Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

48
MAKALAH EKONOMI MIKRO “ SEWA TANAH “ Disusun oleh : Nama : HARIDIN N I M : 3403150245 Nama : DEDEN PRATAMA N I M : 3403150246 Nama : AIF SAEPUDIN N I M : 3403150255 Nama : BIMO HANGGORO AJI N I M : 3403150236 Nama : DEVI PERMATASARI N I M : 3403150223

description

Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Transcript of Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Page 1: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

MAKALAH EKONOMI MIKRO

“ SEWA TANAH “

Disusun oleh :

Nama : HARIDINN I M : 3403150245

Nama : DEDEN PRATAMAN I M : 3403150246

Nama : AIF SAEPUDINN I M : 3403150255

Nama : BIMO HANGGORO AJIN I M : 3403150236

Nama : DEVI PERMATASARIN I M : 3403150223

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS GALUH

CIAMIS2015

Page 2: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabatnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat

kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis

tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu

penulis ucapkan terima kasih.

Banjar, Oktober 2015

Penulis

i

Page 3: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa Tanah...................................................................

B. Sejarah Sistem Sewa Tanah dan Pelaksanaan Sewa Tanah di

Indonesia.........................................................................................

1. Sistem Sewa Tanah Masa Raffles (1811-1816)........................

2. Pelaksanaan Sistem Sewa Tanah di Indonesia.........................

3. Penilaian...................................................................................

4. Kegagalan Sistem Sewa Tanah.................................................

C. Teori Sewa Tanah...........................................................................

1. Teori David Ricardo.................................................................

2. Teori Von Thunen.....................................................................

3. Teori Harga Derivasi Tanah.....................................................

D. Keuntungan dan Kerugian Sewa Tanah.........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Manusia

beraktifitas, bermasyarakat, dan dalam melangsungkan kehidupannya

memerlukan tanah, yang hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam yang

ada baik di permukaan, di dalam tubuh bumi, maupun di atas permukaan

bumi. Demikian besar keberadaan tanah bagi kehidupan, sehingga tanah

menjadi bagian dasar dari kebutuhan manusia.

Tanah juga merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

nilai ekonomis dan nilai sosial yang tinggi. Tanah tidak dapat diproduksi

ataupun diperbaharui seperti sumber daya alam yang lain yang dapat

tergantikan.

Perbandingan antara ketersediaan tanah sebagai sumber daya alam

yang langka di satu sisi dan pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai

pemenuhan kebutuhannya akan tanah disisi lain, tidak mudah dicari titik

temunya. Dengan perkataan lain, akses untuk memperoleh dan memanfaatkan

tanah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia itu belum dapat dinikmati

oleh setiap orang yang antara lain disebabkan karena perbedaan dalam akses

modal.

Dalam ekonomi yang paling penting adalah bagaimana caranya

mengalokasikan tanah pada berbagai alternatif pemakaian. Teori sewa tanah

1

Page 5: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

dan alokasi tanah dapat dipergunakan untuk menganalisis pemanfaatan tanah.

Pada dasarnya teori tentang sewa tanah dan alokasi tanah merupakan bagian

dari teori mikro ekonomi tentang alokasi dan penentuan harga faktor-faktor

produksi. Seperti halnya upah yang merupakan harga bagi jasa tenaga kerja,

maka sewa tanah adalah harga atas jasa tanah, sehingga sesuai dengan itu

harga menunjukkan faktor penentu bagi penyesuaian penggunaan input (faktor

produksi) dan output (hasil) di pasar.

Pengertian nilai tanah dan sewa tanah dikaitkan seperti halnya nilai

suatu aktiva dengan nilai (harga) hasil jasa yang diakibatkan oleh penggunaan

aktiva tersebut. Suatu aktiva fisik itu bernilai karena aktiva itu memberikan

hasil (manfaat) selama suatu periode tertentu. Demikian juga, sewa tanah

adalah harga/nilai jasa yang dihasilkan oleh tanah selama suatu periode

tertentu, misalnya tahun. Oleh karena itu suatu sewa tanah memiliki dua

dimensi pengukuran yaitu waktu dan unit. Sebagai contoh, sewa tanah

biasanya dinyatakan dalam rupiah per meter persegi per tahun. Sementara itu

harga suatu aktiva adalah present value (nilai sekarang) atau nilai sewa yang

dikapitalisasikan yang dihasilkan oleh aktiva tersebut selama periode hidup

aktiva tersebut.

Aktiva buatan manusia seperti gedung dan mesin, nilainya akan

merosot karena waktu dan pengabaian. Peruntukan tanah yang sudah lama

untuk pertanian juga mengalami penurunan nilai. Pengertian nilai tanah juga

dibedakan antara tanah yang diusahakan (improved land) dan tanah yang tidak

diusahakan (uninproved land). Di kota, peruntukan tanah pada umumnya

2

Page 6: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

masih harus ditambah dengan suatu bangunan yang diletakkan di atas tanah

yang bersangkutan. Nilai tanah yang tidak diusahakan adalah harga tanah

tanpa bangunan diatasnya. Sedangkan nilai tanah yang diusahakan adalah

harga tanah ditambah dengan harga bangunan yang terdapat diatasnya.

Ada beberapa bentuk dan cara mengubah tanah tidak diusahakan

menjadi tanah diusahakan dengan cara :

1. Pembuatan bangunan.

2. Penanaman pohon.

Bangunan-bangunan semacam itu merupakan salah satu bentuk dan

investasi yang secara langsung dapat mempengaruhi nilai pasar dari tanah

yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Apakah pengertian sewa tanah?

2. Bagaimanakah sejarah sistem sewa tanah dan pelaksanaan sewa tanah di

Indonesia?

3. Bagaimanakah teori tentang sewa tanah?

4. Apakah keuntungan dan kerugian sewa tanah?

3

Page 7: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa Tanah

Tanah merupakan sumber daya material dan sumber terpenting, tanah

merupakan lapisan teratas dan dalam lapisan inilah hidup beraneka ragam

makhluk termasuk manusia, menjelaskan bahwa tanah dianggap sebagai

satusatunya sumber untuk mendapatkan pendapatan dan kekayaan, dan sector

pertanian merupakan kegiatan produktif, tanah juga diyakini mengandung

kemampuan untuk menghasilkan produksi dalam jumlah dan mutu yang

melebihi (menciptakan surplus) bahan mentah dan peralatan yang digunakan

dalam menghasilkan produk bersih.

Faktor tanah Secara teoritis dibahas berkenaan dengan nilai sewa atas

tanah, apakah dimasukkan dalam harga perolehan atau bagian yang harus

dinikmati oleh pemilik tanah (residu) penjelasan terhadap tanah dalam

perekonomian Imbalan jasa untuk penggunaan tanah tidak dianggap sebagai

faktor menentukan harga, melainkan sewa tanah (land rent) merupakan residu,

suatu unsur sisa hasil (residual) dari harga barang, bagian residu itu jatuh pada

dan dinikmati oleh pemilik/penguasa tanah. Sewa tanah bukan merupakan

komponen dalam biaya produksi yang menentukan harga barang, melainkan

tinggi-rendahnya upah beserta bunga dan laba yang menjadi faktor yang

menentukan tinggi dan rendah harga barang.

4

Page 8: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Sementara itu David Ricardo menjelaskan bahwa sewa tanah timbul

karena kekurangan tanah, dan terbatasnya kesuburan tanah. Sewa tanah

merupakan ganti kerugian yang harus dibayar kepada pemilik tanah untuk

pemakaian. Harga dari hasil-hasil pertanian akan tergantung pada pada jumlah

kerja yang dipergunakan untuk memproduksi hasil pertanian tersebut.

Sumbangan Ricardo adalah distribusi pendapatan berkenaan dengan

tanah sebagai faktor produksi dengan mengemukakan praktis. Teori distribus

Ricardo mengandung tiga element yaitu teori sewa, sebuah teori untuk

menjelaskan upah dan sebuah teori laba. Teorinya memperlihatkan bagaimana

pendapatan nasional dibagi menjadi tiga kategori dan apa yang terjadi pada

sewa, upah dan laba ketika ekonomi tumbuh. Dalam menganalisis mengikuti

Multhus (1970) sebelumnya yaitu teori sewa differensial. Menurut teori

differensial sewa berasal dari perbedaan kesuburan dari berbagai bidang tanah.

Apabila tersedia persediaan tanah yang kaya dan subur yang berlimpah, orang-

orang tidak akan membayar untuk penggunaan tanah ini dan tidak akan ada

biaya sewa tanah.

Tetapi biasanya ada keterbatasan persediaan tanah yang baik. Ketika

sebagian tanah yang paling subur habis dipakai, maka bidang tanah yang

paling subur yang selanjutnya harus diolah juga. Keuntungan dari orang-orang

yang mempunyai tanah yang paling subur akan segera bertambah. Ketika

tanah yang dipakai semakin lama semakin memburuk kualitasnya, sewa

differensial akan naik. Ketika tanah kualitas ketiga ditanami, sewa tanah yang

kedua akan segera meningkat, dan diatur dengan perbedaan kemampuan

5

Page 9: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

produktif mereka.Pada saat yang sama sewa untuk kualitas yang pertama akan

naik.

Sementara itu Schumacher (1973) mengemukakan bahwa tanah

merupakan faktor produksi penting namun merupakan faktor kedua, faedah

(utility) dan kemanfaatan tanah yang merupakan sumber daya yang perlu

dijaga (ekologis), tanah adalah tujuan, tanah merupakan meta-ekonomis,

keramat dalam pengertian bahwa tanah tidak bisa dibuat oleh manusia, maka

perlu dijaga kelestariannya, Schumacher juga menawarkan gagasan bahwa

dalam pengelolaan tanah perlu memenuhi tiga tugas utama yakni : (1)

Memelihara hubungan manusia dengan alam kehidupan, dimana manusia

merupakan bagian yang rapuh sekali, (2) untuk memberikan sifat yang lebih

manusiawi dan lebih mulia pada pemukiman manusia yang lebih luas (3)

menghasilkan pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk hidup yang

layak.

Sewa tanah merupakan konsep penting dalam teori ekonomi

sumberdaya tanah, sewa tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ;

1. Sewa tanah (contract rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada

pemilikmelalukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.

2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan

surpluspendapatan diatas biaya produksi atau harga input tanah

yangmemungkinkan faktor produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam

prosesproduksi.

6

Page 10: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Sewa Tanah (Land Rent) sebagai Surplus Ekonomi

Sewa Tanah secara sederhana dapat didefinisikan sebagai surplus

ekonomi yaitu kelebihan nilai produksi total diatas biaya total.

Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep

“Land Rent” yang merupakan Surplus Ekonomi setelahPembayaran Biaya

Produksi

7

Page 11: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Ilustrasi Perbedaan Kesuburan Tanah pada Besarnya “Land Rent”

B. Sejarah Sistem Sewa Tanah dan Pelaksanaan Sewa Tanah di Indonesia

1. Sistem Sewa Tanah Masa Raffles (1811-1816)

Kemenangan Inggris dalam perang melawan Belanda-Prancis,

menandai berakhirnya kekuasaan Belanda di Nusantara. Kekuasaan

Inggris di Indonesia mencakup Jawa, Palembang, Banjarmasin, Makassar,

Madura, dan Sunda Kecil. Pusat pemerintahan Inggris atas Indonesia

berkedudukan di Madras, India dengan Lord Minto sebagai gubernur

jenderal. Daerah bekas jajahan Belanda dipimpin oleh seorang letnan

gubernur yang bernama Stamford Raffles (1811-1816).

Selama pemerintahannya Raffles banyak melakukan pembaharuan

yang bersifat liberal di Indonesia. Pembaharuan yang dilakukan Raffles di

Indonesia secara teoritis mirip dengan pemikiran Dirk van Hogendorp

8

Page 12: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

pada tahun 1799. Inti dari pemikiran kedua orang tersebut adalah

kebebasan berusaha bagi setiap orang, dan pemerintahan hanya berhak

menarik pajak tanah dari penggarap. Pemerintahan dijalankan untuk

mencapai kesejahteraan umum, dan kesadaran baru bahwa baik serikat

dagang, terlebih kekuasaan negara tidak mungkin bertahan hidup dengan

memeras masyarakatnya.

Gagasan Raffles mengenai sewa tanah ini dilatar belakangi oleh

keadaan Jawa yang tidak memuaskan dan tidak adanya kebebasan

berusaha. Gagasan dan cita-cita Raffles merupakan pengaruh dari Revolusi

Perancis yaitu prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan yang

semula tidak ada pada masa Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda,

para pedagang pribumi dan Eropa mengalami kesulitan dalam hal

berdagang. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem monopoli yang

diterapkan pemerintah Belanda. Sistem monopoli yang diterapkan oleh

pemerintahan Belanda ini pada masa Raffles diganti dengan perdagangan

bebas.

Selain itu adanya paksaan dari pemerintah Belanda kepada para

petani untuk menyediakan barang dan jasa sesuai kebutuhan Belanda,

mengakibatkan matinya daya usaha rakyat. Oleh karena itu, pada masa

Raffles inilah masyarakat diberi kebebasan bekerja, bertanam, dan

penggunaan hasil usahanya sendiri. Pada masa Raffles para petani diberi

kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam.

9

Page 13: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Tidak adanya kepastian hukum pada masa pemerintahan Belanda,

telah mengakibatkan terjadinya kekacauan di berbagai daerah. Tidak

adanya perlindungan hukum untuk para para penduduk mengakibatkan

adanya sikap sewenang-wenang para penguasa pribumi. Tidak adanya

jaminan bagi para petani mengakibatkan hilangnya dorongan untuk maju.

Sesuai pernyataan Hogendorf, ia tidak percaya pendapat orang-orang

Eropa tentang kemalasan orang Jawa, karena apabila diberi kebebasan

menanam dan menjual hasilnya, petani-petani Jawa akan terdorong untuk

menghasilkan lebih banyak dari pada yang dicapai dibawah masa Belanda.

Jika kebebasan dan kepastian hukum dapat diwujudkan, untuk

mencapai kemakmuran orang-orang Jawa yang dahulunya tertindas akan

dapat berkembang. Masyarakat pun dengan keinginannya sendiri akan

menanam tanaman-tanaman yang diperlukan oleh perdagangan di Eropa.

Semua ini pada akhirnya juga akan menguntungkan bagi perekonomian

pihak Inggris.

Stelsel yang diterapkan pemerintah Belanda sangat ditentang oleh

Raffles, hal ini dikarenakan munculnya penindasan dan menghilangkan

dorongan untuk mengembangkan kerajinan. Secara makro kondisi ini akan

menyebabkan rendahnya pendapatan negara atau negara mengalami

kerugian. Pada hakikatnya pemerintahan Raffles menginginkan terciptanya

suatu sistem ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan yang

dahulu melekat pada sistem penyerahan paksa dan pekerjaan rodi yang

dijalankan pemerintah Belanda.

10

Page 14: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Gambar: Thomas Stamford Raffles

Dalam pemerintahannya, Raffles menghendaki adanya sitem sewa

tanah atau dikenal jugadengan sistem pajak bumi dengan istilah landrente.

Dalam usahanya untuk melaksanakan sisten sewa tanah ini Raffles

berpegang pada tiga azas, yaitu: 

1. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan dan rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam.

2. Pengawasan tertinggi dan langsung dilakukan oleh pemerintah atas tanah-tanah dengan menarik pendapatan atas tanah-tanah dengan menarik pendapatan dan sewanya tanpa perantara bupati-bupati, yang dikerjakan selanjutnya bagi mereka adalah terbatas pada pekerjaan-pekerjaan umum

3. Menyewakan tanah-tanah yang diawasi pemerintah secara langsung dalam persil-persil besar atau kecil, menurut keadaan setempat, berdasarkan kontrak-kontrak untuk waktu yang terbatas.

11

Page 15: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Adanya suatu aparatur pemerintahan yang terdiri dari orang-orang

Eropa dan mengesampingkan peranan penguasa pribumi (para bupati),

menurut Raffles hal ini adalah salah satu tindakan penghapusan feodalisme

Jawa. Para bupati dialih fungsinya menjadi pengawas ketertiban dan tidak

boleh ikut dalam pemungutan pajak tanah (landrente). Tentang persewaan

tanah, menurut Raffles pemerintah (gubernemen) sebagai pengganti raja-

raja Indonesia merupakan pemilik semua tanah-tanah sehingga dengan

demikian mereka boleh menyewakan tanah-tanah tersebut, yaitu dengan

menuntut sewa tanah berupa pajak tanah maka pendapat negara akan baik. 

Untuk menentukan besarnya pajak, tanah dibagi menjadi tiga

kelas,yaitu: 

Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan pajak setengah dari hasil

bruto.

Kelas II, yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga darihasil

bruto.

Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua per lima dari hasil

bruto.

2. Pelaksanaan Sistem Sewa Tanah di Indonesia

Sewa tanah diperkenalkan di Jawa semasa pemerintahan peralihan

Inggris (1811-1816) oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles, yang

banyak menghinpun gagasan sewa tanah dari sistem pendapatan dari tanah

12

Page 16: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

India-Inggris. Sewa tanah didasarkan pada pemikiran pokok mengenai hak

penguasa sebagai pemilik semua tanah yang ada.

Thomas Stamford Raffles menyebut Sistem Sewa tanah dengan

istilah landrente. Peter Boomgard (2004:57) menyatakan bahwa: Kita

perlu membedakan antara landrente sebagai suatu pajak bumi atau

lebihtepat pajak hasil tanah, yang diperkenalkan tahun 1813 dan masih

terus dipungut pada akhir periode colonial, dan andrente sebagai suatu

sistem (Belanda: Landrente Stelsel), yang berlaku antara tahun 1813

sampai 1830.

Tanah disewakan kepada kepala-kepala desa di seluruh Jawa yang

pada gilirannya bertanggungjawab membagi tanah dan memungut sewa

tanah tersebut. sistem sewa tanah ini pada mulanya dapat dibayar dengan

uang atau barang, tetapi selanjutnya pembayarannya menggunakan uang.

Gubernur Jenderal Stamford Raffles ingin menciptakan suatu sistem

ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan, dan dalam rangka

kerjasama dengan raja-raja dan para bupati. 

Kepada para petani, Gubernur Jenderal Stamford Raffles ingin

memberikan kepastian hukum dan kebebasan berusaha melalui sistem

sewa tanah tersebut. Kebijakan Gubernur Jenderal Stamford Raffles ini,

pada dasarnya dipengaruhi oleh semboyan revolusi Perancis dengan

semboyannya mengenai “Libertie (kebebasan), Egaliie (persamaan), dan

Franternitie (persaudaraan)”. Hal tersebut membuat sistem liberal

13

Page 17: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

diterapkan dalam sewa tanah, di mana unsur-unsur kerjasama dengan raja-

raja dan para bupati mulai diminimalisir keberadaannya.

Sehingga hal tersebut berpengaruh pada perangkat pelaksana dalam

sewa tanah, di mana Gubernur Jenderal Stamford Raffles banyak

memanfaatkan colonial (Inggris) sebagai perangkat (struktur pelaksana)

sewa tanah, dari pemungutan sampai pada pengadministrasian sewa tanah.

Meskipun keberadaan dari para bupati sebagai pemungut pajak telah

dihapuskan, namun sebagai penggantinya mereka dijadikan bagian integral

(struktur) dari pemerintahan colonial, dengan melaksanakan proyek-

proyek pekerjaan umum untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Tiga aspek pelaksanaan sistem sewa tanah:

1. Penyelenggaraan sistem pemerintahan atas dasar modern

Pergantian dari sistem pemerintahan yang tidak langsung yaitu

pemerintahan yang dilaksanakan oleh para raja-raja dan kepala desa.

Penggantian pemerintahan tersebut berarti bahwa kekuasaan

tradisional raja-raja dan kepala tradisional sangat dikurangi dan

sumber-sumber penghasilan tradisional mereka dikurangi ataupun

ditiadakan. Kemudian fungsi para pemimpin tradisional tersebut

digantikan oleh para pegawai-pegawai Eropa.

2. Pelaksanaan pemungutan sewa

Pelaksanaan pemungutan sewa selama pada masa VOC adalah pajak

kolektif, dalam artian pajak tersebut dipungut bukan dasar perhitungan

14

Page 18: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

perorangan tapi seluruh desa. Pada masa sewa tanah hal ini digantikan

menjadi pajak adalah kewajiban tiap-tiap orang bukan seluruh desa.

3. Pananaman tanaman dagangan untuk dieksport

Pada masa sewa tanah ini terjadi penurunan dari sisi ekspor, misalnya

tanaman kopi yang merupakan komoditas ekspor pada awal abad ke-

19 pada masa sistem sewa tanah mengalami kegagalan, hal ini karena

kurangnya pengalaman para petani dalam menjual tanaman-tanaman

mereka di pasar bebas, karena para petani dibebaskan menjual sendiri

tanaman yang mereka tanam.

Dua hal yang ingin dicapai oleh raffles melalui sistem sewa tanah

ini adalah:

1. Memberikan kebebasan berusaha kepada para petani Jawa melalui

pajak tanah.

2. Mengefektifkan sistem administrasi Eropa yang berarti penduduk

pribumi akan mengenal ide-ide Eropa mengenai kejujuran, ekonomi,

dan keadilan.

Pada sistem sewa tanah rakyat tetap saja harus membayar pajak

kepada pemerintah. Rakyat diposisikan sebagai penyewa tanah, karena

tanah adalah milik pemerintah sehingga untuk memanfaatkan tanah

tersebut untuk menghasilkan tanaman yang nantinya akan dijual dan uang

yang didapatkan sebagian kemudian digunakan untuk membayar pajak dan

sewa tanah tersebut. Pada masa ini sistem feodalisme dikurangi, sehingga

15

Page 19: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

para kepala adat yang dahulunya memdapatkan hak-hak atau pendapatan

yang bisa dikatakan irasional, kemudian dikurangi.

Setiap orang dibebaskan menanam apa saja untuk tanaman ekspor,

dan bebas menjualnya kepada siapa saja di pasar yang telah disediakan

oleh pemerintah. Tetapi karena kecenderungan rakyat yang telah terbiasa

dengan tanam paksa dimana mereka hanya menanam saja, untuk mernjual

tanaman yang mereka tanam tentu saja mengalami kesulitan, sehingga

mereka kemudian menyerahkan urusan menjual hasil pertanian kepada

para kepala-kepala desa untuk menjualnya di pasar bebas. Tentu saja hal

ini berakibat pada banyaknya korupsi dan penyelewengan yang dilakukan

oleh para kepala desa tersebut. 

3. Penilaian

Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama masa sistem sewa

tanah berlaku, baik selama pemerintah sementara Inggris di bawah Raffles

maupun selama pemerintahan Belanda di bawah para Komisaris Jenderal

dan Gubernur Jenderal Van Der Capellen, menunjukkan bahwa usaha

untuk mengesampingkan para Bupati dan kepala-kepala Desa tidak

berhasil. Ternyata mau tidak mau struktur feodal yang berlaku di

masyarakat tradisional Jawa khususnya gengsi sosial yang dimilikipara

Bupati dan Kepala Desa, perlu di mobilisasi lagi oleh pemerintah kolonial

jika mereka mau mencapai tujuan mereka untuk mendorong penduduk

menanam tanaman perdagangan yang diinginkannya. Oleh karena itu

pelaksanaan sistem tanah ini tidak merata (uneven). Kadang-kadang di

16

Page 20: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

beberapa tempat terdapat penanaman secara bebas, tetapi penanaman

bebas ini hanya formalitas belaka.

Sistem sewa tanah ini mengakibatkan lebih meresapnya pengaruh

politik maupun pengaruh sosial samapi batas tertentu ke dalam masyarakat

Jawa, oleh karena usaha mengesampingkan para bupati untuk langsung

berhubungan dengan para petani sendiri. Walaupun para bupati dapat di

kesampingkan, hal yang tidak dapat dilakukan dengan kepala-kepala desa,

yang harus dikerahkan untuk pemungutan pajak tanah. Oleh karena itu

usaha sistem sewa tanah untuk mengandakan hubungan langsung dengan

para produsen tanaman dagangan itu sendiri tidak berhasil.

Ditinjau dari tujuan untuk meningkatkan tingkat kemakmuran

penduduk di Jawa dan merangsang produksi tanaman dagangan, sistem

sewa tanah dapat dikatakan telah mengalami kegagalan. Usaha-usaha

untuk menghapus struktur masyarakat yang tradisional (feodal) dan

memberikan kepastian hukum yang lebih besar kepada penduduk pun

tidak berhasil.

Sebab-sebab kegagalan sistem sewa tanah yang diterapkan Raffles

di Jawa karena Raffles memperkenalkan kebijaksanaannya sangat di

pengaruhi oleh azas-azas kolonial Inggris yang telah di tempuh di India.

Kesalahan-kesalahan Raffles ialah bahwa ia mungkin telah melebih-

lebihkan persamaan –persamaan yang menurut ia terdapat antara India dan

Jawa sedangkan sebenarnya terdapat perbedaan-perbedaan yang besar

17

Page 21: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

dalam susunan masyarakat maupun dalam tingkat perkembamgan

ekonomi.

Pada umumnya bahwa tingkat perkembangan ekonomi India

adalah lebih tinggi daripada di Jawa. Misalnya :

1. Di India sudah mengenal ekonomi uang (money economy) sejak abad

ke 16 dan antara berbagai daerah di India terdapat lalu lintas

perdagangan yang ramai, yang menunjukkan bahwa desa-desa di India

bukan merupakan desa-desa yang hanya dapat mencukupi kebutuhan –

kebutuhan mereka sendiri. Bahkan India juga mengenal perdagangan

ekspor yang cukup ramai.

2. Dibandingkan di Jawa keadaan ekonominya pada abad ke 19 masih

menunjukkan gambaran ekonomi yang menyeluruh. Bahkan

sebaliknya hanya berdasarkan yang terlihat, yaitu desa-desa yang pada

umumnya hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri tanpa banyak

mengadakan perdagangan apalagi perdagangan ekspor. Selain kopi

yang di peroleh dari penanaman paksa, Jawa pada abad ke 19 hanya

mengekspor beras dalam jumlah yang terbatas dan beberapa barang

lainnya yng tidak begitu berarti, yang di ekspor ke kepulauan Maluku.

Uraian diatas telah memperlihatkan mengapa kebijaksanaan

Raffles yang kemudian di teruskan oleh pemerintah Hindia-Belanda

sampai tahun 1830, mengalami kegagalan. Berlainan dengan rakyat India,

penduduk di Jawa tidak biasa menghasilkan tanaman-tanaman untuk di

ekspor atas usaha dan praktek mereka sendiri. Jika mereka tidak mendapat

18

Page 22: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

perintah dari atasan mereka, mereka tidak akan menanam tanaman

dagangan yang menguntungkan sekalipun, melainkan hanya tanaman

makanan. Hal ini sesuai dengan sifat ekonomi desa di Jawa yang bersifat

memenuhi kebutuhan sendiri (self-sufficient).

4. Kegagalan Sistem Sewa Tanah

Pelaksanaan sistem sewa tanah yang dilakukan Gubernur Jendral

Thomas Stamford Raffles pada sistem pertanahan di Indonesia menemui

beberapa kegagalan. Sistem sewa tanah yang diberlakukan ternyata

memiliki kecenderungan tidak cocok bagi pertanahan milik penduduk

pribumi di Indonesia. Sistem sewa tanah tersebut tidak berjalan lama, hal

itu di sebabkan beberapa faktor dan mendorong sistem tersebut untuk

tumbang kemudian gagal dalam peranannya mengembangkan kejayaan

kolonisasi Inggris di Indonesia. Beberapa faktor kegagalan sistem sewa

tanah antara lain ialah:

1. Keuangan negara yang terbatas, memberikan dampak pada minimnya

pengembangan pertanian.

2. Pegawai-pegawai negara yang cakap jumlahnya cukup sedikit, selain

karena hanya diduduki oleh para kalangan pemerinah Inggris sendiri,

pegawai yang jumlahnya sedikit tersebut kurang berpengalaman dalam

mengelola sistem sewa tanah tersebut.

3. Masyarakat Indonesia pada masa itu belum mengenal perdagangan

eksport seperti India yang pernah mengalami sistem sewa tanah dari

penjajahan Inggris. Dimana pada abad ke-9, masyarakat Jawa masih

19

Page 23: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

mengenal sistem pertanian sederhana, dan hanya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sendiri. Sehingga penerapan sistem sewa tanah

sulit diberlakukan karena motifasi masyarakat untuk meningkatkan

produksifitas pertaniannya dalam penjualan ke pasar bebas belum

disadari betul.

4. Masyarakat Indonesia terutama di desa masih terikat dengan

feodalisme dan belum mengenal ekonomi uang, sehingga motifasi

masyarakat untuk memperoleh keuntungan dari produksifitas hasil

pertanian belum disadari betul.

5. Pajak tanah yang terlalu tinggi, sehingga banyak tanah yang terlantar

tidak di garap, dan dapat menurunkan produksifitas hasil pertanian.

6. Adanya pegawai yang bertindak sewenang-wenang dan korup.

7. Singkatnya masa jabatan Raffles yang hanya bertahan lima tahun,

sehingga ia belum sempat memperbaiki kelemahan dan penyimpangan

dalam sistem sewa tanah.

Secara garis besar kegagalan Raffles dalam sistem sewa tanah di

Jawa terkendala akan susunan kebiasaan masyarakat Indonesia sendiri.

Dimana Raffles memberlakukan sistem yang sama antara India yang lebih

maju dalam perekonomiannya pada Indonesia yang masa itu masi cukup

sederhana dimana sifat ekonomi desa di Jawa yang bersifat self suffcient.

C. Teori Sewa Tanah

1. Teori David Ricardo

20

Page 24: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo dan merupakan

pengembangan dari pendapat Adam Smith. Menurut David Ricardo,

perbedaan sewa tanah terjadi karena adanya perbedaan kesuburan tanah.

Tanah yang subur akan menerima sewa tanah yang lebih tinggi disbanding

tanah yang tidak subur. Mengapa demikian? Karena tanah yang subur

mampu memberikan hasil yang lebih banyak dibanding tanah yang tidak

subur. Dengan demikian, tinggi rendahnya sewa tanah bergantung pada

tingkat kesuburan tanahnya. Sewa tanah yang berbeda disebut dengan

istilah “di fferential rent” (yang berasal dari kata rent = sewa dan di

fferential = berbeda). Sehingga, teori David Ricardo disebut juga dengan

istilah “Teori Sewa Tanah Diferensial.

Pada umumnya petani akan mengolah terlebih dahulu tanah yang

subur karena memberikan hasil yang memuaskan. Tetapi sekarang ini

tanah yang tidak subur dan gersang juga sudah diolah. Jumlah penduduk

yang semakin bertambah (mencapai 6 miliar) dan kemajuan teknologi

telah mendorong manusia untuk mengolah tanah yang tidak subur dan

gersang. Dewasa ini, di negara-negara Timur Tengah pun dengan

menggunakan teknologi pertanian yang modern telah mampu mengolah

tanah yang gersang menjadi lahan pertanian yang subur, menghijau dan

menghasilkan aneka sayursayuran dan buah-buahan.

Teori David Ricardo hanya memperhitungkan tinggi rendahnya

sewa tanah berdasarkan tingkat kesuburan tanah dan belum

21

Page 25: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

memperhitungkan letak tanah yang ternyata juga mampu memengaruhi

tinggi rendahnya sewa tanah.

2. Teori Von Thunen

Von Thunen mengembangkan Teori David Ricardo dengan

menambahkan “letak tanah” sebagai faktor yang mampu memengaruhi

tinggi rendahnya sewa tanah. Beberapa bidang tanah yang memiliki

tingkat kesuburan yang sama tetapi letaknya berbeda-beda (ada yang dekat

pasar, dekat jalan raya, dekat pabrik atau jauh di pedalaman) tentu

memiliki sewa tanah yang berbeda-beda. Menurut Von Thunen, tanah

yang subur dan letaknya strategis (mudah dijangkau atau dekat kota)

memiliki sewa tanah yang mahal, karena letak yang strategis memudahkan

hasil pertanian cepat diangkut ke tempat-tempat penjualan dengan biaya

murah.

Dalam kenyataan sehari-hari, ada bermacam-macam kegiatan

ekonomi seperti kegiatan di terminal, pasar, pusat-pusat perbelanjaan,

perusahaan, dan pusat perkantoran yang memerlukan tempat-tempat

strategis dan tidak terlalu mengutamakan unsur kesuburan tanah. Dalam

kasus demikian, factor utama yang menentukan tinggi rendahnya sewa

tanah adalah “letak tanah”. Semakin strategis letak tanah semakin mahal

pula sewa tanah.

3. Teori Harga Derivasi Tanah

Menurut teori ini, tinggi rendahnya sewa tanah ditentukan oleh

tinggi rendahnya permintaan barang yang dihasilkan oleh tanah tersebut.

22

Page 26: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

Contoh, bila permintaan akan padi meningkat maka petani akan berusaha

menambah permintaan akan tanah untuk ditanami padi. Karena permintaan

tanah meningkat maka sewa tanah juga akan meningkat. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah

ditentukan oleh tinggi rendahnya permintaan barang yang dihasilkan oleh

tanah tersebut (padi).

Salah satu cara dalam menentukan nilai atau faktor produksi yang

berasal dari alam seperti tanah adalah dengan menggunakan konsep yang

disebut sewa tanah (economic rent)

Yang dimaksud economic rent adalah perbedaan nilai produk yang

dihasilkan oleh tanah tersebut dikurangi dengan seluruh biaya produksi

tidak termasuk pajak atau royalti, danpungutan lainnya serta laba yang

layak yang harus diterima oleh pengusaha.

Faktor-Faktor Yang Menentukan Harga Tanah

Unsur-Unsur yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya harga tanah

yaitu;

a. Kegunaan dan Kepuasan (utility)

b. Kelangkaan (scarcity)

c. Permintaan (demand)

d. Kemudahan untuk dipindahkan (transferability)

23

Page 27: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

D. Keuntungan dan Kerugian Sewa Tanah

1. Keuntungan

a. Tranksanksi pembayaran lebih murah

b. Biasanya tanah sewaan itu luas

2. Kerugian

a. Belum tetap jadi kita masih bayar ke pemilik perperiode

b. Sewa tanah kalau untuk di bangun rumah sulit membangun harus tidak

permanen

24

Page 28: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam ekonomi yang paling penting adalah bagaimana caranya

mengalokasikan tanah pada berbagai alternatif pemakaian. Teori sewa tanah

dan alokasi tanah dapat dipergunakan untuk menganalisis pemanfaatan tanah.

Pada dasarnya teori tentang sewa tanah dan alokasi tanah merupakan bagian

dari teori mikro ekonomi tentang alokasi dan penentuan harga faktor-faktor

produksi. Seperti halnya upah yang merupakan harga bagi jasa tenaga kerja,

maka sewa tanah adalah harga atas jasa tanah, sehingga sesuai dengan itu

harga menunjukkan faktor penentu bagi penyesuaian penggunaan input (faktor

produksi) dan output (hasil) di pasar.

Pengertian nilai tanah dan sewa tanah dikaitkan seperti halnya nilai

suatu aktiva dengan nilai (harga) hasil jasa yang diakibatkan oleh penggunaan

aktiva tersebut. Suatu aktiva fisik itu bernilai karena aktiva itu memberikan

hasil (manfaat) selama suatu periode tertentu. Demikian juga, sewa tanah

adalah harga/nilai jasa yang dihasilkan oleh tanah selama suatu periode

tertentu, misalnya tahun. Oleh karena itu suatu sewa tanah memiliki dua

dimensi pengukuran yaitu waktu dan unit. Sebagai contoh, sewa tanah

biasanya dinyatakan dalam rupiah per meter persegi per tahun. Sementara itu

harga suatu aktiva adalah present value (nilai sekarang) atau nilai sewa yang

25

Page 29: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

dikapitalisasikan yang dihasilkan oleh aktiva tersebut selama periode hidup

aktiva tersebut.

Sewa tanah merupakan konsep penting dalam teori ekonomi

sumberdaya tanah, sewa tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ;

1. Sewa tanah (contract rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada

pemilikmelalukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.

2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan

surpluspendapatan diatas biaya produksi atau harga input tanah

yangmemungkinkan faktor produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam

prosesproduksi.

B. Saran

Sewa tanah adalah suatu surplus dipandang dari sudut penawarannya,

tanah adalah sangat berbeda dengan faktor-faktor produksi yang lainnya. Ia

merupakan satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat berubah

penawarannya. Tenaga kerja akan selalu bertambah, begitu juga dengan modal

dan keahlian keusahawanan. Juga dibandingkan harta tetap lainnya, seperti

misalnya rumah, bangunan perkantoran dan bangunan pertokoan, terdapat

perbedaan seperti yang dijelaskan tersebut. Harta-harta tetap yang belakangan

dinyatakan ini juga jumlahnya dapat ditambah. Oleh karena itu jika dilihat

dalam sisi ekonomi tanah sangatlah berharga dan perlu untuk diatur lebih

signifikan lagi.

26

Page 30: Makalah Ekonomi Mikro Sewa Tanah

DAFTAR PUSAKA

Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Edisi Ketiga Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.

Deliarnov. (2010). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Al Ansari M.J. 2010. Masa Presejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Mitta Aksara Panaitan

Rickleft, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Sujatmoko, Ivan. 2012. Sistem Sewa Tanah Masa Raffles.http://Sistem Sewa Tanah Masa Raffles.htm diunduh pada 16 September 2013

__________.2011. Pemerintahan Hindia Belanda di Bawah Daendels. http:// Pemerintahan Hindia Belanda di Bawah Daendels (1808- 1811).htm diunduh pada 16 September 2013

Sibuea, Rain. 2011. Daendels dan Raffles di Nusantara. http://Rain Sibuea/Daendels Dan Raffles Di Nusantara.htm diunduh pada 23 September 2013

Pusonegoro, Marwati Djoened. 1990. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka

27