Makalah Fistum 03

15
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam terminologi kesuburan tanah, terdapat 13 unsur hara yang diperlukan tanaman yaitu hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo), hara-hara tersebut dapat meningkatkan dan memelihara hasil tanaman. Hara makro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Unsur hara dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan metabolisme disebut unsur hara esensial. Unsur hara dapat mempunyai fungsi sebagai konstituen dari suatu struktur organik tanaman, aktifator reaksi enzim atau pembawa muatan (charge carrier) dan osmoregulator. Menurut, Roesmarkam (2002), konsep unsur hara esensial, yaitu : 1. Tanaman tidak mampu menyelesaikan daur hidupnya tanpa kehadiran unsur tersebut 2. Fungsi dari unsur tersebut tidak mampu digantikan oleh unsur lainnya 3. Unsur tersebut harus secara langsung terlibat di dalam metabolisme tanaman. Contoh, sebagai komponen dari konstituen tanaman yang penting seperti enzim atau dibutuhkan untuk tahapan metabolik tertentu seperti reaksi enzim. Kehadiran dan konsentrasi unsur di dalam tanaman bukan merupakan asas esensialitas suatu unsur. Tanaman tidak dapat secara selektif menyerap unsur hara yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman juga menyerap unsur yang tidak diperlukan untuk pertumbuhannya dan bahkan bisa jadi unsur yang meracun. Selain hara esensial, terdapat juga hara non-esensial yang dalam kondisi agroklimat tertentu bisa memperkaya pertumbuhan tanaman disebut dengan hara fungsional atau hara bermanfaat (Savant et.al., 1999). Unsur bermanfaat merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika unsur ini tidak ada,

description

Unsur Hara Mikro Na dan Si

Transcript of Makalah Fistum 03

Page 1: Makalah Fistum 03

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam terminologi kesuburan tanah, terdapat 13 unsur hara yang diperlukan

tanaman yaitu hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu,

Mo), hara-hara tersebut dapat meningkatkan dan memelihara hasil tanaman. Hara

makro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan hara mikro

dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit.

Unsur hara dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan metabolisme disebut

unsur hara esensial. Unsur hara dapat mempunyai fungsi sebagai konstituen dari

suatu struktur organik tanaman, aktifator reaksi enzim atau pembawa muatan (charge

carrier) dan osmoregulator. Menurut, Roesmarkam (2002), konsep unsur hara

esensial, yaitu :

1. Tanaman tidak mampu menyelesaikan daur hidupnya tanpa kehadiran unsur

tersebut

2. Fungsi dari unsur tersebut tidak mampu digantikan oleh unsur lainnya

3. Unsur tersebut harus secara langsung terlibat di dalam metabolisme tanaman.

Contoh, sebagai komponen dari konstituen tanaman yang penting seperti enzim

atau dibutuhkan untuk tahapan metabolik tertentu seperti reaksi enzim.

Kehadiran dan konsentrasi unsur di dalam tanaman bukan merupakan asas

esensialitas suatu unsur. Tanaman tidak dapat secara selektif menyerap unsur hara

yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman juga menyerap

unsur yang tidak diperlukan untuk pertumbuhannya dan bahkan bisa jadi unsur yang

meracun. Selain hara esensial, terdapat juga hara non-esensial yang dalam kondisi

agroklimat tertentu bisa memperkaya pertumbuhan tanaman disebut dengan hara

fungsional atau hara bermanfaat (Savant et.al., 1999).

Unsur bermanfaat merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman

tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika unsur ini tidak ada,

Page 2: Makalah Fistum 03

2

pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu. Unsur hara pembangun (fakultatif)

dianggap unsur yang tidak penting, tetapi merangsang pertumbuhan tanaman dan

juga dapat menjadi unsur penting untuk beberapa spesies tanaman tertentu karena

dapat menyebabkan kenaikan produksi. Unsur-unsur lain yang termasuk

menguntungkan bagi tanaman adalah Natrium (Na), Cobalt (Co), Chlor (Cl), dan

Silikon (Si).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan unsur mikro Na dan Si itu?

2. Apakah fungsi dari kedua unsur tersebut?

3. Bagaimana cara memperoleh unsur Na dan Si?

4. Apakah dampaknya jika kekurangan atau kelebihan unsur Na dan Si tersebut?

1.3 Tujuan

Berikut ini adalah tujuan dari pembuatan makalah antara lain:

1. Mengetahui pengertian unsur mikro Na dan Si

2. Mengetahui fungsi unsur mikro Na dan Si

3. Mengetahui sumber dan cara memperoleh unsur mikro Na dan Si

4. Mngetahui dampak jika kekurangan atau kelebihan unsur Na dan Si

Page 3: Makalah Fistum 03

3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Na dan Si

2.1.1 Pengertian Natrium

Natrium merupakan penyusun lithosfer keenam setelah kalsium, yaitu 2,75%

yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan

tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai.

Karena tingginya kadar natrium di laut, suatu tanah disebut alkali jika KTK atau

muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥15% Na, yang mencerminkan unsur

ini merupakan komponen dominan dari garam-garam laut yang ada. Pada tanah-tanah

ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Sebagaimana unsur mikro, natrium

juga bersifat toksik bagi tanaman jika pada tanah dalam jumlah yang sedikit

berlebihan (Hanafiah, 2005).

2.1.2 Pengertian Silikon

Silikon (Si) Tersimpan dalam dinding sel yang mengakibatkan sifat mekanis

sel yaitu kaku atau elastis.. Si merupakan unsur yang inert (sangat tidak larut)

sehingga selama ini Si dianggap tidak memiliki arti penting bagi proses-proses

biokimia dan kimia, juga karena jumlahnya yang melimpah dalam tanah peran Si

seringkali tidak terlalu diperhatikan atau bahkan tidak teramati. Beberapa senyawa Si

sebenarnya bisa larut dalam air. Si dapat membentuk senyawa-senyawa baru dengan

aktivitas kimia dan biokimia relatif tinggi. Dalam Tabel Susunan Berkala Unsur

(biasanya dijumpai dalam buku-buku Kimia Dasar), lokasi Si diapit oleh empat unsur

lain. Di sebelah atas dan bawah masing-masing diapit unsur Karbon (C) dan

Germanium (Ge), sedangkan di sebelah kiri dan kanannya masing-masing diapit

Alumunium (Al) dan Phosor (P). Karakteristik Si agak mirip dengan keempat unsur

yang mengapitnya. Si merupakan satu-satunya unsur yang bisa membentuk polimer

stabil seperti C. Si berperilaku seperti Al dalam membentuk mineral (Sokolova,

Page 4: Makalah Fistum 03

4

1985). Si dapat menggantikan posisi P dalam DNA (Voronkov et. al., 1978) dan Si

memiliki sifat-sifat metalik serupa Germanium (Ge) (Iller, 1979).

2.2 Fungsi Na dan Si

2.2.1 Fungsi Na

Natrium meskipu bukan unsur hara esensial, tetapi keberadaannya dalam

tanah kadang dapat menggantikan peran kalium bagi tanaman tertentu, sehingga

unsur ini dikenal sebagai unsur fungsional. Selain itu juga dapat meningkatkan

kelarutan K dari mineral ke larutan tanah (Mengel dan Kirby, 1982). Keberadaan

unsur hara Na tidak saja berpengaruh pada sifat kimia tanah tetapi juga pada sifat

fisik tanah. Terutama dalam kemantapan struktur. Konsentrasinya yang tinggi di

dalam tanah selain secara fisiologi dapat menimbulkan gangguan pada metabolisme

tanaman juga berpengaruh pada sifat osmosis dan kemantapan agregat. Sebagai

keseimbangan ion pada regulasi energi untuk membuka dan menutupnya stomata

(Slamet,2005).

2.2.2 Fungsi Si

Substansi Si yang aktif dalam tanah berbentuk asam monosilikat, asam

polisilikat dan organosilikat (Matichenkov and Ammosova, 1996 dalam Jurnal Ilmu

Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007) p: 103-116 )Asam monosilikat merupakan

pusat dari berbagai interaksi dan transformasi Si dan merupakan produk dari

pelarutan mineral-mineral kaya Si (Lindsay, 1979). Asam-asam Si yang diadsorpsi

akan larut dalam air dapat diserap langsung oleh tanaman dan mikroba. Mereka juga

dapat mengendalikan sifat fisik dan kimia tanah (seperti mobilitas P, Al, Fe, Mn dan

logam berat, aktivitas mikroba, stabilitas bahan organik), pembentukan asam

polisilikat dan mineral-mineral sekunder dalam tanah. Asam polisilikat memiliki efek

nyata terhadap tekstur tanah, kapasitas menahan air, dan erosi (Matichenkov et. al.,

1995). Asam polisilikat merupakan mineral yang dapat menstabilkan agregat tanah

Page 5: Makalah Fistum 03

5

dan memperbaiki porositas tanah bila berada dalam jumlah yang tinggi sehingga

dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Matichenkov and Bocharnikova, 2000).

Silikon bukan merupakan unsur yang penting (esensial) bagi tanaman. Tetapi

hampir semua tanaman mengandung Si, dalam kadar yang berbeda-beda dan sering

sangat tinggi. Walaupun tidak termasuk hara tanaman, Si dapat menaikkan produksi

karena Si mampu memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh terhadap

kelarutan P dalam tanah. Tidak ada unsur hara lain yang dianggap non esensial hadir

dalam jumlah yang secara konsisten banyak pada tanaman. Pada tanaman padi

misalnya, kadar Si sangat tinggi dan melebihi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan

S). Apabila kadar SiO2

kurang dari 5% maka tegak tanaman padi tidak kuat dan

mudah roboh. Ro¬bohnya tanaman menyebabkan turunnya produksi, dengan

demikian pemu¬pukan Si dianggap dapat menaikkan produksi tanaman

(Roesmarkam dan Yuwono, 2002). Pasokan Si yang cukup pada diharapkan mampu

memperoleh hasil yang baik, karena dengan penambahan Si dapat meningkatkan

kekuatan dan ketahanan sel. Pasokan Si membantu daun untuk lebih tegak dalam

pengaruh kondisi pemupukan nitrogen yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan

tingkat fotosintesis. Penambahan Si yang cukup bisa mengurangi tendensi tanaman

serelia untuk layu pada kondisi kekeringan mungkin karena penurunan permeabilitas

atas uap air dari dinding sel epidermal daun (Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol.

7 No.2 (2007) p: 103-116).

Si mampu meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan

menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen

dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan tanaman yang

lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat

disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi

dinding sel oleh jamur menyerang (Slamet, 2009).

Page 6: Makalah Fistum 03

6

2.3 Sumber dan Cara Memperoleh Na dan Si

2.3.1 Sumber Na dan Si

Sumber Na

Natrium dilepaskan dari hasil pengikisan mineral. Di daerah basah, pencucian

dengan mudah melenyapkan natrium karena daya ikatannya pada kompleks

pertukaran tidak kuat, tetapi di daerah-daerah kering dapat terjadi penimbunan

natrium dalam bentuk natrium karbonat dan cenderung menempati kompleks

pertukaran. Hidrolisis natrium karbonat dan natrium yang dapat dipertukarkan

menghasilkan suatu basa yang sangat kuat, yaitu NaOH. Apabila tanah 15% jenuh

natrium atau natrium karbonat, maka nilai pH mungkin berada pada kisaran antara

8,5 dan 10 (Foth, 1994).

Sumber Si

Silikon (Si) merupakan unsur kedua terbanyak setelah oksigen (O) dalam

kerak bumi dan Si juga berada dalam jumlah yang banyak pada setiap tanah. Porsi

terbesar Si tanah dijumpai dalam bentuk kuarsa atau kristal silikon (Buol et. al.,

1980). Pada umumnya tanah mengandung 5-40 % Si (Kovda, 1973 dalam Jurnal Ilmu

Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007) p: 103-116 ). Dalam setiap kilogram tanah

liat terkandung sekitar 200-320 g Si, sementara dalam tanah berpasir terdapat antara

450-480 g Si (Kovda, 1973 dalam Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2

(2007) p: 103-116 ).

SiO2

terdapat hampir pada semua batuan tanah. Ketersediaan Si tergantung

kecepatan pelapukan batuan tersebut. Kadar Si dalam tanah sering dipengaruhi oleh

reaksi adsorbsi, temperatur, air irigasi dan pH tanah. Air irigasi untuk pertanian

sering kali mengandung Si dengan jumlah yang cukup tinggi, sehingga dapat

mempengaruhi ketersediaan Si dalam tanah. Pada tanah asam, kadar Si dalam tanah

cenderung tinggi dan pada pH tinggi umumnya kadarnya rendah. Jumlah Si yang

terlarut (dissolved) dari tanah meningkat seiring meningkatnya suhu. Hal ini

berkaitan dengan tingkat pelapukan batuan yang mengandung mineral silikat.

Page 7: Makalah Fistum 03

7

Semakin tinggi suhu, maka tingkat pelapukan semakin tinggi. Pengapuran sering

menyebabkan turunnya kadar SiO2

dalam larutan tanah. Ketersediaan Si dipengaruhi

oleh perbandingan Si tersedia terhadap seskuioksida tersedia. Makin tinggi ratio Si/Al

atau Si/Fe, makin tinggi pula Si yang dapat diserap oleh tanaman padi (Sumida, 2002;

Roesmarkam dan Yuwono, 2002).

Di wilayah tropika basah seperti di Indonesia, dimana rata-rata curah hujan

dan suhu relatif tinggi, tanah umumnya memiliki kejenuhan basa dan kandungan Si

rendah serta mengalami akumulasi alumunium oksida. Proses ini disebut desilikasi.

Si dilepaskan dari mineral-mineral yang terlapuk, kemudian terbawa aliran air

drainase atau tanaman yang dipanen. Potensi kehilangan Si dari tanah-tanah tropika

bisa mencapai 54,2 kg per ha setiap tahun atau 200 kali lebih banyak dibanding Al

yang hilang hanya 0,27 kg per ha dalam setahun. Berbeda dengan unsur hara lainnya,

kehilangan Si dari tanah jarang sekali dikompensasi melalui pemupukan. Konsentrasi

asam monosilikat (bentuk Si yang tersedia bagi tanaman) cenderung terus berkurang

pada lahan-lahan pertanian yang dibudidayakan secara intensif. Degradasi kesuburan

tanah akan terjadi seiring dengan penurunan kadar asam monosilikat, terutama karena

2 alasan Pertama, berkurangnya asam monosilikat akan diikuti dengan dekomposisi

mineral Si (fenomena keseimbangan hara tanah), dimana yang terakhir ini memiliki

arti penting dalam mengontrol berbagai sifat tanah. Kedua, penurunan asam

monosilikat akan menurunkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Oleh

karena itu, dalam rangka menjaga kesuburan tanah pemupukan Si sebenarnya

diperlukan.

Distribusi Si di dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, vegetasi,

tekstur, pedogenesis dan intensitas proses pelapukan tanah (Hallmark et al., 1982).

Kandungan Si total di dalam tanah diperkirakan mencapai 330.000 mg SiO2/kg

(Bowen, 1966). Sumber Si di dalam tanah dikelompokkan menjadidua, yaitu dari

batuan mineral dan bahan biologi (Sommer et al., 2006). Sumber, transformasi dan

aliran Si di dalam tanah didiskripsikan pada Gambar 1.

Page 8: Makalah Fistum 03

8

Si dari sumber bahan mineral terdiri dari tiga bentuk, yaitu: (1) Mineral

primer dari bahan induk tanah, (2) Mineral sekunder (bentuk kristal) yang

berkembang dari proses pembentukan tanah (terutama mineral liat), dan (3) Mineral

mikro sekunder (kwarsa, opal CT, kalsedon) dan bentuk mineral sederhana (alofen,

imogolit, opal A) yang berasal dari proses pembentukan tanah (Monger dan Kelly,

2002). Sumber Si dari bahan organik dapat berasal dari fitogen, mikrobia dan

protozoa. Di dalam tanah, peranan mikroorganisme dalam transformasi Si melalui

proses dekomposisi seresah tanamandan pelarutan mineral secara aktif (contohnya

oleh hifa jamur).

2.3.2 Cara memperoleh Na dan Si

Cara memperoleh Na

Natrium adalah salah satu unsur utama dari kerak mineral, sedimen, dan

perairan laut. Natrium dan klorin adalah dua elemen yang paling banyak dalam air

laut. Mineral utamanya adalah garam yang mengendap akibat penguapan air laut.

Tidak mudah mengamati reaksi mineral di dasar laut, di mana natrium dihilangkan

dari larutan menjadi mineral lempung karena adanya daerah penguapan yang kuat

dan curah hujan garam yang tersebar di seluruh dunia. Berdasarkan prosesnya,

natrium terakumulasi terus-menerus di laut kemudian dibawa oleh aliran sungai ke

tanah. Oleh karena itu, kita bisa memperkirakan usia laut dengan cara mentukan

massa natrium di laut dan impor tahunan sungai. Setelah itu, natrium yang berada

dalam tanah diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dimakan oleh hewan dan

manusia. Hewan dan manusia mati, feses dan urinnya akan terurai. Oleh bakteri

diuraikan sehingga dapat diserap kembali oleh tumbuhan dan seperti biasa akan

terulang. Jadi dengan pemberian pupuk kandang atau pun pupuk urea sudah bisa

diperoleh Na.

Page 9: Makalah Fistum 03

9

Cara memperoleh Si

Penyebaran Si dalam tanaman dipengaruhi oleh spesies tanaman. Pada

tanaman yang kadar Si-nya rendah, Si terdapat dalam tanaman bagian atas dan bagian

bawah hampir sama misalnya pada tanaman tomat dan sawi. Sedangkan pada clover

(tanaman makanan ternak, legum) Si lebih banyak terdapat akar. Pada tanaman yang

kandungan Si tinggi misalnya padi maka sebagian besar Si terdapat pada tanaman

bagian atas. Tanaman menyerap Si dalam jumlah banyak, melebihi unsur-unsur

lainnya. Tanaman monokotil seperti famili rerumputan (graminae) menyerap Si lebih

banyak dibanding tanaman kacang-kacangan dan dikotil. Berdasarkan kemampuan

menyerap Si, tanaman dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Roesmarkam dan

Yuwono, 2002):

a. Gramineae basah seperti padi sawah, mendong menyerap SiO2

sekitar 10-15%,

b. Gramineae kering seperti tebu dan rumput-rumputan sekitar 1-3% dan,

c. Tanaman dikotil dan leguminose sekitar hanya 0,5%.

Ada tiga model berbeda dalam penyerapan Si oleh tanaman yang

menyebabkan perbedaan dalam akumulasi Si yaitu (Mitani dan Ma, 2005):

a. Penyerapan aktif

Tanaman dengan model penyerapan aktif menyerap Si lebih cepat dari pada

menyerap air, sehingga menghasilkan penurunan kandungan Si pada larutan.

b. Penyerapan pasif

Tanaman dengan model penyerapan pasif menyerap Si dengan tingkatan yang sama

dengan menyerap air, tetapi tidak ada perubahan konsentrasi yang signifikan dalam

larutan yang berhasil diamati.

c. Rejective uptake

Model rejective uptake cenderung untuk mengeluarkan Si yang dibuktikan dengan

terjadinya peningkatan konsentrasi Si dalam larutan.

Page 10: Makalah Fistum 03

10

2.4 Dampak Kelebihan dan Kekurangan Na dan Si

2.4.1 Kelebihan dan kekurangan Na

Kelebihan Na

Natrium juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam

jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005). Terlibat dalam osmosis (pergerakan

air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na

adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan K. Keberadaannya dalam tanah dalam

konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, yaitu menaikan nilai

osmosis sehingga dapat menimbulkan efek plasmolysis. Dari segi fisikokimia tanah,

keberadaan na dalam konsentrasi tinggi dapat merusak struktur tanah (sodik)

sehingga tanah menjadi padat (Slamet, 2009).

Kekurangan Na

Kondisi konsentrasi Na rendah secara umum menguntungkan karena Na

bukan unsur esensial, namun akhir – akhir ini beberapa peneliti menemukan bahwa

kekurangan Na bisa menyebabkan daun-daun tanaman menjadi hijau tua dan tipis.

Selain itu kekurangan Na juga dapat menyebabkan tanaman cepat menjadi layu.

2.4.2 Kelebihan dan kekurangan Si

Kelebihan Si

Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan

menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen

dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan lebih kuat,

meningkatkan panas dan kekeringan tanaman toleransi silikon dapat disimpan oleh

tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh

jamur menyerang.

Page 11: Makalah Fistum 03

11

Kekurangan Si

Si merupakan unsur yang mampu menetrasi tumbuhan terhadap toksik,

sehingga kurangnya unsur Si pada tumbuhan mengakibatkan tanaman mudah

terserang penyakit. Silikon (Si) banyak terkandung pada tanaman graminae, seperti

padi, jagung, dan tebu, terutama di permukaan daun, batang, dan gabah (padi).

Tanaman kahat Si menyebabkan ketiga organ tanaman di atas kurang terlindungi oleh

lapisan silikon yang kuat, akibatnya:

1. Daun tanaman lemah terkulai, tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga

produktivitas tanaman rendah/tidak optimal.

2. Penguapan air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat, sehingga

tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan.

3. Daun dan batang menjadi peka terhadap serangan penyakit dan hama;

4. Tanaman mudah rebah, dan

5. Kualitas gabah (padi) berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit.

Page 12: Makalah Fistum 03

12

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Na dan Si merupakan unsur hara mikro yang artinya dibutuhkan oleh tanaman

dalam jumlah yang sedikit. Kedua unsur hara ini merupakan unsur hara non esensial

namun bisa juga dikatakan esensial untuk tanaman – tanaman tertentu. Pada

dasarnya hampir semua tanaman memiliki unsur ini namun dalam jumlah yang

sedikit. Kedua unsur ini bisa dengan mudah diperoleh dari proses dekomposisi

serasah – serasah atau bahan organik lainnya. Na ataupun Si bisa dengan mudah

dijumpai ditanah dalam bentuk senyawa – senyawa komplek seperti NaOH dan Si02.

Pada tanaman – tanaman tertentu kekurangan dan kelebihan Na ataupun Si dapat

mengakibatkan efek negative bahkan dapat mengurangi produktivitasnya.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga kami

mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi terbentuknya makalah yang

lebih sempurna diwaktu yang berikutnya.

Page 13: Makalah Fistum 03

13

DAFTAR PUSTAKA

Bowen, H.J.M. 1966. Trace Elements in Biochemistry. New York : Academic Press.

Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification.

Amesterdam : The IOWA State University Press.

Foth, S.W. 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga.

Hallmark,C.T.,L.P. Wilding, N.E. Smeck. 1982. Silicon In Methods of Soil Analyses,

No. 9, Part 2. Eds Al Page, H. Miller and DR Keeney, pp. 263–273.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Iller, R. K. 1979. The Chemistry of Silica. New York: Wiley.

Lindsay, W. L. 1979. Chemical Equilibra in Soil. New York : John Wiley and Sons.

Matichenkov, V. V and D. V. Calvert. 2002. Silicon as a Beneficial Element for

Sugarcane. Journal American Society of Sugarcane Technologiest. 22 : 21-30.

Mengel, K and krby, E.A. 1982. Principles of plant nutrition Intenational Potash

Institute. Bern Switzerland: 3nd ed.

Mitani, N. and J. F. Ma. 2005. Uptake System of Silicon in Different Plant Species.

Journal of Experimental Botany. 56 (414) : 1255-1261.

Monger, H. C. and E.F. Kelly. 2002. Silica minerals. Chap. 20, in Dixon,J. B.

Roesmarkam. N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Savant, N. K, Korndorfer, G. H., Datnoff, L. E. and Snyder, G. H. 1999. Silicon

nutrition and sugarcane production: a review. Journal Plant and Nutrition. 22

(12):1853-1903

Schulze, D. G. 2005. Soil Mineralogy with environmental applications. Book Series

SSSA No.7, Madison, WI, pp. 611–636.

Slamet, Supriyadi. 2009. Kandungan Hara Tanah. Jurnal Status unsur-unsur basa

(ca2+, Mg, K and Na ) dilahan kering Madura. fakultas pertanian universitas

trunojoyo, kampus unijoyo POBOX 2 telang kamal bangkalan Madura,

agrovigor volume 2 no.1

Page 14: Makalah Fistum 03

14

Slamet, W. 2005. Unsur Hara Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 p:

103-116

Sommer, M, D. Kaczorek, Y.Kuzyakov, and J. Breuer. 2006. Silicon pools and fluxes

in soils and landscapes. J. Plant Nutr. Soil Sci.169:310–329.

Sokolova, T. A. 1985. The Clay Mineral in the Humid Regions of USSR. Novosibirk,

Nayka.

Sumida, H. 2002. Plant Available Silicon in Paddy Soil. Japan: National Agricultural

Research Center for Tohoku Region Omagari. Second Silicon in Agriculture

Conference.

Voronkov, M. G., G. I. Zelchan, and A. Y. Lykevic. 1978. Silicon and Life. Riga,

Zinatne.

Yukamgo, E. dan Nasih Widya Yuwono. 2008. Unsur – Unsur Hara Tanah.

Yogyakatra: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM.

Page 15: Makalah Fistum 03

15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB 2. PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

2.1 Pengertian Na dan Si ....................................................................................... 3

2.1.1 Pengertian Natrium ................................................................................... 3

2.1.2 Pengertian Silikon ..................................................................................... 3

2.2 Fungsi Na dan Si ............................................................................................. 4

2.2.1 Fungsi Na ................................................................................................. 4

2.2.2 Fungsi Si ................................................................................................... 4

2.3 Sumber dan Cara Memperoleh Na dan Si ........................................................ 6

2.3.1 Sumber Na dan Si .................................................................................... 6

2.3.2 Cara memperoleh Na dan Si ...................................................................... 8

2.4 Dampak Kelebihan dan Kekurangan Na dan Si .............................................. 10

2.4.1 Kelebihan dan kekurangan Na ................................................................. 10

BAB 3. PENUTUP ................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 12

3.2 Saran ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13