MAKALAH KEPENDUDUKAN
-
Upload
indiraameliaputri -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
description
Transcript of MAKALAH KEPENDUDUKAN
1
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
DISUSUN OLEH:
1. Henny Ravika2. Indira Amelia Putri3. Isnaini Wulandari4. Khairunissa Mubarokah5. Luh Dewi Wahyuni
Dosen Pembimbing : Chairuna MB,SPd M.Kes
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONEPOLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANANTAHUN 2015
2
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaum muda diyakini sebagai kelompok masyarakat yang paling dinamis.
Namun demikian, definisi kaum muda bervariasi. Dengan pertimbangan ketersediaan
data, untuk selanjutnya makalah ini menggunakan batassan penduduk usia 10-24
tahun, untuk menyebut “Kaum Muda”.
Data demografi global menunjukkan bahwa Kaum Muda merupakan populasi
yang besar dari penduduk dunia. Sekitar 1,2 miliar (18 persen) penduduk dunia saat
ini adalah Kaum Muda yang berusia 15-24 tahun. Diantara mereka itu, 87 persen
tingga di negara berkembang. Kaum muda yang tinggal di perkotaan telah meningkat
hampir dua kali lipat dari 27 persen menjadi 43 persen selama 1955-2005.
Di Indonesia, SP-2010 mencatat total penduduk mencapai 237,6juta jiwa, 53,4
juta diantaranya adalah Kaum Muda yang terdiri dari laki-laki 51 persen dan wanita
49 persen. Telah terjadi peningkatan dari 47 juta jiwa dari tahun 1990. Namun, angka
relatifnya justru menurun dari 27 persen menjadi 23 persen. Proyeksinya di taun
2015, jumlah Kaum Muda akan menjadi 59 juta jiwa. Tetapi, proporsinya menurun
menjadi 21 persen.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Advokasi Isu Kaum Muda di Indonesia
1. Fakta dan Karakteristik
Kaum Muda adalah bagian masyarakat yang paling sehat dan dinamis, tetapi
tantangan dan persoalan senantiasa mengancam mereka. Memahami dinamika
Kaum Muda bukan hanya berorientasi ke masa kini, namun sekaligus
memberikan pemahaman terhadap masa depan, sekitar 30-40 tahun kedepan
ketika Kaum Muda menjadi tua.
Di Indonesia, Kaum Muda yang tinggal di perkotaan juga semakin banyak.
Khusus untuk kelompok umur 10-14 tahun yang tinggal di pedesaan justru
meningkat.
Tempat tinggal menurut pulau besar di Indonesia, nampak proposi Kaum
Muda cenderung menurun dari 28-34 persen di tahun 2005 menjadi 25-29 persen
di tahun 2010, kecuali di Maluku. Penurunan terbesar terjadi di Jawa, Sumatra,
dan Kalimantan. Proyeksi proporsi Kaum Muda di Sumatra, Kalimantan, dan
Maluku mengalami penurunan terbesar, yang terendah terjadi di Bali-NTB-NTT
dan Jawa. Dari uraian tersebut nampak bahwa terjadi penurunan proporsi di
pulau-pulau dengan penduduk “besar” tetapi dalam proyeksi terjadi kebalikan.
Angka proyeksi cenderung lebih rendah daripada yang riil terjadi di lapangan,
dan bahkan cenderung menurun.
2. Peluang dan Tantangan
Kaum Muda, mempunyai prestasi dan peluang sekaligus tantangan dan
hambatan. Ada dua hal yang sering diasosiasikan dengan Kaum Muda, olahraga
dan pendidikan. Tetapi dari kedua hal tersebut, pendidikanlah yang paling
difokuskan karena, melalui pendidikan diyakini sebagai jaminan untuk
memperbaiki masa depan Kaum Muda.
4
Di tengah situasi yang serba mencekam Kaum Muda Indonesia, ternyata
mereka memiliki prestasi luar biasa dalam olimpiade dunia ilmu pengetahuan.
Diantaranya, Internasional Mathematics Olympiad (IMO), iNTERNASIONAL
pHYSIC oLIMPIAD (IPhO), International Olympiad in Informatics (IOI),
International Astronomy Olimpiad (IAO) dan International Exhibition for Young
Inventors (IEYI).
Angka putus sekolah yang tinggi menyebabkan peringkat indeks
pembangunan Indonesia menjadi rendah. Data pendidikan tahun 2010
menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah yang paling
umum adalah tingginya biaya pendidikan yang membuat siswa tidak dapat
melanjutkan pendidikan dasar.
Di sisi lain, lebih dari 54% pengajar tidak memiliki kualifikasi. Padahal
pengajar merupakan ujung tombak meningkatkan kualitas pendidikan.
Kondisi bangunan sekolah memprihatinkan dengan 15,2 peersen bangunan
sekolah dalam kondisi parah yang perlu perbaikan secepatnya.
Dewasa ini, hampir tidak ada Kaum Muda di Indonesia yang tidak bisa
membaca dan menulis huruf latin. Program “Wajib Belajar” pemerintah banyak
berperan disini. Kaum Muda wanita mendominasi proporsi jenjang sekolah
dasar. Namun, Kaum Muda yang masih bersekolah di tingkat dasar maupun
menengah masih besar. Padahal usia 15-24 tahun seharusnya sudah berada di
jenjang yang lebih tinggi.
APK dan APM makin menurun sejalan dengan meningkatnya usia Kaum
Muda. APK dan APM Kaum Muda di pedesaan lebih rendah daripada perkotaan.
Hal tersebut menunjukkan pedesaan lebih efisien dalam menempuh pendidikan.
Fasilitas pembiayaan sektor pendidikan meningkat tajam sepuluh tahun
terakhir ini. Dengan pertimbangan bahwa pendidikan dasar merupakan modal
minimal menyiapkan Kaum Muda untuk melanjutkan pendidikannya atau
melanjutkan hidupnya secara bermartabat.
3. Tenaga Kerja Muda
Secara umum, ada dua kelompok Kaum Muda di masyarakat, kelompok
5
pertama, mereka yang masih sekolah. Kelompok kedua, adalah mereka, yang
dengan segala latar belakang alasan dan masalahnya, terpaksa tidak bersekolah
dan telah aktif bekerja.
Pola bidang pekerjaan yang ditekuni pekerja muda mirip dengan yang
ditekuni pekerja dewasa, dominan di sektor pertanian. Sejalan dengan
perkembangan perekonomian, sektor industri, perdagangan, dan jasa menjadi
alternatif bidang kerja pekerja muda.
Jika argumen pengangguran dikaitkan dengan bidang kerja pekerja muda.
Pengangguran pekerja muda selalu lebih tinggi daripada dewasa.
Untuk lokasi tempat tinggal, sebelum tahun 1985, proporsi di pedesaan lebih
rendah daripada di perkotaan. Tapi setelah tahun itu, posisisnya selalu lebih
tinggi pengangguran di pedesaan.
Dalam hal pendidikan, tingkat pengangguran pekerja muda dengan latar
belakang pendidikan tinggi tetap tinggi dan cenderung meningkat. Pengangguran
pekerja muda yang terbanyak adalah yang tamat SMA dan perguruan tinggi.
Ada 3 kesulitan pekerja muda ketika mencari pekerjaan. Pertama, diantara
pada pencari kerja. Kedua, ketidaksesuaian antara pendidikan dengan pekerjaan
yang dikehendaki. Ketiga, keterbatasan keterampilan.
Tingginya rasio pengangguran Kaum Muda dibandingkan jumlah
pengangguran secara keseluuruhan mencerminkan betapa sulitnya para encari
kerja muda mendapatkan pekerjaan.
B. Dampak Sosial Drop-Out Sekolah dan Pengangguran Muda
1. Perkawinan dan Kehamilan
Perkawinan adalah peristiwa penting menuju ke fase kedewasaan seseorang.
Persoalan perkawinan, mengasuh anak dan fertilitas remaja merupakan urusan
penting kependudukan, kesehatan dan sosial. Remaja yang terlalu dini
melahirkan beresiko buruk secara demografi dan sosial.
Di Indonesia bahwa usia perkawinan pertama terus meningkat selama dua
dekade terakhir. Sejak tahun 1991, rata-rata usia menikah telah meningkat dari
17 tahun ke 19 tahun. Meskipun demikian, pernikahan anak wanita yang berusia
6
15 tahun ke bawah, massih banyak terjadi di Indoneisa, terutama di daerah
pedesaan.
Berdasarkan tempat tinggal dan latar belakang sosial ekonomi, tingkat
kesuburan antara remaja menunjukkan perbedaan yang kontras. Proporsi remaja
wanita yang tinggal di pedesaan dan telah hamil jauh lebih tinggi daripada
mereka yang tinggal di perkotaan. Juga, mereka yang berpendidikan rendah
cenderung lebih dulu hamil dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
Mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu akan cenderung hamil
lebih dini daripada mereka yang berasal dari keluarga lebih mampu.
Pada tahun 2000, pemerintah menjadikan program kesehatan reproduksi
remaja sebagai program nasional. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan
remaja agar dapat mempertanggungjawabkan perilakunya dalam hal kesehatan
reproduksi termasuk merencanakan usia menikah.
2. Keluarga Berencana
Penggunaan kontrasepsi sangat berperan untuk mengatur pola kelahiran
Kaum Muda yang terlanjur menikah. Penggunaan kontrasepsi dapat menunda
kelahiran anak pertama mereka. Karena itu, promosi penundaan kehamilan anak
pertama dan pemakaian alat kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien untuk
Kaum Muda akan berdampak positif pada pengaturan tingkat kelahiran dan
peningkatan kesehatan ibu dan kesejahteraan Kaum Muda.
3. Hubungan Seksual Pra-Nikah
Dalam hal kesehatan reproduksi, perkawinan usia-muda dan pengetahuan
tentang reproduksi dan kesehatan reproduksi menjadi topik penting Kaum Muda.
Meskipun usia perkawinan yang terlalu muda sudah semakin banyak terjadi,
namun pengetahuan tentang reproduksi dan kesehatan reproduksi tetap perlu
senantiasa diberikan kepada Kaum Muda dengan cara yang sesuai dengan
mereka. Sejak tahun 2000, kesehatan reproduksi remaja menjadi program
nasional yang bertujuan untuk mempersiapkan Kaum Muda supaya
bertanggungjawab terhadap perilakunya dalam kesehatan reproduksi, termasuk
7
merencanakan usia menikah. Target yang harus dikejar adalah menurunkan atau
meminimalkan unmet need Kaum Muda terutama yang melakukan hubungan
seksual pra-nikah dan terlanjur hamil.
4. Rokok dan Narkoba
Perilaku Kaum Muda diawali dengan semakin maraknya Kaum Muda yang
terpapar dengan perilaku merokok. Ini karena merokok dianggap sebagai pintu
massuk paling mudah untuk menjadi pengguna narkoba. Prevalensi perokok
aktif semakin bertambah dan usia perokok pemula juga semakin muda. Karena
itu, Indonesia satu-satunya negara di dunia yang disebut sebagai baby smoker
karena rata-rata perokok anak di Indonesia menghabiskan 40batang rokok
perhari. Meskipun berbagain pendekatan dan aturan formal telah dibuat, tetapi
lingkungan sosial permisif terhadap kebiasaan Kaum Muda merokok ini.
Narkoba lebih jahat dari terorisme, karena korbannya bagaikan fenomena
gunung es, kedalaman dan berkelanjutan tidak terdeteksi. Orang kaya, penegak
hukum seperti hakim, jaksa, polisi sampai artis bisa terkena narkoba. Akan lebih
celaka jika perilaku ini menyergap golongan miskin, maka sangat mungkin
perilaku kriminal pada akhirnya menjebak mereka.
Padahal, masalah narkoba telah mencapai tingkat yang memprihatinkan.
Walaupun, pancatatan kasus narkoba memang tidak mudah, yang pasti dewasa
ini korbannya mencapai lebih dari 5 juta jiwa yang menyeruak di seantero
wilayah nusantara. Di kalangan pelajar, jumlah penggunanya mencapai 921.695
orang. Pengguna yang akhirnya meninggal di tahun 2012 mencapai rata-rata 50
orang perhari. Bahkan, perdagangan narkoba telah menyusup ke Kaum Muda
berusia 7-8 tahun dengan ditemukannya penggunaan ganja dan ngelem.
C. Kebijakan bagi Kaum Muda di Indonesia
Setiap kebijakan dan program tersebut dapat dibagi menjadi dua: yakni program
kebijakan pemberdayaan generasi muda yang terkait langsung. Program
pemberdayaan generasi muda yang langsung terkait dengan permasalahan generasi
muda. Biasanya langsung berada di bawah kementerian atau dinas terkait. Sedangkan
8
program kebijakan pemberdayaan generasi muda yang tidak terkait langsung adalah
program turunan yang tidak langsung memosisikan generasi muda sebagai
permasalahan itu sendiri. Hal ini biasanya dilakukan dalam bentuk lintas kementerian
atau dinas tertentu.
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas, maka pola kebijakan pemerintah
dalam pemberdayaan generasi muda terbagi dalam lima pola kebijakan, yakni:
Pertama, kebijakan pemberdayaan generasi yang dilakukan oleh satu kementerian
atau dinas tertentu tanpa melibatkan unsur lainnya. Pola ini biasanya terfokus hanya
pada kementerian terkait, misalnya program pemberdayaan kepemudaan yang
dilakukan oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga atau program belajar
luar sekolah yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kedua, program kebijakan pemberdayaan yang melibatkan dua kementerian atau
dinas tertentu. Pada pola kebijakan ini kementerian-kementerian terkait dan atau
dinas-dinas terkait melakukan kerja sama untuk menjalankan program
pemberdayaannya dalam bentuk aktivitas-aktivitas program. Salah satu contohnya
adalah program deradikalisasi pemuda, di mana melibatkan Kemendikbud,
Kemenag, dan unsur Polri dan Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT), baik
langsung maupun tidak langsung.
Ketiga, pola pemberdayaan kerja sama antar kementerian atau satu kementerian
yang melibatkan unsur non pemerintah. Pada pola ketiga ini misalnya program
penyuluhan bahaya penyalahgunaan Narkoba di mana pihak terkait, baik
Kemenegpora, Kemendikbud, Polri, BNN mengajak unsur non pemerintah
melakukan kampanye terkait dengan hal tersebut.
Keempat, Kementerian atau Dinas tertentu yang mendukung Ornop atau
kelompok masyarakat. Bila pada pola ketiga bentuknya kerja sama, maka pada pola
ini kebijakan yang terkait dengan pemberdayaan generasi muda, pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun Pemda membantu sejumlah organisasi masyarakat yang
memiliki program terkait dengan pemberdayaan generasi muda melalui pos anggaran
dari APBN maupun APBD.
9
Dan kelima, program pemberdayaan generasi muda yang bersifat mandiri, terkait
dengan kekhasan didaerah tertentu, di mana tiap daerah memiliki problematika
kepemudaan dan generasi muda yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Melihat pada lima pola kebijakan pemberdayaan generasi muda oleh pemerintah,
maka kita bisa melihat bagaimana efektif tidaknya pola kebijakan pemberdayaan
tersebut bagi generasi muda secara umum. Setidaknya bila menyandingkan lima
permasalahan generasi muda, sebagaimana diuraikan di awal maka dapat ditarik
benang merahnya, yakni: Pertama, bahwa kebijakan pemberdayaan generasi muda
memiliki tiga sifat, yakni: bersifat mandiri satu kementerian atau dinas; lintas
kementerian atau dinas; dan kerjasama dengan pihak terkait.
Kedua, Kebijakan pemberdayaan generasi muda oleh pemerintah dapat
dijalankan secara mandiri oleh Pemda terkait berdasarkan kekhasan yang ada di
daerahnya, ataupun oleh masyarakat secara swakelola, dengan tetap mengacu pada
esensi kebijakan pemberdayaan generasi muda oleh pemerintah.
Ketiga, kebijakan pemberdayaan generasi muda juga menitiktekankan bahwa
organisasi kepemudaan tidak hanya sebatas obyek dari kebijakan pemberdayaan
tersebut melainkan juga ikut secara aktif dalam berbagai program pemberdayaan,
baik terkait ataupun tidak terkait.
Selain itu, ada beberapa peraturan dan kebijakan yang dapat dikembangkan,
seperti:
Kaum Muda memperoleh universal akses untuk pendidikan dasar dan remaja.
Peningkatan kualitas pendidikan terutama terkait dengan life skill education,
education livehood dan character building.
Kaum Muda lebih mengakses padda pelatihan.
Meningkatkan equity akan kesehatan dan pendidikan.
Kaum Muda memperoleh universal akses untuk informasi dan konseling
kesehatan termasuk KR yang ramah remaja.
Membatasi Kaum Muda dari aksesibilitas kepada perilaku beresiko.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kaum muda adalah
kelompok masyarakat yang dinamis. Kaum Muda memiliki pengaruh besar terhadap
pembangunan bangsa. Tetapi, disamping itu banyak kesulitan dan tantangan yang
mereka hadapi. Oleh karena itu, untuk mengatasi kessulitan tersebut pemerintah
harus dapat membuat suatu kebijakan dalam rangka mengarahkan potensi Kaum
Muda menjadi realitas.
11
DAFTAR PUSTAKA
BkkbN. 2014. Kerjasama Pendidikan Kependudukan Jalur Non Formal (Materi
Presentasi dan Paper). Jakarta: Direktorat Kerjasama Pendidikan dan
Kependudukan.
https://muradi.wordpress.com/2012/03/17/kebijakan-pemerintah-dalam-pemberdayaan-
generasi-muda/
www.bkkbn.go.id
12
LAMPIRAN
Pertanyaan:
1. Salah satu peraturan dan kebijakan yang perlu dikembangkan addalah membatasi
kaum muda dari aksesibilitas kepada perilaku beresiko. Bagaimana penatalaksanaan
kebijakan itu sendiri? Contohnya internet, penggunaannya tanpa batasan. Sehingga
Kaum Muda dapat mengakses hal-hal yang tidak baik.
Jawab: Contohnya pada internet. Karena, luasnya akses dan penggunaannya tanpa
batasan, sehingga tidak terkontrolnya perilaku Kaum Muda. Oleh karena itu, kita bisa
memberikan pendidikan atau penyuluhan, bahwa kita memiliki batasan dalam mengakses
internet. Kemudian pemerintah juga memberikan kebijakan dengan membatasi
aksesibilitas tersebut. Salah satunya adalah dengan menghapus website-website yang
memberikan pengaruh buruk pada Kaum Muda.