MAKALAH - isi-ska.ac.id

31
i RODAD KOTEKAN LESUNG SRAGEN MAKALAH Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Disusun oleh : ZAIN ARIFIN ROCHMAT NIM 14148108 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015

Transcript of MAKALAH - isi-ska.ac.id

Page 1: MAKALAH - isi-ska.ac.id

i

RODAD KOTEKAN LESUNG

SRAGEN

MAKALAH

Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102)

Program Studi Televisi dan Film

Jurusan Seni Media Rekam

Disusun oleh :

ZAIN ARIFIN ROCHMAT

NIM 14148108

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA 2015

Page 2: MAKALAH - isi-ska.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dan puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan penyusunan Makalah Rodad Kotekan Lesung Sragen ini dengan

lancar. Dengan makalah ini budaya kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen dapat

menambah wawasan budaya sebagaimana yang telah diuraikan penulis secara

ringkas.

Penyusunan makalah ini tidak mampu penulis susun sendiri tanpa bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Rasa terimakasih

penyusun ucapkan kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara, Ranang

Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn.

2. Narasumber dalam penulisan makalah, Bapak Hadi Qoiri selaku pamong

Desa Saren, Kalijambe, Sragen

3. Kedua orang tua yang selalu memberi motivasi dan doa’anya kepada

penyusun

4. Semua pihak yang telah membantu penulisan makalah

Semoga makalah ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penyusun

dan semua yang membaca makalah ini. Banyak kekurangan dari penyusunan

makalah ini, kritik dan saran yang membangun, penyusun selalu harapkan demi

sempurnanya makalah ini.

Surakarta, Desember 2015

Penyusun

Page 3: MAKALAH - isi-ska.ac.id

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... V

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 2 C. Tujuan .................................................................................. 2 D. Tinjauan Teori ..................................................................... 3

E. Metode Penelitian .................................................................. 5 1. Jenis Penelitian ............................................................. 5

2. Objek Penelitian ........................................................... 5 3. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan .................................... 6 4. Metode Pengambilan Data............................................. 6

a. Observasi................................................................. 6 b. Wawancara ............................................................ 7

c. Kajian Pustaka ....................................................... 8 II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Wujud Budaya Konsep ......................................................... 9

1. Sejarah Tradisi Kesenian Musik Kotekan Lesung ........ 9 2. Fungsi Kotekan Lesung ................................................ 10

3. Perbedaan Musik Kotekan Lesung ............................... 12 B. Wujud Budaya Tindakan ....................................................... 13

1. Tahapan Pertunjukan .................................................... 13

2. Pola Permainan Musik Kotekan ................................... 14 3. Bentuk Pertunjukan dan teknik pertunjukan .................. 15

C. Wujud Budaya Artefak ......................................................... 16 1. Properti ......................................................................... 16 2. Kostum dan Make Up.................................................... 17

3. Alat Musik .................................................................... 18 III. PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 19 B. Saran ..................................................................................... 19

DAFTAR ACUAN

LAMPIRAN

Page 4: MAKALAH - isi-ska.ac.id

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengamatn langsung di Sangiran ....................................................... 7

Gambar 2. Wawancara bersama nararsumber ........................................................ 7

Gambar 3. Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-Hidayah .................................. 9

Gambar 4. Posisi Pertunjukan ................................................................................ 13

Gambar 5. Pola permainan musik Kotekan Lesung ............................................. 15

Gambar 6. Properti kesenian Kotekan Lesung ..................................................... 16

Gambar 7. Pakaian pemain Rodad Kotekan Lesung ............................................. 17

Gambar 8. Alat musik Kotekan Lesung ................................................................ 18

Gambar 10. Biodata narasumber .......................................................................... 23

Gambar 11 . Rundown Acara dan Foto Dokumentasi............................................ 25

Page 5: MAKALAH - isi-ska.ac.id

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Pedoman dokumentasi ....................................................... 22

Lampiran 2. Rundown acara dan Foto Dokumentasi ............................. 23

Lampiran 3 Transkip wawancara ........................................................... 24

Page 6: MAKALAH - isi-ska.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki aneka ragam bentuk

kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di banyak daerah dan

mempunyai ciri khas tertentu. Keanekaragaman tersebut disebabkan oleh

adanya perbedaan adat istiadat antara satu daerah dengan daerah yang lain.

Dengan keanekaragaman bentuk kesenian tradisional tersebut merupakan aset

kebudayaan negara Indonesia. Dari segi etnik, Indonesia memiliki

keanekaragaman kesenian daerah atau kesenian tradisional. Salah satu

contohnya adalah kesenian tradisional musik Kotekan Lesung Rodad

perempuan Al-hidayah di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen, Jawa

tengah. Menurut Hadi Qoiri selaku pamong desa kesenian menjelaskan:

Para anggota Rodad Perempuan Al-Hidayah kebanyakan adalah para

warga setempat yang berusia lanjut sekitar 60 tahun sampai dengan 70 tahun. Mereka masih bersemangat untuk melestarikan kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen dengan baik yang merupakan peninggalan

tradisi nenek moyang dan sejak zaman kemerdekaan. Pertunjukan kesenian Rodad Kotekan Lesung ini harus dimainkan warga setempat

oleh beberapa perempuan. Karena perempuan menggambarkan seolah-olah petani yang sedang menumbuk padi dan tidak boleh dilakukan oleh Laki-laki. (Wawancara, 29 Nopember 2015)

Pada kenyataan sekarang ini, kesenian Rodad Kotekan Lesung telah

mengalami kepunahan dan kurang mendapat regenerasi penerus selanjutnya.

Oleh karena itu kesenian tersebut perlu dikembangkan dan dilestarikan

sehingga memperkaya keragaman budaya bangsa Indonesia agar tidak punah

oleh kemajuan jaman dan teknologi yang semakin berkembang. Menurut Bobby

Marsatya Putranto (2014:2) Lesung pada dasarnya berfungsi sebagai alat

penumbuk padi tradisional yang berawal dari kondisi masyarakat yang setiap

masa panen selalu kesulitan untuk menggiling padi. Seiring dengan

perkembangannya fungsi lesung berubah menjadi salah satu alat musik

tradisional.

Page 7: MAKALAH - isi-ska.ac.id

2

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisional

adalah mengenalkan dengan gencar kepada masyarakat, serta menggerakkan

seniman untuk lebih kreatif untuk memperkaya ide sehingga berpengaruh baik

terhadap karya yang mereka hasilkan. Faktor lain yang dapat menyebabkan

berkurangnnya perhatian terhadap kesenian tradisional Rodad Kotekan Lesung

Sragen adalah kemungkinan masyarakat mulai melupakan keberadaan lesung

tersebut yang telah berada sejak jaman dulu atau bahkan kebudayaan ini masih

belum ada yang mengenal.

Oleh karena itu guna menjaga kelestarian kesenian tersebut agar

terhindar dari kepunahan kesenian Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-

Hidayah yang terdapat di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe Sragen Jawa

Tengah, untuk dikaji lebih dalam. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat

khususnya generasi muda memahami tentang kesenian Rodad Kotekan Lesung,

sehingga masyarakat khususnya generasi muda bersemangat untuk

melestarikannya.

B. Rumusan Masalah

Penulisan makalah ini untuk mengetahui wujud budaya pada Rodad

Kotekan Lesung, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana wujud budaya konsep/ide pada kesenian Rodad Kotekan

Lesung ?

2. Bagaimana wujud budaya tindakan/kegiatan pada kesenian Rodad Kotekan

Lesung?

3. Bagaimana wujud budaya artefak/fisik pada kesenian Rodad Kotekan

Lesung?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan wujud

budaya yang terdapat pada kesenian Rodad Kotekan Lesung.

Page 8: MAKALAH - isi-ska.ac.id

3

D. Tinjauan Teori

Kesenian Tradisional Kotekan Lesung merupakan salah satu kesenian

unggulan yang ada di Kabupaten Sragen karena termasuk kesenian yang unik

dan khas. Kesenian ini merupakan bagian dari tradisi kecil masyarakat petani

yang sudah cukup dikenal luas penduduk pedesaan. Menurut website resmi

(karanganyarkab.go.id) Kesenian Kotekan Lesung merupakan rasa syukur para

petani kepada Tuhan atas hasil panen yang telah di berikan Tuhan kepada

mereka.

Seni budaya Kotekan Lesung ini sebenarnya sudah ada sejak zaman

nenek moyang dan sebelum kemerdekaan sekitar beberapa abad yang lalu yang

berada di berbagai daerah di Nusantara. Dari berbagai daerah tersebut hanya

penyebutan nama saja yang berbeda, ada yang menamakan Kotekan lesung,

Gejok lesung, lesung jumengglung dan lainnya. Tetapi pada intinya Menurut

Darmawan Tri Drajadmo (2013:2)

Kesenian lesung hadir karena adanya budaya masyarakat agraris, yaitu lesung sebagai sebuah alat untuk memproses padi menjadi beras. Lesung kemudian berkembang menjadi sebuah media yang

mempunyai nilai-nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. Jadi lesung berkaitan dengan kehidupan masyarakat agraris atau

masyarakat petani. Sedangkan menurut bukunya Pono Banoe sebagaimana dikutip oleh Dwi

Haryadi (2013:3) menjelaskan pengertian Kesenian Rodad adalah kesenian dari

daerah pesisir yang di dalamnya terdapat puji-pujian atau nyanyian yang

bernafaskan Islam.

Sedangkan menurut bukunya Triyono Bramantyo sebagaimana dikutip

oleh Darmawan Tri Drajadmo (2013:10) yang berjudul Revitalisasi Musik

Tradisi dan Masa Depan dalam “ Mencari Ruang Hidup Seni Tradisi ”, (2000)

Buku ini membahas tentang :

Keberadaan musik tradisi ini hampir punah. Musik tradisional pada saat

ini makin hari makin menyusun, kepunahan seni musik tradisi dalam era transformasi budaya dari masyarakat agraris ke semi industrial terutama akibat mimimnya kesempatan genre ini untuk eksis menjadi

bagian yang dulu seolah tak terpisahkan dari pendukungnya.

Page 9: MAKALAH - isi-ska.ac.id

4

Seperti contohnya kesenian kotekan lesung pada saat ini telah jarang

terdengar. Baik di pedesaan maupun di perkotaaan. Jika kita bertanya pada

masyarakat tentang musik lesung/kotekan ada sebagian yang tahu tetapi lebih

banyak yang tidak tahu dan dalam bukunya Triyono Bramantyo sebagaimana

dikutip oleh Darmawan Tri Drajadmo (2013:10) mengatakan :

Bramantyo, menawarkan dalam menghidupkan dan mengembangkan

musik tradisional memiliki perspektif kemasa depan yaitu melalui transmisi formal dan pelaksanaan program penelitian besar-besaran dalam kesnianmbungan yang terpadu (intergratid continuity). Proses ini

sekaligus akan mendorong dunia penciptaan karu seni dengan teknik yang lebih sophisticated (canggih), dan sekaligus akan diikuti landasan

estetika yang lebih reasonable.

Sedangkan fungsi musik kotekan menurut Siti Aesijah menurut jurnalnya

(2007) fungsi musik kotekan lesung dari waktu ke waktu mengalami perubahan

menurut kebutuhan masyarakat setempat. Mula-mula digunakan sebagai alat

penghibur dikala menumbuk padi, kemudian sebagai penanda saat ada bahaya

antara lain bencana alam gerhana, sebagai penanda berkumpul bagi masyarakat

pada saat ada upacara; panen padi, perhelatan, bersih desa.

Sedangkan menurut kronologisnya atau berdasarkan waktu kesenian

mencakup sifat tradisional dan non-tradisional. Menurut Bobby Marsatya

Putranto (2014:8) mengutip sebagaimana bukunya Dharmawan menjelaskan :

Kesenian tradisional adalah kesenian yang abadi yang tidak terpengaruh oleh kemajuan jaman dalam masyarakat pendukungnya. Terlepas dari

kesenian tradisional tersebut, kesenian non-tradisional selalu terpengaruh oleh kemajuan zaman.

Dari tinjaun teori yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa

kesenian mencakup 2 sifat tradisional, yaitu sifat tradisional dan non-

tradisional yang merupakan salah satu bentuk kebudayaan.

Sedangkan kesenian ini juga dibilang seni yang pernah hidup dan

akhirnya mati hal ini di jelaskan oleh Sigit Astono (2005:1)

Yang dimaksud dengan “mati” bagi suaru bentuk kesenian disini adalah

tidak mengadakan kegiatan apapun minimal selama satu dekade belakangan.

Alasannya adalah kesenian apabila tidak melakukan aktivitas apapun selama

Page 10: MAKALAH - isi-ska.ac.id

5

satu dekade kemungkinan besar telah dilupakan dan diganti fungsinya oleh

bentuk kegiatan lain, bentuk hiburan lain, dan sebagainya

Oleh karena itu, kesenian pula menjadi ciri khas pada masing-masing

daerah. Kesenian daerah perlu dipelihara dan dikembangkan untuk

melestarikan dan memperkaya keanekaragaman budaya bangsa.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitiaan

Dalam kajian makalah Rodad Kotekan Lesung Sragen ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut bukunya Dani

Vardiansyah sebagaimana dikutip oleh skripsi Cahya Surya Harsakya

Deskripsi adalah upaya pengelolahan data menjadi sesuatu yang dapat

diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh

orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri.

Deskripsi ini diperlukan agar pengkaji makalah dapat

mendeskripsikan tentang kesenian kotekan lesung. Sedangkan makalah ini

menggunakan metode diskriptif kualitatif. Maksud dari kualitatif menurut

buku Anselm Strauss & Juliet Corbin (2003:4) menjelaskan :

Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui

prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang

dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset, video dan bahkan data yang telah dihitung

untuk tujuan yang lain., misalnya data sensus.

Jadi makalah yang dibuat penulis dengan metode deskriptif kualitatif,

sehingga data yang didapatkan lebih banyak.

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian dari makalah ini adalah musik kotekan lesung yang

dimainkan oleh kesenian tradisional Rodad perempuan Al-Hidayah dan saat

ini dikembangkan di Desa Saren RT 15 RW III Kalijambe Sragen Jawa

Tengah.

Page 11: MAKALAH - isi-ska.ac.id

6

3. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Kegiatan Tradisi Kesenian Kotekan Lesung Sragen Jawa Tengah ini

terselenggara pada Tanggal 29 Nopember 2015 bertepatan dalam acara

Srawung Seni Segara Gunung “ Sadranan Agung Sri Tandur ” di museum

manusia purba Sangiran. Didalam acara ini terdapat beberapa banyak

kegiatan antara lain terlampir, tetapi penulis hanya mengambil salah satu

dari kegiatan kesenian yaitu kesenian Rodad seni Kotekan Lesung Sragen.

4. Metode Pengambilan Data

Pelaksanaan kegiatan Tradisi Kesenian Kotekan Lesung Sragen Jawa

Tengah yang bertepatan dalam acara Srawung Seni Segara Gunung

“Sadranan Agung Sri Tandur” di museum Manusia Purba Sangiran ini

menggunakan beberapa metode pengambilan data. Instrumen atau alat

pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Handycam Sony DCR

SCR 021 yang mana digunakan sebagai bentuk pendokumentasian video

kegiatan kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen. Selain itu pengambilan

data dengan komputer sebagai bentuk editing video untuk menggabungkan

video sehingga dapat ditonton dengan jelas. Penulis juga menggunakan

peralatan alat tulis sebagaimana digunakan untuk mencatat data dan penulis

juga mendokumentasi foto dengan handphone sebagaimana penulis telah

melaksanakan wawancara bersama narasumber. Adapun metode yang akan

dilakukan adalaha sebagai berikut :

a. Observasi

Metode pelaksanaan kegiatan secara observasi ini dilakukan

langsung di lapangan saat kegiatan Srawung Seni Segara Gunung

“Sadranan Agung Sri Tandur” di museum Manusia Purba Sangiran.

Page 12: MAKALAH - isi-ska.ac.id

7

Gambar 1. Pengamatan langsung di Sangiran

(Foto Zain Arifin Rochmat, 2015)

Pengamatan dilakukan secara langsung untuk menulusuri tentang

kesenian Budaya Kotekan Lesung Sragen.

b. Wawancara

Gambar 2. Wawancara bersama nararsumber

(Foto : Zain Arifin Rochmat,2015)

Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung

dengan pamong desa atau ketua dewan seni yang di beri amanah oleh

Allah untuk melestarikan kesenian Kotekan Lesung di desa Saren RT

15 RW III Kalijambe, Sragen yang terbilang hampir punah. Wawancara

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara langsung yang

Berkaitan dengan Kesenian Rodad Kotekan Lesung kepada pamong

desa.

Page 13: MAKALAH - isi-ska.ac.id

8

c. Kajian pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data

pelengkap dan pembading dalam melakukan alternativ pemecahan

masalah. Referensi tersebut antara lain diperoleh dari skripsi, jurnal,

internet, dan buku.

Page 14: MAKALAH - isi-ska.ac.id

9

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Wujud Budaya Konsep

1. Sejarah Tradisi kesenian Musik Kotekan Lesung

Musik Kotekan Lesung ini identik dengan masyarakat petani atau

pedesaan yang memang mata pencahariannya adalah petani (masyarakat

agraris).

Gambar 3. Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-Hidayah

(Sumber : Foto Zain Arifin Rochmat, 2015)

Masyarakat pada saat itu memang masih sangat rukun dalam

kehidupan bertetangga walau satu rumah dengan rumah yang lain sangat

jauh tidak seperti sekarang yang penuh berdesakan. Saling bahu membahu,

bergotong royong, dengan rasa ikhlas tanpa imbalan, hanya sekedar makan

itu pun kalau ada, seperti mendirikan rumah, ada hajatan, kerja bakti

lingkungan semua itu tida ada rasa terpaksa tetapi dikerjakan dengan rasa

ikhlas dan tanggung jawab. Kotekan lesung awalnya muncul dari kerukunan

yang dibina sejak berabad-abad secara turun temurun dari daerah tersebut.

Karena jaman dulu belum ada mesin penggiling padi, maka jika ada orang

yang punya hajat tentunya orang kelas menengah ke atas, memerlukan

beberapa orang untuk mengubah gabah/padi menjadi beras.

Page 15: MAKALAH - isi-ska.ac.id

10

Maka dari itu, masyarakat yang sudah mengenal tradisi ini tingkat

kerukunan satu sama lain antar warga sangat erat. Menuru Hadi Qoiri musik

kotekan lesung ini sudah ada sejak zaman dahulu sebagai hiburan bagi ibu-

ibu yang bekerja sebagai buruh nutu (alu) sebagai menumbuk padi. Namun

sekarang adanya resmil akhirnya hanya ada orang-orang yang peduli dengan

kebudayaan tradisional. Jika tidak maka orang tidak akan memperdulikan

tradisi kotekan lesung ini.

Akibat dari hasil menumbuk padi yang dilakukan secara bersama-

sama itulah menyebabkan adanya bunyi-bunyian yang enak didengar dan

mengalir begitu saja secara spontan. Akhirnya masyarakat Kalijambe,

Sragen membuat alat yang bentuknya seperti perahu yang terbuat dari jenis

kayu nangka yang berukuran sebesar pohon utuh. Kemudian dilubangi

tengahnya persis seperti perahu nelayan. Lesung tersebut digunakan untuk

menguliti gabah menjadi beras dengan dibantu alat yang namanya alu atau

antan. Yang disebut nutu atau ndeplok (menumbuk padi dengan antan).

2. Fungsi Kotekan Lesung

Dalam permainan musik apapun terdapat fungsi-fungsi yang

terkadung didalam musik tersebut. Fungsi tersebutlah yang menjadikan

sebuah musik memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda. Dalam

makalah ini penulis akan menjelsakan beberapa bentuk fungsi kesenian

tradisional kotekan lesung di deskripsikan sebagai berikut mmenurut Bapak

Hadi Qoiri Selaku pamong desa kesenian kotekan lesung di deskripsikan

sebagai berikut ini :

a. Fungsi sebagai sarana komunikasi

Sebagai sarana kumpul dengan teman-teman tani terutama ibu-ibu

ketika di siang hari karena penat dengan pekerjaan di sawah, sekali

tempo itu bermain kotekan lesung pada malam hari. Kalau tidak ada

seperti itu antar ibu setelah siang hari aktivitas di sawah tidak ada

hiburan, yang ada kesibukan masing-masing dirumah. Namun dengan

adanya kesenian itu disamping pelestarian budaya memang sebagai

Page 16: MAKALAH - isi-ska.ac.id

11

media untuk berkomunikasi satu dengan orang lain yaitu terutama ibu-

ibu bertukar pikiran tentang pertanian.

b. Fungsi sebagai sarana hiburan

Minimal ditekankan kepada seluruh anggota terutama untuk

menghibur dirinya sendiri dan orang lain. Ketika kita juga memerlukan

hiburan daripada ke tempat hiburan yang memerlukan biaya. Dengan

tradisi kotekan lesung ini setidaknya mampu menghibur, mengisi waktu

luang, menghilangkan kepenatan disela kesibukan masing-masing

anggota. Kecuali ada media atau pihak lain yang berkenan untuk

mengundang dan bisa menambahkan semangat kesenian dari kelompok

Al-hidayah. Misalnya tidak bisa untuk menghadapi stress dari problem

keluarga, gagal panen minimal dengan pertunjukan itu dapat menghibur

diri sendiri.

c. Fungsi sebagai sarana edukatif dan pengetahuan.

Lesung merupakan alat musik tradisional tentunya tidak banyak

orang yang mengerti bagaimana cara memainkannya, sehingga maksud

dari arahan tersebut agar banyak warga yang tertarik untuk belajar

memainkan alat musik lesung. Terutama dalam pelestraian Rodad

Koetekan lesung untuk melibatkan anak-anak untuk bisa melihat, berlatih

dan mengajak untuk belajar. Tidak hanya lanjut usia namun anak-anak

juga perlu untuk regenerasi selanjutnya. Selain itu selalu menekankan

dan mengajak para warga untuk selalu melestarikan keberadaan kesenian

tradisional tersebut. Dari adanya hal tersebut mampu memberikan

pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang indahnya suatu

kesenian tradisional yang perlu tetap dijaga dan dipertahankan sebagai

aset kebudayaan bangsa Indonesia.

d. Fungsi pelestari kebudayaan

Ketika zaman sudah modern sudah pasti budaya tradisional akan

tergilas oleh modernisasi zaman. Harapan nya dengan Budaya kotekan

Lesung dari Sragen ini minimal bisa membendung budaya barat yang

tidak cocok di lingkukangan, terutama anak-anak. Kalau tidak dibentengi

Page 17: MAKALAH - isi-ska.ac.id

12

budaya tradsional bisa terbawa dengan budaya modernisasi zaman seperti

nonton televisi, bermain Handphone dll. Dengan kondisi tersebut dapat

mengkhawatirkan bagi anak-anak.

e. Fungsi kebersamaan

Permainan kesenian lesung adalah seni memukulkan alu ke lesung

yang dimainkan secara bersama-sama. Kalau nabuh lesung tidak ada

kebersamaan tidak ada alurnya maka tidak ada irama yang di hasilkan.

Tanpa disadari dari adanya permainan kebersamaan tersebut mampu

menciptakan rasa kebersamaan yang erat antar sesama pemainnya. Para

pemain pada dasarnya telah berusia rata-rata diatas 60 tahun bahkan 70

tahun sebagai penabuh lesung sedangkan untuk penari diatas 45 tahun.

f. Fungsi kekerabatan

Setiap ketemu bermain berkumpul harus ditekankan satu dengan

yang lain dengan system kekerabatan. Jangan sampai iri dengan harta,

rizki masing masing, entah itu sudah diatur oleh tuhan. Maka kita

tanamkan untuk seperti itu. Misalkan dalam pertunjukan untuk

pementasan dilarang menggunakan gelang atau kalung emas jikalau

dibebeskan maka memberikan dampak yang tidak baik atau iri yang satu

dengan yang lain. Dengan mengantisipasi memang susah dan berdampak.

3. Perbedaan musik kotekan lesung

Perbedaan kotekan lesung lama sama kotekan lesung sekarang yaitu

menurut Hadi Qoiri :

Hampir tidak ada karena peninggalan nenek moyang. Hanya syair

yang menunjukan perbedaan. Kalau jaman dahulu tidak ada syair nya kalau sekarang ada syairnya dengan penambahan penari dan

rodad. Atau mutlak kotekan lesung saja. (Wawancara 18 Desember 2015)

Sedangkan perbedaan kotekan lesung dari pada yang lain menurut

Hadi Qoiri adalah :

Asli dari musik kotekan lesung yaitu dari jawa. Hanya namanya

saja yang berbeda tetapi fungsinya sama . Sejarahnya dulu jawa sebelum ada resmil sudah barang tentu ketika menumbuk padi

Page 18: MAKALAH - isi-ska.ac.id

13

menjadi beras menggunakan lesung. Bahkan mungkin seluruh

Indonesia yang belum ada resmil juga menggunakan alat tradisional hanya saja namanya yang berbeda. Hanya saja yang membikin ikon kotekan lesung di karanganyar. (Wawancara 18

Desember 2015)

B. Wujud Budaya Tindakan

1. Tahapan pertunjukan

Pertunjukan kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen berdasarkan

hasil observasi di acara Srawung Seni Segara Gunung tahapan-tahapnya

sebagai berikut berdasarkan observasi dan wawancara :

a. Menyiapkan durasi yang akan dipertunjukkan

Sebelum melakukan pentas sebaiknya menanyakan dahulu

seberapa lama pertunjukan akan berlangsung. Hal ini tergantung durasi

yang disediakan. Misalnya hajatan bisa dilakukan dengan waktu yang

panjang bisa bervariasi. Tapi kalau acara srawung seni segara gunung

dibatasi dengan 20 menit paling 3 judul lagu sudah cukup. Maka durasi

yang diperlukan untuk pementasan sudah cukup. Pertunjukan ini juga

disesuaikan dengan tema yang akan di tampilkan.

b. Semua anggota dapat mempersiapkan diri di posisinya masing masing.

Gambar 4. Posisi Pertunjukan

(Foto Zain Arifin Rochmat)

Posisi Penari dan Ibu tani memposisikan di samping panggung.

Untuk posisi penyanyi tetap berada di depan bersebelahan dengan

pemain musik Kotekan Lesung.

Page 19: MAKALAH - isi-ska.ac.id

14

c. Menunggu aba-aba dari pembaca sinopsis.

Sinopsis itu berisikan tentang sambutan, memberikan perintah, dan

membacakan narasi tentang makna Musik Kotekan Lesung yaitu

Kegembiraan ibu-ibu petani dalam menyambut musim tanam jadi ketika

musim tanam hampir tiba ibu-ibu petani bergembira disambut dengan

kotekan lesung. Synopsis ini juga menggambarkan sebagai bentuk

syukuran. Kemudian melanjutkan beberapa kalimat macapat kanti judul

tembang gambuh yang menggambarkan kehidupan para petani.

d. Memulai pertunjukan

Di awali dengan musik Kotekan lesung selanjutnya penyanyi

menyesuaikan dengan musik oleh penabuh lesung. Lagu awal yang

dinyanyikan adalah lagu Rodad yang ada didalamnya berisi puji-pujian

islam atau solawat. Selanjutnya lagu bervariasi karena ada perkembangan

zaman seperti lagu kereta malam, pokokmen Joged dll.

e. Pada saat memulai

Pementasan musik kotekan lesung berada diawal untuk memulai.

Sedangkan penari mulai menari Rodad setelah tabuhan kotekan lesung.

Namun juga kotekan lesung berlangsung, Penari menyesuaikan dengan

iringan lagu kotekan lesung. Penari ini menarikan sesuai dengan ibu-ibu

ketika sedang bercocok tanam. Penari tersebut juga membawa property

sebagai bentuk variasi.

f. Pada saat mengakhiri

Pementasan musik kotekan lesung menggunakan gerakan yang

memutar sambil membawa bendera.

2. Pola Permainan Musik Kotekan

Pemainan musik kotekan lesung merupakan permainan menggunakan

berbagai pola. Menurut bapak Hadi Qoiri Ada banyak pola musik kotekan

lesung. Ada namanya Kupu Tarung, Ngudang Anak dll namun itu masing-

masing pola berbeda-beda caranya.

Page 20: MAKALAH - isi-ska.ac.id

15

Gambar 5. Pola Permainan Musik Kotekan Lesung

( Foto Zain Arifin Rochma,2015)

Jadi memang ada untuk jenis-jenis pola musik kotekan lesung. Posisi

pemain penabuh

a. Posisi 1 bass

b. Posisi 2 gendong 1 dan 2

c. Posisi 3, 4, 5, kelek 1 2

d. 5, 6, 7 penyela

Yang baku memang bass gendong 12 , kelek 1.2, 5, 6, 7, 8 penyela dan

pelaras.

3. Bentuk pertunjukan dan Teknik Pertunjukan

Bentuk pertunjukan kesenian Kotekan Lesung ini menurut Hadi Qoiri

adalah memainkan alat musik kotekan lesung dengan diiringi nyanyian,

disambut awal dengan pujia-pujian Islam atau Rodad dan kemudian di

lanjutkan dengan variasi musik seperti di acara Srawung Seni Segara

Gunung ini menyanyikan lagu saat ini seperti Kereta Malam, Pokoke Joged

dll guna untuk menggabungkan antara musik tradisional dan lagu modern.

Untuk teknik sebenarnya diduna pendidikan hanya dingdong atau

keselerasan ketika ada tabuhan itu mencoba memasukan lagu tradisional ini

dengan memadukan jika selaras maka bisa untuk dipakai. Jadi tidak ada

teknik khusus untuk memainkan musik kotekan lesung tapi hanya dingdong

keselarasan saja.

Page 21: MAKALAH - isi-ska.ac.id

16

C. Wujud Budaya Artefak

1. Properti

Properti yang digunkan pada kesenian ini dalam acara Srawung Seni

Segara Gunung adalah kipas sebagai pelengkap untuk penari dan bendara.

Menggunakan 4 suara micropone menggunakan stand microphone dan

menggunakan clip on microohone, diantaranya adalah 2 micropone beserta

stand yang diletakan disamping lesung, 2 lainnya menggunakan microphone

clip on untuk penyanyi dan membacakan synopsis.

Gambar 6. Properti Kesenian Kotekan Lesung

( Foto Zain Arifin Rochmat,2015)

Suara lesung dapat terdengar hingga sekitar 200 m lebih. Suara

akustik memiliki eksotisme yang tinggi, karena dari suara yang dikeluarkan

terdapat terdengar keriuhan dan keriangan para petani setelah menuai panen

padi. Tata panggung tidak ada, hanya menggunakan alas tanah dengan 2

batang kayu sebagai alas/dudukan lesung agar suara yang terdengan menjadi

nyaring. Pementasan dilakukan di tempat terbuka maupun tertutup. Jika di

tempat tertutup maka ruangan harus agak lebar agar suara dapat keluar dan

tidak memekakan telingga. Ada lampu penerang walau hanya menggunakan

lampu neon saja, sehingga penonton dapat melihat aktivitas para pemain.

Namun property juga menyesuaikan dengan even-even tertentu, Misalnya

srawung seni segoro gunung dengan kaitannya ada tanaman maka

Page 22: MAKALAH - isi-ska.ac.id

17

disesuaikan dengan tanaman. Dengan menggunakan property dibuat sendiri.

Jikalau penabuh memang tradisional kuno lurik sama jarik.

2. Kostum dan makeup

Penampilan musik kotekan dalam bentuk pementasan menggunakan

segala sesuatu yang bersifat sangat sederhana. Pakaian menggunakan

pakaian kerja para ibu tani dengan kain sebatas lutut dengan pakaian kebaya

motif lurik tutup kepala menggunakan caping.

Gambar 7. Pakaian pemain Rodad Kotekan Lesung (Foto Zain Arifin Rochmat,2015)

Demikian pula dengan rias yang digunakan seperti riasan sehari-hari

hanya ditambah pemerah bibir. Menurut Bapak Hadi Qoiri Penari biasanya

terdiri dari 20 orang atau relativ (bisa kurang atau lebih) dan penari

menggunakan pakaian sopan dengan kain lurik. Musik kotekan ditampilkan

pada saat ada suatu acara, misalnya acara bersih desa, 17 Agustus, hajatan,

event-even dll ditampilkan pada awal acara sebagai tanda untuk berkumpul

(mengundang masyarakat berkumpul di tempat asal suara kotekan). Dari

beberapa acara Tari kesenian Rodad Kotekan Lesung di Sragen ini Bapak

Hadi Qoiri pernah memngarahkan kesenian Kotekan Lesung Perempuan

Al-hidayah di Desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen, Jawa tengah

menjuarai Festival Kabupaten Juara 3 dan Festival Seni dan Budaya Juara 1.

Page 23: MAKALAH - isi-ska.ac.id

18

3. Alat musik

Musik kotekan adalah permainan musik dengan instrumen pokok

Lesung dan alu/antan. Menurut Hadi Qoiri permainan musik kotekan di

desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen dimainkan oleh 5-6 orang

orang. Kesenian ini sangat sederhana baik dari bentuk musik maupun

penampilan pemainnya, tetapi bunyi yang dihasilkan sangat indah terdengar

dan didalamnya sarat akan makna. Untuk memahami lebih lanjut tentang

musik kotekan maka akan dideskripsikan menurut Hadi Qoiri selaku

pamong desa

Gambar 8. Alat Musik Kotekan Lesung

Sumber : Foto Zain Arifin Rochmat

Lesung yang digunakan untuk permainan musik kotekan memiliki

panjang sekitar 4 meter. Bahan dasar kayunya menurut Hadi Qoiri kalau

orang kalangan atas pada waktu itu adalah kayu jati, Untuk kalangan

Menengah yaitu nangka, Untuk kalangan misikin menggunakan Kayu

seadanya untuk menumbuk padi. Namun untuk kualitas suara untuk paling

bagus sendiri untuk hiburan yaitu kayu nangka. Namun sekarang ini kayu

nangka yang besar sudah langka. Bisa juga dengan kayu jati. Tapi kayu

yang digunakan pada saat acara kesenian Srawung Seni ini adalah nangka.

Musik ini yang digunakan bapak Hadi Qoiri berasal dari nenek moyang. Alu

disesuaikan dengan penabuh dan disesuaikan dengan bunyi dan pelaku.

Page 24: MAKALAH - isi-ska.ac.id

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lesung pada dasarnya berfungsi sebagai alat penumbuk padi tradisional

yang berawal dari kondisi masyarakat yang setiap masa panen selalu kesulitan

untuk menggiling padi. Seiring dengan perkembangannya fungsi lesung

berubah menjadi salah satu alat musik tradisional.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisional

adalah mengenalkan dengan gencar kepada masyarakat, mempertunjukan

kesenian dengan mengikuti acara pemerintah seperti hajatan, acara

kemerdekaan RI, hari-hari besar, Upacara serta menggerakkan seniman lebih

kreatif untuk memperkaya ide sehingga berpengaruh baik terhadap karya yang

mereka hasilkan. Faktor lain yang dapat menyebabkan berkurangnnya

perhatian terhadap kesenian tradisional Rodad Kotekan Lesung Sragen adalah

kemungkinan masyarakat mulai melupakan keberadaan lesung tersebut yang

telah berada sejak jaman dulu atau bahkan kebudayaan ini masih belum ada

yang mengenal.

Oleh karena itu guna menjaga kelestarian kesenian tersebut agar

terhindar dari kepunahan kesenian Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-

Hidayah yang terdapat di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe Sragen Jawa

tengah agar tetap dijaga. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat khususnya

generasi muda memahami tentang kesenian Rodad Kotekan Lesung, sehingga

masyarakat khususnya generasi muda bersemangat untuk melestarikannya.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk Kesenian Kotekan lesung adalah

sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan musik Kotekan Lesung secara berkala.

2. Mengajak generasi muda untuk mempelajari musik Kotekan Lesung

3. Memperkenal musik Kotekan Lesung di berbagai daerah

Page 25: MAKALAH - isi-ska.ac.id

20

DAFTAR ACUAN

Skripsi :

Haryadi, Dwi. 2013. Bentuk Dan Fungsi Kesenian Rodad Pada Upacara Ritual Potong Gembel Di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten

Banjarnegara. Skripsi Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Marsatya, Bobby Putranto. 2011. Fungsi Dan Teknik Permainan Kesenian

Tradisional Gejog Lesung Di Sanggar Nitibudhoyo Dusun Nitiprayan Bantul. Skripsi Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

Surya, Cahya Harsakya. 2012. Struktur Naratif Serial Animasi The Little Krishna Episode The Darling Of Vrindavan. Skripsi Institut seni Indonesia

Surakarta. Tri, Darmawan Drajadmo. 2013. Dinamika Kesenian Lesung Sanggar Seni

”Sekar Jagad” Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2012. Skripsi Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Buku :

Anselm Strauss & Julliet Corbin. 2003. Dasar Dasar penelitian Kualitatif. Penerbit Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Astono, Sigit. 2005. Kothekan Lesung Banaran. Penerbit Intra Pustaka Utama:

Semarang Timur.

Jurnal:

Aesijah, Siti. 2007. Makna Simbolik Dan Ekspresi Musik Kotekan. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/774/706

diaskes pada tanggal 6 Desember 2015 pada jam 13:45 WIB.

Website :

Anonim. 2011. Kotekan Lesung. http://www.karanganyarkab.go.id/20110119/kotekan-lesung/. Diakses pada tanggal 2 Desember 2015 jam 10:16 WIB.

Narasumber :

Hadi Qoiri, 49 tahun, Pamong Desa, Ketua Dewan Seni, Sragen, Saren, Dukuh

plawar, RT 17 Kalijambe, Sragen.

Page 26: MAKALAH - isi-ska.ac.id

21

LAMPIRAN

Page 27: MAKALAH - isi-ska.ac.id

22

LAMPIRAN 1

PEDOMAN DOKUMENTASI

A. Tujuan Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang berkaitan

dengan observasi yang digunakan untuk pembuatan makalah tentang

Kesenian Tradisional Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-hidayah di

desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen, Jawa tengah.

B. Pembatasan Bentuk dokumentasi data dalam pembuatan makalah ini

berupa :

1. Catatan hasil wawancara dengan narasumber berbentuk transkip

wawamcara

2. Video dokumentasi kesenian tradisional Kotekan Lesung

3. Foto-foto tentang permainan kesenian tradisional Kotekan lesung

Page 28: MAKALAH - isi-ska.ac.id

23

LAMPIRAN 2

RUNDOWN ACARA

Gambar 10. Rundown Acara

( Foto Zain Arifin Rochmat,2015)

FOTO DOKUMENTASI

Gambar 11. Kesenian Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-Hidayah

(Foto Zain Arifin Rochmat,2015)

Page 29: MAKALAH - isi-ska.ac.id

24

LAMPIRAN 3

TRANSKIP WAWANCARA

(Pada Tanggal 18 Desember 2015) dengan Bapak Hadi Qoiri

di Desa Kalijambe Sragen

Bagaimana Teknik memainkan music kotekan lesung ini ?

- Sebenarnya diduna pendidikan hanya dingdong atau keselerasan ketika

ada tabuhan itu mencoba memasukan lagu tradisional ini dengan

memadukan jika selaras maka bisa untuk dipakai. Jadi tidak ada teknik

khusus untuk memainkan musik kotekan lesung tapi hanya dingdong

keselarasan saja.

Bagaimana Pola musik kotekan yang ada didesa Kalijambe ?

- Ada banyak pola musik kotekan lesung. Ada namanya kuku tarung,

ngudang anak dll namun itu masing-masing pola beerbeda beda caranya.

Jadi memang ada untuk jenis-jenis pola musik kotekan lesung.

Kapan biasanya dilakukan untuk tradisi kotekan lesung ini ?

- Ketika ada kegiatan even even pemerintah seperti srawung seni, festival

tradisional yang berirama rebab,

Apa maksud dari rodad sendiri ?

- Seperti tarian tarian yang berlafalkan Islam. Sebenarnya boleh dilakukan

tidak menggunakan rodat tetapi diiringi dengan lesung, tapi juga ada rodad

diiringi dengan hadrah

Bagaimana Tahapan pementasan tradisi kesenian rodad ?

- Tergantung durasi yang disediakan. Misalnya hajatan bisa dilakukan

dengan waktu yang panjang bisa bervariasi. Tapi kalau acara Srawung

Seni Segara Gunung dibatasi dengan 20 menit paling 3 judul lagu sudah

cukup. Maka durasi yang diperlukan untuk pementasan

Bagaimana Sinopsis yang digunakan dikesenian ini ?

- Kegembiraan ibu-ibu petani dalam menyambut musim tanam jadi ketika

musim tanam hampir tiba ibu-ibu petani bergembira disambut dengan

kotekan lesung.

Synopsis yang menggambarkan sebagai bentuk syukuran.

Page 30: MAKALAH - isi-ska.ac.id

25

Apa saja yang digunakan pada Property pertunjukan kotekan lesung ?

Menyesuaikan even,

- Misalnya Srawung Sni Segoro Gunung dengan kaitannya ada tanaman

maka disesuaikan dengan tanaman. Dengan menggunakan property dibuat

sendiri. Jikalau penabuh memang tradisional kuno lurik sama jarik.

Berapa panjang Musik kotekan lesung ?

- Panjang lesung 4 meter kalau lebih panjang lebih baik. Peninggalan nenek

moyang. Alu disesuaikan dengan penabuh dan disesuaikan dengan bunyi

dan pelaku.

Apa Mata pencaharian di kalijambe ?

- Petani.

Perbedaan kotekan lesung lama sama kotekan lesung sekarang

- Hampir tidak ada karena peninggalan nenek moyang. Hanya syair yang

menunjukan perbedaan. Kalau jaman dahulu tidak ada syair nya kalau

sekarang ada syairnya dengan penambahan penari dan rodad. Atau mutlak

kotekan lesung saja.

Perbedaan kotekan lesung dari pada yang lain

- Asli dari musik kotekan lesung yaitu dari jawa. Hanya namanya saja yang

berbeda tetapi fungsinya sama. Sejarahnya dulu jawa sebelum ada resmil

sudah barang tentu ketika menumbuk padi menjadi beras menggunakan

lesung. Bahkan mungkin seluruh Indonesia yang belum ada resmil juga

menggunakan alat tradisional hanya saja namanya yang berbeda.

- Hanya saja yang membikin ikon kotekan lesung di karanganyar

Apa bahan dasar musik kotekan lesung

- Bahan dasar kayunya kalau orang kalangan atas pada waktu itu adalah

kayu jati,

- Untuk kalangan Menengah yaitu nangka

- Untuk kalangan misikin menggunakan Kayu seadanya untuk menumbuk

padi

Page 31: MAKALAH - isi-ska.ac.id

26

- Namun untuk kualitas suara untuk paling bagus sendiri untuk hiburan

yaitu kayu nangka. Namun sekarang ini kayu nangka yang besar sudah

langka. Bisa juga dengan kayu jati.

Bagaimana Sistem kekerabatan anggota satu dengan yang lain ?

- Setiap ketemu bermain berkumpul harus ditekankan satu dengan yang lain

dengan system kekerabatan. Jangan sampai iri dengan harta, rizki masing

masing, entah itu sudah diatur oleh tuhan. Maka kita tanamkan untuk

seperti itu. Misalkan dalam pertunjukan untuk pementasan dilarang

menggunakan gelang atau kalung emas jikalau dibebeskan maka

memberikan dampak yang tidak baik atau iri yang satu dengan yang lain.

Dengan mengantisipasi memang susah dan berdampak.

Apa Penyebab kotekan lesung punah ?

- Dulu sebagai hiburan ibu ibu yang buruh nutu menumbuh padi dari

dulunya untuk menghibur dirinya masing masing, namun sekarang adanya

resmil akhirnya hanya ada orang orang yang peduli dengan kebudayaan

tradisional

Bagaimana Posisi pemain penabuh ?

- Posisi 1 bass

- Posisi 2 gendong 1 dan 2

- Posisi 3, 4, 5, kelek 1 2

- 5, 6, 7 penyela

- Yang baku memang bass gendong 12 , kelek 1.2, 5, 6, 7, 8 penyela dan

pelaras.