Makalah food record firda amalia 125070301111009
-
Upload
firda-amalia -
Category
Education
-
view
5.940 -
download
4
description
Transcript of Makalah food record firda amalia 125070301111009
1 | F o o d R e c o r d
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi adalah untuk
mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu dan masyarakat. PSG
adalah interprestasi dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai metode
untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi
kurang/ buruk. Metode PSG ini diantaranya metode antopometri, biokimia
(biochemical), metode penilaian klinis (Clinical Asessment) , dan penilaian pola makan
(Dietary Asessment) .
Dietary Assessment atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode
tidak langsung yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum survei
konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga
dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan
tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 88). Sedangkan secara khusus, dimaksudkan
untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok
masyarakat, menentukan status gizi keluarga maupun individu, sebagai dasar
perencanaan dan program pengembangan gizi.
Berdasarkan jenis data yang diperoleh dapat dihasilkan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah pangan
yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM). Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode
recall 24 jam, food records, dan weighing method. Secara kualitatif akan
diketahui frekuensi makan,frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan, menggali
informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh bahan makanan. Metode
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionnaire dan
dietary history.
Berdasarkan pengguna, metode Dietary Asessment ini dapat dibedakan menjadi
tingkat nasional (menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan
2 | F o o d R e c o r d
persediaan makanan secara nasional dengan cara Food Balance Sheet (FBS)), tingkat
rumah tangga, dan tingkat individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Food Record?
2. Bagaimana prinsip dan prosedur pelaksaan Food Record?
3. Bagaimana prosedur pencatatan dalam Food Record?
4. Apa saja macam-macam Food record?
5. Apa perbedaan Estimated Food Record dengan Weighed Food Record?
6. Apa kelebihan dan kekurangan metode Food Record?
7. Apa saja kesalahan yang sering muncul dalam metode Food Record?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Food Record
2. Mengetahui prinsip dan prosedur melakukan Food record
3. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pencatatan Food record
4. Mengetahui macam-macam Food record beserta kelebihan dan kekurangannya
5. Mengetahui perbedaan Estimated Food Record dengan Weighed Food Record
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode Food Record
7. Mengetahui kesalahan yang sering muncul dalam metode Food Record
3 | F o o d R e c o r d
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Food Record
Food Record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah makanan
dan minuman dalam satu periode, biasanya 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa
dan 1 hari libur, sampai 7 hari dan dapat dikuantifikasikan dengan estimasi
menggunakan Ukuran Rumah Tangga (Estimated Food Record) atau menimbang
(Weighed Food Record).
2.2. Prinsip dan Prosedur Food Record
Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa prinsip dan penggunaan dari metode
pencatatan makanan (food records) adalah sebagai berikut :
1. Dasar dari pencatatan ukuran porsi makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh
individu adalah estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) atau
penimbangan menggunakan timbangan makanan. Metode penimbangan merupakan
metode yang ideal untuk studi penelitian dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan
konseling diet atau untuk mengetahui korelasi antara intake dengan parameter
biologis.
2. Berguna untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam penelitian epidemiologi
gizi. Data intake zat gizi selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar program
pendidikan gizi.
3. Jika menggunakan metode penimbangan, responden perlu diberikan motivasi, harus
bisa berhitung dan tidak buta huruf, atau alternatifnya adalah menggunakan
enumerator untuk mengumpulkan data dan mencatat intake makanan responden.
4. Apabila membutuhkan ingatan 24 jam (24-h recall) untuk mengestimasi kebiasaan
intake makanan individu maka tergantung pada variasi konsumsi harian dalam intake
makanan pada satu individu. Jika membutuhkan recall lebih dari satu hari maka
sebaiknya memilih hari yang tidak berurutan (nonkonsekutif).
5. Ingatan 24 jam (24-h recall) dapat diulang selama musim yang berbeda pada satu
tahun untuk mengestimasi rata-rata intake individu selama periode waktu yang lebih
lama (untuk mengetahui kebiasaan intake makanan).
4 | F o o d R e c o r d
Dalam Fahmida & Dillon, 2007 juga disebutkan bahwa prosedur pada metode
estimasi makanan dan penimbangan makanan adalah sebagai berikut :
1. Responden diminta untuk mencatat, konsumsi pada saat yang sama, semua makanan
dan minuman (termasuk snack) yang dimakan dalam ukuran rumah tangga (URT)
untuk periode waktu yang telah ditentukan.
2. Rincian deskripsi dari makanan tersebut adalah meliputi :
o Nama (lokal/setempat dan umum jika diketahui)
o Metode pemasakan
o Kondisi makanan (mentah, masak, dikupas atau olahan)
o Nama merk jika memungkinkan
o Semua bumbu, herbal dan rempah-rempah
o Deskripsi yang lengkap dari masing-masing makanan
o Menimbang jumlah yang dikonsumsi atau mengestimasi menggunakan ukuran
rumah tanggan (URT) dan menggunakan peralatan rumah tangga yang
dikaliberasi.
Apabila responden makan diluar rumah maka responden biasanya diminta untuk
mencatat deskripsi dan jumlah dari makanan yang dimakan. Ahli gizi dapat kemudian
membeli dan menimbang duplikat porsi dari masing-masing item makanan yang dicatat,
hal ini dilakukan jika memungkinkan, untuk menilai kemungkinan jumlah makanan yang
dikonsumsi.
2.3. Metode Pencatatan Dalam Food Record
Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa metode untuk pencatatan makanan
untuk campuran bahan makanan (mixed dishes) adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan metode persiapan dan pemasakan makanan
2. Menimbang porsi yang dapat dimakan untuk masing-masing bahan mentah atau
melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) untuk mendapatkan
jumlah dari masing-masing bahan mentah yang digunakan didalam resep
3. Mencatat berat akhir (atau volume) dari ragam makanan (ini hanya untuk metode
penimbangan makanan)
4. Mencatat berat (atau volume) dari ukuran porsi yang dikonsumsi atau melakukan
estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) dan atau menggunakan peralatan
5 | F o o d R e c o r d
rumah tangga yang dikaliberasi (terstandar) untuk mendapatkan jumlah dari makanan
yang dikonsumsi oleh subjek.
5. Mengestimasi jumlah bahan yang dikonsumsi oleh individu sebagai proporsi dari
masing-masing bahan yang ada di dalam makanan yang dimakan (catat masing-
masing jumlah bahan makanan mentah yang digunakan, berat makanan dalam bentuk
akhir dan jumlah yang dikonsumsi)
Menyesuaikan jumlah bahan dengan hasil masakan dan memasukkannya sebagai
berat dari bahan yang dimasak (catat proses pemasakan yang dilakukan karena ada
beberapa zat gizi yang hilang pada saat pemasakan).
2.4. Macam-macam metode Food Record
2.4.1 Estimated Food Record
Dalam Estimated Food Record, responden diminta untuk mencatat semua
makanan dan minuman termasuk makanan ringan yang dimakan dalam ukuran
rumah tangga (URT) dalam jangka waktu tertentu, mendeskripsikan secara rinci
semua makanan dan minuman termasuk nama merk dan metode persiapan serta
pembuatannya. Untuk makanan campuran seperti Spaghetti Bolognese, jumlah
setiap bahan mentah yang digunakan dalam resep beserta berat akhir dari makanan
tersebut dan jumlah yang dikonsumsi oleh responden dicatat apabila
memungkinkan. Kemudian informasi tersebut dicatat dalam tabel sebagai berikut :
Name : Date:
Street address : Day of the week :
Town/City :
Place
eaten
Time Desription of Food or
drink. Give Band name if
applicable
Amount Lab Use Only
Day/meal
Code
Food
Code
Amount
Code
Additional Questions :
Was Intake unusual in any way? Yes (...) No (...)
If yes, in what way?
Do you take vitamin or mineral supplements? Yes (...) No (...)
If yes,How many per day? (...) per week? (...)
If yes, what kind? (give brand if possible)
Multivitamin Iron Ascorbic Acid
Other(list)
6 | F o o d R e c o r d
Ukuran porsi makanan dapat diestimasikan oleh responden dalam berbagai
cara. Standar ukuran rumah tangga (URT) dari gelas dan sendok sebaiknya
digunakan, dilengkapi dengan pengukuran menggunakan penggaris (untuk daging
dan kue) serta perhitungan (untuk telur dan potongan roti). Sayangnya, kesalahan
dapat timbul karena responden tidak dapat mengkuantifikasikan porsi dengan
benar. Kesalahan lain dapat timbul dalam mengkonversi berat volume. Bagian
akhir dari metode ini biasanya dilakukan oleh peneliti.
Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka
responden harus memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form
yaitu :
1. Jangan mengubah kebiasaan/pola makan anda dan jangan mencoba untuk
memodifikasi intake makanan, karena intake makanan anda akan di catat.
2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua
snack juga suplemen vitamin atau mineral berserta dosis/hari. Catatlah
dengan jelas dan sesegera mungkin makanan yang anda makan.
Jumlah hari yang tercantum dalam catatan perkiraan (Estimated Record)
dapat bervariasi, tergantung pada tujuan penelitian. Apabila tujuannya adalah untuk
memperoleh asupan rata-rata dari sebuah kelompok, maka hanya memerlukan
waktu 1 hari dari setiap orang, menyediakan data sepanjang minggu sama-sama
terwakili dalam sampel akhir. Namun, ketika diperlukan perkiraaan asupan sehari-
hari dari setiap orang, maka jumlah, seleksi dan jarak antara hari yang diperlukan
setiap orang tergantung pada faktor-faktor yang dijelaskan dalam metode
pengulangan recall 24 jam. Pada akhir pekan harus selalu dimasukkan secara
proporsional dalam periode Dietary Survey bagi setiap orang.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati
sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh
individu. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini adalah sebagai
berikut:
7 | F o o d R e c o r d
Kelebihan Kekurangan
Metode ini relatif murah dan cepat.
Dapat menjangkau sampel dalam
jumlah besar.
Dapat diketahui konsumsi zat gizi
sehari.
Hasilnya relatif lebih akurat.
Terlalu membebani responden.
Tidak cocok untuk responden yang
buta huruf.
Sangat tergantung pada kejujuran
dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah
konsumsi.
2.4.2 Weighed Food Record (Penimbangan Makanan)
Weight Food record atau metode penimbangan makanan merupakan metode
paling presisi untuk memperkirakan kebiasaan makan dan asupan zat gizi pada
individu. Dianjurkan untuk menggunakan metode ini ketika melakukan konselling
diet dan hubungan antara asupan makanan dengan parameter biologis.
Metode ini lebih sering digunakan di Inggris dan Negara Eropa lainnya
karena timbangan sering digunakan dalam persiapan makanan. British National
Diet And Nutrition Survey of adults And Children menggunakan metode 7 hari
penimbangan bahan makanan.
Pada metode ini, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu. Lebih jelasnya,
subjek atau responden diminta untuk menimbang semua makanan yang dikonsumsi
(misalnya yang dimasukkan ke dalam piring) dan makanan yang sisa. Kuantitas
asupan makanan adalah selisih antara kuantitas yang akan dikonsumsi dengan
kuantitas makanan yang sisa. Deskripsi detail makanan atau minuman yang harus
dimasukkan responden meliputi kuantitas (massa, volume), jenis, metode
pemasakan, penyajian, dan merk (bagi produk olahan).
Apabila sesekali mengonsumsi makanan diluar rumah, responden biasanya
diminta untuk mencatat deskripsi dari banyaknya makanan yang dikonsumsi.
Kemudian ahli gizi akan membeli dan menimbang duplikat porsi dari masing-
masing bahan makanan dan kemudian dilakukan perhitungan kemungkinan
banyaknya makanan yang dikonsumsi responden. Kemudian untuk makanan yang
terdiri dari lebih dari satu bahan makanan, penimbangan dilakukan terhadap
masing-masing bahan makanan dalam keadaan mentah (sesuai dengan resep bila
8 | F o o d R e c o r d
ada), setelah jadi, dan bagian yang dimakan. Sebagai alternatif, apabila diperlukan,
ahli gizi dapat menghubungi pihak restoran untuk memastikan detail porsi yang
telah dikonsumsi responden.
Seperti halnya Estimasi Food Record, jumlah, selang waktu, dan pemilihan
hari dibutuhkan untuk mencirikan asupan makanan harian atau aktual dari individu
dalam metode ini tergantung pada variasi responden dalam menentukan asupan
makanan, yang selanjutnya bergantung pada kepentingan zat gizi, studi populasi,
dan variasi asupan musiman. Seperti halnya Estimated Food Record, bahwa hari
libur atau hari besar dan hari minggu harus dimasukkan didalam survey secara
seimbang untuk menghitung adanya efek akhir pekan pada asupan zat gizi.
Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan (Supariasa, 2012) :
1. Petugas /responden menimbang dan mencatat bahan makanan/ makanan yang
dikonsumsi dalam gram
2. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan
menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan)
3. Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG).
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah apabila terdapat sisa makanan
setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah
sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Sehingga dalam Arisman, 2009
dituliskan bahwa dalam metode penimbangan lebih tepat apabila dilakukan
pengamatan secara langsung terhadap responden, meskipun membutuhkan waktu
lebih lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap
di rumah sakit. Pengamat mencatat takaran makanan yang diresepkan oleh ahli
gizi, jumlah santapan yang diantar oleh petugas gizi, jumlah yang dimakan pasien,
serta banyaknya makanan yang tersisa.
Apabila menggunakan metode ini, responden harus termotivasi, numerate
(memahami aritmetika), dan berpendidikan. Namun, responden dapat mengubah
kebiasaan cara makan mereka untuk mempermudah perhitungan atau proses
penimbangan, dengan kata lain, untuk memberikan kesan baik terhadap
investigator/peneliti. Beban responden dalam metode ini lebih tinggi daripada
metode 24-hr recall, sehingga menyebabkan individu kurang kooperatif.
9 | F o o d R e c o r d
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut :
Kelebihan Kekurangan
Data yang diperoleh lebih akurat/teliti Memerlukan waktu dan cukup
mahal karena perlu peralatan.
Bila penimbangan dilakukan dalam
periode yang cukup lama, maka
responden dapat merubah
kebiasaan makan mereka.
Tenaga pengumpul data harus
terlatih dan terampil.
Memerlukan kerjasama yang baik
dengan responden.
2.5. Perbedaan Estimated Food Record dan Weighed Food Record
Untuk mengetahui perbedaan antara metode estimasi makanan dan penimbangan
makanan dapat dilihat pada tabel berikut :
Metode Estimated Food Record Metode Weighed Food Record
Jumlah dari makanan dan sisa makanan diukur
dengan menggunakan URT atau estimasi
menggunakan seperti ukuran cups, mangkok,
gelas dan centong. Peneliti kemudian
mengkuantitatifkan hasil pengukuran ini
kedalam bentuk volume dan berat
Makanan dan sisa makanan ditimbang dengan
menggunakan timbangan makanan atau
disediakan teknik komputerisasi oleh peneliti
Dianggap kurang akurat apabila dibandingkan
dengan metode penimbangan makanan
Metode yang presisinya paling baik untuk
mengestimasi kebiasaan makan dan intake zat
gizi individu
Dianggap sebagai salah satu metode yang dapat
diterima untuk mengumpulkan data intake
kelompok
Lebih disukai oleh beberapa peneliti untuk
mengumpulkan data individu
Kurang membebani responden apabila
dibandingkan metode penimbangan makanan
sehingga tingkat kerjasama cenderung lebih
tinggi
Membutuhkan tingkat kerjasama yang lebih
tinggi dari subjek apabila dibandingkan metode
estimasi makanan dan ini kemungkinan
berdampak pada kebiasaan makan subjek
Memerlukan peralatan sehingga biaya lebih
mahal
Presisi lebih tinggi, tingkat error lebih rendah
10 | F o o d R e c o r d
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Food Record Secara Umum
Kelebihan dan kekurangan dari metode food records menurut Fahmida dan Dillon,
2007 adalah sebagai berikut :
Kelebihan Kekurangan
1. Tidak mengandalkan ingatan
2. Menyediakan data yang rinci dari
ukuran porsi makanan yang
dikonsumsi, khususnya saat
menggunakan metode penimbangan
3. Dapat dikatakan cukup valid
4. Dapat menilai pola makan dan
kebiasaan makan dalam hubungannya
dengan lingkungan sosio-demografi
dari responden
5. Dapat meningkatkan interpretasi dari
hasil laboratorium, antropometri dan
data klinis.
6. Pengumpulan data dengan hari yang
multiple akan lebih mewakili dari
kebiasaan intake (asupan makanan)
7. Hasil yang didapatkan lebih akurat
karena mempertimbangkan adanya
sisa dari makanan, terbuang dan rusak
selama pengukuran dilakukan.
1. Membutuhkan tingkat kerjasama
yang tinggi dari subjek
2. Karena beban yang diberikan
kepada responden sangat
tinggi maka didapatkan hasil dari
rata-rata respon responden sangat
rendah
3. Memerlukan waktu relatif lama
4. Subjek seharusnya bisa membaca
untuk mendapatkan hasil pencatatan
yang lengkap, atau dibutuhkan
seorang enumerator yang akan
melakukan tugas pencatatan
5. Petugas harus terlatih dalam
menggunakan alat ukur dan formulir
pencatatan
6. Analisisnya membutuhkan tenaga
yang terlatih dan mahal
7. Laporan subjek terkadang
underreporting (melaporkan terlalu
rendah) masih sering terjadi
Berdasarkan kekurangan pada metode food records seperti yang diuraikan dalam
Fahmida & Dillon, 2007,sejalan dengan pendapat Gibson & Ferguson, 2008 bahwa
metode food records dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan banyak waktu,
memerlukan biaya yang mahal, dan memberikan beban yang besar pada responden.
Mengatasi begitu banyaknya kekurangan yang ada pada metode ini, Gibson & Ferguson,
2008 membuat suatu modifikasi terhadap metode recall 24 jam dengan dilakukannya
pelatihan terhadap suatu kelompok untuk mengestimasi ukuran porsi dengan tepat
sebelum recall yang sebenarnya dilakukan. Menyediakan chart gambar sebelum recall
dilakukan yang digunakan untuk menceklist pada hari disaat makanan tersebut
dikonsumsi dan hal ini juga berguna untuk membandingkan dengan hasil recall untuk
mengurangi factor kelupaan pada responden dan menyediakan mangkuk dan piring
11 | F o o d R e c o r d
(URT) yang terstandar yang akan digunakan saat recall dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan responden memvisualisasikan jumlah makanan yang dikonsumsi.
2.7. Bias atau Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Metode Food Record
Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan
menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan
berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan
meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan
dengan memperpanjang jumlah pengamatan. Kesalahan pengukuran yang bersifat random
dan sistematis dapat diminimalkan dengan memadukan prosedur kendali mutu kedalam
masing-masing tahapan dalam metode dietary assessment. Termasuknya didalamnya
pelatihan dan sesi pelatihan ulang untuk pewawancara dan pemprogram, standarisasi
tekhnik wawancara dan kuesioner, uji coba kuesioner dan percobaan penyelenggaraan
penelitian sebelum survey sebenarnya dilakukan (Gibson, 2005).
Menurut Gibson, 2005 bahwa sumber-sumber bias atau kesalahan dalam
pengukuran dietary assessment meliputi :
1. Tidak Ada atau Kurangnya Respon Responden
Kurangnya respon (nonrespon) atau rendahnya kepatuhan dari responden yang
mengakibatkan bias yang signifikan dan hal ini dapat terjadi disemua jenis penilaian
dalam dietary assesment. Upaya yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalkan
angka nonrespon. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengirimkan email
atau menelpon untuk mengingatkan, dan pelatihan pewawancara agar saat melakukan
wawancara dilakukan dengan penuh kehangatan, pengertian dan kepercayaan.
2. Bias dari Responden
Bias yang berasal dari responden biasanya muncul apabila responden salah
pengertian terhadap apa yang ditanyakan atau diminta oleh pewawancara,
kecendrungan memberikan jawaban yang bersifat socially desirable. Socially
desirable adalah kecendrungan dari responden untuk menghindari kritik dan
kecendrungan untuk mendapatkan pujian. Sumber bias yang lain adalah responden
memberikan data kadang underreporting ataupun overreporting (Gibson, 2005).
12 | F o o d R e c o r d
Menurut Thomson & Subar, 2001 dalam penelitiannya bahwa bias yang sering
terjadi pada metode food records adalah terjadinya underreporting pada responden.
Pada penelitian tersebut underreporting terjadi pada responden dengan nilai BMI
yang tinggi (BMI > 24) dan terutama terjadi pada wanita. Keadaan ini juga ditemukan
pada responden usia lanjut. Efek ini mungkin terjadi karena responden tersebut
melakukan diet ketat pada hari-hari tertentu. Penelitian lain menunjukkan bahwa
kondisi demografis dan psikologis mempengaruhi underreporting responden seperti
pendidikan, pekerjaan, pengaruh dari keinginan sosial, body image dan pembatasan
terhadap makanan. Penelitian yang dilakukan Mauer, et al dalam Thomson & Subar
bahwa ada beberapa jenis makanan yang cenderung underreporting oleh responden
diantaranya adalah seperti makanan penutup, kue-kue yang manis dan dipanggang,
butter dan minuman beralkohol, sedangkan yang dilaporkan lebih banyak adalah
berupa biji-bijian, daging, salad dan sayuran.
Menurut Siagian, 2010 menuliskan bahwa bias yang sering terjadi terutama
untuk metode penimbangan makanan adalah kuantitas konsumsi pangan yang
diperoleh mungkin bukan kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena
responden mungkin mengubah jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi karena
ia tahu konsumsi pangannya sedang dinilai atau diamati. Hal lain yang mungkin
terjadi adalah subjek atau responden mengubah pola asupan kebiasaannya untuk
mempermudah penimbangan.
3. Bias dari Pewawancara
Sumber bias dari pewawancara biasanya meliputi kesalahan menggunakan
pertanyaan probing, kesalahan dalam mencatat respon responden, kehilangan fokus,
bias yang berhubungan dengan persiapan wawancara, adanya gangguan, kepercayaan
diri dan kerahasiaan responden. Bias dari pewawancara ini dapat terjadi disepanjang
penelitian dan subjek, dan atau sistematis untuk pewawancara tertentu. Bias ini bisa
jadi terjadi sebagai interaksi antara pewawancara tertentu dengan responden tertentu
pula. (Gibson, 2005). Dalam food records khususnya untuk estimasi makanan, sumber
bias yang sering muncul adalah kesalahan yang dilakukan saat konversi makanan
masak kementah dan dari ukuran rumah tangga ke ukuran berat (gram) (Supariasa,
2012).
13 | F o o d R e c o r d
4. Faktor Kelupaan pada Responden
Gangguan memori pada responden yang sering terjadi adalah responden gagal
dalam mengingat makanan yang biasa dikonsumsi dan dapat pula responden
melaporkan makanan yang sebenarnya tidak dikonsumsi pada saat recall tesebut
dilakukan. Untuk mengurangi faktor kelupaan yang terjadi pada responden dapat
dilakukan dengan teknik pertanyaan probing & standar Promting serta menggunakan
alat bantu mengingat seperti alat bantu simulasi makanan yang dari plastic atau tanah
liat, gambar bahan makanan atau photo.
5. Estimasi Ukuran Porsi yang Kurang Tepat
Bias yang sering timbul adalah kegagalan responden dalam mengkuantitaskan
secara akurat jumlah makanan yang dikonsumsi, atau miskonsepsi dalam merata-
ratakan ukuran porsi. Menurut Young & Nestle, 1995 dalam Gibson 2005 bahwa Tiap
responden memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengestimasi ukuran porsi yang
akurat secara visual. Umumnya perbedaan ini timbul secara independent karena
perbedaan usia, berat badan, status sosial, dan jenis kelamin tetapi mereka
melakukannya pada jenis dan makanan yang bervariasi. Kesalahan yang besar yang
terjadi, sebagai contoh mengestimasi potongan daging yang bentuknya tidak teratur.
Menurut Weber et al. 1997 dalam Gibson 2005 bahwa ditemukan kesalahan
mengestimasi porsi daging (steak) hingga mencapai 80%.
6. Suplemen yang Digunakan
Suplemen yang biasanya dikonsumsi oleh responden juga harus dicatat dalam
dietary assessment. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, biasanya nama merk
harus diketahui. Nama merk merupakan hal yang kritis karena antar merk memiliki
variasi yang sangat besar. Kesalahan dalam ketepatan mengkuantitatifkan dosis
suplemen sangat berdampak dalam estimasi dari intake zat gizinya. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan sering terjadinya underreporting dalam menentukan dosis
suplemen. Ditambah lagi faktor kimia dalam dietary suplement dapat berpengaruh
dalam biovailabilitas, sehingga lebih dianjurkan untuk mencatat komposisi kimia
dalam dietary supplement apabila itu memungkinkan.
14 | F o o d R e c o r d
7. Kesalahan dalam Penanganan Bahan Makanan Campuran
Sumber kesalahan yang umum terjadi dalam penanganan bahan makan
campuran adalah kesalahan yang terjadi selama bahan campuran masih dalam bentuk
bahan mentah dan selanjutnya dikonversi ke bentuk yang dapat dikonsumsi. Konversi
biasanya meliputi faktor menghitung rata-rata dari kedua perubahan berat karena
pemasakan dan retensi zat gizi. Setelah itu dilanjutkan dengan mengestimasi kuantitas
dari bahan makanan campuran yang dikonsumsi oleh subjek.
Berdasarkan beberapa bias yang sering muncul dalam pengumpulan data dietary
assesment maka Supariasa, 2012 menuliskan bahwa untuk mengurangi bias tersebut
dapat dilakukan dengan cara : menggunakan sampel dalam jumlah besar, ulangi
pengukuran dalam intake konsumsi terhadap subjek atau responden yang sama dalam
beberapa waktu, dan usahakan selalu melakukan kaliberasi terhadap alat-alat ukur.
Pernyataan dalam Supariasa, 2012 ini lebih dilengkapi lagi dalam Berdanier, 2008
yang menguraikan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk
mengurangi bias saat pengumpulan data. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel Pertimbangan-pertimbangan Untuk Mengurangi Kesalahan Saat
Pengumpulan Data Assesment
No
Sumber Kesalahan Potensial
Food Records
1. Ingatan (memori)
1. Perlu adanya asisten pewawancara yang
melakukan pencatatan
2. Mendorong untuk mematuhi setiap
petunjuk dengan tepat
2. Ukuran Porsi
1. Perlunya alat bantu untuk mengestimasi
ukuran porsi
2. Alat timbang
3. Pelatihan responden
3. Keragaman hari pengumpulan
data
1. Memperbanyak hari pengumpulan data
2. Memasukkan hari-hari biasa dan hari libur
(akhir pekan)
3. Mengumpulkan data pada musim/waktu
yang berbeda
4. Bias Respon 1. Mengurangi beban responden
15 | F o o d R e c o r d
2. Membatasi hari pengumpulan data
5. Entri Data (Memasukkan Data)
1. Memasukkan data dengan tepat dan
memasukkan data sesuai aturan
2. Perlu adanya asisten pewawancara yang
melakukan pencatatan
3. Adanya panduan dan petunjuk probing
secara rinci
16 | F o o d R e c o r d
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Food Record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah makanan
dan minuman dalam satu periode, biasanya 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa
dan 1 hari libur, sampai 7 hari dan dapat dikuantifikasikan dengan estimasi
menggunakan Ukuran Rumah Tangga (Estimated Food Record) atau menimbang
(Weighed Food Record). Dalam Estimated Food Record, responden diminta untuk
mencatat semua makanan dan minuman termasuk makanan ringan yang dimakan dalam
ukuran rumah tangga (URT) dalam jangka waktu tertentu, mendeskripsikan secara rinci
semua makanan dan minuman termasuk nama merk dan metode persiapan serta
pembuatannya serta memperkirakan berat makanan yang dikonsumsi dalam ukuran
rumah tangga (URT). Weight Food record atau metode penimbangan makanan
merupakan metode paling presisi untuk memperkirakan kebiasaan makan dan asupan zat
gizi pada individu karena menggunakan satuan baku.
Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan
menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan
berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan
meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan
dengan memperpanjang jumlah pengamatan.
17 | F o o d R e c o r d
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Rosalind S. 1993. Principles of Nutritional Assessment 1st Edition. New York :
Oxford University Press
Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur kehidupan. Edisi 2. EGC, Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.
Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.
Thompson, Frances E & Amy F Subar. 2001. Dietary Assesment Methodology. National
Cancer Institute, Bethesda, Maryland.
Citerawati,Yetti. Dietary Assessment (2). (http://adingpintar.wordpress.com. , Online, diakses
pada 14 April 2013 Pukul 20.05 WIB)
Food And Agricultural Organization. Keynote Paper: Individual food intake survey methods.
(http://www.fao.org, Online, diakses pada 14 April 2013 pukul 20.15 WIB)
Australasian Child and Adolescent Obesity Research Network. Dietary intake asessment-
Weighed Food Record. (http://www.acaorn.org.au , Online, diakses 14 April 2013
pukul 21.00 WIB)