Makalah Lalu Lintas Konstruksi Jalan Raya

21
MAKALAH LALU LINTAS KONSTRUKSI JALAN RAYA II KAJIAN RUAS DAN SIMPANG JALAN Disusun oleh: Farhan Syarif / 3113120048 2 SIPIL 2 SIANG TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2015

description

kontruksi jalan raya

Transcript of Makalah Lalu Lintas Konstruksi Jalan Raya

MAKALAH LALU LINTAS

KONSTRUKSI JALAN RAYA II

KAJIAN RUAS DAN SIMPANG JALAN

Disusun oleh:

Farhan Syarif / 3113120048

2 SIPIL 2 SIANG

TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemanfaatan Plastik Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Nur Arifin selaku Dosen mata kuliah Konstruksi Jalan Raya Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kajian ruas dan simpang jalan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Depok, 5 Mei 2015

Farhan Syarif

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN

- Latar Belakang ..I

- Rumusan Permasalahan...II

- Tujuan.......IIIBAB II PEMBAHASAN

A. Ruas jalan..1

B. Kajian simpang......3BAB III PENUTUP

- Kesimpulan....14DAFTAR PUSTAKA BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGIndonesia sebagai negara berkembang, saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan diberbagai bidang. Sejalan dengan lajunya pembangunan di Indonesia maka sektor transportasi sebagai salah satu unsur penunjang, perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah.Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain. Transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.Sistem transportasi memegang peranan penting dalam mendukung dan mempercepat roda pembangunan nasional. Sistem transportasi memiliki demand (permintaan) dan suply (penyediaan). Demand adalah prasarana yaitu ruas jalan, terminal dan sebagainya. Tujuan sistem transportasi ini adalah agar para pengguna jalan merasa aman, cepat, lancar dan ekonomis serta nyaman dalam melakukan perjalanan.Perkembangan serta perubahan dalam transportasi khususnya bidang jasa angkutan yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi dimasa yang akan datang, perlu diantisipasi seirama dengan pengaruh-pengaruh yang timbul. Oleh karena itu, dalam perencanaan perlunya meninjau segala aspek yang terkait dan situasi kondisi masa mendatang.B. RUMUSAN MASALAH Apa yang dimaksud dengan ruas jalan? Apa yang dimaksud dengan simpang jalan?C. TUJUAN Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ruas jalan. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan simpang jalan

Bab IIPembahasanA. Ruas jalan

a) Ruas jalan luar kota : Tidak ada perkembangan yang menerus pada setiap sisi jalan, walaupun mungkin terdapat beberapa perkembangan permanen seperti rumah makan, pabrik atau perkampungan (cat : kios kecil dan kedai di sisi jalan bukan merupakan perkembangan permanen)b) Definisi dan Jenis Prasarana MKJI (MKJI, Bina Marga, 1997) mendefinisikan ruas jalan perkotaan/semi perkotaan atau luar kota sebagai berikut:

Ruas jalan perkotaan/semi perkotaan : ruas jalan yang memiliki pengembangan permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 (atau kurang dari 100.000 jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus) juga digolongkan sebagai jalan perkotaan. Adanya jam puncak lalu lintas pagi dan sore serta tingginya persentase kendaraan pribadi. Selain itu keberadaan kerb merupakan ciri prasarana jalan perkotaan.Jenis jalan dapat dibedakan berdasarkan jumlah jalur (carriage way), jumlah lajur (lane) dan jumlah arah.Suatu jalan dikatakan memiliki 1 jalur bila tidak bermedian (tak terbagi/undivided/UD) dan dikatakan memiliki 2 jalur bila bermedian tunggal (terbagi/divided/D).MKJI 1997 membagi jenis jalan perkotaan menjadi :v Jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD)v Jalan empat-lajur dua-arah tak terbagi (4/2 UD)v Jalan empat-lajur dua-arah terbagi (4/2 D)v Jalan enam-lajur dua arah terbagi (6/2 D)v Jalan satu hingga 3-lajur satu arah (1-3/1)MKJI 1997, mendefinisikan suatu ruas jalan sebagai berikut :v Di antara dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama v Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan v Titik dimana karakteristik jalan berubah berubah secara berarti menjadi batas segmen walaupun tidak ada simpang di dekatnya. Perubahan kecil dalam geometrik tidak perlu dipersoalkan (misalnya perbedaan lebar jalur lalu lintas kurang 0,5 m) terutama jika perubahan tersebut hanya sebagian.c) Jalan bebas hambatan (Inggris: Freeway atau Highway) adalah jalan raya yang dibelah oleh median jalan atau pemisah jalan dan merupakan jalan dengan akses terbatas. Umumnya jalan bebas hambatan dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain.Di Indonesia umumnya jalan bebas hambatan juga merupakan jalan tol, meski tidak ada keharusan demikian. Di negara maju banyak jalan bebas hambatan tidak dikenakan tarif. Jalan bebas hambatan pertama dibuka pada tanggal 21 September

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/1924" \o "1924" 1924 di Italia, dan menghubungkan Milan dengan Como dan Danau Como.B. KAJIAN SIMPANGJenis simpang dan bentuk pengendaliannya ditentukan oleh tingkat konflik yang harus diatasi. Simpang tidak bersinyal yang sangat rendah konfliknya bahkan tidak memerlukan pengendalian lalu lintas apapun. Di beberapa negara yang menganut peraturan prioritas akan jelas kendaraan dari arah mana yang mendapatkan hak bergerak meskipun hirarki jalannya saman. Pada jalan yang berhirarki berbeda yang bersilang umumnya dilengkapi dengan rambu yield atau stop pada kaki simpang yang berhirarki rendah. Artinya kendaraan pada simpang yang dipasangi rambu seperti ini masing-masing harus memperlambat atau menghentikan laju kendaraannya hingga terdapat celah yang aman untuk melaju. Bila tingkat konflik meningkat terus maka bundaran adalah salah satu cara untuk mengurangi konflik, jika bundaran tidak mampu mengatasi konflik, maka cara lain untuk mengurangi konflik adalah dengan menggunakan sinyal (lampu lalu lintas).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, makin tinggi tingkat kompleksitas suatu simpang, makin tinggi pula kebutuhannya. Janis pengaturan simpang sebidang dapat dikelompokkan menjadi :

((Pengaturan simpang tanpa lampu lalu lintas.

((Pengaturan simpang dengan lampu lalu lintas.

a. Pengaturan Simpang Tanpa Lampu Lalu LintasSecara lebih rinci, pengaturan simpang sebidang dapat dibedakan sebagai berikut :1. Aturan PrioritasKetentuan dari aturan lalu lintas pada simpang tanpa sinyal lalu lintas sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan lalu lintas yang saling berpotongan terutama pada simpang yang merupakan perpotongan dari ruas-ruas jalan yang mempunyai keals yang sama.

Sampai saat ini, Indonesia sebenarnya mengnut aturan-aturan dan prioritas bagi kendaraan yang datan gdari sebelah kiri, walaupun dalam kenyataannya ketentuan ini tidak berjalan. Sehingga hal ini menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam analisa dari simpang tanpa sinyal lalu lintas. Analisa tersebut menyangkut parameter kapasitas simpang, waktu tundaan atau panjang antrian pada panjang kaki simpang.

2. Rambu dan/atau Marka Jalan

Rambu YieldPengaturan ini digunakan untuk melindungi arus lalu lintas dari salah satu ruas jalan pada sua ruas jalan yang saling berpotongan tanpa harus berhenti sama sekali. Sehingga pengendara tidak terlalu terlambat bila dibadingkan dengan pengaturan Stop Sign.

Yield Sign juga digunakan pada simpang yang diatur dengan kanalisasi yang digunakan untuk mengatur kendaraan belok kiri pada lajur percepatan terutama bila jalur percepatan tersebut kurang panjang.

Rambu Berhenti

Pengaturan simpang dengan stop sign digunakan bila pengendara pada kaki simpang harus berhenti secara penuh sebelum memasuki simpang.

Stop Signing ditunjukkan pada gambar berikut. Pengaturan ini digunakan pada pertemuan antara minor road dengan major road.

Kanalisasi

Daerah perkerasan yang lebih luas untuk melayani gerakan membelok pada kanal yang banyak, harus diberi tanda dengan tepat agar pengemudi dapat bergerak dengan mulus dan amanmelalui pertemuan jalan. Sementara badan jalan diberi tanda panah dan garis untuk membantu maneuver kendaraan, biasanya diperlukan juga pemisahan fisik dengan membangun pulau lalu lintas dan disediakan ruang cadangan.

Pulau lalu lintas berguna sebagai tempat untuk mendirikan alat control dan rambu-rambu lalu lintas. Daerah badan jalan yang dialokasikan untuk fungsi tertentu dapat mempunyai permukaan jalan yang diberi warna atau tekstur yang berbeda. Perhatian yang besar harus diberikan sehingga penempatan pulau lalu lintas tidak mengganggu vasibilitis atau membuat radius yang tidak cukup bagi berbagai kecepatan masuk dan kendaraan.

Bundaran

Bundaran (roundabout) dapat dianggap sebagai kasus istimewa dari kanalisasi yang pulau ditengahnya dapat sebagai pengontrol pembagi dan pengarah bagi sistem lal lintas berputar satu arah. Pada cara ini, gerakan penyilangan hilang dan digantikan dengan gerakan menyiap berpindah-pindah jalur. Dengan sebuah pulau lalu lintas berdiameter kurang dari 15 meter gerakan menyilang yang bukan tegak lurus akan dilakukan pada kecepata reliatif tinggi dan pada bundaran itu tidak menyediakan gerakan yang menyiap yang biasa lagi. Bundaran dengan berdiameter lebih besar dari 20 meter, gerakan menyiap biasanya terbentuk pada jalur masuk, jalur gerakan dan divergesi arus yang terletak pada titik keluar.

Bundaran yang besar dapat mengatasi kekurangan seperti situasi berhenti-henti (stop/start) pada pertemuan jalan yang berkanalisasi. Tujuan utama bundaran adalah melayani gerakan yang menerus, namu hal itu tergantung dari kapasitas dan luas area yang dibutuhkan. Namun hal ini juga tidak konsisten bila terdapat banyak gerakan pejalan kaki, yang harus dilayani melalui jalur bawah tanah (subway), jika pertemuan jalur ingin dioperasikan secara efektif. Dengan memperhitungkan jarak perjalanan yang lebih besar dan pengurangan kecepatan untuk masuk dar ijalan pendekatan, jumlah total kelambatan kendaraan dapat melebihi dari sebuah pertemuan jalan berkanalisasi. Tetapi gerakan menerus dengan gerakan membelok yang besar pada seluruh kaki pertemuan jalan akan mengurangi sumber kecelakaan dan memberikan kenyamanan yang lebih pada kondisi pengemudian, terutama pada lokasi pinggiran kota dengan volume sedang.

Lampu Lalu Lintas

Pengaturan simpang degan lampu lalu limtas termasuk yang paling efektif terutama untuk volume lalu lintas pada kaki-kaki simpang yang relatif tinggi. Pengaturan ini dapat mengurangi atau menghilangkan titik-titik konflik pada simpang dengan memisahkan pergerakan arus lalu lintas pada waktu yang berbeda.

b. Pengaturan Simpang Dengan Lampu Lalu LintasPengaturan simpang dengan sinyal lampu lalu lintas termasuk yang paling efektif, terutama bentuk volume lalu lintas pada kaki simpang yang relatif tinggi. Peraturan ini dapat mengurangi atau menghilangkan titik konflik pada simpang dengan memisahkan pergerakan arus lalu lintas pada saat yang berbeda-beda.

1) Prinsip-prinsip dasarSinyal lalu lintas merupakan alat yang mengatur pergerakan lalu lintas disamping melalui pemisahan waktu untuk berbagai arah pergerakan. Alat pengatur ini menggunakan indikasi lampu hijau, kuning, dan merah. Tujuandari pemisahan waktu pergerakan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya arah pergerakan-pergerakan yang saling berpotongan atau melalui titik konflik pada saat bersamaan. Menurut Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 tentang prasarana lalu lintas jalan, istilahny adalah : Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas. Adau dua tipe dari konflik, yaitu (a) Konflik Primer, (b) Konflik Sekunder.

Konflik primer termasuk konflik antara arus lalu lintas dari arah tegak lurus, sedang konflik sekunder termasuk konflik antara arus lalu lintas belok kanan dan lalu lintas arah lainnya atau antara belok kiri dan pejalan kaki.

Sinyal lalu lintas terutama menghilangkan konflik primer dan mungkin juga konflik sekunder. Bila tidak ada konflik (primer dan sekunder) maka pergerakan-pergerakan tidak terganggu (protected).

2) Efek dari Sinyal Lulu LintasPenerapa efek sinyal lalu lintas dari simpang diharapkan dapat memberikan efek-efek :

o Peningkatan keselamatan lalu lintas.

o Pemberian fasilitas kepada penyebrangan pejalan kaki.

o Peningkatan kapasitas dari simpang antara dua jalan yang sibuk.

o Pegnaturan distribusi dari kapasitas berbagai arah lalu lintas atau kategori arus lalu lintas (kendaraan umum, bis, dll.)

3) Peralatan Sistem Sinyal Lalu LintasSistem pengendalian sinyal lalu lintas terdiri dari peralatan-peralatan sebagai berikut :

o Kepala Tiang

o Detector untuk lalu lintas (bila otomatis)

o Pengendali local untuk menyalakan lampu sinyal pada persimpangan.

o Pengendalian induk untuk mengkoordinasikan berbagai pengatur local bila ATC

o Sistem transmisi untuk menghubungkan sinyal detector pengendali lokal dan pengendali induk.

4) Pengaturan Waktu Sinyal Lalu LintasPengaturan waktu dari persimpangan dengan sinyal secara individu mencakup penentuan dari parameter-parameter utama sebagai berikut :

a. Periode intergreen antara phase

b. Waktu siklus (cycle time)

c. Pembagian waktu hijau ke masing-masing phase

Kondisi arus lalu lintas di persimpangan berubah secara nyata akibat perubahan relatif kecil dari parameter pengaturan waktu.karena itu adalah sangat penting bahwa pengaturan waktu sinyal dilakukan secara hati-hati dan secara berkala diperbaharui sehubungan dengan kebutuhan lalu lintas yang terbaru di persimpangan.

Prinsip-prinsip dasar untuk pengaturan waktu dapat dinyatakan sebagai berikut :

a. Tidak terdapat lalu lintas yang harus mengunggu pada lampu merah jika dapat melewati persimpangan tanpa mengganggu lalu lintas lainnya.

b. Pelepasan lampu lalu lintas selama lampu lalu hijau dilakukan seefektif mungkin (pada tingkat arus jenuh) dalam usaha menghasilkan sekecil-kecilnya tundaan yang mungkin untuk arus lalu lintas yang mendapat lampu lalu lintas.

Proses kerjan yang digunakan untuk perhitungan pengaturan waktu untuk sinyal lalu lintas (menurut metode Webster) adalah :

a. Buatlah pola pengaturan.

b. Hitung panjang periode intergreen yang dibutuhkan untuk menghilangkan konflik primer pada perubahan phase.

c. Hitung arus lalu lintas q untuk masing-masing lajur atau approach (pendekat)

d. Hitung arus jenuh s untuk masing-masing lajur / approache. Hitung rasio terbesar q/s untuk masing-masing phase

f. Hitung waktu siklus dengan rumus Webster :

1,5 L + 5

Co =

1 y

Dimana :

Co = Waktu Putar Optimum

L = Waktu Hilang

Y = Perbandingan Arus Lalu Lintas/Arus Jenuh (q/s)

g. Bagikan waktu hijau tersedia (c-L) untuk phase-phase yang berbeda.

h. Sesuaikan hasil perhitungan waktu hijau dengan memperhatikan waktu hijau minimum pejalan kaki dan lain-lainnya.

3. KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL DAN TIDAK BERSINYALa. Simpang Bersinyal

Menurut MKJI 1997 kapasitas kaki simpang dapat dirumuskan sebagai berikut :

C = S dengan S = S0, FCS, FG, FP, FRT, FLTRumus diatas menyajikan secara ringkas deskripsi variable yang kendaraan bermotor makin besar reduksi kapasitas simpang. Makin tinggi kelas hambatan simpang makin besar reduksi kapasitas simpang.4. AREA TRAFFIC CONTROLPengaturan simpang sebidang dengan lampu lalu lintas pada satu jaringan jalan dapat dilakukan melalui suatu koordinasi sehingga ada keterkaitan atas satu simpang dengan simpang lainnya.yang berbeda dalam satu jaringan jalan. Dalam satu kondisi tertentu pengaturan dengan Area Traffic Control ini bias didapat hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pengaturan secara individu.

Area Traffic Control mempunyai sasaran yang jelasuntuk memungkinkan :

o Pengembangan strategi optimal pengaturan

o Pengevaluasian pengaruh dari area traffic control (ATC)

Disamping itu, Area Traffic Control (ATC) juga dapat menghasilkan kualitas arus lalu lintas atau tingkat pelayanan terbaik yang mungkin untuk kondisi lalu lintas dan pembatas lain yang ada. Kualitas diukur dengan sejumlah factor yang berbeda seperti : tundaan, jumlah berhenti, waktu perjalanan, keamanan lalu lintas, kebebasan bergerak, dan pengaruh lingkungan (gas pengeluaran, kebisingan, dll.)

a. Jaminan untuk Area Traffic ControlKoordinasi lampu paling diperlukan jika kendaraan mendatangi persimpangan dalam peleton yang terbentuk oleh lampu lalu lintas. Dalam sistem control kawasan utama alat pengontrol seringkali diorganisasikan dalam susunan yang diilustrasikan

b. Pengaturan waktu lampu lalu lintas terkoordinasiPengaturan kebutuhan untuk lampu lalu lintas terkoordinasi sepanjang jalan arteri atau kawasan telah disetujui, perencanaan sistem control lampu lalu lintas yang diperlukan harus mengikuti langkah-langkah tang ditentukan.

c. Data-data dasarPerencanaa sistem control lalu lintas untuk pertama kali dimulai dengan pengumpulan data-data :

a. Perencanaan Geometrik

b. Peraturan Lalu Lintas, Tanda-Tanda dan Marka

c. Kondisi Lalu Lintas

d. Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas

e. Keadaan sekitard. Jenis-jenis sistem pengaturan1. Sistem Simultan

Sistem lampu dimana sepanjang jalan memberikan indikasi yang sama pada waktu bersamaan.

2. Sistem Alternatif

Sistem lampu dimana alternative atau kelompok lampu memberikan indikasi yang berlawanan pada satu jalan pada waktu bersamaan.

3. Sistem Progresif

4. Sistem Progresif Sederhana.

5. Sistem Progresif Fleksibel

6. Sistem Progresif KomputerBAB IIIPENUTUPKesimpulan Dari pemaparan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa kajian ruas itu adalahMKJI (MKJI, Bina Marga, 1997) mendefinisikan ruas jalan perkotaan/semi perkotaan atau luar kota sebagai berikut :Ruas jalan perkotaan/semi perkotaan : adalah ruas jalan yang memiliki pengembangan permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 (atau kurang dari 100.000 jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus) juga digolongkan sebagai jalan perkotaan.Daftar Pustaka Marathon, adhiza. 2007. Perencanaan teknis manajemen dan rekayasa lalulintasjala nasional pada kawasan perkotaan. Jakarta:departemen perhubungan