frase) yang memiliki

makna  lebih dari satu. Misalnya pada kalimat di bawah ini :

Kepalaku sakit sejak kemarin.

Kepala sekolah menemui para murid di kelas

Kata “Kepala” yang pertama bermakna bagian tubuh yang berada di atas leher

sedangkan kata “Kepala” yang kedua bermakna pemimpin.

4

Page 5: Makalah Makna Kata

2.3 Perubahan Makna Kata

Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan

makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa

penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan

tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif,

dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :

Macam-macam Perubahan Makna

a. Menyempit/spesialisasi

Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal

penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat

ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.

Contoh :

Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum,

sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu

pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna

“Lulusan perguruan tinggi”).

b. Meluas/generalisasi

Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.

Contoh :

Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya

dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang

lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele

merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.

c. Amelioratif

Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak

menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang

baik, positif, dan menguntungkan.

Contoh :

Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk

5

Page 6: Makalah Makna Kata

lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata

tersebut.

d. Peyoratif

Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata

pada awal pemakaiannya.

Contoh :

Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun

atau negatif.

e. Asosiasi

Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-

makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-

hati dengan tukang catut itu.”

Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif.

Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan

anda tidak benar

f. Sinestesia

Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya

dari indera pengecap ke indera penglihatan.

Contoh:

Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya

dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera

penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.

2.4 Jenis Makna Kata

Makna di dalam sastra Bahasa Indonesia ditentukan dalam beberapa

kriteria atau jenis dan juga sudut pandang. Jenis makna dalam Bahasa Indonesia

sangat banyak diantaranya: Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan

antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya

referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial

dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah

kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif,

6

Page 7: Makalah Makna Kata

berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau

makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang

lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif,

idiomatik dan sebagainya.

1. Makna Lesikal dan Makna Gramatikal

Leksikal merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina

leksikon.  Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang

bermakna. Dengan kata lain makna lesikal adalah makna unsur-unsur bahasa

(leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan lain-lain. Seperti kata

tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam

kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau Panen kali ini gagal akibat serangan

hama tikus.

Biasanya makna leksikal dipertentangkan dengan makna gramatikal. Jika

makna leksikal berkenaan dengan makna leksem, maka makna gramatikal ini

adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses

afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Proses afiksasi awalan ter-

pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik,

melahirkan makna “Dapat”, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu

terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal “Tidak sengaja”.

2. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada

tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen,

yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut

kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka

kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja termasuk kata yang

bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah

tangga yang disebut “Meja”. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen,

jadi kata karena termasuk kata yang bermakna nonreferensial.

7

Page 8: Makalah Makna Kata

3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif atau konseptual adalah makna kata yang didasarkan atas

penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau obyek di luar bahasa.

Makna langsung atau makna lugas bersifat obyektif, karena langsung menunjuk

obyeknya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual

objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut sebagai ’makna

sebenarnya.

Seperti dalam  kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna

yang sama, yaitu “Manusia dewasa bukan laki-laki”.

Makna konotatif merupakan lawan dari makna denotatif. Jika makna

denotatif mencakup arti kata yang sebenarnya, maka makna konotatif sebaliknya,

yang juga disebut sebagai makna kiasan. Lebih lanjut, makna konotasi dapat

dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata sebagai

perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik. Seperti

dalam kalimat “Rumah itu dilalap si jago merah”. Kata “Si jago merah” dalam

kalimat tersebut bukanlah arti yang sebenarnya, melainkan kata kiasan yang

bermakna “Kebakaran”. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu.

Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti

“Cerewet”, tetapi sekarang konotasinya positif.

4. Makna Kata dan Makna Istilah

Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya

makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks

kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata,istilah mempunyai

makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks

kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya

perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau

kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari

contoh berikut

(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.

(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.

8

Page 9: Makalah Makna Kata

Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau

bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna

yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan;

sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki

oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun.

Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yang biasa

dikendarai’. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna

leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata

berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar

bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

6. Makna Idiomitikal dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”Diramalkan” dari

makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh

dari idiom adalah bentuk membanting tulang dengan makna “Bekerja

keras”, meja hijau dengan makna “Pengadilan”. Berbeda dengan idiom,

peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna

unsur-unsurnya karena adanya ”Asosiasi” antara makna asli dengan maknanya

sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang

bermakna “Dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur”. Makna ini

memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersama

memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.

7. Makna Kias

 Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan

sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik

kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal,

arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-

bentuk seperti puteri malam dalam arti “Bulan”, raja siang dalam arti “Matahari”.

9

Page 10: Makalah Makna Kata

BAB III

KESIMPULAN

Di dalam Bahasa Indonesia, makna kata sangat penting dipelajari.

Pengetahuan tentang makna kata mempengaruhi pemahaman terhadap

suatu kalimat. Dalam makna kata, dipelajari pengertian makna kata, relasi makna

kata, jenis makna kata dan perubahan makna kata. Ada beberapa kata yang

memiliki makna yang berhubungan atau memiliki relasi, seperti sinonim, antonim,

dan lain sebagainya. Ada pula satu kata yang makna dulunya berbeda dari makna

sekarang, seperti spesialisasi, ameliorasi dan lain sebagainya.

10

Page 11: Makalah Makna Kata

DAFTAR PUSTAKA

-----------------------. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : 

            Rineka Cipta.

Chaer, Drs. Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka

            Cipta.

(Eneng Herniti, M. Hum dkk). 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Pokja

            Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Keraf, Dr. Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.

            Flores : Nusa Indah.

Parera, J. D. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Tarigan, Prof. Dr. Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung :

            Angkasa.

Tim Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah

            Malang. 2010. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang : UMM

            Press.

Widyamartaya. 1995. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta : Kanisius

11