Makalah Fistum 03
-
Upload
nenny-aulia-rochman -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
description
Transcript of Makalah Fistum 03
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam terminologi kesuburan tanah, terdapat 13 unsur hara yang diperlukan
tanaman yaitu hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu,
Mo), hara-hara tersebut dapat meningkatkan dan memelihara hasil tanaman. Hara
makro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan hara mikro
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit.
Unsur hara dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan metabolisme disebut
unsur hara esensial. Unsur hara dapat mempunyai fungsi sebagai konstituen dari
suatu struktur organik tanaman, aktifator reaksi enzim atau pembawa muatan (charge
carrier) dan osmoregulator. Menurut, Roesmarkam (2002), konsep unsur hara
esensial, yaitu :
1. Tanaman tidak mampu menyelesaikan daur hidupnya tanpa kehadiran unsur
tersebut
2. Fungsi dari unsur tersebut tidak mampu digantikan oleh unsur lainnya
3. Unsur tersebut harus secara langsung terlibat di dalam metabolisme tanaman.
Contoh, sebagai komponen dari konstituen tanaman yang penting seperti enzim
atau dibutuhkan untuk tahapan metabolik tertentu seperti reaksi enzim.
Kehadiran dan konsentrasi unsur di dalam tanaman bukan merupakan asas
esensialitas suatu unsur. Tanaman tidak dapat secara selektif menyerap unsur hara
yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman juga menyerap
unsur yang tidak diperlukan untuk pertumbuhannya dan bahkan bisa jadi unsur yang
meracun. Selain hara esensial, terdapat juga hara non-esensial yang dalam kondisi
agroklimat tertentu bisa memperkaya pertumbuhan tanaman disebut dengan hara
fungsional atau hara bermanfaat (Savant et.al., 1999).
Unsur bermanfaat merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman
tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika unsur ini tidak ada,
2
pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu. Unsur hara pembangun (fakultatif)
dianggap unsur yang tidak penting, tetapi merangsang pertumbuhan tanaman dan
juga dapat menjadi unsur penting untuk beberapa spesies tanaman tertentu karena
dapat menyebabkan kenaikan produksi. Unsur-unsur lain yang termasuk
menguntungkan bagi tanaman adalah Natrium (Na), Cobalt (Co), Chlor (Cl), dan
Silikon (Si).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan unsur mikro Na dan Si itu?
2. Apakah fungsi dari kedua unsur tersebut?
3. Bagaimana cara memperoleh unsur Na dan Si?
4. Apakah dampaknya jika kekurangan atau kelebihan unsur Na dan Si tersebut?
1.3 Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari pembuatan makalah antara lain:
1. Mengetahui pengertian unsur mikro Na dan Si
2. Mengetahui fungsi unsur mikro Na dan Si
3. Mengetahui sumber dan cara memperoleh unsur mikro Na dan Si
4. Mngetahui dampak jika kekurangan atau kelebihan unsur Na dan Si
3
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Na dan Si
2.1.1 Pengertian Natrium
Natrium merupakan penyusun lithosfer keenam setelah kalsium, yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan
tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai.
Karena tingginya kadar natrium di laut, suatu tanah disebut alkali jika KTK atau
muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥15% Na, yang mencerminkan unsur
ini merupakan komponen dominan dari garam-garam laut yang ada. Pada tanah-tanah
ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Sebagaimana unsur mikro, natrium
juga bersifat toksik bagi tanaman jika pada tanah dalam jumlah yang sedikit
berlebihan (Hanafiah, 2005).
2.1.2 Pengertian Silikon
Silikon (Si) Tersimpan dalam dinding sel yang mengakibatkan sifat mekanis
sel yaitu kaku atau elastis.. Si merupakan unsur yang inert (sangat tidak larut)
sehingga selama ini Si dianggap tidak memiliki arti penting bagi proses-proses
biokimia dan kimia, juga karena jumlahnya yang melimpah dalam tanah peran Si
seringkali tidak terlalu diperhatikan atau bahkan tidak teramati. Beberapa senyawa Si
sebenarnya bisa larut dalam air. Si dapat membentuk senyawa-senyawa baru dengan
aktivitas kimia dan biokimia relatif tinggi. Dalam Tabel Susunan Berkala Unsur
(biasanya dijumpai dalam buku-buku Kimia Dasar), lokasi Si diapit oleh empat unsur
lain. Di sebelah atas dan bawah masing-masing diapit unsur Karbon (C) dan
Germanium (Ge), sedangkan di sebelah kiri dan kanannya masing-masing diapit
Alumunium (Al) dan Phosor (P). Karakteristik Si agak mirip dengan keempat unsur
yang mengapitnya. Si merupakan satu-satunya unsur yang bisa membentuk polimer
stabil seperti C. Si berperilaku seperti Al dalam membentuk mineral (Sokolova,
4
1985). Si dapat menggantikan posisi P dalam DNA (Voronkov et. al., 1978) dan Si
memiliki sifat-sifat metalik serupa Germanium (Ge) (Iller, 1979).
2.2 Fungsi Na dan Si
2.2.1 Fungsi Na
Natrium meskipu bukan unsur hara esensial, tetapi keberadaannya dalam
tanah kadang dapat menggantikan peran kalium bagi tanaman tertentu, sehingga
unsur ini dikenal sebagai unsur fungsional. Selain itu juga dapat meningkatkan
kelarutan K dari mineral ke larutan tanah (Mengel dan Kirby, 1982). Keberadaan
unsur hara Na tidak saja berpengaruh pada sifat kimia tanah tetapi juga pada sifat
fisik tanah. Terutama dalam kemantapan struktur. Konsentrasinya yang tinggi di
dalam tanah selain secara fisiologi dapat menimbulkan gangguan pada metabolisme
tanaman juga berpengaruh pada sifat osmosis dan kemantapan agregat. Sebagai
keseimbangan ion pada regulasi energi untuk membuka dan menutupnya stomata
(Slamet,2005).
2.2.2 Fungsi Si
Substansi Si yang aktif dalam tanah berbentuk asam monosilikat, asam
polisilikat dan organosilikat (Matichenkov and Ammosova, 1996 dalam Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007) p: 103-116 )Asam monosilikat merupakan
pusat dari berbagai interaksi dan transformasi Si dan merupakan produk dari
pelarutan mineral-mineral kaya Si (Lindsay, 1979). Asam-asam Si yang diadsorpsi
akan larut dalam air dapat diserap langsung oleh tanaman dan mikroba. Mereka juga
dapat mengendalikan sifat fisik dan kimia tanah (seperti mobilitas P, Al, Fe, Mn dan
logam berat, aktivitas mikroba, stabilitas bahan organik), pembentukan asam
polisilikat dan mineral-mineral sekunder dalam tanah. Asam polisilikat memiliki efek
nyata terhadap tekstur tanah, kapasitas menahan air, dan erosi (Matichenkov et. al.,
1995). Asam polisilikat merupakan mineral yang dapat menstabilkan agregat tanah
5
dan memperbaiki porositas tanah bila berada dalam jumlah yang tinggi sehingga
dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Matichenkov and Bocharnikova, 2000).
Silikon bukan merupakan unsur yang penting (esensial) bagi tanaman. Tetapi
hampir semua tanaman mengandung Si, dalam kadar yang berbeda-beda dan sering
sangat tinggi. Walaupun tidak termasuk hara tanaman, Si dapat menaikkan produksi
karena Si mampu memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh terhadap
kelarutan P dalam tanah. Tidak ada unsur hara lain yang dianggap non esensial hadir
dalam jumlah yang secara konsisten banyak pada tanaman. Pada tanaman padi
misalnya, kadar Si sangat tinggi dan melebihi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan
S). Apabila kadar SiO2
kurang dari 5% maka tegak tanaman padi tidak kuat dan
mudah roboh. Ro¬bohnya tanaman menyebabkan turunnya produksi, dengan
demikian pemu¬pukan Si dianggap dapat menaikkan produksi tanaman
(Roesmarkam dan Yuwono, 2002). Pasokan Si yang cukup pada diharapkan mampu
memperoleh hasil yang baik, karena dengan penambahan Si dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan sel. Pasokan Si membantu daun untuk lebih tegak dalam
pengaruh kondisi pemupukan nitrogen yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan
tingkat fotosintesis. Penambahan Si yang cukup bisa mengurangi tendensi tanaman
serelia untuk layu pada kondisi kekeringan mungkin karena penurunan permeabilitas
atas uap air dari dinding sel epidermal daun (Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol.
7 No.2 (2007) p: 103-116).
Si mampu meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan
menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen
dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan tanaman yang
lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat
disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi
dinding sel oleh jamur menyerang (Slamet, 2009).
6
2.3 Sumber dan Cara Memperoleh Na dan Si
2.3.1 Sumber Na dan Si
Sumber Na
Natrium dilepaskan dari hasil pengikisan mineral. Di daerah basah, pencucian
dengan mudah melenyapkan natrium karena daya ikatannya pada kompleks
pertukaran tidak kuat, tetapi di daerah-daerah kering dapat terjadi penimbunan
natrium dalam bentuk natrium karbonat dan cenderung menempati kompleks
pertukaran. Hidrolisis natrium karbonat dan natrium yang dapat dipertukarkan
menghasilkan suatu basa yang sangat kuat, yaitu NaOH. Apabila tanah 15% jenuh
natrium atau natrium karbonat, maka nilai pH mungkin berada pada kisaran antara
8,5 dan 10 (Foth, 1994).
Sumber Si
Silikon (Si) merupakan unsur kedua terbanyak setelah oksigen (O) dalam
kerak bumi dan Si juga berada dalam jumlah yang banyak pada setiap tanah. Porsi
terbesar Si tanah dijumpai dalam bentuk kuarsa atau kristal silikon (Buol et. al.,
1980). Pada umumnya tanah mengandung 5-40 % Si (Kovda, 1973 dalam Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007) p: 103-116 ). Dalam setiap kilogram tanah
liat terkandung sekitar 200-320 g Si, sementara dalam tanah berpasir terdapat antara
450-480 g Si (Kovda, 1973 dalam Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2
(2007) p: 103-116 ).
SiO2
terdapat hampir pada semua batuan tanah. Ketersediaan Si tergantung
kecepatan pelapukan batuan tersebut. Kadar Si dalam tanah sering dipengaruhi oleh
reaksi adsorbsi, temperatur, air irigasi dan pH tanah. Air irigasi untuk pertanian
sering kali mengandung Si dengan jumlah yang cukup tinggi, sehingga dapat
mempengaruhi ketersediaan Si dalam tanah. Pada tanah asam, kadar Si dalam tanah
cenderung tinggi dan pada pH tinggi umumnya kadarnya rendah. Jumlah Si yang
terlarut (dissolved) dari tanah meningkat seiring meningkatnya suhu. Hal ini
berkaitan dengan tingkat pelapukan batuan yang mengandung mineral silikat.
7
Semakin tinggi suhu, maka tingkat pelapukan semakin tinggi. Pengapuran sering
menyebabkan turunnya kadar SiO2
dalam larutan tanah. Ketersediaan Si dipengaruhi
oleh perbandingan Si tersedia terhadap seskuioksida tersedia. Makin tinggi ratio Si/Al
atau Si/Fe, makin tinggi pula Si yang dapat diserap oleh tanaman padi (Sumida, 2002;
Roesmarkam dan Yuwono, 2002).
Di wilayah tropika basah seperti di Indonesia, dimana rata-rata curah hujan
dan suhu relatif tinggi, tanah umumnya memiliki kejenuhan basa dan kandungan Si
rendah serta mengalami akumulasi alumunium oksida. Proses ini disebut desilikasi.
Si dilepaskan dari mineral-mineral yang terlapuk, kemudian terbawa aliran air
drainase atau tanaman yang dipanen. Potensi kehilangan Si dari tanah-tanah tropika
bisa mencapai 54,2 kg per ha setiap tahun atau 200 kali lebih banyak dibanding Al
yang hilang hanya 0,27 kg per ha dalam setahun. Berbeda dengan unsur hara lainnya,
kehilangan Si dari tanah jarang sekali dikompensasi melalui pemupukan. Konsentrasi
asam monosilikat (bentuk Si yang tersedia bagi tanaman) cenderung terus berkurang
pada lahan-lahan pertanian yang dibudidayakan secara intensif. Degradasi kesuburan
tanah akan terjadi seiring dengan penurunan kadar asam monosilikat, terutama karena
2 alasan Pertama, berkurangnya asam monosilikat akan diikuti dengan dekomposisi
mineral Si (fenomena keseimbangan hara tanah), dimana yang terakhir ini memiliki
arti penting dalam mengontrol berbagai sifat tanah. Kedua, penurunan asam
monosilikat akan menurunkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Oleh
karena itu, dalam rangka menjaga kesuburan tanah pemupukan Si sebenarnya
diperlukan.
Distribusi Si di dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, vegetasi,
tekstur, pedogenesis dan intensitas proses pelapukan tanah (Hallmark et al., 1982).
Kandungan Si total di dalam tanah diperkirakan mencapai 330.000 mg SiO2/kg
(Bowen, 1966). Sumber Si di dalam tanah dikelompokkan menjadidua, yaitu dari
batuan mineral dan bahan biologi (Sommer et al., 2006). Sumber, transformasi dan
aliran Si di dalam tanah didiskripsikan pada Gambar 1.
8
Si dari sumber bahan mineral terdiri dari tiga bentuk, yaitu: (1) Mineral
primer dari bahan induk tanah, (2) Mineral sekunder (bentuk kristal) yang
berkembang dari proses pembentukan tanah (terutama mineral liat), dan (3) Mineral
mikro sekunder (kwarsa, opal CT, kalsedon) dan bentuk mineral sederhana (alofen,
imogolit, opal A) yang berasal dari proses pembentukan tanah (Monger dan Kelly,
2002). Sumber Si dari bahan organik dapat berasal dari fitogen, mikrobia dan
protozoa. Di dalam tanah, peranan mikroorganisme dalam transformasi Si melalui
proses dekomposisi seresah tanamandan pelarutan mineral secara aktif (contohnya
oleh hifa jamur).
2.3.2 Cara memperoleh Na dan Si
Cara memperoleh Na
Natrium adalah salah satu unsur utama dari kerak mineral, sedimen, dan
perairan laut. Natrium dan klorin adalah dua elemen yang paling banyak dalam air
laut. Mineral utamanya adalah garam yang mengendap akibat penguapan air laut.
Tidak mudah mengamati reaksi mineral di dasar laut, di mana natrium dihilangkan
dari larutan menjadi mineral lempung karena adanya daerah penguapan yang kuat
dan curah hujan garam yang tersebar di seluruh dunia. Berdasarkan prosesnya,
natrium terakumulasi terus-menerus di laut kemudian dibawa oleh aliran sungai ke
tanah. Oleh karena itu, kita bisa memperkirakan usia laut dengan cara mentukan
massa natrium di laut dan impor tahunan sungai. Setelah itu, natrium yang berada
dalam tanah diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dimakan oleh hewan dan
manusia. Hewan dan manusia mati, feses dan urinnya akan terurai. Oleh bakteri
diuraikan sehingga dapat diserap kembali oleh tumbuhan dan seperti biasa akan
terulang. Jadi dengan pemberian pupuk kandang atau pun pupuk urea sudah bisa
diperoleh Na.
9
Cara memperoleh Si
Penyebaran Si dalam tanaman dipengaruhi oleh spesies tanaman. Pada
tanaman yang kadar Si-nya rendah, Si terdapat dalam tanaman bagian atas dan bagian
bawah hampir sama misalnya pada tanaman tomat dan sawi. Sedangkan pada clover
(tanaman makanan ternak, legum) Si lebih banyak terdapat akar. Pada tanaman yang
kandungan Si tinggi misalnya padi maka sebagian besar Si terdapat pada tanaman
bagian atas. Tanaman menyerap Si dalam jumlah banyak, melebihi unsur-unsur
lainnya. Tanaman monokotil seperti famili rerumputan (graminae) menyerap Si lebih
banyak dibanding tanaman kacang-kacangan dan dikotil. Berdasarkan kemampuan
menyerap Si, tanaman dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Roesmarkam dan
Yuwono, 2002):
a. Gramineae basah seperti padi sawah, mendong menyerap SiO2
sekitar 10-15%,
b. Gramineae kering seperti tebu dan rumput-rumputan sekitar 1-3% dan,
c. Tanaman dikotil dan leguminose sekitar hanya 0,5%.
Ada tiga model berbeda dalam penyerapan Si oleh tanaman yang
menyebabkan perbedaan dalam akumulasi Si yaitu (Mitani dan Ma, 2005):
a. Penyerapan aktif
Tanaman dengan model penyerapan aktif menyerap Si lebih cepat dari pada
menyerap air, sehingga menghasilkan penurunan kandungan Si pada larutan.
b. Penyerapan pasif
Tanaman dengan model penyerapan pasif menyerap Si dengan tingkatan yang sama
dengan menyerap air, tetapi tidak ada perubahan konsentrasi yang signifikan dalam
larutan yang berhasil diamati.
c. Rejective uptake
Model rejective uptake cenderung untuk mengeluarkan Si yang dibuktikan dengan
terjadinya peningkatan konsentrasi Si dalam larutan.
10
2.4 Dampak Kelebihan dan Kekurangan Na dan Si
2.4.1 Kelebihan dan kekurangan Na
Kelebihan Na
Natrium juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam
jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005). Terlibat dalam osmosis (pergerakan
air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na
adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan K. Keberadaannya dalam tanah dalam
konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, yaitu menaikan nilai
osmosis sehingga dapat menimbulkan efek plasmolysis. Dari segi fisikokimia tanah,
keberadaan na dalam konsentrasi tinggi dapat merusak struktur tanah (sodik)
sehingga tanah menjadi padat (Slamet, 2009).
Kekurangan Na
Kondisi konsentrasi Na rendah secara umum menguntungkan karena Na
bukan unsur esensial, namun akhir – akhir ini beberapa peneliti menemukan bahwa
kekurangan Na bisa menyebabkan daun-daun tanaman menjadi hijau tua dan tipis.
Selain itu kekurangan Na juga dapat menyebabkan tanaman cepat menjadi layu.
2.4.2 Kelebihan dan kekurangan Si
Kelebihan Si
Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan
menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen
dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan lebih kuat,
meningkatkan panas dan kekeringan tanaman toleransi silikon dapat disimpan oleh
tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh
jamur menyerang.
11
Kekurangan Si
Si merupakan unsur yang mampu menetrasi tumbuhan terhadap toksik,
sehingga kurangnya unsur Si pada tumbuhan mengakibatkan tanaman mudah
terserang penyakit. Silikon (Si) banyak terkandung pada tanaman graminae, seperti
padi, jagung, dan tebu, terutama di permukaan daun, batang, dan gabah (padi).
Tanaman kahat Si menyebabkan ketiga organ tanaman di atas kurang terlindungi oleh
lapisan silikon yang kuat, akibatnya:
1. Daun tanaman lemah terkulai, tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga
produktivitas tanaman rendah/tidak optimal.
2. Penguapan air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat, sehingga
tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan.
3. Daun dan batang menjadi peka terhadap serangan penyakit dan hama;
4. Tanaman mudah rebah, dan
5. Kualitas gabah (padi) berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit.
12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Na dan Si merupakan unsur hara mikro yang artinya dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah yang sedikit. Kedua unsur hara ini merupakan unsur hara non esensial
namun bisa juga dikatakan esensial untuk tanaman – tanaman tertentu. Pada
dasarnya hampir semua tanaman memiliki unsur ini namun dalam jumlah yang
sedikit. Kedua unsur ini bisa dengan mudah diperoleh dari proses dekomposisi
serasah – serasah atau bahan organik lainnya. Na ataupun Si bisa dengan mudah
dijumpai ditanah dalam bentuk senyawa – senyawa komplek seperti NaOH dan Si02.
Pada tanaman – tanaman tertentu kekurangan dan kelebihan Na ataupun Si dapat
mengakibatkan efek negative bahkan dapat mengurangi produktivitasnya.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi terbentuknya makalah yang
lebih sempurna diwaktu yang berikutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bowen, H.J.M. 1966. Trace Elements in Biochemistry. New York : Academic Press.
Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification.
Amesterdam : The IOWA State University Press.
Foth, S.W. 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga.
Hallmark,C.T.,L.P. Wilding, N.E. Smeck. 1982. Silicon In Methods of Soil Analyses,
No. 9, Part 2. Eds Al Page, H. Miller and DR Keeney, pp. 263–273.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Iller, R. K. 1979. The Chemistry of Silica. New York: Wiley.
Lindsay, W. L. 1979. Chemical Equilibra in Soil. New York : John Wiley and Sons.
Matichenkov, V. V and D. V. Calvert. 2002. Silicon as a Beneficial Element for
Sugarcane. Journal American Society of Sugarcane Technologiest. 22 : 21-30.
Mengel, K and krby, E.A. 1982. Principles of plant nutrition Intenational Potash
Institute. Bern Switzerland: 3nd ed.
Mitani, N. and J. F. Ma. 2005. Uptake System of Silicon in Different Plant Species.
Journal of Experimental Botany. 56 (414) : 1255-1261.
Monger, H. C. and E.F. Kelly. 2002. Silica minerals. Chap. 20, in Dixon,J. B.
Roesmarkam. N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Savant, N. K, Korndorfer, G. H., Datnoff, L. E. and Snyder, G. H. 1999. Silicon
nutrition and sugarcane production: a review. Journal Plant and Nutrition. 22
(12):1853-1903
Schulze, D. G. 2005. Soil Mineralogy with environmental applications. Book Series
SSSA No.7, Madison, WI, pp. 611–636.
Slamet, Supriyadi. 2009. Kandungan Hara Tanah. Jurnal Status unsur-unsur basa
(ca2+, Mg, K and Na ) dilahan kering Madura. fakultas pertanian universitas
trunojoyo, kampus unijoyo POBOX 2 telang kamal bangkalan Madura,
agrovigor volume 2 no.1
14
Slamet, W. 2005. Unsur Hara Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 p:
103-116
Sommer, M, D. Kaczorek, Y.Kuzyakov, and J. Breuer. 2006. Silicon pools and fluxes
in soils and landscapes. J. Plant Nutr. Soil Sci.169:310–329.
Sokolova, T. A. 1985. The Clay Mineral in the Humid Regions of USSR. Novosibirk,
Nayka.
Sumida, H. 2002. Plant Available Silicon in Paddy Soil. Japan: National Agricultural
Research Center for Tohoku Region Omagari. Second Silicon in Agriculture
Conference.
Voronkov, M. G., G. I. Zelchan, and A. Y. Lykevic. 1978. Silicon and Life. Riga,
Zinatne.
Yukamgo, E. dan Nasih Widya Yuwono. 2008. Unsur – Unsur Hara Tanah.
Yogyakatra: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM.
15
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Na dan Si ....................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Natrium ................................................................................... 3
2.1.2 Pengertian Silikon ..................................................................................... 3
2.2 Fungsi Na dan Si ............................................................................................. 4
2.2.1 Fungsi Na ................................................................................................. 4
2.2.2 Fungsi Si ................................................................................................... 4
2.3 Sumber dan Cara Memperoleh Na dan Si ........................................................ 6
2.3.1 Sumber Na dan Si .................................................................................... 6
2.3.2 Cara memperoleh Na dan Si ...................................................................... 8
2.4 Dampak Kelebihan dan Kekurangan Na dan Si .............................................. 10
2.4.1 Kelebihan dan kekurangan Na ................................................................. 10
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13