Makalah Kain Tradisional (Isi)

48
Makalah Kain Tradisional di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah negera yang luas, membentang dari Sabang samapi Merauke. Dengan berbagai wilayah dengan beragam suku bangsa yang satu sama lain menjadi satu. Dengan keberagaman suku bangsa itulah, tercipta keragaman budaya bangsa yang beragam diantaranya adat istiadat, pakaian, rumah, makanan dan banyak lagi keragaman Indonesia termasuk keragaman kain tradisional yang ada di negeri kaya ini. Jenis kain yang ada di Indonesia sangat banyak sekali dengan ciri khas dan keunikan masing-masing yang mencerminkan budaya bangsa. Orang awam mungkin hanya mengenal batik saja untuk jenis kain yang ada di Indonesia. Ternyata apabila kita gali lagi keragaman kain di Indonesia, batik hanya satu dari keanekaragaman kain yang ada di negeri ini. Selain batik, terdapat pula jenis kain yang unik, indah bahkan lebih bernilai estetika tinggi dari batik. Diantara jenis-jenis kain di Indonesia selain batik adalah kain Ulos, kain Songket, kain Lurik, kain Cula dan banyak lagi yang lainnya. Sealain dari jenis kain yang bermacam-macam, untuk satu jenis kain juga beraneka ragam motif dan keunikan sesuai dengan daerah asalnya. Misalnya untuk batik itu terdiri dari macam-macam batik diantaranya batik cap Cirebon, batik 1

description

Makalah Kain Tradidisional

Transcript of Makalah Kain Tradisional (Isi)

Page 1: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negera yang luas, membentang dari Sabang samapi Merauke. Dengan

berbagai wilayah dengan beragam suku bangsa yang satu sama lain menjadi satu.

Dengan keberagaman suku bangsa itulah, tercipta keragaman budaya bangsa yang

beragam diantaranya adat istiadat, pakaian, rumah, makanan dan banyak lagi keragaman

Indonesia termasuk keragaman kain tradisional yang ada di negeri kaya ini.

Jenis kain yang ada di Indonesia sangat banyak sekali dengan ciri khas dan keunikan

masing-masing yang mencerminkan budaya bangsa. Orang awam mungkin hanya

mengenal batik saja untuk jenis kain yang ada di Indonesia. Ternyata apabila kita gali

lagi keragaman kain di Indonesia, batik hanya satu dari keanekaragaman kain yang ada

di negeri ini. Selain batik, terdapat pula jenis kain yang unik, indah bahkan lebih

bernilai estetika tinggi dari batik. Diantara jenis-jenis kain di Indonesia selain batik

adalah kain Ulos, kain Songket, kain Lurik, kain Cula dan banyak lagi yang lainnya.

Sealain dari jenis kain yang bermacam-macam, untuk satu jenis kain juga beraneka

ragam motif dan keunikan sesuai dengan daerah asalnya. Misalnya untuk batik itu

terdiri dari macam-macam batik diantaranya batik cap Cirebon, batik Lampung, batik

Solo-Jogja, batik Sogo Pipit, batik Bali dan banyak lagi batik-batik yang lainnya.

Untuk lebih jelasnya mengenai keragaman kain tradisional di Indonesia, di dalam

makalah ini diulas tentang jenis-jenis kain tradisional di indonesia, sejarah, motif

sampai kepada tips cara perawatan kain tersebut.

1

Page 2: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

BAB II

KAIN TRADISIONAL DI INDONESIA

2.1 Kain Batik

Kain batik sangat dikenal karena memang sudah jadi kain “wajib punya” untuk acara-

acara resmi atau acara adat. Batik sendiri adalah salah satu teknik menghias kain

menggunakan malam (Lilin).

Gambar 2.1 Kain Batik

Kain batik dapat dijumpai dibanyak tempat selain Jawa Tengah, seperti Jawa barat,

Jawa Timur, dan Bali dengan motif-motif berbeda sesuai ciri khas daerahnya.

Kata batik dianggap berasal dari kata ‘ambatik’ yang diterjemahkan kain berarti

‘dengan titik-titik kecil’. Akhiran tik berarti ‘kecil dot, drop, titik atau membuat titik.

Batik juga dapat berasal dari kata Jawa ‘tritik’ yang menjelaskan proses menolak untuk

mati di mana pola disediakan pada tekstil dengan mengikat dan menjahit area sebelum

2

Page 3: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

mati, mirip dengan teknik tie dye. Jawa fase lain untuk pengalaman mistik pembuatan

batik, Äúmbatik manah, AU yang berarti, Äúdrawing desain batik pada jantung, AU.

Jarik

Gambar 2.2 Jarik

Jarik adalah kain batik yang dipakai sebagai bawahan pada pakaian adat Jawa. Jarik

dalam bahasa Jawa halus ( kromo) disebut dengan nyamping sebagai elemen pakaian

adat Jawa memiliki beberapa fungsi seperti memperindah penampilan, menunjukan

status sosial pemakainya, selain itu berbagai macam motif batikan Jarik mempunyai

makna pengharapan pemakainya. Beberapa nama motif jarik diantaranya : parang

kesuma, parang barong, sida mukti, sida luhur dan sebagainya. Motif sida mukti

mempunyai makna pemakainya berpengharapan hidupnya berkelimpahan. Sida luhur

pemakainya berharap akan menjadi orang yang luhur budinya.

Macam-macam Batik di Indonesia antara lain:

2.1.1 Batik Cap dari Cirebon

Gambar 2.3 Batik Cap Cirebon

3

Page 4: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Batik dapat dibuat dengan berbagai cara, selain menggunakan alat berupa canting. Batik

khas Cirebon dibuat dengan cara mengecap sehingga dikenal sebagai Batik Cap. Motif

yang menjadi ciri Batik Cirebon adalah motif tumbuhan yang terdiri dari bunga, daun,

dan tangkai dan jika akan dikelompokkan menjadi karangan bunga yang indah.

2.1.2 Batik Lampung

Gambar 2.4 Motif Batik Lampung

Motif batik Lampung memiliki keunikan tersendiri yang sangat berbeda dengan motif

wilayah lain yang ada di indonesia, merunut sejarah Lampung mulai mengenal seni

tekstil sejak abad ke 18 bertepatan dengan masuknya pengaruh kebudayaan India yang

mulai masuk ke perairan Sumatera. Sehingga pengaruh motif-motif Budha sangat kental

di dalamnya. Motif yang paling terkenal dan menjadi rebutan para kolektor asing adalah

motif perahu dan pohon kehidupan. Dua motif ini menjadi sangat khas bagi kebudayaan

Lampung dan merupakan trade mark Lampung di mata dunia internasional.

2.1.3 Batik Sogo Pipit

Gambar 2.5 Motif Batik Tuban (Sogo Pipit)

4

Page 5: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Batik Sogo Pipit merupakan batik tradisional Tuban. Motifnya terdiri dari motif suluran,

daun bunga, dan burung phunik yang merupakan burung khas daerah Tuban. Dalam

batik ini ditemukan pula motif bunga dan motif binatang yang bentuknya seperti ulat

daun yang tampil dalam bentuk seperti steliren.

2.1.4 Batik Jawa Solo dan Yogyakarta

 

Motif Sidomukti Motif Ambarsari

Gambar 2.6 Motif Batik Jogja dan Solo

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah

satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan

hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta

para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton,

maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya

masing-masing.

Maka setiap motif pada batik tradisional  selalu memiliki makna tersendiri. Pada motif

batik, khususnya di Jawa Tengah, terutama Solo dan Yogyakarta, setiap gambar

memiliki makna. Ini berhubungan dengan arti atau makna filosofi dalam kebudayaan

5

Page 6: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai

pada kesempatan atau peristiwa tertentu. Lihatlah motif Sida Mukti, yang secara harfiah

berarti “menjadi berkecukupan, makmur”. Motif ini hanya boleh digunakan oleh

kalangan keluarga keraton. Ada lagi motif Wahyu Tumurun (turunnya wahyu), yang

digunakan hanya pada upacara jumenengan (perayaan ulang tahun naik tahta).

Sementara motif Parang yang bernuansa cukup ramai, biasanya dipakai untuk acara

pesta atau menghadiri suatu perayaan. Sedangkan untuk melayat, digunakan warna yang

lebih lembut yaitu motif kawung. Keempat motif batik tersebut hanya diperuntukan

bagi keluarga keraton, dan tidak boleh digunakan oleh rakyat jelata. Di luar empat motif

batik tersebut, tentu masih terdapat banyak motif lain.

2.1.5 Batik Jombang

Pada awalnya motif batik Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu dengan

motif bunga melati, tebu, cengkeh, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang

diciptakan biasanya diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi

manya dan turonggo seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati

kabupaten Jombang (isteri Bupati/DO), bersepakat/setuju bahawa “Motif Batik Tulis

Khas Jombang” diambil dari salah satu relief Candi Arimbi yang terletak di desa

Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi Arimbi merupakan candi

peninggalan kerajaan Majapahit.

Gambar 2.7 Motif Batik Jombang

2.1.6 Batik Gumelem

Batik Gumelem merupakan motif batik khas dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah. Corak batik Gumelem tidak lepas dari nuansa keraton dengan warna khasnya

6

Page 7: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

hitam, coklat, kuning/ putih, sehingga terkesan konservatif dan sangat spesifik. Namun

demikian dengan munculnya pengrajin muda, maka corak Batik Gumelem saat ini telah

mengalami banyak kemajuan. Secara umum corak dan warna Batik Gumelem

dibedakan dalam dua golongan yaitu corak batik klasik dan corak batik kontenporer.

Gambar 2.8 Corak Batik Klasik (Batik Gumelem)

Didominasi warna hitam, coklat tua dan putih/kuning, dengan variasi corak antara lain :

motif Pring Ndapur,Gajah Ngguling,Kali Serayu, Udan Riris,Jahe Serimpang, Sida

Mukti, Sekar Kuning,Gabah Wutah, Blaburan,Grinting, Buritan Galaran, Buntelan,Sido

Luhur,Ukir Udar, Parang Angkuk,Parang Angkuk Siling,dan Kopi Pecah

Corak Batik Kontemporer didomiansi warna masa kini seperti merah, biru, hijau, dan

warna-warna lain sesuai keinginan, dengan variasi corak antara lain Sawung Alit,

Lumbu Pari, Kawung Ceplokan, Kantil Rinonce, Sekar Tirta, Pilih Tanding, Salak Rojo,

Sekar Kinasih.

2.1.7 Batik Bali

Batik Bali adalah perkawinan motif dalam negeri dan luar negeri.

7

Page 8: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Gambar 2.9 Motif Batik Bali

2.2 Jumputan (Pelangi)

Jumputan(pelangi) adalah kain yang dihias dengan teknik ikat celup (tie-die). Kain ini

banyak ditemui di Sumatra Selatan dan Jawa Tengah. Saat ini karena warnanya cerah

jumputan banyak digunakan sebagai pengganti kain batik untuk acara-acara pernikahan

sebagai paduan kebaya.

Gambar 2.10 Kain Jumputan (Pelangi)

2.3 Kain Tenun

Kain tenun banyak sekali jenisnya, tapi yang banyak kita jumpai adalah kain songket

dan ulos, yaitu kain yang mengalami proses hias-menghias pada saat ditenun.

2.3.1 Kain Ulos

8

Page 9: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Ulos menggunakan manik-manik pada saat ditenun .

Gambar 2.11 Kain Ulos

2.3.2 Kain Songket

Songket menggunakan benang emas pada saat ditenun. Tidak heran kalau kain ini berat

sekali. Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket yang berwarna keemasan

dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim yang makmur

dan kaya pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera.

Kain songket benang emas dan perak di buat dengan penuh ketelitian dengan tenunan

yang di jalin dengan benag emas atau perak dengan sarana lidi-lidi halus yang di

silangkan pada benang pakan dan lungsi pada saat menenun di alat tenun. Kain-kain

songket dengan mutu yang tinggi menjadi prestise bagi pemiliknya.

Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera,

Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan

songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang,

Minangkabau Sumatera Barat serta di Palembang Sumatera Selatan. Di Bali, desa

pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa

Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat

kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya. Di luar Indonesia,

kawasan pengrajin songket ditemui di Malaysia, antara lain di pesisir timur

Semenanjung Malaya khususnya industri rumahan di pinggiran Kota Bahru, Kelantan

dan Terengganu, juga ditemui di Brunei Darusalam.

9

Page 10: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Gambar 2.12 Pembuatan Songket

Gambar 2.13 Kain Songket Bali

2.3.3 Kain Cual

10

Page 11: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Gambar 2.14 Kain Cual 

Menenun Kain Cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok

Bangka Barat, keturunan Ence Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon pada abad ke-

18. Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang berarti celupan awal pada

benang yang akan diwarnai.

Tenun cual merupakan perpaduan antara teknik songket dan tenun ikat, namun yang

menjadi ciri khasnya adalah susunan motif menggunakan tekhnik tenun ikat. Jenis motif

tenun cual antara lain susunan motif bercorak penuh (Pengantek Bekecak), dan motif

ruang kosong (Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama Limar

Muntok. Sekilas motif kain tenun cual nampak seperti songket Palembang. Yang

membedakan  adalah jika pada Songket Palembang motif diambil dari bentuk-bentuk

bunga seperti cempaka atau bunga cengkeh, maka cual mengambil motif bentuk-bentuk

alam dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti motif kucing atau bebek, bunga mawar,

dan lain-lain yang jika dilihat dari jauh akan timbul motifnya.

Fungsi sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Muntok,

pakaian pengantin dan pakaian pada hari-hari kebesaran Islam dan adat lainnya. Sebagai

hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan status sosial

(pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu. Dahulu, kehalusan tenunan, tingkat

11

Page 12: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

kerumitan motif dan warna pada tenun cual mengandung filosofi hidup sebagai hasil

perjalanan religius penenunnya.

Tenun cual sangat terkenal karena tekstur kainnyaa yang begitu halus, warna celupan

benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul, jika dipandang dari kejauhan.

Peminat tenun cual pun hingga ke luar Bangka, sehingga diperjual belikan pula ke

Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan Tanah Melayu lainnya. Hal ini

menyebabkan pengguna tenun cual tidak lagi hanya pada keturunan Bangsawan

Muntok.

Tahun 1914 hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang menyebabkan

terputusnya bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari Cina menjadi pelengkap

orang-orang Muntok meninggalkan kerajinan tenun cual. Tahun 1990, Perindustrian

Kota Madya Pangkal Pinang menggalakan kembali kerajinan cual di Bangka.

Kelompok usaha kerajinan cual yang terdiri dari anggota keluarga tersebut diketuai oleh

Masliana.Tahun 2003 Maslina membentuk Koperasi Tenun Kain Cual Khas Bangka.

Kini ada 40 perajin cual yang tersebar di kota maupun kabupaten di Bangka Belitung.

Tips Merawat Tenun Cual

1. Tenun cual sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon yang dilapisi

dahulu dengan kertas minyak atau kertas copy.

2. Lalu dimasukkan ke dalam tabung atau dibungkus plastik lalu disimpan

dalam lemari kayu.

3. Jauhkan dari cahaya matahari langsung dan air.

4. Tabung atau lemari penyimpanan diberi lada atau cengkeh yang ditakuti

rayap atau serangga lainnya. Tenun cual tidak boleh di Dry Clean dan di

Loundry, hanya boleh angin-anginkan setelah dipakai.

Tips Merawat Bahan Motif Cual Tekhnik Cap

12

Page 13: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Agar warna alam pada bahan tersebut dapat tahan lama, hendaknya tidak

mencucinya dengan mesin cuci. Jangan direndam terlalu lama, sebaiknya

dicuci menggunakan shampoo atau sabun khusus (lerak). Jangan dijemur

di bawah sinar matahari langsung. Sebaiknya digantung menggunakan

hanger lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh. Saat mensetrika,

jangan terlalu panas dan dibalik, jangan mensetrika di atas permukaan atau

lapisi kain menggunakan sapu tangan. Simpan di tempat yang teduh, tidak

terkena sinar lampu dan matahari secara langsung. Jika ingin memberi

kapur barus, bungkus terlebih dahulu.

2.3.4 Kain Tolaki

Gambar 2.15 Pembuatan Kain Tolaki

Tenun Tolaki merupakan primadona kain tenun khas Sulawesi Tenggara. Hingga saat

ini tradisi menenun masih berkembang karena kecintaan masyarakatnya terhadap kain

tradisional tersebut.

Salah satu trik dalam mempertahankan kebudayaan kain tolaki ini adalah dengan

menciptakan mitos. Mereka selalu menjadikan kain tenun sebagai pakaian kebesaran

dalam setiap pesta adat di lingkungan masyarakat tolaki. Mereka berkeyakinan jika

dalam upacara adat tidak menggunakan kain tenun tolaki, maka akan terasa ada yang

sangat kurang.

Motif yang cukup terkenal di masyarakat tolaki adalah ragam hias mua. Motif ini

biasanya menggunakan warna jingga muda, kelabu, biru laut, kuning susu, hijau lumut,

13

Page 14: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

dan merah samar. Selain itu digunakan juga benang emas yang membentuk motif garis

halus dan kesan bunga kecil.

Kain tenun bercorak biasa disebut sebagai kain corak hujan panas karena adanya kesan

berkilat yang disebabkan adanya benang emas. Jika benang emas membentuk garis

lurus maka disebut sebagai tenun/songket selit

2.3.5 Kain Adat Karo

Kain adat tradisional Karo (Uis Adat Karo) merupakan pakaian adat yang digunakan

dalam kegiatan budaya suku karo maupun dalam kehidupan sehari-hari. Uis Karo

memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan

pelaksanaan kegiatan budaya.

Pada umumnya Uis Adat Karo dibuat dari bahan kapas, dipintal dan ditenun secara

manual dan menggunakan zat pewarna alami (tidak menggunakan bahan kimia

pabrikan). Namun ada juga beberapa diantaranya menggunakan bahan kain pabrikan

yang dicelup (diwarnai) dengan pewarna alami dan dijadikan kain adat Karo.Beberapa

diantara Uis Adat Karo tersebut sudah langka karena tidak lagi digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, atau hanya digunakan dalam kegiatan ritual budaya yang

berhubungan dengan kepercayaan animism. Dan saat ini tidak dilakukan lagi.

Berikut beberapa contoh Uis Adat Karo.

1. Uis Beka Buluh

Gambar 2.16 Uis Beka Buluh

Ukuran : 166 x 86 Cm

14

Page 15: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Uis Beka Buluh memiliki ciri Gembira, tegas dan elegan. Kain Adat ini merupakan

simbol wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang Putra Karo.

Penggunaan:

Sebagai penutup kepala. Pada saat pesta adat, kain ini dipakai pria/putra Karo

sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut

diselenggarakan. Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi Mahkota pada saat pesta

perkawinan, mengket rumah (Peresmian Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara

Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut)

Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok /Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak

sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segi tiga.

Sebagai Maneh-maneh. Setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh

Kalimbubu (Paman, Saudara Laki-laki dari Ibu, Pihak yang dihormati) sehingga

berhasil dalam hidupnya. Pada Saat kematiannya, pihak keluarga akan

membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan tanda syukur

yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa

dikenakannya yaitu Uis Beka Buluh.

2. Uis Jongkit Dilaki.

Gambar 2.17 Uis Jongkit Dilaki

15

Page 16: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Ukuran : 172 x 96 Cm

Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter kuat dan perkasa.

Penggunaan :

Sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai

kain sarung). Kain ini dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang

mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.

3. Uis Gatip

Gambar 2.18 Uis Gatip

Ukuran : 164 x 96 Cm

Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter Teguh dan Ulet

Penggunaan :

Sebagai Penutup Kepala wanita Karo (tudung) baik pada pesta maupun dalam

kesehariannya.

Untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu

pada saat wanita Karo meninggal Dunia (Maneh-maneh dan morah-morah).

4. Uis Nipes Padang Rusak

16

Page 17: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Gambar 2.19 Uis Nipes Padang Rusak

Ukuran : 146 x 74 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam sehari-hari.

5. Uis Nipes Benang Iring

Gambar 2.20 Uis Nipes Benang Iring

Ukuran : 154 x 62 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat duka cita.

6. Uis Ragi Barat / Ragi Mbacang

17

Page 18: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Gambar 2.21 Uis Ragi Barat

Ukuran : 144 x 65 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat sukacita

maupun dalam keseharian.

Lapisan luar pakaian wanita bagian bawah (sebagai kain sarung) untuk kegiatan

pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.

7. Uis Jujung-Jujungen

Gambar 2.22 Uis Jujung-Jujungen

Ukuran : 120 x 54 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita (tutup

tudung) dengan umbai-umbai emas pada bagian depannya.

18

Page 19: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

8. Uis Nipes Mangiring

Gambar 2.23 Uis Nipes Mangiring

Ukuran : 148 x 64 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat duka

cita

9. Uis Teba

Gambar 2.24 Uis Teba

Ukuran : 146 x 84 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai wanita Karo lanjut usia sebagai tutup kepala (tudung) dalam

upacara yang bersifat duka cita

19

Page 20: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Pada beberapa daerah, kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada

Kalimbubu (Maneh-maneh) pada saat orang yang sudah lanjut usia meninggal.

10. Uis Pementing

Gambar 2.25 Uis Pamenting

Ukuran : 168 x 72 cm

Penggunaan :

Kain ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang (benting) pada saat berpakaian

adat lengkap dengan menggunakan Uis Julu sebagai kain sarung.

11. Uis Julu Diberu

Gambar 2.26 Uis Julu Diberu

Penggunaan :

Untuk pakaian wanita bagian bawah (sebagai sarung) untuk upacara adat yang

diharuskan berpakaian adat lengkap.

20

Page 21: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

12. Uis Arinteneng

Gambar 2.27 Uis Arinteneng

Ukuran : 140 x 84 cm

Penggunaan :

Alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerehan mas kawin

Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam

hari usai pesta peradatan (man nakan persadan tendi/mukul)

13. Perembah

Gambar 2.28 Perembah

Ukuran : 160 x 67 cm

Penggunaan :

Untuk menggendong bayi

21

Page 22: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Untuk anak pertama, perembah diberikan oleh Kalimbubu seiring doa dan berkat

agar anak tersebut sehat, cepat besar dan menjadi orang sukses dalam hidupnya

kelak.

14. Uis Kelam-kelam

Gambar 2.29 Uis Kelam-kelam

Ukuran : 169 x 80 cm

Kain ini bukan kain tenun manual, tapi hasil pabrik tekstil yang dicelup warna hitam

menggunakan pewarna alami.

Penggunaan :

penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro

aron.

Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu

pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia (morah-morah)

15. Baju Gunting Cina

Gambar 2.30 Baju Gunting Cina

22

Page 23: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Baju ini pada lehernya menggunakan motif cikcak-cikcak (kepala cecak)

Baju ini dikenakan pemuda karo dalam acara menari (landek) tarian budaya pada pesta

guro-guro aron.

Kain lurik adalah salah satu kain tenun nusantara yang tumbuh dan berkembang di

Pulau Jawa. Kain tenun yang berasal dari daerah lain yang menyerupai lurik juga

terdapat di daerah lain, misalnya kain ulos yang merupakan kain tradisional Batak, kain

ikat dari Nusa Tenggara,  juga kain songket dari Sumatera Barat, dan Kain Buton. Kain

tenun lurik dengan motif yang berbeda juga ditemukan di Bali.

2.3.6 Kain Lurik

Gambar 2.31 Baju Lurik

Berbagai penemuan sejarah memperlihatkan bahwa kain tenun lurik telah ada di Jawa

sejak zaman pra sejarah. Ini dapat dilihat dari berbagai prasasti yang masih tersisa,

misalnya Prasasti peninggalan zaman Kerajaan Mataram (851 – 882 M) menunjuk

adanya kain lurik pakan malang. Prasasti Raja Erlangga dari Jawa Timur tahun 1033

menyebutkan kain tuluh watu, salah satu nama kain lurik. Demikian juga pemakaian

selendang pada arca terracotta asal Trowulan di Jawa Timur dari abad ke 15 M

(museum Sonobudaya, Yogyakarta) juga memperlihatkan pemakaian lurik pada masa

itu. Yang lebih memperkuat pendapat bahwa tenun telah dikenal lama di Pulau Jawa

23

Page 24: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

adalah  pemakaian kain tenun pada arca-arca dan relief candi yang tersebar di Pulau

Jawa.

Tiga daerah utama penyebaran Lurik di Pulau Jawa adalah Yogya, Solo dan Tuban.

Adapun alat tenun yang paling awal dikenal adalah alat tenun gendong yang tidak

banyak berubah bentuknya dari dulu sampai sekarang. Alat tenun yang lain adalah alat

tenun bendho. Alat tenun yang lebih modern dikenal dengan istilah ATBM (alat tenun

bukan mesin). Generasi terakhir alat tenun dikenal dengan istilah ATM (alat tenun

mesin).

Alat tenun gendong adalah alat tenun sederhana yang terdapat dalam dua bentuk (terdiri

dari dua jenis alat yaitu tenun gendong discontinuous wrap dan tenun gendong

continous wrap)

Gambar 2.32 Penenun Tuban dengan alat Tenun Gendong

"discontinuous wrap" dengan epor dari kayu

 Gambar 2.33 Penenun suku Dayak dengan alat Tenun Gendong

"continuous wrap" dengan epor dari kulit kayu

24

Page 25: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Filosofi dan Makna Lurik

Dalam bahasa Jawa kuno lorek berarti lajur atau garis, belang dan dapat juga berarti

corak. Karena itulah mengapa di Jawa Tengah dan Jawa Timur kain tenun bercorak

lajur ini akhirnya dikenal dengan nama lurik.

Beberapa motif dasar lurik adalah corak garis-garis searah panjang sehelai kain, disebut

dengan istilah lajuran (1), garis-garis yang searah lebar kain disebut dengan istilah

pakan malang (2), sedangkan lurik dengan corak kecil-kecil disebut cacahan (3).

Di daerah Parahyangan dan Madura, kain lurik disebut juga kain poleng  yang berarti

kain belang-belang. Kini istilah kain poleng lebih dikenal sebagai kain kotak-kotak

hitam putih yang dipercaya dapat menolak bala (bangum tolak). Sedangkan kain lurik

polos dikenal dengan nama polosan.

Khususnya di daerah Solo dan Yogya kain lurik ditenun dengan teknik amanan wareg,

yang berarti anyaman datar atau polos. Dilihat dari teknik pengerjaannya, sebetulnya

teknik ini sangat sederhana, tetapi keterampilan dan kejelian dalam memadukan warna

serta tata susunan kotak dan garis yang serasi dan seimbang akan menghasilkan kain

lurik yang indah dan mengagumkan.

Sebagaimana kain-kain lain di nusantara, kain lurik juga sarat dengan makna. Lurik tak

dapat dipisahkan dengan kepercayaan  dan ikut mengiringi berbagai upacara agama,

ritual dan adat sepanjang daur kehidupan manusia. Filosofi dan makna sehelai lurik

biasanya tercermin dalam motif dan warna lurik. Ada corak-corak yang dianggap sakral

yang memberi tuah, ada yang memberi nasehat, petunjuk dan juga harapan. Semuanya

tercermin dalam corak ragam hias yang kita kenal dengan istilah motif  (makna motif

sehelai lurik). Sedangkan daur kehidupan manusia mulai dari lahir sampai meninggal 

diibaratkan dengan putaran empat penjuru mata angin yang bergerak dari Timur ke

Selatan dengan melalui Barat menuju ke Utara. Keempat penjuru mata angin ini dalam

bahasa Jawa disebut dengan istilah mancapat. Dalam kaitan ini, setiap mata angin

dilambangkan dengan simbol-simbol warna (makna warna sehelai lurik).   

Lurik juga tidak terlepas dari berbagai legenda yang tumbuh dan berkembang secara

turun temurun dalam kelompok masyarakat. Beberapa legenda yang terkandung dalam

lurik terdapat dalam artikel legenda sehelai lurik . Berbagai unsur seperti warna, motif,

dan kepercayaan yang menyertai lurik membuat nilai sebuah lurik menjadi tinggi.

25

Page 26: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Penggunaan lurik terutama penggunaan lurik Solo dan Yogya yang dipakai dalam

penyelenggaraan upacara tertentu juga berbeda-beda maknanya tergantung maksud dan

tujuan upacara yang diselenggarakan.

Corak Kinanti Corak Bribil

Corak Kembang Bayem Corak Kembang Telo

Gambar 2.34 Macam-macam Motif Lurik

Bentuk dan Pemakaian Lurik dalam Kehidupan Sehari-Hari

Walaupun kini tenun lurik telah semakin langka produksinya karena mulai kalah dengan

tekstil sintetis, tetapi penggunaan lurik di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa

Timur terutama pada generasi tua masih cukup tinggi. Dilihat dari segi bentuk dan

ukuran, umumnya lurik Solo dan Yogya terdiri dari 5 bentuk dan ukuran yaitu :

• Jarit atau kain panjang, dengan ukuran ± (1 x 2,5) m. 

26

Page 27: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

• Kain sarung, dengan ukuran ± (1 x 2) m. 

• Kain ciut, yang adalah kain selendang dengan ukuran ± (0,5 x 3) m.

Clan kain kemben dengan ukuran ± (0,5 x 2,5) m. 

• Stagen (ikat pinggang) dengan ± (0,15 x 3,5) m. 

• Bakal kelambi (bahan baju) untuk kebaya wanita, clan sruwal, baju peranakan, surjan,

untuk pria, sedangkan lurik tidak umum dipakai sebagai ikat kepala

2.4 Kain Ikat

Kalau kain tradisional yang satu ini, popular di daerah Bali dan Nusa tenggara.

Pembuatannya tergolong unik, soalnya sebelum ditenun kain ini sudah melalui proses

tie dye (diikat dan dicelup) untuk membuat corak dan warna yang diinginkan. Ada

beberapa jenis tenun ikat di Indonesia, yaitu tenun ikat pakan dan tenun ikat ganda.

Tenun ikat ganda adalah jenis yang paling banyak kita temui nih, khususnya di Bali.

Sedangkan tenun ikat di Flores biasanya Cuma menggunakan satu motif di tengah kain.

Perbedaaan itu karena, kain tenun ikat dari tiap daerah memiliki ciri dan maknanya

tersendiri. Tapi biasanya fungsinya sama, yaitu untuk dipakai sebagai sarung atau

selendang pada acara adat atau yang bersifat resmi.

2.4.1 Kain Endek Bali

Gambar 2.35 Kain Endek Bali

 

Penyempurnaan ragam hias ikat pada kain di bagian-bagian tertentu yang di tambah

coletan yang di sebut nyantri. Nyanti adalah penambahan warna dengan goresan kuas

27

Page 28: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

dari bambu seperti orang yang melukis. Keindaham ragam pola nyantri ini terletak pada

penyempurnaan warna hiasan berbentuk flora dan fauna serta motif-motif dari mitologi

Bali dan wayang. Motif-motif inilah yang mencirikan kain endek.

Kain endek yang bercirikan tenun ikat ini juga banyak di beri kombinasi songket

benang emas atau perak di pinggiran kain.

Kain endek mempunyai dua macam bentuk, yaitu bentuk sarung dan kain panjang.

Bentuk saraung di gunakan untuk kaum laki-laki, bentuk ini mempunyai sambungan di

bagian tengah atau sampingnya. Dam kain panjang di gunakan untuk kaum perempuan,

bentuk ini mempunyai motif atau ragam hias ikat yang menghias pada bagian

pinggirnya, sedangkan bagian tengahnya polos.

Kain endek sering di gunakan sebagai pakaian adat dan diminati oleh berbagai lapisan

masyarakat hingga luar Bali. Kain endek juga digunakan untuk kemeja laki-laki, gaun

pengantin, atau sebagai dekorasi di dalam rumah.

Cara merawat Kain Endek

Beberapa tips agar kain endek tidak mudah luntur dan rusak, agar warnanya

tetap bagus dan cerah, kain endek perlu dirawat apik. Cara merawat kain endek

tidak serumit merawat songket. Bila kain kotor, cukup dicelup-celup di dalam

satu ember sabun cuci dan tidak perlu waktu lama. Selanjutnya, kain diangin-

angin. Jangan terkena sinar matahari langsung sebab sinar matahari dapat

memudarkan ketajaman warna dan corak. Bila menginginkan kain agar terasa

halus, kain itu dapat disetrika ketika masih setengah kering. Syaratnya, jangan

disetrika dengan suhu panas. Apabila kain dalam keadaan terlalu kering ketika

disetrika, hasilnya justru tidak baik. Kain menjadi susah dihaluskan dengan

setrika. Jika disemprot air, hasilnya malah tidak maksimal. Apalagi kain yang

sudah ada lukisannya. Lebih baik disetrika di sisi kain lainnya, bukan langsung

terkena lukisannya. Saran lain, jangan terkecoh dalam membeli. Sebab kain

endek makin banyak ditiru. Namun endek asli tetap memiliki ciri khas, yaitu

bagian pinggiran kain yang panjang lebih tebal sekitar satu sentimeter dan

warnanya lebih gelap. Tentu saja buatannya pun lebih rapi. Juga jangan sampai

terkecoh kain berbahan sutra sekalipun. Kadang yang motif-motif bunga,

28

Page 29: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

misalnya sudah bukan dibuat dengan cara dibordir lagi, melainkan disablon

biasa. Makanya harganya murah. Jadi berhati-hatilah memilih dan membeli bila

menginginkan kualitas yang bagus. Jangan mencuci kain endek dengan mesin

cuci, sabun cuci biasa atau di-dryclean. Penyimpanannya dapat dimasukkan ke

dalam plastik, atau digulung, disimpan dengan posisi tegak di lemari.

2.4.2 Kain Ikat Flores

Gambar 2.36 Kain Ikat Flores

Kain tenun ikat khas Flores adalah satu dari sekian banyak produk budaya tradisional

khas Indonesia yang dibuat secara tradisional namun bernilai seni tinggi dan indah.

Proses pembuatan produk warisan budaya khas pulau di bagian timur Indonesia ini

melewati sejumlah proses yang memakan waktu hingga berbulan-bulan. Dibutuhkan

ketekunan dan kesabaran untuk menghasilkan sehelai kain tenun ikat, dimana hampir

semua proses pembuatan kain ikat tersebut dilakukan secara tradisional dan manual

serta menuntut ketekunan dan kesabaran tinggi. 

 Setidaknya ada lebih dari 20 tahapan selama hampir sebulan agar sebuah kain tenunan

Flores dapat memanjakan mata dan diapresiasi peminatnya dengan transaksi jual beli.

Proses pembuatan tenun ikat khas Flores diawali dengan memisahkan kapas dari biji,

memintal kapas tersebut menjadi benang, proses pewarnaan, mengikat motif, dan

29

Page 30: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

terakhir baru mulai menenun. Ada alat khusus yang digunakan untuk memisahkan kapas

dari bijinya termasuk untuk menggulung benang yang sudah dipintal. 

Dalam mewarnai benang, pengrajin tenun ikat tradisional masih menggunakan pewarna

tradisional yang didapatkan dari alam. Misalnya dengan menggunakan beberapa jenis

tumbuhan, seperti daun dan akar mengkudu (warna merah), daun nira (warna biru),

kayu pohon hepang, kunyit (warna kuning), loba, kulit pohon mangga, kulit pohon

cokelat, serbuk kayu mahoni tarum, zopha, kemiri, dan masih banyak lagi. Pewarnaan

dapat dilakukan berulang-ulang guna menghasilkan warna yang khas.  Setidaknya ada

11 warna tercipta dari bahan alami yang ramah lingkungan. Warna dari bahan alami dan

benang dari kapas membuat warnanya memang tidak secerah benang modern tetapi

justru lebih tahan lama dan menguak warna yang makin lama makin indah.

Beberapa daerah di Flores merupakan sentra penghasil kain tenun ikat, di antaranya

adalah Maumere, Sikka, Ende, Manggarai, Ngada, Nage Keo, Lio, dan Lembata di

bagian timur Flores. Setiap daerah atau etnis memiliki ragam motif, corak dan

preferensi warna yang berbeda-beda dalam membuat kain tenun ikat. Keragaman

tersebut merupakan bentuk simbol-simbol yang merepresentasikan etnis, adat, religi,

dan hal lainnya dari keseharian masyarakat Flores. 

Kain tenun khas daerah Sikka misalnya, biasanya selalu menggunakan warna gelap

seperti hitam, coklat, biru, dan biru-hitam. Untuk motifnya, terdapat beberapa jenis yang

khas, yaitu motif okukirei yang berdasarkan kisah tentang nenek moyang sub-etnis

Sikka yang dulunya adalah pelaut ulung. Figur nelayan, sampan, udang, atau kepiting

menjadi ciri khas bagi kain jenis motif ini. Terdapat pula jenis motif mawarani yang

dihiasi dengan corak bunga mawar. Konon, motif ini merupakan motif khas yang

khusus diperuntukkan bagi putri-putri Kerajaan Sikka. Motif ini kini menjadi favorit

kaum perempuan. 

Sementara itu, tenunan di daerah Ende banyak menggunakan warna cokelat dan merah

serta memadukannya dengan ragam hias motif bergaya Eropa. Hal ini karena letak

strategis Ende di pesisir selatan Flores yang memungkinkan orang-orang Ende zaman

dahulu mudah berhubungan dengan bangsa pendatang seperti orang Eropa. Ciri khas

30

Page 31: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

lain motif kain tenun ikat Ende adalah penggunaan hanya satu jenis motif pada bidang

di tengah-tengah kain.

Di kalangan sub-etnis Lio, terdapat motif yang langka yang disebut omembulu telu (tiga

emas). Menurut kepercayaan masyarakat lokal, kain tenun motif ini dapat membuat

pemiliknya menjadi kaya raya. Lio merupakan salah satu daerah yang menonjol dalam

hal pembuatan kain tenun ikat karena terbilang halus dan rumit. Jenis motif kain tenun

ikat Lio mendapat pengaruh dari kain patola India yang dibawa oleh pedagang dari

Portugis di abad ke-16 sebagai komoditi barter dengan rempah-rempah. Kain tenun ikat

dengan motif patola bernilai tinggi sebab biasanya diperuntukkan bagi raja-raja, pejabat,

dan tokoh adat atau pendiri kampung. Mengingat kain ini sangat istimewa dan berharga,

bahkan ikut dikuburkan saat seorang raja, pejabat atau bangsawan tersebut meninggal

dunia.

 Motif yang menjadi khas kain Lio adalah motif ceplok serupa jelamprang pada batik

lalu dihiasi dengan motif dahan dan daun. Ciri khas motif tenun ikat Lio yang lain

adalah bentuk geometris, manusia, biawak, dan lainnya yang biasanya berukuran kecil

dan disusun membentuk jalur-jalur berwarna merah atau biru di atas dasar kain yang

berwarna gelap. Kain tenun ikat khas Manggarai dan Ngada cenderung menggunakan

warna-warna terang seperti hijau, merah, putih, atau kuning (emas). Diperkirakan

kecenderungan terhadap pemilihan warna cerah ini mendapat pengaruh dari tenun ikat

Sumba dan Sumbawa. 

Pada zaman dahulu, tenun ikat yang sejak lama telah digunakan sebagai pakaian sehari-

hari masyarakat setempat sebagai simbol status, kekayaan, kekuasaan, dan kehormatan

bagi pemakainya. Belakangan simbol-simbol ini semakin memudar apalagi kini kain

tenun ikat juga menjadi komoditi khas Flores yang diperdagangkan secara luas. 

Kain tenun ikat sendiri biasa dipakai masyarakat berbagai suku di Flores sebagai

pelengkap busana, selain sebagai selendang atau sarung. Anak perempuan Flores yang

beranjak remaja tidak boleh telanjang lagi. Wanita Flores yang beranjak dewasa

ditandai dengan datang bulan dan mereka diwajibkan mengenakan kain serta

memanjangkan rambutnya agar dapat dikonde. Saat mereka hendak menikah, maka

haruslah mampu membuat kain ikatnya sendiri untuk keperluan pernikahan atau untuk

31

Page 32: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

diberikan kepada calon mempelai pria sebagaimana aturan adat dahulu kala. Seiring

perkembangan zaman, sepertinya budaya menenun sendiri kain ikat sudah mulai pudar.

Remaja dan generasi muda yang mampu menenun kain ikat tradisional tak sebanyak

dahulu. Hal ini tentu menjadi salah satu tantangan bagi keberlangsungan produksi kain

tenun ikat. 

Terlebih lagi perkembangan zaman yang serba modern dan dinamis mendorong

manusia untuk menikmati karya dan produk instan dengan cara yang instan pula.

Mesin-mesin dibuat untuk memberi kemudahan produksi dan peningkatan produktifitas

(baca: kuantitas). Semua dilakukan serba cepat, praktis, dan mengandalkan mesin. Di

satu sisi hal ini mengindikasikan kemajuan teknologi modern dalam hal kemajuan

dalam penemuan mesin, produktivitas, nilai ekonomis, pendapatan, kuantitas, dan

lainnya. Tetapi di sisi lain, proses menghasilkan karya atau produk secara instan dalam

jumlah banyak ini membuat nilai sebuah produk menjadi biasa saja dan mainstream. 

Terlepas dari hal tersebut, untungnya belakangan ini pamor produk atau karya kerajinan

tangan (handmade) berhasil mendapatkan gengsi tersendiri bagi sebagian kalangan

masyarakat perkotaan, terutama mereka yang menghargai produk seni dan budaya

tradisional. Kain tenun ikat tidak dibuat menggunakan mesin yang dapat menghasilkan

banyak barang sekaligus dan seragam. Oleh karena itu, saat Anda membeli selembar

kain ikat, dapat saja itulah satu-satunya yang ada di dunia. Tak ada barang hasil karya

tangan yang persis sama. Terlebih lagi, kain tenun ikat dan barang handmade lainnya

dibuat dengan mengandalkan beberapa indera manusia yang tentunya tidak dimiliki

sebuah mesin. Indera yang dibantu akal pikiran mampu menghasilkan potensi dan kreasi

yang tak terbatas dalam menghasilkan sebuah karya bernilai seni tinggi. 

Anda dapat menemukan tenunan indah khas Flores di Desa Doka. Kain ikat yang

diproduksi masyarakat desa ini termasuk yang terbaik karena memiliki ciri khas

tersendiri dengan harga juga beragam.

2.5 Kain Megamendung

Kain yang berasal dari Sulawesi Tengah ini terdiri dari tiga jenis kain tradisional dan

unik yakni kain kulit kayu, kain adat Mbesa, dan kain tenun Donggala.

32

Page 33: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

Kain kulit kayu khas Sulawesi Tengah hanya dibuat di Kecamatan Gumbasa dan

Kecamatan Kulawi di Kabupaten Sigi. Pakaian dari kain kulit kayu pohon

beringin itu hanya dipakai saat upacara adat saja karena hasil tekstil itu mudah

rusak jika terkena air.

Proses pembuatan kain kulit kayu adalah pertama-tama kulit kayu sepanjang

sekitar 1,5 meter dan lebar 10cm itu dipukul-pukul dengan batu ike secara

merata di atas papan kayu. Proses pembuatan kain kulit kayu itu memerlukan

waktu sekitar satu minggu. Untuk pemukulan kulit menggunakan batu ike

berlangsung sekitar dua hari. Kulit kayu yang telah melebar kemudian dicuci

untuk menghilangkan getah. Proses pemukulan kemudian dilanjutkan tapi

menggunakan pemukul yang terbuat dari kayu agar tidak robek. Setelah

memperoleh lebar kain yang diinginkan, kemudian kain kulit kayu itu

dikeringkan. Untuk proses pengeringan tidak boleh di bawah sinar matahari

langsung supaya tidak cepat rusak. Setelah kering, kain kulit kayu itu disetrika

menggunakan batang kayu yang disebut pompao. Kain kulit kayu itu juga tidak

boleh terkena air karena akan mudah sobek. Pakaian kulit kayu itu pada

umumnya berwarna coklat, sesuai warna asli kayu, dan tidak bermotif. Sebagian

lainnya berwarna hitam karena direndam lumpur hitam selama beberapa hari.

Namun, pakaian ini tidak digunakan sehari-hari namun hanya digunakan untuk

kegiatan adat, seperti pernikahan, penyambutan tamu, atau acara lainnya.

Kain adat Mbesa terbuat dari serat buah nanas. Kain asal Kecamatan Kulawi,

Kabupaten Sigi itu digunakan untuk upacara adat tanggal gigi. Kain yang

berwarna coklat kehitaman itu memiliki motif tumpal dan orang-orangan.

Kain tenun Donggala sudah dikenal di seluruh pelosok Tanah Air, dan menjadi

cindera mata khas Sulawesi Tengah.

2.6 Kain Prada Bali

Kain Prada Bali umumnya dipergunakan untuk menari/penari dan hiasan. Kain prada

bali ini merupakan salah satu jenis kerajinan dengan kain jenis satin yang disablon

dengan cat prada (warna keemasan).

33

Page 35: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan panjang lebar mengenai keanekaragaman kain tradisional di

berbagai daerah di Indonesia, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Kain batik sangat dikenal karena memang sudah jadi kain wajib punya untuk

acara-acara resmi atau acara adat. Batik sendiri adalah salah satu teknik

menghias kain menggunakan malam (Lilin). Kain batik dapat dijumpai dibanyak

tempat selain jawa Tengah, seperti Jawa barat, Jawa Timur, dan Bali dengan

motif-motif berbeda sesuai ciri khas daerahnya,

Jumputan (Pelangi) adalah kain yang dihias dengan tekhnik ikat celup (tie-die).

Kain ini banyak ditemui di Sumatra Selatan dan Jawa Tengah. Karena warnanya

cerah, jumputan banyak digunakan sebagai pengganti kain batik untuk acara-

acara pernikahan sebagai paduan kebaya,

Kain tenun banyak sekali jenisnya tapi yang banyak kita jumpai adalah kain

songket dan ulos, yaitu kain yang mengalami proses hias-menghias pada saat

ditenun. Songket terkenal di Sumatra Selatan menggunakan benang emas pada

saat ditenun. Tidak heran kalau kain ini berat sekali. Sedangkan ulos

menggunakan manik-manik pada saat ditenun,

Kain ikat mungkin agak asing ditelinga kita, tapi yang pasti juga mengalami

proses tenun, hanya saja sebelum ditenun benang-benang telah mengalami

proses tie – die untuk mendapatkan bentuk motif tertentu. Daerah Nusa

Tenggara dan Bali terkenal dengan kain ikatnya.

35

Page 36: Makalah Kain Tradisional (Isi)

Makalah Kain Tradisional di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/macam-macam-kain-tradisional-indonesia

36