MAKALAH KmbR

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah , jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringang lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Burner at all, 2002). Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004). 1

description

geywefbgfjufgngergju

Transcript of MAKALAH KmbR

Page 1: MAKALAH KmbR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar

dari pada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh

pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan

kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah , jaringan di sekitarnya juga

akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringang lunak, perdarahan ke

otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan

kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat

gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Burner at

all, 2002).

Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang

tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L.

Wong, 2004).

Sekitar tahun 1951 diperkenalkan satu bedah orthopedi yang

ditemukan oleh Gavriel Ilizarov, seorang ahli ortopedik asal Rusia. Teknik

yang dikenal dengan nama “ Ilizarov “ Selama ini, operasi yang dilakukan

di Indonesia masih menggunakan metode ilizarov. Metode itu digunakan

untuk mengoreksi bentuk kaki yang tidak simetris atau dikenal dengan

istilah osteogenesis distraksi. Caranya, dengan melakukan pembukaan

tulang dari luar ke dalam. ''Kelemahannya, pasien merasa tidak nyaman,

1

Page 2: MAKALAH KmbR

luka sayatan pun menjadi lebih besar, proses penyembuhannya menjadi

lebih lama, bila tidak hati-hati, bisa timbul infeksi.

Sekarang telah diketemukan metode pembedahan tulang baru yang

disebut dengan metode “ Fitbone “.Berbeda dengan Ilizarov, metode

fitbone dilakukan pertama kali di Singapura pada Tahun 2001, teknik

fitbone ini merupakan teknik dengan teknologi tinggi dan efek samping

yang sangat kecil. Selain itu, teknik ini bisa membuat pasien kembali

beraktivitas seperti semula.

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama

dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan

kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan

perbandingan wanita denga pria sebesar 3 : 1. kecenderungan wanita untuk

menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang

sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor

keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada

penyakit ini.

Artritis Reumatoid (AR) salah satu dari beberapa penyakit rematik

adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan

pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap,

suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya

waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan

kerusakan total sendi. Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai

organ tubuh.

2

Page 3: MAKALAH KmbR

Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik

(keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya

adalah akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah ke

membran yang berada disekitar sendi.

Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang

hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya

kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang

menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik,

hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam

menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR yang

sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini yaitu untuk :

1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Asuhan

Keperawatan dengan klien Bedah Orthopedi.

2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Asuhan

Keperawatan dengan klien Fraktur.

3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Asuhan

Keperawatan dengan klien Rheumatoid Arthritis.

3

Page 4: MAKALAH KmbR

BAB II

PEMBAHASAN

1. BEDAH ORTOPEDI

1.a Pengertian

Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan

pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan stuktur

yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem

muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik (Dorland, 1998).

Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi

disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas,

dislokasi sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta

sistem muskuloskeletal (Brunner & Suddart).

1.b) Macam-macam gangguan Orthopedi fraktur

adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150 klasifikasi

fraktur, 5 diantaranya adalah;

1. Inclomplete: fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang

tulang. Salah satu sisi patah, yang lain biasanya hanya bengkok atau

greenstick.

b) Complete: garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari

tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.

c) Tertutup (simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit

d) Terbuka (compound) : fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,

dimana potensian untuk terjadi infeksi.

4

Page 5: MAKALAH KmbR

e) Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang atau seperti kanker,

osteoporosis, dengan tak ada trauma atau hanya minimal.

1.c). Jenis-jenis Pembedahan

1. Graft Tulang

Penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk

memperbaiki penyembuhan untuk menstabilisasi atau mengganti tulang

yang berpenyakit.

2. Amputasi

Adalah pengangkatan / pemotongan / pembuangan sebagian anggota

tubuh / gerak yang disebabkam karena adanya trauma, gangguan peredaran

darah, osteomielitis, kanker melalui tindakan pembedahan.

3. Artroplasti

Adalah memperbaiki masalah sendi dengan arthostop (suatu alat

yang memungkinkan ahli bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan

yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka

4. Menisektomi

Adalah eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

5. Penggantian sendi

Adalah penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau

sintetis.

6. Reduksi terbuka

Melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah

setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang

patah.

5

Page 6: MAKALAH KmbR

1.d). Komplikasi

1.Syok Hipovolemik

Kehilangan darah besar-besaran selama atau setelah pembedahan, dapat

mengakibatakan syok hipovolemik. Pantau kondisi klien setelah pembedahan

bila klien mengalami syok hipovoemik. Identifikasi tanda dan gejala awal

syok, misal peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah dan keluaran

urin kurang dari 30 ml/jam, gelisah, perubahan kesadaran, rasa haus,

penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit darah.

2. Atelaktasis dan pnemonia

Pada pasien pre dan post bedah sering mengalami gangguan pernafasan.

Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan sekresi

pernafasan dan terjadinya atelaktasis dan pnemonia.

Anjurkan klien latihan napas dalam an batuk efektif serta pantau suara

paru. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan sekresi

pernapasan dan terjadinya atelektasis serta pneumonia. Bila diindikasikan

menggunakan spirometri intensif, anjurkan klien untuk menggunakannya. Bila

muncul tanda gangguan pernapasan misalpeningkatan frekuensi pernapasa,

batuk produktif, suara napas menurun dan jauh, serta demam, segera lapor ke

dokter ahli bedah.

3. Retensi urine

Haluaran urin harus dipantau setelah pembedahan setiap jam. Anjurkan

klien untuk BAK 3 sampai 4 jam sekali untuk mencegah retensi urin dan

distensi kandung kemih. Berikan privasi selama klien BAK dalam posisi yang

6

Page 7: MAKALAH KmbR

tidak biasa. Gunakan pispot khusus, misalnya untuk klien fraktur, biasanya

akan lebih nyaman dibanding dengan pispot jenis lain.

4.Infeksi

Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan, bahkan pada semua

tindakan invasif. Resiko Infeksi akibat tindakan invasif mencapai 80%. Infeksi

merupakan perhatian khusus terutama pada klien pascaoperasi ortopedi karena

tingginya resiko osteomielitis. Ostheomilitis sering memerlukan pemberian

antibiotikintravena jangka panjang.

Segera mungkin tulang, prostesis dan alat fiksasi interna yang terinfeksi

hrus diangkat. Itulah sebabnya, antibiotik sistemik diberikan selama

perioperatif dan pascaoperatif. Kaji respon klien terhadap penggunaan

antibiotik. Pertahankanlah tehnik aseptik pada saat mengganti balutan dan

mmengeringkan cairan.

5. Trombosis Vena Profunda

Penyakit trombeobolik merupakan salah satu dari semua komplikasi yang

paling sering dan paling berbahaya pada pasien pasca operasi orthopedic.

Pencegahan trombosis vena dapat dilakukan dengan latihan "pemompaan"

betis dan pergelangan kaki, pemakaian stoking elastis atau alatpenekan

berkala, hidrasi yang adekuat,dan mobilisasi awal. Dorong klien untuk minum

yang banyak agar mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang

menyertainya, yang akan mnyebabkan statis. Warfin profikalis atau heparin

dengan dosis yang disesuaikan dapat diberikan untuk mencegah trombosis

vena dalam, sedangkan aspirin tidak memperlihatkan efek profikalis yang

jelas terhadap adanya trombosis vena dalam ( Sabiston, David 2000 ).

7

Page 8: MAKALAH KmbR

1.e). Penatalaksanaan

Banyak pasien yang mengalami difungsi muskuloskletal harus menjalani

pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Maslah yang dapat dikoreksi

meliputi stabilisasi, fraktur, deformitas, penyaki sendi, jaringan infeksi atau

nekrosis, gangguan peredaran darah (missal : sindrom kompartemen) adanya

tumor. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah meliputi reduksi

terbuka dengan fiksasi interna (ORIF : open reduction and internal fixation)

untuk fraktur antroplasti, menisektomi, dan penggantian sendi untuk masalah

sendi, amputai untuk masalah extremitas berat (missal : ganggren trauma

pasif). Sasaran kebanyakan bedah orthopedic adalah memperbaiki fungsi

dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas sertamengurangi nyeri dan

distabilitas.

1.f). Pemeriksaan penunjang

1.f.a). Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Kadar Hb

3) Hitung darah putih

4) Kadar kalsium serum dan fosfor serum

5) Fosfatase asam dan fosfatase alkali

6) Kadar enzym serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat

aminotransferase

1.f.b). Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin

1.f.c). Pemeriksaan radiologi

8

Page 9: MAKALAH KmbR

1. Sinar-X

Sinar x standar akan menapakan perubahan struktural atau

fungsional pada tulang dan sendi yang secara umum yang digunakan untuk

menilai masala atau penyakit muskuloskeletal.).

2. Arthrography.

Arthrography akan memberikan visualisasi radiografik setelah udara dan

media kontras dimasukan ke sendi..

3. Myelography

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi kerusakan jaringan chorda spinalis

dan ujung–ujung syaraf.

4.Scan tulang.

Scan tulang memberikan tampilan gambar system tulang setelah injeksi

radioactive tracer.

5. Scan computed tomography (CT).

CT Scan dapat memberikan gambar irisan melintang dari jaringan lunak

dan tulang yang mengalami ketidaknormalan.

6. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

MRI menyediakan ganbar-ganbar yang sensitif yang dapat membedakan

antara jaringan solid, lemak, darah dan tulang.

7. Analisis Cairan Synovial .

Sebagian dari synovial diambil dengan jarum berlobang besar yang

dimasukan kedalam kapsul sendi. Cairan tersebut kemudian dianalisa

terhadap penyakit-penyakit sendi yaitu sepsis, perdarahan, inflamasi dan non

inflammasi.

9

Page 10: MAKALAH KmbR

2. Fraktur

2.a). Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis

dan luasnya yang terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar seperti

trauma atau tenaga fisik (Brunner & Suddarth, 2001).

2.b). Klasifikasi Fraktur

Jenis-jenis fraktur ada 4, yaitu:

1.Fraktur komplet, yaitu: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran (bergeser dari posisi yang normal)

2.Fraktur tidak komplet, yaitu: patah hanya terjadi pada sebagian dari garis

tengah tulang

3.Fraktur tertutup (fraktur simple), yaitu fraktur yang tidak menyebabkan

robeknya kulit

4.Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ komplit), yaitu fraktur dengan luka

pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.

Fraktur terbuka dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

a.Grade 1, dengan luka bersih yang kurang dari 1 cm.

b.Grade II, luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

c. Grade III, mengalami kerusakan jaringan lunak yang lebih berat

(Brunner & Suddarth, 2001)

2.b.1). Fraktur juga digolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen

tulang, yaitu:

10

Page 11: MAKALAH KmbR

a) Greenstick : Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-

anak. Dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain

membengkok dan kortek tulang dan periosteum masih utuh. Biasanya

akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi

yang normal.

b) Transversal : Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu

panjang tulang (sepanjang garis tengah tulang)

c) Oblik : Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang

d) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

e) Kominutif : serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana

terdapat lebih dari dua fragmen tulang

f) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

g) Kompressi/ impaksi : Fraktur ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga

yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan vertebra yang lain

h) Patologik : Fraktur yang terjadi pada tulang yang berpenyakit (kista

tulang, penyakit piaget, metastasis tulang, tumor)

i) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada

perlekatannya (Price & Wilson, 1995).

2.c). Penyebab

1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada

tempat tersebut

11

Page 12: MAKALAH KmbR

2. Trauma tidak langsung: dimana jarak antara titik tumpul benturan dengan

terjadinya fraktur berjauhan

3. Proses penyakit: kanker dan riketsia

4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat

mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang

5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga.

2.d).Manisfestasi Klinis

1.Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang

diimobilisasi. spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung

pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada

daerah fraktur dan dapat diminimalkan dengan bidai alamiah

2.Deformitas, akibat dari pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau

tungkai (perbedaan fungsi normal otot pada integritas tulang)

3.Pemendekan tulang yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat diatas

dan dibawah tempat fraktur

4.Krepitus, bunyi derik tulang yang dapat diperiksa dengan tangan. Hal ini

terjadi karena gesekan antara fragmen satu dengan yang lain. Uji krepitus ini

dapat berdampak kurang baik, terjadinya kerusakan jaringan lunak yang lebih

berat

5.Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit, terjadi akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur yang timbul beberapa jam setelah

kejadian.

12

Page 13: MAKALAH KmbR

6.Echimosis, ekstravasasi darah dalam jaringan subkutan (Brunner &

Suddarth, 2001)

2.e.). Komplikasi

1. Komplikasi awal

a) Syok hipovolemik/ traumatik, ketika terjadi fraktur (extremitas,

vertebra, pelvis, femur) yang mengakibatkan perdarahan dan

kehilangan cairan extrasel kemudian aliran darah berkurang di

jaringan yang rusak dan mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik

b) Sindrom emboli lemak

c) Sindrom kompartemen

d) Trombo emboli vena, berhubungan dengan penurunan aktivitas/

kontraksi otot/dan terapi antibiotik

e) Infeksi, biasanya pada fraktur terbuka, terjadi kontaminasi infeksi

sehingga perlu monitor tanda-tanda infeksi dan terapi antibiotik

2. Komplikasi lambat

a) Delayed union, proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang

diharapkan, biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan

dengan proses infeksi

b) Non union, proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi

pengobatan. Hal ini di sebabkan oleh fobrous union atau

pseudoarthrosis

c) Mal union, proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada

perubahan bentuk)

13

Page 14: MAKALAH KmbR

d) Nekrosis avaskuler di tulang, karena suplai darah menurun sehingga

menurunkan fungsi tulang

2.f). Prinsip Penangan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan

rehabilitasi.

1. Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umu; riwayat

kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan

kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.

2. Reduksi, mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk

mencegah jarinagn lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena

edema dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:

a) Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi,

dengan tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan

fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)

b) Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi,

dimana beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X

digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen

tulang

c) Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan

pergerakan, yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang

dan implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinue, pin dan tehnik gips.

14

Page 15: MAKALAH KmbR

3. Reposisi, setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi

atau dipertahankan dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat

dilakukan dengan cara fiksasi internal dan eksternal.

4. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi, dengan cara:

1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

2. Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan.

3. Memantau status neorovaskular.

4. Mengontrol kecemasan dan nyeri.

5. Latihan isometrik dan setting otot.

6. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari.

7. Kembali keaktivitas secara bertahap.

2.g.). Tindakan Pembedahan

2.g.1). ORIF (Open Reduction Internal Fixtation)

Melakukan insisi dan menyusun kembali bagian fraktur dengan visual

secara langsung. Reduksi terbuka merupakan pilihan pengobatan untuk

fraktur campuran yang di sertai dengan injury neurovaskuler yang berat atau

jika jaringan lunak berada di permukaan antara dua tulang. Internal fixation

membuat tulang menjadi imobil dan dapat mencegah deformitas pada tulang

tetapi bukan sebagai pengganti untuk penyembuhan tulang.

Metode pelaksanaan ORIF:

a) Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan

sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur

b) Fraktur diperiksa dan diteliti

15

Page 16: MAKALAH KmbR

c) Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

d) Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

e) Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat

ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku

Keuntungan:

1. Reduksi akurat

2. Stabilitas reduksi tinggi

3. Pemeriksaan struktur neurovaskuler

4. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

5. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi

lebih cepat

6. Rawat inap lebih singkat

7. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian: Kemungkinan terjadi infeksi dan Osteomielitis

2.g.2). Eksternal Fiksasi

a) Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan

kerusakan jaringan lunak (fraktur komplet pada humerus, lengan

bawah, femur, tibia dan pelvis

b) Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal,

biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama

c) Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.

16

Page 17: MAKALAH KmbR

d) Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke

tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan

dikuatkan pennya.

Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:

a) Observasi letak pen dan area

b) Observasi kemerahan, basah dan rembes

c) Observasi status neurovaskuler distal fraktur

2.h.). Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/ luas fraktur dan trauma

2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

3. Arteriogram : dilakukan jika di curigai adanya kerusakan vaskuler

4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi), atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma

multiple). SDP meningkat yang merupakan respon stres normal setelah

trauma

5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi

darah, tranfusi multipel atau cedera hati.

17

Page 18: MAKALAH KmbR

3. Artritis Reumatoid 

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi

membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis,

dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan

manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan

proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat

sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat

sendi secara simetris.

3.a). Penyebab / Etiologi Artritis Reumatoid

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.

Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan

faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi

seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis

reumatoid, yaitu:

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

2. Endokrin

3. Autoimmun

4. Metabolik

18

Page 19: MAKALAH KmbR

5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun

dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi

mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup

difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi

penderita.

3.b). Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang ditemukan pada

penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada

saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang

sangat bervariasi.

1).Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat

badan menurun dandemam.

2).Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama

pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak

melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi

diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.

3).Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum

tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan

kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang

biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1

jam.

19

Page 20: MAKALAH KmbR

4).Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada

gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan

pengikisan ditepi tulang .

5).Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan

penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang

telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah

beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki

terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi

metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami

pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan

ekstensi.

6). Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada

sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering

dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang

permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga

timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya

merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

.3.c). Pemeriksaan Diagnostik

Tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis.

Sebaliknya, rheumatoid arthritis adalah didiagnosis berdasarkan kombinasi dari

penyajian sendi yang terlibat, karakteristik kekakuan sendi pada pagi hari, adanya

faktor darah arthritis dan antibodi citrulline, serta temuan nodul rheumatoid dan

perubahan radiografi (X-ray pengujian ).

20

Page 21: MAKALAH KmbR

Langkah pertama dalam diagnosis rheumatoid arthritis adalah suatu

pertemuan antara dokter dan pasien. Dokter tinjauan sejarah gejala, memeriksa

sendi untuk peradangan, nyeri, pembengkakan, dan kelainan bentuk, kulit untuk

nodul rheumatoid (perusahaan benjolan dibawah kulit, paling sering selama siku

atau jari), dan bagian tubuh lain untuk peradangan, darah tertentu dan tes sinar-X

sering diperoleh. Diagnosis akan didasarkan pada pola gejala, distribusi sendi

meradang, dan darah serta temuan X-ray. Kunjungan Beberapa mungkin

diperlukan sebelum dokter dapat diagnosis tertentu. Seorang dokter dengan

pelatihan khusus dalam dan terkait penyakit radang sendi disebut rheumatologist .

3.d). Penatalaksanaan

Secara keseluruhan penyakit RA tidak dapat disembuhkan secara total.

Namun, berbagai pengobatan RA yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi

peradangan dan nyeri sendi, memaksimalkan fungsi sendi, mencegah pemburukan

kerusakan dan kelainan bentuk sendi. Mengingat RA adalah penyakit yang

progresif maka kunci keberhasilan pengobatannya adalah diagnosa dini dan

pengobatan awal yang progresif, yaitu sesegera mungkin menggunakan obat

pengubah perjalanan penyakit.

Tata laksana pengobatan RA secara dini dapat memperbaiki fungsi, menghentikan

kerusakan pada sendi dan mencegah ketidakmampuan untuk bekerja atau

kecacatan. Salah satu terobosan pengobatan yang dilakukan adalah dengan

menggunakan Bilogic Agent seperti Etanercept. Etanercept merupakan obat

bilogis yang menangkap atau menghambat suatu protein dalam tubuh yang

dinamakan Tumor Necrosis Alpha atau TNF Alpha yang menyebabkan

21

Page 22: MAKALAH KmbR

peradangan pada persendian. Dengan pemakaian Etanercept yang tepat, gejala RA

dapat secaa siginifikan dan seringkali secara cepat membaik. Pengobatan ini juga

harus dilakukan dalam waktu yang cukup lama.

Perawatan yang optimal untuk penyakit RA melibatkan kombinasi dari

obat-obatan, istirahat, latihan-latihan yang menguatkan sendi, perlindungan serta

pendidikan RA bagi pasien dan keluarga.

Asuhan Keperawatan

1. Asuhan Keperawatan Bedah Ortopedi :

Diagnosa Keperawatan :

a. Nyeri berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedi, pembengkakan, atau

inflamasi.

b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan,

alat yang mengikat, atau gangguan aliran balik vena.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemandirian.

d. Gangguan citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran berhubungan dengan

Pembedahan.

e. Hambatan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri.

22

Page 23: MAKALAH KmbR

2. Asuhan Keperawatan Fraktur

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur

adalah sebagai berikut:

a. Nyeri akut b/d Agens cedera fisik (fraktur)

b. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler Trauma,resiko

Intervensi Keperawatan1.    Nyeri berhubungan dengan cedera fisik,terputusnya jaringan tulang (Fraktur)

Intervensi Rasional

Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri

Imobilisasi bagian yang sakitTinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena

Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasiBerikan obat analgetik sesuai indikasi

Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepatUntuk mempertahankan posisi fungsional tulang Untuk memperlancar arus balik vena

Agar klien rileks Untuk mengurangi nyeri

2.      Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler

Intervensi Rasional

Ambulasi

Mobilitas Sendi  penggunaan pergerakan tubuh aktifperubahan posisi memindahkan pasienatau bagian tubuh

Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuhuntuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendiuntuk memberikan kenyamanan, menurunkan resiko kerusakan kulit mendukung integritas kulit dan meningkatkan penyembuhan.

23

Page 24: MAKALAH KmbR

Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atrihritis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal,

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan 1 : Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen

pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi

sendi.

Kriteria Hasil:

a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam

aktivitas sesuai kemampuan.

c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke

dalam program kontrol nyeri.

Intervensi Keperawatan :

1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang

mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.

24

Page 25: MAKALAH KmbR

Rasional: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan

keefektifan program.Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen

tempat tidur sesuai kebutuhan.

Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi

netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi

kerusakan pada sendi.

2. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,

sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.

Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.

Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.

3. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu

bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres

sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,

dan sebagainya.

Rasional: Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa

sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat

dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.

4. Berikan massage yang lembut

Rasional: meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri

25

Page 26: MAKALAH KmbR

5. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi

progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,

hypnosis diri, dan pengendalian napas.

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin

meningkatkan kemampuan koping.

Diagnosa Keperawatan 2: Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan:

Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan

kekuatan otot.

Kriteria Hasil

Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau

konpensasi bagian tubuh.

Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Intervensi :

1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi

Rasional: Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari

peoses inflamasi.

2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk

memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak

terganggu.

26

Page 27: MAKALAH KmbR

Rasional: Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase

penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan.

3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan

isometris jika memungkinkan.

Rasional: Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina

umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya

aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.

4. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan

pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.

Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh.

5. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang

berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat.

27

Page 28: MAKALAH KmbR

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sekitar tahun 1951 diperkenalkan satu bedah orthopedi yang ditemukan

oleh Gavriel Ilizarov, seorang ahli ortopedik asal Rusia. Teknik yang dikenal

dengan nama “ Ilizarov “ Selama ini, operasi yang dilakukan di Indonesia masih

menggunakan metode ilizarov. Metode itu digunakan untuk mengoreksi bentuk

kaki yang tidak simetris atau dikenal dengan istilah osteogenesis distraksi.

Caranya, dengan melakukan pembukaan tulang dari luar ke dalam.

''Kelemahannya, pasien merasa tidak nyaman, luka sayatan pun menjadi lebih

besar, proses penyembuhannya menjadi lebih lama, bila tidak hati-hati, bisa

timbul infeksi.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari pada

yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya

meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun

tulang patah , jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema

jaringang lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo,

kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami

cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama

dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok

etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan

28

Page 29: MAKALAH KmbR

wanita denga pria sebesar 3 : 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis

reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini

menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah

satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

.

29

Page 30: MAKALAH KmbR

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurnaningsih, Lukman. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien Bedah

Ortopedi. Jakarta: Salemba Medika.

2. Sawitri Endang &Agus sudaryanto. (2009 ). Pengaruh Pemberian

Informasi Pra Bedah terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pra

Bedah Mayor di Bangsal Orthope di RSUI Kustati Surakarta.

3. Smitzer.( 2005). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

4. Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &

Suddart. Ed. 8. Jakarta: EGC

5. Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM,

McPhee

6. Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed

7. Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta.

8. Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

9. Marilynn E. Doenges dkk. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta :

EGC, 1999. EGC. 2002.

10. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilik 2. Jakarta

11. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

12. Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Jakarata : EGC, 1999.

13. http://nursingbegin.com/askep-artritis-reumatoid/

30

Page 31: MAKALAH KmbR

14. http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-

rheumatoid-artritis/.

15. Herdam, Heater. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2012- 2014. Jakarta : EGC.

16. http://ryan-groho.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan fraktur.html

17. http://www.skripsi-kti.co.cc/2011/01/asuhan-keperawatan-klien-fraktur.html

31