Makalah Farmasi
-
Upload
yessi-korua -
Category
Documents
-
view
204 -
download
55
Transcript of Makalah Farmasi
1. PENDAHULUAN
Peningkatan kasus infeksi yang terjadi di masyarakat, membuat para ahli terus
mencari obat untuk mengatasi masalah ini. Beberapa obat ditemukan mempunyai
beberapa efek samping yang negatif bila digunakan bersamaan dengan obat lain.
Sehingga penggunaan beberapa obat dalam satu kali terapi sering dilakukan. Namun,
bersamaan dengan hal itu semakin banyak pula efek samping yang ditimbulkan.
Para ahli mencari turunan dari obat yang telah ditemukan untuk dapat
mengurangi efek samping negatif serta mencari efek lain yang sinergis dengan efek
utama obat tersebut. Seperti ciproloxacin yang merupakan antibiotik kemoterapi
sintetis dari kelas obat fluorokuinolon. Ciprofloxacin adalah fluoroquinolone generasi
kedua antibakteri. Membunuh bakteri dengan mengganggu dengan enzim yang
menyebabkan DNA untuk mundur setelah disalin, yang menghentikan sintesis DNA
dan protein.
Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa ciprofloxacin mempunyai efek lain
selain antibiotik yaitu efek anti inflamasi yang dapat dikatakan bahwa penggunaan
obat ganda dapat dihindari pada kasus yang tidak terlalu berat. Sehingga efek yang
ditimbulkan tidak terlalu banyak. Selain efek anti inflamasi, ciprofloxacin juga dapat
digunakan untuk mengatasi bakteri yang resisten terhadap antibiotika lain misalnya
aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan tetrasiklin. Ciprofloxacin juga efektif
terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.
2. FARMAKOLOGI
a. Sifat Fisiko-Kimia dan Rumus Kimia Obat
Rumus Kimia : 1-cyclopropyl-6-fluoro-1, 4-dihydro-4-oxo-
7-(1-piperazinyl)-3-quinolinecarboxylic acid
C17H18FN3O3HCl.H2O
Sifat Fisiko-kimia : Ciprofloxacin hidroklorida
merupakan serbuk dengan kekuningan – hingga
berwarna kuning. Mempunyai kelarutan 36 mg/mL
dalam air pada suhu 25°C. pKa obat 6 dan 8.8.
Ciprofloxacin laktat merupakan sediaan ciprofloxacin
IV. Cairan jernih dan berwarna kuning cerah. pada
kadar 1.2 g yang larut dalam cairan mempunyai pH 3.3-
3.9. ciprofloxacin dalam sediaan larutan dekstrosa 5%
mempunyai pH 3.5 – 4.6
b. Farmasi Umum
Dosis
ANAK-ANAK:
Oral:
o Infeksi saluran urin atau pyelofritis: anak 1-17 tahun: 20-30 mg/kg/hari
terbagi dalam 2 dosis terpisah (setiap 12 jam) untuk 10-21 hari.
Maksimal 1.5 g/hari.
o Cistitis fibrosis: anak 5-17 tahun; 40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
setiap 12 jam, pemberian selama 1 minggu
Injeksi:
o infeksi saluran urin komplikasi pada anak 5-17 tahun: 6-10 mg/kg
setiap 8 jam untuk 10-21 hari (maksimum 400 mg/dosis)
o Cistitis fibrosis:anak 5-17 tahun; 30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
setiap 8 jam untuk satu minggu.
DOSIS DEWASA:
Oral:
Untuk infeksi saluran kemih :
o Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari
o Berat : 2 x 500 mg sehari
o Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg
sehari
Untuk infeksi saluran cerna :
o Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari
Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak :
o Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari
o Berat : 2 x 750 mg sehari
o Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis
maka pemberian tidak boleh kurang dari2 x 750 mg sehari
o Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila
bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal
yang dianjurkan harus diberikan sehari sekali atau dikurangi
separuh bila diberikan 2 x sehari.
Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit.
Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling
sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.
Preparat
Bactiprox, Baquinor, Bernoflox, Bidiprox, Cetafloxo, Ciflos, Ciprec, Ciproxin,
Civell, Coroflox, Corsacin, Cylowam, Disfabac, Etacin, Floksid, Floxbio,
Floxifar, Floxigra, Girabloc, Interflox, Isotic Renator, Jayacin, Kifarox, Lapiflox,
Licoprox, Meflosin, Mensipox, Nilafolx, Poncoflox, Proxcip, Proxitor, Qinox,
Quamiprox, Qidex, Quinobiotic, Renator, Rindoflox, Scanax, Siflox, Tequinol,
Vidintal, Viflox, Vioquin, Violinol, Wiaflox, Ximex Cylowam, Zumaflox
c. Farmakologi Umum
Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan fluorokuinolon, bekerja dengan
cara mempengaruhi enzim DNA gyrase pada bakteri. Ciprofloxacin adalah antibiotik
untuk bakteri gram positif dan negatif yang sensitif.
Bakteri gram positif yang sensitif : Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermis, Streptococcus pyogenes.
Bakteri negatif yang sensitif : Campylobacter jejuni, Citrobacter diversus, Citrobacter
freundii, Enterobacter cloacae, Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Klebsiela
pneumoniae, morganella morganii, Neisseria gonorrheae, Proteus mirabilis, Proteus
vulgaris, Providencia rettgeri, Providencia stuartii, pseudomonas aeruginosa,
Salmonella typhii, Serratia marcescens, Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap
Ciprofloxacin seperti :
lnfeksi saluran Kemih termasuk prostatitis
Uretritis dan servisitis gonore
Infeksi saluran cerna, termasuk demam tifoid yang disebabkan oleh S.
typhi
lnfeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat streptococcus.
Infeksi kulit dan jaringan lunak.
Infeksi tulang dan sendi.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap ciprofloxacin atau antibiotik derivat
Quinolon lainnya.
Wanita hamil dan menyusui
Anak-anak di bawah usia 18 tahun.
3. FARMAKODINAMIK
Mekanisme Kerja Obat
Ciprofloxacin bekerja dengan cara menghambat subunit A pada DNA-gyrase
(topoisomerase) yang merupakan bagian esensial dalam proses sintesa DNA bakteri.
Karena mekanisme kerjanya yang spesifik, maka tidak terjadi resistensi paralel
dengan antibiotika lain yang bukan golongan kuinolon karboksilat.
Oleh karena itu obat ini juga sangat efektif untuk kuman yang sudah resisten terhadap
obat antibiotika lain seperti Amino-glikosida, Penisilin, Sefalosporin dan Tetrasiklin.
4. FARMAKOKINETIK
A. Absorpsi
Ciprofloxacin oral diserap dengan baik melalui saluran cerna. Bioavailabilitas
absolut adalah Sekitar 70%, tanpa kehilangan yang bermakna dari metabolisme fase
pertama.
B. Distribusi
Ikatan ciprofloxacin terhadap protein serum 20-40% sehingga tidak cukup
untuk menyebabkan interaksi Ikatan protein yang bermakna dengan obat lain. Setelah
administrasi oral, ciprofloxacin didistribusikan ke seluruh tubuh. Konsentrasi jaringan
seringkali melebihi konsentrasi serum, terutama di jaringan genital , termasuk
prostat. Ciprofloxacin ditemukan dalam bentuk aktif di saliva, sekret nasal dan
bronkus, mukosa sinus, sputum cairan gelembung kulit, limfe, cairan peritoneal,
empedu dan jaringan prostat. Ciprofloxacin juga dideteksi di paru-paru, kulit, jaringan
lemak, otot, kartilago dan tulang. Obat ini berdifusi ke cairan serebro spinal, namun
konsentrasi di CSS adalah kurang dari 10% konsentrasi serum puncak ciprofloxacin
juga ditemukan pada konsentrasi rendah di aqueous humor dan vitreus humor.
C. Metabolisme
Empat metabolit ciprofloxacin yang memiliki aktivitas antimikrobial yang
lebih rendah dari ciprofloxacin bentuk asli telah diidentifikasi di urin manusia sebesar
15% dari dosis oral.
D. ekskresi
Waktu paruh eliminasi serum pada subjek dengan fungsi ginjal normal adalah
sekitar 4 jam. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum akan diekskresikan melalui
urin dalam bentuk awal sebagai obat belum diubah. Ekskresi ciprofloxacin melalui
urin akan lengkap setelah 24 jam. Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar
yang melampaui konsentrasi hambat minimal (KHM) untuk kebanyakan kuman
patogen selama minimal 12 jam. Klirens ginjal dari ciprofloxacin, yaitu Sekitar 300
mL / menit, melebihi laju filtrasi glomerulus yang sebesar 120 mL / menit. Oleh
karena itu, sekresi tubular aktif memainkan peran penting dalam eliminasi obat
ini. Pemberian ciprofloxacin bersama probenesid berakibat pada penurunan 50%
klirens renal ciprofloxacin dan peningkatan 50% pada konsentrasi sistemik.
5. TOKSISITAS
Efek Samping
Efek terhadap saluran cerna:
Mual, diare, muntah, gangguan pencernaan, dispepsia, nyeri abdomen,
flatulensi, anoreksia, disfagia. Kalau terjadi diare berat atau persisten
selama atau sesudah pengobatan, segera konsultasi pada dokter karena
gejala tersebut mungkin menutupi kelainan yang lebih serius (kolitis
pseudomembran) yang memerlukan tindakan segera. Kalau ini terjadi,
pemberian ciprofloxacin harus segera di hentikan dan diganti dengan
obat lain yang lebih sesuai(misal Vancomycin per 4 x 250 mg sehari).
Obat-obat yang menghambat perisialtik merupakan kontraindikasi.
Efek terhadap sistem saraf
Pusing,sakit kepala, rasa letih, insomnia, agitasi, tremor, sangat jarang :
paralgesia perifer, berkeringat, kejang, ansietas, mimpi buruk, konfusi,
depresi, halusinasi, gangguan pengecapan dan penciuman, gangguan
penglihatan (misal penglihatan ganda, warna-warni). Reaksi kadang-
kadang timbul setelah pemberian ciprofloxacin untuk pertama kalinya.
Dalam hal lni ciprofloxacin harus segera dihentikan dan segera
konsultasi pada dokter.
Reaksi hipersensitifitas
Reaksi kulit seperti kemerahan pada kulit, pturitus, drug fever. Reaksi
anafilaktik / anafilaktoid (seperti edema pada wajah, vaskuler dan laring,
dispnea yang bertambah berat sehingga terjadi syok yang mengancam
jiwa). Dalam hal ini ciprofloxacin segera dihentikan, tindakan
kedaruratan medis (misal mengatasi syok) harus segera dilakukan.
Efek terhadap renal/urogenital
Nefritis interstisial, gagal ginjal, termasuk gagal ginjal yeng transient
(sementara), poliura, retensi urine, pendarahan uretheral, vaginitis dan
asiodosis releosiife.
Efek terhadap hati
Hepatitis, sangat jarang : kelainan hati yang luas seperti nekrosis hati.
Efek terhadap sistem kardiovaskuler
Jarang : takikardia, palpitasi, atrial flutter, ventricular ectopy, sinkope,
hipertensi, angina pektoris, infark miokardial, cardiopulmonary arrest,
cerebral thrombosis, wajah merah dan panas, migrain, pingsan.
Lain-lain
Jarang : nyeri sendi, lemas seluruh tubuh, nyeri otot, tendovaginitis,
fotosensitifitas ringan, tinnitus, gangguan pendengaran terutama untuk
frekuensi tinggi, epistaksis, laryngeal atau pulmonary edema, hemoptisis,
bronchospasm, pulmonary embolism.
Efek pada darah
Eosinofilia, leukositopenia, leukositosis, anemia granulositopenia.
Sangat jarang : trombositopenia, trombositosis, kelainan protrombin.
Efek pada nilai laboratorium/deposit urin
Kadar transminase dan alkali fosfatase dalam darah mungkin meningkat
untuk sementara: ikterus kolestatik dapat terjadi terutama pada pasien
yang pernah mengalami kelainan;peningkatan kadar urea, kreatinin dan
bilirubin darah seara transient (sementara); hiperglikemia;pada kasus
tertentu: Kristal uria dan hematuria.
Interaksi obat
Pemberian ciprofloxacin bersama teophylin dapat meningkatkan kadar
teophylin dalam plasma sehingga dapat menimbulkan efek samping teophylin.
Apabila kombinasi ini tidak dapat dihindarkan, kadar teophylin dalam plasma
harus dimonitor dan dosis teophylin harus dikurangi. Jika kadar teophylin
tidak dapat dimonitor, pemberian ciprofloxacin harus dihindari.
Kenaikan kadar kreatinin serum untuk sementara terlihat pada pemberian
ciprofloxacin bersama cyclosporin. Dalam hal ini, kadar kreatinin serum harus
sering dipantau (dua kali seminggu)
Harus dipertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi pada pemberian
ciprofloxacin bersama probenesid
Pemberian bersama ciprofloxacin dan anti-koagulan oral dapat
memperpanjang waktu pendarahan.
Pemberian bersama metoklopramid mempercepat absorbsi ciprofloxacin.
6. PENYELIDIKAN/ PENELITIAN
Abstract
Objectives
Chronic rhinosinusitis (CRS) is a chronic inflammatory disease of the nasal mucosa.
Recent studies suggest that S. aureus enterotoxins may play an etiologic role in the
development of CRS. Apart from surgery and repeated courses of steroids, macrolide
antibiotics have been reported to exert anti-inflammatory effects in CRS. Similar
effects have been reported for fluoroquinolones on various cell types. Since these
effects have poorly been characterized in CRS, we examined anti-inflammatory
effects of ciprofloxacin on human nasal epithelial cells (HNECs).
Methods
Inflammation was induced in HNECs cultured from nasal turbinate mucosa with
supernatants of S. aureus Newman for 12 hours. Subsequently, HNECs were
coincubated with S. aureus Newmanand ciprofloxacin (1.5 × 10-5 M), clarithromycin
(10-6 M) or prednisolone (10-5 M) for another 12 hours. IL-8 synthesis was quantified
after 12 and 24 hours by ELISA.
Results
Stimulation with S. aureus Newman supernatants was associated with an increase of
IL-8 synthesis after 12 hours in all experiments. During the second 12 hours, IL-8
synthesis decreased and this effect was independent from any stimulus or inhibitor.
However, coincubation of HNECs with ciprofloxacin was associated with a more
extensive decrease of IL-8 synthesis. Similarly, addition of clarithromycin was
associated with a reduction of IL-8 synthesis although this effect was not significant.
Coincubation with prednisolone resulted in a significant reduction of IL-8 levels.
Conclusion
Ciprofloxacin exerts anti-inflammatory effects in S. aureus Newman driven nasal
inflammation. Inhibitory effects were comparable to those of prednisolone and
clarithromycin.
7. DISKUSI
Analisa komparasi
Hasil percobaan menggunakan paparan supernatan S.aureus Newman dengan parameter
sintesa IL-8 setelah 12jam.
- Clarithromycin menunjukkan penurunan sintesa IL-8 tetapi tidak signifikan
- Prednisolone menunjukkan penurunan sintesa IL-8 secara signifikan
- Ciprofloxacin menunjukan penurunan sintesa IL-8 yg lebih besar disbanding
clarithromycin. Dengan demikian dapat dikatakan ciprofloxacin memiliki efek
anti inflamasi yang nyata diantara antibiotic lain, namun lebih kecil
dibandingkan obat-obat anti inflamatory
8. RINGKASAN
Ciprofloxacin merupakan antibiotik kemoterapi sintesis dari kelas
fluoroquinolon generasi ke dua. Absorpsi ciprofloxacin secara oral cukup baik dengan
bioavailabilitas sekitar 70%, dan memiliki ikatan terhadap protein sebesar 20-40%
sehingga tidak cukup untuk menyebabkan interaksi ikatan protein dengan obat lain.
Waktu paruh eliminasi serum pada subjek dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar
4jam. Hasil percobaan dengan parameter IL-8 menunjukan bahwa Ciprofloxacin
memiliki efek anti inflamasi yang lebih besar dibanding anti biotik lain ( dalam
penelitian menggunakan Clarithromycin ) akan tetapi masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan obat-obatan anti inflamasi.
9. SUMMARY
Ciprofloxacin is an sintetic chemotherapic antibiotic from fluoroquinolone
drug class. It is a second-generation fluoroquinolone antibacterial. Its absorption
through oral andministration is good with about 70% bioavailability, and
ciprofloxacin has 20-40% ability to bond with protein makes it not enough to create
interaction with another drugs. Ciprofloxacin half life elimination time on healthy
kidney patients is about 4 hours. From the result of the experiments using IL-8
Parameter shows that ciprofloxacin have stronger anti inflammation effect than other
antibiotic drugs ( in this experiments using clarithromycin) but still lower than the anti
inflammation drugs.
10. DAFTAR PUSTAKA
Sachse F, von Eiff C, Becker K, Rudack C. 2008. Anti-inflammatory effects of
ciprofloxacin in S. aureus Newman induced nasal inflammation in vitro. viewed 30
January 2012, http://www.journal-inflammation.com/content/5/1/11.
Arnita. 2006. Pilihan Antibiotika untuk CAP. viewed 30 January 2012,
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=110
Ogbru Omudhome. ciprofloxacin, Cipro, Cipro XR, Proquin XR. . viewed 30 January
2012, http://www.medicinenet.com/ciprofloxacin/article.htm
Wolters Kluwer Health. 2009. Ciprofloxacin. viewed 30 January 2012,
http://www.drugs.com/ppa/ciprofloxacin.html
Kourbeti Irene S, Alegakis Dimitrios E, Maraki Sofia, Samonis George .2010 . Impact
of prolonged treatment with high-dose ciprofloxacin on human gut flora: a case
report. viewed 30 January 2012, http://www.jmedicalcasereports.com/content/4/1/111
Dörr T, Vulić M, Lewis K (2010) Ciprofloxacin Causes Persister Formation by
Inducing the TisB toxin in Escherichia coli. PLoS Biol 8(2): e1000317.
doi:10.1371/journal.pbio.1000317
Souza Roberta B, Ferrari Rafaela G, Magnani Marciane, Kottwitz Luciana B.M.,
Alcocer Iliana, Tognim Maria Cristina B, Olivera Tereza C. R. M. 2009.
Ciprofloxacin Susceptibility Reduction Of Salmonella Strains Isolated From
Outbreaks. viewed 30 January 2012, http://www.scielo.br/scielo.php?
script=sci_pdf&pid=S1517-83822010000200033&lng=en&nrm=iso&tlng=en