Makalah Ion Exchange
Embed Size (px)
Transcript of Makalah Ion Exchange

Resin Penukar Ion
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, hingga saat ini tetap melaksanakan
pembangunan industri. Meningkatnya jumlah industri tidak hanya memberikan dampak positif,
tetapi juga memberikan dampak negatif, misalnya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
limbah industri, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Dampak pencemaran lingkungan yang mungkin timbul akibat limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan industri dapat diketahui dengan mengukur konsentrasi parameter-paremeter limbah
cair, baik berupa paramater fisik, parameter kimia (organik dan anorganik) ataupun parameter
biologi.
Air konsumsi adalah air yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan
Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum yaitu kadar Fe sebesar 0,3 mg/l. Secara kualitas, ditemukan
beberapa penyimpangan terhadap parameter kualitas air bersih, baik kualitas fisik, kimia, biologi,
ataupun radioaktif. Penurunan kualitas air diantaranya diakibatkan oleh adanya kandungan besi
yang sudah ada pada tanah karena lapisan- lapisan tanah yang dilewati air mengandung unsur-
unsur kimia tertentu, salah satunya adalah persenyawaan besi.
Proses pertukaran ion adalah proses di mana suatu material atau bahan tidak iarut
menangkap ion-ion bermuatan baik positif maupun negatif dari suatu larutan dan melepaskan
ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan dalam jumlah yang setara. Bila proses pertukaran
telah mencapai titik jenuh, maka dilakukan proses regenerasi dengan tujuan agar kapasitas
penukaran material penukar ion dapat kembali seperti semula.
Untuk menjadi penukar ion yang efektif, suatu resin penukar ion harus mempunyai ion-
ion yang mudah bertukar dalam struktur yang tidak mudah larut dalam air, dan ruangan yang
cukup dalam strukturnya untuk menjamin kebebasan ion-ion bergerak keluar dan masuk dalam
matriks bahan.
1.2 Batasan Masalah
Kelompok 51

Resin Penukar Ion
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari kinerja bahan resin, menghitung jumlah kadar
Ca sisa dan kadar Ca yang terambil serta hubungan mempelajari hubungan kadar Ca dengan
jumlah resin.
Resin yang digunakan adalah resin kation dan anion. Penukaran ion dilakukan dengan
hanya 1 kali dilewati resin. Variabel yang digunakan ialah dosis resin, sedankan parameter yang
digunakan adalah konsentrasi Ca
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mempelajari kinerja bahan resin
Menghitung jumlah kadar Ca sisa dan kadar Ca yang terambil
Mempelajari hubungan kadar Ca dengan jumlah resin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok 52

Resin Penukar Ion
2.1 Karakteristik Resin Penukar Ion
Anekaragam bahan alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik,
memperagakan perilaku pertukaran ion, namun dalam laboratorium penelitian, di mana
keseragaman dipentingkan, penukar ion yang disukai biasanya adalah bahan sintetik yang
dikenal sebagai resin penukar ion. Resin–resin itu disiapkan dengan memasukkan gugus-gugus
terionkan ke dalam suatu matriks polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah Polistirena
hubungan silang; suatu resin maksud umum yang lazim ialah resin “ 8 % terhubung silang “,
yang berarti kandungan divinilbenzenanya 8 %.
Resin–resin itu dihasilkan dalam bentuk manik–manik bulat , biasanya 0,1–0,5 mm,
meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia. Untuk menyiapkan suatu resin penukar kation yang
lazim, polimer itu disulfonasi untuk memasukkan gugus –SO3H ke dalam cincin aromatik. Bila
disuspensikan dalam air, partikel resin itu akan membengkak karena menyerap air, yang derajat
pembengkakkannya dibatasi oleh jauhnya hubungan silang.
Ion yang dapat ditukar, yakni ion yang tidak terikat pada matriks polimer, disebut ion
lawan. Andaikan sutu resin penukar kation yang mengandung ion lawan yang dapat
dipertukarkan B+, ditaruh bersentuhan dengan suatu larutan yang mengandung ion A +. Terjadi
reaksi pertukaran :
A + + RB B+ + RA
Peristiwa adsorpsi gas atau cairan oleh padatan merupakan sebuah fenomena yang
sering dijumpai dalam industri kimia. Adsorpsi ini biasanya digunakan untuk memisahkan
sebagian komponen fasa mengalir (gas atau cairan) melalui penyerapan oleh padatan. Salah
satu contohnya adalah penyerapan ion-ion oleh resin yang dikenal sebagai operasi pertukaran
ion (ion exchange). Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan
kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain (biasanya ion
H+ atau ion OH-) sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion akan
dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap.
Resin adalah suatu senyawa kimia yang memiliki bagian tertentu yang bisa dilepas dan
ditukar dengan bahan kimia lain dari luar, dengan syarat memiliki sifat yang sama dengan bagian
yang lepas tadi. Bagian yang bisa dilepas ini bisa bermuatan negatif dan bisa juga bermuatan
positif. Karena dia bermuatan, maka disebutlah ion. Ion yang bermuatan negatif disebut anion,
sedangkan ion yang bermuatan positif disebut kation.
Resin penukar ion merupakan bahan padat yang mengandung bagian aktif dengan ion-
ion yang tidak dipertukarkan. Penukar ion dapat berupa penukar kation atau penukar anion. Hal
Kelompok 53

Resin Penukar Ion
ini bergantung bahan aktifnya yang bersifat basa dan dapat menukar anion dan sebaliknya.
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu,
memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air,
memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion.
Berdasarkan jenis ion / muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 :
1. resin penukar kation
Mempunyai ion positif yang digunakan untuk exchange
2. resin penukar anion.
Resin penukar anion ini mempunyai gugus samping yang bersifat basa seperti anion
primer, sekunder, dan tersier tempat melekatnya anion Xn-. Resin penukar anion dibuat
dengan mereaksikan metil hidroksi metil eter dengan senyawa amina. Amina-amina tersier
akan menghasilkan resin amonium kwartener yang bersifat basa kuat dan poliamina akan
menghasilkan resin berbasa lemah.
Bentuk resin ini biasa disingkat dengan R-N+ (CH3)3OH- atau R+-OH-. Dalam
menggantikan reaksi pertukaran, anion yang berada dalam larutan menggantikan OH- pada
padatan.
nR+ - OH- + Xn- à RnX + nOH-
Dimana :
R = gugus fungsional dari resin
OH- = gugus alih fungsional
Xn- = anion, seperti : Cl-, F-, dll.
Untuk resin penukar anion urutan bertambah kuatnya penyerapan sesuai dengan
urutan bertambah kecilnya ukuran ion yang terhidrasi yang biasa dituliskan sebagai berikut:
F- CN- HCO3- Cl- HSO3- OH- Br- NO3- I-
Resin penukar anion dibagi menjadi dua, yaitu
resin penukar anion basa kuat
Mengandung gugus amonium kuartener, rumus umumnya Res-NR3OH dengan R
adalah radikal alifatis atau aril alifatis
resin penukar anion basa lemah
Mengandung gugus amina tersier dengan rumus umum Res-NO2.
Kelompok 54

Resin Penukar Ion
Resin anion dan kation diproduksi dari dasar polimer organik yang sama. Perbedaan
terdapat pada kelompok ionizable yang terikat dengan jaringan / ikatan hidrokarbon. Golongan
fungsional ini yang menentukan perilaku kimia resin. Resin secara luas digolongkan sebagai
kation exchanger asam kuat (contoh SO3H dengan pK = 1-2) atau asam lemah (OH dengan pK =
9 - 10) dan anion exchanger basa kuat (N+ dengan pK = 1 - 2) atau basa lemah (NH2 dengan pK
= 8 - 10).
Resin penukar ion merupakan salah satu metoda pemisahan menurut perubahan kimia.
Prinsipnya adalah mengganti atau mempertukarkan ion yang terikat pada polimer pengisi
resinnya dengan ion yang dilewatkan. Jika disebut resin penukar kation maka kation yang terikat
pada resin akan digantikan oleh kation pada larutan yang dilewatkan.
Berupa butiran, biasa disebut resin, yang tidak larut dalam air. Dalam strukturnya, resin
ini mempunyai gugus ion yang dapat dipertukarkan. Langsung contoh saja : pengolahan air
dengan penukar ion untuk produksi uap di dalam sebuah ketel uap. Air umumnya mengandung
ion kalsium. Karena terjadi penguapan, konsentrasi kapur di dalam ketel akan meningkat
sehingga menimbulkan kerak. Kerak ini akan menyebabkan pemborosan bahan bakar karena
menghambat panas. Oleh karena itu kadar kapur harus seminimal mungkin. Salah satu caranya
adalah dengan penukaran ion dengan resin yang mengandung gugus natrium. Air dilewakkan ke
dalam tumpukan butiran resin . Kita sebut saja resinnya R-Na:
R-Na + Ca++ ----> R-Ca + Na+
Ca+ di air diikat, dan Na+ dilepas ke air oleh resin Na tidak menimbulkan kerak karena
garam dari Na umumnya larut dalam air. Lama-lama resin akan jenuh dengan kapur (Ca)
sehingga kemampuan penukarannya hilang. Sehingga resin perlu diganti. Didalam praktek resin
tidak perlu dibuang tetapi bisa dicuci Ca-nya dengan penukaran ion juga yaitu dengan larutan
garam dapur (NaCl). Jadi dalam penukaran ion, air tidak dimurnikan.
2.2 Proses Ion Exchange
Ion Exchange Resin (IER) merupakan resin (plastic berukuran tertentu yang sangat kecil
dan berbentuk bulat) terbuat dari Styrene DiVinyl Benzene yang diaktifkan dengan beberapa
substansi kimia, yaitu yang umum dikenal adalah strong Kation (oleh gugus sulfonate dan
ditempeli ion H+ or Na+), strong anion (oleh gugus quartenary ammonium dan ditempeli ion Cl- or
OH-). Ion-ion Cl-, OH-, Na+ dan H+ inilah yang bergerak melalui transfer (exchange) antar ion
terhadap ion-ion impuritis yang ada di air. Sehingga, contohnya ion H+ dari IER akan
Kelompok 55

Resin Penukar Ion
menggantikan ion Ca2+ yg ada di air. Begitu seterusnya sampai terjadi kejenuhan di badan IER
itu sendiri karena ion-ionnya sudah tertukar semua, yg disebut breakthrough capacity (or time).
Exchange tersebut terjadi secara kontinyu, bila IER tersebut didesign dalam alat yang
bekerja kontinyu dalam suatu kolom dengan air yang mengalir (sebagai driving force) melalui
IER bed (contoh: demineralizer unit yang mempunyai kation dan anion unit atau softening unit
yang mempunyai hanya kation unit). Dan semakin lama kontak IER dengan air yg diproses
tersebut, akan menghilangkan impurities-impuritis air secara simultan, tentunya bila design dan
operasi Memang sesuai dengan yang diharapkan. Dan bila IER telah breakthrough, maka perlu
diregenerasi dengan substansi asam ataupun basa. IER bekerja secara fisik dan kimiawi.
Reaksi pada proses ion exchange bersifat reversibel dan stoikiometrik, dan sama
terhadap reaksi fase larutan yang lain. Sebagai contoh:
NiSO4 +Ca(OH)2 Ni(OH)2 + CaSO4 (1)
Pada reaksi ini, ion nikel yang terdapat dalam larutan nikel sulfate ( NiSO 4) ditukar ion kalsium
dari molekul calsium hidroksida (Ca(OH)2). Hal yang serupa terjadi dimana resin yang
mengandung ion hidrogen akan mengalami pertukaran dengan ion nikel dalam larutan.
persamaan reaksi sebagai berikut:
2(R-SO3H)+ NiSO4 (R-SO3)2Ni + H2SO4 (2)
R mengindikasikan bagian organik resin dan SO3 adalah bagian yang non-mobile dari kelompok
ion aktif. Diperlukan 2 resin untuk ion nikel valensi 2 ( Ni+2). Ion ferric bervalensi tiga akan
memerlukan tiga resin.
Di dalam lingkup pengolahan logam, ion exchange biasanya menggunakan satu kolom
yang terdiri dari cation exchange bed dan diikuti dengan anion exchange resin. Efluen biasanya
merupakan larutan deionisasi yang dapat di recycle dalam proses seperti rinse water.
2.3 Daya Penukar Ion
Kation yang berbeda mempunyai kemampuan untuk menukar kation yang teradsorpsi.
Ion divalen biasanya dijerap lebih kuat dan lebih sulit ditukar daripada ion monovalen. Ion Ba2+
dan NH4+ :
Ba2+ terjerap kuat oleh koloid tanah, tetapi daya penukarannya lemah. Pertukaran kation
menggunakan Ba < jumlah Ba yang diserap.
Kelompok 56

Resin Penukar Ion
NH4+ terjerap lebih lemah daripada Ba, tetapi daya penukarannya kuat. Pertukaran
kation menggunakan NH4+ > jumlah NH4
+ yang diserap.
2.4 Teknologi Resin Penukar Ion
Teknologi resin penukar ion ini, dengan mudah sekali dapat digunakan untuk
memisahkan dan memurnikan plutonium dan uranium dari bahan bakar bekas. Misalnya dari
hasil yang dicapai oleh Navratil dan kawan-kawannya di Argonne National Laboratory,Amerika
Serikat2). Mereka menggunakan resin penukar ion dengan nama dagang Dowex-50-X12,
Amberlite IRA - 938, Duolite ES-561 dan lain-lain. Dilaboratorium yang sama, oleh Chiarizia3)
dan kawan-kawannya telah dikembangkan pula jenis resin yang lain yang mereka beri nama
Dimensi Vol.3 No.1 Juni 2000 3Diphonix® yakni asam difosfonik yang diikat dalam kopolimer
stirena-difinil-benzenasehingga menjadi sebuah senyawa polimer. Resin ini memperlihatkan
afinitas yang tinggi terhadap unsur-unsur aktinida, terutama yang bervalensi empat dan enam,
sehingga resin ini dapat digunakan untuk memisahkan dan memurnikan unsur-unsur trans-
uranium (TRU), seperti neptunium, plutonium, amerisium dan kurium dari bahan bakar bekas.
Di samping itu, resin ini dapat juga digunakan untuk memisahkan sesium dan stronsium.
Penemuan penting lain dalam bidang ini adalah yang dicapai oleh Usuda dan kawankawannya di
Japan Atomic Energy Research Institute (JAERI)4). Mereka telah berhasil menggunakan resin
yang dibuat oleh Mitsubishi Chemical Industries, Co. untuk memisahkan unsur-unsur trans-
plutonium (TPu), seperti amerisium, kurium dan kalifornium dan juga logam tanah jarang, seperti
yitrium, serium, promesium dan europium. Tapi sayang, mereka melakukannya pada suhu tinggi,
yakni sekitar 90 oC, yang tentu saja punya masalah tersendiri dalam operasionalnya di
lapangan. Penemuan yang tidak kalah pentingnya adalah yang dicapai oleh Nur dan kawan-
kawan-nya di Research Laboratory for Nuclear Re-actors, Tokyo Institute of Technology5).
Mereka telah berhasil memisahkan amerisium dan kurium pada suhu kamar dengan
menggunakan resin jenis piridina yang mereka kembangkan sendiri.
2.5 Aplikasi Resin
1. Filter Deionizer
Filter de-ionzer adalah salah satu bentuk filter kimia. Fungsi utama filter ini adalah untuk
menghilangkan ion-ion tertentu dari air. Untuk keperluan akuarium biasanya digunakan untuk
menghilangkan kesadahan. Air hasil olahannya kemudian digunakan sebagai bahan baku untuk
meramu air akuarium dengan tingkat kesadahan dan tingkat pH yang diinginkan.
Kelompok 57

Resin Penukar Ion
Deionizer berfungsi dengan prinsip pertukaran ion. Yaitu, ion-ion tertentu dari dalam air,
seperti NH4+ atau Ca2+, ditukar dengan ion pengganti dari struktur media yang digunakan,
biasanya Na+, atau H+.
Dalam proses penurunan kesadahan air misalnya, air dengan kesadahan tinggi dialirkan
melewati media. Apabila media yang digunakan mempunyai ion penukar Na+. Maka selama
proses berlangsung sebuah ion Ca2+ dari air akan digantikan oleh 2 buah Na+ dari media.
Dengan demikian, meskipun nantinya kesadahan air berkurang karena Ca2+ telah ditangkap
media, kadar Na dalam air akan meningkat. Akan tetapi peningkatan Na ini tidak akan sampai
mencapai tingkat yang membahayakan. Apabila media yang digunakan mempunyai ion penukar
berupa H+, maka ion H+ dalam air akan meningkat, atau dengan kata lain pH air akan menurun.
Pilihan media yang digunakan sepenuhnya adalah keputusan anda.
Berbagai media penukar ion banyak tersedia saat ini. Berbagai pilihan tersedia untuk
berbagai jenis ion berbeda. Meskipun demikian secara umum mereka disebut sebagai media
penukar kation, apabila yang dipertukarkan adalah kation, atau media penukar anion, apabila
yang dipertukarkan adalah anion.
Media yang digunakan sendiri bisa berupa media alami atau buatan (sintetis). Media
buatan biasanya adalah resin, yang dibuat berbentuk butiran, dan telah diperlakukan secara
kimiawi sedemikian rupa. Untuk media alami biasanya digunakan zeolite dari tipe clinoptilolite.
Clinoptilolite diketahui dapat menghilangkan ion-ion bermuatan positif dari dalam air, seperti NH4+
atau Ca2+. Pada umumnya bahan ini digunakan untuk menghilangkan kelebihan amonia dari
dalam air akuarium tawar.
Satu hal yang perlu diingat dalam menggunakan media ini adalah mereka akan jenuh
setelah periode waktu tertentu. Pada media-media buatan tingkat kejenuhan tersebut biasanya
ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Dengan demikian, apabila warna tersebut telah
tecapai, artinya media tersebut harus segera diganti atau diregenerasi. Setiap pabarik
mempunyai indikator warna berbeda untuk setiap produknya.
Filter deionizer hendaknya dibuat berbentuk tabung kedap udara. Sehingga aliran air
akan menciptakan tekanan tertentu untuk menjamin distribusi aliran air merata pada setiap
media yang dilalui. Anda bisa menggunakan fiter canister sebagai wadahnya. Sebelum melalui
media, air dialirkan terlebih dahulu melalui arang aktif. Pilih media yang sesuai peruntukannya.
2. Pengolahan Limbah Radioaktif
Dalam pembangkit tenaga nuklir, teknologi penukar ion telah diaplikasikan pada
pemurnian air pendingin, pengolahan limbah utama, pemurnian asam boric untuk pemakaian
Kelompok 58

Resin Penukar Ion
ulang serta pengolahan air buangan dan limbah cair. Beberapa faktor penting yang diperhatikan
dalam pemilihan teknologi penukar ion antara lain :
1. Karekteristik limbah.
Teknologi penukar ion dapat dilakukan pada limbah dengan kriteria antara lain kandungan
padatan terlarut tidak melebihi 4 mg/L, kandungan garam kurang dari 2 g/L, radionuklida
hadir dalam bentuk ion, mengandung sedikit kontaminan organik, dan mengandung sedikit
senyawa pengoksidasi kuat.
2. Pemilihan penukar ion dan proses pengolahan.
Penukar ion harus memiliki kecocokan dengan karakteristik limbah (pH dan ion) selain
temperatur dan tekanan.
Unsur yang bersifat bersifat ion yang terdapat pada air limbah dapat mengalami
pertukaran dengan jenis resin tertentu, dengan demikian akan terjadi pertukaran sampai resin
mengalami kejenuhan. Resin diregenerasi melalui proses pelepasan exchanged material dan
mengkonsentasikannya dalam pengurangan volume yang banyak. Sebagai contoh, air limbah
yang mengandung Cu digantikan dengan logam lain yang tidak berbahaya seperti Sodium.
Efeknya adalah air limbah tersebut dapat dibuang dan menempatkan Cu pada resin. Proses
regenerasi resin akan melepaskan Cu ke dalam suatu volume kecil konsentrat. Resin mungkin
dibuat untuk menukar jenis cationic atau anionic. Resin juga dimungkinkan untuk memindahkan
substansi khusus / spesifik seperti single metal dari aliran yang tercampur, tetapi hal ini
tergantung dari kondisi sekitar / lingkungannya.
Pengolahan air Internal
Pengolahan internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk mencegah
pembentukkan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang mengalir bebas,
yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini terbatas pada boiler dimana air umpan
mengandung garam sadah yang rendah, dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam
boiler dapat di toleransi, dan jika jumlah airnya kecil. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka
laju blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut menjadi tidak
ekonomis sehubungan dengan kehilangan air dan panas. Jenis sumber air yang berbeda
memerlukan bahan kimia yang berbeda pula. Senyawa seperti Sodium Karbonat, Sodium
Aluminat, Sodium Fosfat, Sodium Sulfit dan komponen anorganik seluruhnya dapat digunakan
untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan bahan kimia tertentu. Harus di
konsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan bahan kimia yang lebih cocok untuk
Kelompok 59

Resin Penukar Ion
digunakan pada setiap kasus. Pengolahan air hanya dengan pengolahan internal tidak
direkomendasikan.
Pengolahan air eksternal
Pengolahan air eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan
terlarut (terutama ion Kalsium dan Magnesium yang merupakan penyebab utama pembentukkan
kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan Karbondioksida.
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah :
a. Pertukaran ion
reaksi pelunakan :
Na2R + Ca(HCO3)2 << CaR + 2Na(HCO3)
Reaksi regenerasi
CaR + 2NaCl << Na2R + CaCl2
Pada proses pertukaran ion, kesadahan dihilangkan dengan melewatkan air pada
Bed Zeolit alam atau resin sintetik dan tanpa pembentukkan endapan. Jenis paling
sederhana adalah ”pertukaran basa” dimana ion kalsium dan magnesium ditukar dengan ion
sodium. Setelah jenuh, dilakukan regenerasi dengan Sodium Klorida. Garam sodium mudah
larut, tidak membentuk kerak dalam boiler. Dikarenakan penukar basa hanya menggantikan
kalsium dan magnesium dengan sodium, maka tidak mengurangi kandungan TDS, dan
besarnya blowdown. Penukar basa ini juga tidak menurunkan alkalinitasnya.
b. Deaerasi (mekanis dan kimia)
Dalam deairasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbondioksida, dibuang dengan
pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung gas
terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbondioksida dan oksigen sangat
meningkatkan korosi. Penghilangan oksigen, karbondioksida dan gas lain yang tidak dapat
terembunkan dari umpan air boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga
keamanan operasi.
Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan umur peralatan dan pemipaan.
Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami
pengendapan dan menyebabakan terjadinya pembentukkan kerak pada boiler dan pipa.
Kerak ini tidak hanya berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan
Kelompok 510

Resin Penukar Ion
jumlah energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas. Deaerasi dapat
dilakukan dengan deaerasi mekanis, deaerasi kimiawi, atau dua-duanya.
c. Osmosis balik
Osmosis balik menggunakan kenyataan bahwa jika larutan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda dipisahkan dengan sebuah membran semi-permeable, air dari larutan yang
berkonsentrasi lebih kecil akan melewati membran untuk mengencerkan cairan yang
berkonsentrasi tinggi. Jika cairan yang berkonsentrasi tinggi tersebut diberi tekanan,
prosesnya akan dibalik dan air dari larutan yang berkonsentrasi tinggi mengalir kelarutan
yang berkonsentrasi lebih lemah. Hal ini dikenal dengan osmosis balik.
d. Penghilangan mineral/demineralisasi
Demineralisasi merupakan penghilangan lengkap seluruh garam. Hal ini dicapai
menngunakan resin ’kation’,yang menukar ion dalam air baku dengan ion hidrogen
menghasilkan asam hidroklorida, asam sulfat dan asam karbonat. Asam karbonat
dihilangkan dalam menara degassing dimana udara dihembuskan melalui air asam.
Berikutnya, melewati resin ’ anion’ , yang menukar anion dengan asam mineral (misalnya,
asam sulfat) dan membentuk air. Regenerasi kation dan anion perlu dilakukan pada jangka
waktu tertentu dengan menggunakan asam mineral dan soda kaustik. Penghilangan lengkap
silika dapat dicapai dengan pemilihan resin anion yang benar. Proses pertukaran ion, jika
diperlukan dapat digunakan untuk demineralisasi yang hampir total, seperti untuk boiler
pembangkit tenaga listrik.
Sebelum digunakan cara diatas, perlu untuk membuang padatan dan warna dari bahan
baku air, sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang digunakan pada bagian pengolah
berikutnya.
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tangki pengendapan
atau pengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan. Penyari pasir
bertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbondioksida dan besi, dapat digunakan
untuk menghilangkan garam-garam logam dari air sumur. Tahap pertama pengolahan adalah
menghilangkan garam sadah dan garam non sadah. Penghilangan hanya garam sadah disebut
Kelompok 511

Resin Penukar Ion
pelunakan, sedangkan total garam dari larutan disebut penghilangan mineral atau
demineralisasi.
Kesadahan
Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini
tidak terlepas dari adanya unsur air ini. Air dapat mengalami daur hidrologi. Selama menjalani
daur itu air selalu menyerap zat-zat yang menyebabkan air itu tidak lagi murni. Oleh karena itu,
pada hakekatnya tidak ada air yang betul-betul murni. Zat-zat yang diserap oleh air alam dapat
diklasifikasikan sebagai padatan terlarut, gas terlarut dan padatan tersuspensi. Pada umumnya,
jenis zat pengotor yang terkandung dalam air bergantung pada jenis bahan yang berkontak
dengan air itu, sedangkan banyaknya zat pengotor bergantung pada waktu kontaknya. Bahan-
bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya dengan batu-batuan terutama
terdiri dari: kalsium karbonat (CaCO3), magnesium karbonat (MgCO3), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium sulfat (MgSO4), dan sebagainya.
Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini
tidak terlepas dari adanya unsur air ini. Sumber air dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
1. Air permukaan, misalnya: air danau, sungai, bendungan dan air tanah. Dapat terjadi
kandungan bahan organic dan mikroba yang terdapat dalam air tanah kadarnya cukup tinggi,
namun kadar mineralnya rendah.
2. Air dalam tanah, misalnya: sumur dan artesis. Air sumur dapat memiliki kandungan bahan
organic dan mikroba yang terdapat dalam air tanah kadarnya cukup tinggi, namun kadar
mineralnya rendah. Kualitas air ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
sifat fisik: warna, bau, rasa dan kekeruhan.
Sifat kimia: padatan, gas terlarut, pH dan kesadahan.
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras
adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar
mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana
untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air
total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Kelompok 512

Resin Penukar Ion
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa
masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah
yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam
industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan
menggunakan resin penukar ion
Pengertian lain kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana
sabun ini diiendapkan oleh ion-ion yang saya sebutkan diatas. Karena penyebab dominan/utama
kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang
dinyatakan sebagai CaCO3.
Kesadahan ada dua jenis, yaitu :
1. Kesadahan sementara
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti
Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2.
Kesadahan sementar ini dapat / mudah dieliminir dengan pemanasan (pendidihan),
sehingga terbentuk encapan CaCO3 atau MgCO3. Reaksinya:
Ca(HCO3)2 -dipanaskan--> CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 -dipanaskan--> CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)
2. Kesadahan tetap
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan
karbonat, missal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda - kapur (terdiri dari larutan
natrium karbonat dan magnesium hidroksida ) sehingga terbentuk endapan kalium karbonat
(padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padattan/endapan) dalam air.
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 --> CaCO3 (padatan/endapan) + 2 NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 --> CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 --> Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 --> Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Kelompok 513

Resin Penukar Ion
Satuan ukuran kesadahan ada 3, yaitu :
1. Derajat Jerman, dilambangkan dengan °D
2. Derajat Inggris, dilambangkan dengan °E
3. Derajat Perancis, dilambangkan dengan °F
Dari ketiganya yang sering digunakan adalah derajat jerman, dimana 1 °D setara
dengan 10 mg CaO per liter. artinya jika suatu air memiliki kesadahan 1 °D maka didalam air
tersebut mengandung 10 mg CaO dalam setiap liternya.
Dari keterangan diatas, contoh paling sederhana yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari mengenai kesadahan, yaitu :
Jika di suatu tempat anda mencuci apapun menggunakan sabun dan ternyata busa yang
terbentuk jumlahnya dibawah perkiraan anda atau tidak seperti biasanya sehingga utuk
memperbanyak busa (karena sugesti bahwa mencuci yang baik harus banyak busa)
anda harus menambah sabun sehingga mengakibatkan boros sabun, maka besar
kemungkinan air yang digunakan utnuk mencuci tersebut memiliki kesadahan tinggi. Hal
itu terjadi karena sebagian sabun yang ditambahkan kedalam air bereaksi dengan
garam karbonat dari Ca2+ dan Mg2+.
Jika menemukan endapan putih seperti bedak atau kadang berbentuk kerak didasar panci
untuk memasak air, maka besar kemungkinan air yang dimasak tersebut memiliki
kesadahan tinggi. Hal itu terjadi karena gas CO2 lepas saat pemanasan, sehingga yang
tertinggal hanya endapan karbonat, terutama kalsium karbonat (lihat reaksi no. 1 diatas)
Alkaliniti
Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkaliniti merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah larutan hingga merupakan sebuah
analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dinyatakan dalam mek/ℓ (cara
kimiawi dan tepat) atau mg CaCO3/ℓ (cara kuno, tetapi masih dipakai di Amerika Serikat,
misalnya pada Caldwell- Law rence diagram ). Akaliniti dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3 -), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO3
3-), fosfat (PO43-),
silikat (SiO44-) dan sebagainya.
Dalam air alam alkaliti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya
oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari )adanya ganggang dan lumut
Kelompok 514

Resin Penukar Ion
dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti
ini kadar karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.
Air leding memerlukan ion alkaliniti tersebut dalam konsentrasi tertentu: kalau kadar
alkaliniti terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar kesadahan) air
menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkaliniti yang rendah dan tidak
seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat
memperkecil penampang basah pipa. Dalam air buangan, khususnya dari industri, kadar
alkaliniti yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat,
propionat, amoniak dan sulfit (SO32-). Alkaliniti juga merupakan parameter pengontrol untuk
anaerobic digester dan instalasi lumpur aktif. Air irigasi tidak boleh mengandung kadar alkaliniti
tinggi.
Properties Bahan
1. EDTA ( Ethilenediaminetetraacetic acid )
EDTA merupakan salah satu jenis sequesting agent yang paling sering digunakan. Biasa
di jual pasaran dengan konsentrasi 40 % senyawa garam , merupakan kristal tidak berwarna
terdekomposisi pada suhu 240 C , dalam bentuk garam dinatrium berupa bubuk putih . Tidak
larut dalam air dan sedikit larut dalam air sehingga untuk melarutkannya sempurna dalam air
perlu ditambahkan NaOH agar terbentuk garam Natrium EDTA yang larut dalam air .
Senyawa EDTA memiliki kecenderungan pembentukan senyawa kompleks yang
berbeda – beda pada setiap ion logam , urutan chelate stability beberapa ion logam terhadap
EDTA yaitu :
Na < Ba < Mg < Ca < Fe 2+ < Cu 2+ < Fe 2+
Jadi EDTA akan terlebih dahulu membentuk kompleks dengan Ca baru kemudian Mg ,
Ba , dan Na. Senyawa EDTA banyak digunakan dalam analisa dengan titrasi kopleksometri , hal
tersebut karena EDTA sangat mudah bereaksi dengan beberapa logam . Kondisi optimum dalam
titrasi sangat bergantung pada tetapan stabilitasnya K atau tetapan pembentukkan efektif yang
nilainya tidak kurang dari 108 , dengan asumsi tidak ada kondisi kompleksasi kompetitif dalam
proses titrasi . pH minimum untuk kompleks Ca adalah 8 dan untuk Mg adalah 10 , sehingga
dipilih pH minimum untuk Mg , agar Ca dan Mg dapat terkompleks secara maksimal .
EDTA mencegah mencegah terbentuknya kerak dengan cara mengikat salah satu
komponen kerak yaitu kation dari senyawa pembentuk kerak ( dalam hal ini adalah logam Ca
dan Mg ) , logam tersebut diikat oleh EDTA untuk membentuk senyawa kompleks yang larut
Kelompok 515

Resin Penukar Ion
dalam air . Berdasarkan hokum kesetimbangan jika salah satu reaktan di sebelah kiri berkurang
dalam persamaan reaksi maka reaksi akan bergeser ke kiri itu berarti meningkatkan kelarutan
senyawa penyebab kerak.
Ca + SO4 CaSO4
Atau
Mg + SO4- SO4
Ca dan Mg yang diikat EDTA menyebabkan reaksi di atas bergeser ke kiri sehinnga
meningkatkan kelarutan CaSO4 dan MgSO4 di dalam air . Penentuan dosis EDTA didasarkan
reaksi yang terjadi antara EDTA dengan komponen logam dalam air ( yaitu Ca dan Mg ) reaksi
yang terjadi adalah :
Ca 2+ + Na2EDTA CaEDTA +2 Na +
Mg 2+ + Na2EDTA MgEDTA +2 Na +
Secara stoikiometri jumlah mol EDTA yang diperlukan sebanding dengan jumlah mol Ca
dan Mg yang akan diikat EDTA yang digunakan adalah Dinatrium EDTA Dihidrat dengan rumus
senyawa Na2C10H14N2O8.2H2O dan berat molekul 372.
2. Kalsium klorida
Kalsium klorida (CaCl2) terbentuk dari larutan garam yang netral. Produknya dapat
berbentuk bubuk, berbentuk butiran dan bentuk serpihan serta mempunyai range kemurnian 73
sampai 98 % berat. Kalium klorida ditambahkan dengan air menghasilkan spesifik grafiti.
3. Murexid
Murexid (NH4C8H4N5O6, or C8H5N5O6.NH3), biasa disebut ammonium purpurate atau MX
adalah garam ammonium pada asam purpuric. Yang terbuat dari pemanasan alloxantin dalam
gas ammonia pada 100oC.
Murexid dalam bentuk serbuk berwarna ungu kemerah-merahan, mudah terlarut dalam
air. Dalam larutan murexid mmpunyai range warna kuning pada asam kuat pH ungu kemerah-
merahan pada asam lemah dan ungu kebiru-biruan dalam larutan alkaline. Ph untuk titrasi dalam
kalsium adalah 11,3.
Murexid digunakan untuk analisis kimia sebagai indikator kompleks untuk titrasi
kompleks, kebanyakan kalsium dalam bentuk ion-ion, juga untuk Cu, Ni, Co, Th dan dan logam.
Murexid biasa digunakan sebagai reagent pengukuran dengan warna untuk menentukan
kadar kalsium dan metal. Untuk kalsium pH yang dibutuhkan 11,3 dengan 0,2-1,2 ppm.
Kelompok 516

Resin Penukar Ion
Murexide
IUPAC
name
Ammonium 2,6-dioxo-5-[(2,4,6-trioxo-5-hexahydropyrimidinylidene)amino]-3H-
pyrimidin-4-olate
Identifiers
CAS
number
[3051-09-0],
[6032-80-0] (hydrate)
PubChem 18275
SMILES C1(=C(NC(=O)NC1=O)[O-])N=C2C(=O)NC(=O)NC2=O.[NH4+]
Properties
Molecular
formulaC8H8N6O6
Molar
mass284.19 g/mol
Kelompok 517

Resin Penukar Ion
Syarat penggunaan air sebagai umpan boiler
1. air feed boiler (umpan ketel uap) sama dengan air yang ditambahkan ke ketel
uap untuk menggantikan kehilangan karena pengurangan blowdown, steam trap, dll.
2. air feed boiler sebagai suplemen kondensat yang di kembalikan disebut make
up atau air penambah.
3. pengotor seperti Ca, Mg, Fe, silica lebih bermasalah daripada garam Na.
4. ketel pipa api tekanan rendah bisa menerima kesadahan lebih besar, sedangkan
untuk tekanan besar tidak bisa menerima kesadahan.
5. syarat kesadahan air ketel lebih ketat ketimbang air minum, yaitu maksimum satu derajat
Jerman. Biasanya ditulis 1oG (G = Germany) atau D (Deutsch). Satu derajat Jerman
setara dengan 10 mg/l CaO atau 17,9 mg/l CaCO3. Sebaliknya pada air minum,
dipersilakan kesadahannya antara 5 – 10o G. Hanya saja, dalam keputusan Menteri
Kesehatan yang berlaku sekarang, besarnya kesadahan sampai 500 mg/l tetapi tidak
dijelaskan satuannya apakah CaCO3 ataukah CaO atau yang lainnya.
Batas-batas maksimal zat dalam air umpan ketel
Tekanan Ketel
(Psig)
Padatan
Total (Ppm)
Alkalinitas
(Ppm)
Padatan tersuspensi
(Ppm)
0-300
301-450
451-600
601-750
751-900
901-1000
1001-1500
1501-2000
>2000
3500
3000
2500
2000
1500
1250
1000
750
500
700
600
500
400
300
250
200
150
100
300
250
150
100
60
40
20
10
5
Kelompok 518

Resin Penukar Ion
BAB III
HIPOTESA
Pada percobaan ini dapat diperkirakan bahwa jumlah ion Ca 2+ pada saat awal akan lebih
besar dari keadaan sudah melewati resin penukar ion , jika jumlah Ca 2+ sedikit maka akan
berbanding lurus dengan volume EDTA . Kebutuhan dosis resin akan sebanding dengan jumlah Ca
yang ingin diserap..ppm blanko yang didapatkan dari hasil perhi tungan titrasi juga akan sama
dengan ppm larutan induk 10 ml . Semakin besar dosis resin maka akan semakin besar Ca yang
terserap dan sedikit yang tersisa .
BAB IV
Kelompok 519

Resin Penukar Ion
METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 ALAT DAN BAHAN
4.1.1 Alat:
Labu ukur
Beaker glass
Erlenmeyer
Kertas saring
Corong
Gelas ukur
Spatula
Pengaduk kaca
4.1.2 Bahan:
EDTA
NaOH
Indikator murexid bubuk
Resin kation
CaCl2.2H2O
4.2 Cara Kerja
1. Sebagai Blanko
Kelompok 520
Dibuat larutan CaCl2.2H2O sebesar 200 ppm,400 ppm dan 750
ppm dengan cara dilarutkan dengan 100 ml air
Diambil 10 ml larutan tersebut
Ditambahkan NaOH dan indikator murexid
Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 N

Resin Penukar Ion
2. Percobaan dengan variasi banyaknya resin
Kelompok 521
Dihitung kadar Ca
Dibuat larutan CaCl2.2H2O sebesar 200 ppm , 400 ppm dan
750 ppmdengan cara dilarutkan dengan 100 ml air
Ditambahkan indikator murexid
Dilewatkan pada kertas saring yang ditaburkan resin
[ dengan variasi banyaknya resin ( 0.1, 0.4 , 0.8 ,1.1 , dan 1.1gr)
Ditambahkan NaOH
Diambil 10 ml larutan tersebut
Dihitung kadar Ca 2+Dilakukan Duplo
Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 N

Resin Penukar Ion
Matriks Percobaan
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Data Pengamatan untuk Ca 200 ppm :
Resin (gr)
Volume titrasi EDTA 0.01 N
(ml)
Blanko(0) 4.4 ml
Anion Kation
1 2 1 2
0.1 3.5 3 2 1.7
0.4 2.8 2.4 1.5 1.3
0.8 3 2.5 1.8 1.1
1.1 3.3 0 1 0.9
Jenis Resin yang digunakan ialah Resin kation
ppm Ca = 20 mg/100ml
Volume air yang digunakan = 100 ml
Kelompok 5
Berat Resin (Gram)
Volume EDTA (ml)
1
2
3
4
5
6
22

Resin Penukar Ion
BM CaCl.2H2O = 147
Mr Ca = 40
Be Ca = 20
Volume sampel = 10 ml
N EDTA = 0.01 N
Berat Ca = 200 ppm
= 20 mg dalam 100 ml
Berat CaCl.2H2O = gr Ca x BM CaCl.2H2O
Mr Ca
= 73.5 mg/100ml
= 0.0735 gr/100ml
Data Pengamatan untuk Ca 400 ppm :
Resin (gr)
Volume titrasi EDTA 0.01 N
(ml)
Blanko(0) 4.4 ml
Anion Kation
1 2 1 2
0.1 12.1 11 12.1 10.1
0.4 13 12.5 9.8 10
0.8 11 11 7.9 8.9
1.1 12 12 4.6 4.6
ppm Ca = 40 mg/100ml
Volume air yang digunakan = 100 ml
BM CaCl.2H2O = 147
Mr Ca = 40
Be Ca = 20
Kelompok 523

Resin Penukar Ion
Volume sampel = 10 ml
N EDTA = 0.01 N
Berat Ca = 40 mg / 100 ml
= 40 mg dalam 100 ml
Berat CaCl.2H2O = gr Ca x BM CaCl.2H2O
Mr Ca
= 147 mg/100ml
= 0.147 gr/100ml
Data Pengamatan untuk Ca 750 ppm :
Resin (gr)
Volume titrasi EDTA 0.01 N
(ml)
Blanko(0) 4.4 ml
Anion Kation
1 2 1 2
0.1 18 17.5 11.5 9
0.4 15 16 15.7 13
0.8 16 15 16.5 14.5
1.1 16.5 16.5 18.4 16
ppm Ca = 75 mg/100ml
Volume air yang digunakan = 100 ml
BM CaCl.2H2O = 147
Mr Ca = 40
Be Ca = 20
Volume sampel = 10 ml
Kelompok 524

Resin Penukar Ion
N EDTA = 0.01 N
Berat Ca = 75 mg / 100 ml
= 75 mg dalam 100 ml
Berat CaCl.2H2O = gr Ca x BM CaCl.2H2O
Mr Ca
= 275.625 mg/100ml
= 0.275625 gr/100ml
Perhitungan untuk Ca 200 ppm
Kadar Ca(sisa) =
1000/ml sampel x V EDTA x N EDTA x Be Ca
Anion
1. Penambahan Resin 0 gr
Ca sisa = 88 Ppm
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca sisa = 65 Ppm
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca sisa = 52 Ppm
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca sisa = 55 Ppm
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca sisa = 33 Ppm
Kelompok 525

Resin Penukar Ion
Resin (gr) Ca sisa (ppm)
0 88
0.1 65
0.4 52
0.8 55
1.1 33
Kation
1. Penambahan Resin 0 gr
Ca sisa = 88 Ppm
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca sisa = 37 Ppm
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca sisa = 29 Ppm
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca sisa = 29 Ppm
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca sisa = 19 Ppm
Resin (gr) Ca sisa (ppm)
0 88
0.1 37
0.4 29
0.8 29
1.1 19
Kadar Ca yang terambil =
Kadar Ca blanko – Kadar Ca sisa
Kelompok 526

Resin Penukar Ion
Anion
1. Penambahan Resin 0 gr (Blanko)
Ca terlarut = 88 ppm - 88ppm
= 0
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 65 ppm
= 23
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 52 ppm
= 36
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 55 ppm
= 33
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 33 ppm
= 55
Resin (gr) Ca terambil (ppm)
0 0
0.1 23
0.4 36
0.8 33
1.1 55
Kation
1. Penambahan Resin 0 gr (Blanko)
Ca terlarut = 88 ppm - 88ppm
= 0
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 37 ppm
Kelompok 527

Resin Penukar Ion
= 51
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 29 ppm
= 59
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 29 ppm
= 59
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca terlarut = 88 ppm - 19 ppm
= 69
Resin (gr) Ca terambil (ppm)
0 0
0.1 51
0.4 59
0.8 59
1.1 69
Perhitungan untuk Ca 400 ppm
Kadar Ca(sisa) =
1000/ml sampel x V EDTA x N EDTA x Be Ca
Kation
1. Penambahan Resin 0 gr
Ca sisa = 328 Ppm
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca sisa = 222 Ppm
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca sisa = 198 Ppm
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca sisa = 168 Ppm
Kelompok 528

Resin Penukar Ion
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca sisa = 92 Ppm
Resin (gr) Ca sisa (ppm)
0 328
0.1 222
0.4 198
0.8 168
1.1 92
Anion
1. Penambahan Resin 0 gr
Ca sisa = 328 Ppm
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca sisa = 231 Ppm
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca sisa = 255 Ppm
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca sisa = 220 Ppm
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca sisa = 240 Ppm
Resin (gr) Ca sisa (ppm)
0 328
0.1 231
0.4 255
0.8 220
1.1 240
Kadar Ca yang terambil
Kelompok 529

Resin Penukar Ion
=
Kadar Ca blanko – Kadar Ca sisa
Kation
1. Penambahan Resin 0 gr (Blanko)
Ca terlarut = 328 ppm - 328ppm
= 0
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 222 ppm
= 106
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 198 ppm
= 130
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 168 ppm
= 160
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 92 ppm
= 236
Resin (gr) Ca terambil (ppm)
0 0
0.1 106
0.4 130
0.8 160
1.1 236
Anion
1. Penambahan Resin 0 gr (Blanko)
Ca terlarut = 328 ppm - 328ppm
= 0
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Kelompok 530

Resin Penukar Ion
Ca terlarut = 328 ppm - 231 ppm
= 97
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 255 ppm
= 73
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 220 ppm
= 108
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca terlarut = 328 ppm - 240 ppm
= 88
Resin (gr) Ca terambil (ppm)
0 0
0.1 97
0.4 73
0.8 108
1.1 88
Perhitungan untuk Ca 750 ppm
Kadar Ca(sisa) =
1000/ml sampel x V EDTA x N EDTA x
Be Ca
Kation
1. Penambahan Resin 0 gr
Ca sisa = 420 Ppm
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca sisa = 205 Ppm
Kelompok 531

Resin Penukar Ion
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca sisa = 287 Ppm
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca sisa = 310 Ppm
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca sisa = 344 Ppm
Resin (gr) Ca sisa (ppm)
0 420
0.1 205
0.4 287
0.8 310
1.1 344
Anion
1. Penambahan Resin 0 gr
Ca sisa = 420 Ppm
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca sisa = 355 Ppm
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca sisa = 310 Ppm
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca sisa = 310 Ppm
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca sisa = 330 Ppm
Resin (gr) Ca sisa (ppm)
0 420
0.1 355
0.4 310
0.8 310
Kelompok 532

Resin Penukar Ion
1.1 330
Kadar Ca yang terambil =
Kadar Ca blanko – Kadar Ca sisa
Kation
1. Penambahan Resin 0 gr (Blanko)
Ca terlarut = 420 ppm - 420 ppm
= 0
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 205 ppm
= 215
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 287 ppm
= 133
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 310 ppm
= 110
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 344 ppm
= 76
Resin (gr) Ca terambil (ppm)
0 0
0.1 215
0.4 133
0.8 110
1.1 76
Anion
1. Penambahan Resin 0 gr (Blanko)
Kelompok 533

Resin Penukar Ion
Ca terlarut = 420 ppm - 420 ppm
= 0
2. Penambahan Resin 0.1 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 355 ppm
= 65
3. Penambahan Resin 0.4 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 310 ppm
= 110
4. Penambahan Resin 0.8 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 310 ppm
= 110
5. Penambahan Resin 1.1 gr
Ca terlarut = 420 ppm - 330 ppm
= 90
Resin (gr) Ca terambil (ppm)
0 0
0.1 65
0.4 110
0.8 110
1.1 90
Kelompok 534

Resin Penukar Ion
BAB V
PEMBAHASAN
Kesadahan dalam air dapat diturunkan dengan menggunakan teknologi resin penukar ion.
Jenis resin yang digunakan untuk percobaan ini adalah resin kation dan anion, artinya untuk resin
kation ion yang dipertukarkan adalah ion positif sedangkan untuk resin anion ion yang dipertukarkan
adalah ion negatif. Larutan sampel CaCl2.2H2O yang digunakan pada praktikum sebesar 200 ppm,
400 ppm, dan 750 ppm dalam 100 ml aquadest.
Bahan – bahan yang digunakan adalah aquadest untuk mencegah tambahan kadar Ca 2+
dalam larutan. Larutan NaOH yang digunakan karena untuk melarutkan EDTA secara sempurna di
dalam air dengan cara nembentuk garam Natrium EDTA yang larut dalam air dan juga
dimaksudkan agar suspensi menjadi basa agar memperkuat keberadaan ion Ca2+ yang berikatan
dengan OH- pada suspensi CaCl2.2H2O, serta untuk mengaktifkan resin,dan juga merupakan
penyeimbang dalam Titrasi EDTA.
Larutan EDTA ( Asam etilenadiaminatetraasetat ) yang digunakan sebagai penitar karena
membentuk senyawa kompleks atau beraksi dengan ion logam pada percobaan ini yaitu ion Ca 2+
sehingga dapat menganalisa kadar Ca 2+ dalam larutan setelah melewati resin.
Dilakukan penambahan indikator murexid yang dimasudkan agar memperkuat keberadaan
ion Ca2+ pada suspensi, dan untuk mempermudah dalam penitaran, yaitu menunjukkan perubahan
Kelompok 535

Resin Penukar Ion
warna bila titrasi telah selesai (pada titik akhir titrasi). Penambahan indikator murexid ini haruslah
sangat sedikit karena jika tidak akan sulit menentukan titik akhir titrasi (perubahan warna
berlangsung lama/ mungkin tidak terjadi). Adapun perubahan warna yang terjadi adalah dari warna
merah muda (sebelum dititrasi) menjadi keunguan (setelah ditirasi). indikator murexid digunakan
yang berbentuk bubuk karena bila memakai larutan Murexid akan menyebabkan penambahan kadar
Ca 2+ di dalam sampel.
Reaksi yang terjadi pada resin :
Ca 2+ + 2 Rz – Na + Rz 2Ca + 2 Na +
Rz 2 Ca + NaCl Rz Na + CaCl2 (Reaksi Regenarasi)
Hasil yang didapatkan dari perhitungan adalah sebagai berikut :
Kationberat resin vs dosis resin
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
dosis resin (gr)
ka
da
r C
a s
isa
(p
pm
)
Ca sisa (200 ppm)
Ca sisa (400 ppm)
Ca sisa (750 ppm)
Kelompok 536

Resin Penukar Ion
Kation kadar Ca terambil vs dosis resin
0
50
100
150
200
250
0 0.5 1 1.5
dosis resin (gr)
ka
da
r C
a (
pp
m)
Ca terambil (200 ppm)
Ca terambil (400 ppm)
Ca terambil (750 ppm)
Dari grafik diatas terlihat dari jumlah resin 0.1 gr – 1.1 gr relatif terjadi penurunan Ca sisa dan
kenaikkan jumlah Ca yang terserap oleh resin, , ini berarti semakin banyak resin yang digunakan
semakin besar penurunan kadar Ca 2+ pada larutan sehingga semakin bebas air dari ion yang
menyebabkan kesadahan ini.Terdapat juga kenaikan Ca pada range 0,1 – 1.1 gr resin pada grafik
200 ppm , ini merupakan kesalahan karena terjadinya kenaikan kadar Ca sisa pada kenaikan dosis
resin , kemungkinan kesalahan ini disebabkan oleh kelebihan jumlah murexid yang dipakai sehingga
kesulitan penentuan titik ekivalen dan dapat juga disebabkan lolosnya ion Ca dari penyerapan oleh
resin ( Ion Ca tidak terkontak dengan resin )
Dari hasil diatas terlihat proses penyerapan ion Ca oleh resin paling baik didapatkan pada
percobaan resin kation pada 400 ppm dimana dari range 0,1 – 1,1 gr resin , penurunan jumlah Ca
sisa terus bertambah dibandingkan percobaan pada 200 ppm dan 750 ppm. Pada dosis resin
sebesar 0,4 gram terlihat bahwa jumlah Ca sisa terbanyak terdapat pada 750 ppm yaitu 290 ppm ,
ini berarti adanya keterbatasan penyerapan Ca pada suatu dosis resin sehingga semakin besar
konsentrasi Ca induk (ppm) dengan menggunakan resin yang massanya tetap maka semakin kecil
penurunan konsentrasi Ca yang tersisa.
Didapatkan dari perobaan diatas jumlah resin kation yang optimal yaitu :
Untuk Ca induk 200 ppm jumlah resin kation optimal = 1.1 gram
Untuk Ca induk 400 ppm jumlah resin kation optimal = 1.1 gram
Untuk Ca induk 750 ppm jumlah resin kation optimal = 0.1 gram
Kadar Ca sisa berbanding lurus dengan volume EDTA hasil titrasi dan berbanding terbalik
dengan Ca yang terambil , dari grafik terlihat pada penurunan Ca sisa terjadi kenaikan grafik Ca yang
terambil .
Kelompok 537

Resin Penukar Ion
Anion berat resin vs dosis resin
050
100150200
250300350400
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
dosis resin (gr)
kad
ar C
a si
sa (
pp
m)
Ca sisa (200 ppm)
Ca sisa (400 ppm)
Ca sisa (750 ppm)
Anion kadar Ca terambil vs dosis resin
0
20
40
60
80
100
120
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
dosis resin (gr)
kad
ar C
a (p
pm
)
Ca terambil (200 ppm)
Ca terambil (400 ppm)
Ca terambil (750 ppm)
Bila dibandingkan antara hasil dari penukar kation dan anion , data yang diperoleh lebih
stabil pada resin kation dibandingkan dengan resin anion yang tidak stabil pada hasil Ca sisa yang
diperoleh , ini berarti untuk menyerap Ca yang bermuatan positif , lebih efektif menggunakan resin
kation .Resin anion secara teori mempertukarkan ion negatif ,tetapi bukan berarti sama sekali tidak
dapat menyerap ion kation ,ini dapat terlihat dari grafik diatas adanya ion Ca yang dapat diserap oleh
resin tetapi hanya sedikit karena resin anion kecenderungan menyerap ion Cl pada larutan ini .
Didapatkan dari perobaan diatas jumlah resin anion yang optimal yaitu :
Untuk Ca induk 200 ppm jumlah resin anion optimal = 1,1 gram
Untuk Ca indukl 400 ppm jumlah resin anion optimal = 0,8 gram
Kelompok 538

Resin Penukar Ion
Untuk Ca induk 750 ppm jumlah resin anion optimal = 0.4 gram
BAB V
KESIMPULAN
Pada range 0 – 1.1 gram resin, penurunan jumlah Ca sisa terbaik yang didapatkan dari hasil
percobaan diatas yaitu terjadi penurunan Ca sisa dari 350 ppm sampai 91 ppm
Kelompok 539

Resin Penukar Ion
Kestabilan penurunan Ca sisa didapatkan pada resin penukar kation ,sedangkan resin
penukar anion tidak stabil
Untuk menyerap ion Ca , resin kation yang paling cocok digunakan
Hasi penyerapan ion Ca terbaik dari hasil percobaan didapatkan pada resin penukar kation
pada Ca awal 400 ppm
Jumlah Ca sisa berbanding lurus dengan volume EDTA yang terpakai pada saat titrasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Adrianto , Ario dan Yashifuko. 2006 .” Penggunaan EDTA sebagai inhibitor scaling pada
sistem sekunder reaktor TRIGA BANDUNG”. Hal. 20 – 21 dan 31 – 32. Serpong :Institut
Teknologi Indonesia.
2. Underwood, A.L .1986 . ” Analisis Kimia Kuantitatif ” .Hal. 533 – 534 dan 536 .Jakarta :
Erlangga.
Kelompok 540

Resin Penukar Ion
3. ” PERTUKARAN KATION ” . http ://benito . staff.ugm.ac.id/_files/filelist.xml
4. ” Kesadahan ” .www.chem –is-try.org
5. http://tech.groups.yahoo.com/group/kimia_indonesia/message/2816
6. http://o-fish.com/Filter/filter_deionizer_content.php
7. http://brown13zt.blogspot.com/2008/06/resin-penukar-anion-rpa.html
8. http://adolflsms.multiply.com/journal/item/5/
UPAYA_PENANGANAN_LIMBAH_NUKLIR_dari_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_NUKL
IR_PLTN
LAMPIRAN
Kelompok 541

Resin Penukar Ion
Kationberat resin vs dosis resin
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
dosis resin (gr)
ka
da
r C
a s
isa
(p
pm
)Ca sisa (200 ppm)
Ca sisa (400 ppm)
Ca sisa (750 ppm)
Kation kadar Ca terambil vs dosis resin
0
50
100
150
200
250
0 0.5 1 1.5
dosis resin (gr)
ka
da
r C
a (
pp
m)
Ca terambil (200 ppm)
Ca terambil (400 ppm)
Ca terambil (750 ppm)
Kelompok 542

Resin Penukar Ion
Anion berat resin vs dosis resin
050
100150200
250300350400
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
dosis resin (gr)
kad
ar C
a si
sa (
pp
m)
Ca sisa (200 ppm)
Ca sisa (400 ppm)
Ca sisa (750 ppm)
Anion kadar Ca terambil vs dosis resin
0
20
40
60
80
100
120
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
dosis resin (gr)
kad
ar C
a (p
pm
)
Ca terambil (200 ppm)
Ca terambil (400 ppm)
Ca terambil (750 ppm)
Kelompok 543