Makalah Efusi Pleura

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. 1 Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, danpneumonia bakteri, sementara di negara-negara yang sedang berkembang,seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.Efusi pleurakeganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara.Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura. 2 Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta 1 EFUSI PLEURA

description

Y

Transcript of Makalah Efusi Pleura

Page 1: Makalah Efusi Pleura

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau

eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu

penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.1Akibat adanya carian yang cukup

banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga

menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini

mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung

dan sirkulasi darah. 2

Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,

sirosis hati, keganasan, danpneumonia bakteri, sementara di negara-negara yang sedang

berkembang,seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.Efusi

pleurakeganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita

keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara.Efusi pleura

merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan

pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer)

dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan

mengalami efusi pleura.2

Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura ini, yaitu

pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap penyebabnya sehingga hasilnya

akan memuaskan. 2

1.2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk melengkapi persyaratan tugas kepanitraan klinik stase Paru Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.

b. Tujuan Khusus

1 EFUSI PLEURA

Page 2: Makalah Efusi Pleura

Memberikan penjelasan tentang kejang demam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Pleura

ANATOMI

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan

parietalis.Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan

dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.Membran serosa yang

membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang

melapisi dinding thorak, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis.Rongga pleura

terletak antara paru dan dinding thoraks.Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini

berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura.Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus

paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya : 1,2,3

1. Pleura Visceralis

Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.Diantara

celah-celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat

endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah

berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik. Lapisan terbawah terdapat jaringan

interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a.

2 EFUSI PLEURA

Page 3: Makalah Efusi Pleura

Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe.Menempel kuat pada jaringan

paru.Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan pleura.

2. Pleura parietalis

Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan

elastis). Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis

dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang

peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n.

Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Mudah

menempel dan lepas dari dinding dada di atasnyaFungsinya untuk memproduksi

cairan pleura

Tampilan depan paru dan pleuranya

FISIOLOGI

Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan

pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru

yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan saling melekat jika ada air.

Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit

dipisahkan.

3 EFUSI PLEURA

Page 4: Makalah Efusi Pleura

Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura

parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Masing-masing

dari kedua pleura merupakan membran serosa mesenkim yang berpori-pori, dimana sejumlah

kecil transudat cairan intersisial dapat terus menerus melaluinya untuk masuk kedalam ruang

pleura.

Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada

selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura viseralis

lebih besar dari pada pleura parietalis sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa

mililiter cairan di dalam rongga pleura. (1)

memperlihatkan dinamika pertukaran cairan dalam ruang pleura.

Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya beberapa mililiter

yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa jumlah cairan pleura sebanyak 12-

15 ml(1). Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura,

maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara

langsung) dari rongga pleura kedalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan

permukaan lateral pleural parietalis(3). Oleh karena itu, ruang pleura (ruang antara pleura

parietalis dan pleura visceralis) disebut ruang potensial, karena ruang ini normalnya begitu

sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.1,2,3

2.2. Defenisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam

kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau

4 EFUSI PLEURA

Page 5: Makalah Efusi Pleura

cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-

20 ml.

2.3. Etiologi Efusi Pleura

Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 mL cairan, hal ini memperlihatkan

adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik dalam pembuluh darah

pleura viseral dan parietal dan drainase limfatik luas. Efusi pleura merupakan hasil dari

ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik.2

Efusi pleura merupakan indikator dari suatu penyakit paru atau non pulmonary, dapat

bersifat akut atau kronis. Meskipun spektrum etiologi efusi pleura sangat luas, efusi pleura

sebagian disebabkan oleh gagal jantung kongestif,. pneumonia, keganasan, atau emboli paru.

Mekanisme sebagai berikut memainkan peran dalam pembentukan efusi pleura:

1. Perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya, radang, keganasan, emboli

paru)

2. Pengurangan tekanan onkotik intravaskular (misalnya, hipoalbuminemia, sirosis)

3. Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan pembuluh darah (misalnya,

trauma, keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat hipersensitivitas, uremia,

pankreatitis)

4. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan / atau paru-

paru (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior)

5. Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi paru penuh (misalnya,

atelektasis yang luas, mesothelioma)

6. Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan lengkap, termasuk obstruksi duktus

toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma)

7. Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi di diafragma melalui limfatik atau

cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis peritoneal)

8. Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura viseral

9. Peningkatan tekanan onkotik di cairan pleura yang persisiten menyebabkan

adanaya akumulasi cairan di pleura

5 EFUSI PLEURA

Page 6: Makalah Efusi Pleura

10. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberkulosis, pneumonia,

virus, bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura),

karena tumor dan trauma

2.4. Klasifikasi Efusi Pleura

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan cairan

dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau eksudat. Transudat hasil dari

ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat

adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa

kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan eksudat.1,2,3

1. Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:

a. Transudat

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat.

Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler hidrostatik

dan koloid osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi

reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:

1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner

3. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura

4. Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:

a. Gagal jantung kiri (terbanyak)

b. Sindrom nefrotik

c. Obstruksi vena cava superior

d. Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk

melalui saluran getah bening)

b. Exusadat6 EFUSI PLEURA

Page 7: Makalah Efusi Pleura

Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang

permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein

transudat. Bila terjadi proses peradangan makapermeabilitas kapiler pembuluh darah

pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan

terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa

yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai

pleuritis eksudativa tuberkulosa.Protein yang terdapat dalam cairan pleura

kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening

ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan konsentasi

protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:

a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)

b. Tumor pada pleura

c. Iinfark paru,

d. Karsinoma bronkogenik

e. Radiasi,

f. Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus Eritematosis).

2.5. Patofisiologi Efusi Pleura

Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui

kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga

terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi. Kemampuan untuk reabsorpsinya

dapatmeningkat sampai 20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang

(produksinya meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura. 1,2,3,4

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan

protein dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat

sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan

osmotic plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk

ke dalam rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar

pleura.Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya

7 EFUSI PLEURA

Page 8: Makalah Efusi Pleura

perbedaantekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh

sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal

yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak

mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial.1,2,3,4

Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan oleh peradangan. Bila

proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi

empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat

menyebabkan hemotoraks. 1,2,3,4

penumpukan cairan pleura dapat terjadi bila:

1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan cairan

pleura melalui pengaruh terhadap hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal

jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.

2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik

karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis.

3. Meningkatnya kadar proteindalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak cairan

masuk ke dalam rongga pleura

4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan transudasi

cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura

8 EFUSI PLEURA

Page 9: Makalah Efusi Pleura

5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara pada

vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat

pengosongan cairan limfe, gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar

getah bening.

Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya.

Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya

perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan

yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal

nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen

(Pa O2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui

pemeriksaan analisa gas darah.

2.6. Manifestasi Klinis Efusi Pleura

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar.

Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi

malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan

gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam,

ringan ,dan berat badan yang menurun seperti pada efusi yang lain. 1,2,3,4,5

Dari anamnesa didapatkan :

a. Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi pada saat permulaan pleuritis

disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya meningkat,

terutama kalau cairannya penuh

b. Rasa berat pada dada

c. Batuk pada umumnya non produktif dan ringan, terutama apabila disertai dengan

proses tuberkulosis di parunya, Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau

metastasis

d. Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empiema

9 EFUSI PLEURA

Page 10: Makalah Efusi Pleura

Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit)

a. Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal

b. Vokal fremitus menurun

c. Perkusi dull sampal flat

d. Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang

e. Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada trakhea

Nyeri dada pada pleuritis :

Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat oleh

bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari pleura

parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal. Nyeri biasanya

dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah lain :

1. Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G. Nervuis

intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen.

2. Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus

menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.

2.7. Pemeriksaan Penunjang Efusi Pleura

1. Foto thoraks

Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam

rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah

lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus menumpul.

Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan mengikuti

posisi gravitasi.

10 EFUSI PLEURA

Page 11: Makalah Efusi Pleura

2. Torakosentesis.

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun

terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada

bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14

atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap

aspirasi. Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan:

a. Warna cairan. Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (serous-

santrokom).Bila agak kemerahan-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru,

keganasan dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kunig kehijauan dan agak

purulen, ini menunjukkan empiema. Bila merah coklat menunjukkan abses karena

amuba.

b. Biokimia. Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannya dapat dilihat

pada tabel :

Tabel 3. Perbedaan Biokimia Efusi Pleura

3. Sitologi.

Digunakan untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel

patologis atau dominasi sel-sel tertentu.

Sel neutrofil: pada infeksi akut

Sel limfosit: pada infeksi kronik (pleuritis tuberkulosa atau limfoma maligna).

Sel mesotel: bila meningkat pada infark paru

Sel mesotel maligna: pada mesotelioma

Sel giant: pada arthritis rheumatoid

Sel L.E: pada lupus eritematous sistemik

Sel maligna: pada paru/metastase.

11 EFUSI PLEURA

Page 12: Makalah Efusi Pleura

4. Bakteriologi.

Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung

mikroorganisme berupa kuman aerob atau anaerob. Paling sering Pneumokokus,

E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.

5. Biopsi Pleura.

Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan

tumor pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran

infeksi atau tumor pada dinding dada.

2.8. Diagnosis Efusi Pleura

1. Anamnesis dan gejala klinis

Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita membatasi

pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit.

Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke sisi yang sehat disertai batuk batuk

dengan atau tanpa dahak. Berat ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah

cairan efusi. Keluhan yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya

2. Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung selain

melebar dan kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal melemah, redup

sampai pekak pada perkusi, dan suara napas lemah atau menghilang. Jantung dan

mediastinum terdorong ke sisi yang sehat. Bila tidak ada pendorongan, sangat

mungkin disebabkan oleh keganasan

3. Pemeriksaan radiologik

Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam mendiagnosis efusi

pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam menentukan penyebabnya. Secara

radiologis jumlah cairan yang kurang dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas

bila jumlah cairan di atras 300 ml.

12 EFUSI PLEURA

Page 13: Makalah Efusi Pleura

Foto toraks dengan posisi Posterioe Anterior akan memperjelas kemungkinan

adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak perselubungan masif dengan

pendorongan jantung dan mediastinum ke sisi yang sehat.

4. Torakosentensi

Tujuan torakosentesis (punksi pleura) di samping sebagai diagnostik juga sebagai

terapeutik.

2.9. Penatalaksanaan Efusi Pleura

Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura

akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam pengobatan atau

tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah sebagai berikut :1,2,3,4,5,6

1. Obati penyakit yang mendasarinya

a. Hemotoraks

Jika darah memasuki rongga pleurahempotoraks biasanya dikeluarkan

melalui sebuah selang.Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat

untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan

streptodornase).Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat

dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan

b. Kilotoraks

13 EFUSI PLEURA

Page 14: Makalah Efusi Pleura

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan

saluran getah bening.Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat

antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.

c. Empiema

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran

nanah.Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian

fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang

rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar.Kadang

perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura

(dekortikasi).

d. Pleuritis TB.

Pengobatan dengan obat-obat antituberkulosis (Rimfapisin, INH,

Pirazinamid/Etambutol/Streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan

cara pemberian obat seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan

ini menyebabkan cairan efusi dapat diserap kembalai, tapi untuk

menghilangkan eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan

torakosentesis.Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-

kdang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik (Prednison 1 mg/kgBB

selama 2 minggu, kemudian dosis diturunkan). (2)

2. Torakosentesis

Keluarkan cairan seperlunya hingga sesak - berkurang (lega); jangan lebih 1-

1,5 liter pada setiap kali aspirasi. Zangelbaum dan Pare menganjurkan jangan lebih

1.500 ml dengan waktu antara 20-30 menit. Torakosentesis ulang dapat dilakukan

pada hari berikutnya. Torakosentesis untuk tujuan diagnosis setiap waktu dapat

dikerjakan, sedangkan untuk tujuan terapeutik pada efusi pleura tuberkulosis

dilakukan atas beberapa indikasi.

a. Adanya keluhan subjektif yang berat misalnya nyeri dada, perasaan tertekan

pada dada.

14 EFUSI PLEURA

Page 15: Makalah Efusi Pleura

b. Cairan sudah mencapai sela iga ke-2 atau lebih, sehingga akan mendorong dan

menekan jantung dan alat mediastinum lainnya, yang dapat menyebabkan

kematian secara tiba-tiba.

c. Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada, walaupun sudah melewati masa

3 minggu. Dalam hal seperti ini biasanya cairan sudah berubah menjadi

pyotoraks.

d. Penyerapan cairan yang terlambat dan waktu sudah mendekati 6 minggu,

namun cairan masih tetap banyak.

Torakosentesis dapat dilakukan sebagai berikut:

1. penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau diletakkan diatas

bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat dilakukan pada penderita dalam

posisi tidur terlentang.

2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di daerah

sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media di bawah batas suara

sonor dan redup.

3. Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan dengan jarum

berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi biasanya disebabkan karena

penusukan jarum terlampaui rendah sehingga mengenai diahfrahma atau terlalu dalam

sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum tidak mencapai rongga pleura oleh

karena jaringan subkutis atau pleura parietalis tebal.

Metode torakosentesis

15 EFUSI PLEURA

Page 16: Makalah Efusi Pleura

4. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap

aspirasi. Untuk mencegah terjadinya edema paru akibat pengembangan paru secara

mendadak. Selain itu pengambilan cairan dalam jumlah besar secara mendadak

menimbulkan reflex vagal, berupa batuk, bradikardi, aritmi yang berat, dan hipotensi.

3. Pemasangan WSD

Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks dihubungkan

dengan WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan aman.

Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut:

1. tempat untuk memasukkan selang toraks biasanya di sela iga 7, 8, 9 linea aksilaris

media atau ruang sela iga 2 atau 3 linea medioklavikuralis.

2. Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversal selebar kurang lebih

2 cm sampai subkutis.

3. dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.

4. Jaringan subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai mendapatkan pleura

parietalis.

5. Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar ditarik.

Pancaran cairan diperlukan untuk memastikan posisi selang toraks.

6. Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan kasa dan

plester.

7. selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang

dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang diletakkan

dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari luar tidak dapat masuk

ke dalam rongga pleura.

16 EFUSI PLEURA

Page 17: Makalah Efusi Pleura

Pemasangan jarum WSD

8. WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang,

kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru mengembang. Untuk memastikan

dilakukan foto toraks.

9. Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah

mengembang. Selang dicabut pada saat ekspirasi maksimum.

Tidaklah bijaksana mengeluarkan lebih dari 500 ml cairan sekaligus. Selang dapat

diklem selama beberapa jam sebelum 500 ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang

terlalu cepat akan menyebabkan distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul

edema paru.

4. Pleurodesis

Pleurodesis dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga akan

mencegah penumpukan cairan pluera kembali. Hal ini dipertimbangkan untuk efusi

pleura yang rekuren seperti pada efusi karena keganasan Sebelum dilakukan

pleurodeSis cairan dikeluarkan terlebih dahulu melalui selang dada dan paru dalam

keadaan mengembang

Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke

dalam rongga pleura. Efektifitas dari bahan ini tergantung pada kemampuan untuk

menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler pleura. Bahan-bahan yang dapat

dipergunakan untuk keperluan pleurodesis ini yaitu : Bleomisin, Adriamisin,

Siklofosfamid, ustard, Thiotepa, 5 Fluro urasil, perak nitrat, talk, Corynebacterium

parvum dan tetrasiklin Tetrasiklin merupakan salah satu obat yang juga digunakan

pada pleurodesis, harga murah dan mudah didapat dimana-mana. Setelah tidak ada

lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak 500 mg yang sudah

dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam rongga pleura,

selanjutnya diikuti segera dengan 10 ml larutan garam fisiologis untuk pencucian

selang dada dan 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa sakit atau dengan

memberikan golongan narkotik 1,5-1 jam sebelum dilakukan pleurodesis. Kemudian

kateter diklem selama 6 jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit dan selama

17 EFUSI PLEURA

Page 18: Makalah Efusi Pleura

itu posisi penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh rongga pleura.

Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada dicabut.

5. Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk :

a. Hematoraks terutama setelah trauma

b. Empiema

c. Pleurektomi yaitu mengangkat pleura parietalis; tindakan ini jarang dilakukan

kecuali pada efusi pleura yang telah mengalami kegagalan setelah mendapat

tindakan WSD, pleurodesis kimiawi, radiasi dan kemoterapi sistemik, penderita

dengan prognosis yang buruk atau pada empiema atau hemotoraks yang tak

diobati

d. Ligasi duktus torasikus, atau pleuropritoneal shunting yaitu menghubungkan

rongga pleura dengan rongga peritoneum sehingga cairan pleura mengalir ke

rongga peritoneum. Hal ini dilakukan terutama bila tindakan torakosentesis

maupun pleurodesis tidak memberikan hasil yang memuaskan; misalnya tumor

atau trauma pada kelenjar getah bening. 2

2.10. Prognosis Efusi Pleura

Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi

itu.Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobantan lebih dini akan lebih jauh

terhindar dari komplikasi daripada pasien yang tidak memedapatkan pengobatan dini.

Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan kelangsungan hidup

rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun.Efusi dari kanker yang

lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin

untuk dihubungkan dengan berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan

mereka dari kanker paru-paru atau mesothelioma.

Efusi parapneumonic, ketika diakui dan diobati segera, biasanya dapat di sembuhkan

tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun, efusi parapneumonikyang tidakterobati atau tidak

tepat dalam pengobatannya dapat menyebabkan fibrosis konstriktif.4,5

2.11. Komplikasi Efusi Pleura

1. Infeksi.

18 EFUSI PLEURA

Page 19: Makalah Efusi Pleura

Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat mengakibatkan

infeksi (empiema primer), dan efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelah

tindakan torasentesis {empiema sekunader).Empiema primer dan sekunder harus

didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi fibrotik. Antibiotika

awal dipilih gambaran klinik. Pilihan antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan

diketahui. 2

2. Fibrosis

Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi

denganmembatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi

sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-reseksipleura lewat

pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi infeksidan mengembalikan fungsi

paru-paru. Dekortikasi paling baik dilakukandalam 6 minggu setelah diagnosis

empiema ditegakkan, karena selamajangka waktu ini lapisan pleura masih belum

terorganisasi dengan baik(fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah.1,3,5

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau

eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu

penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.Akibat adanya carian yang cukup

banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga

menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini

mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung

dan sirkulasi darah.

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar.

Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi

malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan

gejala. Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam,

ringan ,dan berat badan yang menurun seperti pada efusi yang lain

19 EFUSI PLEURA

Page 20: Makalah Efusi Pleura

Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura

akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Ada beberapa macam pengobatan atau

tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar Lampung.

2. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

3. Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid II,

edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38

4. HANLEY, M. E. & WELSH, C. H. 2003. Current diagnosis & treatment in pulmonary

medicine. [New York]: McGraw-Hill Companies.

5. Rofiqahmad. 2001. Thorax. http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview

diakses tanggal 20 Juni 2014

6. Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI

7. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI

8. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

20 EFUSI PLEURA

Page 21: Makalah Efusi Pleura

9. Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm. diakses

tanggal 20 Juni 2014.

10. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,

Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.

STATUS ORANG SAKIT

A. ANAMNESA PRIBADI OS:

Nama : Marlina Turnip

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Suku : Batak

Alamat : jl. Tomuan. Lubuk Pakam

Tanggal masuk : 11 Oktober 2014

1.1. ANAMNESA PENYAKIT OS:

21 EFUSI PLEURA

Page 22: Makalah Efusi Pleura

Keluhan utama : Sesak Napas

Telaah : Os datang dengan keluhan sesak napas. Hal ini dirasakan

pasien lebih kurang 2 minggu yang lalu, sesak nafas timbul

mendadak dan hilang timbul. Jika sesak timbul terasa sakit saat

bernapas. Batuk (+) dan tidak berdahak. Pasien juga

mengeluhkan demam naik turun, nafsu makan berkurang,

RPT : -

RPK : -

1.2. PEMERIKSAAN FISIK:

1. Status present

KU/KP/KG : lemas/sedang/ kurang

Sensorium : compos mentis

Heart Rate : 130 x/i

Respiratory Rate : 44 x/i

Temperatur : 38,0°C

2. Status lokalisata

a. Kepala : normochepali

Rambut : hitam, distribusi merata dan tidak mudah di cabut

Mata : anemis (-), ikterus (-), cekung (-)

Hidung : tidak ada cuping hidung, sisi kanan dan kiri simetris, secret (-)

Telinga : serumen ( - )

Mulut : mukosa kering, pucat,

b. Leher

22 EFUSI PLEURA

Page 23: Makalah Efusi Pleura

Pembesaran kelenjar getah bening (-)

c. Thorax : bentuk normal, retraksi sela iga(-), simetris pada lapangan kiri

dan kanan

paru

Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : stem fremitus kanan > kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (+/+)

jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial garis midclavicularis

sinistra, tidak teraba thrill.

Perkusi : batas jantung atas di ICS 2 garis parasternal sinistra, batas

jantung kiri di ICS 5,1 cm medial dari garis midclavicularis

sinistra, batas jantung kanan di ICS 3,4,5 garis sternalis kanan.

Auskultasi : BJ I normal, BJ II normal, regular, tidak ada splitting, tidak

ada murmur, tidak ada gallop

d. Abdomen

Inspeksi : simetris, tidak terdapat distensi dan vena kolateral

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, lien tidak teraba, turgor kembali cepat

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus ( + ) normal

e. Ekstremitas

23 EFUSI PLEURA

Page 24: Makalah Efusi Pleura

Superior : edema (-)

Inferior : (-) edema

f. Genitalia

Perempuan dalam batas normal

1.3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan darah

Darah rutin

WBC : 15,7 x103

HGB : 9,3 gr/dl

RBC : 3,6 x 106

HCT : 27,5 %

PLT : 155x 103

Foto thoraks

Kesan : tampak perselubungan homogen pada hemithoraks sinistra, tengah, lateral dan

24 EFUSI PLEURA

Page 25: Makalah Efusi Pleura

bawah dengan kesimpulan efusi pleura

1.4. DIAGNOSA BANDING

1. Efusi pleura

2. Emfisema paru

3. Gagal Jantung

1.5. DIAGNOSA KERJA:

Efusi Pleura

1.6. PENATALAKSANAAN:

Non Medikamentosa

- Tirah Baring

- Pungsi Pleura

Medikamentosa

- Inf Ringer laktat 30 gtt / menit

- Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

- Paracetamol 3 x 500 mg

- DMP 3 x 1

1.7. PROGNOSA: Baik jika cepat ditangani dengan baik

1.8. RESUME:

Pasien perempuan usia 24 tahun datang ke RSUD Deli Serdang dengan keluhan sesak

napas. Hal ini dirasakan pasien lebih kurang 2 minggu yang lalu, sesak nafas timbul

mendadak dan hilang timbul. Jika sesak timbul terasa sakit saat bernapas. Batuk (+) dan tidak

berdahak. Pasien juga mengeluhkan demam naik turun, nafsu makan berkurang.

25 EFUSI PLEURA

Page 26: Makalah Efusi Pleura

Pem. Fisik

Palpasi : Stem fremitus kanan > kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (+/+)

Pem. Penunjang

WBC : 15,7 x103 HGB : 9,3 gr/dl

RBC : 3,6 x 106 HCT : 27,5 %

PLT : 155x 103

Foto thoraks

Kesan : tampak perselubungan homogen pada hemithoraks sinistra, tengah, lateral dan

bawah dengan kesimpulan efusi pleura

26 EFUSI PLEURA