Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

108
FAMILY MEDICINE “Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Keluarga Sosio-Ekonomi Rendah Dengan Balita Gizi Buruk dan Tuberculosis Primer” Pembimbing : dr. Ferdiana Yunita Disusun oleh : Cecep Kurnia 111 0211 067 Putri Juwita 111 0211 078 Farras Cantika 111 0211 086 Bahri Ahmadi 111 0211 094

description

Field Study

Transcript of Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Page 1: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

FAMILY MEDICINE

“Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Keluarga Sosio-

Ekonomi Rendah Dengan Balita Gizi Buruk dan

Tuberculosis Primer”

Pembimbing : dr. Ferdiana Yunita

Disusun oleh :

Cecep Kurnia 111 0211 067

Putri Juwita 111 0211 078

Farras Cantika 111 0211 086

Bahri Ahmadi 111 0211 094

Dwi Puspitasari 111 0211 123

FAKULTAS KEDOKTERAN

UPN “VETERAN”

Page 2: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

“Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Keluarga Sosio-

Ekonomi Rendah Dengan Balita Gizi Buruk dan

Tuberculosis Primer”

1. Cecep Kurnia 111 0211 067

2. Putri Juwita 111 0211 078

3. Farras Cantika 111 0211 086

4. Bahri Ahmadi 111 0211 094

5. Dwi Puspitasari 111 0211 123

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Jakarta, Januari 2014Pembimbing Lapangan

dr. Ferdiana Yunita

Page 3: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah Field Study

telah diselesaikan. Makalah yang telah diselesaikan ini berjudul “Pendekatan

Kedokteran Keluarga Pada Keluarga Sosio-Ekonomi Rendah Dengan Balita Gizi

Buruk dan Tuberculosis Primer”. Kami mengucapkan terima kasih kepada

pembimbing yang telah membantu kami dalam proses Field Study hingga kami

dapat membuat makalah ini serta teman – teman Kelompok Delapan yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun dari hasil proses kunjungan kepada keluara pasien.

Dengan demikian mahasiswa dituntut untuk dapat berkomunikasi dan melakukan

intervensi kepada keluarga pasien. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi

kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita, bagaimana cara penularan

dan pencegahannya. Serta perbaikan kualitas hidup pasien dan keluarganya yang

ditinjau dari segi kesehatan.

Mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan

saran sangat kami harapkan guna perbaikan di kemudian hari.

Jakarta, Januari 2015

Kelompok Delapan

Page 4: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan

medik di Indonesia, yang diselenggarakan secara perorangan. Sebagai

salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan, pelayanan dokter

keluarga yang disiapkan sebagai primadona pelayanan medik strata

pertama di Indonesia, perlu senantiasa mempertahankan dan meningkatkan

mutu pelayanannya, apalagi di masa era globalisasi di mana kompetisi

semakin ketat.

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai

penyaring di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan

kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis ditingkat pelayanan

sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap,

diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik,

koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran

keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan

kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor

lainnya.

Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat

erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan masyarakat dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat

akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan

sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari

penyakit atau kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam

sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan

kesehatan bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat secara

ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada

Page 5: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

ditangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran

aktif segenap anggota masyarakat.

Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi

manusia yang harus dilaksanakan negara. Pemerintah harus mampu

memberikan perlakuan yang sama kepada warganya dalam pelayanan

kesehatan maupun pelayanan publik lainnya. Dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan, masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi

mempunyai askes terhadap pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan

dengan mereka dengan status ekonomi rendah. Peningkatan pelayanan

kesehatan diharapkan dapat menghasilkan derajat kesehatan masyarakat

yang setara.

Banyak faktor yang ikut mempengaruhi permasalahan kesehatan di

Indonesia, yaitu antara lain faktor sosial budaya, sosial ekonomi, sistem

pelayanan kesehatan, penyebaran sarana kesehatan, keterbatasan tenaga

kesehatan dan lingkungan fisik.

Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan pada

jenis penyakit Tuberkulosis (TBC). Lingkungan perumahan sangat

berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya penyakit TBC. Rumah yang

sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi rumah. Sanitasi rumah

adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakannya

sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembapan, kepadatan

hunian, penerangan alami, kontruksi bangunan, sarana pembuangan

sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air bersih.

I.2. Manfaat

Untuk memberi wawasan kepada pembaca agar dapat mengetahui

tentang Ilmu Kedokteran Keluarga serta dapat lebih berupaya lagi untuk

memperbaiki keadaan sosial ekonominya, dimana hal tersebut sangat

berhubungan dengan gangguan kesehatan yang dapat timbul dikemudian

hari.

Page 6: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

I.3. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana Ilmu Kedokteran Keluarga diterapkan.

2. Sebagai bentuk laporan kegiatan Field Visit dalam materi Kedokteran

Keluarga.

Page 7: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM
Page 8: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut UU no. 10 tahun 1992 yang disebut dengan keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya,

atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

2. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga banyak macamnya. Goldenberg (1980) membedakan bentuk

keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga Inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri serta

anak kandung.

b. Keluarga Besar (extended family)

Keluarga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami,

istri dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara

lainnya, baik menurut garis vertikal ( ibu, bapak, kakek, nenek, mantu,

cucu, cicit ) ataupun menurut garis horizontal ( kakak, adik, ipar ) yang

dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri.

c. Keluarga Campuran (blended family)

Keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri,

anak-anak kandung serta anak-anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (common law family)

Keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari

pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan syah serta anak-

anak mereka yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria

dan wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau

mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal

bersama.

Page 9: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

f. Keluarga Hidup Bersama (commune family)

Keluarga hidup bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria,

wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan

tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

g. Keluarga Serial (serial family)

Keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita

yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi

kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-

anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya

menganggap sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (composite family)

Keluarga gabungan adalah keluarga yang terdiri dari suami dengan

beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan

beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.

i. Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family)

Keluarga tinggal bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria dan

wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

3. Fungsi Keluarga

Para anggota yang terdapat dalam satu keluarga bersepakat untuk saling

mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang terdapat dalam

keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien. Kemampuan untuk mengatur

dan atau melaksanakan pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah

satu faktor yang menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu

keluarga. Fungsi keluarga di Indonesia banyak macamnya, menurut Peraturan

pemerintah No. 21 tahun 1994 dibedakan menjadi :

a. Fungsi Keagamaan

Fungsi keagamaan adalah fungi keluarga sebagai wahana

persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi

insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa kepada tuhan Yang Maha Esa.

b. Fungsi Budaya

Fungsi budaya adalah fungsi keluarga dalam memberikan

kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan

kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.

Page 10: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

c. Fungsi Cinta Kasih

Fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam memberikan landasan

yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua

dengan anak-anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga

keluarga menjadi wahana utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih

lahir dan batin.

d. Fungsi Melindungi

Fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk menumbuhkan rasa aman

dan kehangatan bagi segenap anggota keluarga.

e. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang merupakan mekanisme untuk

melanjutkan keturunannya yang direncanakan sehingga dapat menunjang terciptanya

kesejahteraan umat manusia di dunia yang penuh iman dan taqwa.

f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi keluarga yang

memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan

penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan.

g. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai unsur pendukung

kemandirian dan ketahanan keluarga.

h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Fungsi pembinaan lingkungan adalah fungsi keluarga yang

memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dapat menempatkan diri

secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan

lingkungan yang berubah secara dinamis.

Apabila fungsi keluarga ini dapat terlaksana dengan baik, dapatlah diharapkan

terwujudnya keluarga yang sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil

yang layak, bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan

seimbang antar anggota dan antar keluara dengan masyarakat dan lingkungan, seperti

yang tercantum dalam UU no. 10 tahun 1992. Terwujudnya keluarga sejahtera adalah

Page 11: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

cita-cita semua pihak, karena apabila keluarga sejahtera tersebut berhasil diwujudkan

maka berarti telah terwujud pula keluarga yang sehat (healthy family).

4. Alat Pengukur Fungsi Keluarga

Untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga dikembangkan suatu

metode penilaian antara lain yaitu : APGAR Keluarga (Family APGAR) dan

SCREEM.

a. APGAR

Metode APGAR ini dapat dilakukan penilaian atau screening fungsi

keluarga secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Alat ini digunakan untuk

mengukur level kepuasan hubungan dalam keluarga.

Pada metode ini dilakukan penilaian terhadap lima fungsi pokok keluarga,

yaitu :

1) Adaptasi (Adaptation)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga dalam

menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga lainnya.

2) Kemitraan (Partnership)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

berkomunikasi, musyawarah dalam mengambil suatu keputusan dan atau

menyelesaikan suatu masalang sedang dihadapi dengan anggota keluarga

lainnya.

3) Pertumbuhan (Growth)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan

atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

4) Kasih Sayang (Affection)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih

sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.

5) Kebersamaan (Resolve)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota

keluarga. (Balgis, 2009)

Page 12: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

7 – 10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling

mendukung satu sama lain.

4 – 6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota keluarga

masih perlu untuk lebih ditingkatkan.

0 – 3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak perbaikan

untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga. (Azwar, 1997)

b. SCREEM

Alat ukur SCREEM ini penting untuk menilai kapasitas/kemampuan

untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis.

(Balgis, 2009).

Faktor dibawah ini dapat dipertimbangkan sebagai sumber atau

kelainan/patologi.

SUMBER PATOLOGIS KET

Social Terisolasi dari lingkungan diluar keluarga -

Culture Etnis minoritas -

Religious Dogma yang kaku/ritual-ritual -

Economic Kesulitan ekonomi dan rencana ekonomi yang kurang. +

Educational Keterbatasan untuk mengerti/memahami-

MedicalTidak memiliki jaminan pelayanan kesehatan/asuransi kesehatan.

-

Page 13: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Setiap faktor dinilai positif bila ada masalah dan negatif bila tidak ada

masalah kemudian dihitung berapa yang positif.

Bila jumlah positifnya:

5 – 6 berarti fungsi keluarga tidak sehat

3 – 4 berarti fungsi keluarga kurang sehat

0 – 2 berarti fungsi keluarga sehat

II. Tuberkulosis Pada Anak

Angka kesakitan tuberkulosis anak merupakan parameter berhasil tidaknya

pemberantasan tuberkulosis di suatu daerah. Dan perlu diingat pula bahwa

tuberkulosis anak merupakan penyakit sistemik.

Shaw dkk.(1954) mendapatkan bahwa 65,2% anak sekitar penderita TB

dewasa dengan pemeriksaan sputum direk positif akan terinfeksi tuberkulosis

(tuberkulin positif). Sedangkan Guerin dkk.(1975) mengemukakan bahwa setiap

penderita TB menulari 5 orang sekitarnya terutama anak.

Timbul suatu pertanyaan apakah TB dewasa merupakan kelanjutan TB anak

(endogenous reinfektion) ataukah infeksi baru (eksogenous infektion)? Horwitz

(1973) menyatakan bahwa 90% dari TB dewasa merupakan reaktivasi tuberkulosis

anak (endogenous reinfektion). Dengan demikian tuberkulosis anak akan merupakan

titik tolak sumber penularan dan TB manifest di hari kemudian.

Faktor Penghambat Dalam Pemberantasan TB

1. Sosial Ekonomi

- Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas

mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi infeksi

- Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.

2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”

3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai sifat

dan cara penularan TB

Page 14: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Perbedaan TB Anak dan Dewasa

a. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah

apeks dan infra klavikuler

b. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa

pembesaran kenlenjar limfe regional

c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis

d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang

Klasifikasi TB Anak

1. TB Primer

- Komplek Primer

- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik)

2. TB Post Primer

- Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang

indolen aktif kembali)

- Re infeksi eksogen

Komplek Primer :

Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang disebut

afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan menjalar melalui saluran limfe dan terjadi

limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan terjadi

pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi pada

kelenjar limfe hiler.

Komplikasi Paru dan alat lain

Dapat terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi TB milier,

meningitis TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TB tulang dan sendi.

Page 15: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Diagnosis TB Anak

a. Test Tuberkulin

Ada 2 macam tuberkulin yang dipakai yaitu Old tuberkulin dan Purified

protein derivate dengan cara Mantoux. Yaitu dengan menyuntikkan 0,1 ml

tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah.Reaksi dilihat 48 – 72 jam

setelah penyuntikan. Uji Tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB.

Reaksi ini akan bertahan cukup lama walaupun pasien sudah sembuh sehingga

uji Tuberkulin tidak dapat digunakan untuk memantau pengobatan.

b. Keadaan umum anak

Curiga adanya TB anak bila :

- Sering panas

- Sering batuk pilek (batuk kronis berulang)

- Nafsu makan menurun

- Berat badan tidak naik

c. Laboratorium hematologi

Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada keadaan aktif dan

kronik. Pada stadium akut bisa terjadi lekositosis dengan sel polimorfonuklear

yang meningkat selanjutnya limfositosis. Gambaran hematologik dapat

membantu mengamati perjalanan penyakitnya. Gambaran darah yang normal

tidak / belum dapat menyingkirkan diagnosis tuberkulosis.

d. Foto Rontgen

Foto thoraks yang khas adalah :

- Fokus primer

- Limfadenitis pada trakhea

- Limfangitis

Foto thoraks yang jelas :

- TB milier

- Bronkhogenic Spread

Foto Rontgen thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal

Page 16: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

e. Pemeriksaan bakteriologis

Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi sulit

pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum (pada anak

besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS, Cairan pleura,

cairan pericard.

Pemeriksaan dapat dilakukan cara langsung, biakan dengan metode lama,

radiometrik (Bactec), PCR

f. Pemeriksaan histopatologi

Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari kelenjar

limfe

g. Pemeriksaan fungsi paru

Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat.

Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TB anak yang memerlukan tindakan

operatif.

h. Pemeriksaan terhadap sumber penularan

Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan

pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya

diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.

i. Serologi : hasil kurang memuaskan dan masih kontroversi, hasil tergantung

dari :

- Umur

- Status imunisasi

- Mycobacterium atypic

- Tidak dapat membedakan infeksi dan sakit

j. Interferon γ

Problem utama dan penatalaksanaan TB anak adalah :

a. Diagnosis :

- Gejala klinik tidak specifik sehingga sering terjadi over / under

diagnosis dan over/under treatment

- Belum ada alat diagnostik yang pasti

Page 17: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

- Infeksi TB atau sakit TB tidak ada alat diagnostik yang dapat

membedakan

b. Kepatuhan berobat

- Banyak terjadi putus obat yang berakibat kegagalan pengobatan

Pendekatan Praktis Untuk Mendiagnosis TB Anak

1. Dengan Skoring System :

- Stegen (1969)

- Smeth Dorgues (1981)

- Dugliasi (1992)

- Coito (1994)

2. Dengan algoritme : IDAI 1998, 2002,2006

Algoritme IDAI untuk deteksi awal dan rujukan TB anak

Suspek TB :

- Kontak dengan penderita TB dg BTA (+)

- Reaksi akselerasi BCG (3-7 hari)

- BB turun atau underwight yang tak ada perbaikan dengan interfensi

gizi selama 1 bulan

- Sering demam tanpa sebab

- Batuk lebih dari 3 minggu

- Pembesaran kelenjar limfe

- Scrofuloderma

- Konjungtivitas flychtenularis

- Tuberkulin test positif ( ≥ 10 mm)

- Gambaran radiologis sugestif TB

Page 18: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Bila ditemukan ≥ 3 Mungkin TB

Berikan OATObservasi 2 bln

Respon klinis + Respon klinis - / memburuk

TB Bukan TB MDR TB

OAT diteruskan Rujuk ke RS

Perhatian gejala yang berbahaya Re evaluasi RS :- Kejang - Tanda Klinis- Kesadaran menurun - Tuberkulin test- Kaku kuduk - Radiologis - Tumor spinal - Mikrobiologis dan Serologis - Fenomena papan catur - Histopatologi-- Rujuk ke RS

Dengan algoritme ini timbul masalah :

- Peningkatan kebutuhan obat TB untuk anak

- Peningkatan diagnosis TB anak over diagnosis ?

Sehingga algoritme tersebut disempurnakan menjadi sistem skoring IDAI

Page 19: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Sistem Skoring TB Anak IDAI

GEJALA 0 1 2 3 SKORKontak Tidak jelas - BTA (-) BTA

(+)Tes Tuberkulin - - - PositifBB Bbm

BBGizi buruk -

Panas Penyebab tdk jelas

- -

Batuk < 3 mg ≥ 3 mgPembesaran kelenjar > 1 kel

≥ 1 cm tdksakit

Tulang / Sendi BengkakFoto thorax Normal SugestifTOTAL

Catatan Untuk Sistem Skoring IDAI

- Diagnosis oleh dokter

- Diagnosis gizi harus ada

- Panas / demam dan batuk tidak ada respon dengan pengobatan standart

- Foto Ro’Thoraks bukan merupakan alat diagnostik yang utama pada

TB anak

- Semua kejadian reaksi akselerasi BCG harus dilakukan evaluasi

dengan sistem skoring

- Diagnosis TB anak bila skor ≥ 6

- Bila skor 5 dan anak < 5 th dengan dugaan yang kuat, rujuk ke RS

- Pemberian profilaksis INH bila kontak BTA (+) dg skor < 6

Pengobatan TB Anak

Tujuan pengobatan TB anak adalah :

- Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat

- Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan

Page 20: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3

macam obat : INH, Rifampisim dan PZA

Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek

sterilisasi untuk mencegah terjadinya relap : menggunakan 2

macam obat : INH & RIF

- Mencegah terjadinya resistensi kuman TB

III. Penatalaksanaan Gizi Buruk

Edukasi Tatalaksana Gizi Buruk

10 tatalaksana gizi buruk terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase stabilisasi dan fase

rehabilitasi.

Fase stabilisasi : hari ke 1-2, yang terutama bertujuan untuk mengatasi dan

menstabilkan kondisi dari hipoglikemia, hipotermia dan dehidrasi.

Hari ke 3-7 merupakan fase transisi.

Fase rehabilitasi : minggi ke 2-6.

Page 21: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

- Pemenuhan kebutuhan elektrolit dilakukan terus-menerus yaitu dari hari ke 1

sampai dengan minggu ke 6.

- Pengobatan infeksi dilakukan selama 7 hari pertama.

- Pemberian M (F-75) diberikan selama 7 hari pertama, sedangkan pemberian

M (F-100) mulai diberikan pada minggu ke 2.

- Pemenuhan kebutuhan mikronutrien dilakukan terus-menerus yaitu dari hari

ke 1 sampai dengan minggu ke 6. Namun zat besi (Fe) mulai diberikan pada

minggu ke 2.

- Stimulasi diberikan secara terus-menerus.

- Tindak lanjut dimulai pada minggu ke 2.

Hipotermia

Dikatakan hipotermia kalau suhu aksilar < 35,5°C atau suhu rektal < 36°C.

penatalaksanaan hipotermia yaitu anak didekap terutama oleh ibunya, diselimuti

termasuk kepala agar hangat dan ruangan dihangatkan.

Hipoglikemia

Dikatakan hipoglikemia bila Gula Darah Sewaktu < 54 mg/dL. Namun pada

kasus malnutrisi, anggap mengalami hipoglikemia. Penatalaksanaannya yaitu

pemberian larutan gula 10% (1 sendok teh gula pasir + 50 mL air) yang diberikan

secara oral atau pemberian dextrose 10% bolus sebanyak 5 mL/kgBB secara

intravena dan hanya sekali pemberian. Periksa 30 menit kemudian.

Bila masih hipoglikemia (GDS < 54 mg/dL) maka ulangi pemberian larutan

gula 10% atau dextrose 10% bolus.

Bila sudah tidak hipoglikemia, berikan ReSoMal 5 mL/kgBB dahulu tiap 30

menit selama 2 jam pertama. Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 mL/kgBB/jam

selama 10 jam, diberikan selang seling dengan F-75.

Bila sudah tidak hipoglikemia, berikan F-75 tiap 2 jam untuk 1-2 hari

pertama.

Page 22: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Dehidrasi

Untuk penatalaksanaan dehidrasi, berikan ReSoMal (Rehidration Solution

Malnutrition) yang terdiri dari :

- Oralit larutkan dalam 1 liter ambil 200 mL

- Gula pasir 10 gram

- Larutan mineral mix 8 mL

- Tambahkan air sampai jadi 400 mL

-

Bila anak diare, meskipun diare berikan ReSoMal bukan oralit standar,

berikan 5 mL/kgBB/tiap habis BAB.

Page 23: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Stimulasi

Anak diberikan kasih sayang atau perhatian, diajak bermain-main kecil dan

dihibur agar anak ceria.

Elektrolit

Kebutuhan elektrolit sudah terkoreksi dengan pemberian ReSoMal/F-75/F-

100.

Page 24: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Makanan Awal (F-75)

F-75 berisi gula pasir, minyak sayur, susu bubuk, mineral mix, air hangat

hinga volume 1 liter.

F-75 diberikan :

- Hari ke 1-2 : tiap 2 jam

- Hari ke 3-5 : tiap 3 jam

- Hari ke 6-7 : tiap 4 jam

Dosis :

- Untuk tanpa edema : 130 mL/kgBB/hari

- Untuk dengan edema : 100 mL/kgBB/hari

F-75 diganti menjadi F-100 selama 2 hari berturut-turut.

F-100 diberikan jika edema sudah hilang. F-100 untuk tanpa edema diberikan

130 mL/kgBB/hari, kalau habis, tambahkan 10 mL. Dosis F-100 yaitu 150

mL/kgBB/hari, berikan tiap 4 jam.

Makanan Tumbuh Kejar (F-100)

Komposisi F-100 sama seperti F-75 hanya kadarnya lebih tinggi pada tiap

bahan, tapi tetap dibuat untuk 1 liter.

Page 25: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Mikronutrient

Semua kasus malnutrisi mengalami defisiensi vitamin dan mineral, maka

diberikan multivitamin dan multimineral. Pemenuhan kebutuhan mikronutrient

diberikan terus-menerus yaitu dari hari ke 1 hingga minggu ke 6, namun zat besi (Fe)

mulai diberikan pada minggu ke 2.

Page 26: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Vitamin A :

Bila terjadi radang atau ulkus pada mata maka diberikan obat tetes

kloramfenikol 1% dan atropin 1% serta mata ditutup dengan kassa + NaCl 0,9%.

Asam Folat :

o 5 mg : pada hari ke 1

o 1 mg : pada hari berikutnya

FeSO4 :

Diberikan 3 mg/kgBB/hari, pada minggu ke 2.

Mikronutrient lainnya sudah terdapat pada mineral mix.

Page 27: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Tatalaksana Untuk Anemia :

- Pada kwashiorkor : terjadi redistribusi cairan sehingga kadar Hb turun

namun tidak perlu diberikan transfusi.

- Pada marasmus : bila Hb < 6 g/dL maka perlu diberikan transfusi whole

blood yaitu 10 mL/kgBB untuk 3 jam.

Tatalaksana Untuk Lesi Kulit :

- Kompres dengan larutan kalium permanganat selama 10 menit/hari dan

berikan krim zinc serta krim nistatin.

Tatalaksana Untuk Diare :

- Cek feses kemudian terapi antibiotik sesuai mikroorganisme patogen.

Tatalaksana Untuk TB :

- Tes Mantoux, foto thorax kemudian terapi dengan OAT pada anak.

Infeksi

Pada kasus malnutrisi, anggap mengalami infeksi. Maka diberika antibiotik

spektrum luas.

- Kotrimoksazol oral selama 5 hari, diberikan bila tidak hipoglikemia dan tidak

hipotermia.

- Ampisilin intravena selama 2 hari, lanjutkan ampisilin oral selama 5 hari

ditambah gentamisin intravena selama 7 hari. Bila hipoglikemia dan

hipotermia menunjukkan adanya infeksi berat.

- Mebendazol oral 100 mg/x 2 kali sehari selama 3 hari atau dosis tunggal 500

mg diberikan pada minggu ke 2 meskipun belum terbukti pada pemeriksaan

penunjang.

Page 28: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Penilaian Kemajuan

- Kalau sudah mendapatkan F-100

- Ukur berat badan pagi hari sebelum anak makan, diukur tiap 3 hari

- Dikatakan baik bila kenaikan berat badan > 10 gram/kgBB/hari

Tindak Lanjut

Anak dikatakan sembuh dari gizi buruk bila BB/TB > - 2 SD, edema

menghilang, berat badan naik dan nafsu makan membaik. Bila memenuhi kriteria

tersebut makan anak diperbolehkan untuk pulang (tidak rawat inap lagi). Kemudian

orang tua dari anak tersebut perlu diedukasi untuk memberikan perhatian/kasih

sayang kepada anak, pola makan anak minimal 5 kali sehari, kontrol rutin ke

puskesmas untuk cek berat badan, tinggi badan, untuk imunisasi dan pemberian

suplemen tambahan.

IV. Rumah Sehat

Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara

permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi

(bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi

persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association

(APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut

Page 29: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah,

yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan,

cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari

pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis

sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,

dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

829/Menkes/SK/VII/1999

Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:

a. Bahan bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan

kesehatan, antara lain:

Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;

Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;

Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme patogen.

b. Komponen dan penataan ruangan

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air

dan mudah dibersihkan;

Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

Page 30: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap

c. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi

seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan

mata.

d. Kualitas udara

Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;

Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;

Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;

Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;

Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;

Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.

e. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

f. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g. Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per

orang setiap hari;

Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air

minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

h. Pembuangan Limbah

Page 31: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

mencemari permukaan tanah dan air tanah.

i. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih

dari 2 orang tidur.

Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi

kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan

tanah;

Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm

dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan

atau anyaman bambu;

Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar

matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;

Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,

menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga

kerahasiaan (privacy) penghuninya;

Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m

dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum;

Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi

masuknya debu, angin dan air hujan.

Perlunya Pencahayaan dan Pertukaran Udara Dalam Rumah

Page 32: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

1. Pencahayaan

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam

ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka.

Cahaya matahari berguna untuk penerangan dan juga dapat mengurangi kelembaban

ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman penyakit tertentu seperti TBC,

influenza, penyakit mata dan lain-lain.

Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk

berbagai keperluan menurut WHO dimana salah satunya adalah untuk kamar

keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 – 120 Lux.

Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya

jendela kamar tidur menghadap ke timur dan luas jendela yang baik minimal

mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.

b. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi oleh:

Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit- langit

Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan

Luas dan bentuk ruangan

Page 33: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Penyebaran sinar dari sumber cahaya

2. Ventilasi (Pertukaran Udara)

Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Udara perlu diganti agar mendapat

kesegaran badan. Selain itu agar kuman-kuman penyakit dalam udara, seperti bakteri

dan virus, dapat keluar dari ruangan, sehingga tidak menjadi penyakit. Orang-orang

yang batuk dan bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-kuman

penyakit, yang dapat menginfeksi udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular

yang penularannya dengan perantara udara, antara lain TBC, bronchitis, pneumonia,

dan lain-lain.

Hawa segar diperlukan dalam rumah guna mengganti udara ruangan yang sudah

terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara

dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 220C – 300C sudah cukup segar. Guna

memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi

yang baik.

Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan sampai orang-orang

yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang-lubang

ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim di

tempat itu. Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin. Jangan membuat

lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja.Tetapi di daerah yang

berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih

besar.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:

Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas

lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya

Page 34: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

menjadi 10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa

sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.

Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari

pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.

Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa

berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh

barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain.

IV. Bagaimana Tingkat Kelembaban Dapat Mempengaruhi Kesehatan Kita?

IV.1. Pengertian Kelembaban

Kelembaban mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap air)

yang ada di udara. Udara memiliki kapasitas tertentu untuk menahan partikel-partikel

air yang sering bervariasi dengan suhu sekitarnya. Saat cuaca berawan, musim panas

atau hujan, akan ada kelembaban yang tinggi di udara. Anda juga mungkin merasa

berkeringat dan lebih panas daripada biasanya, sebagai uap air di udara telah

mencapai tingkat kejenuhan. Demikian pula, ketika suhu turun selama musim dingin,

udara menjadi kering. Tingkat kelembaban rendah juga dapat terjadi di tempat-tempat

yang sangat panas dimana tidak ada hujan selama berbulan-bulan.

Pengaruh Tingkat Kelembaban Tinggi

Page 35: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Jika tingkat kelembaban relatif yang tinggi baik karena kondisi eksternal,

seperti suhu udara terbuka atau faktor manusia, udara akan membawa lebih banyak

uap air yang dapat mengakibatkan kondisi seperti embun pada permukaan yang

dingin, menyebabkan kelembaban di sekitar kita.

Sebagai kumpulan air yang terbentuk pada dinding, jendela dan pintu, permukaan ini

mengundang berkembang-biaknya jamur dan lumut yang menjadi sumber berbagai

masalah kesehatan kita.

Jamur, bersama dengan tungau dan debu sering menyebabkan masalah pernapasan

seperti asma, alergi dan batuk. Mikroorganisme tersebut juga dapat tumbuh di

pakaian dalam kondisi basah.

Seperti udara sekitarnya yang kaya dengan uap air, tubuh anda mungkin keringat

mengucur deras dan anda mungkin mengalami kegerahan bahkan selama cuaca

berawan.

Kelembaban juga dapat menyebabkan dinding kertas atau lukisan menjadi lepek, atau

bahkan menyebabkan dinding plester yang baru dikerjakan mengalami retak.

Tingkat kelembaban tinggi di rumah kita dapat menyebabkan pintu kayu atau jendela

memuai atau melebar sehingga tidak sesuai dengan ukuran kusen.

Page 36: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

BAB III

BERKAS/DATA KELUARGA Tn. AR

I. Identitas Keluarga

a. Nama Kepala Keluarga : Tn. AR

b. Alamat Rumah : Kp. Bojong RT.4 RW.28 No.77 Sukamaju

c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah :

No Nama

Kedudukan

dalam

keluarga

L/P Umur Pendidikan Pekerjaan

1 Tn. AR

Kepala

Keluarga

(KK)

L 44 tahunTamat

SMA

Buruh

Bangunan

2 Ny. A Istri KK P 37 tahunTamat

SMA

Ibu

Rumah

Tangga

3 An. RfAnak

pertamaL 17 tahun

Pelajar

Program

Paket C

4 An. C Anak ke-2 P 10 tahun Pelajar

5 An. Tr Anak ke-3 P 8 tahun Pelajar

6 An. Rh Anak ke-4 L 2 tahun

d. Bentuk keluarga : Keluarga inti

e. Siklus kehidupan keluarga :

1. Keluarga dengan balita. Tn. AR mempunyai anak laki-laki berusia

2 tahun.

2. Keluarga dengan anak usia sekolah. Tn. AR mempunyai anak

dengan rentang usia 6-11 tahun, yaitu An. C berusia 10 tahun yang

Page 37: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

merupakan anak ke-2 dan An. Tr berusia 8 tahun yang merupakan

anak ke-3.

3. Keluarga dengan remaja. Tn. AR mempunyai anak dengan rentang

usia 12-18 tahun, yaitu An. Rf berusia 17 tahun yang merupakan

anak pertama.

f. Deskripsi identitas keluarga :

Keluarga adalah keluarga inti yang terdiri dari 6 orang dalam

satu rumah. Rumah yang mereka tinggali memiliki lebar hanya sekitar

3 meter karena merupakan setengah bagian dari rumah yang

seharusnya dan rumah tersebut juga belum jadi seperti dindingnya

belum di plester sehingga terlihat batanya, ruang tamu berfungsi juga

sebagai ruang keluarga dan ruang tidur dan pada ruangan tersebut

terdapat satu buah jendela dan satu pintu utama. Luas rumah, ruangan

dan ventilasi yang kurang sesuai dengan jumlah anggota keluarga

memudahkan timbulnya keluhan kesehatan seperti mudahnya

penularan penyakit infeksi.

Pendidikan formal kepala keluarga (KK) dan istri KK hanya

sampai SMA. Kepala keluarga yaitu Tn. AR bekerja sebagai buruh

bangunan yang lokasi kerja dan pendapatannya tidak menentu. Istri

KK yaitu Ny. A dahulu pernah bekerja namun semenjak hadirnya anak

ke-4 memutuskan untuk tidak bekerja lagi dan sekarang sebagai Ibu

Rumah Tangga. Pencari nafkah dalam keluarga tersebut yaitu hanya

sang kepala keluarga. Karena kurangnya biaya, saat ini anak pertama

Tn. AR belajar dengan Program Paket C. Penghasilan yang tak

menentu merupakan kendala hidup sehat keluarga ini.

Keseharian Ny. A adalah merawat, menjaga dan mengasuh

anak-anaknya. Untuk pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari, Ny.

A sering membeli makanan di warung makanan dan mengizinkan

anak-anaknya jajan. Pengelolaan kebutuhan nutrisi yang kurang baik

menjadi kendala pada keluarga ini.

Page 38: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

An. Rf pelajar program paket C dan adiknya yaitu An. C dan

An. Tr juga pelajar di sekolah. Waktu luang An. Rf kadang

digunakannya untuk mengamen. Waktu luang An. C dan An. Tr

kadang digunakan untuk bermain dan menjaga sepupunya. An. Rh

juga sering bermain bersama kakak dan sepupunya. Sepupunya

tersebut diasuh oleh neneknya.

g. Genogram

Page 39: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

II. Keadaan Rumah

a. Foto bangunan rumah keluarga Tn. AR

b. Jenis lantai : keramik/ubin

c. Jenis atap : seng

d. Jenis dinding : bata tanpa plester

e. Dapat membaca tulisan tanpa lampu pada siang hari : ya

f. perbandingan : < 20%

g. Deskripsi mengenai keadaan rumah :

1. Rumah Tn. AR memiliki 1 buah pintu utama yang berukuran panjang 2m

x lebar 1m dan 1 buah jendela dibagian samping pintu yang kira-kira

berukuran panjang 1m x lebar 40cm, pada bagian atas pintu dan atas

jendela terdapat ventilasi. Lantai yang digunakan pada rumah ini adalah

lantai keramik dan atap yang digunakan dirumah ini adalah asbes yang

tidak dilapisi plafon. Dinding pada rumah ini menggunakan bata yang

Page 40: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

tidak dilapisi plester. Pintu rumah selalu terbuka pada siang hari sehingga

udara dan cahaya dapat masuk. Keadaan di sekitar rumah tidak bersih,

banyak lalat yang berterbangan dan karena pintu rumah selalu terbuka

maka lalat dapat masuk ke dalam rumah. Terdapat “empang” di samping

rumah Tn. AR dengan kondisi air yang kotor, tidak mengalir dan

menggenang. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat padat.

2. Pada siang hari pencahayaan di dalam rumah tersebut masih baik sehingga

penulis dapat menuliskan laporan yang diperlukan.

3. Perbandingan antara luas jendela/lantai dalam ruang keluarga rumah

adalah kurang dari 20 persen.

III. Keadaan Keluarga

a. Perencanaan keluarga

1. Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam

berkeluarga? Tidak.

Pasangan Tn. AR dan Ny. A menikah pada tahun 1995 pada saat

Tn. AR berusia 25 tahun (kelahiran 1970) sementara Ny. A berusia 18

tahun (kelahiran 1977). Ny. A tidak menggunakan kontrasepsi hingga

setelah lahirnya anak ke-4 yaitu An. Rh, Ny. A disteril. Perbedaan usia

antar anak yang tidak sama menunjukkan bahwa pasangan tersebut tidak

mengatur jarak kelahiran anak-anaknya.

2. Pengambilan keputusan perencanaan keluarga adalah : suami

3. Apakah menggunakan kontrasepsi KB? Ny. A tidak menggunakan

kontrasepsi hingga setelah lahirnya anak ke-4 yaitu An. Rh, Ny. A disteril.

b. Hubungan anggota keluarga

Gambaran hubungan tiap anggota keluarga (family map) :

Page 41: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

1. Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga : setiap hari

2. Keputusan dalam keluarga berdasarkan : perintah ayah

c. Deskripsi mengenai keadaan keluarga

Tn. AR bekerja sejak pagi sekitar pukul 7 pagi dan pulang sekitar

pukul 5 sore. Meskipun begitu sang ayah pada siang harinya sekitar pukul 12

siang masih menyempatkan waktunya untuk menjemput anaknya pulang

sekolah dan kemudian berangkat bekerja kembali dengan berjalan kaki.

Ny. A seorang Ibu Rumah Tangga yang setiap harinya merawat anak-

anaknya dan menyiapkan kebutuhan seluruh anggota keluarganya termasuk

penyediakan kebutuhan nutrisi. Namun untuk menu makanan sehari-hari, Ny.

A sering membeli makanan di warung makanan, serta mengizinkan anak-

anaknya jajan.

Anak pertama yaitu An. Rf seorang pelajar program paket C yang

berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu. Waktu luang An. Rf pada hari

Senin hingga Jum’at kadang mengamen dan hasilnya diberikan kepada orang

tuanya.

Anak kedua dan ketiga yaitu An. C dan An. Tr juga pelajar di sekolah.

Waktu luangnya juga kadang digunakan untuk menjaga sekaligus bermain

Page 42: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

dengan sepupu-sepupunya bersama neneknya yang tinggalnya tidak jauh dari

rumah.

Anak keempat yaitu An. Rh adalah balita berusia 2 tahun 4 bulan. An.

Rh setiap harinya dirawat, dijaga dan diasuh oleh ibunya yaitu Ny. A. An. Rh

juga suka bermain termasuk bermain dengan sepupunya yang berusia 1,5

tahun.

IV. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

a. Kebutuhan ekonomi : dapat terpenuhi hingga kebutuhan sekunder

b. Kebutuhan pendidikan :

Tn. AR dan Ny. A menempuh pendidikan hingga SMA.

Sedangkan ketiga anaknya sekolah dengan tingkatan yang sesuai dengan

usianya.

c. Kebutuhan spiritual : kegiatan ibadah terserah masing-masing anggota

keluarga

d. Kebutuhan kesehatan : datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu

untuk kuratif saja

e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga :

Tn. AR mampu memenuhi kebutuhan ekonominya hingga tahap

kebutuhan sekunder. Di dalam rumah Tn. AR terdapat satu buah televisi

(TV) dan mempunyai telepon genggam untuk komunikasi. Pendidikan

terakhir Tn. AR dan istrinya hanya sampai jenjang SMA. Dikarenakan

tidak ada biaya, anak pertama mengikuti program paket C sedangkan anak

kedua dan ketiga pelajar di sekolah. Keluarga Tn. AR seluruhnya

menganut agama Islam. Mereka sholat 5 waktu tetapi tidak ada kegiatan

khusus di keluarga dalam beribadah. Keluarga Tn. AR hanya berobat

ketika sakit. Ketika berobat keluarga Tn. AR memakai asuransi kesehatan

yang mereka miliki yaitu JAMKESMAS dan untuk anak keempatnya

yaitu An. Rh menggunakan JAMKESDA.

Page 43: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

V. Gaya Hidup Keluarga

a. Kebiasaan makan dalam keluarga

a.1. Sumber makanan : makanan masak sendiri dan makanan jadi

a.2. Jenis makanan : lebih banyak sumber energi

b. Kebiasaan berolahraga : tidak ada yang berolahraga

c. Kebiasaan minum alkohol : tidak

d. Kebiasaan merokok : Tn. AR mempunyai kebiasaan merokok

e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga :

Keluarga Tn. AR biasa makan di rumah dengan makanan yang

biasa dihidangkan seperti sayur, tempe dan tahu. Namun keluarga Tn. AR

sering jajan di luar misalnya makan mie dan jajanan lainnya. Keluarga Tn.

AR tidak ada yang melakukan kegiatan khusus berolahraga. Mereka

menganggap jalan kaki dari rumah sampai jalan utama yang cukup jauh

sudah dapat dikatakan berolahraga. Keluarga Tn. AR tidak ada yang

mengkonsumsi alkohol. Tn. AR sendiri adalah seorang perokok.

VI. Lingkungan Hidup Keluarga

a. Lingkungan Perumahan Keluarga

Jenis tempat tinggal merupakan kawasan area pemukiman

permanen. Higienitas rumah tidak cukup baik karena banyak lalat di depan

rumahnya karena makanan yang berceceran serta ada hewan peliharaan

beberapa ekor ayam milik tetangga yang berkeliaran. Keamanan yang

kurang karena tidak ada batas yang pasti antara tetangga depan dan

samping, tidak terdapat pagar hanya kunci pintu. Halaman depan yang

sedikit gersang dan berdebu serta kondisi rumah yang tidak terdapat

plafon menyebabkan banyaknya terpapar debu.

b. Lingkungan Pekerjaan Anggota Keluarga

Tn. AR bekerja sebagai kuli bangunan sedangkan istrinya sebagai

Ibu Rumah Tangga. Pekerjaan Tn. AR ini tidak menetap sesuai proyek

yang didapatkan. Kuli bangunan mempunyai resiko terjadi kecelakaan

Page 44: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

kerja terkena bahan bangunan atau jatuh dari ketinggian dan beresiko

terpapar debu dan bising akibat alat-alat kontruksi.

c. Lingkungan Sosial Keluarga

Istri Tn. AR aktif dalam pertemuan ibu-ibu pengajian di masjid

dekat rumah yang diadakan seminggu sekali. Interaksi dengan tetangga

sangat baik dan cukup dekat. Istri Tn. AR takut akan tidak tercukupinya

paparan kebutuhan hidup keluarga.

VII. Masalah Kesehatan yang Ada Dalam Keluarga

1. An. Rh berusia dua tahun (anak ke-4 dari Tn. AR dan Ny. A) pernah

menderita penyakit TB paru namun sudah dirawat selama satu bulan di RSUD

terdekat dan rutin mengonsumsi obat anti TB selama 6 bulan. Pada awalnya

penyakit TB terdeteksi karena status gizi pada anak tersebut menurun dan

tidak ada perbaikan. Setelah penyakit TB-nya diobati, status gizi anak tersebut

membaik. Riwayat penyakit keluarga yaitu kakak dari neneknya dan adik dari

ibunya sedang menderita TB Paru.

Page 45: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

BAB IV

PEMBAHASAN

I. DIAGNOSTIK HOLISTIK

Aspek Personal

1. Pasien (An. Rh) datang berobat ke dokter di Puskesmas Sukmajaya bersama

dengan ibunya. Sang ibu mengeluh bahwa berat badan anaknya tak kunjung

bertambah.

2. Sang ibu khawatir dengan pertumbuhan dan perkembangan anaknya karena

berat badan anaknya tak kunjung bertambah.

3. Harapan sang ibu yaitu berat badan anaknya bertambah dan mencapai normal

(status gizi anaknya normal).

Aspek Klinis

An. Rh, laki-laki, 2 tahun 4 bulan

Anamnesis

Sekitar bulan Mei-Juni 2014 An. Rh dirawat di rumah sakit dengan diagnosis

tuberkulosis (TB) primer.

1. Keluhan Utama (pada saat itu)

Berat badan An. Rh tidak kunjung bertambah

2. Keluhan Tambahan

Demam lebih dari 2 minggu

Sering batuk, batuk lebih dari 2 minggu

Pada malam hari sering berkeringat

Page 46: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

3. Riwayat Kelahiran

An. Rh lahir secara caesar. Ny. A mengatakan apa yang dikatakan oleh

dokter bahwa pada saat kelahiran An. Rh terlihat biru dan menelan air

ketuban. Kemungkinan mengalami KPD (Ketuban Pecah Dini).

4. Riwayat Imunisasi

Imunisasi dasar pada An. Rh tidak lengkap.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pernah kontak dengan pasien TB dewasa, yaitu kakak dari neneknya

karena sempat tinggal serumah.

Kakak dari An. Rh, yaitu An. Tr batuk berdahak berwarna kuning. Namun

sudah diperiksa ke dokter dan diberi obat batuk menunjukkan keluhan

membaik.

Terapi dari Dokter

Rawat inap selama 1 bulan

Pengobatan Obat Anti TB (OAT) selama 6 bulan

Penatalaksanaan gizi buruk

Follow-up

Dikatakan sembuh dari TB oleh dokter

Namun kondisi gizinya masih kurang. Pemberian makanan formula

WHO (F-75/F-100) tidak diteruskan oleh ibunya karena pasien sering

memuntahkannya.

Pengukuran Antropometri tgl 15 Desember 2014

An. Rh

Berat Badan (BB) : 8 kg

Tinggi Badan (TB) : 75 cm

Page 47: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Lingkar Lengan Atas (LiLA) : 13,5 cm

Lingkar Kepala : 45,5 cm

Interpretasi kurva WHO Z-SCORE

TB/U : < -3 (sangat pendek)

BB/U : < -3 (gizi buruk)

BB/TB : < -2 (kurus)

Riwayat Penyakit Lain An. Rh

Sekitar bulan November 2014, An. Rh mengalami diare dan muntah-muntah

namun telah berobat ke dokter dan diberi oralit serta antibiotik kloramfenikol.

Saat ini diare pasien sudah sembuh.

Data Klinis ke-2 (diperoleh pada tanggal 5 Januari 2015)

An. Rh

Anamnesis

Tanggal 2 Januari An. Rh dibawa berobat ke Puskesmas Sukmajaya oleh ibunya

dengan keluhan sebagai berikut:

1. Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang (pada saat itu)

Demam dan batuk

Demam kurang dari 2 minggu

Batuk kurang dari 2 minggu

2. Keluhan Tambahan

Tidak berkeringat pada malam hari

Disertai keluar lendir dari hidung

Sesak bila cuaca dingin

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Page 48: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Saat ini sepupu An. Rh bernama An. Sf berusia 5 tahun diduga

menderita TB primer oleh bidan yang memeriksanya.

Tante dari An. Rh yang tidak tinggal serumah diduga terkena TB

Relaps karena keluhan batuk berdahak lebih dari 2 minggu disertai

sesak, demam dan berkeringat pada malam hari. Dulu sewaktu SMK,

tante dari An. Rh tersebut pernah dirawat di rumah sakit karena TB

Paru dan dilakukan pengobatan selama 9 bulan dengan OAT.

Terapi dari Dokter

Diberikan obat untuk keluhannya

Setelah berobat keluhan membaik

Follow-up

Menurut dokter puskesmas yang memeriksa An. Rh, saat ini An. Rh tidak

terkena TB.

Pengukuran Antropometri tgl. 5 Januari 2015

An. Rh

BB : 11kg

TB : 75 cm

Interpretasi kurva WHO Z-SCORE

BB/U : 0 s/d -2 SD (gizi baik)

BB/TB : 1 s/d 2 (normal)

An. Sf, perempuan, 5 tahun, sepupu An. Rh

Anamnesis

1. Keluhan

Demam lebih dari 2 minggu

Sering batuk, batuk lebih dari 2 minggu

Pada malam hari sering berkeringat

Tidak nafsu makan

Page 49: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Anak tampak lemas

2. Riwayat Kelahiran

Normal, tidak ada kelainan.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Pernah kontak dengan pasien TB dewasa yaitu tante dari An. Sf yang juga

diduga sebagai sumber penyakit TB yang diderita oleh An. Rh

sebelumnya.

Pengukuran Antropometri tgl. 15 Desember 2014

An. Sf

BB : 11 kg

TB : 94 cm

Interpretasi Z-Score

BB/U : - 3 s/d < -2 SD (gizi kurang)

Follow-up

Berobat ke bidan terdekat dan diduga menderita TB Primer namun belum

dilakukan uji tuberkulin dan mantoux.

Ny. R, 62 tahun, ibu kandung dari Ny. A.

Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. R menderita hipertensi, pada kunjungan kedua (15 Desember 2014)

tekanan darah Ny. R 170/100 mmHg termasuk hipertensi grade 2. Kalau diastol

sudah mencapai 120 mmHg, Ny. R akan merasakan kepalanya pusing.

Riwayat Pengobatan

Page 50: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Persediaan obat kadang ada kadang tidak. Obat kadang beli sendiri di apotek

dengan menyocokkan saja obat antihipertensi yang biasa diminumnya. Obatnya yaitu

kaptopril dan paracetamol. Ny. R sering kontrol tekanan darah di rumah ketua RW

atau posyandu, namun saat kontrol tidak mendapatkan obat. Kepatuhan Ny. R minum

obat kurang. Kalau obat tidak ada maka Ny. R tidak minum obat. Kalau Ny. R sudah

merasakan pusing, sementara obat tidak ada, maka baru beli obatnya.

Riwayat Pribadi & Sosial

Kemungkinan besar salah satu sebab Ny. R mengidap hipertensi adalah stres

psikis. Ny. R memikirkan keluarga anak-anaknya. Ia kesal dengan Ny. A, sudah

susah payah membiayai sekolah hingga SMEA tapi sekarang tidak bekerja. Ny. R

juga kasihan pada cucu-cucunya, belum lagi membantu mengasuh cucu-cucunya

setiap hari. Ny. R juga kesal dengan besannya, katanya jarang menjenguk karena

alasan kaki sakit dan sebagainya, sementara menurut Ny. R, besannya sehat-sehat

saja. Besan Ny. R keduanya merupakan pensiunan.

Ny. R memiliki kebiasaan minum kopi namun jarang mengonsumsi makanan

berkadar garam tinggi.

Aspek Faktor Risiko Intrinsik

Dari segi usia, pasien An. Rh adalah balita berusia 2 tahun 4 bulan yang

termasuk kelompok risiko tinggi. Pada balita, sistem imunitas tubuh

belum sempurna sehingga rentan terkena penyakit terutama penyakit

infeksi dan juga kebutuhan gizi yang tinggi untuk tumbuh kembangnya

sehingga rentan mengalami kekurangan gizi.

Kebiasaan makan dalam keluarga pasien, yaitu:

a. Sumber makanan

Makanan masak sendiri (ibu pasien mengolah dan memasak

bahan makanan sendiri) dan makanan jadi (makanan siap saji yang

dibeli di warung makanan). Ibu pasien mengaku lebih sering beli

makanan siap saji yang dibeli di warung makanan.

Page 51: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

b. Jenis makanan

Jenis makanan yang biasanya dihidangkan oleh ibu pasien

untuk keluarganya adalah sayur, tahu dan tempe.

Ibu pasien memberitahukan bahwa pasien termasuk anak yang

memiliki nafsu makan yang kurang. Pasien juga memiliki kebiasaan

jajan. Jenis jajanannya seperti mie gelas. Mie termasuk makanan yang

tinggi kalori namun kurang bergizi. Setelah menghabisi jajanannya,

pasien tidak makan lagi.

Pola asuh anak

Pasien masih menerima ASI dari ibunya dan minum susu formula

yaitu SGM. Pasien An. Rh pernah di-“sapih” beberapa kali, namun belum

berhasil. Jadwal pasien An. Rh minum susu pun tidak teratur, karena nafsu

makannya yang kurang.

Salah satu kebiasaan waktu tidurnya pasien yaitu pukul 11

siang.Saat An. Rh bermain bersama sepupunya yang berusia 1,5 tahun,

kalau An. Rh dipukul oleh sepupunya, An. Rh tidak membalasnya dan

hanya berteriak memanggil ibunya. Namun kalau pukulan tersebut

menimbulkan rasa sakit atau luka, An. Rh akan memberitahukannya

kepada ibunya.

Aspek Faktor Risiko Eksternal

Pasien An. Rh tinggal bersama kedua orang tuanya dan ketiga kakak

kandungnya dalam satu rumah.

Tempat tinggal pasien hanya memiliki lebar sekitar 3 meter dimana ruangan

setelah pintu masuk adalah ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu yang

sekaligus ruang tidur dan ruang keluarga. Di dalam ruangan tersebut terdapat 1

tempat tidur yang langsung beralaskan lantai juga terdapat TV dan karpet.

Kemungkinan besar para tamu yang datang duduk beralaskan karpet di ruangan

Page 52: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

tersebut. Di luar rumah terdapat meja dan kursi plastik yang kemungkinan besar

untuk bersantai di luar rumah dan menjamu tamu.

Rumah pasien memiliki 1 buah pintu utama yang berukuran 2 m x 1 m dan di

sampingnya terdapat 1 buah jendela berukuran 40 cm x 1 m. Pada bagian atas jendela

dan pintu terdapat ventilasi. Kondisi jendela rumah tersebut terlihat banyak sekali

debu dan tidak semua kaca di jendela tersebut terbuka. Namun pintu rumah dalam

keadaan terbuka lebar. Setelah ruangan tersebut, terdapat ruangan lain dibelakangnya

yang ukuran lebarnya sama, dibatasi oleh dinding dan celah sebagai pintu yang hanya

dibatasi oleh gorden. Dari kondisi tersebut, udara dapat keluar-masuk rumah dan

pencahayaan alami dapat masuk rumah namun kurang. Lantai rumah tinggal keluarga

pasien adalah lantai keramik, atapnya berupa asbes tanpa plafon, dan dinding

rumahnya berupa batu bata tanpa dilapisi plester/cat. Kurangnya celah untuk sirkulasi

udara dan masuknya cahaya alami serta banyaknya celah-celah kecil di antara batu

bata pada dinding rumah memungkinkan untuk berkembangbiaknya kuman.

Banyaknya debu di dalam rumah tersebut juga memungkinkan terjadinya penyakit

saluran pernapasan pada anggota keluarga.

Keadaan di sekitar rumah tidak bersih, banyak lalat yang beterbangan dan

karena pintu rumah selalu terbuka maka lalat dapat masuk ke dalam rumah. Terdapat

empang di samping rumah keluarga pasien dengan kondisi air yang kotor tidak

mengalir dan menggenang. Hal tersebut memungkinkan penularan penyakit melalui

vektor. Tetangga rumah pasien juga memiliki hewan peliharaan beberapa ekor ayam

yang dibiarkan berkeliaran bebas dan hal tersebut mengganggu lingkungan

kebersihan lingkungan sekitar. Kalau pintu rumah keluarga Tn. AR sedang terbuka,

ayam-ayam tersebut kadang masuk ke dalam rumah.

Jarak antar rumah sangat padat dan lingkungan rumah pasien termasuk dalam

kategori pemukiman padat penduduk. Kondisi ini memungkinkan untuk mudahnya

tertular suatu penyakit infeksi menular antar satu individu dengan tetangganya.

Pencari nafkah dalam keluarga pasien hanya ayah pasien. Sang ayah bekerja

sebagai buruh bangunan yang lokasi kerja dan pendapatannya tidak menentu. Dan

ayah pasien juga harus membiayai ketiga kakak pasien untuk sekolah. Penghasilan

Page 53: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

yang tak menentu dan tanggungan ayah pasien untuk membiayai sekolah ketiga

kakak pasien bisa menjadi sebab kurangnya pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien.

Ayah pasien adalah seorang perokok. Namun ketika merokok, Ny. A

menyuruh suaminya merokok di luar rumah.

Dahulu Ny. A selaku ibu pasien An. Rh bekerja di sebuah perkantoran, namun

kehadiran An. Rh membuat Ny. A memutuskan untuk tidak bekerja lagi.

Kemungkinan untuk menambah pemasukan, Ny. A memutuskan untuk bekerja

sebagai pekerja rumah tangga dan An. Rh diasuh oleh neneknya. Namun An. Rh

sering sakit sehingga Ny. A kembali memutuskan untuk tidak bekerja lagi hingga

sekarang sebagai Ibu Rumah Tangga. Keputusan Ny. A tersebut adalah agar bisa

terus memberikan waktu sepenuhnya untuk menjaga dan merawat anak-anaknya

terutama An. Rh yang masih balita.

Ny. A termasuk ibu yang tidak terlalu memaksakan anaknya. Saat An. Rh

dalam penatalaksaan dengan pemberian makanan formula WHO (F-75/F-100), karena

sering dimuntahkan oleh pasien An. Rh akhirnya Ny. A tidak memberikannya lagi.

Kemungkinan karena Ny. A berpikir daripada An. Rh tidak makan sama sekali maka

An. Rh diizinkan jajan, tapi sayangnya jenis jajanan yang kurang bergizi seperti mie

diperbolehkan.

Kebiasaan jajan pada pasien, seringnya membeli makanan siap saji di warung

makanan untuk makan sehari-hari mengindikasikan bahwa kurang baiknya

pengelolaan kebutuhan nutrisi untuk pasien dan keluarga oleh ibu pasien.

Pasien termasuk anak yang aktif karena pasien juga sering main bersama

dengan teman-teman sebaya-nya di luar rumah.

Hubungan pasien An. Rh dengan kakak-kakaknya baik. Setiap kali sedang

berkumpul, An. Rh sering mengikuti aktivitas kakaknya. Misalnya, kakaknya makan,

maka An. Rh minta makan juga. Pada malam hari, jika kakaknya tidur, maka An. Rh

juga tidur.

Kakak pertama dari pasien An. Rh, yaitu An. Rf berusia 17 tahun, saat ini

menjalani pendidikan program paket C pada hari sabtu dan minggu. Hari senin

Page 54: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

hingga jumat An. Rf kadang menjadi pengamen dan hasilnya diberikan kepada orang

tuanya.

Anggota keluarga Tn. AR saling membantu satu sama lain. Contohnya bila

kakak dari pasien An. Rh ada waktu luang digunakan untuk membantu menjaga dan

mengasuh sepupu An. Rh yang masih balita juga berusia 1,5 tahun yang tempat

tinggalnya tak jauh dari rumah pasien.

Keluarga pasien juga datang ke pelayanan kesehatan/dokter saat sakit saja

(untuk kebutuhan kuratif saja). Pasien An. Rh rajin dibawa ke Posyandu dan memiliki

Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ditinggal di Posyandu. Di sekitar tempat tinggal

pasien terdapat tempat praktek bidan dalam jarak yang terbilang dekat, sedangkan

jarak dari tempat tinggal pasien ke Puskesmas Sukmajaya terbilang cukup jauh

dimana pasien harus berjalan kaki terlebih dahulu kemudian naik kendaraan umum

(angkot) untuk menuju Puskesmas. Dan jarak RSUD dari tempat tinggal pasien lebih

jauh lagi dari Puskesmas Sukmajaya.

Anggota keluarga Tn. AR mempunyai kartu JAMKESMAS namun belum

diganti ke BPJS Kesehatan. Kecuali An. Rh mempunyai kartu JAMKESDA dan

belum diganti juga ke BPJS Kesehatan. Untuk biaya pengobatan, keluarga Tn. AR

menggunakan asuransi kesehatan yang sudah mereka miliki.

Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Kemampuan melakukan aktifitas fisik keluarga pasien yaitu dapat melakukan

aktifitas fisik dengan baik tanpa kesulitan.

Page 55: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

II. Diagram Mandala of Health

KOMUNITAS

Permukiman padat dengan sanitasi kurang baik.

FAMILY

PASIEN

An. Rh 2 tahun, berat badan tidak kunjung naik dan tidak ada perbaikan dalam status gizi.

Demam lebih dari 2 minggu, sering batuk, batuk lebih dari 2 minggu. Pada malam hari sering berkeringat.

Pemeriksaan antropometri BB/U < -3 : gizi buruk.

GAYA HIDUP

Prioritas utama : pemenuhan kebutuhan primer.

PERILAKU KESEHATAN

- Usia 2 tahun masih minum ASI

- Makanan sering beli di luar, makanan utamanya tinggi karbohidrat rendah protein

- Higiene lingkungan kurang

- Berobat jika hanya

PELAYANAN KESEHATAN

Jarak rumah ke puskesmas tidak terlalu jauh.

FAKTOR BIOLOGI

- Empat bersaudara tinggal bersama satu rumah

- Pernah kontak dengan pasien TB Paru, yaitu kakak neneknya.

- Saat ini, sepupu dan tantenya sedang mengidap TB Paru

LINGKUNGAN FISIK

Ventilasi rumah kurang, jendela penuh dengan debu dan luas rumah kecil dibandingkan dengan jumlah penghuninya.

LINGKUNGAN PSIKO-SOSIO-EKONOMI

- Pendapatan keluarga rendah

- Kehidupan sosial dengan lingkungan dalam kondisi baik

LINGKUNGAN KERJA

Tidak ada.

KOMUNITASPermukiman padat dengan sanitasi kurang baik.

Page 56: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

III. Identifikasi Fungsi Keluarga

1. Fungsi Keagamaan

Keluarga Tn. AR beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai

dengan agamanya, seperti sholat 5 waktu.

2. Fungsi Budaya

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat dari sikap

keluarga yang menghargai adat istiadat.

3. Fungsi Cinta Kasih

Hubungan antar anggota keluarga terjalin dengan baik dan saling

tolong-menolong.

4. Fungsi Melindungi

Terpenuhinya rasa aman dan kehangatan pada keluarga Tn. AR dan

Ny. A terlihat dari saling percaya dan komunikasi yang terjalin dengan baik di

keluarga.

5. Fungsi Reproduksi

Tn. AR dan Ny. A memiliki empat anak. Usia anak yang paling tua

adalah 17 tahun dan usia anak yang paling muda adalah 2 tahun. Selisih usia

antar anak berbeda dan tak teratur. Setelah melahirkan anak ke-4 secara

caesar, Ny. A memutuskan untuk disteril. Sebelum melahirkan anak keempat,

Ny. A tidak menggunakan alat kontrasepsi bentuk apapun.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Anak ketiga pertama dari keluarga Tn. AR adalah pelajar. Anak

pertama menjalani pendidikan program paket C pada hari sabtu dan minggu.

Sedangkan anak ke-2 dan ke-3 menjalani pendidikan di sekolah.

7. Fungsi Ekonomi

Pencari nafkah dalam keluarga Tn. AR adalah Tn. AR sendiri. Namun

anak pertamanya kadang mengamen dan uangnya diberikan kepada orang

tuanya.

Page 57: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

8. Fungsi Psikologis

Ny. R adalah seorang nenek yang sehari-harinya mengasuh cucu-

cucunya. Ny. R memikirkan banyak hal yang terjadi pada keluarga anak-

anaknya dan kondisi cucu-cucunya. Ny. R juga mudah menceritakan hal-hal

termasuk hal yang tidak disukainya yang berkaitan dengan anaknya kepada

orang lain di depan anaknya dan hal tersebut bisa mempengaruhi psikis

anaknya, yaitu Ny. A.

9. Fungsi Biologis

- An. Rh beberapa waktu yang lalu menderita penyakit TB primer dan gizi

buruk.

- Sepupu dari An. Rh, yaitu An. Sf juga suspek TB primer, namun belum

diperiksakan lebih lanjut ke RSUD terdekat.

- Ny. R menderita hipertensi grade 2.

10. Fungsi Sosial

Ny. A rajin mengikuti kegiatan sosial di lingkungan rumahnya seperti

pengajian dan arisan.

IV. PENIALAIAN FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI FISISOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga

yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10 adalah baik. Di mana score untuk masing-masing kategori adalah:

2 : sering/selalu

1 : kadang-kadang

0 : jarang/tidak sama sekali

Page 58: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

APGAR score Ny. A

APGAR Ny. A Terhadap KeluargaSering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny. A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny. A sering memecahkannya

bersama suaminya.

Score : 2

Page 59: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Partnership : Ny. A tidak selalu meminta pendapat anggota keluarga yang lain jika

menghadapi sebuah masalah karena merasa dapat menyelesaikannya

sendiri.

Score : 1

Growth : Ny. A kadang berdiskusi bersama suaminya untuk menentukan

keputusan. Keluarga kadang menyetujui dan mendukungnya.

Score : 1

Affection : Antar anggota keluarga saling mendukung, memperhatikan, dan

menunjukkan kasih sayang antara satu dengan lainnya.

Score : 2

Resolve : Ny. A sering menghabiskan waktunya dengan keluarga di rumah

Score : 2

Total APGAR score Ny. A = 8 (fungsi keluarga dalam keadaan baik).

B. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREAM

Fungsi patologis dari keluarga Tn. AR dinilai dengan menggunakan alat

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

SUMBER PATOLOGIS KET

Social Terisolasi dari lingkungan diluar keluarga -

Culture Etnis minoritas -

Religious Dogma yang kaku/ritual-ritual -

Economic Kesulitan ekonomi dan rencana ekonomi yang kurang. +

Educational Keterbatasan untuk mengerti/memahami -

Page 60: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Medical Tidak memiliki jaminan pelayanan kesehatan/asuransi kesehatan.-

Kesimpulan:

Intrepretasi dan hitung jumlah yang positif, bila jumlah yang positif :

5-6 : tidak sehat

3-4 : kurang sehat

0-2 : sehat

Dalam keluarga pasien (Tn. AR dan Ny. A ) ditemukan hanya satu fungsi

patologis yaitu ekonomi, kesulitan ekonomi pada keluarga dikarenakan penghasilan

suami yang rendah dan pekerjaan yang tidak menentu.

V. TABEL PENILAIAN KEMAMPUAN MENGATASI MASALAH (KOPING

SCORE)

Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan

beradaptasi yang dapat dilihat pada Tabel Penilaian Kemampuan Mengatasi Masalah

(Koping Keluarga). Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan

kemampuan adaptasi dengan skala:

5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya.

4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk

dari orang lain / dokter / pelayanan kesehatan.

3 : ada keinginan untuk penyelesaian, terdapat sumber namun perlu

penggalian yang belum dimanfaatkan, hanya sedikit atas partisipasi

keluarga dan sebagian besar masih dilakukan provider.

Page 61: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu,

tidak ada sumber, penyelesaian sepenuhnya dilakukan oleh orang lain /

dokter / pelayanan kesehatan.

1 : tidak ada partisipasi, menolak, tidak ada penyelesaian walaupun sarana

tersedia.

99 : tidak dapat dinilai.

MasalahSkor

AwalUpaya Penyelesaian

Resume Hasil Akhir

Perbaikan

Skor

Akhir

Fungsi Biologis

- An. Rh

menderita

gizi buruk

3 - Edukasi tentang gizi

buruk

- Edukasi tentang gizi

seimbang untuk usia 1-3

tahun termasuk jadwal

makan dan porsi

makanan

- Pemberian suplemen

Scott’s Emulsion

- Keluarga

mengetahui

dampak gizi

buruk

- Keluarga

mengubah pola

makan An. Rh

menjadi pola

makan gizi

seimbang

- Keluarga

melakukan

penyapihan

ASI dan An.

Rh sudah mau

minum susu

formula

- Nafsu makan

anak

5

Page 62: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

meningkat

- Status gizi

anak

meningkat

yang tadinya

gizi buruk

menjadi gizi

normal

- An. Rh

pernah

menderita

TB primer

2 - Edukasi tentang

pencegahan TB

- Skrining penyakit TB

pada anggota keluarga

- Keluarga

mengetahui

bahwa flek

paru/TB itu

penyakit

menular

- Melakukan

pencegahan

seperti tidak

kontak dengan

sumber TB

atau memakai

masker

- Keluarga

melakukan

kontrol

kesehatan

kembali pada

anaknya

- Keluarga mau

melakukan

skrining TB

3

Page 63: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

pada anggota

keluarga

- An. Sf

mengalami

gejala-gejala

penyakit TB

2 - Menyarankan kepada

pihak keluarga untuk

memeriksa kesehatan

An. Sf

- Keluarga

sudah

memeriksakan

ke klinik

terdekat

namun

dikarenakan

pemeriksaan

penunjang

tidak lengkap,

pemeriksaan

belum

dilakukan

secara lengkap

- Keluarga akan

memeriksakan

kembali An. Sf

ke RSUD

3

- Ny. R

menderita

hipertensi

1 - Edukasi untuk

mengurangi konsumsi

kopi dan tidak terlalu

memikirkan masalah

yang ada

- Ny. R mau

tidak minum

kopi namun

belum

sepenuhnya

- Ny. R mau

untuk berpikir

lebih tenang

agar tidak stres

2

Page 64: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Fungsi Ekonomi

dan Pemenuhan

Kebutuhan

- Pendapatan

keluarga

rendah

2 - Edukasi tentang cara

meningkatkan ekonomi

keluarga, seperti

melakukan pelatihan

menjahit, berdagang

depan rumah, ikut

kegiatan pkk, dll.

- Keluarga

berniat

mengontrakan

rumah yang

berada di

sebelah rumah

Tn. AR

3

Fungsi Psikologis

Kondisi psikologis

nenek R kurang

baik,dimana beliau

sering mengeluh dan

menangis perihal

kondisi ekonomi

keluarga anaknya

(keluarga Tn.AR

dan Ny.A)

2 - Edukasi agar lebih

bersabar dan jangan

banyak dipikirkan karena

faktor stress bisa memicu

terjadinya hipertensi

- Banyak berdoa dan lebih

mendekatkan kepada

Tuhan YME

- Berpikir positif dan

optimis

- Pada

kunjungan ke-

3 Nenek R

masih terlihat

sedih,mengelu

h perihal

kondisi

keluarganya,n

amun sedikit

ada perbaikan

menjadi lebih

tegar demi

cucu-cucunya

2

Faktor Perilaku

Kesehatan

Keluarga

Page 65: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

- Anak sering

jajan

- Untuk

makan

sehari-sehari

sering beli

makanan

diluar

2 - Edukasi untuk

membatasi frekuensi

jajan, waktu jajan yang

baik dan jenis jajanan

yang sehat

- Edukasi ibu untuk

usahakan rajin masak

sendiri

- An. Rh sudah

tidak jajan

sembarangan

lagi seperti

tidak jajan mie

instan, ice

cream dung

dung, sirup

- An. Rh

sekarang lebih

sering

mengonsumsi

biskuit, roti

dan susu

- Ibu masih

membeli

makanan di

warung belum

masak sendiri

setiap harinya

3

Lingkungan

Rumah

- Ventilasi

rumah

kurang

2 - Edukasi untuk membuka

jendela pada siang hari

lebar-lebar (bila tidak

hujan)

Pintu dan jendela

dibuka pada siang hari

4

- Jendela

banyak debu

2 - Edukasi untuk

membersikan jendela

Jendela sudah bersih

dan tidak kotor lagi

dengan debu

4

Page 66: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

JUMLAH

Skor awal : 16

Rata-rata skor awal : 2

Skor akhir : 28

Rata-rata skor akhir : 3,5

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 2

yaitu keluarga kurang mampu menyelesaikan masalahnya dan masih memerlukan

petunjuk penyelesaian masalah dari orang lain/dokter/provider kesehatan. Pada akhir

studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya.

Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 3,5, dimana keluarga mau

menyelesaikan masalahnya namun perlu penggalian sumber yang belum

dimanfaatkan, hanya sedikit partisipasi keluarga dan sebagian besar masih

bergantung pada upaya provider.

Pembahasan

Dalam penanganan kasus ini dilakukan pendekatan kedokteran keluarga untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, berkesinambungan,

terpadu dan paripurna, dengan memandang pasien sebagai bagian dari dirinya sendiri.

1. Fungsi Biologis

Pasien An. Rh didiagnosis menderita gizi buruk dan pernah menderita TB

paru. Pasien memiliki masalah berat badan sulit naik dan mudah sakit.Pada

saat kunjungan ke-2 dilakukan pengukuran antropometri didapatkan hasil

sebagai berikut:

- Umur 2 tahun 4 bulan

- BB 8 kg

- TB 75 cm

- LILA 13,5 cm

- Lingkar kepala 45,5 cm

Page 67: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Interpretasi kurva WHO Z-SCORE

- TB/U <-3 : sangat pendek

- BB/U <-3 : gizi buruk

- BB/TB <-2 : kurus

Menurut UNICEF tahun 2009 terdapat beberapa faktor penyebab tidak

langsung terjadinya gizi buruk. Tiga penyebab tidak langsung yang

menyebabkan gizi buruk yaitu: ketahanan pangan keluarga yang kurang

memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai dan pelayanan kesehatan

dan lingkungan kurang memadai.

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi

buruk. Timbulnya gizi buruk tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang

kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi

sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian

pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan

tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

Pada pasien, terjadinya gizi buruk oleh karena asupan makanan yang

tidak sesuai dengan gizi seimbang. Ini terlihat masih diberikannya ASI pada

pasien yang berusia 2 tahun 4 bulan, pasien menjadi malas makan dan sering

dimuntahkan bila diberikan susu formula selain karena kebiasaan minum ASI.

Pada An. Rh ini juga sering jajan diluar seperti jajan mie instan, permen, ice

cream yang jelas kurang sehat bagi kesehatan anak tersebut dan pola perilaku

ibu yang jarang memasak juga mempengaruhi asupan gizi seimbang pada

anak.

Pada kunjungan ke-2, kelompok kami telah melakukan edukasi ke

orang tua pasien mengenai dampak kekurangan gizi pada tumbuh kembang

anak, edukasi mengenai gizi seimbang untuk memperbaiki gizi kurang yang

dialami pasien. Edukasi yang kami berikan seperti memberikan pengetahuan

mengenai gizi seimbang dan makanan yang sehat serta memberikan edukasi

ke orang tua agar mengatur pola makan anak serta pemberian vitamin scott’s

emultion guna untuk meningkatkan nafsu makan anak.

Page 68: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Pada kunjungan ke-3 dan ke-4, keluarga mengetahui dampak gizi

buruk, keluarga mengubah pola makan An. Rh menjadi pola makan gizi

seimbang, keluarga melakukan penyapihan ASI dan An. Rh sudah mau

minum susu formula, nafsu makan anak meningkat serta status gizi anak

meningkat yang tadinya gizi buruk menjadi gizi normal diperlihatkan dengan

pengukuran antropometri kembali didapatkan :

- An. Rh umur 2 tahun 4 bulan

- BB 11 kg

- TB 75 cm

Interpretasi kurva WHO Z-SCORE

- BB/U 0 – (-2) : gizi baik

- BB/TB 1-2 : normal

Namun disini terdapat keanehan yaitu meningkat tajamnya status gizi

anak dalam 3 minggu gizi anak berubah yang sebelumnya gizi buruk menjadi

gizi normal. Kemungkinan terjadi kesalahan disaat pengukuran BB pada

kunjungan ke-2, pada saat kunjungan ke-3 dan ke-4 pasien telah melakukan

pemeriksaan antropometri di 3 tempat yang berbeda, kemungkinan data

antropometri pada kunjungan ke-3 dan ke-4 lebih akurat.

Skrining TB pada keluarga. Kasus TB Paru pada anak harus dicari sumber

penularannya. Pada kasus TB anak sumber penularannya pada orang

dewasa, pada kunjungan pertama dan kedua kami bertanya kepada

keluarga Tn. AR apakah ada riwayat keluarga yang menderita penyakit

paru ditandai batuk berdahak, penurunan berat badan, berkeringat malam

yang sudah berlangsung lama dan ternyata kakak dari nenek An. Rh dan

tante anak tersebut sedang mengidap penyakit paru dan anak-anak di

keluarga tersebut sering kontak dengan keluarga yang mengidap penyakit

paru tersebut.

Setelah mengetahui hal tersebut kami mengedukasikan kepada

keluarga dalam pencegahan TB, edukasi mengenai penyakit TB dan

menyarankan untuk skrining TB pada anggota keluarga.

Page 69: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Pada saat kunjungan ke-4 :

o Keluarga mengetahui bahwa flek paru/TB itu penyakit menular

o Melakukan pencegahan seperti tidak kontak dengan sumber TB atau

memakai masker

o Keluarga melakukan kontrol kesehatan kembali pada anaknya

o Keluarga mau melakukan skrining TB pada anggota keluarga

o Didapatkan sepupunya An. Rh dengan gejala mirip TB. Keluarga

sudah memeriksakan ke klinik terdekat namun dikarenakan

pemeriksaan penunjang tidak lengkap, pemeriksaan belum dilakukan

secara lengkap. Keluarga akan memeriksakan kembali An. Sf ke

RSUD terdekat.

2. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Pendapatan keluarga rendah juga salah satu faktor yang mempengaruh

derajat kesehatan. Pada kunjungan ke-2 kami melakukan edukasi tentang cara

meningkatkan ekonomi keluarga, seperti melakukan pelatihan menjahit,

berdagang depan rumah, ikut kegiatan pkk, dll.

Pada kunjungan ke-4 keluarga akan mengontrakan rumah yang

ditinggali nenek untuk menambah penghasilan keluarga dan nenek akan

tinggal di rumah anaknya yang lain.

3. Fungsi Psikologis Keluarga

Pada kunjungan ke-2, kondisi psikologis Ny. R kurang baik, dimana

beliau sering mengeluh dan menangis perihal kondisi ekonomi keluarga

anaknya (keluarga Tn. AR dan Ny. A) sehingga kami memberikan edukasi

kepada Ny. R untuk lebih bersabar dan jangan banyak dipikirkan karena

faktor stress bisa memicu terjadinya hipertensi, banyak berdoa dan lebih

mendekatkan kepada Tuhan YME dan berpikir positif dan optimis.

Pada kunjungan ke-3 nenek (Ny. R) masih terlihat sedih namun sedikit

lebih tegar diperlihatkan dengan tidak menangis pada saat dilakukan

wawancara kembali.

Page 70: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

4. Faktor Perilaku Kesehatan Keluarga

Menurut UNICEF tahun 2009 terdapat beberapa faktor penyebab tidak

langsung terjadinya gizi buruk. Tiga penyebab tidak langsung yang

menyebabkan gizi buruk yaitu: ketahanan pangan keluarga yang kurang

memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai dan pelayanan kesehatan

dan lingkungan kurang memadai.

Pada saat kunjungan pertama anak sering jajan dan untuk makan

sehari-sehari sering beli makan diluar karena ibunya jarang memasak hal ini

mengakibatkan tidak terkontrolnya asupan gizi anak.

Pada kunjungan ke-2 kami melakukan edukasi kepada keluarga untuk

membatasi frekuensi jajan, waktu jajan yang baik dan jenis jajanan yang

sehat. Edukasi kepada ibu untuk usahakan rajin masak sendiri.

Pada kunjungan ke-3, An. Rh sudah tidak jajan sembarangan lagi

seperti tidak jajan mie instan, ice cream dung dung dan minuman sirup. An.

Rh lebih sering mengonsumsi biskuit, roti dan susu dibandingkan jajan mie

dan minuman sirup. Ibu masih membeli makanan di warung dan belum masak

sendiri setiap harinya.

5. Faktor Lingkungan Rumah

Faktor lingkungan berperan penting dalam perbaikan kesehatan

pasien. Lingkungan yang padat sulit dimodifikasi. Kondisi rumah yang perlu

diperhatikan adalah kecukupan ventilasi, kebersihan di dalam rumah dan

sumber air bersih. Lingkungan padat berpotensi untuk menularkan penyakit

infeksi dengan mudah (Conant & Fadem, 2008). Ventilasi rumah kurang

memadai, hal ini berdampak buruk bagi kesehatan antara lain: berkurangnya

kadar oksigen, adanya bau pengap, suhu udara ruangan menjadi naik dan

kelembapan udara menjadi bertambah. Kecepatan aliran udara penting untuk

mempercepat pembersihan udara ruangan. Kecepatan udara dikatakan sedang

jika gerak udara 5-20 cm per detik atau volume pertukaran udara bersih antara

25-30 cfm (cubic feet per minute) untuk setiap orang yang berada di dalam

ruangan (Kepmenkes RI, 1999).

Page 71: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

Setelah mengedukasikan tentang rumah sehat pada keluarga terdapat

perubahan pada kunjungan ke-3, lingkungan rumah lebih bersih dan ventilasi

terbuka pada siang hari.

Page 72: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

BAB VKesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Masalah yang belum terselesaikan adalah:

1. Skrining TB pada anggota keluarga, keluarga Tn. AR belum seluruhnya

diperiksa kesehatannya apakah ada resiko tertular TB atau tidak dikarenakan

tidak tersedianya uji tes tuberkulin di Puskesmas Sukmajaya dan merasa

anggota keluarga dalam kondisi sehat, namun setelah dilakukan intervensi dan

pendekatan pada keluarga Tn. AR berniat untuk memeriksakan kesehatan

keluarganya.

2. Nenek dari An. Rh mengalami kecanduan kopi, sedangkan beliau mengidap

hipertensi grade 1-2. Sudah diedukasikan bahwa kopi mengandung kafein

yang dapat meningkatkan tekanan darah ditambah lagi stress berkepanjangan

yang merupakan salah satu faktor resiko dari hipertensi. Namun, pada

kunjungan ke-3 nenek tersebut masih sering mengkonsumsi kopi. Disarankan

agar mengurangi konsumsi kopi secara perlahan dan berangsur-angsur.

3. Pendapatan keluarga yang rendah dan tidak menentu karena pekerjaan Tn. AR

yang serabutan. Setelah diberikan edukasi keluarga berniat untuk

meningkatkan pendapatan dengan mengontrakan rumah neneknya.

4. Kondisi psikologi nenek yang masih sering sedih dan mengeluh perihal

kondisi keluarganya.

5. Masalah imunisasi menjadi masalah yang cukup serius karena dikeluarga Tn.

AR anak anaknya belum mendapatkan imunisasi secara lengkap karena

kurangnya pengetahuan tentang imunisasi dan ketakutan ibu pemberian

imunisasi (KIPI).

6. An. Rh yang sebelumnya menderita malnutrisi pasca infeksi, telah

mendapatkan pengobatan 10 langkah gizi buruk tetapi ibunya kurang telaten,

sehingga tidak terlaksana dengan baik. Diberikan edukasi tentang gizi

seimbang dan saran untuk meningkatkan gizi An. Rh kembali normal. Pada

kunjungan ke-3 sudah tampak peningkatan berat badan An. Rh.

Page 73: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

7. Rumah keluarga Tn. AR yang tergolong kecil untuk jumlah anggota keluarga

6 orang. Kondisi lingkungan sekitar yang kotor menyebabkan banyak lalat

yang berdatangan. Telah diedukasi tentang rumah sehat dan disarankan untuk

memelihara kebersihan. Pada kunjungan ke-3 lingkungan rumah lebih bersih

dan ventilasi terbuka pada siang hari.

8. Keluarga Tn. AR belum seluruhnya mempunyai BPJS, tetapi mereka

mempunyai jaminan kesehatan yaitu, JAMKESDA dan JAMKESMAS. Pada

kunjungan ke-3 diedukasikan tentang BPJS dan tata cara mengubah

JAMKESMAS dan JAMKESDA menjadi BPJS.

B. Saran

1. Untuk senantiasa bekerja sungguh-sungguh dan bertawakal kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Mengurangi mengeluh dan banyak bersyukur. Agar

terhindar dari stress.

2. Senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan keluarga.

Page 74: Makalah A4 Kelompok 8 FS FM

DAFTAR PUSTAKA

1. Notohamidjojo S.Setiawan S.Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit TB

Paru.Simposium penanganan TBC masa kini.Pekalongan.1987

2. Rahajoe N. Beberapa Masalah Penanggulangan Tuberkulosis Anak Dalam

Praktek Sehari-hari. Jakarta.Fak.Kedokteran Universitas Indonesia.1987.

3. Trastotenojo MS.Tuberkulosis Anak Dalam Rangka Pemberantasan

Tuberkulosis di Indonesia.Semarang.Bagian Ilmu Kesehatan Anak

FK.UNDIP.1989.

4. Gunardi AS.Pemberantasan Penyakit TB Paru di Indonesia.Majalah

Kedokteran Indonesia Indonesia Vol.34 No.2.29 Februari 1984

5. Sutejo R.Rahajoe N.Nastiti,Budiman I.Tuberkulosis Anak.Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UI RSCM Jakarta.

6. Rahajoe N.N.Problematik Klinik Tuberkulosis Anak.Majalah Kedokteran

Indonesia Vol.31 No.7 Agustus 1981.

7. Crofton J.Horne N.Miller F.Clinical Tuberculosis.London.Macmillan

Press,1992.

8. Eddy Widodo : Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosis dan Tata Laksana

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IDAI Jaya.2003

9. Ikatan Dokter Anak Indonesia.Standar Pelayanan Medis Anak. Badan

Penerbit IDAI.2004.

10. Pelatihan Manajemen Tuberkulosis Anak.UKK Respirologi

PP.IDAI.IDAI.Jateng. 2007

11. Tuberkulosis Pada Anak (Diagnosis Dan Tatalaksana) Oleh Djoko Sunarjo,

dr. Sp.A SMF ANAK BRSD RAA. SOEWONDO PATI 2007

12. Kekalih, Aria dr. Sp. A. 2008. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan

Primer Pendekatan Multi Aspek. FK UI-Jakarta.