Makalah Fm
-
Upload
dedi-irwansyah -
Category
Documents
-
view
105 -
download
2
Transcript of Makalah Fm
PENDAHULUAN
Pengobatan tradisional dan alternatif semakin mendapat perhatian belakangan
ini. Di negara maju, minat dan biaya yang ditujukan kepada pengobatan tradisional
dan alternatif semakin lama semakin meningkat. Di Indonesia sendiri, pengobatan
tradisional dan alternatif merupakan suatu warisan budaya dari nenek moyang dan
tetap dipegang sampai saat ini. Obat tradisional dan alternatif yang bersifat alami
sering dianggap lebih aman dan dapat ditoleransi oleh tubuh. Obat tradisional dan
alternatif pun sering dianggap lebih berkhasiat dalam mengobati suatu penyakit
dibanddingkan dengan obat konvensional. Namun sayangnya, belum ada bukti ilmiah
yang kuat mengenai efek dari obat tersebut, baik efek positif maupun negatif. Oleh
karena itu, penting bagi mahasiswa yang merupakan calon dokter umum dan dokter
keluarga untuk memperdalam pengetahuan mengenai obat tradisional dan alternatif
sehingga dapat memberikan saran yang teepat kepada pasien yang berminat
menggunakannya.
Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang bermanfaat, selain berfungsi
menjaga kesehatan juga berperan dalam penyembuhan berbagai penyakit. Banyak
orang awam yang melakukan olahraga tanpa mengerti batasan-batasan olahraga yang
baik bagi kesehatan. Sebagai calon dokter umum dan dokter keluarga, mahasiswa
harus memiliki pengetahuan mengenai fisiologi olahraga dan “peresepan” olahraga
bagi penderita penyakit tertentu sehingga nantinya dapat memberikan petunjuk
berolahraga yang tepat untuk pemeliharaan kesehatan.
Pemicu keempat dalam Blok Family Medicine ini akan membahas lebih dalam
mengenai pengobatan tradisional, olahraga dan manfaatnya terhadap penyembuhan
penyakit, dalam hal ini diabetes melitus.
1
ISI
1. Nama atau tema blok : Obat tradisional dan olahraga untuk diabetes melitus
2. Fasilitator/tutor : dr. O. K. Muhammad Syahputra, M. Kes
3. Data pelaksanaan :
a. Tanggal tutorial : 18 Oktober 2010 dan 21 Oktober 2010
b. Pemicu ke-4
c. Pukul : 10.30-13.00 WIB
d. Ruangan : Ruang diskusi kimia 4
4. Pemicu
Tn A, 45 tahun, datang ke praktek dokter K, untuk mendapat kejelasan tentang
obat tradisional. Tuan A mengatakan bahwa dia menderita diabetes dan sudah
diresepkan obat antidiabetik oral oleh dokter sebelumnya, namun belum juga
sembuh. Tuan A mengatakan bahwa tetangganya pernah mengalami hal yang
serupa seperti yang dialaminya dan berhasil sembuh dengan mengkonsumsi
tanaman obat. Tuan A mengatakan bahwa dia hendak menggunakan obat
tradisional tersebut.
More info :
Dokter K menjelaskan kepada Tuan A tentang obat tradisional dan tentang
penyakit diabetes. Berdasarkan penjelasan dokter K, Tuan A menjadi lebih
paham bahwa salah satu bagian dari penatalaksanaan diabetes yaitu exercise
(olahraga) yang benar.
5. Tujuan pembelajaran
a. Mengetahui pengertian complementary and alternative medicine beserta
domainnya.
b. Mengetahui pengertian obat tradisional, jamu, ekstrak dan fitofarmaka.
c. Mengetahui perbedaan antara obat tradisional dan obat konvensional..
d. Mengetahui pengobatan tradisional yang digunakan untuk mengobati
diabetes melitus.
e. Mengetahui jenis olahraga untuk penatalaksanaan diabetes melitus.
2
f. Mengetahui efek olahraga terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus.
g. Mengetahui fisiologi berbagai sistem organ selama berolahraga.
h. Mengetahui peran dokter keluarga dalam penggunaan obat tradisional
untuk mengobati suatu penyakit.
6. Pertanyaan yang timbul dalam curah pendapat
a. Apakah pengertian dari complementary and alternative medicine (CAM)
dan apa saja domain dari CAM? Apakah pengertian dari obat tradisional,
jamu, ekstrak dan fitofarmaka?
b. Apakah perbedaan antara obat tradisional dan obat konvensional?
c. Apa sajakah obat tradisional yang digunakan pada penyakit diabetes
melitus dan bagaimana mekanisme kerjanya?
d. Apakah jenis olahraga yang dianjurkan untuk pasien diabetes melitus dan
bagaimana mekanisme olahraga dapat menurunkan kadar gula darah?
e. Bagaimanakah fisiologi sistem-sistem organ dalam tubuh selama
berolahraga?
f. Bagaimanakah peran dokter keluarga dalam penggunaan obat tradisional
untuk mengobati suatu penyakit?
7. Jawaban atas pertanyaan
a. Complementary and alternative medicine (CAM)
CAM adalah suatu kelompok sistem perawatan kesehatan, praktek dan
produk kesehatan yang berbeda dan tidak dianggap sebagai suatu bagian
dari pengobatan konvensional. CAM terdiri dari complementary medicine
dan alternative medicine. Complementary medicine adalah teknik
pengobatan yang digunakan bersamaan dengan pengobatan konvensional
sedangkan alternative medicine adalah teknik pengobatan yang digunakan
sebagai pengganti pengobatan konvensional.
Terdapat 5 domain dari CAM, yaitu:
1. Alternative medical systems
Mencakup sistem yang kompleks terdiri dari teori dan praktek yang
berkembang diluar dan sering sebelum adanya pengobatan
3
konvensional. Contohnya homeopatik dan naturopatik di kebudayaan
barat serta pengobatan tradisional Cina dan Ayurveda.
2. Mind and body interventions
Memfokuskan pada interaksi tubuh dan jiwa dan adanya hubungan
antara emosi, mental, sosial dan spiritual terhadap kesehatan.
Contohnya meditasi, berdoa, hipnosis, musik, tarian dan kesenian.
3. Biologically based therapies
Mencakup penerapan, intervensi dan penggunaan produk biologis.
Contohnya suplemen makanan, produk herbal dan diet khusus.
4. Manipulative and body-based method
Mencakup metode yang berbasis manipulasi dan/ atau gerakan dari
tubuh. Contohnya chiropatik, osteopatik dan terapi pijat.
5. Energy therapy
Memfokuskan pada penggunaan medan energy yang berasal dari
dalam (biofields) atau luar tubuh (elektromagnetik). Contohnya qi
gong, reiki dan terapi biomagnetik.
Obat tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan-bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat tradisional terdiri dari:
1. Jamu
Bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari
berbagai tanaman obat yang jumlahnya banyak (± 5-10 macam). Tidak
memerlukan pembuktian ilmiah, cukup bukti empiris. Penggunaan
secara turun-temurun membuktikan keamanan dan khasiat dari jamu
tersebut.
2. Ekstrak (Obat herbal terstandar)
Disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa
tanaman obat, binatang maupun mineral. Membutuhkan peralatan
kompleks, biaya yang mahal dan tenaga kerja yang mendukung
4
pengetahuan serta keterampilan pembuatan ekstrak. Pembuktian ilmiah
berupa penelitian pre klinik seperti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar
pembuatan obat tradisional yang higienis dan uji toksisitas akut
maupun kronis telah dilakukan.
3. Fitofarmaka
Dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena
proses pembuatannya telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dengan uji klinik pada manusia.
b. Perbedaan obat tradisional dan obat konvensional
Obat tradisional Obat konvensional
Bahan aktif lebih dari 1 Bahan aktif hanya 1
Belum terbukti secara ilmiah Ada bukti ilmiah
Diperoleh secara turun-temurun Diperoleh dari peresepan oleh
dokter
Biasanya tidak berkembang Selalu dikembangkan
Efek berasal dari sinergisme
kombinasi bahan aktif
Efek dari bahan aktif utama
Efek yang diharapkan muncul lebih
lama
Efek yang diharapkan segera
muncul
Spektrum pengobatan luas Spektrum pengobatan spesifik
Efek samping belum pasti Efek samping diketahui
c. Obat tradisional untuk diabetes melitus
1. Bawang putih
Efek pada homeostasis glukosa masih kontroversi. Konstituen
organosulfur pada bawang putih menunjukkan efek hipoglikemik pada
model hewan nondiabetes namun efeknya pada hewan atau manusia
diabetes belum terbukti. Tidak ada interaksi antara bawang putih dan
obat antidiabetes yang pernah dilaporkan.
2. Ginseng
Pada sebuah percobaan dilaporkan ada efek signifikan oleh
ginsenoside terhadap penurunan HbA1c dan glukosa darah yang cepat
5
dibandingkan dengan plasebo. Namun masih terdapat kekurangan pada
penelitian tersebut seperti kegagalan melaporkan nilai HbA1c yang
mutlak dan glukosa darah pada kelompok eksperimen dan control serta
sampel yang terlalu kecil. Ginseng hendaknya digunakan secara hati-
hati pada pasien yang menjalani pengobatan antidiabetes karena dapat
memperburuk hipoglikemia.
3. Pare
Beberapa mekanisme diajukan untuk menjelaskan efek hipoglikemik
dari konsumsi pare. Setelah diteliti dengan elektroforesis dan analisis
spektrum inframerah, dijumpai bahwa komponen dari ekstrak pare
memiliki kesamaan struktural dengan insulin binatang. Penelitian lain
menyebutkan bahwa pare dapat menurunkan glukoneogenesis hati,
meningkatkan sintesis glikogen hati dan meningkatkan oksidasi
glukosa perifer di eritrosit dan adiposit. Pare juga dilaporkan memiliki
efektivitas yang sama dengan glibenklamid. Pasien yang sedang
menggunakan obat antidiabetes harus hati-hati dalam mengkonsumsi
pare untuk menghindari efek hipoglikemik.
4. Kayu manis
Memiliki beberapa bahan aktif yang bersifat hipoglikemik.
Methylhydroxychalcone polymer memiliki efek serupa dengan insulin,
hydroxychalcone dapat meningkatkan efektivitas dari insulin dan
proanthrocyanidin berfungsi mengaktifkan reseptor insulin di
permukaan sel. Kayu manis jika diberikan bersamaan dengan obat
antidiabetes dapat memperburuk risiko hipoglikemik.
d. Olahraga untuk pasien diabetes melitus
Latihan jasmani untuk pasien diabetes melitus dilakukan 3-4 kali
seminggu selama lebih kurang 30 menit. Latihan jasmani yang dilakukan
bersifat aerobik dengan intensitas yang disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani serta ada tidaknya komplikasi dari diabetes
melitus. Latihan aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut janrung
maksimum) sebaiknya dilakukan minimal 150 menit setiap minggu.
Latihan aerobik berat (>70% denyut jantung maksimum) sebaiknya
dilakukan minimal 90 menit setiap minggu. Bentuk olahraga dapat berupa
6
jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Selain berolahraga,
kegiatan sehari-hari harus tetap dilakukan seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga dan berkebun.
Mekanisme penurunan kadar gula darah akibat olahraga
e. Fisiologi olahraga
1. Sistem kardiorespirasi
7
olahraga
Peningkatan sensitivitas reseptor insulin
Peningkatan aktivitas 5AMP-activated kinase
Peningkatan ikatan insulin-reseptor
Peningkatan fosforilasi tirosin&pengaktifan insulin receptor substrate
Peningkatan fosfoinositid-3 kinase
Peningkatan aktivasi jalur tergantung fosfoinositid (protein kinase B dan protein kinase C atipikal)
Peningkatan translokasi vesikel yang berisi GLUT 4 (yang bergantung insulin)
Peningkatan GLUT 4 di membran sel
Peningkatan transportasi glukosa dari sirkulasi ke dalam sel
Penurunan glukosa darah
Peningkatan translokasi vesikel yang berisi GLUT 4 (tidak bergantung insulin)
- Respon akut
- Adaptasi kronik
8
Kontraksi otot
Peningkatan respirasi seluler
Peningkatan venous return
Peningkatan end diastolic volume
Peningkatan stroke volume
Peningkatan cardiac output
Peningkatan a-v O2Δ
Peningkatan aliran darah ke otot
Penurunan resistensi vaskular otot
Peningkatan ekstraksi O2
Peningkatan konsumsi O2
Mekanisme pompa paru
Peningkatan respirasi
Peningkatan aktivitas korteks motorik, peningkatan aktivitas simpatetik, pengaktifan pusat pernafasan oleh perubahan suhu dan kimia
Latihan jangka panjang
Peningkatan volume darah
Peningkatan volume plasma
Peningkatan eritrosit
Peningkatan venous return
Peningkatan volume ventrikel
2. Sistem otot
9
Peningkatan end diastolic volume
Peningkatan stroke volume maksimal
Peningkatan cardiac output maksimal
Peningkatan densitas kapiler otot
Peningkatan aliran darah otot maksimal
Peningkatan penghantaran O2
Peningkatan VO2max
Penurunan stimulasi simpatis
Penurunan heart rate
olahraga
Intensitas rendah (slow twitch)
Intensitas tinggi (fast twitch b)
Intensitas sedang (fast twitch a)
Penggunaan ATP
Aktivasi sistem keratin fosfat
kontraksi
kontraksi
Aktivasi sistem glekogen-asam laktat
kontraksi
Perubahan slow twitch menjadi fast twitch, peningkatan kapiler otot, mioglobin, fungsi mitokondria, enzim oksidatif, sistem energi fosfagen, simpanan glikogen, simpanan lemak.
Peningkatan kemampuan metabolism aerobik dan anaerobik otot
3. Sistem urinaria
10
Aktivasi sistem aerobik
Kehabisan sumber energi
Peningkatan asam laktat
kontraksi
Peningkatan PCO2, peningkatan temperatur, peningkatan aktivitas simpatik, penurunan PO2
kelelahan
Mekanisme proteksi SSP
Peningkatan aliran darah otot
Peningkatan O2 dan nutrisi
olahraga
Peningkatan produksi keringat
Hemokonsentrasi dan peningkatan osmolaritas darah
Penurunan volume plasma dan penurunan aliran darah ke ginjal
Merangsang hipotalamus dan diteruskan ke hipofisis posterior
Peningkatan produksi renin oleh ginjal
Perubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I
Peningkatan ADH Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
f. Peran dokter keluarga dalam penggunaan obat tradisional untuk mengobati
suatu penyakit
Ketika pasien meminta saran mengenai pengobatan tradisional, maka
peran dokter keluarga adalah:
1. Diskusi dengan pasien mengenai alasan pemakaian obat tradisional,
sumber informasi dan pengobatan jenis apa yang mereka inginkan.
2. Edukasi pasien mengenai segala hal yang diketahui tentang pengobatan
tradisional tersebut. Pasien harus tahu bahwa pengobatan tradisional
banyak yang tidak didukung oleh data yang akurat sehingga tingkat
keamanannya masih belum pasti.
3. Menyediakan saran mengenai pemilihan terapi. Dokter memberikan
saran mengenai pemilihan pengobatan tradisional yang disesuaikan
dengan kondisi pasien.
Pertimbangan dokter keluarga dalam penggunaan obat tradisional antara
lain:
1. Tingkat keamanan obat tradisional berdasarkan data yang terpercaya
(dosis, efek farmakologik, toksisitas dan interaksi dengan pengobatan
konvensional).
2. Pertimbangkan manfaat obat tradisional dalam memfasilitasi
kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri tanpa
intervensi pengobatan konvensional.
3. Pertimbangkan aspek lain dari pasien seperti pikiran, jiwa dan
lingkungan tempat pasien tinggal.
11
Peningkatan permeabilitas air pada tubulus dan duktus pengumpul
Peningkatan produksi aldosteron dari korteks adrenal
Peningkatan reabsorbsi air
Peningkatan absorbsi natrium dan air dari tubulus
Peningkatan volume plasma, penurunan produksi urin
4. Gunakan intervensi yang alami dan minimalkan tindakan invasif.
5. Lakukan tindakan promosi dan pencegahan penyakit selain dari
tindakan pengobatan.
8. Ulasan
- Pada pleno pakar dijelaskan mengenai tata cara menganjurkan latihan
jasmani pada pasien dengan diabetes mellitus. Sebelum menganjurkan
latihan jasmani, terlebih dahulu pastikan tidak ada kontraindikasi pada
pasien tersebut melalui pemeriksaan fisik yang komplit. Selanjutnya
tentukan intensitas latihan jasmani yang sesuai dengan pasien melalui
pengukuran heart rate maksimal atau melalui penilaian VO2max.
- Pada kasus ini, intensitas latihan jasmani yang diberikan adalah moderat dan
perlahan-lahan ditingkatkan. Frekuensi latihan jasmani sebaiknya setiap hari
selama 30 menit yang dapat dibagi menjadi 3 bagian (masing-masing 10
menit). Perlu diberitahukan pada pasien bahwa efek dari latihan jasmani
akan mulai dirasakan setelah 8 minggu latihan secara teratur. Jenis latihan
jasmani yang dianjurkan adalah aerobik karena dapat meningkatkan fungsi
kardiorespirasi.
- Untuk orang dewasa yang normal, dianjurkan melakukan latihan jasmani
dengan intensitas moderat (60-70% heart rate maksimal) dengan frekuensi
setiap hari.
9. Kesimpulan
Dokter K harus member informasi tentang pengobatan tradisional tetapi tidak
menganjurkan atau melarang penggunaannya. Jenis olahraga yang tepat untuk
kasus ini adalah aerobik dengan intensitas moderat.
10. Daftar pustaka
12
Dennehy, Cathi E. dan Candy Tsourounis. Suplemen Botani (“Medikasi
Herbal”) dan Suplemen Nutrisi. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar
dan Klinik buku 3 edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. 2004; 577 – 603.
Ganong, William F. Cardiovascular Homeostasis in Health & Disease. Foltin,
Janet, et. al. Review of Medical Physiology 20th ed. New York: Lange
Medical Books. 2001; 607 – 622.
Guyton and Hall. Sports Physiology. Guyton and Hall. Textbook of Medical
Physiology 11th ed. New York: Elsevier. 2006; 1055 – 1066.
Juckett, Gregory. Herbal Medicine.Craig, Charles R. and Robert E. Stitzel.
Modern Pharmacology with Clinical Applications 5thed; 785 – 796.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006.
Powers, Alvin C.Diabetes Mellitus. Kasper, Dennis L., et. al. Harrison’s
Principles of Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill. 2005;
2152 – 2180.
13