Makalah Kecil Satu

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendengar kata demokrasi tentu sudah tidak asing lagi. Awal dari datangnya ide demokrasi menurut Hans Kelsen adalah adanya ide kebebasan yang berada dalam benak manusia. Pertama kali, kosakata “kebebasan” dinilai sebagai sesuatu yang negatif. Pengertian “kebebasan” semula dianggap bebas dari ikatan-ikatan atau ketiadaan terhadap segala ikatan, ketiadaan terhadap segala kewajiban. Namun, ketika manusia berada dalam konstruksi kemasyarakatan, maka ide “kebebasan” tidak bisa lagi dinilai secara sederhana, tidak lagi semata-mata bebas dari ikatan, namun ide “kebebasan” dianalogikan menjadi prinsip penentuan kehendak sendiri. Inilah yang menjadi dasar pemikiran Hans Kelsen mengenai demokrasi. 1 1 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Bandung: Nusamedia, 2006), hal. 404. 1

Transcript of Makalah Kecil Satu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mendengar kata demokrasi tentu sudah tidak asing lagi. Awal

dari datangnya ide demokrasi menurut Hans Kelsen adalah adanya ide

kebebasan yang berada dalam benak manusia. Pertama kali, kosakata

“kebebasan” dinilai sebagai sesuatu yang negatif. Pengertian

“kebebasan” semula dianggap bebas dari ikatan-ikatan atau ketiadaan

terhadap segala ikatan, ketiadaan terhadap segala kewajiban. Namun,

ketika manusia berada dalam konstruksi kemasyarakatan, maka ide

“kebebasan” tidak bisa lagi dinilai secara sederhana, tidak lagi semata-

mata bebas dari ikatan, namun ide “kebebasan” dianalogikan menjadi

prinsip penentuan kehendak sendiri. Inilah yang menjadi dasar

pemikiran Hans Kelsen mengenai demokrasi.1

Demokrasi sering didefinisikan sebagai "pemerintahan dari dan

untuk rakyat"2 namun menimbulkan pertanyaan mendasar: siapa yang

akan memerintah dan untuk kepentingan siapa pemerintah harus

responsif ketika orang-orang berada dalam perselisihan dan memiliki

preferensi berbeda? Satu jawaban untuk ini adalah: suara terbanyak

1 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Bandung: Nusamedia, 2006), hal. 404.2 Arend Ljiphart, Democries : Patters of Majoritarian and Consesus Goverment in Twenty-One Countries, (New Haven : Yale University Press, 1984), Introduction, hal. 2-3.

1

(mayoritas). 3 Ini adalah inti dari model demokrasi. Jawaban yang

terbanyak adalah definisi mengenai demokrasi adalah pemerintah

berdasarkan suara yang terbanyak dan sesuai dengan keinginan

mayoritas jelas lebih dekat dengan cita-cita demokrasi "pemerintah oleh

dan untuk rakyat" daripada pemerintahan yang responsif terhadap

minoritas.4

Robert A. Dahl berpendapat, terdapat delapan ciri demokrasi

yang dapat diberikan yaitu: (1) kebebasan berserikat, (2) kebebasan

berekspresi, (3) hak untuk memilih, (4) hak untuk dipilih, (5) hak para

pemimpin politik untuk bersaing untuk dukungan dan penilaian, (6)

alternatif sumber informasi, (7) pemilu yang bebas dan adil, dan (8)

lembaga untuk membuat kebijakan publik tergantung pada suara dan

ekspresi lain dari preferensi.5

Perkembangan demokrasi di Indonesia dimulai dari keberhasilan

Gerakan Reformasi untuk akhirnya menurunkan Soeharto, pada bulan

Mei 1998, dan menimbulkan gelombang transisi yang amat besar

menuju demokrasi.6 Pada waktu era Orde Baru rakyat tidak boleh

mengaspirasikan pendapat, tidak ada kebebasan dalam berserikat, dan

berekspresi dimana hal ini tentu bertentangan dengan kriteria atau ciri

demokrasi.

3 Ibid.4 Satya Arinanto, Politik Hukum 1, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 45.5 Ibid., hal. 26.6 Adnan Buyung Nasution, Pikiran dan Gagasan, Demokrasi Konstitusional, (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2011), hal. 84.

2

Pada rezim Soeharto yang selama 32 tahun tersebut tidak ada

pelaksanaan demokrasi dalam pemerintahan karena dipimpin oleh

rezim yang otoriter. Keinginan rakyat dengan runtuhnya rezim Soeharto

adalah untuk menegakkan kembali konstitusi yang sudah lama mati dan

menciptakan pemerintahan yang demokrasi.

Salah satu upaya penegakan konstitusi dan demokrasi pada era

reformasi adalah dengan mengubah konstitusi dasar negara yaitu UUD

1945. Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu tuntutan yang paling

mendasar dari gerakan reformasi yang berujung pada runtuhnya

kekuasaan orde baru tahun 1998. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat tidak lagi melihat faktor penyebab otoritatian Orde Baru

hanya pada manusia sebagai pelakunya, tetapi karena kelemahan

sistem hukum dan ketatangeraan. 7

Amandemen atas UUD 1945 itu merupakan suatu kearusan

mutlak (condition sine qua non) untuk memperbaiki keadaan di bidang

apa pun.8 Namun permasalahannya apakah amandemen UUD 1945

yang dilakukan MPR selama empat kali perubahan pada tahun 1999,

2000, 2001 dan 2002 telah memuat ketentuan mengenai prinsip

demokrasi seperti yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia setelah

berakhirnya rezim orde baru. Berdasarkan uraian diatas, maka tulisan

ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai perkembangan konsep

7 Jimly Asshidiqqie, Implikasi Perubahan UUD 1945 terhadap Pembangunan Hukum Nasional, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2005), hal. 4.8 Ibid., hal. 101.

3

demokrasi dan konstitusi yang ada di Indonesia, perwujudan negara

hukum yang demokratis dalam konstitusi di indonesia dan implementasi

prinsip demokrasi dalam bingkai konstitualisme pasca amandemen UUD

1945.

B. Identifikasi masalah

1. Bagaimana perwujudan negara hukum yang demokratis dalam

konstitusi Indonesia?

2. Bagaimana implementasi prinsip demokrasi dalam bingkai

konstitualisme indonesia pasca amandemen UUD 1945?

C. Kerangka pemikiran

Demokrasi secara terminologi berasal dari bahasa Yunani

demokratis, yang diambil dari kata demos dan kratos/kratein.9 Secara

etimologis demos diartikan sebagai rakyat dan kratos/kratein berarti

kekuasaan/berkuasa sehingga dapat diartikan bahwa demokrasi adalah

pemerintahan rakyat. Pandangan terhadap istilah demokrasi

diidentikkan dengan istilah kedaulatan rakyat.10

Dalam pemerintahan yang berlandaskan demokrasi atau

kedaulatan rakyat, setiap rakyat bebas dalam ikut berperan serta dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan dan rakyat sebagai pemegang

9 Wikipedia, Demokrasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, 10 Oktober 201310 Abdy Yuhana, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945, (Bandung: Fokusmedia, 2009), hal. 34.

4

kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Namun, kekuasaan tertinggi di

tangan rakyat itu dibatasi oleh kesepakatan yang ditentukan sendiri

secara bersama-sama yang dituangkan dalam aturan hukum yang

berpuncak pada rumusan konstitusi sebagai produk kesepakatan

tertinggi dari seluruh rakyat.11

Istilah Constitution berasal dari bahasa Latin, yaitu constitution

yang bermakna a degree, dekrit, pemakluman. Konstitusi atau Gronwet,

Grundgesetz, Undang-Undang Dasar menempati tata urutan Peraturan

Perundang-Undangan tertinggi dalam negara (Constitutie is de hoogste

wet). Dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman

tertinggi yang menetapkan: pemegang kedaulatan tertinggi, struktur

negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, kekuasaan legislatif,

kekuasaan peradilan dan pelbagai lembaga negara serta hak-hak

rakyat.12

Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam

penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar

tertulis yang lazim disebut Undang-undang Dasar dan dapat pula tidak

tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis. 13 Perbedaan

antara konstitusi tertulis maupun tidak tertulis tampaknya relatif tidak

11 Martha Pigome, Implementasi Prinsip Demokrasi Dan Nomokrasi Dalam Struktur Ketatanegaraan RI Pasca Amandemen UUD 1945. Artikel dimuat dalam Jurnal Dinamika Hukum Volume 11 Nomor 2 Mei 2011, (Semarang : FH Universitas Jenderal Sudirman, 2011), hal. 336.12 M. Laica Marzuki, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Artikel dimuat dalam Jurnal Konstitusi Volume 7 Nomor 4, (Jakarta : Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010), hal. 1-2.13 Jimly Asshidiqqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), Edisi Revisi, hal. 29

5

penting karena dua alasan. Salah satunya adalah bahwa hampir semua

konstitusi di dunia ditulis, yang tidak tertulis sangat jarang. Kedua, dari

perspektif kontras mendasar antara model mayoritas dan demokrasi

konsensus, adalah lebih relevan untuk menentukan apakah konstitusi

tertulis atau tidak tertulis, memaksakan pembatasan yang signifikan

pada mayoritas daripada untuk bertanya apakah tertulis atau tidak.

Konstitusi tertulis dapat dengan mudah bisa dikembangkan dan sama-

sama bebas dari judicial review dengan konstitusi tidak tertulis.14

Berbicara tentang konstitusi tidak dapat dilepaskan dari

konstitusionalisme. Konstitusionalisme adalah suatu paham mengenai

pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi.15

Menurut Carl J Friedrich, konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa

pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan

oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa

pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang

diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka

yang mendapat tugas untuk memerintah. 16

Dengan demikian perbedaan antara konstitusi dan

konstitusionalisme adalah: “Konstitusi adalah produk

Konstitusionalisme, dan Konstitusionalisme merupakan teori atau

doktrin tentang Konstitusi”. Harjono menganalogkan konstitusi laksana

14 Satya Arinanto, Politik Hukum 1, op.cit., hal.70-7115 Dahlan Thaib, Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta : Rajagrafindo Persada,2008), hal. 116 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 170.

6

bangunan rumah, sedang konstitusionalisme adalah ilmu arsitektur atau

teknik sipilnya.17 Dalam teori arsitektur dan teknik sipil terdapat

semacam hukum baku (rule of thum) yang harus dipertimbangkan untuk

membuat suatu bangunan. 18

Yang menjadi dasar dari konstitusionalisme adalah kesepakatan

umum atau persetujuan (consensus) di antara mayoritas rakyat

mengenai bangunan yang di idealkan berkenaan dengan Negara.

Organisasi Negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar

kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau di promosikan

melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut

Negara.19 Konsensus tersebut yang menjamin tegaknya

konstitusionalisme di zaman modern pada umumnya, dipahami

bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu :20

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama;2. Kesepakatan tentang the rule of the law sebagai landasan

pemerintahan atau penyelenggaraan Negara; dan3. Kesepakatan tentang bentuk-bentuk institusi-institusi dan prosedur-

prosedur ketatanegaraan. BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Konsep Demokrasi di Indonesia

17 Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2008), hal. 21.18 Ibid., hal 2219 Jimly Asshidiqqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. op.cit., hal. 2020 Ibid., hal. 21

7

Sejak kemerdekaan sampai sekarang, Indonesia sudah

mengalami berbagai macam demokrasi. Mulai dari demokrasi

parlementer (1945-1959), demokrasi terpimpin (1959-1965), demokrasi

Pancasila (1965-1998), sampai dengan demokrasi orde reformasi

(1998-sekarang).21

Demokrasi sebelum amandemen UUD 1945, ditandai dengan

kedaulatan yang berada di tangan rakyat dan dijalankan oleh MPR. 22

Dimulai pada tahun 1945 (sebulan setelah proklamasi kemerdekaan),

demokrasi parlementer pada akhirnya gagal mewujudkan demokrasi

bagi Indonesia. Sistem demokrasi tersebut memberi peluang untuk

dominasi partai-partai politik dan DPR. Karena fragmentasi partai-partai

politik usia kabinet pada masa ini jarang dapat bertahan cukup lama,

maka koalisi yang dibangun sangat gampang pecah. Hal ini

mengakibatkan destabilisasi politik nasional. Akhirnya dikeluarkanlah

Dekrit Presiden 5 Juli yang sekaligus mengakhiri sistem demokrasi

parlementer.23

Demokrasi terpimpin periode 1959 mengangkat Presiden

Soekarno menjadi Presiden seumur hidup berdasarkan ketetapan

MPRS No. III/1963. Periode ini bercirikan dominasi presiden,

21 Pustaka Sekolah, Periode Demokrasi di Indonesia, http://www.pustakasekolah.com/periode-demokrasi-di-indonesia.html, 11 Oktober 2013.22 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebelum amandemen lihat pasal 1 ayat (2). 23 Samodra Wibawa dan Pradhikna Yunik Nurhayati, Masyarakat Madani: Tawaran Konseptual Untuk Indonesia, Proceeding Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, makalah dipresentasikan pada seminar nasional fakultas ilmu sosial dan politik-Universitas Terbuka 7 Juli 2011, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2012), hal. 140.

8

terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis,

meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik, serta tidak

adanya fungsi kontrol kepada presiden. Demokrasi terpimpin pun

akhirnya gagal membawa Indonesia menjadi negara yang demokratis.

Absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin

sehingga tidak adanya ruang kontrol sosial otomatis mengingkari nilai-

nilai demokrasi itu sendiri. 24

Demokrasi Pancasila lahir sebagai upaya untuk meluruskan

kembali penyelewengan terhadap UUD selama masa demokrasi

terpimpin. Beberapa rumusan tentang demokrasi Pancasila adalah

sebagai berikut: a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya

adalah menegakkan kembali azas-azas negara hukum dan kepastian

hukum. b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah

kehidupan yang layak bagi semua warga negara. c. Demokrasi dalam

bidang hukum pada hakekatnya bahwa pengakuan dan perlindungan

HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak. Namun demikian,

demokrasi Pancasila hanya berlaku sebatas retorika. Pada tataran

praksisnya, rezim orde baru tidak memberikan ruang bagi kehidupan

demokrasi.25

24 Ibid., hal. 14125 Febri Teguh Ramadhan, Perkembangan sistem politik Indonesia Era Demokrasi-Pancasila. http://kabarfebri.blogspot.com/2012/06/perkembangan-sistem-politik-indonesia.html, 11 Oktober 2013.

9

Indonesia, pada tahun 1998 setelah tumbangnya orde baru lahir

era reformasi, yang mendapat penghargaan dari dunia sebagai negara

demokrasi terbesar di dunia. Proses demokrasinya yang tidak terlalu

banyak memakan ‘pertumpahan darah’, dihargai oleh negara-negara

Barat.26 Demokrasi Indonesia telah menjadikan rakyat Indonesia terbuka

(bebas), terbuka menerima pengaruh luar, terbuka dalam mengeluarkan

pendapat, memperjuangkan hak-haknya, mendapat keadilan dan

sebagainya.27

Era Reformasi ditandai dengan dilakukannya reformasi Politik

dan Reformasi Konstitusi. Lahirnya amandemen Undang-Undang Dasar

1945 (UUD 1945) merupakan wujud dari Reformasi Politik dan

Reformasi Konstitusi yang berjalan secara demokratis. 28

Reformasi konstitusi dipandang merupakan kebutuhan dan

agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum perubahan

dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan

negara sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta

mendukung penegakan demokrasi dan hak asasi manusia. 29 Reformasi

konstitusi di Indonesia dilakukan dengan amandemen Undang-Undang

26 Enceng dan Meita Istianda, Peluang Kesejahteraan Di Negara Demokrasi. Proceeding Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, makalah dipresentasikan pada seminar nasional fakultas ilmu sosial dan politik-Universitas Terbuka 7 Juli 2011, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2012), hal 9027 Ibid., hal. 9128 Martha Pigome, op.cit., hal. 33529 Jimly Asshididiqqie, Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi Untuk Mewujudkan Negara Hukum Yang Demokratis, makalah yang disampaikan sebagai Bahan Orasi Ilmiah Peringatan Dies Natalis ke XXI dan Wisuda 2007 di Universitas Darul Ulum (Unisda) Lamongan, pada tanggal 29 Desember 2007, hal. 1

10

Dasar 1945 dimana substansi perundang-undangan menjadi lebih

demokratis yang ditandai dengan amandemen pertama terhadap UUD

1945 yang dilakukan dalam empat tahapan, yaitu pada tahun 1999,

2000, 2001, dan tahap empat 2002.

Perubahan tersebut telah mengakibatkan perubahan yang

mendasar dalam Hukum Tata Negara Indonesia. Antara lain meliputi (1)

Perubahan norma-norma dasar dalam kehidupan bernegara, seperti

penegasan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum dan

kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang Dasar; (2) Perubahan kelembagaan negara dengan adanya

lembaga-lembaga baru dan hilangnya beberapa lembaga yang pernah

ada; (3) Perubahan hubungan antar lembaga negara; dan (4) Masalah

Hak Asasi Manusia.30

B. Negara Hukum Demokratis, Sintesisme Demokrasi dan Negara

Hukum

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme

kekuasan dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua

konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu sama lainnya tidak dapat

dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan dan

mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan

30 Rodiyah, Aspek Demokrasi Pembentukan Peraturan Daerah Dalam Perspektif Socio-Legal, Artikel dimuat dalam jurnal Masalah-Masalah Hukum, Jilid 41, Nomor 1, (Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2012), hal. 1

11

kesederajatan manusia, pada sisi yang lain negara hukum memberikan

patokan bahwa yang memerintah dalam suatu negara bukanlah

manusia, tetapi hukum.31

Pada konsepsi demokrasi, di dalamnya terkandung prinsip-

prinsip kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di dalam konsepsi

negara hukum terkandung prinsip-prinsip negara hukum (nomocratie),

yang masing-masing prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan

secara beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara

hukum yang demikian dikenal dengan sebutan “negara hukum yang

demokratis” (democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk

konstitusional disebut constitutional democracy.32

Indonesia adalah sebagai Negara Hukum yang Demokratis,

menganut kedaulatan rakyat sekaligus kedaulatan hukum. 33Dari sisi

pemahaman kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi dalam suatu negara

berada di tangan rakyat. Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat itu

dibatasi oleh kesepakatan yang mereka tentukan sendiri secara

bersama-sama yang dituangkan dalam aturan hukum yang berpuncak

pada rumusan konstitusi sebagai produk kesepakatan tertinggi dari

seluruh rakyat. 34

31 Muntoha, Demokrasi dan Negara Hukum, artikel yang dimuat dalam Jurnal Hukum Volume 16 Nomor 3 Juli 2009, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2009), hal 37932 Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, (Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi RI, 2008), hal. 69033 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Perubahan Ketiga pada 10 November 2001.34 Martha Pigome, op.cit., hal. 336.

12

Dalam menciptakan aturan hukum harus mencerminkan

kepentingan dan perasaan keadilan rakyat. 35 Oleh karena itu, hukum

harus dibuat dengan mekanisme demokratis. Hukum tidak boleh dibuat

untuk kepentingan kelompok tertentu atau kepentingan penguasa yang

akan melahirkan negara hukum yang totaliter. Hukum tertinggi di

sebuah negara adalah produk hukum yang paling mencerminkan

kesepakatan dari seluruh rakyat, yaitu konstitusi. Konstitusi dalam arti

materiil, terdiri dari beberapa aturan yang mengatur untuk menciptakan

norma hukum umum dalam penciptaan undang-undang tertentu.36

Dengan demikian, aturan dasar penyelenggaraan negara yang

harus dilaksanakan adalah konstitusi. Bahkan, semua aturan hukum lain

yang dibuat melalui mekanisme demokrasi tidak boleh bertentangan

dengan konstitusi. Hal ini karena aturan hukum yang dibuat dengan

mekanisme demokrasi tersebut adalah produk “mayoritas rakyat”,

sedangkan konstitusi adalah produk ”seluruh rakyat”.37

Dalam konsep negara hukum harus ditopang dengan sistem

demokrasi karena terdapat korelasi yang jelas antara negara hukum

yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang

dijalankan melalui sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi

partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini. Akan tetapi,

35 Jimly Asshidiqqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, op.cit., hal 12636 Satya Arinanto, Politik Hukum 2, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 1637 Janedjri M. Gaffar, Demokrasi dan Nomokrasi, Artikel dimuat dalam http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7190&coid=3&caid=3&gid=3, 10 Oktober 2013.

13

demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,

sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.38

Negara hukum yang bertopang pada sistem demokrasi pada

pokoknya mengidealkan suatu mekanisme bahwa negara hukum itu

haruslah demokratis, dan negara demokrasi itu haruslah didasarkan

atas hukum.39 Dengan demikian, dalam konsep negara hukum yang

demokratis terkandung makna bahwa demokrasi diatur dan dibatasi

oleh aturan hukum, sedangkan substansi hukum itu sendiri ditentukan

dengan cara-cara yang demokratis berdasarkan konstitusi.40

C. Perwujudan Negara Hukum yang Demokratis dalam Konstitusi

Indonesia

Sebagai negara hukum, Indonesia harus menjunjung tinggi

supremasi hukum, mengakui persamaan kedudukan di dalam hukum

dan menjadikan hukum sebagai landasan operasional dalam

menjalankan sistem penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.41 Menurut pendapat Jon Elster dan Rune

bahwa yang dominan dalam perspektif Rechstaat adalah sudut pandang

negatif yaitu proteksi pada warga sendiri terhadap penyalahgunaan

38 Ridwan HR, Hukum Admnistrasi Negara, (Yogyakarta : UII-Press, 2002), hal. 739 Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Nomokrasi: Prasyarat Menuju Indonesia Baru, Kapita Selekta Teori Hukum, (Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000), hal. 141 – 144.40 Martha Pigome. op.cit., hal. 33741 Moh. Mahfud Md, Mengawal Arah Politik Hukum Nasional Melalui Prolegnas Dan Judicial Review, makalah dapat diunduh pada http://www.mahfudmd.com/index.php? page=web.MakalahWeb&id=2&aw=1&ak=8, tanggal 10 Oktober 2013.

14

kekuasaaan dengan negara. Bukan berarti negara dikelola prinsip-

prinsip rechstaat, tetapi sama dan metodenya di kontrol. 42

Sebenarnya konsep negara hukum di Indonesia sudah ada sejak

awal kemerdekaan. Negara Hukum adalah konsep negara yang

diidealkan oleh para pendiri bangsa yang membahas dan merumuskan

UUD 1945 yang dituangkan dalam penjelasan UUD 1945 sebelum

perubahan.43 Pada era reformasi Indonesia sebagai negara hukum

dikuatkan dalam perubahan UUD 1945, sebagaimana tertuang dalam

Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia

adalah negara hukum”. 44

Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya

dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen penting, 45yaitu :

1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM);2. Pemisahan / pembagian kekuasaan;3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;dan4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

Jika dikaitkan dengan konsep negara hukum tersebut, perwujudan

bahwa Indonesia sebagai negara hukum, pengaturan unsur-unsur

negara hukum tercantum dan dimuat dalam Batang Tubuh UUD 1945

adalah sebagai berikut:

Pertama, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) di

dalam UUD 1945 selain telah dijamin pengaturannya pada Pembukaan 42 Satya Arinanto, Politik Hukum 1, op.cit., hal. 27643 Jimly Asshidiqqie, Implikasi Perubahan UUD 1945, op.cit., hal. 2144 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Ketiga pada 10 November 200145 Jimly Asshidiqqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, op.cit., hal 122

15

UUD 1945, juga telah diatur dalam Batang Tubuh UUD 1945 sebelum

amandemen yaitu dalam Pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, dan Pasal 34.46

Seperti misalnya, perlindungan hak asasi terhadap kesetaraan

dihadapan hukum (equality before the law) diatur dalam Pasal 27 ayat

(1) UUD 1945.47 Setelah amandemen perlindungan terhadap hak asasi

manusia diatur lebih komperensif lagi dengan serangkaian jaminan hak

asasi manusia, yang dirumuskan tersendiri dalam Bab XA dari Pasal

28A hingga 28J mengenai Hak Asasi Manusia. Pengakuan dan jaminan

atas hak dan kebebasan asasi manusia ini adalah koreksi atas

konstitusi pada masa lalu yang sama sekali tak memuat jaminan hak

dan kebebasan manusia. 48

Dalam rangka untuk melindungi dan mempromosikan hak-hak

asasi manusia ini, negara membentuk suatu komisi yang bernama

Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia). Artinya,

keberadaan lembaga ini sangat penting bagi negara demokrasi

konstitusional.49 Adanya hak asasi manusia dalam muatan konstitusi

juga meneguhkan prinsip negara hukum bahwa kekuasaan adalah

residu dari hak dan kebebasan dasar manusia. Dengan pengakuan hak

46 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Lihat pasal 27, 28, 29, 30, 31, dan Pasal 34 UUD 1945 sebelum amandemen UUD 1945. 47 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Perubahan Kedua pada 18 Agustus 200048Manunggal K. Wardaya. Membangun Masyarakat Madani dan Demokratis Dalam Bingkai Konstitusionalisme, Proceeding Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, makalah dipresentasikan pada seminar nasional fakultas ilmu sosial dan politik-Universitas Terbuka 7 Juli 2011, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2012), hal. 29049 Jimly Asshidiqqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Op.cit, hal. 104

16

dan kebebasan manusia dalam muatan konstitusi, maka tidak

dibenarkan negara mengurangi, merampas hak dan kebebasan warga

tanpa suatu alasan hukum yang sah. 50

Kedua, ciri negara hukum selanjutnya adanya pemisahan /

pembagian kekuasaan yang diatur dalam Perubahan Pertama dan

Kedua UUD 1945, prinsip pemisahan kekuasaan secara horizontal jelas

mulai dianut oleh para perumus perubahan UUD 1945 seperti tercermin

dalam Perubahan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) sampai ayat

(5).51

Ketiga, pemerintahan berdasarkan undang-undang, sebagai

suatu negara hukum berdasarkan UUD 1945, Presiden RI memegang

kekuasaan pemerintahan menurut UUD, Presiden berhak mengajukan

RUU kepada DPR. Presiden menetapkan PP untuk menjalankan UU

sebagaimana mestinya. Semua ketentuan UUD 1945 itu merupakan

hukum positif yang menjadi dasar konstitusional (Constitutionale atau

Grondwettelyke Grondslag) dari adanya sifat wetmatigheid van het

bestuur, seperti yang telah termuat di dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal

5 ayat (1) dan (2) UUD 1945. 52

Terakhir, yang keempat, Peradilan administrasi yang berdiri

sendiri, yaitu diatur dalam pasal 24 UUD 1945 bahwa penegakan hukum

50 Manunggal K. Wardaya, op.cit., hal. 29051 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 Perubahan Pertama pada 19 Oktober 1999 52 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, lihat Pasal 4 ayat (1) UUD 1945.

17

dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum (due

process of law). Dimana salah satu ciri yang dianggap penting dalam

setiap negara hukum yang demokratis ataupun negara demokrasi yang

berdasar atas hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman yang

independen dan tidak berpihak. Apapun sistem hukum yang dipakai dan

sistem pemerintahan yang dianut principles of independence and

impartiality of the judiciary harus benar dijamin di setiap negara

demokrasi.53

Dengan demikian, dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita

negara hukum itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

perkembangan gagasan kenegaraan Indonesia sejak kemerdekaan.

Perwujudan negara hukum dicantumkan kembali dengan tegas pada

pasal-pasal Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945. Oleh karena itu,

secara teoritis gagasan kenegaraan Indonesia telah memenuhi

persyaratan sebagai negara hukum modern, yaitu negara hukum yang

demokratis dan bahkan menganut pula paham negara kesejahteraan

(welfare-state).54

D. Implementasi Prinsip Demokrasi dalam Bingkai Konstitualisme

Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945

53 Jimly Asshidiqqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hal. 47.54 Muntoha, op.cit., hal 393.

18

Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia

pada masa reformasi adalah reformasi konstitusional (constitutional

reform).55 UUD 1945 sebagai wujud perjanjian sosial tertinggi. Konstitusi

memuat cita-cita yang akan dicapai dengan pembentukan negara dan

prinsip-prinsip dasar pencapaian cita-cita tersebut. UUD 1945 sebagai

konstitusi bangsa Indonesia merupakan dokumen hukum dan dokumen

politik yang memuat cita-cita, dasar-dasar, dan prinsip-prinsip

penyelenggaraan kehidupan nasional.56

Implementasi prinsip demokrasi pertama terlihat dalam pada

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sesudah Perubahan ditetapkan, "Kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang

Dasar". Pasal 1 ayat (2) menegaskan bahwa kedaulatan sebagai di

tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Pasal

ini mengandung makna falsafati bahwa sesungguhnyalah kekuasaan

yang tertinggi ada di tangan rakyat, bukan oleh sekelompok orang saja.

Rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi pengurus

atau penyelenggara negara57

Dalam rumusan ini terlihat bahwa demokrasi yang dianut oleh

Indonesia adalah demokrasi konstitusional, suatu format demokrasi

yang mendasarkan pada hukum dan tidak pada suara terbanyak yang

55 Jimly Asshididiqqie, Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi, op.cit., hal.156 Satya Arinanto, Politik Hukum 1, op.cit., hal. 107-11257 Jimly Asshidiqqie, Komentar atas Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 10-11.

19

berujung pada tirani mayoritas. 58Pasal konstitusi dimaksud juga

memuat paham konstitusionalisme. Rakyat pemegang kedaulatan

tertinggi terikat pada konsititusi. Kedaulatan rakyat dilaksanakan

menurut UUD, tidak boleh dijalankan atas dasar the ruling of the mob59.

Pelaku kedaulatan kini bukan lagi MPR, namun semua badan negara

lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, dan bahkan lembaga peradilan

seperti MA dan MK.60

Kedua, Perubahan yang paling jelas terlihat adalah adanya

pemilihan umum (pemilu)yang free dan fair sebagaimana diatur dalam

Pasal 22E. Kini, kesemua anggota DPR dan DPD bahkan Presiden

dipilih oleh rakyat, kontras jika dibandingkan di masa sebelum

perubahan dimana ada sebagian kursi DPR yang diduduki tanpa melalui

Pemilu oleh militer dengan Fraksi ABRI-nya.61

Melalui pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

adil, sebenarnyalah diimplementasikan prinsip rakyat mengatur dan

memerintah dirinya sendiri. Dikatakan demikian karena melalui wakil-

wakilnya yang dipilih di DPR, rakyat turut membentuk dan mewarnai

undang-undang yang akan berlaku mengikat bagi dirinya sendiri, suatu

58 Ibid.59 Didik Sukriono, Membangun Badan Publik yang Transparan dan Akuntabel dengan Membudayakan Kesadaran Berkonstitusi, Artikel yang dimuat dalam Jurnal Konstitusi Volume 4 Nomor 1, (Jakarta : Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2010), hal. 5.60 Ibid.61 Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, (Jakarta: LP3ES, 2007), hal. 133

20

kewenangan yang dimiliki DPR berdasar Pasal 20 ayat (1). 62 Anggota-

anggota DPR dan anggota-anggota DPD yang dipilih melalui Pemilu

secara otomatis menjadi anggota MPR yang memiliki kewenangan

mengubah dan menetapkan UUD. 63

Ketiga, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia menurut Pasal 6A

ayat (1) dipilih secara langsung dalam satu pasangan oleh

rakyat.64Artinya siapapun pemegang kekuasaan pemerintahan di

Indonesia pada hakekatnya adalah pilihan dari rakyat itu sendiri.

Presiden menurut UUD 1945 sebelum perubahan dipilih oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR), memungkinkan kesenjangan antara

aspirasi rakyat di tingkat grassroot dan konstelasi politik di tubuh MPR

yang dengan sendirinya membuka peluang politik transaksional.65

Jadi Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis, hukum

harus dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.

Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan pada aturan hukum yang

berpuncak pada UUD 1945.66 Meskipun dirumuskan dengan jelas

bahwa Undang-undang Dasar menganut asas kedaulatan rakyat atau

demokrasi, jika penyelenggara negara tidak berjiwa demokrasi atau

tidak mempunyai komitmen untuk mewujudkan demokrasi itu dalam

62 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 Perubahan Kedua pada 18 Agustus 2000.63 Jimly Asshidiqqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, op.cit., hal. 151.64 Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 6A ayat (1) UUD 1945 Perubahan Ketiga pada 10 November 2001.65 Moh. Mahfud MD, op.cit., hal. 13466 Muntoha, op.cit., hal.380.

21

kenyataan atau hanya menjadikan demokrasi sebagai retorika semata,

maka pasal yang jelas menentukan adanya demokrasi itu tidak akan

terwujud dalam praktek. 67 Oleh karena itu, penyelanggara negara harus

mempunyai jiwa demokrasi dalam rangka mengimplementasikan prinsip

demokrasi dalam penyelenggaraan negara.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita negara hukum itu

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gagasan

kenegaraan Indonesia. Jika dikaitkan dengan unsur-unsur negara

hukum, perwujudan negara hukum dicantumkan dengan tegas pada 1

ayat (3) Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 dan pengaturan unsur-

unsur negara hukum dalam Batang Tubuh amandemen UUD 1945

sebagai berikut:

a. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) : diatur dalam

Pasal 28A hingga 28J.

b. Pemisahan / pembagian kekuasaan: diatur dalam Pasal 5 ayat (1)

dan Pasal 20 ayat (1) sampai ayat (5).

67 Jimly Asshidiqqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, op.cit., hal. 31

22

c. Pemerintahan berdasarkan undang-undang: diatur dalam Pasal 4

ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) dan (2) UUD 1945.

d. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri : diatur dalam pasal 24

UUD 1945

Jadi konsep negara hukum sudah ada dalam batang tubuh Undang-

undang dasar negara Republik Indonesia, dan dalam prakteknya cita

negara hukum sudah menjadi landasan bernegara.

2. Implementasi prinsip demokrasi terlihat dalam pada Pasal 1 ayat (2)

UUD 1945 menegaskan bahwa kedaulatan sebagai di tangan rakyat

dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Kedua, adanya

pemilihan umum (pemilu) yang free dan fair sebagaimana diatur dalam

Pasal 22E. Ketiga, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia menurut

Pasal 6A ayat (1) dipilih secara langsung dalam satu pasangan oleh

rakyat. Pelaksanaan prinsip demokrasi harus berdasarkan pada aturan

hukum yang berpuncak pada UUD 1945. Jadi Indonesia sebagai negara

hukum yang demokratis, hukum harus dibangun dan ditegakkan

menurut prinsip-prinsip demokrasi. Pembuat undang-undang, penegak

hukum dan aparat negara harus mengimplementasikan prinsip

demokrasi dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan maksud dari

konstitusi dasar negara yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945.

23

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arinanto, Satya. Politik Hukum 1. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

_____________. Politik Hukum 2. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Nomokrasi: Prasyarat Menuju Indonesia Baru. Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000.

____________. Implikasi Perubahan UUD 1945 terhadap Pembangunan Hukum Nasional. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2005.

____________. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

____________. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

____________. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi RI, 2008.

____________. Komentar atas Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika, 2009.

24

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Harjono. Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2008.

Kelsen, Hans. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusamedia, 2006.

Ljiphart, Arend. Democries : Patters of Majoritarian and Consesus Goverment in Twenty-One Countries. New Haven : Yale University Press, 1984.

Mahmudin (MD), Moh. Mahfud. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Yogyakarta: Gama Media, 1999.

____________. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Jakarta: LP3ES, 2007.

Nasution, Adnan Buyung. Pikiran dan Gagasan, Demokrasi Konstitusional. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2011.

R, Ridwan H. Hukum Admnistrasi Negara. Yogyakarta : UII-Press, 2002.

Thaib, Dahlan. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2008.

Yuhana, Abdy. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945. Bandung: Fokusmedia, 2009.

Jurnal dan Makalah Ilmiah

Asshididiqqie, Jimly. Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi Untuk Mewujudkan Negara Hukum Yang Demokratis, makalah yang disampaikan sebagai Bahan Orasi Ilmiah Peringatan Dies Natalis ke XXI dan Wisuda 2007 di Universitas Darul Ulum (Unisda) Lamongan, 29 Desember 2007.

Istianda, Meita dan Enceng. Peluang Kesejahteraan Di Negara Demokrasi. Proceeding Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, makalah dipresentasikan pada seminar nasional fakultas ilmu sosial dan politik-Universitas Terbuka 7 Juli 2011. Jakarta : Universitas Terbuka, 2012.

25

Marzuki, M. Laica. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Artikel dimuat dalam Jurnal Konstitusi Volume 7 Nomor 4. Jakarta : Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010.

Muntoha. Demokrasi dan Negara Hukum, artikel yang dimuat dalam Jurnal Hukum Volume 16 Nomor 3 Juli 2009. Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2009.

Nurhayati, Pradhikna Yunik dan Samodra Wibawa. Masyarakat Madani: Tawaran Konseptual Untuk Indonesia, Proceeding Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, makalah dipresentasikan pada seminar nasional fakultas ilmu sosial dan politik-Universitas Terbuka 7 Juli 2011. Jakarta : Universitas Terbuka, 2012.

Pigome, Martha. Implementasi Prinsip Demokrasi Dan Nomokrasi Dalam Struktur Ketatanegaraan RI Pasca Amandemen UUD 1945. Artikel dimuat dalam Jurnal Dinamika Hukum Volume 11 Nomor 2, Mei 2011. Semarang : FH Universitas Jenderal Sudirman, 2011.

Rodiyah. Aspek Demokrasi Pembentukan Peraturan Daerah Dalam Perspektif Socio-Legal. Artikel dimuat dalam jurnal Masalah-Masalah Hukum, Jilid 41, Nomor 1. Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2012.

Sukriono, Didik. Membangun Badan Publik yang Transparan dan Akuntabel dengan Membudayakan Kesadaran Berkonstitusi, Artikel yang dimuat dalam Jurnal Konstitusi Volume 4 Nomor 1. Jakarta: Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2010.

Wardaya, Manunggal K. Membangun Masyarakat Madani dan Demokratis Dalam Bingkai Konstitusionalisme. Proceeding Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, makalah dipresentasikan pada seminar nasional fakultas ilmu sosial dan politik-Universitas Terbuka 7 Juli 2011. Jakarta : Universitas Terbuka, 2012

Internet

Gaffar, Janedjri M. Demokrasi dan Nomokrasi. Artikel dimuat dalam http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7190&coid=3&caid=3&gid=3. 10 Oktober 2013.

26

Mahmudin, Moh. Mahfud. Mengawal Arah Politik Hukum Nasional Melalui Prolegnas dan Judicial Review,http://www.mahfudmd.com/index.php?page=web. MakalahWeb&id=2&aw=1&ak=8, tanggal 10 Oktober 2013.

Pustaka Sekolah. Periode Demokrasi di Indonesia. http://www.pustakasekolah.com/periode-demokrasi-di-indonesia.html. 11 Oktober 2013.

Ramadhan, Febri Teguh. Perkembangan sistem politik Indonesia Era Demokrasi-Pancasila. http://kabarfebri.blogspot.com/2012/06/ perkembangan-sistem-politik-indonesia.html. 11 Oktober 2013.

Wikipedia, Demokrasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, 10 Oktober 2013

Peraturan perundang-undangan

Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Perubahan Pertama, 19 Oktober 1999.

Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Perubahan Kedua, 18 Agustus 2000.

Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Perubahan Ketiga, 10 November 2001.

27