makalah kanker serviks klmpk 2.docx
Transcript of makalah kanker serviks klmpk 2.docx
kanker serviks
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular merupakan salah satu
program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang
mencapai derajat kesehatan yang seoptimal-optimalnya.Terjadinya perubahan gaya hidup
sebagai dampak dari transisi demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan
penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi
disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia.
Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk, sariawan, sakit perut, dan sebagainya.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menjangkiti tubuh
manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau jamur.Dan kanker servik adalah salah
satu contoh penyakit menular yang disebabkan oleh beberapa tipe dari virus yang disebut Human
Papilloma Virus (HPV).
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim
terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim
(abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan
yang dialami oleh sel-sel tersebut.
Menurut Siregar (2002),kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak
ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap
tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara berkembang. Kanker servik uteri atau leher rahim
ini menduduki peringkat utama dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kasus kanker
yang menyerang wanita di Indonesia. Data departemen kesehatan menunjukkan hingga kini
jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk. Oleh sebab itu diperlukan upaya
maksimal dalam rangka penanggulangan terhadap kejadian kanker servik yang mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu
mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia kesehatan,yang salah satu
tujuannya adalah untuk memberikan informasi tentang kanker servik serta upaya pencegahan dan
pengobatannya.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiamana fisiologi kanker serviks ?
2. Apa pengertian kanker serviks ?
3. Apa –apa saja factor resiko kanker serviks ?
4. Bagaimana klasifikasi kanker serviks ?
5. Bagaimana patosiologi kanker serviks ?
6. Bagaimana gejala klinis kanker serviks ?
7. Bagaimana diagnose kanker serviks ?
8. Apa –apa saja pencegahan kanker serviks ?
9. Bagaimana pengobatan kanker serviks ?
10. Bagaimana prognosis kanker serviks ?
11. Apa-apa saja obat-obat kanker serviks ?
C. Tujuan
Memberikan pemahaman dan tambahan wawasan lebih luas lagi tentang apa itu kanker serviks
bagi mahasiswa/mahasiswi
Bab II
PEMBAHASAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI KANKER SERVIKS
A.ANATOMI Fisiologi
Adapun Anatomi Fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam dan alat reproduksi wanita bagian luar
1. Alat genitalia wanita bagian luar
Gambar 2.1 organ eksterna wanita
a. Mons veneris
disebut juga gunun g venus merupakan bagian yan g menonjol dibagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat
setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)
merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
a) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan k elanjutan dari rambut pada mons veneris
b) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengan dung kelenjar sebasea (lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian atau klitoris bibir
kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
1) merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
2) mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitive analog dengan penis laki-laki.
e. Vestibulum
1) Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh:
a) Kedua bibir kecil
b) Bagian atas klitoris
c) Bagian belakang (bawah ) pertemuan kedua bibir kecil
2) Kedua bibir kecil
a) Uretra
b) Dua lubang saluran kelenjar skene
f. Kelenjara Bartholin
1) Kelenjar yang p enting didaerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan mudah
robek
2) pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
1) merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek
2) himen ini berlubang sehingga menjadi saluran d ari lendir yang dikeluarkan
uterus dan darah saat menstruasi
3) bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi
4) setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel mirsiformis
2. Alat genitalia wanita bagian dalam
Gambar 2.2 organ interna wanita
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva
a) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan d ari muskulus sfingter dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
b) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
c) Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya sekitar 11cm
d) Pada dinding vagina terd apat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama dibagian bawah
e) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
f) Bagian servik yang menonjol kedalam vagina disebut portio
g) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
a) Fornik anterior
b) Fornik posterior
c) Fornik kokstra
d) Fornik sinistra
h) sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5
I)keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi
j) fungsi utama vagina:
1. saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
2. alat hubungan seks
3. jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung kemih
dan rectum
BAB III
KANKER SERVIKS
A.PENGERTIAN KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah
skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim
(uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke rahim.
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum
terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia
intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV).
GAMBAR :
Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik,
yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel
normal.
1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada
sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas.
2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh
biokimia dan fisik normal dalam lingkungan.
3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi
4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak
kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000).
B.FAKTOR RESIKO KANKER SERVIKS
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi munculnya kanker serviks yaitu :
Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia
seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya
risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya
sistem kekebalan tubuh akibat usia.
• Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda
untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali
lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya
dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang
Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV).
Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan
antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang
terjadinya kanker
Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam
rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-
karsinogen infeksi virus
Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit akibat
hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai
penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat
penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak,
apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada,
seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko
tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu
melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ
reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya
Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan kontrasepsi oral
yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko
kanker leher rahim 1,5-2,5 kali.
C.klasifikasi stadium kanker serviks
Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu
prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode terapi. Tahapan
stadium klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh The International
Federation Of Gynecologi And Obstetric (FIGO) tahun 1976. Pembagian ini didasarkan atas
pemeriksaan klinik, radiologi, suktase endoserviks dan biopsy
Stadium berdasarkan FIGO :
Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)
Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan mikroskop),
dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar
7 mm
*) Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau
kurang
*) Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadium IB. tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemer iksaan
mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm
*) Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang
*) Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm
Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai
dinding panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding
samping
panggul
Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3
vagina bagian
bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga
menyebabkan
timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal
Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan
berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal
Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas
melampaui panggul
Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum
Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh
D.PATOSIOLOGI KANKER SERVIKS
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi
neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi
lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan
berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses
perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen
pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang
diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan
waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI,
1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan
displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi
E.GEJALAH KLINIS KANKER SERVIKS
gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan)
merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor
menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai
perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya
kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak
teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering
atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada
penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap
lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna
kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan
makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda
khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi
nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi
ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga
Universitas Sumatera Utara
merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal
di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini disosialisasikan
yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks tidak
menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul
gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang
air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual (Wiknjosastro, 1997).
gejala kanker secara umum timbul tergantung dari
jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu :
a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan
pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap
kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan
atau kecemasan.
b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah,
batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan
puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang
berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah
dalam air kemih.
c. Perubahan kebiasaan buang air besar.
d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein
(kaheksia).
e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.
f. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada
jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang
atau otak
g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab
h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan gangguan oksigenasi
jaringan akibat anemia.
F.DIAGNOSA KANKER SERVIKS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks.
Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun
sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim
secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher
rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear
2.Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear untuk wanita
dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear
negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun
3. Biopsi Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka
pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau
kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan
adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan
anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu
kanker invasif atau hanya tumor saja (Prayetni, 1997).
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar) Kolposkopi dilakukan untuk
melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan
dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni, 1997).
5. Tes Schiller Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal
akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak
berubah karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).
6. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau
peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat
menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
G.PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor-
faktor penyebab kanker meliputi:
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada
usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20
tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup
kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan
pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear
adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah
kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran
berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan
vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin
banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk
kena penyakit kanker mulut rahim
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang
menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh
dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit
kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6
dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif
apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara
seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko
terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.
Pencegahan dan Deteksi Dini
Tidak seperti Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya yang menyebar melalui cairan tubuh,
HPV
merupakan virus yang menyebar melalui kontak dari kulit ke kulit, karena itu penggunaan
kondom
tidak sepenuhnya efektif karena kondom tidak meliputi seluruh area kulit dimana
HPV dapat
ditemukan.
Deteksi dini terutama adalah melakukan pemeriksaan skrining secara teratur 1 tahun
mengetahui lesi prekanker. Pencegahan yang dilakukan adalah menghindari faktor risiko diatas
H.PENGOBATAN KANKER SERVIKS
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium
penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat
rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa
berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan
laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi (Pemilihan
pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya
tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah
diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri
(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi
Adapun cara-cara pengobatan kanker serviks
1. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan
selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya
diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan
pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel
yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul,
dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet,
atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker
dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam
periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh.
I.PARANOGSIS KANKER SERVISK
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan dengan 85-90
% kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal
(Suwiyoga, 2000; Nugroho, 2000). Selama ini, beberapa cara dipakai menentukan faktor
prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar
tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari
stadium penyakit
J.CONTOH OBAT KANKER SERVIKS
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks Merupakan kanker yang menyerang wanita pada daerah genitalia. Yang disebkan
oleh Huma Papillomavirus dimana Virus ini bersifat Onkogenik (menyebabkan kanker). HPV
ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat pula melalui penggunaan barang pribadi yang
bersamaan, misalnya pakaian bersama.
B. Saran
“Lebih baik Mencegah dari pada Mengobati”
C. Kritik
Kami Menyadari dalam Pembuatan Makalah ini masih Kurang baik oleh karena itu kami sangat
membutuhkan kritikan yang Membangun dari para Pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Chapter II.pdf
Jtpunimas-gdl-arifatulul-51372-bab2.pdf
Unud-386-487930089-bab2.pdf
Kanker-leher-rahim.pdf
Bab II tinjauan pustaka serviks.pdf
Iso farmakoterapi 2
http://www.doktergaul.com