Makalah Iipee Es

32
 A. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG EKONOMI Ilmu ekonomi muncul karena adanya tiga kenyataan berikut :  Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas.  Sumber daya tersedia secara terbatas.  Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif penggunaan (opportunity cost). Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dipisahkan menjadi dua yaitu ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. 1. Ekonomi Makro Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :  Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh.  Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.  Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat

Transcript of Makalah Iipee Es

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 1/32

 

A. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG EKONOMI

Ilmu ekonomi muncul karena adanya tiga kenyataan berikut :

  Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas.

  Sumber daya tersedia secara terbatas.

  Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam

memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber

daya yang terbatas dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif 

penggunaan (opportunity cost).

Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dipisahkan menjadi dua yaitu ilmu

ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro.

1. Ekonomi Makro

Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat

(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional,

kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi,

pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.

Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai

berikut :

  Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan

ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut

full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum

dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atauterdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh.

  Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di

bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang

berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.

  Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan

tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 2/32

 

trade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung

memburuk.

2. Ekonomi Mikro

Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam

lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.

Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan

sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum.

Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang

optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan

dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus. 

Perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro

Dilihat dari Ekonomi Mikro Ekonomi Makro

Harga Harga ialah nilai dari suatu

komoditas (barang tertentu saja)

Harga adalah nilai dari komoditas

secara agregat (keseluruhan)

Unit analisis Pembahasan tentang kegiatan

ekonomi secara individual.

Contohnya permintaan dan danpenawaran, perilaku konsumen,

perilaku produsen, pasar,

penerimaan, biaya dan laba atau rugi

perusahaan

Pembahasan tentang kegiatan

ekonomisecara keseluruhan.

Contohnya pendapatan nasional,pertumbu8han ekonomi, inflasi,

pengangguran, investasi dan

kebijakan ekonomi.

Tujuan

analisis

Lebih memfokuskan pada analisis

tentang cara mengalokasikan sumber

daya agar dapat dicapai kombinasi

yang tepat.

Lebih memfokuskan pada analisis

tentang pengaruh kegiatan

ekonomi terhadap perekonomian

secara keseluruhan

Masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi

1.  Masalah Kemiskinan

Upaua penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui berbagai

cara, misalnya program IDT (Inpres Desa Tertinggal), KUK (Kredit Usaha

Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) PKT (Program Kawasan

Terpadu), GN-OTA dan program wajib belajar.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 3/32

 

2.  Masalah Keterbelangkangan

Masalah yang dihadapi adalah rerndahnya tingkat pendapatan dan

pemerataannya, rendahnya pelayanan kesehatan, kurang terpeliharanya

fasilitas umum, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, renddahnya tingkat

keterampilan, rendahnya tingkat pendidikan formal, kurangnya modal,

produktivitas kerja, lemahnya manajemen usaha. Untuk mengatasi masalah ini

pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM, pertukranan ahli, transper

teknologi dari Negara maju.

3.  Masalah Pengangguran dan Kesempatan Kerja

Masalah pengangguran timbul karena terjadinya ketimpangan antara

 jumlah angkatan kerja dan kesempatan kerja yang tersedia. Untuk mengatasi

masalah ini pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga

tenaga kerja memeiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia,

pembukaan investasi baru, terutama yang bersifat padat karya, pemberian

informasi yang cepat mengenai lapangan kerja

4.  Masalah Kekurangan Modal

Kekurangan modal adalah suatu cirri penting setiap Negara yang

memulai proses pembangunan. Kekurangan modal disebabkan tingkat

pendapatan masyarakat yang rendah yang menyebabkan tabungan dan tingkat

pembentukan modal sedikit. Cara mengatasinya memlaui peningkatan kualitas

SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif.

Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi

1.  Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan

ekonomi, sosial politik, hokum, pertahanan dan keamanan.

2.  Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa

public, seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas

penerangan, dan telepon.

3.  Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi

pendapatan masyarakat.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 4/32

 

Ekonomi mikro

Model permintaan dan penawaran menjelaskan bagaimana harga beragam

sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga

(penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan

pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah

pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan

harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan

(equibilirium) dalam kurva penawaran (S).

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari

ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan

harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan.

Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut

memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan

harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan

barang dan jasa selanjutnya.[1][2]  Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau

produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk 

suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap

sama (ceteris paribus).

Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas

aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, 

inflasi,  pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan[3], serta

dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat p Penerapan

ekonomi mikro.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 5/32

 

Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak di

antaranya menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri

mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek dagang.

Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan

penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi

Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh. Finansial

publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari rancangan dari pajak 

pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan

tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari

organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program

asuransi kesehatan. Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam

menentukan keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari

tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan udara,

kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi kependudukan

dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti struktur dari portofolio

yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal, analisa ekonometri dari keamanan

pengembalian, dan kebiasaan finansial korporat. Bidang Sejarah ekonomi

mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi ekonomi, menggunakan metode dan

teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu

politik.ajak terhadap hal-hal tersebut.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 6/32

 

B. PENGERTIAN DAN PENJELASAN SISTEM EKONOMI

Sistem perkonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk 

mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun

organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi

dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor

produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor

produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh

pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim

tersebut.

Perekonomian terencana ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu

komunisme dan sosialisme. Sebagai wujud pemikiran Karl Marx, komunisme adalah

sistem yang mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor

produksi. Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi

tersebut hanyalah sementara; Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah

matang, pemerintah harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para

buruh.

Uni Soviet dan banyak negara Eropa Timur lainnya menggunakan sistemekonomi ini hingga akhir abad ke-20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara,

Vietnam, dan RRC yang menggunakan sistem ini. Negara-negara itu pun tidak 

sepenuhnya mengatur faktor produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan

peraturan dan memperbolehkan perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya

sendiri.

Perekonomian pasar perekonomian pasar bergantung pada kapitalisme dan

perusahaan swasta untuk menciptakan sebuah lingkungan di mana produsen dankonsumen bebas menjual dan membeli barang yang mereka inginkan (dalam batas-

batas tertentu). Sebagai akibatnya, barang yang diproduksi dan harga yang berlaku

ditentukan oleh mekanisme penawaran-permintaan.

Perekonomian pasar campuran perekonomian pasar campuran atau mixed

market economies adalah gabungan antara sistem perekonomian pasar dan terencana.

Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang benar-benar

melaksanakan perekonomian pasar atau pun terencana, bahkan negara seperti

Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah Amerika Serikat tetap

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 7/32

 

mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan ekonomi. Misalnya

larangan untuk menjual barang-barang tertentu untuk anak di bawah umur,

pengontrolan iklan (advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan negara-negara

perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok Timur yang telah

melakukan privatisasi pengubahan status perusahaaan pemerintah menjadi perusahaan

swasta. Sistem Ekonomi Pancasila memiliki empat ciri yang menonjol, yaitu :

  Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.

Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / 

BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.

  Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan

peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.

Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem

ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup

beriringan, berdampingan secara damai dan saling mendukung.

  Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi

dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh

anggota masyarakat.

  Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari

atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.

Ciri ekonomi liberal

  Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu.

  Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.

  Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan

ekonomi.

  Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber

daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh).

  Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari

keuntungan.

  Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.

  Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi.

  Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.

Berbagai permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh semua negara di dunia,

hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianut oleh masing-

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 8/32

 

masing negara. Perbedaan penerapan sistem ekonomi dapat terjadi karena perbedaan

pemilikan sumber daya maupun perbedaan sistem pemerintahan suatu negara. Sistem

ekonomi merupakan perpaduan dari atura-aturan atau cara-cara yang menjadi satu

kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam perekonomian.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu

yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk 

mengajar kebudayaan melewati generasi.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 9/32

 

C. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Tahun 1988, ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Ya, tentu saja

rejim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun menjadi Presiden Republik 

Indonesia akhirnya turun juga. Demokrasi arti sesungguhnya sudah menggantikan

Demokrasi Pancasila versi Orde Baru. Setelah Soeharto turun, bangsa ini masih

lemah, belum mempunyai kekuatan untuk membangun perubahan secara damai,

bertahap dan progresif. Bahkan bermunculan konflik  –  konflik baru serta terjadi

perubahan genetika sosial masyarakat Indonesia. Pada zaman itu, krisis moneter pun

melanda kepada krisi keuangan sehingga penurunan nilai rupiah sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi msyarakat Indonesia. Inflasi pun meningkat dan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pun meningkat. Hal ini sangat berpengaruh

kepada kualitas kehidupan masyarakat. Rakyat Indonesia sebagian besar masuk ke

dalam sebuah era demokrasi sesungguhnya dimana pada saat yang sama tingkat

kehidupan ekonomi mereka justru tidak lebih baik dibandingkan masa orde baru.

Indonesia sudah melalui 4 zaman demokrasi yaitu :

a)  Demokrasi Liberal (1950 – 1959)

Pertama kali Indonesia menganut system demokrasi parlementer, yang

biasa disebut dengan demokrasi liberal. Masa demokrasi liberal membawa

dampak yang cukup besar, mempengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik 

pada waktu itu. Di Indonesia demokrasi liberal yang berjalan dari tahun 1950 -

1959 mengalami perubahan-perubahan kabinet yang mengakibatkan pemerintahan

menjadi tidak stabil. Pada waktu itu, pemerintah berlandaskan UUD 1950

pengganti konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) tahun 1949.

Ciri-ciri demokrasi liberal adalah sebagai berikut :

1.  Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.

2.  Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah.

3.  Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR.

4.  Perdana Menteri diangkat oleh presiden.

Daftar kabinet yang ada di Indonesia selama masa semorasi liberal :

1.  Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951)

2.  Kabinet Sukiman (April 1951 – April 1952)

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 10/32

 

3.  Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953)

4.  Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953  – Agustus 1955)

5.  Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956

b)  Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)

Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di

Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya

saja.

Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden

Soekarno :

1.  Dari segi keamanan : Banyaknya gerakan sparatis pada masa demokrasiliberal, menyebabkan ketidak stabilan di bidang keamanan.

2.  Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa

demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh

kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan

ekonomi tersendat.

3.  Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk 

menggantikan UUDS 1950 

Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno

diawali oleh anjuran beliau agar Undang-Undang yang digunakan untuk 

menggantikan UUDS 1950 adalah UUD'45. Namun usulan itu menimbulkan pro

dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya,

diadakan voting yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante . Voting ini

dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan

usulan Presiden Soekarno tersebut.

Hasil voting menunjukan bahwa :

  269 orang setuju untuk kembali ke UUD'45

  119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD'45

Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD'45 tidak dapat

direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang

menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah

ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 11/32

 

Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah

dekrit yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli

1959 :

1.  Tidak berlaku kembali UUDS 1950

2.  Berlakunya kembali UUD 1945

3.  Dibubarkannya konstituante

4.  Pembentukan MPRS dan DPAS

c) Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan

rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan

konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan

UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945. 

Ciri – cirri demokrasi pancasila :

· Kedaulatan ada di tangan rakyat.

· Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong.

· Cara pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.

· Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi

· Diakui keselarasan antara hak dan kewajiban· Menghargai Hak Asasi Manusia

· Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui

wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan karena

merugikan semua pihak 

· Tidak menganut sistem monopartai

· Pemilu dilaksanakan secara luber

· Mengandung sistem mengambang

· Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas

· Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum

System pemerintahan Demokrasi Pancasila sebagai berikut

· Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum

· Indonesia menganut sistem konstitusional

· Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang

tertinggi

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 12/32

 

· Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR)

· Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

· Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab

kepada DPR

· Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas

d) Demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi

PEMBANGUNAN NASIONAL PADA MASA ORDE BARU

1. PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Instrumen dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia

sebagai acuan utama dalam memformat dan menata sebuah bangsa, mengalami dinamika

sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman. Perubahan mendasar yang terjadi adalah

semenjak bergulirnya bola reformasi, seperti dilakukannya amandemen UUD 1945,

demokratisasi yang melahirkan penguatan desentralisasi dan otonomi daerah (UU Nomor

22/1999 dan UU Nomor 25/1999 yang telah diganti dengan UU Nomor 32/2004 dan UU

Nomor 33/2004), UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 23 tahun

2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, penguatan prinsip-prinsip Good

Governance : transparansi, akuntabilitas, partisipasi, bebas KKN, pelayanan publik yang

lebih baik. Disamping itu dokumen perencanaan pembangunan nasional juga dipengaruhi

oleh desakan gelombang globalisasi (AFTA, WTO, dsb) dan perubahan peta geopolitik dunia

pasca tragedi 11 September 2001.

Dokumen perencanaan periode 1968-1998

Landasan bagi perencanaan pembangunan nasional periode 1968-1998 adalah ketetapan

MPR dalam bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum perencanaan pembangunan bagi

presiden untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan

(Repelita), proses penyusunannya sangat sentralistik dan bersifat Top-Down, adapun lembaga

pembuat perencanaan sangat didominasi oleh pemerintah pusat dan bersifat ekslusif.

Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai subjek utama out-put perencanaan kurang

dilibatkan secara aktif. Perencanaan dibuat secara seragam, daerah harus mengacu kepada

perencanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat walaupun banyak kebijakan tersebut tidak 

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 13/32

 

bisa dilaksanakan di daerah. Akibatnya mematikan inovasi dan kreatifitas daerah dalam

memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya. Distribusi anggaran negara ibarat piramida

terbalik, sedangkan komposisi masyarakat sebagai penikmat anggaran adalah piramida

seutuhnya.

Sebenarnya pola perencanaan melalui pendekatan sentralistik/top-down diawal membangun

sebuah bangsa adalah sesuatu hal yang sangat baik, namun pola sentralistik tersebut terlambat

untuk direposisi walaupun semangat perubahan dan otonomi daerah telah ada jauh sebelum

dinamika reformasi terjadi.

Pembangunan Nasional pada masa ORDE BARU berpedoman pada TRILOGI

PEMBANGUNAN dan DELAPAN JALUR PEMERATAAN. Trilogy Pembangunan terdiri

dari :

• Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

• Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. 

• Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 

2. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Sejak Oktober 1966 pemerintah Orde Baru melakukan penataan kembali kehidupan bangsa di

segala bidang, meletakkan dasar-dasar untuk kehidupan nasional yang konstitusional,

demokratis dan berdasarkan hukum. Di bidang ekonomi, upaya perbaikan dimulai dengan

program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Program ini dilaksanakan dengan skala prio

ritas:

(1) pengendalian inflasi,

(2) pencukupan kebutuhan pangan,

(3) rehabilitasi prasarana ekonomi,

(4) peningkatan ekspor, dan

(5) pencukupan kebutuhan sandang

Pada permulaan orde baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan

ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan

keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.

Pembangunan dilaksanakan dalam 2 tahap. Yakni :

• jangka panjang : jangka panjang mebcak up periode 25 sampai 30 tahun

• jangka pendek. : jangka pendek mancakup periode 5 tahun yang terkenal dengan sebutan

“pelita” ( Pembangunan Lima Tahun ) 

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 14/32

 

Pelita yang dimaksud adalah :

• Pelita I (1 April 69 –  31 Maret 74) : Menekankan pada pembangunan bidang pertanian.

• Pelita II (1 April 74– 31 Maret 79) : Tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan

prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.

• Pelita III (1 April 79 –  31 Maret 84) : Menekankan pada Trilogi Pembangunan.

• Pelita IV (1 April 84  –  31 Maret 89) : Menitik beratkan sektor pertanian menuju

swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri

sendiri.

• Pelita V ( 1 April 89 – 31 Maret 94) : Menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.

• Pelita VI (1 April 94 31 Maret 1999) : Masih menitikberatkan pembangunan pada sektor 

bidang ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.

3. HASIL PEMBANGUNAN NASIONAL

persen pada tahun 1994 dan 64,4 persen pada tahun 1995.

Dengan meningkatnya investasi dan pengeluaran konsumsi secara tajam dalam dua tahun

terakhir, defisit transaksi berjalan meningkat. Defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$

3,5

miliar pada tahun 1994/95 atau 2,0 persen dari PDB dan US$ 6,9 miliar pada tahun 1995/96

atau 3,4

persen dari PDB terutama didorong oleh penanaman modal (asing) langsung. Upaya untuk 

mengendalikan

terus dilakukan, agar defisit tersebut tetap dalam batas-batas yang aman.

Laju inflasi meskipun dapat dipertahankan “single digit”, selama dua tahun Repelita VI

masih

di atas rata-rata target Repelita VI (5 persen) yaitu sebesar 9,2 persen dan 8,4 persen dalam

tahun

1994 dan 1995. Dalam tahun 1996 ini diharapkan laju inflasi dapat ditekan lagi sehingga

tidak lebih

dari 7 persen.

B. Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pendidikan

Pembangunan nasional tidak saja menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang pesat, tetapi

 juga menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin meningkat dan makin merata.

Kebutuhan pokok 

rakyat telah tersedia secara meluas dengan harga yang mantap dan dalam jangkauan rakyat

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 15/32

 

banyak.

Dalam PJP I kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan

yang sangat berarti. Pada awal PJP I, angka harapan hidup baru mencapai rata-rata 45,7 tahun

dan

telah meningkat menjadi 63,5 tahun pada tahun 1995/96. Dalam periode yang sama, angka

kematian

bayi telah menurun dari 145 menjadi 55 per seribu kelahiran hidup.

Peningkatan kesejahteraan rakyat ditunjukkan pula oleh meningkatnya ketersediaan jumlah

kalori makanan yang tersedia bagi penduduk Indonesia dari 2.035 kilokalori dalam tahun

1968

menjadi 3.055 kilokalori per kapita per hari pada tahun 1995. Penyediaan protein juga

mengalami

peningkatan yaitu dari 43,0 gram per kapita per hari pada tahun 1968 menjadi 69,2 gram per

kapita

per hari pada tahun 1995. Kedua indikator tersebut telah melampaui sasaran Repelita VI yang

sebesar

2.150 kilokalori dan 46,2 gram per kapita per hari. Peningkatan rata-rata kalori dan protein

ini juga

mencerminkan peningkatan pendapatan rakyat banyak serta pemerataan pembangunan.

Keberhasilan di bidang pangan yang antara lain tercermin dari tercapainya swasembada

beras pada tahun 1984 dan diakui oleh FAO pada tahun 1985, telah meningkatkan

kemampuan dalam

penyediaan pangan bagi penduduk Indonesia dan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Swasembada pangan ini akan terus dipertahankan secara dinamis didukung oleh upaya

diversifikasi

pangan.

Pada awal PJP I sampai dengan tahun kedua Repelita VI, ketersediaan beras per kapita per

tahun meningkat dari 96,5 kg menjadi 150,9 kg; daging dari 2,7 kg menjadi 8,1 kg; telur dari

0,2 kg

menjadi 3,3 kg; ikan dari 8,9 kg menjadi 19,4 kg.

Program wajib belajar enam tahun yang dicanangkan sejak tahun 1984 telah mencapai

sasarannya sebelum PJP I berakhir. Angka partisipasi kasar (APK) pada tingkat sekolah dasar

meningkat dari 68,7 persen pada awal PJP I menjadi 111,9 persen pada tahun 1995/96; dari

16,9

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 16/32

 

persen menjadi 60,8 persen pada tingkat sekolah lanjutan pertama; dari 8,6 persen menjadi

35,9

persen untuk tingkat sekolah lanjutan atas; dan dari 1,6 persen menjadi 11,4 persen untuk 

tingkat

pendidikan tinggi.

Keberhasilan program-program pendidikan ini juga ditunjukkan dengan menurunnya jumlah

penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara dari 39,1 persen pada tahun 1971 menjadi

12,7

persen pada tahun 1995.

Hasil pendidikan ini bukan sekedar statistik. Peningkatan pendidikan akan meningkatkan

pendapatan, apresiasi terhadap sekitarnya, kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungan

yang berubah, serta membangun kualitas kehidupan bagi generasi berikutnya. Dewasa ini kita

sedang

memetik hasil dari pendidikan dalam PJP I, sambil menyiapkan pendidikan untuk generasi

yang akan

datang.

Meningkatnya derajat pendidikan dan juga kesehatan mempunyai dampak terhadap

peningkatan kualitas peranan wanita dalam pembangunan. Derajat pendidikan wanita dari

tahun ke

tahun terus meningkat yang ditunjukkan oleh makin banyaknya wanita yang menempuh

pendidikan

pada setiap jenjang pendidikan. Pada tingkat SD jumlah murid wanita sudah hampir sama

dengan

murid laki-laki dengan rasio lebih dari 0.90. Pada tingkat SLTP, SLTA, dan PT rasio tersebut

telah

mencapai berturut-turut 0,89, 0,84, dan 0,63, dan terus meningkat. Demikian pula halnya

dalam

bidang kesehatan, mis alnya angka harapan hidup (AHH) wanita bahkan lebih tinggi dari

AHH lakilaki,

yaitu sebesar 65,3 tahhun pada tahun 1995/96 sedangkan AHH laki-laki yaitu sebesar 61,5

tahun.

Di bidang ekonomi, peningkatan peran wanita ditunjukkan dengan makin banyaknya pekerja

wanita yang pada tahun 1990 berjumlah 25,5 juta orang meningkat menjadi 28,5 juta orang

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 17/32

 

pada

tahun 1995. Dengan kemajuan tersebut, maka peranan wanita di segala bidang pembangunan

makin

nyata. Dalam pembangunan perdesaan, misalnya, peran wanita melalui PKK sangat besar

kontribusinya.

C. Bidang Agama

Agama mempunyai peran yang sangat penting terhadap pembentukan moral manusia

Indonesia sebagai dasar membentuk manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, dukungan

prasarana

dan sarana peribadatan yang memadai memang diperlukan dalam upaya menjalankan

kehidupan

ibadah yang tenteram dan damai.

Sejak awal PJP I sampai dengan tahun 1995/96 telah dibangun mesjid, gereja Kristen

Protestan, gereja Katolik, Pura, dan Wihara oleh berbagai kalangan baik pemerintah maupun

masyarakat masing- masing sebanyak 600,3 ribu mesjid, 31 ribu gereja Protestan, 14 ribu

gereja

Katolik, 23,7 ribu Pura dan 4 ribu Wihara.

Walaupun sekali waktu dapatg timbul ketegangan, namun secara umum dapat dikatakan

bahwa selama ini telah berhasil diciptakan suasana kehidupan antaragama yang rukun

sehingga para

pemeluk agama dapat menjalankan ibadahnya dengan tenteram, dan memperkuat persatuan

dan

kesatuan bangsa.

D. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu dasar utama untuk meningkatkan

produktivitas. Berbagai upaya peningkatan teknologi terutama di bidang pertanian dan

kesehatan telah

membuahkan hasil selama PJP I dan dua tahun pertama Repelita VI telah membuahkan hasil.

Keberhasilan lain yang dapat dicatat adalah meningkatnya kemampuan rekayasa dan rancang

bangun

dalam industri manufaktur, mulai dari industri dengan teknologi sederhana sampai industri

canggih

seperti pesawat terbang.

E. Bidang Hukum

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 18/32

 

Hukum merupakan dasar untuk menegakkan nilai-nilai kemanusian. Berbagai perbaikan di

bidang hukum telah dilakukan dan diarahkan menurut petunjuk UUD 1945. Dalam kaitan ini,

antara

lain telah ditetapkan Un dang-undang tentang KUHAP, Undang-undang tentang Hak Cipta,

Paten, dan

Merek, kompilasi hukum Islam, dan lain-lain.

Agar hukum dapat dijalankan berdasarkan peraturan- peraturan yang berla ku, telah pula

dilakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat luas maupun kepada aparat pemerintah.

Perbaikan aparatur hukum terus menerus dilakukan meskipun belum mencapai hasil yang

optimal, dan belum sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan keadilan masyarakat.

F. Bidang Politik, Aparatur Negara, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa

Pembangunan politik selama PJP I dan dua tahun Repelita VI telah dapat mewujudkan

tingkat stabilitas nasional yang mantap dan dinamis sehingga memungkinkan pelaksanaan

pembangunan nasional yang menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin baik.

Pembangunan politik juga telah mendorong terciptanya iklim keterbukaan yang bertanggung

 jawab serta makin mantapnya pelaksanaan demokrasi Pancasila. Hal ini terutama dengan

telah

adanya pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila serta telah diterimanya Pancasila

sebagai

satu-satunya azas berbangsa dan bernegara oleh seluruh organisasi sosial politik dan

organisasi

kemasyarakatan. Selain itu, perlu dicatat pula perampingan organisasi peserta pemilu dari 10

peserta

pada pemilu tahun 1971 menjadi 3 peserta.

Dalam hubungannya dengan politik luar negeri, Indonesia telah memainkan peranan yang

cukup penting dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Antara lain patut dicatat peranan

Indonesia di PBB, ASEAN, Gerakan Non Blok, dan APEC.

Dalam upaya menciptakan efisiensi dan efektivitas pembangunan, kualitas dan kuantitas

aparatur negara terus ditingkatkan. Dalam kaitan ini juga dilakukan penataan organisasi

Departemen

dan lembaga Non Departemen.

Peningkatan kemampuan kegiatan penerangan, komunikasi, dan media massa (TV, radio,

majalah, dan surat kabar) telah meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan bangsa.

G. Bidang Pertahanan Keamanan

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 19/32

 

Stabilitas keamanan di dalam negeri merupakan tulang punggung upaya pembangunan

nasional. Dalam hal ini manunggalnya ABRI dengan rakyat dan mantapnya dwi fungsi ABRI

merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan selama PJP I sampai pertengahan

pelaksanaan Repelita VI sekarang ini.

Pembangunan pertahanan keamanan terus dilakukan sesuai dengan Sishankamrata, dan

dengan terus memperkuat kemampuan ABRI dalam melaksanakan kedua fungsinya.

II. Visi Pembangunan PJP II dan Repelita VII

Berdasarkan GBHN 1993, kata kunci dalam PJP II adalah kemajuan, kemandirian, dan

peningkatan kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai kemajuan, kemandirian, dan

kesejahteraan

seperti yang diinginkan, berbagai kegiatan pembangunan harus tumbuh dan berkembang

cepat

dengan makin mengandalkan kemampuan sendiri. Titik berat pembangunan dalam PJP II

terletak 

pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak pembangunan, seiring dengan peningkatan

kualitas

sumber daya manusia.

Dalam PJP II, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan cukup tinggi, yaitu rata-rata di atas 7

persen per tahun sedangkan laju pertumbuhan penduduk akan menjadi di bawah 0,9 persen

per

tahun menjelang akhir PJP II. Jika kedua sasaran tersebut dapat dicapai maka pendapatan per

kapita

Indonesia diharapkan akan meningkat menjadi sekitar US$ 3.800 (berdasarkan US$ 1993).

Pada saat

itu ekonomi Indonesia telah menjadi salah satu ekonomi yang besar di dunia, dengan ukuran

Purchasing Power Parity (PPP) sekitar US$ 2,0 triliun.

Dalam Repelita VII, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk ditargetkan di atas 7

persen dan 1,4 persen rata-rata per tahun. Dengan kedua sasaran ini, pendapatan per kapita

pada

akhir Repelita VII diharapkan dapat mencapai sekitar US$ 1.400 (berdasarkan US$ 1993),

atau

sekitar US$ 2.000 pada harga yang berlaku. Pada saat itu ekonomi Indonesia telah dapat

digolongkan ke

dalam negara industri baru.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 20/32

 

Sektor industri akan merupakan penggerak perekonomian. Sektor industri juga makin

diandalkan sebagai penyerap tenaga kerja, secara bertahap menggantikan peran sektor

pertanian.

Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan cukup tinggi tersebut, diupayakan makin

bersumber pada sumber daya manusia yaitu dari peningkatan produktivitas dan efisiensi, di

samping

pemanfaatan pertumbuhan tenaga kerja dan modal.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang tercermin antara lain pada peningkatan keterampilan, kreativitas,

kemampuan

teknologi, dan kemampuan manajemen serta kepimpinan yang efektif dan tepat di samping

penyempurnaan dan pembaharuan kelembagaan.

Unsur yang teramat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia ini adalah

pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja.

Di bidang pendidikan, program yang utama adalah Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Tahun yang dimulai sejak awal Repelita VI dan diharapkan sudah tuntas pada akhir Repelita

VII,

selambat- lambatnya pada Repelita VIII.

Mutu pendidikan juga terus meningkat dan pendidikan sudah harus mengarah dan tanggap

terhadap kebutuhan dunia usaha setempat.

Pada akhir PJP II, seluruh angkatan kerja sudah berpendidikan sekurang-kurangnya 9 tahun

dan sebagian besar sudah berpendidikan sekurang-kurangnya 12 tahun. Angkatan kerja

sarjana akan

semakin banyak. Tingkat keterampilan sudah makin tinggi sehingga produktivitas tenaga

kerja tidak 

akan berbeda jauh dari negara-negara yang saat ini termasuk kelompok industri baru.

Sasaran di bidang kesehatan adalah mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan dan

perbaikan gizi masyarakat sehingga dapat menaikkan usia harapan hidup menjadi 66,3 pada

akhir

Repelita VII dan 70,6 tahun pada akhir PJP II dari 62,7 tahun pada akhir PJP I. Tingkat

kematian

bayi per seribu kelahiran menjadi 43 pada akhir Repelita VII dan 26 pada akhir PJP II.

Seiring dengan proses transformasi produksi, struktur tenaga kerja akan berubah sangat

cepat yaitu dari tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri dan sektor jasa. Pada akhir

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 21/32

 

Repelita

VII tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian akan turun menjadi sekitar 39 persen dan

sisanya di luar sektor pertanian. Sedangkan pada akhir PJP II, tenaga kerja yang bekerja pada

sektor

pertanian diharapkan hanya tinggal sekitar 27  –  28 persen dan sisanya di luar sektor

pertanian. Hal ini

dimungkinkan dengan meningkatnya kemampuan tenaga kerja baik secara profesional

maupun

kualifikasi teknisnya. Proses ini akan mendorong terbentuknya kelas menengah yang makin

kuat dan

akan menjadi tulang punggung perekonomian yang handal.

Dalam PJP II, lapisan usaha menengah makin kuat yang akan saling mendukung dengan

lapisan usaha kecil yang kukuh, dan dengan usaha besar yang diharapkan juga makin luas

basisnya.

Di samping itu untuk mendukung kegiatan perekonomian, pembangunan di bidang prasarana

di dalam PJP II juga akan ditingkatkan melalui pembangunan prasarana dan sarana ekonomi

berupa

listrik, jalan, telepon, air, dan pelabuhan. Tersedianya berbagai prasarana ini secara memadai

tidak 

saja akan mendukung kegiatan produksi tetapi juga memperlancar arus distribusi sehingga

dapat

menekan biaya-biaya ekonomi. Peranan swasta dalam penyediaan prasarana akan makin

membesar

terutama di daerah-daerah yang kelayakan ekonominya memungkinkan inves tasi swasta.

Dengan

demikian investasi pemerintah di bidang prasarana akan makin diarahkan untuk wilayah atau

kawasan yang tertinggal dan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat miskin.

Pembangunan nasional tidak saja mengejar pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, namun

lebih luas lagi yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta stabilitas yang

mantap dan

dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan bermakna kalau disertai peningkatan

nyata

dalam kesejahteraan rakyat yang makin adil dan merata.

Masalah kemiskinan absolut diharapkan sebagian besar sudah teratasi pada akhir Repelita

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 22/32

 

VII dan sisanya yang terdapat di kantung-kantung kemiskinan harus diupayakan berakhir

tuntas

sebelum PJP II berakhir. Dengan demikian upaya pemerataan pembangunan akan merupakan

pekerjaan

besar dalam PJP II.

Kesenjangan pembangunan antardaerah secara sistematis dan konsisten akan terus

dikurangi. Meskipun dalam 25 tahun mendatang kesenjangan ini belum dapat dihilangkan

sama

sekali, yang dapat diupayakan adalah mencegah agar jurang kesenjangan tidak makin

melebar.

Sehubungan itu, kawasan terbelakang akan memperoleh perhatian khusus agar dapat

melepaskan diri

dari perangkap keterbelakangan dan dapat turut maju sebagaimana kawasan lainnya yang

telah lebih

dahulu berkembang.

Kualitas demokrasi pada akhir PJP II akan makin meningkat sebagai hasil dari peningkatan

kualitas lembaga-lembaga sosial politik dan pelakunya. Kehidupan yang makin transparan

diharapkan

tidak saja terlihat dalam bidang ekonomi namun juga dalam kehidupan masyarakat pada

umumnya

termasuk di bidang politik.

III. Tantangan-Tantangan Pembangunan

Untuk mencapai sasaran pembangunan dan wujud masa depan bangsa Indonesia dalam PJP

II dan Repelita VII seperti pokok-pokoknya diuraikan di atas bukanlah pekerjaan yang

mudah.

Banyak tantangan pembangunan harus dihadapi bangsa Indonesia. Tantangan-tantangan

tersebut

dapat berasal dari luar atau dari dalam dan dapat bersumber dari faktor ekonomi, sosial,

budaya, dan

politik.

Dalam Repelita VII mendatang, Indonesia akan memasuki abad ke-21 dimana globalisasi dan

proses perubahan akan berlangsung sangat cepat. Dalam era tersebut persaingan antarbangsa

akan

menjadi makin ketat sehingga peningkatan daya saing merupakan suatu keharusan.

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 23/32

 

Persiapan sejak dini perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Segala modal yang telah

dimiliki, tantangan, peluang, dan kendala harus dapat diidentifikasi secara cermat dan

terperinci

sehingga strategi dan langkah-langkah kebijaksanaan yang harus dilakukan akan dapat

dirumuskan

sebaik-baiknya.

Tantangan yang pertama adalah di bidang ekonomi sehubungan dengan proses globalisasi.

Kurun waktu Repelita VII akan bersamaan dengan diberlakukannya kawasan perdagangan

bebas

ASEAN (AFTA) pada tahun 2003. Pada tahun 2020, dua tahun setelah berakhirnya PJP II,

Kawasan

Bebas Perdagangan Asia Pasifik juga akan berlaku.

Ekonomi Indonesia akan makin terintegrasi ke dalam ekonomi ASEAN dan Asia Pasifik 

dalam jangka panjang. Dengan ditiadakannya perlindungan oleh setiap negara, persaingan

dalam

kawasan ini akan makin keras. Untuk itu efisiensi ekonomi dan produktivitas tenaga kerja

perlu

ditingkatkan. Terlebih lagi karena persaingan yang akan terjadi terutama adalah antarunit

produksi.

Untuk meningkatkan efisiensi perekonomian nasional, perlu dilanjutkan upaya deregulasi dan

debirokratisasi dalam rangka penyempurnaan lembaga-lembaga ekonomi kita. Dalam kaitan

ini,

berbagai pungutan yang tidak mempunyai dasar jelas dan akan meningkatkan biaya ekonomi

harus ditiadakan.

Produktivitas tenaga kerja sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Pada saat

ini kualitas SDM yang kita miliki masih berada di bawah negara-negara tetangga yang telah

lebih dulu

maju. Dengan demikian upaya mengejar ketertinggalan dalam pengembangan sumber daya

manusia

 juga merupakan tantangan agar dapat menciptakan manusia yang produktif dan berdaya saing

tinggi.

Tantangan yang kedua adalah pengangguran dan lapangan kerja. Masalah pengangguran dan

masalah penyediaan lapangan kerja tetap akan dihadapi dalam kurun pembangunan yang

akan datang

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 24/32

 

dengan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan Repelita-repelita

sebelumnya.

Walaupun laju pertumbuhan penduduk Indonesia sudah menurun, namun karena

penduduknya besar maka secara absolut tambahan penduduk setiap tahunnya masih besar dan

ini

akan berpengaruh terhadap jumlah angkatan kerja. Misalnya dalam tahun 1995 jumlah

pengangguran

terbuka telah meningkat menjadi 5,9 juta orang atau 7,0 persen dari angkatan kerja, dari 2,3

 juta

orang atau 3,2 persen pada tahun 1990, walaupun pertumbuhan penduduk menurun dari 1,66

persen

pada tahun 1990 menjadi 1,60 persen pada tahun 1995. Sedangkan pengangguran terselubung

pada

periode 1990  –  1995 diperkirakan sekitar 36 persen dari angkatan kerja.

Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka harapan tenaga kerja

terhadap pekerjaan yang diinginkan akan semakin tinggi. Ini mendorong angkatan kerja

untuk 

menunggu jenis pekerjaan yang sesuai dengan taraf pendidikannya dan secara absolut ini

akan

mendorong meningkatnya pengangguran bagi angkatan kerja yang berpendidikan baik SLTA

maupun Universitas. Pada tahun 1990, jumlah pengangguran yang termasuk dalam kelompok 

ini

adalah sebesar 117,4 ribu orang dan meningkat menjadi 404,6 ribu orang pada tahun 1995

atau dari

5,01 persen menjadi 6,85 persen dari pencari kerja.

Selain itu, transformasi ekonomi akan mengakibatkan terjadinya pergeseran angkatan kerja

dari sektor yang mempunyai upah yang rendah ke sektor yang mempunyai upah yang lebih

tinggi.

Salah satu akibatnya adalah adanya urbanisasi yang semakin besar dari angkatan kerja yang

ada di

perdesaan ke kota-kota besar. Berarti akan ada tantangan untuk penataan wilayah perkotaan,

baik 

secara fisik maupun dari segi ekonomi dan sosial.

Tantangan yang berikutnya adalah masalah kemiskinan. Meskipun jumlahnya terus

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 25/32

 

berkurang, namun laju penurunan penduduk miskin semakin rendah dan lokasinya makin

terpusat

pada kantung-kantung kemiskinan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah kemiskinan

secara

mendasar masih merupakan tantangan yang harus dipecahkan. Masalah kemiskinan ini kita

harapkan

sudah dapat dituntaskan dalam Repelita VII.

Dalam Repelita VII, bangsa Indonesia sudah memasuki jaman dunia baru yang ditandai

dengan keterbukaan dan persaingan yang peluangnya belum tentu dapat dimanfaatkan dengan

baik 

oleh golongan ekonomi lemah. Dalam keadaan demikian, besar sekali kemungkinan makin

melebarnya kesenjangan.

Oleh karena itu, apabila untuk menegakkan prinsip-prinsip ekonomi pasar dan

menggerakkan kegiatan ekonomi diperlukan deregulasi, maka untuk mengatasi kesenjangan

diperlukan intervensi, yakni melindungi dan memberikan kesempatan bagi yang lemah untuk 

tumbuh.

Erat kaitannya dengan masalah kesenjangan adalah masalah kesempatan berusaha. Kegiatan

usaha di Indonesia sebagian besar didominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya sedikit

dengan

asset yang besar, sedangkan pengusaha kecil yang jumlahnya sangat besar hanya memiliki

asset

dalam jumlah yang kecil. Sementara itu, lapisan pengusaha menengah belum berkembang

secara

sehat dan mantap (Data BPS: dalam tahun 1993, jumlah industri kecil yaitu dengan jumlah

tenaga

kerja di bawah 20 orang sebanyak 2,5 juta pengusaha atau 99,27 persen dengan nilai tambah

bruto

sekitar Rp 4,0 triliun atau 7,48 persen. Sedangkan industri besar dan sedang berjumlah 18,2

ribu

pengusaha atau 0,73 persen dengan nilai tambah bruto sebesar Rp 49,8 triliun atau 92,52

persen dari

total nilai tambah bruto).

Struktur dunia usaha yang demikian tidak kukuh, di samping tidak mencerminkan cita-cita

demokrasi ekonomi seperti yang diamanatkan oleh konstitusi. Oleh karena itu sejalan dengan

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 26/32

 

upaya

deregulasi dan terbukanya pasar secara luas, harus dikembangkan langkah-langkah

membangun

usaha menengah dan kecil termasuk koperasi sehingga menjadi kuat. Dalam rangka itu,

kemitraan

perlu terus ditingkatkan dan diupayakan agar menjadi pola dalam kehidupan ekonomi kita.

Mewujudkan hal ini merupakan tantangan yang tidak mudah, tetapi mutlak harus dilakukan.

Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan akan sulit untuk dicapai tanpa

dukungan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis. Hal-hal yang dengan susah payah

dibangun

melalui pertumbuhan dan pemerataan dapat dengan mudah hancur karena gangguan

stabilitas.

Dalam rangka stabilitas nasional salah satu sisinya adalah stabilitas ekonomi makro. Laju

inflasi harus senantiasa diusahakan cukup rendah dan neraca pembayaran harus terpelihara

dengan

aman. Oleh karena itu, memelihara stabilitas ekonomi tetap merupakan tantangan

pembangunan di

masa depan.

Erat kaitannya dengan stabilitas ekonomi adalah stabilitas politik. Dalam Repelita VII,

suasana kehidupan politik nasional akan semakin diwarnai oleh upaya untuk lebih

meningkatkan

kualitas berdemokrasi, iklim keterbukaan, partisipasi kearah perbaikan dan pembaharuan,

serta

kesadaran akan kemajemukan.

Dengan demikian menjaga stabilitas politik merupakan pekerjaan yang rumit dan

memerlukan pendekatan- pendekatan yang “canggih”. Oleh karena itu, merupakan tantangan

pula

untuk tetap memelihara persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa, mengembangkan dan

memantapkan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang

diselenggarakan secara sehat, dinamis, kreatif, dan efektif.

IV. Kesimpulan : Agenda Pembangunan

Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut perlu dipikirkan langkah-langkah yang harus

diambil di masa depan, atau dengan kata lain diperlukan suatu agenda pembangunan.

Tantangan globalisasi adalah tantangan utama dalam Repelita VII. Untuk itu dalam bidang

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 27/32

 

ekonomi perlu terus diupayakan penyerasian strategi ekonomi Indonesia dengan keadaan

yang

sedang berkembang agar bangsa Indonesia diuntungkan. Kuncinya dari segi ekonomi tidak 

lain

adalah membangun daya saing dan memeliharanya agar berkesinambungan.

Daya saing tidak dapat lagi semata-mata ditentukan oleh upah buruh yang rendah dan

sumber daya alam yang berlebih akan tetapi lebih ditentukan oleh penguasaan informasi,

teknologi,

dan keahlian manajerial.

Ini berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia harus diprioritaskan dan ini terkait

dengan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, dan ilmu

pengetahuan dan

teknologi yang kesemuanya akan bermuara pada peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Dunia usaha akan pertama kali bertarung di pasar bebas. Walaupun disadari bahwa struktur

dunia usaha telah kelihatan semakin maju terutama pada usaha-usaha berskala besar, namun

struktur

lapisan usaha nasional masih belum mantap dan kukuh. Hal ini terutama berkaitan dengan

lapisan

ekonomi usaha skala kecil (ekonomi rakyat) yang jumlahnya banyak tetapi memiliki aset

produktif 

yang sangat terbatas.

Selama ini saja, lapisan usaha skala kecil sudah jauh tertinggal. Apalagi harus dihadapkan

pada persaingan dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar. Lapisan ekonomi menengah

 juga

belum berkembang sebagaimana layaknya, yaitu menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

Sehubungan itu, segenap kekuatan dan sumber daya yang dimiliki oleh negara harus

ditujukan kearah membangun pertumbuhan yang serasi dengan pemerataan dan keadilan.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi baik makro, sektoral, maupun regional harus secara

terpadu

mengupayakan agar ekonomi usaha skala kecil dapat secepatnya bangkit dan menjadi kukuh

dan

mantap.

Berkaitan dengan pengembangan usaha skala kecil, di samping melalui upaya tersebut di

atas, juga diperlukan upaya- upaya yang spesif ik. Upaya tersebut harus diarahkan langsung

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 28/32

 

pada

akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat melalui upaya-upaya

pemberdayaan.

Upaya khusus tersebut antara lain adalah: menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang; memperkuat potensi atau daya yang

dimiliki oleh

masyarakat; dan melindungi yang lemah sebagai akibat kekurangberdayaan dalam

menghadapi yang

kuat.

Peningkatan keuntungan bagi dunia usaha tidak saja melalui kemampuan produksi namun

 juga kemampuan pemasaran. Dari pengalaman negara-negara yang sudah maju dan yang baru

masuk 

dalam tahapan industri dapat ditarik pelajaran bahwa kemampuan berproduksi harus

merupakan

gerakan terpadu dengan kemampuan menembus pasar.

Oleh karena itu, sasaran pembangunan pada akhir PJP II tidak saja menjadikan bangsa

Indonesia menjadi bangsa industri yang kuat tapi juga menjadikan Indonesia menjadi bangsa

niaga.

Bangsa yang kuat harus dapat memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya, yaitu potensi

yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Oleh karena itu, pembangunan daerah yang

merata,

bukan hanya mutlak untuk memenuhi rasa keadilan, tetapi juga merupakan kebutuhan untuk 

menunjang pembangunan yang berkesinambungan berlandaskan kemandirian.

Kemajuan dan kemandirian yang menjadi sasaran pembangunan bangsa Indonesia selain

merupakan ukuran kemampuan adalah juga sikap budaya. Globalisasi akan mempengaruhi

sistim nilai

yang membentuk budaya bangsa. Materi sebagai ukuran keberhasilan dan sikap

individualisme yang

hidup dikalangan masyarakat barat dapat pula merasuk pula ke dalam budaya kita. Demikian

pula

nilai-nilai moral yang berbeda dapat menimbulkan benturan-benturan budaya. Oleh karena

itu

memperkuat ketahanan budaya harus menjadi agenda pembangunan yang pokok pula. Maka

masalah

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 29/32

 

budaya menduduki tempat yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan semua bidang

lainnya

dalam seluruh konsep pembangunan bangsa kita, bahkan adalah yang paling mendasar. Kalau

kita

berbicara mengenai budaya, ia tidak hanya menyangkut aspek-aspek sosial, tetapi juga

budaya

ekonomi dan budaya politik.

Apabila berbagai langkah seperti diuraikan di atas berhasil kita laksanakan, maka Insya Allah

bangsa Indonesia akan berjalan dengan mantap menuju cita-citanya yaitu bangsa yang maju,

mandiri,sejahtera, dan berkeadilan.

PARADIGMA PERUBAHAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan landasan

konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif singkat (1999-2002), telah

mengalami 4 (empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen UUD 1945 tersebut,

telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu : (1) penguatan kedudukan

lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); (2)

ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan

rencana pembangunan nasional; dan (3) diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi

pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengenai dokumen perencanaan pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan dalam

praktek ketatanegaraan adalah dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Ketetapan MPR ini menjadi

landasan hukum bagi Presiden untuk dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima

Tahunan dengan memperhatikan saran DPR, sekarang tidak ada lagi.

Instrumen dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia

sebagai acuan utama dalam memformat dan menata sebuah bangsa, mengalami dinamika

sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman. Perubahan mendasar yang terjadi adalah

semenjak bergulirnya bola reformasi, seperti dilakukannya amandemen UUD 1945,

demokratisasi yang melahirkan penguatan desentralisasi dan otonomi daerah (UU Nomor

22/1999 dan UU Nomor 25/1999 yang telah diganti dengan UU Nomor 32/2004 dan UU

Nomor 33/2004), UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 23 tahun

2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, penguatan prinsip-prinsip Good

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 30/32

 

Governance : transparansi, akuntabilitas, partisipasi, bebas KKN, pelayanan publik yang

lebih baik. Disamping itu dokumen perencanaan pembangunan nasional juga dipengaruhi

oleh desakan gelombang globalisasi (AFTA, WTO, dsb) dan perubahan peta geopolitik dunia

pasca tragedi 11 September 2001.

Perjalanan dokumen perencanaan pembangunan nasional sebagai kompas pembangunan

sebuah bangsa, perkembangannya secara garis besar dapat dilihat dalam beberapa periode

yakni :

Dokumen perencanaan periode 1958-1967

Pada masa pemerintahan presiden Soekarno (Orde Lama) antara tahun 1959-1967, MPR

Sementara (MPRS) menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan

nasional yaitu TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia

sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-

Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969, dan Ketetapan

MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar

Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.

Dokumen perencanaan periode 1968-1998

Landasan bagi perencanaan pembangunan nasional periode 1968-1998 adalah ketetapan

MPR dalam bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum perencanaan pembangunan bagi

presiden untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan

(Repelita), proses penyusunannya sangat sentralistik dan bersifat Top-Down, adapun lembaga

pembuat perencanaan sangat didominasi oleh pemerintah pusat dan bersifat ekslusif.

Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai subjek utama out-put perencanaan kurang

dilibatkan secara aktif. Perencanaan dibuat secara seragam, daerah harus mengacu kepada

perencanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat walaupun banyak kebijakan tersebut tidak 

bisa dilaksanakan di daerah. Akibatnya mematikan inovasi dan kreatifitas daerah dalam

memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya. Distribusi anggaran negara ibarat piramida

terbalik, sedangkan komposisi masyarakat sebagai penikmat anggaran adalah piramida

seutuhnya.

Sebenarnya pola perencanaan melalui pendekatan sentralistik/top-down diawal membangun

sebuah bangsa adalah sesuatu hal yang sangat baik, namun pola sentralistik tersebut terlambat

untuk direposisi walaupun semangat perubahan dan otonomi daerah telah ada jauh sebelum

dinamika reformasi terjadi.

Dokumen perencanaan periode 1998-2000

Pada periode ini yang melahirkan perubahan dramatis dan strategis dalam perjalanan bagsa

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 31/32

 

Indonesia yang disebut dengan momentum reformasi, juga membawa konsekuensi besar

dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan nasional, sehingga di periode ini boleh

dikatakan tidak ada dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dapat dijadikan

pegangan dalam pembangunan bangsa, bahkan sewaktu pemerintahan Presiden Abdurrahman

Wahid terbersit wacana dan isu menyangkut pembubaran lembaga Perencanaan

Pembangunan Nasional, karena diasumsikan lembaga tersebut tidak efisien dan efektif lagi

dalam konteks reformasi.

Dokumen perencanaan periode 2000-2004

Pada sidang umum tahun 1999, MPR mengesahkan Ketetapan No.IV/MPR/1999 tentang

Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Berbeda dengan GBHN-GBHN

sebelumnya, pada GBHN tahun 1999-2004 ini MPR menugaskan Presiden dan DPR untuk 

bersama-sama menjabarkannya dalam bentuk Program Pembangunan Nasional (Propenas)

dan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat APBN, sebagai realisasi

ketetapan tersebut, Presiden dan DPR bersama-sama membentuk Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004. Propenas menjadi acuan

bagi penyusunan rencana pembangunan tahunan (Repeta), yang ditetapkan tiap tahunnya

sebagai bagian Undang-Undang tentang APBN. sedangkan Propeda menjadi acuan bagi

penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada).

Dokumen perencanaan terkini menurut UU Nomor 25 tahun 2004 tentang SPPN

Diujung pemerintahannya Presiden Megawati Soekarno Putri menandatangani suatu UU

yang cukup strategis dalam penataan perjalanan sebuah bangsa untuk menatap masa

depannya yakni UU nomor 25 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional. Dan

bagaimanapun UU ini akan menjadi landasan hukum dan acuan utama bagi pemerintahan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memformulasi dan mengaplikasikan sesuai

dengan amanat UU tersebut. UU ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan

pembangunan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam UU ini pada

ruang lingkupnya disebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan

dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.

Intinya dokumen perencanaan pembangunan nasional yang terdiri dari atas perencanaan

pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementerian/lembaga dan perencanaan

pembangunan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenanganya mencakup : (1) Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan periode 20 (dua puluh) tahun, (2) Rencana

5/12/2018 Makalah Iipee Es - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-iipee-es 32/32

 

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan periode 5 (lima) tahun, dan (3) Rencana

Pembangunan Tahunan yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKP dan RKPD) untuk periode 1 (satu) tahun.

Lahirnya UU tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ini, paling tidak 

memperlihatkan kepada kita bahwa dengan UU ini dapat memberikan kejelasan hukum dan

arah tindak dalam proses perumusan perencanaan pembangunan nasional kedepan, karena

sejak bangsa ini merdeka, baru kali ini UU tentang perencanaan pembangunan nasional

ditetapkan lewat UU, padahal peran dan fungsi lembaga pembuat perencanaan pembangunan

selama ini baik di pusat maupun di daerah sangat besar.

Tapi pertanyaan kita, apakah UU nomor 25 tahun 2004 tentang SPPN ini tidak hanya

bertukar kulit saja ? apakah RPJP, RPJM, RKP itu secara model dan mekanisme

perumusannya sama saja halnya dengan program jangka panjang yang terkenal dengan motto

menuju Indonesia tinggal landas, Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dengan

berbagai periode dan APBN sebagai program satu tahunnya semasa pemerintahan Orde Baru

?

Apakah aspirasi, partisipasi dan pelibatan masyarakat dalam proses penjaringan, penyusunan,

pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan yang dibuat, masih dihadapkan pada balutan

sloganistis dan pemenuhan azas formalitas belaka ? mungkin substansi ini yang perlu kita

sikapi bersama dalam konteks perumusan kebijakan dokumen perencanaan pembangunan

nasional maupun daerah ini kedepan.