Makalah Konsep Diri HG3

107
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika berada dalam kehidupan bermasyarakat, individu harus dapat membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga atau lingkungan. Namun kenyataannya, individu sering mengalami kegagalan yang berdampak pada individu tersebut dalam mempertahankan identitas dirinya, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan dan tidak bisa mengontrol dirinya bisa mengakibatkan gangguan jiwa. Faktor sosial dan budaya merupakan faktor yang mempengaruhi individu dalam kehidupan sehari-hari. Faktor tersebut membawa perubahan dalam kehidupan sehingga memaksa individu untuk mengikuti atau beradaptasi untuk menghadapi stresor yang timbul. Ketidakmampuan dalam mengatasi stresor tersebut dapat menimbulkan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan kejiwaan yang ditemukan adalah gangguan harga diri rendah yang ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan merasa tidak berharga. Apabila hal tersebut tidak segera diatasi 1

Transcript of Makalah Konsep Diri HG3

Page 1: Makalah Konsep Diri HG3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika berada dalam kehidupan bermasyarakat, individu harus dapat

membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga atau lingkungan.

Namun kenyataannya, individu sering mengalami kegagalan yang berdampak

pada individu tersebut dalam mempertahankan identitas dirinya, sehingga

konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan dan

tidak bisa mengontrol dirinya bisa mengakibatkan gangguan jiwa.

Faktor sosial dan budaya merupakan faktor yang mempengaruhi

individu dalam kehidupan sehari-hari. Faktor tersebut membawa perubahan

dalam kehidupan sehingga memaksa individu untuk mengikuti atau

beradaptasi untuk menghadapi stresor yang timbul. Ketidakmampuan dalam

mengatasi stresor tersebut dapat menimbulkan gangguan kejiwaan.

Salah satu gangguan kejiwaan yang ditemukan adalah gangguan harga

diri rendah yang ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri sendiri,

hilangnya kepercayaan diri, dan merasa tidak berharga. Apabila hal tersebut

tidak segera diatasi maka akan menimbulkan dampak yang lebih

berat,sehingga perawat harus menyadari perannya dalam membantu klien

yang mengalami gangguan kejiwaan. Hal yang dapat dilakukan perawat, yaitu

dengan memberikan motivasi agar konsep diri klien menjadi lebih baik.

Sebelum membantu dalam memperbaiki konsep diri klien, perawat juga harus

memiliki konsep diri yang baik pula.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?

2. Bagaimana perkembangan konsep diri?

1

Page 2: Makalah Konsep Diri HG3

3. Bagaimana pola konsep diri yang normal?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?

5. Bagaimana rentang respons konsep diri?

6. Bagaimana konsep berduka kehilangan dan kaitannya dengan konsep diri?

7. Bagaimana proses keperawatan terkait konsep diri?

8. Bagaimana dokumentasi asuhan keperawatan konsep diri yang harus

dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan berdasarkan contoh

kasus yang ada?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami definisi konsep diri.

2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan perkembangan konsep diri.

3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pola konsep diri yang

normal.

4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor yang

mempengaruhi konsep diri.

5. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan respon konsep diri.

6. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep berduka kehilangan

dan kaitannya dengan konsep diri.

7. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses keperawatan terkait

konsep diri.

8. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan dokumentasi

asuhan keperawatan konsep diri yang harus dilakukan melalui pendekatan

proses keperawatan berdasarkan contoh kasus yang ada.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

kajian pustaka, yaitu metode dengan menggunakan literatur seperti buku.

Buku tersebut digunakan sebagai sumber ide untuk menggali sebuah

2

Page 3: Makalah Konsep Diri HG3

pemikiran maupun gagasan baru yang akan dituangkan dalam setiap bab pada

makalah. Selain buku, tim penyusun juga menggunakan referensi yang berasal

dari internet yang menyediakan website terpercaya sebagai sumber dan jurnal

sebagai sumber pengetahuan terbaru, sehingga dapat melengkapi dan

membangun kerangka teori baru yang dapat dikembangkan.

3

Page 4: Makalah Konsep Diri HG3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi konsep diri

1. Definisi konsep diri

Setiap pribadi manusia memiliki pandangan terhadap dirinya, baik

pandangan positif ataupun negatif. Saat pandangan yang diberikan pada

dirinya adalah pandangan positif, hal tersebut menjadi pemicu dirinya

untuk menjadi lebih baik lagi. Sebaliknya, jika individu memberikan

pandangan negatif terhadap dirinya itu akan menjadi pemicu dirinya untuk

tidak percaya diri atau bahkan cenderung minder dengan dirinya.

Pandangan tersebut bisa dikatakan sebagai konsep diri individu.

Konsep diri memiliki beberapa definisi, menurut Boyd & Nihart

(1998), konsep diri tergambar dalam pola respon perilaku. Selain itu

mereka juga mengemukakan bahwa konsep diri individu dipengaruhi oleh

interaksinya dengan orang lain, pengaruh sosial-budaya, dan penyelesaian

tugas perkembangan. Kesuksesan dalam menyelesaikan tugas

perkembangan turut berperan menciptakan konsep diri yang positif.

Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendidikan

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhinya dalam

berhubungan dengan orang lain (Stuart & Laraia, 1998).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri

individu terlihat dari perilakunya sehari-hari dan semua hal yang diketahui

individu mengenai dirinya, mempengaruhi individu tersebut untuk

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan keberhasilan individu dalam

menyelesaikan tugasnya di lingkungan sosial akan memupuk rasa percaya

dirinya dan pada akhirnya akan membentuk konsep diri yang positif pada

individu tersebut.

4

Page 5: Makalah Konsep Diri HG3

Selain itu, menurut Stuart (2006), konsep diri adalah semua pikiran

dan keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, sedangkan menurut

Videbeck (2001) konsep diri adalah cara individu memandang dirinya

dalam hal harga diri dan martabat. Konsep diri adalah citra subjektif dari

diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan persepi

bawah sadar maupun tidak sadar. Konsep diri memberikan kerangka acuan

yang mempengaruhi manajemen individu terhadap situasi dan hubungan

dengan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan definisi-definisi mengenai konsep diri di atas, dapat

disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan individu mengenai

dirinya, baik positif ataupun negatif yang akan mempengaruhi dirinya

dalam berperilaku yang terbentuk dari interaksi yang dilakukan dengan

lingkungan sosialnya. Konsep diri juga bisa diartikan sebagai harapan

individu terhadap dirinya untuk menjadi individu yang sesuai dengan

harapannya.Harapan terbentuk dari hasil pemikiran individu dan interaksi

sosial yang dilakukan.Konsep diri yang positif bisa dijadikan sebagai

motivasi individu dalam menjalani hidup.

2. Komponen konsep diri

Konsep diri terdiri dari empat komponen, yaitu identitas, gambaran

diri, harga diri, dan peran diri. Identitas adalah suatu hal yang membuat

individu unik, tidak ada yang menyerupai, dan merupakan ciri dari

individu. Identitas diri individu terbentuk saat kanak-kanak dan diperkuat

atau berubah sepanjang daur kehidupan (DeLaune & Ladner, 2002). Ciri

identitas diri diantaranya:

a. Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh, berbeda dan

terpisah dari orang lain.

b. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.

c. Mengakui jenis kelamin sendiri.

d. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

5

Page 6: Makalah Konsep Diri HG3

e. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian

dan keselarasan.

f. Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan

(Sunaryo,2004).

Gambaran diri adalah penampilan fisik, karakter, sikap, dan

tingkah laku individu. Gambaran diri dapat berubah mengikuti tahap

perkembangan suatu individu (DeLaune & Ladner, 2002). Tanda dan

gejala gangguan gambaran diri, antara lain:

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.

c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

d. Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

e. Persepsi negatif terhadap tubuh.

f. Mengungkapkan keputusan.

g. Mengungkapkan ketakutan.

Harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya, penilaian

tentang keberadaannya di dalam keluarga ataupun lingkungan sosial

(Potter & Perry, 2005). Harga diri dipengaruhi oleh individu tersebut dan

lingkungannya.Harga diri rendah bisa disebabkan karena kehilangan kasih

sayang dan cinta kasih orangtua, kehilangan penghargaan dari orang lain,

dan hubungan interpersonal yang buruk.Jika ingin menumbuhkan harga

diri pada anak, dapat dilakukan hal berikut:

a. Beri kesempatan untuk berhasil.

b. Beri pengakuan dan pujian.

c. Tanamkan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas untuk

berkembang.

d. Dorong aspirasi dan cita-citanya.

e. Bantu dalam pembentukan koping. (Sunaryo,2004).

Peran diri mengacu pada perilaku yang diharapkan dan ditentukan

oleh norma-norma keluarga, budaya, dan sosial. Setiap peran memiliki

6

Page 7: Makalah Konsep Diri HG3

kriteria perilaku yang diharapkan, yaitu keyakinan tentang bagaimana

individu harus bersikap dalam perannya tersebut(DeLaune & Ladner,

2002). Peran individu bisa menjadi stresor untuk dirinya dikarenakan

struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang

tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari konflik peran, peran

yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak

(Sunaryo,2004).

Konsep diri diperoleh dari hasil interaksi individu dengan

individulain ataupun lingkungannya. Hasil interaksi tersebut memberikan

penilaian individu terhadap dirinya, baik fisik atau mental, positif atau

negatif, yang didasarkan dengan kemampuannya untuk berinteraksi

dengan orang lain. Konsep diri juga bisa diartikan sebagai mind set

individu terhadap dirinya yang mempengaruhi individu dalam beraktivitas

atau berinteraksi sosial. Jadi, konsep diri merupakan salah satu faktor

pembentuk tingkah laku individu yang dipengaruhi oleh lingkungan

sosialnya yang berdampak pada pandangan dirinya mengenai dirinya dan

lingkungan sosialnya.

B. Perkembangan konsep diri

Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses seumur hidup yang

kompleks dan melibatkan banyak faktor. Teori perkembangan psikososial

Erikson (1963) menujukkan kegunaannya dalam memahami tugas utama yang

dihadapi individu pada berbagai tahapan perkembangan. Setiap tahapan

membangun tugas untuk tahap sebelumnya. Keberhasilan menyelesaikan setiap

tahap akan membentuk konsep diri yang kuat atau positif.

Perawat belajar untuk mengenali kegagalan individu dalam mencapai

tahapan perkembangan yang sesuai umur, atau penurunan individu pada

tahapan awal dalam suatu periode krisis. Pemahaman tentang hal ini membuat

perawat mampu memberikan pelayanan individual dan menentukan intervensi

keperawatan yang sesuai. Konsep diri selalu berubah dan berdasarkan pada hal-

hal berikut ini:

7

Page 8: Makalah Konsep Diri HG3

1. Perasaan mampu melakukan

sesuatu.

2. Persepsi terhadap kejadian yang

berdampak pada dirinya.

3. Reaksi penerimaan individu

terhadap tubuhnya.

4. Karakteristik personal yang

mempengaruhi harapan diri.

5. Persepsi dan interpretasi

berkelanjutan dari pemikiran dan

perasaan individu

6. Menguasai pengalaman baru dan

sebelumnya.

7. Hubungan personal dan profesional 8. Etnik, ras, dan identitas spiritual.

9. Akademi dan identitas yang

berkaitan dengan pekerjaan

Harga diri biasanya sangat tinggi kadarnya pada masa kanak-kanak,

kemudian menurun selama masa remaja, meningkat secara bertahap selama

masa dewasa, dan menurun lagi pada usia lanjut (Robins et al., 2002).

Walaupun perubahannya bervariasi, tetapi secara umum bentuk ini dipengaruhi

oleh jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan etnik. Anak-anak biasanya

melaporkan memiliki harga diri yang tinggi karena perasaan diri mereka

dikembangkan oleh berbagai sumber yang sangat positif, dan penyebab

penurunannya biasanya berhubungan dengan mulai diterimanya informasi yang

lebih realistis tentang diri mereka.

Fokus erikson pada tahap generativitas (1963) menjelaskan peningkatan

harga diri dan konsep diri pada masa dewasa. Individu berfokus meningkatkan

produktifitas dan kreatifitas saat bekerja, dimana pada saat yang bersamaan

mempromosikan dan mengajarkan generasi berikutnya. Selain pada masa

kanak-kanak, pertengahan usia 60-an juga menunjukkan level harga diri

tertinggi sepanjang masa kehidupan. Peneliti melaporkan penurunan tingkat

harga diri yang tajam terjadi pada usia sekitar 70 tahun (Robins et al., 2005).

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan Erikson, penurunan konsep diri pada

usia lanjut ini merefleksikan berkurangnya kebutuhan akan promosi diri dari

pergeseran dalam konsep diri kepada pandangan kesederhanaan dan

keseimbangan diri. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang spesifik

berdasarkan kebutuhan khusus klien pada berbagai tahap kehidupan merupakan

hal penting.

8

Page 9: Makalah Konsep Diri HG3

Berikut tahapan perkembangan konsep diri spesifik yang dilalui atau

dialami manusia:

1. Bayi (kepercayaanVS ketidakpercayaan)

Hal yang pertama dibutuhkan seorang bayi adalah pemberian

perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Peran

pemberi perawatan ini dapat dipenuhi oleh ibu, ayah, atau individu yang

bertanggungjawab untuk merawat bayi. Jika bayi mengalami kesenangan,

interaksi penuh kasih sayang dengan pemberi perawatannya, maka hal ini

akan diingat dan diinternalisasikan ke dalam psikis bayi. Jika interaksinya

tidak memuaskan, menyakitkan, atau mengakibatkan frustasi, maka ini

akan terpisah dari psikis dan ditekan di bawah sadar. Perasaan yang ditekan

dan dipisah ini akan dikeluarkan ke dalam bantuk lain dalam kehidupan

(Scharff & Scharff, 1991). Penting artinya dimana kebutuhan fisik dan

emosional bayi harus selalu terpenuhi. Konsistensi ini memungkinkan

terbentuknya rasa saling percaya.

Pada awalnya, bayi baru lahir semata-mata menyatakan perbedaan

antara sensasi menyenangkan dan objek yang menyebabkan sensasi

tersebut didapat. Neonatus tidak mempunyai rasa batasan diri yang jelas.

Dunia luar adalah perluasan dari diri mereka. Hanya jika fungsi perseptif

dan fungsi sensoris matur, maka bayi secara bertahap belajar tentang tubuh

mereka. Bayi benar-benar bergantung pada orang dewasa untuk merawat

kebutuhan dasar mereka. Jika kebutuhan seperti makan dan perawatan

terpenuhi dengan cepat dan konsisten, bayi mulai membentuk rasa percaya

dengan dunia. Oleh karena bayi memandang diri mereka sebagai bagian

dari pemberi perawatan primer, maka pengalaman positif membantu

mereka meraih kepercayaan dalam diri mereka sendiri.

Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan

memperkuat kewaspadaan diri. Sejalan anak-anak mendekati ulang tahun

9

a. Membangun kepercayaan yang konsisten dalam hubungan

pengasuhan.

b. Membedakan dirinya dari lingkungan

Page 10: Makalah Konsep Diri HG3

pertama, koordinasi dari pengalaman sensoris diinternalisasikan ke dalam

citra tubuh mereka.

Tahap stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan

penginderaan, perkembangan citra tubuh, dan konsep diri mengalami

kerusakan, seperti yang ditunjukkan oleh studi tentang bayi prematur

dalam inkubator yang kurang dibuai, diayun, dan dipeluk (Kramer et al,

1975). Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka, yang sangat

ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu, adalah dasar untuk

perkembangan citra tubuh. Penerimaan dan pengaturan tubuh dikemudian

hari dan reaksi orang lain terhadap hal tersebut adalah cara kita

melanjutkan pembentukkan citra tubuh kita (Murray & Huelskoetter, 1991).

2. Toodler(otonomi VS rasa malu dan ragu)

Anak usia bermain (1 s.d 3 tahun) lebih aktif dan mampu untuk

berinteraksi dengan orang lain. Tugas psikososial utama mereka adalah

mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih dari ketergantungan total

kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang lain.

Mereka juga cenderung memandang orang lain dan diri mereka dalam

istilah "semua baik" atau "semua tidak baik". Mereka mencapai

keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas hygiene dasar.

Anak usia bermain belajar untuk mengkoordinasi gerakan dan meniru

orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan

locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi.

Sebagian dari diri mereka mungkin dipandang sebagai "permanen"

sehingga tindakan memotong rambut atau menyiram limbah ke dalam toilet

dapat menyebabkan stres karena semua itu adalah bagian dari diri mereka.

Anak usia bermain tidak selalu mengetahui kapan mereka sakit, letih,

10

a. Mulai mengungkapkan apa yang diinginkan dan yang tidak

diinginkan.

b. Meningkatkan kebebasan dalam berpikir dan bertindak.

c. Memahami penampilan dan fungsi tubuh (termasuk berpakaian,

pemberian makanan, berbicara, dan berjalan)

Page 11: Makalah Konsep Diri HG3

terlalu dingin, atau haus dan celananya basah. Anak usia bermain penuh

dengan impuls dan mempersonifikasi The Sesame Street Cookie Monster:

"Mau kue... ambil kue!" adalah tugas orangtua dan masyarakat untuk

dengan lembut memberikan batasan pada perilaku yang dapat diterima.

3. Usia prasekolah (inisiatif VS rasa bersalah)

Batasan tubuh, rasa diri dan gender dari anak usia prasekolah

menjadi lebih pasti bagi mereka karena perkembangan keingintahuan

seksual dan kesadaran tentang perbedaan dengan orang lain dari gender

yang sama atau yang berbeda. Mempelajari tentang tubuh, dimana

mulainya dan mana akhirnya, seperti apa nampaknya, dan apa yang

dilakukan, adalah dasar untuk pembentukan konsep diri dan citra tubuh.

Pertumbuhan kesadaran diri termasuk penemuan perasaan; misalnya, anak

usia sekolah belajar nama dari perasaan mereka. Mereka mulai belajar

tentang bagaimana mereka mempengaruhi orang lain dan bagaimana orang

lain berespon terhadap mereka. Mereka juga belajar dasar untuk

mengontrol perasaan dan perilaku. Konsep tentang tubuh direfleksikan

dalam cara anak-anak berbicara, bergerak, membuat gambar, dan bermain.

Anak-anak mulai menguji peran dan meniru orang seperti yang telah

mereka identifikasi dengan orangtua sesama jenis kelamin atau anggota

keluarga.

Anak-anak merasa kecil dalam hubungannya dengan orang

dewasa. Mereka menetapkan pandangan negatif atau positif tentang diri

mereka. Mereka mendengar dan mengalami emosi dan pernyataan dari

orang lain, terutama orangtua, tentang diri mereka sebagai individu. Mereka

juga mendengar tentang hal dan peristiwa disekitar mereka. Ketika

pengalaman ini terulang beberapa kali, mereka mulai membentuk pola yang

diharapkan. Anak-anak menginternalisasi pandangan dari orang lain

sebagai bagian dari diri mereka. Mereka kemudian berperilaku untuk

11

a. Memihak kepada salah satu gender.

b. Meningkatkan kewaspadaan diri.

c. Meningkatkan keterampilan berbahasa, termasuk

memahami.perasaan

Page 12: Makalah Konsep Diri HG3

memenuhi pandangan ini. Pandangan tentang diri ini mulai sebagai

penilaian yang dibuat oleh orang lain. Misalnya, orangtua Jhonny

menganggapnya lebih tertarik dengan hal yang berkaitan dengan mekanik.

Dengan berkembangnya Jhonny, persepsi ini menjadi bagian dari dirinya

dan ia bertindak untuk memenuhinya dengan mengumpulkan benda atau

memperbaiki sesuatu. Anak-anak belajar untuk menghargai apa yang

orangtua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi

penghargaan diri. Keluarga sangat penting untuk pembentukkan konsep diri

anak, dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan

harga diri, dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan terus bekerja

dengan sangat keras untuk mengatasinya.

4. Anak usia sekolah (rajin VS rendah diri)

Sampai anak-anak bersekolah, konsep diri dan citra tubuh terutama

didasarkan pada sikap orangtua. Di sekolah orang lain menunjang

terbentuknya konsep diri dan citra tubuh. Hal ini memberi efek

penyelarasan bagi anak-anak yang keluarganya sangat kritis, atau akan

menjadi negatif jika anak mengalami lingkungan pendidikan yang negatif.

Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat,

dan lebih baik didapatkan keterampilan motorik, sosial, dan intelektual.

Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentang perhatian

meningkat, dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri

melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku, dan tempat lain. Melalui

permainan, anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya, mengembangkan

keterampilan motorik dan intelektual tambahan. Anak-anak

mengekpresikan perasaan melalui permainan, literatur, gambar, dan musik.

Perawat dapat menggunakan hal ini untuk mendapat petunjuk dalam

konsep diri anak-anak. Dengan meningkatkan kemampuan pemecahan

12

a. Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru.

b. Meningkatkan kepercayaan diri dengan menguasai keterampilan baru

(seperti membaca, matematika, olahraga, dan musik.

c. Mengenali kekuatan dan kelemahan diri.

Page 13: Makalah Konsep Diri HG3

masalah, kesadaran diri tentang perkembangan kekuatan dan keterbatasan

diri makin besar. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini

karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental, dan sosial.

5. Masa remaja (identitas VS kebingungan identitas)

Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial.

Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru, harus

diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat, yang diperhatikan

remaja dan orang lain, adalah faktor penting dalam penerimaan dan

perbaikan citra tubuh.

Anak remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental tentang

diri mereka. Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan

perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh. Anak remaja

menghabiskan banyak waktu di depan cermin untuk hygiene, berdandan,

dan berpakaian dimana mereka mencari perbaikan dari penampilan mereka

sebanyak mungkin. Distres yang besar dirasakan tentang

ketidaksempurnaan tubuh yang dikerap.

Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat

dengan pembentukan identitas (Erikson, 1963). Pengamanan dini

mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa kanak-kanak

memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka.

Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang

buruk. Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negatif

menghadapi periode yang sulit ini bahkan lebih menyulitkan lagi.

Anak remaja mungkin terlalu menekankan penampilan; hidung

yang mancung, telinga yang besar, tubuh yang pendek, atau kerangka tubuh

yang besar mengakibatkan remaja menilai buruk terhadap dirinya. Jika

anak remaja tidak merasa menerima diri mereka atau tubuh mereka, mereka

akan mencoba untuk berkompetensi melalui olahraga, keberhasilan dari

13

a. Menilai perilaku, nilai-nilai, dan kepercayaan;menentukan tujuan

untuk masa depan.

b. Perasaan positif tentang perkembangan perasaan diri.

Page 14: Makalah Konsep Diri HG3

hobi atau akademik, komitmen keagamaan, penggunaan obat atau alkohol,

atau kelompok teman untuk meningkatkan prestise. Kompensasi mungkin

berakibat cukup negatif atau positif, bergantung pada penerimaan

masyarakat dari aktivitas tertentu tersebut.

Anak remaja juga mulai menunjukkan pada teman dengan jenis

kelamin berbeda dengan cara baru dan minat yang lebih meningkat. Mereka

mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan

rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka,

dan kemana mereka pergi.

6. Usia dewasa muda (keintiman VS isolasi)

Walaupun petumbuhan fisik telah terhenti, perubahan kognitif,

sosial, dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda (awal 20

tahunan sampai pertengahan 40 tahunan) adalah periode untuk menetapkan

tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan, dan mulai

melakukan hubungan erat. Konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil

dalam masa ini.

Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan

penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai

berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang

dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.

7. Usia dewasa tengah (generatifitas VS stagnasi)

Perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut

memutih, dan varieses menyerang usia dewasa tengah. Tahap

14

a. Memiliki perasaan yang stabil dan positif tentang diri.

b. Mengalami keberhasilan perubahan peran dan meningkatkan

tanggung jawab.

a. Dapat menerima perubahan dalam penampilan dan daya tahan fisik.

b. Menetapkan tujuan hidup.

c. Menunjukkan kesenangan sesuai usia.

Page 15: Makalah Konsep Diri HG3

perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi

hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengaruhi citra tubuh,

yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri. Individu menyadari

bahwa mereka tampak lebih tua, dan mereka mungkin merasakan juga

bahwa mereka menjadi lebih tua. Pekerjaan mungkin sangat menegangkan

jika orang dengan usia dewasa tengah merasa bahwa stamina, daya tahan,

dan ketegapan mereka menurun untuk menghadapi tugas. Tingkat energi

yang menurun ini sering menjadi akibat dari penurunan metabolisme basal

dan penurunan tonus otot.

Penyakit atau kematian orang yang dicintai dapat menimbulkan

perhatian tentang kematian diri sendiri. Individu usia dewasa tengah dapat

merasa minder dengan orang muda karena gambaran diri tentang tubuh

yang kuat dan sehat dengan energi yang tidak terbatas telah digantikan

dengan gambaran diri yang mencerminkan perubahan penuaan. Kesulitan

dalam menerima kemudahan juga disebabkan oleh ketakutan tentang efek

menopause, cerita tentang seksualitas, dan sosial serta tekanan dari media

iklan yang menggambarkan kemudaan.

Tahun usia dewasa tengah sering meluangkan waktu untuk

mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali

tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Hal ini disebut krisis usia baya.

Evaluasi ulang ini dapat mencakup pilihan tentang karier dan perkawinan.

Jalan keluar yang berhasil mencakup integrasi kualitas baru ke dalam

konsep diri. Sebagian tubuh mereka yang berubah dengan lambat dan

menerima perubahan sebagai bagian dari kematangan. Orang dengan

kedewasaan emosional menyadari bahwa mereka tidak dapat kembali

menjadi muda dan menghargai bahwa masa lalu dan pengalaman mereka

sendiri adalah valid dan bermakna. Orang usia dewasa tengah yang

menerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali pada

masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.

8. Lansia (integritas VS keputusasaan)

15

a. Perasaan positif tentang kehidupan dan arti kehidupan.

b. Tertarik untuk mempersiapkan warisan untuk generasi berikutnya.

Page 16: Makalah Konsep Diri HG3

Perubahan fisik pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap

struktur dan fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.

Osteoporosis, yang adalah penurunan kepadatan dan masa tulang, dapat

meningkatkan resiko fraktur dan menciptakan punuk dowanger.

Penurunan ketajaman pandangan adalah faktor yang

mempengaruhi lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Proses normal

penuaan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan. Kehilangan

pendengaran dapat meyebabkan perubahan kepribadian karena lansia

menyadari bahwa mereka tidak lagi menyadari semua yang terjadi atau

yang diucapkan. Kecurigaan, mudah tersinggung, tidak sabar, atau menarik

diri dapat terjadi karena kerusakan pendengaran. Sering lansia memandang

alat bantu dengar sebagai ancaman lain terhadap citra tubuh. Bagi banyak

lansia, kacamata lebih diterima secara sosial karena kacamata digunakan

oleh semua kelompok usia, tetapi alat bantu dengar dianggap sebagai bukti

langsung dari usia. Penyesuaian diri terhadap penggunaan alat bantu dengar

sulit terjadi; jika motivasinya rendah, alat bantu dengar dapat ditolak.

Kehilangan tonus kulit dengan disertai keriput dan penampilan

dapat mempengaruhi harga diri dan menyebabkan lansia merasa jelek

dalam masyarakat yang menghargai kemudaan dan kecantikan. Kultur barat

tidak terlalu mendeskriminasikan usia dan penampilan yang ditunjukkan

pada pria daripada ditunjukkan pada wanita.

Aktivitas seksual mungkin menghilang sejalan pertambahan usia,

meskipun kemampuan untuk melakukannya tetap ada. Sering lansia tidak

melakukan aktivitas seksual karena mereka tidak mempunyai pasangan.

Perubahan dalam citra tubuh dapat mengganggu aktivitas seksual karena

penolakan yang diantisipasi atau yang dirasakan oleh pasangan atau karena

ketakutan tentang ketidakmampuan untuk melakukannya, meskipun

sebagian besar riset menunjukkan bahwa tidak ada rintangan fisik.

16

Page 17: Makalah Konsep Diri HG3

Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman

sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada

hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan

demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri mereka dan

dunia membantu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering

membantu lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.

Konsep diri juga dipengaruhi oleh status kesehatan yang dirasakan orang

tersebut saat ini.

Tugas perkembangan menurut Erikson:

Lahir sampai

18 bulan

Mengembangkan dasar rasa percaya pada figur ibu dan

menyamaratakannya pada orang lain.

18 bulan

sampai 3

tahun

Mencapai pengendalian diri dan kemandirian di lingkungan.

3 sampai 6

tahun

Mengembangkan perasaan berguna, kemampuan untuk

memulai dan menunjukkan aktivitas diri.

6 sampai 12

bulan

Mendapatkan rasa percaya diri dari orang terdekat, teman

sebaya, kenalan.

12 sampai 20

tahun

Menggabungkan tugas-tugas sebelumnya ke dalam perasaan

diri yang aman.

20 sampai 30

tahun

Membina hubungan yang intens dan lama dengan orang lain,

prinsip, institusi, atau usaha yang kreatif.

30 sampai 65

tahun

Mencapai tujuan hidup, perhatian terhadap kesejahteraan

generasi selanjutnya.

65 tahun

sampai

meninggal

Memperoleh makna dari kehidupannya, rasa harga diri yang

positif.

Hubungan Manusia dan Lingkungan Terkait Perkembangan Konsep Diri

Membahas tentang manusia berarti membahas tentang kehidupan

sosial dan budayanya, tentang tatanan nilai-nilai, peradaban, kebudayaan,

lingkungan, sumber alam dan segala aspek yang menyangkut manusia dan

lingkungannya secara menyeluruh.

17

Page 18: Makalah Konsep Diri HG3

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan

potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,

pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait

berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan

timbal balik, baik itu positif maupun negatif.

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya,baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Manusia bernapas

memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Manusia makan, minum,

menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Seringkali

lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai

lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem

pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian individu.

Sebagai makhluk yang terbuka, manusia secara bebas memilih

situasi, melekatkan makna pada situasi tersebut, dan mengemban tanggung

jawab untuk mengambil keputusan. Manusia terlibat dalam menyesuaikan

dan meraih pencapaian diri diluar kemampuannya untuk meraih potensi

dan peluang. Melalui partisipasi bersama dengan lingkungan dan secara

bebas menganut nilai-nilai tertentu, manusia melakukan konstitusi

bersama dengan menciptakan makna dengan orang lain dan dunia, dan

menciptakan bersama diri dalam keselarasan. Manusia hidup dengan

individu-individu dahulu, individu sekarang, dan individu yang

memberikan keberhasilan semuanya secara bersamaan alam eksistensi

bersama, yang memberikan makna keselarasan.

Menurut Lerner dan Spanier dalam Nuryoto (1996:45),

perkembangan konsep diri seseorang selain ditentukan oleh kondisi

dirinya, juga dikaitkan dengan kehidupan kelompok dalam lingkungan

masyarakatnya pada setiap tahap perkembangan yang dilaluinya. Dalam

hal ini aspek sosiallah yang memengaruhi konsep diri manusia.

Konsep diri dilihat dari aspek sosial merupakan suatu penilaian

terjadinya kegiatan komunikasi dalam menjelaskan diri setiap orang dalam

memainkan peranannya pada aspek sosial. Aspek sosial

mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan setiap

18

Page 19: Makalah Konsep Diri HG3

diri orang dengan kondisi keluarganya, hubungannya dengan lingkungan

sekitarnya dan komunikasi yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan

ekonomi dalam berbagai interaksinya dalam konteks status sosialnya.

Teori konsep diri yang berkaitan dengan aspek sosial, yang

digunakan adalah teori “rekayasa sosial”. Menurut Rakhmat (1999:47),

teori ini pada prinsipnya adalah teori yang mengantarkan pada perubahan

sosial yang diiliki oleh seseorang dalam menghadapi kondisi sosialnya

agar seseorang tersebut mendapatkan penilaian dan penghargaan diri.

Hal yang mendasar dalam membicarakan tentang konsep diri

terkait dengan penilaian diri dan penghargaan diri yaitu ada beberapa nilai

yang perlu dipertimbangkan. Nilai itu sangat terkait dengan eksistensi

sosial antara lain keberadaan individu dalam suatu keluarga, individu

dalam suatu lingkungan dan individu dalam berinteraksi memenuhi

kebutuhannya termasuk dalam hal ini kebutuhan untuk dinilai dan dihargai

sesuai keberadaannya dalam memainkan peranan sosial.

Mengembangkan suatu konsep diri, setiap individu berupaya

mengembangkan aspek sosialnya. Aspek sosial memainkan peran dari

setiap individu untuk memiliki nuansa yang meliputi adanya hubungan-

hubungan yang harmonis dalam mengembangkan eksistensi sosialnya

secara terpadu melalui hubungan yang harmonis dengan keluarganya,

hubungan yang berinteraksi dengan lingkungannya dan akses pemenuhan

kebutuhan sosialnya termasuk adanya keinginan dalam diri seseorang

untuk dinilai dan dihargai.

Penerapan aspek sosial dalam kaitannya dengan konsep diri yaitu

bagaimana setiap keluarga berupaya untuk menciptakan hubungan yang

harmonis diantara anggota keluarga untuk menghindari adanya keluarga

yang tidak harmonis, keluarga yang anaknya nakal, keluarga yang orang

tuanya bercerai, selingkuh, bahkan menyebabkan keluarga tersebut

berntakan (broken home), sehingga diantara keluarga tersebut eksistensi

dari konsep diri yang dimilki mengalami degradasi atau perpecahan. Untuk

itu konsep diri dari aspek sosial ditentukan oleh adanya penilaian atas diri

dan penghargaan diri.

19

Page 20: Makalah Konsep Diri HG3

Termasuk pula didalamnya pentingnya konsep diri pada aspek

sosial yang berkaitan dengan kebutuhan akan penilaian dan penghargaan

diri dalam mengatasi segala bentuk konflik yang dapat menjatuhkan harkat

dan martabat diri dan keluarga. Terjadinya perubahan sosial dalam diri

seseorang tidak terlepas dari adanya kebutuhan aktualisasi diri termasuk

kemampuan dalam mengaktualisasikan diri untuk memenuhi berbagai

kekurangan dan berkeinginan untuk memiliki kelebihan.

Maka, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan konsep diri

pada aspek social (lingkungan) yaitu, mewujudkan eksistensi diri

seseorang dalam memperbaiki hubungan diri dan keluarganya, hubungan

diri dengan lingkungan sekitarnya dan hubungan diri terhadap pemenuhan

kebutuhannya, sehingga setiap orang memainkan peranan sesuai dengan

fungsi yang dibutuhkan untuk mendapatkan penilaian diri dan

penghargaan diri.

Psikondinamikan Terkait Perkembangan Konsep Diri

1. Id, Ego, dan Superego

Kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-

aspek psikis (contoh; motivasi, emosi), yang pada umumnya terjadi

pada anak-anak dini. Psikodinamika mencerminkan dinamika-

dinamika psikis yang menghasilkan gangguan jiwa atau penyakit jiwa.

Dinamika psikis terjadi melalui sinergi dan interaksi-interaksi elemen

psikis setiap individu. Seksualitas Freud sebagai sebuah dinamika,

menangkap ada bermacam-macam potensi psikopatologi dalam setiap

peta id, ego, dan superego.

Ketiga elemen psikis ini mempunyai kekhasan masing-masing

karena mereka menggambarkan tiap-tiap ide yang saling paradoks.

Hanya saja, mereka tidak akan membuat manusia sepenuhnya nyaman,

karena manusia tetap saja orang yang sakit.Sebagaimana tubuh fisik

yang mempunyai struktur: kepala, kaki, lengan dan batang tubuh,

Sigmund Frued, berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga mempunyai

struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang.

20

Page 21: Makalah Konsep Diri HG3

Struktur jiwa tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda.

Masing-masing sistem tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri-

sendiri. Keharmonisan dan keselarasan kerja sama diantara ketiganya

sangat menentukan kesehatan jiwa individu. Ketiga sistem ini

meliputi: Id, Ego, dan Superego.

Id meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim,

tidak disengaja atau tidak disadari, dalam daya-daya mendasar yang

menguasai kehidupan psikis manusia. Pada permulaan hidup manusia,

kehidupan psikisnya hanyalah terdiri dari Id saja. Pada janin dalam

kandungan dan bayi yang baru lahir, hidup psikisnya seratus persen

sama identik dengan Id. Id tersebut nyaris tanpa struktur apapun dan

secara menyeluruh dalam keadaan kacau balau. Namun demikian, Id

itulah yang menjadi bahan baku bagi perkembangan psikis lebih lanjut.

Id sama sekali berada di luar kontrol individu. Id hanya melakukan

apa yang disukai. Ia dikendalikan oleh “prinsip kesenangan” (the

pleasure principle). Pada Id tidak dikenal urutan waktu (timeless).

Hukum-hukum logika dan etika sosial tidak berlaku untuknya. Dalam

mimpi seringkali terlihat hal-hal yang sama sekali tidak logis atau pada

anak kecil, bisa dilihat bahwa perilaku mereka sangat dikuasai

berbagai keinginan. Untuk memuaskan keinginan tersebut, mereka

tidak mau ambil pusing tentang masuk akal-tidaknya keinginan

tersebut. Selain itu, mereka juga tidak peduli apakah pemenuhan

keinginan itu akan berbenturan dengan norma-norma yang berlaku.

Hal penting baginya adalah keinginannya terpenuhi dan mereka

memperoleh kepuasan.

Id merupakan reservoar energi psikis yang menggerakkan Ego dan

Superego. Energi psikis dalam Id dapat meningkat karena adanya

rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar individu. Apabila energi

psikis ini meningkat, akan menimbulkan pengalaman tidak enak (tidak

menyenangkan). Id tidak bisa membiarkan perasaan ini berlangsung

lama. Oleh karena itu, segeralah id mereduksikan energi tersebut untuk

menghilangkan rasa tidak enak yang dialaminya. Jadi, yang menjadi

21

Page 22: Makalah Konsep Diri HG3

pedoman dalam berfungsinya Id adalah menghindarkan diri dari

ketidakenakan dan mengejar keenakan.

Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai keenakan ini,

Id mempunyai dua cara, yang pertama adalah: refleks dan reaksi-reaksi

otomatis, seperti misalnya bersin, berkedip karena sinar, dan

sebagainya, dan yang kedua adalah proses primer, seperti misalnya

ketika orang lapar biasanya segera terbayang akan makanan; orang

yang haus terbayang berbagai minuman. Bayangan-bayangan seperti

itu adalah upaya-upaya yang dilakukan Id untuk mereduksi ketegangan

akibat meningkatnya energi psikis dalam dirinya.

Cara-cara tersebut sudah tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Orang lapar tentu tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan

makanan. Orang haus tidak hilang hausnya dengan membayangkan es

campur. Oleh karena itu, perluadanya sistem lain yang

menghubungkan pribadi dengan dunia objektif. Sistem yang demikian

itu ialah Ego.

Meski Id mampu melahirkan keinginan, namun ia tidak mampu

memuaskannya. Subsistem yang kedua,Ego, berfungsi menjembatani

tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego merupakan mediator

antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik.

Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat

hewani manusia dan hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi

yang normal). Ketika Id mendesak manusia untuk menampar manusia

lain yang telah menyakitinya, Ego segera mengingatkan jika hal

tersebut dilakukan, maka dirinya akan diseret ke kantor polisi karena

telah main hakim sendiri.

Jadi, ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul

karena kebutuhan manusia untuk berhubungan secara baik dengan

dunia kenyataan. Orang lapar tentu perlu makan untuk menghilangkan

ketegangan yang ada di dalam dirinya. Ini berarti bahwa individu harus

dapat membedakan antara khayalan dengan kenyataan tentang

makanan. Di sinilah letak perbedaan pokok antara Id dan Ego. Id

22

Page 23: Makalah Konsep Diri HG3

hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin), sementara ego dapat

membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang

ada di dunia luar (dunia objektif, dunia kenyataan). Lain dengan Id,

Ego berpegang pada prinsip kenyataan (reality principle) dan

berhubungan dengan proses sekunder. Tujuan prinsip realitas adalah

mencari objek yang tepat sesuai dengan kenyataan untuk mereduksi

ketegangan yang timbul di dalam diri. Proses sekunder ini adalah

proses berpikir realistik. Dengan mempergunakan proses sekunder,

Ego merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan

mengujinya dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah

rencananya itu berhasil atau tidak.

Aktivitas Ego ini bisa sadar, prasadar atau tak disadari. Namun

untuk sebagian besar adalah disadari. Contoh aktivitas Ego yang

disadari antara lain : persepsi lahiriah (saya melihat teman saya tertawa

di ruang itu); persepsi batiniah (saya merasa sedih) dan berbagai ragam

proses intelektual. Aktivitas prasadar dapat dicontohkan fungsi ingatan

(saya mengingat kembali nama teman yang tadinya telah saya

lupakan), sedangkan aktivitas tak sadar muncul dalam bentuk

mekanisme pertahanan diri (defence mechanisme), misalnya individu

yang selalu menampilkan perangai temperamental untuk menutupi

ketidakpercayaan-dirinya; ketidakmampuannya atau untuk menutupi

berbagai kesalahannya.

Aktivitas Ego ini tampak dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang

objektif, yang sesuai dengan dunia nyata dan mengungkapkan diri

melalui bahasa. Di sini, the pleasure principle dari Id diganti dengan

the reality principle. Sebagai contoh, ketika individu merasa lapar.

Rasa lapar ini bersumber dari dorongan Id untuk berfungsi menjaga

kelangsungan hidup. Id tidak peduli apakah makanan yang dibutuhkan

nyata atau sekadar angan-angan. Baginya, ia butuh makanan untuk

memuaskan diri dari dorongan rasa lapar tersebut. Pada saat yang

bersangkutan hendak memuaskan diri dengan mencari makanan, Ego

mengambil peran. Ego berpendapat bahwa angan-angan tentang

23

Page 24: Makalah Konsep Diri HG3

makanan tidak bisa memuaskan kebutuhan akan makanan. Harus dicari

makanan yang benar-benar nyata. Selanjutnya, Ego mencari cara untuk

mendapatkan makanan tersebut.

Menurut Frued, tugas pokok Ego adalah menjaga integritas pribadi

dan menjamin penyesuaian dengan alam realitas. Selain itu, juga

berperan memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-

konflik dengan keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain.

Ego juga mengontrol apa yang akan masuk ke dalam kesadaran dan

apa yang akan dilakukan. Jadi, Fungsi Ego adalah menjaga integritas

kepribadian dengan mengadakan sintesis psikis.

Superego adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh

Sigmund Frued. Sistem kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di

atas Ego, karena itu dinamakan Superego. Fungsinya adalah

mengkontrol ego. Ia selalu bersikap kritis terhadap aktivitas ego,

bahkan tak jarang menghantam dan menyerang ego. Superego ini

termasuk ego, dan seperti ego, ia mempunyai susunan psikologis lebih

kompleks, tetapi ia juga memiliki perkaitan sangat erat dengan id.

Superego dapat menempatkan diri dihadapan Ego serta

memperlakukannya sebagai objek dan caranya kerapkali sangat keras.

Bagi Ego sama penting mempunyai hubungan baik dengan Superego

sebagaimana halnya dengan Id. Ketidakcocokan antara ego dan

superego mempunyai konsekuensi besar bagi psikis.

Seperti dikemukakan di atas, Superego merupakan sistem

kepribadian yang melepaskan diri dari Ego. Aktivitas Superego dapat

berupa self observation, kritik diri, larangan dan berbagai tindakan

refleksif lainnya. Superego terbentuk melalui internalisasi (proses

memasukkan ke dalam diri) berbagai nilai dan norma yang represif

yang dialami individu sepanjang perkembangan kontak sosialnya

dengan dunia luar, terutama di masa kanak-kanak. Nilai dan norma

yang semula “asing” bagi individu, lambat laun diterima dan

dianggapnya sebagai sesuatu yang berasal dari dalam dirinya.

Larangan, perintah, anjuran, cita-cita, dan sebagainya yang berasal dari

24

Page 25: Makalah Konsep Diri HG3

luar (misalnya orangtua dan guru) diterima sepenuhnya oleh individu,

yang lambat laun dihayati sebagai miliknya. Larangan “Engkau tidak

boleh berbohong“ Engkau harus menghormati orang yang lebih tua”

dari orangtuanya menjadi “Aku tidak boleh berbohong “Aku harus

menghormati orang yang lebih tua”. Dengan demikian, Superego

berdasarkan nilai dan norma-norma yang berlaku di dunia eksternal,

kemudian melalui proses internalisasi, nilai dan norma-norma tersebut

menjadi acuan bagi perilaku yang bersangkutan.Superego merupakan

dasar moral dari hati nurani. Aktivitas superego terlihat dari konflik

yang terjadi dengan ego, yang dapat dilihat dari emosi-emosi, seperti

rasa bersalah, rasa menyesal, juga seperti sikap observasi diri, dan

kritik kepada diri sendiri.

Konflik antara Ego dan Superego, dalam kadar yang tidak sehat,

berakibat timbulnya emosi-emosi seperti rasa bersalah, menyesal, rasa

malu dan seterusnya. Dalam batas yang wajar, perasaan demikian

normal adanya. Namun, pada beberapa orang hidupnya sangat disiksa

oleh superegonya, sehingga tidak mungkin lagi untuk hidup normal.

2. Asumsi-asumsi penting psikologi psikodinamika adalah:

1. Perilaku dan perasaan orang dewasa (termasuk masalah-masalah

psikologis) berasal dari pengalaman masa kecil.

2. Hubungan antar manusia (terutama hubungan orangtua-anak)

sangat penting dalam menentukan perasaan dan perilaku manusia.

3. Perilaku dan perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-

kejadian dalam pikiran bawah sadar dan motif-motif bawah sadar.

4. Berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang

sangat menekankan penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi

psikodinamika mencari informasi melalui mimpi, gejala, tingkah

laku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan pasien selama

terapi.

25

Page 26: Makalah Konsep Diri HG3

3. Penyebab umum psikodinamika gangguan jiwa:

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat

dikatakan secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab

gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini diperhatikan. Gangguan jiwa

artinya bahwa yang menonjol ialah gejala–gejala yang patologik dari

unsur psikologi. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak

terganggu.Sekali lagi yang sakit dan menderita adalah manusia

seutuhnya dan bukan hanya badannya, tetapi juga jiwanya dan

lingkunganya.Hal–hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia

konstitusi, umur dan seks, keadaan badan, keadaan psikologi,

keluarga, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan, pekerjaan,

kehamilan, dan perkawinan, kehilangan dan kematian orang yang

dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan

sebagainya.

Meskipun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada

unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di fisik

(somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun di psikis

(psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi

beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling

mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah

gangguan fisik ataupun jiwa. Contohnya,individu dengan depresi,

karena kurang makan dan tidur, daya tahan fisiknya mengalami

penurunan sehingga mengalami penyakit fisik.

Sebaliknya,individu dengan penyakit fisik seperti kanker yang

melemahkan, maka secara psikologisnya juga akan menurun sehingga

kemungkinan mengalami depresi. Penyakit pada otak sering

mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain adalah seorang anak yang

mengalami gangguan otak (karena kelahiran, peradangan dan

sebagainya) kemudian menjadi hiperkinetik dan sulit diasuh. Ia

mempengaruhi lingkungannya, terutama orangtua dan anggota lain

yang satu rumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling

mempengaruhi.

26

Page 27: Makalah Konsep Diri HG3

C. Pola konsep diri normal

Konsep diri normal berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental

yang dimiliki individu. Pada kondisi normal, individu memiliki kecenderungan

untuk mengumpulkan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan sehingga

membentuk diri yang positif dan akan menghindari pengalaman-pengalaman

negatifnya agar dapat mengurangi konsep negatif. Begitu juga ketika individu

memiliki konsep diri yang baik, maka dalam berhubungan interpersonal dengan

individu lain akan lebih mudah untuk bertahan dalamlingkungan. Hal ini akan

menguntungkan individu untuk beradaptasi disepanjang rentang kehidupan.

Sebaliknya, individu yang tidak memiliki konsep diri yang baik maka akan

merasa kesulitan untuk menerima berbagai tantangan kehidupan, sekaligus

memposisikan dirinya ketika harus berhubungan dengan orang lain.

Konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif (normal) dan

negatif. Potter dan Perry (2005) dalam buku Fundamental Of Nursing 6th

Edition memaparkan empat komponen konsep diri yang akan membentuk pola

konsep diri yang normal. Pemaparannya adalah sebagai berikut :

1. Identitas diri.

Identitas diri adalah integrasi permintaan individu dengan

lingkungannya untuk menemukan siapa dan akan menjadi apa dirinya.

Identitas diri meliputi kepribadian individu yang akan membedakan

dirinya dengan orang lain. Erikson(dikutip oleh Wallace, 1993)

mengemukakan bahwa remaja yang memiliki rasa identitas diri yang

positif akan mampu untuk membuat pilihan karier, nilai-nilai, dan hal lain

yang dapat diterima secara sosial dan hal tersebut akan dapat

diekspresikan secara pribadi oleh remaja tersebut. Identitas diri didapatkan

melalui pengamatan sendiri dan juga melalui apa yang dikatakan oleh

lingkungan (Stuart dan Laraia, 2001).

Identitas diri bersifat nyata dan fakta, diantaranya:nama, umur,

jenis kelamin, ras, nilai dan keyakinan, dan karakter. Untuk membentuk

sebuah identitas, setiap individu harus menjadikan tingkah laku dan

harapan sebagai suatu kesatuan yang utuh (Erikson, 1963).Pola konsep diri

27

Page 28: Makalah Konsep Diri HG3

yang normal ditandai dengan kejelasan dari identitas yang dimiliki

individu. Individu dengan identitas yang jelas meyakini dirinya sebagai

suatu pribadi unik yang memiliki jalan hidup yang berbeda dengan

individu lain sehingga secara otomatis individu tersebut akan merasa

memiliki petunjuk dan tujuan hidup yang jelas pula.

2. Gambaran atau pencitraan diri.

Pencitraan diri menunjukkan bagaimana individu melihat

penampilan, ukuran, dan kebermanfaatan dirinya, namun tidak harus sama

dengan penampilan yang terlihat dalam pandangan mata. Hal ini meliputi

perbuatan, struktur, manfaat diri, dan penampilan fisik seperti penggunaan

make up, perhiasan, dan pakaian. Pemikiran tentang gambaran diri

berkaitan dengan kesehatan, kekuatan, seksualitas, serta feminim dan

maskulin. Pencitraan diri ini dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan

afektif. Perkembangan kognitif berupa pengetahuan dan afektif berupa

sensasi, seperti lelah, sakit, dan senang. Selain itu, pencitraan diri juga

memiliki integrasi dengan lingkungan. Contohnya, tayangan media yang

sering menampilkan sosok ideal di layar kaca. Individu yang memiliki

pola konsep diri yang normal tidak akan dengan mudah terpengaruh oleh

info media tersebut. Ia akan senantiasa mendasari gambaran diri dengan

melakukan pengamatan dan memberi perhatian khusus pada keseimbangan

antara kesehatan dan penampilan dirinya.

3. Role performance.

Role performance adalah suatu cara dimana individu merasakan

kemampuannya untuk memainkan sebuah peran. Peran yang diikuti oleh

individu ini berkaitan dengan harapan dan standar tingkah laku yang

diyakini. Pada umumnya, pola ini bersifat stabil dan hanya berubah ketika

individu berada dalam usia dewasa. Individu dewasa yang sukses

menjalani perannya adalah individu yang mampu membedakan harapan

peran ideal dan kemungkinan yang realistis. Pola konsep diri yang normal

dalam hal ini ditandai dengan adanya kepuasan individu pada peran yang

28

Page 29: Makalah Konsep Diri HG3

ia miliki. Ia mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara dekat,

merasakan kegembiraan dari perannya dalam diri dan kelompok,

mempercayai orang lain, dan memasuki hubungan saling ketergantungan

dengan orang lain.

4. Harga diri.

Harga diri merupakan penilaian individu akan keberhargaan

dirinya yang didapatkan dengan menganalisis seberapa banyak kemiripan

diri dengan standar yang berlaku. Harga diri diyakini sebagai hal yang

sangat fundamental dalam evaluasi diri karena ia mewakili keseluruhan

penilaian nilai individu (Judge dan Bono, 2011). Harga diri dikatakan baik

apabila individu merasa mampu, berguna, dan kompeten (Rosenberg,

1965).

Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri dan lingkungan.

Harga diri ini pada kenyataannya dapat diperkenal kepada individu sejak

ia masih kecil. Cara terbaik untuk memperkenalkan harga diri terdiri dari

empat langkah, diantaranya: menyediakan kesempatan, menanamkan

gagasan, membangkitkan aspirasi, dan membantu mereka untuk

membangun pertahanan terhadap serangan persepsi diri. Keempat langkah

ini diharapkan dapat membimbing individu untuk mencapai pola konsep

diri yang normal. Pola konsep diri yang normal ditandai dengan adanya

penghargaan tertinggi pada harga diri dimana setiap individu meyakini

bahwa dirinya berharga sehingga ia akan senantiasa menjalani

kehidupannya dengan hal yang positif dan bermanfaat.

Konsep diri yang negatif ialah orang yang tidak mampu secara

sadar untuk dapat melihat dirinya dengan utuh dan bijak, hanya

mengetahui sedikit ciri tentang dirinya sendiri, dan tidak objektif terhadap

dirinya. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif kurang bisa

menerima dirinya secara apa adanya sehingga kecewa terhadap

kekurangan-kekurangan pada dirinya. Individu menilai tentang dirinya

tidak akurat, bisa menduga bahwa dirinya terlalu rendah sehingga

29

Page 30: Makalah Konsep Diri HG3

mengakibatkan dirinya jauh dengan lingkungan sekitar (minder), rendah

diri atau bisa sebaliknya terlalu tinggi sehingga menjadi sombong, egois,

dan berlebihan. Selain itu, hal seperti cita-cita tidak akan masuk akal untuk

dicapainya, misalnya jika melihat orang lain bahagia, ia justru tidak

senang melihat temannya bahagia, sehingga ia berbuat sewenang-

sewenang saja untuk mencapai hal yang tidak rasional tanpa usaha yang

giat sehingga akan merasa dirinya berpikiran negatif terhadap orang lain

dan tidak memiliki jiwa yang sehat pikiran.

Secara keseluruhan, pola konsep diri yang normal akan terwujud

apabila individu berusaha menciptakan konsep diri yang positif beriringan

dengan perilaku ideal diri yang realistis. Artinya, persepsi individu tentang

bagaimana seharusnya berperilaku tidak boleh melebihi batas pencapaian

yang dapat diwujudkannya. Dalam praktik keperawatan, perawat memiliki

kewajiban untuk memulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap diri

klien. Berhubungan dengan hal tersebut, perawat bisa menjadi role

performance,seperti cara berpakaian rapi, berinteraksi, maupun

menunjukkan harga diri, hal ini dilakukan agar tingkat pola diri normal

pada klien lebih efektif dan juga meningkatkan rasa kepercayaan diri klien

terhadap perawat.

D. Faktor yang mempengaruhi konsep diri

Konsep diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berpacu pada

komponen konsep diri.Komponen konsep diri tersebut, yaitu:

1. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan

individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuh (ukuran, bentuk

struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek) yang kontak secara terus

menerus, baik pada masa lalu maupun sekarang.Citra tubuh membentuk

persepsi individu tentang tubuh, baik secara internal maupun

30

Page 31: Makalah Konsep Diri HG3

eksternal.Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan

kepada tubuh.

Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang

karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang

lain.Citra tubuh juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan

perkembangan fisik.Perubahan perkembangan yang normal, seperti

pertumbuhan dan penuaan, mempunyai efek penampakkan yang lebih

besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep

diri.Contohnya, perbedaan citra tubuh bayi dan anak sekolah, yaitu

berjalan.Selain itu, sikap, nilai kultural dan sosial juga dapat

mempengaruhi citra tubuh. Contohnya: muda, cantik, dan utuh adalah hal

yang ditekankan dalam masyarakat di Amerika.

Jika faktor tersebut mempengaruhi konsep diri individu, maka

dapat menimbulkan gangguan citra tubuh.Gangguan citra tubuh adalah

perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan

ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang

sering kontak dengan tubuh. Faktor yang terkait adalah perubahan fisik

(terkait usia) dan efek penyakit.

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal

tertentu (Stuart & Sudeen, 1991). Ideal diri mulai berkembang pada masa

kanak-kanak yang dipengaruhi individu yang penting pada dirinya yang

memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja.Ideal diri akan

dibentuk melalui proses identifikasi pada orangtua, guru, dan teman. Agar

individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara

persepsi diri dan ideal diri, ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu

tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi

pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992). Apabila faktor tersebut

mempengaruhi konsep diri individu, maka dapat menimbulkan gangguan

31

Page 32: Makalah Konsep Diri HG3

ideal diri. Gangguan ideal diri berupa ideal diri yang terlalu tinggi, sukar

dicapai, dan tidak realistis.

3. Harga diri

Harga diri berdasarkan pada faktor internal dan eksternal.Harga

diri atau rasa individu tentang nilai diri; rasa ini adalah suatu evaluasi

dimana individu membuat atau mempertahankan diri.Harga diri berkaitan

dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau tempat

bekerja, di dalam keluarga, dan dalam lingkungan sosial. Keefektifan diri

berkaitan erat dengan ide harga diri (contohnya: penilaian diri tentang

kompetensi individu dalam melakukan berbagai tugas).

Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara

konsep diri individu dan ideal diri.Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan,

nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk

dicapai.Ideal diri berawal dalam tahun prasekolah dan berkembang

sepanjang hidup. Ideal diri dipengaruhi oleh norma masyarakat. Secara

umum, individu yang konsep dirinya hampir memenuhi diri ideal

mempunyai harga diri yang tinggi, sementara individu yang konsep

dirinya mempunyai variasi luas dari diri idealnya mempunyai harga diri

yang rendah.

Selain itu, harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang

mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup.

Contohnya,individu dengan harga diri yang tinggi cenderung

menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya

pribadi, sedangkan individu yang harga diri rendah, ketika dirinya

berhasil, ia menganggap bahwa hal tersebut merupakan keberuntungan.

Lalu, harga diri dipengaruhi juga oleh penolakkan orangtua

(penolakkan orangtua menyebabkan anak menjadi tidak yakin pada diri

sendiri dan hubungan dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan harga

diri rendah), harapan orangtua yang tidak realistis (permintaan orangtua

dengan standar yang tidak masuk akal sering menuntut anak sebelum anak

memiliki kemampuanitu.Hal ini dapat menyebabkan harga diri rendah),

32

Page 33: Makalah Konsep Diri HG3

kegagalan yang berulang kali (kekalahan atau kegagalan yang berulang

dapat menghancurkan harga diri), kurang mempunyai tanggung jawab

personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak

realistik (ideal diri yang tidak realistis dapat menurunkan harga diri ketika

seseorang gagal mencapai ideal diri tersebut).

Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi konsep diri dan bisa

menyebabkan gangguan harga diri berupa perasaan negatif terhadap diri

sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

4. Peran

Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan

dari individu berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 1992).Peran

yang ditetapkan adalah peran dimana individu tidak punya pilihan,

sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh

individu sebagai aktualisasi diri.Harga diri yang tinggi merupakan hasil

dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri (Keliat,

1992).

Agar dapat berfungsi secara efektif dalam peran, individu harus

mengetahui perilaku dan nilai yang diharapkan, harus mempunyai

keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai ini, dan harus mampu

memenuhi tuntutan peran.Sebagian besar individu mempunyai lebih dari

satu peran (peran orangtua, anak, teman, saudara). Setiap peran mencakup

pemenuhan harapan tertentu dari orang lain. Pemenuhan harapan ini

mengarah pada penghargaan.Ketidakberhasilan untuk memenuhi harapan

ini menyebabkan tidak diterima.

Faktor yang mempengaruhi peran, yakni peran berlebihan, citra

tubuh, perubahan fisik, faktor sosial, stereotip jenis kelamin (Stereotip atau

pandangan umum mengenai jenis kelamin dapat mempengaruhi

penampilan peran seseorang), tuntutan peran kerja, harapan peran budaya

di sekitarnya.Apabilafaktor-faktor tersebut mempengaruhi konsep diri

individu maka dapat menyebabkan gangguan penampilan peran.

Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhentinya fungsi

33

Page 34: Makalah Konsep Diri HG3

peran, disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus

hubungan kerja. Gangguan penampilan peran muncul ketika perubahan

tidak diterima oleh individu.

5. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep

diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1991).

Individu yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan

memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari

perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan, dan penyesuaian

diri.Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.Identitas

diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan

perkembangan konsep diri.Contohnya, anak mengidentifikasi pertama kali

dari orangtua, lalu guru, teman, dan pahlawan pujaan.

Untuk membentuk identitas, anak harus mampu untuk membawa

semua perilaku yang dipelajari ke dalam keutuhan yang koheren,

konsisten, dan unik.Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan

dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.Hal yang penting dalam identitas

adalah jenis kelamin (Keliat, 1992).

Faktor yang mempengaruhi identitas personal: ketidakpercayaan

orangtua (ketidakpercayaan orang tua dapat tidak menghargai opini anak

dan menyebabkan anak ragu-ragu, menuruti kata hati, dan bertindak agar

mencapai beberapa identitas. Ketika orang tua tidak mempercayai anak,

anak akan menghilangkan rasa hormat terhadap orang tua. Hal ini dapat

menyebabkan konflik antara orang tua dan anak), tekanan dari kelompok

sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.Apabila faktor-faktor tersebut

mempengaruhi konsep diri individu, maka dapat terjadi gangguan

identitas.Gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidakpastian

memandang diri sendiri, penuh keraguan, sukar menetapkan keinginan dan

tidak mampu mengambil keputusan.

34

Page 35: Makalah Konsep Diri HG3

E. Rentang respon konsep diri

Kehidupan dilalui oleh setiap individu mengundang berbagai stresor

internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi keseimbangan dalam

dirinya, sehingga setiap individu memiliki respon diri terhadap stresor yang ada

dan hal tersebut dapat dinilai berdasarkan suatu rentang respon konsep

diri(Potter & Perry, 2005). Respon yang terjadi dapat bersifat adaptif atau

maladaptif. Hal ini tergantung bagaimana setiap individu dapat merespon

terhadap hal yang terjadi pada dirinya. Semakin adaptif maka individu tersebut

dapat merespon dan memanfaatkan konsep yang ada pada dirinya dengan baik.

Namun sebaliknya, jika respon yang diberikan bersifat maladaptif maka dapat

terjadi kekacauan perilaku(Stuart &Laraia, 2001).

Rentang Respon Konsep Diri

1. Aktualisasi diri.

Aktualisasi diri merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling

baik atau adaptif terhadap konsep diri manusia.Aktualisasi diri adalah

suatu implementasi dan kesadaran individu terhadap potensi sebenarnya

yang dimiliki manusia tersebut (Stuart &Laraia, 2001). Selain itu,

aktualisasi juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk

mengatur diri dan otonomi sendiri serta bebas dari tekanan luar dan

merupakan hasil dari kematangan diri(Asmadi, 2008), sehingga dapat

disimpulkan bahwa aktualisasi diri adalah suatu perkembangan

kemampuan untuk melakukan yang terbaik yang paling tinggi dengan

menggunakan potensi, bakat, kapasitas, kualitas yang terbaik dan dimiliki

35

Respon Adaptif ResponMaladaptif

AktualisasiDiri

Konsep DiriPositif

Harga DiriRendah

Kerancuan Indentitas

Depersonalisasi

Page 36: Makalah Konsep Diri HG3

oleh individu sehingga membuat keberadaannya dapat diakui dan dihargai.

Hal tersebut dapat membuat individu memiliki konsep diri yang terus

berkembang menuju kematangan.

2. Konsep diri positif.

Hal ini merupakan penilaian terhadap kepribadian sehat individu

yang tercermin pada citra tubuh yang positif, ideal diri terhadap cara

berperilaku, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan,

dan identitas diri yang jelas(Stuart &Laraia, 2001). Individu yang

memiliki konsep diri yang positif menunjukkan bahwa ia menilai dirinya

secara positif sehingga akan menimbulkan sikap positif dalam kehidupan

sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dari kepribadian yang selalu optimis,

percaya diri yang baik, berani, serta bersikap dan berfikir positif. Citra diri

yang positif akan membuat individu berani mengoptimalkan sisi lain

secara positif pula yang dapat mengarah pada aktualisasi diri(Murdoko,

2006).

3. Harga diri rendah.

Perasaan harga diri rendah merupakan awal dari respon konsep diri

yang negatif pada individu.Harga diri adalah penilaian individu tentang

pencapaian diri sesuai dengan ideal diri atau harapan yang menghasilkan

perasaan berharga (Potter & Perry, 2005). Harga diri yang rendah terjadi

ketika individu merasa dirinya gagal dan tidak berharga untuk dapat

diterima oleh orang lain dan lingkungannya. Hal ini diakibatkan oleh

perasaan yang terus menerus negatif terhadap diri sendiri sehingga

menyebabkan hilangnya kepercayaan dan kemampuan diri.

4. Kerancuan identitas.

Kerancuanidentitasmerupakansuatukegagalanindividuuntukmengin

tegrasikanberbagaiidentifikasimasakanak-

kanakkedalamkepribadianpsikososialdewasa yang harmonis.Kerancuan

identitas adalah kegagalan individu untuk memaknai kepribadian

36

Page 37: Makalah Konsep Diri HG3

psikososial dirinya. Tanda dan gejala yang biasa ditemukan yaitu

sifatkepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif,

perasaanhampa, kerancuan gender, tingkatkecemasan yang tinggi, dan

ketidakmampuanuntukempatiterhadap orang lain (Learry & Tangney,

2012).

5. Depersonalisasi.

Depersonalisasi adalah suatu bentuk perasaan asing dan tidak

realistis terhadap diri sendiri. Biasanya individu mengalami kesulitan

untuk membedakan diri sendiri dengan orang lain dan merasa tubuhnya

merupakan sesuatu yang asing bagi dirinya. Contohnya, jika individu

merasa berada di luar tubuhnya sendiri atau suara mereka terdengar asing

bagi mereka sendiri.Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kecemasan, stres, dan

kegagalan dalam penilaian secara realistis. Penderita depersonalisasi

memiliki beberapa tanda dan gejala antara lain, aspek afektif (kehilangan

identitas diri, perasaan tidak aman, takut, malu, terisolasi yang kuat),

aspek perseptual (halusinasi pendengaran dan penglihatan, kebingungan

tentang seksualitas diri, gangguan citra tubuh, dan sulit membedakan diri

sendiri dan orang lain), aspek kognitif (bingung, disorientasi waktu,

gangguan berpikir, daya ingat, dan penilaian), serta aspek perilaku (emosi

pasif dan tidak berespon, kurang spontanitas, dan menarik diri secara

sosial) (Stuart &Laraia, 2001).

F. Konsep berduka kehilangan dan kaitannya dengan konsep diri

1. Konsep berduka kehilangan

a. Definisi kehilangan

Menurut Potter & Perry (2005), kehilangan dan kematian

adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan

unik secara individual. Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan

yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan

maturasional (maturational losses) adalah suatu bentuk dari

37

Page 38: Makalah Konsep Diri HG3

kehilangan yang penting dan melibatkan semua harapan hidup yang

secara normal berubah di sepanjang kehidupan.Rasa kehilangan yang

terlihat tidak diperlukan dan secara tiba-tiba, kejadian yang tidak

diperkirakan tersebut dapat menyebabkan rasa kehilangan

situasional.Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau individu tidak dapat

lagi ditemui, diraba, didengar, diketahui, atau dialami.

Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.Kehilangan

yang bersifat aktual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya

seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai.Kehilangan

yang dirasakan itu kurang nyata dan bisa disalahartikan, seperti

kehilangan kepercayaan diri.

b. Kategori kehilangan

Kehilangan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

1) Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal mencakup segala kepemilikan

yang telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak

karena bencana alam.Kedalaman berduka yang dirasakan individu

terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki

individu tersebut terhadap benda yang dimilikinya dan kegunaan

benda tersebut.

2) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari

lingkungan yang telah dikenal mencakup meninggalkan

lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau

kepindahan secara permanen.Kehilangan melalui perpisahan dari

lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi melalui situasi

maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah

perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah

akibat bencana alam atau mengalami cedera.

38

Page 39: Makalah Konsep Diri HG3

3) Kehilangan orang terdekat

Orang terdekat mencakup orangtua, anak, pasangan,

saudara, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja.Kehilangan dapat

terjadi akibat perpisahan, pindah, melarikan diri dan kematian.

4) Kehilangan aspek diri

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh,

fungsi fisiologis, atau psikologis.Kehilangan bagian tubuh

mencakup anggota gerak, mata, dan payudara.Kehilangan fungsi

fisiologis mencakup kehilangan kontrol organ tubuh, mobilitas,

dan fungsi sensoris.Kehilangan fungsi psikologis termasuk

kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, respeks,

atau cinta.Kehilangan aspek diri dapat terjadi akibat penyakit,

cedera, atau perubahan perkembangan.

5) Kehilangan hidup

Individu yang menjalani hidup akan berakhir dengan

kematian. Perhatian utama bukan pada kematian itu sendiri

melainkan nyeri dan kehilangan kontrol.Kematian menimbulkan

respon yang berbeda terhadap setiap individu.Individu yang

mengalami penyakit kronik lama dapat mengalami kematian

sebagai suatu peredaan, sedangkan individu lain takut perpisahan,

dilalaikan, kesepian, atau cedera.

c. Definisi berduka

Berduka merupakan respon emosional melalui proses

berkabung terhadap rasa kehilangan yang dimanifestasikan melalui

cara yang khusus berdasarkan pengalaman personal, budaya, dan

kepercayaan spiritual (Hooyman dan Kramer, 2006) dalam (Perri dan

Potter, 2005).

39

Page 40: Makalah Konsep Diri HG3

d. Kategori Berduka

1) Berduka yang normal

Berduka yang normal merupakan reaksi terhadap kematian

yang paling umum. Gaya adaptasi (seperti daya tahan, ketabahan,

dan pengkontrolan diri) sama dengan kemampuan untuk

merasakan kehilangan dan menemukan manfaat dari rasa

kehilangan, merupakan faktor-faktor yang dapat membantu dan

bermanfaat (Holland et al.,2006; Ong et al.,2006; Onrus et

al.,2006; Matthews, 2007) dalam (Perry & Potter, 2010).

Penelitian terakhir menemukan bahwa penerimaan

(acceptance), ketidakpercayaan (disbelief), kerinduan (yearning),

marah (anger), dan depresi ditunjukan dalam proses berduka yang

normal (Maciejewski et al.,2007) dalam (Perry & Potter, 2010).

2) Berduka komplikasi

Pada berduka komplikasi, berduka yang dirasakan individu

berkepanjangan.Berduka berkomplikasi lebih sering terjadi pada

keadaan adanya hubungan yang bermasalah dengan orang yang

sudah meninggal, masalah kesehatan mental, atau kurangnya

dukungan sosial.

3) Berduka yang diantisipasi

Berduka yang diantisipasi (anticipatory grief) merupakan

suatu proses pelepasan bawah sadar atau “membiarkan pergi”

sebelum kematian terjadi (Corless, 2006) dalam (Perry & Potter,

2010).

e.Teori Berduka

1) Teori Kübler-Ross

Teori Kübler-Ross (1969) menggambarkanlima tahap

kematian. Pada tahap penyangkalan (denial), individu bertindak

seperti tidak terjadi sesuatu dan menolak kenyataan adanya rasa

40

Page 41: Makalah Konsep Diri HG3

kehilangan.Ketika mengalami tahap kemarahan (anger) terhadap

rasa kehilangan, individu mengungkapkan pertahanan dan

terkadang merasakan kemarahan yang hebat kepada Tuhan,

individu lain, atau situasi.Tawar menawar (bargaining) melindungi

atau menunda realitas kehilangan dengan mencoba mencegahnya

terjadi.Tahap depresi (depression) terjadi ketika kehilangan

disadari dan timbul dampak nyata dari kehilangan tersebut.Karena

mengalami hal yang buruk, mereka terkadang menarik diri dari

hubungan dan kehidupan.Pada tahap terakhir dicapai suatu

penerimaan.Pada tahap penerimaan, individu memasukkan rasa

kehilangan dalam hidupnya dan menemukan cara untuk bergerak

maju.

2) Teori Bowbly

Teori kasih sayang Bowbly (1980) menggambarkan

pengalaman berkabung.Bowbly menggambarkan empat fase

berkabung.

a) Fase pertama, yaitu mati rasa (numbing), fase berkabung

yang paling singkat berlangsung dari beberapa jam sampai

satu minggu atau lebih. Individu yang berduka

menggambarkan sebagai perasaan “yang menyebabkan

pingsan”.

b) Ledakan kesedihan yang bersifat emosional merupakan

karakteristik fase kedua kehilangan, yaitu kerinduan dan

pencarian(yearning and searching). Gejala fisik yang

sering ditemukan dalam fase ini, seperti sesak dada dan

tenggorokan, napas pendek, perasaan lesu, sulit tidur, dan

tidak nafsu makan.

c) Fase ketiga, yaitu kekacauan dan

keputusasaan(disorganization and despair), individu

mencari tahu penyebab kehilangan tersebut terjadi dan

mengungkapkan kemarahan pada individu lain yang

41

Page 42: Makalah Konsep Diri HG3

sepertinya bertanggung jawab terhadap rasa kehilangan

tersebut. Namun secara bertahap, individu menyadari

bahwa kehilangan bersifat permanen.

d) Dengan reorganisasi yang biasanya memakan waktu satu

tahun atau lebih, individu mulai menerima perubahan,

menerima peran yang belum dikenal, membutuhkan

keterampilan baru, dan membangun hubungan baru.

3) Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan kembali respons berduka

menjadi tiga kategori:

a) Penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal, dan

ketidakpercayaan;

b) Konfrontasi, dimana terjadi luapan emosi ketika klien

berulang melawan kehilangan;

c) Akomodasiketika terdapat secara bertahap penurunan rasa

berduka yang akut dan mulai memasuki kembali secara

emosional dan sosial dunia sehari-hari.

2. Kaitan berduka kehilangan dengan konsep diri

Kehilangan dapat mengancam konsep diri individu, seperti kehilangan

terhadap lingkungan yang sudah dikenal melalui situasi maturasional,

misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah perawatan.Perawatan dalam

rumah perawatan mengakibatkan isolasi dari kejadian rutin yang biasanya

seorang lansia tersebut lakukan di lingkungan sebelumnya.Hal tersebut dapat

menimbulkan kejenuhan dan kesepian akibat lingkungan baru yang tidak

dikenal sehingga dapat mengancam harga diri dan membuat berduka menjadi

lebih sulit.

Kehilangan aspek dalam diri secara fisik, fisiologis, atau psikologis

dapat menurunkan kesejahteraan individu.Orang tersebut tidak hanya

mengalami kedukaan akibat kehilangan, tetapi juga dapat mengalami

perubahan citra tubuh.Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan persepsi

42

Page 43: Makalah Konsep Diri HG3

negatif tentang penampilan fisik mereka.Perasaan malu yang kuat, kesadaran

diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah

perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran

negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas,

mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan

menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya, reaksi negatif tersebut

berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).

Perubahan citra tubuh juga dapat mempengaruhi identitas dan harga

diri. Misalnya individu yang kehilangan anggota geraknya lebih memiliki

ketergantungan pada orang lain atau kehilangan pekerjaannya. Hal tersebut

mengganggu konsep diri individu tersebut.

Menurut Perry & Potter (2010), berduka karena kematian dapat

menimbulkan kerinduan berupa pencarian terhadap orang yang sudah

meninggal. Hal tersebut merupakan perasaan negatif yang paling sering

ditemukan, puncaknya terjadi sekitar dua bulan setelah rasa kehilangan.Emosi

yang negatif (marah dan depresi) mencapai puncaknya sekitar empat bulan

dan menurun sekitar enam bulan.Emosi yang negatif dapat menimbulkan stres

pada individu yang berduka.Stres berkepanjangan dapat menghalangi

kemampuan untuk adaptif.Respon maladaptif tersebut dapat menimbulkan

harga diri rendah, kerancuan identitas, dan depersonalisasi yang mengganggu

konsep diri individu.

G. Proses keperawatan konsep diri

1. PengkajianDalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif

dan subjektif yang berfokus pada konsep diri, baik aktual maupun

potensial. Data objektif berupa perilaku yang diperlihatkan oleh klien,

seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh, keengganan untuk

mencoba hal-hal baru, serta interaksi verbal maupun non verbal antara

klien dengan orang lain. Data subjektif berupa persepsi orang terdekat,

seperti teman atau keluarga klien tentang diri dan lingkungan klien berada.

43

Page 44: Makalah Konsep Diri HG3

Pengkajian meliputi:

a. Tanda dan gejala

Memperlihatkan tanda dan gejala dari salah satu atau lebih

gangguan konsep diri:

1) Gangguan konsep diri

a) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan

terjadi.

c) Menolak penjelasan perubahan tubuh.

d) Persepsi negatif pada tubuh.

e) Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

f) Mengungkapkan keputusasaan.

g) Mengungkapkan ketakutan.

2) Kerancuan identitas

a) Sifat kepribadian yang bertentangan.

b) Hubungan interpersonal eksploitatif.

c) Perasaan hampa.

d) Kerancuan gender.

e) Tingkat kecemasan yang tinggi.

f) Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.

3) Harga diri rendah

a) Mengkritik diri sendiri.

b) Perasaan tidak mampu.

c) Pandangan hidup yang pesimis.

d) Penurunan produktifitas.

e) Penolakan terhadap kemampuan diri.

4) Gangguan ideal diri

44

Page 45: Makalah Konsep Diri HG3

a) Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya.

b) Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

5) Gangguan penampilan peran

a) Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran.

b) Ketidakpuasan peran.

c) Kegagalan menjalankan peran yang baru.

d) Ketegangan menjalankan peran yang baru.

e) Kurang tanggung jawab.

f) Apatis atau bosan atau jenuh dan putus asa.

6) Depersonalisasi

a) Kehilangan identitas diri.

b) Perasaan tidak aman, takut, malu.

c) Halusinasi pendengaran dan penglihatan.

d) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri.

e) Bingung.

f) Disorientasi waktu.

g) Emosi pasif dan tidak berespons.

h) Kurang spontanitas.

i) Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat

keputusan.

b. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang

objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam klien

sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah,

keracuan identitas, dan deporsonalisasi.

2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,

tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.

45

Page 46: Makalah Konsep Diri HG3

3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi

ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

perubahan dalam struktur sosial.

c. Stresor pencetus

Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian mengancam kehidupan.Ketegangan peran

hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu

mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:

1) Transisi peran perkembangan.

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada

identitas.Setiap perkembangan harus dilalui individu dengan

menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini dapat

merupakan stresor bagi konsep diri.

2) Transisi peran situasi.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah

atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian,

misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi

orangtua.Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang

dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran, peran

tidak jelas atau peran berlebihan.

3) Transisi peran sehat atau sakit.

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran

diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep

diri.Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep

diri, yaitu gambaran diri, identitas diri, peran, dan harga

diri.Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis,

sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien

terhadap ancaman.

46

Page 47: Makalah Konsep Diri HG3

d. Sumber-sumber koping

Setiap individu mempunyai kelebihan personal sebagai sumber

koping, meliputi :

1) Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah.

2) Hobi dan kerajinan tangan.

3) Seni yang ekspresif.

4) Kesehatan dan perawatan diri.

5) Pekerjaan atau posisi.

6) Bakat tertentu.

7) Kecerdasan.

8) Imajinasi dan kreativitas.

9) Hubungan interpersonal.

e. Mekanisme koping

1) Pertahanan koping dalam jangka pendek: cenderung menggunakan

problem-solving focused coping (individu secara aktif mencari

solusi dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang

menimbulkan stres) dalam menghadapai masalah-masalah yang

menurutnya bisa dikontrol, seperti masalah yang berhubungan

dengan sekolah atau pekerjaan.

2) Pertahanan koping jangka panjang.

Contoh: individu menggunakan strategi emotion-focused

coping (individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur

emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang

akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh

tekanan) ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang

menurutnya sulit dikontrol, seperti masalah-masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker

atau AIDS.

47

Page 48: Makalah Konsep Diri HG3

3) Mekanisme pertahanan ego.

Untuk mengetahui persepsi individu tentang dirinya, maka

individu tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut:

a) Persepsi psikologis:

(1) Bagaimana watak saya sebenarnya?

(2) Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?

(3) Apakah yang sangat mencemaskan saya?

b) Persepsi sosial:

(1) Bagaimana orang lain memandang saya?

(2) Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?

(3) Apakah mereka membenci atau menyukai saya?

c) Persepsi fisik:

(1) Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?

(2) Apakah saya orang yang cantik atau jelek?

(3) Apakah tubuh saya kuat atau lemah?

Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang

dikaji :

a. Identitas:

Dapatkah Anda menjelaskan siapa diri Anda pada orang lain,

karakteristik dan kekuatan Anda?

b. Body image:

1) Dapatkah anda menjelaskan keadaan tubuh anda kepada saya?

2) Apa yang paling anda sukai dari tubuh Anda?

3) Apakah ada bagian dari tubuh Anda, yang ingin Anda ubah?

c. Self esteem:

1) Dapatkah Anda katakan apa yang membuat Anda puas?

2) Ingin jadi siapakah Anda?

3) Siapa dan apa yang menjadi harapan Anda?

4) Apakah harapan itu realistis?

48

Page 49: Makalah Konsep Diri HG3

5) Siginifikan: Apa respon Anda saat Anda tidak merasa dicintai dan

tidak dihargai?

6) Siapakah yang paling penting bagi Anda?

7) Competence: Apa perasaan Anda mengenai kemampuan dalam

mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup Anda?

8) Virtue: Pada tingkatan mana Anda merasa nyaman terhadap jalan

hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang dianut?

9) Power: Pada tingkatan mana Anda perlu harus mengontrol apa

yang terjadi dalam hidup Anda?Apa yang kamu rasakan?

d. Role Performance:

1) Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan Anda untuk

melakukan segala sesuatu sesuai peran Anda?

2) Apakah peran saat ini membuat anda puas?

2. Diagnosa

Klien dengan batasan karakteristik untuk gangguan konsep diri

mungkin menunjukkan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan

defisiensi identitas, citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran.Perawat

harus cermat membuat diagnosis yang akurat berdasarkan data kajian

misalnya, pertimbangan klien tentang diagnosa penyakit paru

kronis.Perawat mungkin cepat berasumsi klien mempunyai citra tubuh

yang buruk sebagai akibat kehilangan fungsi tubuh.Dari pengkajian

seluruh komponen konsep diri dapat disimpulkan masalah keperawatan,

yaitu:

a. Gangguan harga diri: harga diri rendah situasional atau kronik.

b. Gangguan citra tubuh.

c. Ideal diri tidak realitas.

d. Gangguan identitaspersonal.

e. Perubahan penampilan peran.

f. Ketidakberdayaan.

g. Isolasi sosial:menarik diri.

h. Risiko perilaku kekerasan.

49

Page 50: Makalah Konsep Diri HG3

3. Perencanaan

Setelah melakukan diagnosa, perawat, klien, dan keluarganya harus

merencanakan perawatan yang diarahkan pada membantu klien meraih

kembali atau mempertahankan konsep diri yang sehat.Rencana perawatan

didasarkan pada tujuan dan hasil yang diperkirakan.Jika klien dirawat

dalam waktu yang singkat di fasilitas perawatan kesehatan, mungkin tidak

cukup waktu yang tersedia untuk membentuk kembali citra tubuh,

sehingga jika klien tidak dapat menyelesaikan masalah sampai waktu

pemulangan, rujukan ke sumber komunitas harus dianjurkan.Contohnya,

klinik kesehatan komunitas psikiatri, kelompok pendukung, dan layanan

konseling keluarga.

Setelah menentukan tujuan perawatan, perawat merencanakan

strategi yang ditujukan untuk penyelesaian diagnosa

keperawatan.Contohnya, dalam kasus gangguan citra tubuh berhubungan

dengan persepsi negatif terhadap diri setelah histerektomi, maka intervensi

perawat ditujukan untuk membantu klien mencapai kembali

feminimitasnya dan menerima perubahan fisiknya. Strategi yang dibuat

yaitu klien membutuhkan dukungan untuk memahami sifat penyakit dan

mengenali bahwa kehidupan normal akan dapat dipertahankan.

Rencana perawatan menyajikan tujuan, hasil yang diharapkan, dan

intevensi untuk klien dengan gangguan konsep diri.Intervensi difokuskan

untuk membantu klien dalam mengadaptasi stresor yang menyebabkan

gangguan konsep diri dan dorongan perkembangan metoda koping.

Contoh rencana asuhan keperawatan untuk gangguan konsep diri:

Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan

persepsi negatif tentang diri setelah menjalani mastektomi.

Definisi: Gangguan citra tubuh adalah gangguan dalam caraindividu

menyerap citra tubuhnya.

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Klien akan Klien Ajarkan Dengan memberikan

50

Page 51: Makalah Konsep Diri HG3

mengungkapka

n aspek positif,

dan realitas

tentang citra

tubuhnya

sampai waktu

pemulangan

(diperkirakan

24/3)

menyatakan

efek positif

dari

pembedahan

sampai 22/3

Klien mampu

melihat insisi

operasinya

sampai 24/3

tentang efek

fisik dan

fisiologi dari

histerektomi

abdominal

(19/3)

Berikan

dorongan

pada klien

untuk

memandang

dan

menyentuh

area

abdomen

selama mandi

informasi yang jelas

tentang efek setelah

histerektomi

menghilangkan salah

pengertian dan mitos

yang diakibatan oleh

pembedahan. Hal ini

juga menekankan

aspek positif

prosedur. Dengan

melibatkan anggota

keluarga akan

membantu

memastikan

penegasan informasi

dan dukungan bagi

klien.

Mempersonalisasikan

kehilangan bagian

tubuh

4. Implementasi

51

Page 52: Makalah Konsep Diri HG3

Menciptakan lingkungan dan hubungan yang terapeutik serta

mendukung penggalian diri penting untuk mengintervensi klien yang

mempunyai masalah konsep diri.Perawat harus jelas dan tulus

menunjukkan perawatannya kepada klien. Kemudian akan berkembang

rasa saling percaya untuk memberdayakan perawat bermitra dengan klien

dalam menetapkan intervensi.

a. Menciptakan lingkungan terapeutik

Klien membutuhkan lingkungan yang aman, tidak menghakimi,

dan mendukung. Cara untuk menciptakan dukungan adalah menerima

klien dan memahami bahwa kemarahan yang ditujukan pada individu

atau hal lain bukan di bawah kontrol individu sering ditujukan pada

orang terdekat.

Aktivitas perawatan kesehatan sehari-hari dapat menurunkan

konsep diri klien karena klien mengalami perubahan peran dan

penurunan harga diri (ketergantungan pada pemberi

perawatan).Dengan mendorong kunjungan dari teman-teman dan

keluarga, klien terbantu untuk mempertahankan peran yang lazim

diterimanya.

b. Membina hubungan terapeutik

Pada kasus klien dengan gangguan harga diri, penting untuk

menetapkan perasaan penerimaan terhadap individu, menciptakan rasa

harmoni dengan cara yang hangat, ramah, senyum, dan kontak mata.

Cara membina hubungan terapeutik:

1) Jangan menghakimi, tunjukkan penerimaan terhadap klien.

2) Bangun hubungan berdasarkan minat atau pengalaman yang

lazim saat interaksi.

3) Beri klien perhatian penuh, dengarkan dengan cermat, dan

tunjukkan bahwa perawat memiliki waktu untuk mendengarkan.

4) Adopsi terminologi klien sebanyak mungkin.

c. Mendukung eksplorasi diri

52

Page 53: Makalah Konsep Diri HG3

Dorongan eksplorasi diri klien tercapai dengan menerima perasaan

dan pikiran klien dengan membantu klien mengklarifikasi interaksi

dengan orang lain dan empati. Dorongan ini menguatkan konsep diri

klien, mengurangi ansietas, dan menunjukkan bahwa klien mempunyai

kontrol.Bantu klien mengevaluasi diri mencakup membantu klien

mendefinisikan masalah dan mengidentifikasi mekanisme koping

positif dan negatif.

Perawat bekerja sama dengan klien untuk menganalisis respon

adaptif dan maladaptif, membedakan alternatif, dan mendiskusikan

hasil. Stuart dan Sundeen (1991) dalam Potter dan Perry (2005),

menyimpulkan intervensi keperawatan yang tepat untuk

mengikutsertakan klien dalam mengeksplorasi diri:

1) Peningkatan kesadaran diri.

2) Eksplorasi diri.

3) Evaluasi diri.

4) Perumusan tujuan yang realistik.

5) Tanggung jawab pada tujuan dan pencapaian melalui tindakan.

6) Pengenalan terhadap pencapaian tujuan dan evaluasi terhadap

tujuan yang tidak tercapai.

7) Perumusan kembali rencana untuk mencapai tujuan.

Contoh tindakan keperawatan:

Setiap tingkat intervensi mencakup tujuan dan tindakan klien

khusus. Salah satu contoh tingkat intervensi keperawatan untuk gangguan

konsep diri:

Prinsip Rasional Tindakan keperawatan

Bekerja dengan

sumber yang dimiliki

klien

Beberapa sumber,

seperti kontrol diri

dan persepsi diri,

dibutuhkan sebagai

dasar untuk asuhan

1) Pastikan identitas.

2) Berikan tindakan

pendukung untuk

mengurangi

ansietas.

3) Perlakuan klien

53

Page 54: Makalah Konsep Diri HG3

Memaksimalkan

partisipasi klien dalam

hubungan terapeutik.

keperawatan lanjut

Kebersamaan perlu

untuk klien

melakukan tanggung

jawab tertinggi untuk

perilaku dan respon

koping.

dalam cara tindak

melanjut.

4) Terima dan

upayakan untuk

mengklarifikasi

komunikasi verbal

atau nonverbal.

5) Cegah isolasi

klien.

6) Bantu menetapkan

rutinitas

sederhana.

7) Bantu menyusun

batasan pada

perilaku yang

tidak tepat.

1) Secara bertahap

tingkatkan

aktivitas dan tugas

yang memberikan

pengalaman

positif.

2) Bantu dalam

higiene personal

dan berpakaian.

3) Dorong klien

untuk merawat

diri.

4) Secara bertahap

tingkatkan

partisipasi klien

54

Page 55: Makalah Konsep Diri HG3

dalam keputusan

yang

mempengaruhi

perawatan.

5) Tunjukkan bahwa

klien adalah

individu yang

bertanggung

jawab.

5. Evaluasi

Keberhasilan dalam memenuhi setiap tujuan klien memerlukan

penggunaan kriteria evaluasi objektif.Hasil yang diinginkan klien dengan

gangguan konsep diri dapat mencakup pernyataan penerimaan diri dan

penerimaan terhadap perubahan dalam penampilan atau fungsi.Interaksi

sosial, perawatan diri yang adekuat, penerimaan penggunaan atau

prostetik, dan pernyataan yang menunjukkan pemahaman tentang

penyuluhan, semua menunjukkan kemajuan.Sikap positif ke arah

rehabilitasi dan peningkatan gerakan ke arah kemandirian memudahkan

kembalinya pada peran sebelumnya.Pengaturan ulang konsep diri

memerlukan waktu.Meskipun perubahan lambat, perawatan klien dengan

gangguan konsep diri dapat memberikan dampak positif.

55

Page 56: Makalah Konsep Diri HG3

BAB 3

KASUS

Kasus

Seorang wanita 25 tahun, dirawat di ruang bedah untuk rencana operasi

pengangkatan rahim satu minggu yang akan datang. Saat bertemu perawat, pasien

mengatakan tidak bisa tidur dan sudah dua hari mengalami diare. Klien tampak

bicara cepat dan sering meremas tangan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

menunjukkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 100x/menit, pernapasan

25x/menit. Suami pasien mengatakan sudah menikah selama enam tahun, namun

belum dikarunia anak. Mertua pasien mengharapkan cucu karena suami pasien

merupakan anak tunggal.

Pembahasan

A. Pengkajian

Proses pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam asuhan

keperawatan. Pada tahap ini, perawat harus melihat secara komprehensif

biopsikososial klien dari sikap, perilaku, dan perasaan klien. Segala bentuk

perilaku klien yang menunjukkan perubahan konsep diri dapat dilihat dari

beberapa indikator, diantaranya identitas diri, citra diri, dan penampilan peran.

Pengkajian klien dimulai dari data subjektif yang ditunjukkan oleh

klien, berupa perubahan sikap seperti klien bicara cepat dan sering meremas

tangan, perubahan kesehatan yaitu sudah dua hari mengalami diare, dan

perubahan perilaku tidak bisa tidur. Selain pengamatan secara subjektif,

perawat juga mendapatkan data objektif yaitu tanda-tanda vital klien yang

menunjukkan TD 150/100 mmHg, nadi 110x/menit, serta pernapasan

56

Page 57: Makalah Konsep Diri HG3

25x/menit. Berdasarkan data objektif yang didapatkan, semuanya tidak

normal.

Data subjektif maupun objektif yang telah didapatkan perawat, dapat

dikatakan bahwa klien sedang mengalami gangguan kesehatan biopsikososial.

Berdasarkan data-data tersebut, bila merujuk pada NANDA 2012-2014, klien

mengalami ansietas. Hal ini dapat ditunjukkan pada perilaku klien yang tidak

bisa tidur, secara fisiologis dapat dilihat bahwa klien berbicara dengan cepat

sambil meremas tangannya. Selain itu, dapat dilihat juga dari efek simpatis,

pada klien yang ansietas, jantung akan berdebar-debar dan tekanan darahnya

akan meningkat seperti pada kasus 150/100 mmHg, begitu pun dengan

peningkatan nadi 110x/menit yang normalnya hanya 80-100x/menit,

peningkatan pernapasan hingga 25x/menit, dan klien juga mengalami diare

selama 2 hari. Seseorang yang sedang mengalami ansietas, kebutuhan

energinya akan meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi pada tubuh, akan

mengganggu proses pencernaan klien. Gangguan yang terjadi berupa gerakan

peristaltik yang semakin cepat, namun kegiatan absorpsi air melemah,

sehingga ekskresi fekal yang berlebihan.

Beberapa tanda perubahan tersebut dapat mengindikasikan bahwa

klien pada saat itu mengalami perubahan konsep diri aktual, salah satunya

dengan menunjukkan ansietas. Ansietas muncul sebelum klien mengalami

histerektomi. Ketika klien merasa takut berhadapan dengan ancaman fisik

seperti tingkat keberhasilan proses pembedahan tersebut. Ansietas sebelum

pembedahan biasanya juga mengalami perasaan yang tidak menentu dan tidak

diketahui oleh individu secara tidak sadar, bila pada kasus sebelum menjalani

histerektomi (Judith & Nancy, 2012).Selain ansietas, klien juga berisiko

mengalami harga diri rendah. Hal ini ditunjang oleh penampilan diri klien di

masa yang datang karena klien telah kehilangan rahimnya. Oleh karena itu,

perlu penananganan lebih lanjut pasca histerektomi, agar kepercayaan diri

klien tetap terjaga.

Asuhan Keperawatan

57

Page 58: Makalah Konsep Diri HG3

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi

Ansietas • Ansietas

berkurang dalam

waktu 2 hari,

dibuktikan

dengan tingkat

ansietas ringan

hingga sedang,

gejala diare,

susah tidur,

bicara cepat, dan

meremas tangan

dapat berkurang.

Klien

menunjukkan

pengendalian diri

terhadap

ansietas,

konsentrasi, dan

dapat

melaksanakan

kopingnya.

•Klien dapat

melakukan

aktivitas sehari-

hari meskipun

dalam kecemasan

seperti makan.

• Klien dapat

mengidentifikasi

gejala-gejala

1. Bimbingan

antisipasi ansietas dan

harga diri rendah

dengan

mempersiapkan klien

menghadapi

gangguan konsep diri

dengan melakukan

hubungan terapeutik

antara keluarga dan

klien.

2. Beri dukungan

emosi dengan

melakukan

komunikasi terapeutik

secara intensif dengan

mendengarkan klien.

3. Lakukan

diskusi tentang

aktivitas apa saja

yang biasa dilakukan

klien dan bantu klien

beradaptasi dengan

lingkungannya.

4. Lakukan

teknik distraksi

seperti menonton

televisi, teknik

imajinasi (Antal &

Kresevic, 2004 dalam

Judith & Nancy,

1. Hubungan

terapeutik antara

perawat-keluarga

klien-klien dapat

membantu

meningkatkan

kepercayaan diri

klien dalam

memperbaiki

konsep dirinya.

2. Menurunka

n tingkat

kekhawatiran,

ketakutan, atau

perasaan yang tidak

tenang klien dan

keluarga serta

membantu klien

mengekspresikanny

a secara verbal dan

nonverbal.

3. Mengidentif

ikasi mekanisme

koping yang tepat.

4. Menurunka

n ansietas dan

memperluas focus

5. Membantu

klien beradaptasi

dengan persepsi

1. Ting

kat

ansietas

menurun

dengan

klien

dapat

memperba

iki

komunika

si verbal

dan non

verbalnya,

pengendal

ian diri

yang

optimal

serta hasil

pemeriksa

an TTV

normal

dan gejala

susah

tidur,

diare

dapat

berkurang

.

2. Ting

kat ansietas

58

Page 59: Makalah Konsep Diri HG3

ansietas.

•Klien dapat

mengomunikasika

n kebutuhan dan

perasaan negatif

secara tepat.

•Klien dapat

mengidentifikasi

tindakan yang

dapat

meningkatkan

kualitas tidurnya

•Tanda-tanda vital

dalam batas

normal.

2012) dan relaksasi

preogresif .

• Berdiskusi klien

memfokuskan pada

situasi saat ini dengan

mendampingi klien.

• Lakukan koping

sesuai dengan klien di

waktu yang tepat.

• Monitor tanda-tanda

vital klien.

• Berikan dukungan

kepada klien dan

keluarga dengan

memberikan

penjelasan tentang

keadaan klien yang

sebenarnya yang

merupakan dampak

dari histerektomi

serta

menginformasikan

gejala ansietas.

stressor,

perubahan, atau

ancaman yang

menghambat

konsep diri.

6. menjaga

keadaan fisik klien

dalam batas

normal.

7. Klien dan

keluarga dapat

menerima keadaan

klien dan dapat

mengantisipasi

ansietas.

menurun

dengan

klien dapat

memperbaik

i

komunikasi

verbal dan

non

verbalnya,

pengendalia

n diri yang

optimal

serta hasil

pemeriksaan

TTV normal

dan gejala

susah tidur,

diare dapat

berkurang.

3. Klien

dapat

melakukan

koping

secara

efektif,

mampu

melakukan

perawatan

diri, dan

mampu

mengidentif

ikasi gejala

59

Page 60: Makalah Konsep Diri HG3

ansietas.

Risiko

harga diri

rendah

• Klien dapat

mempertahankan

harga dirinya

secara stabil,

dengan

penerimaan

penampilan

dengan

perawatan diri

serta memelihara

interaksi sosial

dan hubungan

personal

• Klien dapat

beradaptasi

antara keadaan

fisiknya dengan

lingkungan.

• Tingkatkan

motivasi klien.

• Meningkatkan

harga diri klien.

• Klien

mampu

menjalanka

n perannya

di

lingkungan

60

Page 61: Makalah Konsep Diri HG3

BAB 4

PEMBAHASAN

Diagnosa keperawatan pada kasus di atas adalah ansietas klien

sebelum mengalami histerektomi dan risiko harga diri rendah yang dialami

klien pasca histerektomi.Perawat perlu melakukan pengkajian secara

menyeluruh dengan keadaan klien, baik fisik, psikologis, maupun sosial.

Secara psikologis, kemungkinan klien juga berisiko mengalami krisis

konsep diri setelah menjalani histerektomi.Diagnosa keperawatan yang tepat

yaitu risiko harga diri rendah.Perasaan harga diri rendah merupakan awal dari

respon konsep diri yang negatif pada seseorang.Harga diri adalah penilaian

individu tentang pencapaian diri sesuai dengan ideal diri atau harapan yang

menghasilkan perasaan berharga.Harga diri yang rendah terjadi ketika

seseorang merasa dirinya gagal dan tidak berharga untuk dapat diterima oleh

orang lain dan lingkungannya. Hal ini diakibatkan oleh perasaan yang terus

menerus negatif terhadap diri sendiri sehingga menyebabkan hilangnya

kepercayaan dan kemampuan diri.

Harga diri rendah dapat diwujudkan dalam bentuk penerimaan klien

terhadap dirinya sendiri.Bagaimanareaksi penerimaan klien terhadap

perubahan yang terjadi dalam tubuhnya dan apakah akan berpengaruh pada

konsep diri klien yang terlihat dari sikap dan perilakunya. Jika dilihat dari

proses perkembangan konsep diri, karakteristik personal mempengaruhi

harapan diri seseorang pada waktu dan kondisi tertentu.

Persepsi terhadap kejadian yang berdampak pada dirinya dalam proses

perkembangan konsep diri juga akan mempengaruhi penampilan peran

klien.Klien akan merasakan kehilangan peran sesuai dengan harapan dan

61

Page 62: Makalah Konsep Diri HG3

perannya saat itu. Kehilangan salah satu anggota tubuh atau rusaknya salah

satu anggota tubuh akan mempengaruhi rasa takut klien bila terjadi penolakan

lingkungan terhadap dirinya. Hal ini berakibat mengganggu pandangan klien

tentang identitas dirinya dan perannya dalam keluarga. Penampilan peran

seseorang di lingkungan yang beranggapan bahwa citra tubuhnya kurang baik,

akan berfokus pada masalah tersebut sehingga kehilangan perannya di

lingkungan sekitar.Harapan klien pada masa itu adalah perannya menjadi

seorang ibu, namun pada kenyataannya, klien akan mengalami histerektomi

(operasi pengangkatan rahim).

Kehilangan aspek dalam diri secara fisik, fisiologis, atau psikologis

dapat menurunkan kesejahteraan individu.Individu tersebut tidak hanya

mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami

perubahan citra tubuh.Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan persepsi

negatif tentang penampilan fisik mereka.Perasaan malu yang kuat, kesadaran

diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah

perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran

negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas,

mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan

menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya, reaksi negatif tersebut

berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).

Persepsi klien jugaakan mempengaruhi klien dalam memandang citra

tubuhnya yang berbeda dengan wanita pada umumnya, karena histerektomi

yang akan merubah struktur dan fungsi fisik klien. Selain indikator konsep diri

seperti identitas, citra tubuh, dan penampilan peran, stresor lain juga dialami

klien. Dalam kasus disebutkan bahwa klien mempunyai suami yang

merupakan anak tunggal dan orang tua dari suaminya tersebut sudah

menginginkan cucu dari klien dan suaminya.Hal ini dapat berakibat pada

perubahan konsep diri klien dalam bentuk harga diri rendah karena klien

menganggap bahwa dirinya tidak dapat memberikan yang terbaik pada

keluarganya, dalam hal ini memberikan seorang cucu.

62

Page 63: Makalah Konsep Diri HG3

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri merupakan gambaran atau pandangan individu mengenai apa

yang ada pada dirinya baik itu secara pemikiran, maupun perbuatan. Individu

yang memiliki konsep diri yang positif maka akan mampu menerima berbagai

hambatan dan segera melakukan perubahan dari yang negatif menjadi positif,

individu ini juga akan bertahan pada tatanan lingkungan disekitarnya.

Sebaliknya, individu yang masih memiliki konsep diri yang negatif maka tidak

akan mampu menerima segala hambatan, sehingga akan berfokus pada hal

yang sebenarnya kurang penting untuk dipikirkan.Hal ini disebabkan karena

tidak sehatnya hati, jiwa dan pemikirannya, sehingga akan muncul perilaku

yang kurang baik terlebih bisa melakukan hal-hal negatif kepada orang lain.

Umumnya, sejak kecil konsep diri sudah ditata sedemikian rupa dari

orangtua kepada anak-anaknya, namun peran orangtua lebih dari sekadar

menata konsep diri anak karena dalam perjalanan hidup anak harus tetap

dikontrol dan dipertahankan oleh orang-orang disekitarnya terutama orangtua.

Hal ini untuk memudahkan perkembangan konsep diri anak yang lebih

berpotensi untuk memberi kebermanfaatan sekaligus menunjukkan kepribadian

yang sehat jasmani maupun rohani. Oleh sebab itu, diperlukan keseimbangan

dan keselarasan konsep diri yang baik untuk menghindari konsep diri yang

negatif. Berusaha maksimal dan terus pantau kondisi dalam sepanjang rentang

kehidupan.

63

Page 64: Makalah Konsep Diri HG3

B. Saran

Konsep diri wajib dimiliki oleh semua individu dalam kehidupan. Hal ini

untuk menunjukkan identitas diri dan menghasilkan perilaku yang positif.

Sebagai perawat yang profesional, sudah sewajarnya sebelum perawat

membantu membentuk kembali konsep diri positif pada klien, perawat terlebih

dahulu mengatur serta membentuk konsep diri yang seutuhnya positif, hal ini

akan memudahkan perawat ketika akan berkerja sesuai porsinya kepada klien.

Oleh karena itu, sehatkan jiwa dengan berpikir positif yang terpelihara, dengan

demikian pikiran akan positif dan menghasilkan perilaku yang positif untuk

orang-orang disekitarnya.

64

Page 65: Makalah Konsep Diri HG3

Daftar Pustaka

Alwisol.(2005). Psikologi kepribadian. Malang: Penerbit Universitas

Muhammadiyah Malang.

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Azis R, dkk. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.

Amino Gondoutomo.

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosis keperawatan: aplikasi pada praktik

klinis.Ed.9.Jakarta: EGC.

Christense, Paula J. Kenney, Janet W. (2009).Proses keperawatan (aplikasi model

konseptual). Ed.4. Jakarta: EGC.

DeLaune, Sue, C., Ladner, Patricia, K. (2002). Fundamentals of Nursing.2thed.

USA: Delmar Thompson Learning.

Keliat, B.A. (1994). Gangguan konsep diri. Jakarta: EGC.

Kozier, B., et al. (2001). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process, and

Practice. 5th Ed. New Jersey: Addison-Wesley Nursing.

Kozier, B., et al. (2004). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process, and

Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education.

Leary, M.R. (2012). Handbook of self and identity. 2nd Ed. New York: Guilford

Press.

Megaton, Yuri. Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan

Pendidikan Menengah Jilid II. Jakarta : Grasindo.

65

Page 66: Makalah Konsep Diri HG3

Murdoko, W.H. (2006). Personal quality management: Mengefektifkan

pengelolaan diri dengan mengaktifkan empat pilar kualitas pribadi. Jakarta:

Elex Media Komputindo Gramedia

Mustikasari, Achir Yani S. Hamid, dan Yossie Susanti Eka Putri. Konsep diri

pada klien dewasa. PPT Ceramah Umum KD 4.

Pamela, Elizabeth & Waruwu, Fidelis E. (2006).Efektivitas LVEP (Living Values:

an Educational Program) dalam meningkatkan harga diri remaja akhir.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Potter, P. A & Perry, A.G.(2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process,

and Practice.Ed.4. Jakarta: EGC.

Potter, P.A., and Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing. 6th Ed. Missouri:

Mosby.

Potter, P.A., and Perry, A.G. (2009). Fundamental Of Nursing, 7th Ed. Missouri:

Mosby

Puspasari Amaryllia. (2007). Mengukur konsep diri anak. Jakarta : PT. Elex

Media Komputindo.

Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../1763/BAB%20II.docx?...(diakses 25

februari 2012).

Semiun, Yustinus. (2006).Teori kepribadian & terapi psikoanalitik freud.

Yogyakarta: Kanisius.

Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice Psychiatric

Nursing. 8th Ed. Missouri: Mosby.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila , L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith.M & Ahern, Nancy.R. (2012). Buku saku diagnosis

keperawatan edisi 9 terjemahan. Jakarta: EGC.

66

Page 67: Makalah Konsep Diri HG3

Wong, Donna. L. (2009).Wong's Essentials Of Pediatric Nursin. 6th Ed. Missouri:

Mosby.

Lampiran 1

STRATEGI PELAKSANAAN

Kasus

Tn.Z (30 tahun) berprofesi sebagai seorang pelukis. Ia melukis sejak kecil dan

menjadikan lukisannya tersebut sebagai pendapatan utama keluarga hingga

sekarang berkeluarga hanya ia yang dapat menafkahkan kehidupannya dalam

keluarga. Namun, setelah ia membeli peralatan lukis untuk acara pagelaran, ia

mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan dirinya terhempas ke jalan raya

sejauh 8m. Kecelakaan itu mengakibatkan lengan kanan bawah diamputasi karena

terlindas mobil yang sedang melaju kencang. Saat ini Tn Z masih dirawat di

rumah sakit pasca operasi. Tn. Z mengeluh karena dia tidak bisa lagi melanjutkan

aktivitas melukis seperti biasa untuk menafkahkan keluarganya (1 orang istri

sebagai ibu rumah tangga, 2 orang anak sebagai pelajar).

Diagnosa Keperawatan:

Keputusasaan yang disebabkan hilangnya anggota tubuh

Rencana Tindakan Keperawatan:

Memotivasi klien untuk tidak putus asa dan melakukan hal positif dengan

kemampuan yang dimiliki saat ini

Fase Orientasi

67

Page 68: Makalah Konsep Diri HG3

Assalamu’alaikum bapak ? Perkenalkan Saya Suster Anggi. Nama Bapak

siapa? Bapak senang dipanggil apa? Oke, Bapak Z. Bagaimana keadaanBapak

pagi ini?Saya adalah perawat yang akan merawat Bapak hari ini dari pkl 09.00

WIB s.d pkl 12.00 WIB. Lewat dari jam tersebut, Bapak akan dirawat oleh rekan

Saya yang lain, tetapi keesokkan harinya kita akan bertemu kembali. Bapak

bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan bapak saat ini? Baik

jika bapak bersedia, Bapak ingin kita berbincang-bincang dimana? Oke Bapak

kalau begitu kita akan berbincang-bincang disini dan berapa lama waktu yang

Bapak butuhkan? Oke kalau begitu selama 10 menit kita akan berbincang-bincang

ya pak.

Fase Kerja

Bapak Z, tadi bapak mengatakan bahwa bapak merasa sedih, apa yang

membuat bapak merasa sedih ? oh, bapak sedih karena bapak baru kehilangan

tangan kanan bapak.Lalu, apakah ada lagi yang Bapak rasakan?Oh, jadi Bapak

merasa bingung ya karena Bapak tidak bisa melukis lagi dan bekerja untuk

menafkahi keluarga Bapak. Bapak jangan merasa bingung dan sedih karena

sebenarnya masih banyak kegiatan lain yang bisa Bapak lakukan. Selain melukis,

apakah ada kegiatan lain yang Bapak senangi? Baiklah saya buat daftarnya ya

pak. Wah, bagus sekali Bapak, ada dua kegiatan yang Bapak senangi yaitu

menulis dan jogging. Bapak, dari dua kegiatan ini kira-kira mana yang bapak

inginkan dan bisa dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat apakah yang pertama

yaitu menulis bisa dilakukan ? Kalau yang kedua jogging bagaimana pak ? Bagus

sekali pak ada dua kegiatan yang bisa dikerjakan di rumah sakit. Coba sekarang

Bapak pilih satu kegiatan dari dua kegiatan yang bisa Bapak lakukan di rumah

sakit. Oke jadi pilihan kedua ya Bapak yaitu jogging. Kegiatan yang bapak pilih

baik sekali karena kegiatan ini dapat memperlancar peredaran darah bapak dan

mencegah luka tekan karena terlalu sering di tempat tidur. Bagaimana kalau

sekarang kita berjalan-jalan disekitar rumah sakit ini. Apakah Bapak bersedia ?

Baik Bapak.

68

Page 69: Makalah Konsep Diri HG3

Fase Terminasi

Bagaimana perasaan Bapak Z setelah kita bercakap-cakap dan dan

berjalan-jalan? Ya, Bapak Z ternyata memiliki banyak kemampuan yang bisa

dilakukan di rumah sakit. Apakah bapak bisa jelaskan lagi apa manfaat dari

jogging ? Benar sekali Bapak. Kegiatan Bapak bisa dilakukan kembali ketika di

rumah nanti. Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian Bapak Z. Bapak

mau berapa kali sehari untuk berjalan-jalan atau jogging? Bagus sekali Bapak

yaitu pagi dan sore hari. Besok pagi saya akan kembali lagi untuk melihat

berkembangan Bapak dan kita juga bisa latihan kemampuan yang kedua. Waktu

sudah 10 menit bapak dan saya permisi pamit. Tapi sebelumnya apakah ada

keluhan lain pak ? Baik kalau tidak ada, selamat pagi.

69