makalah KIMIA MINERAL kelompok 6
-
Upload
zulfi-rahman -
Category
Documents
-
view
512 -
download
7
Transcript of makalah KIMIA MINERAL kelompok 6
MAKALAH KIMIA MINERAL
SUMBER DAYA ALAM
MINERAL BAUKSIT
Oleh:
YULIA AGUSTINA (J1B109008)
ZULFIKURRAHMAN (J1B109047)
HJ. NURA (J1B109048)
DYAH AYU KUSUMAWATI (J1B109063)
ELDA APRILLISNAWATY (J1B109205)
PROGRAM STUDI S1 – KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SUMBER DAYA ALAM MINERAL BAUKSIT” ini dengan tepat waktu.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada :
1) Bapak Edi Mikrianto, S.Si., M.Si. selaku dosen mata kuliah Kimia Mineral
yang sudah memberikan banyak info berkaitan dengan tema makalah ini.
2) Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dan dorongannya hingga makalah
ini dapat terselesaikan.
3) Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah
ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih ada kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah berikutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Banjarbaru, Februari 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
C. Metode Penulisan ................................................................................. 2
BAB II TERPENOID
A. Karakteristik Bauksit ............................................................................ 3
B. Manfaat Bauksit …………................................................................... ...4
C. Penyebaran Bauksit di Dunia ............................................................... 4
D. Cara Penambangan Bauksit………………………………..………........5
E. Proses Isolasi Aluminium dari Bauksit………………………………….6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk dapat mempertahankan hidupnya manusia banyak
kebutuhannya. Kebutuhan itu dapat berwujud benda atau materi, dapat juga
tidak berwujud benda. Benda kebutuhan manusia bayak terdapat di sekeliling
kita, misalnya tanah, air, udara, minyak bumi, batu bara, dan masih banyak
lagi. Semua kebutuhan manusia tersebut ada di alam, manusia tinggal
memanfaatkannya. Oleh karena itu disebut sumber daya alam. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sumber daya alam adalah semua yang ada di alam, yaitu
hasil bentukan alam yang berguna dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam mencapai kesejahteraan (Muchtar,
2002).
Sumber daya alam terbagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang
terbarukan dan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Mineral merupakan
sumber daya alam tidak terbarukan. Salah satu contoh mineral yang sangat
berguna dalam kehidupan manusia adalah bauksit. Pada makalah ini kita akan
mengkaji secara mendalam mengenai mineral bauksit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik bauksit?
2. Apa saja manfaat bauksit?
3. Dimana saja penyebaran bauksit di Dunia?
4. Bagaimana cara penambangan bauksit?
5. Bagaimana proses isolasi aluminium dari bauksit?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui karakteristik bauksit.
2. Mengetahui manfaat bauksit.
3. Mengetahui penyebaran bauksit di Dunia.
4. Mengetahui cara penambangan bauksit.
5. Mengetahui proses isolasi aluminium dari bauksit.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
pustaka dan metode internet (browsing melalui internet). Metode pustaka
yakni dengan mengumpulkan data-data, perbendaharaan pengetahuan, dan
mencari beberapa masalah yang berhubungan dengan kimia bahan alam baik
dari segi pengertiannya maupun permasahannya. Sedangkan, metode internet
yakni dengan mengumpulkan data – data berdasarkan informasi yang didapat
melalui media internet.
BAB II
SUMBER DAYA ALAM MINERAL BAUKSIT
A. Karakteristik Bauksit
Bauksit adalah bijih logam alumunium (Al). Nama bauksit berasal dari
nama sebuat tempat di Perancis Beaux. Bauksit adalah suatu koloid oksida Al
dan Si yang mengandung air. Istilah bauksit dipergunakan untuk bijih yang
mengandung oksida alumunium monohidrat atau anhidrat. Biasanya
berasosiasi dengan laterit, warnanya tergantung dari oksida besi yang
terkandung dalam batuan asal. Makin basa batuan asal biasanya makin tinggi
kandungan unsur besinya, sehingga warna dari bijih bauksit akan bertambah
merah (Zelder, 2003).
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral
dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit
(Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3.3H2O). Secara umum bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2
>3%, dan H2O 14 – 36% (Zelder, 2003).
Bijih bauksit dapat terbentuk di daerah tropika dan subtropika dengan
memungkinkan adanya pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari
batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan
kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama
sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan
beku, batu lempung, lempung dan serpih). Batuan-batuan tersebut akan
mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan
mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar
tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu (Zelder, 2003).
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan
syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah
intensitas dan lamanya proses laterisasi. Kondisi-kondisi utama yang
memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium.
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan.
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan
mudah.
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering).
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan.
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum.
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan (Navy, 2009).
B. Manfaat Bauksit
Bauksit sebagian besar digunakan untuk industri logam alumunium,
abrasive, refractory, industri kimia dan metalurgi. Aluminium banyak
dipergunakan karena mempunyai sifat ringan, penghantar panas dan listrik
yang baik, tahan korosi, tak beracun, non magnetik, mudah dicairkan,
mempunyai daya tarik lebih tinggi dibanding beratnya. Aluminium dipakai
untuk membuat badan pesawat terbang, kapal laut, alat-alat dapur dan
sebagainya (Ulucak, 2003).
Untuk bangunan, dipergunakan sebagai dinding, atap dan tirai. Untuk
alat rumah tangga dipergunakan untuk membuat penggorengan, panci, sendok,
bakul, nampan dan tempat air. Kegunaan lainnya antara lain untuk coin, kapal
terbang, lemari es, mesin cuci, air conditioner, pengganti tembaga, industri
kaleng, alat-alat pembungkus dan alat-alat mesin (Ulucak, 2003).
C. Penyebaran Bauksit di Dunia
Cadangan bauksit tersebar di seluruh dunia. Negara – Negara yang
memiliki sumber bauksit dalam jumlah besar antara lain : Australia, Brazil,
Guinea, dan Jamaika. Sekitar 85 % dari keseluruhan bauksit yang ditambang
dari kerak bumi, digunakan untuk menghasilkan logam aluminium, dimana
nantinya akan digunakan sebagai bahan baku produk – produk lain yang lebih
bervariasi. Sisanya sekitar 15 % digunakan untuk proses kimia yang
berkelanjutan pada pabrik – pabrik dalam pembutan pesenyawaan aluminium
dengan tujuan tertentu (Davydson, 2009).
Di Indonesia, bauksit ditemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau
Bangka dan Kalimantan Barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau
Bintan adalah satu-satunya yang terbesar di Indonesia. Beberapa tempat
penyebaran bauksit di Indonesia antara lain:
Sumatera utara : Kota Pinang (kandungan Al2O3 = 15,05 – 58,10%).
Riau : P.Bulan, P.Bintan (kandungan SiO2 = 4,9%, Fe2O3 = 10,2%,
TiO2 = 0,8%, Al2O3 = 54,4%), P.Lobang (kepulauan Riau), P.Kijang
(kandungan SiO2 = 2,5%, Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 = 61,5%,
H2O = 33%),merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat
tersebut terdapat juga diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek, Tanah
Merah,dan daerah searang.
Kalimantan Barat : Tayan Menukung, Sandai, Pantus, Balai Berkuah,
Kendawangan dan Munggu Besar.
Bangka Belitung : Sigembir (Davydson, 2009).
D. Cara Penambangan Bauksit
Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali
dengan land clearing. Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan
bulldozer, dengan alat yang sama diadakan pengupasan tanah penutup.
Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus
memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke
instalansi pencucian (Anonim, 2007).
Bijih bauksit dari tambang dilakukan pencucian dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan bijih bauksit
tersebut dari unsur lain yang tidak diinginkan, misal kuarsa, lempung dan
pengotor lainnya. Partikel yang halus ini dapat dibebaskan dari yang besar
melalui pancaran air (water jet) yang kemudian dibebaskan melalui
penyaringan (screening). Disamping itu sekaligus melakukan proses
pemecahan (size reduction) dengan menggunakan jaw crusher (Anonim,
2007).
E. Proses Isolasi Aluminium dari Bauksit
Secara umum, untuk memperoleh aluminium murni dari bauksit
dilakukan 2 tahapan proses, yaitu proses bayer dan proses Hall-Heroult. Pada
proses Bayer, bauksit dimurnikan untuk mendapatkan aluminium oksida.
Proses selanjutnya, proses Hall-Heroult, meleburkan aluminium dioksida
untuk mendapatkan logam aluminium murni (Anonim,2007).
The Bayer process
Secara umum proses Bayer terdiri dari 3 tahapan, yaitu : ekstraksi,
presipitasi dan kalsinasi. Pada proses ekstraksi, bauksit dihancurkan secara
mekanik dan kemudian dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida panas
pada susu 175oC, pelarutan ini akan melarutkan aluminium oksida menjadi
dengan OH- berlebih akan menghasilkan [Al(OH)4]
-.
Al2O3 + 2 OH- + 3 H2O 2 [Al(OH)4]
-
(Anonim, 2009).
Komponen lain selain aluminium oksida (impuritis) tidak larut.
Sehingga aluminium oksida dari bauksit akan dapat dipisahkan dari
pengotornya seperti Fe2. Pemisahan dapat dilakukan dengan penyaringan
untuk pengotor padat yang tak larut yang disebut Red Mud. Setelah dipisahkan
dengan pengotornya yang tidak larut, masuk pada proses presipitasi. Larutan
filtrat yang berisi aluminium hidroksida didinginkan, sehingga dihasilkan
presipitat putih padat berbentuk seperti benang – benang. Tahapan selanjutnya
yaitu kalsinasi, dimana padatan putih aluminium hidroksida dipanaskan
hingga suhu ±1050oC, pada proses pemanasan ini aluminium hidroksida akan
mengalami dekomposisi menjadi alumina, dan menghasilkan uap air pada
prosesnya (Anonim, 2009) :
2 Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O
Proses Bayer Secara Bertahap :
Bauksit dihancurkan secara mekanik, kemudian dicampur dengan soda
kaustik (NaOH), dihasilkan suspensi berair yang mengandung partikel
murni yang sangat beragam.
Suspense cair dipompa menuju digester (Tank yang berfungsi seperti
tabung pengontrol tekanan). Larutan tersebut dipanaskan hingga suhu 230-
520°F (110- 270°C) dibawah tekanan 50 lb/in2 (340 kPa). Pada kondisi
ini, dilakukan selama sekitar setengah jam atau hingga beberapa jam. Pada
prosesnya penambahan soda kaustik dilakukan untuk memastikan bahwa
seluruh senyawa aluminium yang terkandung terlarut.
Larutan panas, yang menjadi larutan natrium aluminat, dilewatkan melalui
beberapa tangki flash yang mereduksi tekanan dan merocovery panas yang
dapat digunakan kembali untuk proses pemurnian.
Selanjutnya larutan dipompakan menuju tangki pengendap. Pada tangki ini
pengotor yang tidak larut akan mengendap dibawah tangki. Sehingga
larutan hanya mengandung aluminium oksida yang terlarut dalam kaustik
soda. Residu yang ada dibawah tangki (yang dinamakan “Red Mud”)
mengandung pasir halus, besi oksida, oksida – oksida dari trace elemen
misalnya titanium.
Setelah pengotor diendapkan, cairan yang tertinggal (dengan bentuk fisik
seperti kopi), dipompa menuju sederetan saringan. Beberpa partikel halus
dari pengotor yang tertinggal pada larutan akan ditangkap oleh filter.
Material ini akan dicuci untuk mendapatkan alumina dan kaustik soda
yang dapat digunakan kembali selama proses.
Cairan yang sudah disaring dipompa menuju tangki six-story-tall
precipitation. Bibit Kristal dari alumina hidrat (alumina yang mengikat
molekul air) ditambahkan di atas tangki. Bibit Kristal akan tumbuh sejalan
dengan pengendapan cairannya dan alumina yang terlarut akan terikat
pada Kristal yang terjadi.
Endapan Kristal yang terbentuk di bawah tangki kemudian dipindahkan.
Setelah pencucian, dialihkan menuju pengering untuk kalsinasi
(Pemanasan untuk menghilangkan molekul air yang terikat pada molekul
alumina). Temperaturnya berkisar 2000° F (1100° C) yang akan
menghilangkan molekul air, sehingga hanya tinggal Kristal alumina
anhidrat. Selanjutnya cristal dialirkan menuju cooler untuk pendinginan
dan proses finishing (Anonim, 2009).
The Hall-Heroult process
Secara umum pada proses ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana
lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit didalam pot dimana
pada pot tersebut terikat serangkain batang karbon dibagian atas pot sebagai
katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan
aliran arus kuat 4 – 5 V antara anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium
akan menuju kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju
cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing – masing pot dapat
menghasilkan 66,000-110,000 ton aluminium per tahun(Anonymous,2009).
Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina, yang nantinya
akan menghasilkan 1 ton aluminium(Ulucak,2003)
Reaksi kimia secara umum pada proses Hall-Heroult :
Proses Hall-Heroult Secara Bertahap :
Lelehan alumina hingga menjadi logam aluminium terjadi pada baja vat
yang disebut pot reduksi. Bagian bawah dari pot terlapisi/dibatasi dengan
karbon yang bertindak sebagai salah satu elektroda (konduktor arus listrik)
dari system. Electrode lawannya terdiri dari serangkain batang karbon
yang tergantung diatas pot. Pot reduksi ini disusun sedemikian rupa,
berjajar yang terdiri dari 50 – 200 pot yang terhubung satu sama lain
membentuk sirkuit elektrik.
Dalam pot reduksi, Kristal alumina dilarutkan pada lelehan kriolit pada
temperature 1.760-1.780° F (960-970° C) sehingga dihasilkan larutan
elektrolit yang akan menghantarkan listrik dari batang karbon(Katoda)
menujuu Lapisan Karbon (Anoda). Arus DC (4-6 volts and 100,000-
230,000 amperes) dialirkan melaului larutan. sehingga akan terjadi reaksi
yang akan memutuskan ikatan aluminium dengan oksigen pada molekul
alumina. Oksigen yang dibebaskan terikat pada batang karbon (Katoda),
sehingga membentuk karbon dioksida. Aluminium murni terendapkan di
bawah pot sebagai lelehan logam.
Proses peleburan dilanjutkan, dengan penambahan alumina pada larutan
kriolit untuk menggantikan senyawa yang terdekomposisi. Arus listrik
konstan tetap dialirkan. Panas yang berasal dari aliran listrik menjaga agar
isi pot tetap berada pada keadaan cair. Lelehan aluminium murni
terkumpul di bawah pot.
Lelehan yang berada dibawah pot, dikumpulkan. Ditampung pada cetakan
(batang atau lempeng). Saat aliran tersebut dialirkan kecetakan, bagian
luar cetakan didinginkan dengan aliran air, yang menyebabkan aliminium
menjadi padat. Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan
penggergajian sesuai dengan kebutuhan (Ulucak, 2003).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai
mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral
buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3.3H2O). Bauksit sebagian besar
digunakan untuk industri logam alumunium, abrasive, refractory, industri
kimia dan metalurgi. Negara – Negara yang memiliki sumberbauksit dalam
jumlah besar antara lain : Australia, Brazil, Guinea, dan Jamaika. Secara
umum, untuk memperoleh aluminium murni dari bauksit dilakukan 2 tahapan
proses, yaitu proses bayer dan proses Hall-Heroult.
B. Saran
Dari informasi di atas, ternyata mineral bauksit mempunyai banyak
manfaat yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam dan
tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana
kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan
ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat
bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber daya
alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah.
Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar
dari hasil bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada
negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu,
negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki
teknologi yang memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara,
lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga menjadi faktor penghambat dari
perkembangan perekonomian negara-negara terebut. Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan pembenahan sistem pemerintahan, pengalihan investasi
dan penyokongan ekonomi ke bidang industri lain, serta peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Aluminium.
http://www.madehow.com/Volume-5/Aluminum.html
diakses tanggal 21 Februari 2012
Anonim. 2009. Bayer Process Chemistry.
http://www.worldaluminium.org.html
diakses tanggal 21 Februari 2012
Davydson, Sam. 2009. Aluminium.
http://sam.davyson.com/as/physics/aluminium/site/uses.html,
diakses tanggal 16 Maret 2009
Muchtar, M, Drs. 2002. Geografi (Sumber Daya Alam dan Pelestariannya).
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Navy, R. 2009. Aluminium.
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/Hbase/hframe.html
diakses tanggal 21 Februari 2012
Ulucak, Timur. 2003. Aluminium Aluminum Extrusion, Rolled Product,
Casting, Conductor.
diakses tanggal 21 Februari 2012
Zelder, Greg dan Sebastian Africano. 2003. Bauxite And Aluminum:
A Cradle To Grave Analysis. San Francisco State University. USA.