makalah IPB

13
Sebagian besar pembelajaran di sekolah berbasis pertanian/ agroekonomi adalah menggunakan pembelajaran contekstual yang nota bene adalah pembelajaran secara langsung dan aplikatif. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari- hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium,

description

IPB

Transcript of makalah IPB

Page 1: makalah IPB

Sebagian besar pembelajaran di sekolah berbasis pertanian/ agroekonomi adalah

menggunakan pembelajaran contekstual yang nota bene adalah pembelajaran secara langsung

dan aplikatif. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang

cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara

menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal

ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori

jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang

sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa

(peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat

terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan

nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami

akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.

Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan

pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat

kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar

memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan

nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa

memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri

secara aktif pemahamannya. Sehingga hal ini sangat cocok untuk sekolah pertanian yang

aplikatif, banyak pembelajaran yang langsung terjun di lingkungan.

Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara

ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi

melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang

mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah

bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat

terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep

dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam

dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Page 2: makalah IPB

Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah

modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: 1) Prinsip

Kesaling-bergantungan, 2) Prinsip Diferensiasi, dan 3) Prinsip Pengaturan Diri.

Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta

saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan

mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya,

dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-

bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat,

saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari

pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-

masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.

Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk

menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi

membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar

masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa

diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan

disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh

potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai

alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan

solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan

diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan

imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam mencapai

tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi

informasi. Di sini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk

menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih

menekankan Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus

melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan

dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui

proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal

siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan

dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan

konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa

Page 3: makalah IPB

dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa,

dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan

pelaksanaannya.

Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual

harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami,

Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.

MENGAITKAN: Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru

menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang

sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui

siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan

pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa

memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di

sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka

peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah

terhadap permasalahan tersebut.

MENGALAMI: Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami

merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan

informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat

terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan

untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.

MENERAPKAN: Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang

bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan

kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam

latihan yang realistik dan relevan.

KERJASAMA: Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi

dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual.

Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan.

Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah

yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya

membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang

karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi

dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya

sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa

mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.

Page 4: makalah IPB

MENTRASFER: Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer,

menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru

membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman

bukan hapalan.

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah

komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya

(Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai

berikut:

1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir

CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat

pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif

secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur

pengetahuanyang dimilikinya.

2. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan

pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang

terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan

(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari

bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual.

Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman

siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana

keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)

memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih

banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar

menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil

belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke

yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua

kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,

mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan

Page 5: makalah IPB

apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual,

guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan

juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang

baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari

itu.

7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan

belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar

siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran

yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan

kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Contextual Teaching and Learning dalam penerapannya untuk sekolah

agroekonomi/pertanian/perkebunan memiliki kelebihan maupun kelemahan sendiri. Adapun

kelebihannya adalah sebagai berikut :

Kelebihan

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat

menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini

sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan

kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan

tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan

mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa

karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa

dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis

konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi

berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.

Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang

akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.

Page 6: makalah IPB

Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa

kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan

tahap perkembangannya.

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri

ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–

strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan

perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan

apa yang diterapkan semula.

>> Kolaborasi Pendekatan Contextual teaching Learning dengan Model-model

pembelajaran

Beberapa model pembelajaran yang meruapakan aplikasi pembelajaran

kontekstual antara lain model pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran

koperatif (cooperatif learning), pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning).

1. Model Pembelajaran Langsung

Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan tersebut

selangkah demi selangkah kepada siswa. Rasional teoritik yang melandasi model ini

adalah teori pemodelan tingkah laku yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut

Bandura, belajar dapat dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan

pengalaman orang lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur panjang dengan jangka

sorong, siswa dapat belajar dengan menirukan cara mengukur panjang dengan jangka

sorong yang dicontohkan oleh guru.

Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini terutama adalah

penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu

misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang terkait

dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss), dan atau

pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu misal nama-nama bagian jangka

sorong, pembagian skala nonius pada micrometer sekrup, dan fungsi bagian-bagian neraca

Ohauss), serta keterampilan belajar siswa (misal menggarisbawahi kata kunci,

menyusun jembatan keledai, membuat peta konsep, dan membuat rangkuman).

Model pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, sehingga sebagian besar

siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan pelaksanaan hendaknya sangat

hati-hati. Sistem pengelolaan permbelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi

Page 7: makalah IPB

(tanya jawab). Pengaturan lingkungan mengacu pada tugas dan memberi harapan yang

tinggi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah guru menghadapkan siswa pada

situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi siswa untuk

memecahkannya melalui penyelidikan/ inkuari dan kerjasama, memfasilitasi dialog dari

berbagai segi,merangsang siswa untuk menghasilkan karya pemecahan dan peragaan hasil.

Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme Piaget dan

Vigotsky, serta teori belajar penemuan dari Bruner. Menurut teori konstruktivisme

pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti menuangkan air dalam

gelas, tetapi siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui proses intra-

individual asimilasi dan akomodasi (menurut Piaget) dan proses inter-individual atau

sosial (menurut Vigotsky). Menurut Bruner belajar yang sebenarnya terjadi melalui

penemuan, sehingga dalam proses pembelajaran hendaknya banyak menciptakan peluang-

peluang untuk aktivitas penemuan siswa.

Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah

keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi

kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran berbasis

masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses demokrasi, dan peranan aktif siswa.

Keseluruhan proses diorientasikan untuk membantu siswa menjadi mandiri, otonom,

percaya pada keterampilan intelektual sendiri melalui keterlibatan aktif dalam

lingkungan yang berorientasi pada inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat.

3. Model Pembelajaran Koperatif

Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan yang berbeda

(heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh anggota menguasai bahan

pelajaran tersebut. Dalam variasinya ditemui banyak tipe pendekatan pembelajaran

koperatif misalnya STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, Investigasi

Kelompok, dan Pendekatan Struktural, namun tidak dikemukakan dalam materi diklat

ini.

Page 8: makalah IPB

Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme Vigotsky

yang menekankan pentingnya sosiokultural dalam proses belajar seperti tersebut di

muka, dan teori pedagogi John Dewey yang menyatakan bahwa kelas seharusnya

merupakan miniatur masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar

kehidupan nyata. Guru seharusnya menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu

sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah.

Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini adalah hasil belajar

akademik yakni penguasaan konsep-konsep yang sulit, yang melalui kelompok koperatif

lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya, yang mempunya orientasi

dan bahasa yang sama. Disamping itu hasil belajar keterampilan sosial yang berupa

keterampilan koperatif (kerjasama dan kolaborasi) juga dapat dikembangkan melalui

model pembelajaran ini.

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran koperatif ini

dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang

harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Dalam pengaturan lingkungan

diusahakan agar materi pembelajaran yang lengkap tersedia dan dapat diakses setiap

siswa, serta guru menjauhi kesalahan tradisional yakni secara ketat mengelola tingkah-laku

siswa dalam kerja kelompok.