Makalah edu

26
MAKALAH ETIKA PROFESIONAL ENTREPRENEUR DALAM ISLAM DOSEN PENGAMPU : ANDI PRASTOWO, M.Pd.I Oleh: PUSPITA NURJAN N AH 14480077 PROGRAM STUDI PGMI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

Transcript of Makalah edu

Page 1: Makalah edu

MAKALAH

ETIKA PROFESIONAL ENTREPRENEUR DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : ANDI PRASTOWO, M.Pd.I

Oleh:PUSPITA NURJAN N AH

14480077PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2015

Page 2: Makalah edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang

berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini digunakan agar para

pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang

dijalankan memperoleh simpati dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut

ikut membentuk pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta

membesarkan usaha yang dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama. Untuk

itu, perlu adanya suatu tuntunan berkaitan dengan etika profesional entrepreneur

agar terjadi keseimbangan hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan,

terutama etika entrepreneur dalam Islam atau berbasis syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat dari etika profesional enterpreneur ?

2. Apa fungsi etika profesional enterpreneurship ?

3. Apa macam-macam etika profesional enterpreneurship ?

4. Apa etika enterpreneur menurut islam ?

5. Bagaimana kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah islam ?

6. Bagaimanakah etika enterpreneurship ?

7. Apa hakikat enterpreneur profesional ?

2

Page 3: Makalah edu

C. Tujuan

1. Mengetahui hakikat dari etika profesional enterpreneur

2. Mengetahui fungsi etika profesional enterpreneurship

3. Mengetahui macam-macam etika profesional enterpreneurship

4. Mengetahui etika enterpreneur menurut islam

5. Mengetahui kedudukan harta dan kekayaan menurut syari’ah islam

6. Mengetahui etika enterpreneurship

7. Mengetahui hakikat enterpreneur profesional

3

Page 4: Makalah edu

BAB II

PEMBAHASANA. Hakikat Etika Profesional Enterpreneur

Pengertian etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Tata cara pada masing-masing masyrakat tidaklah sama atau beragam bentuk. Hal ini di sebkan beragamnya budaya kehidupan masyrakat yang berasaldari berbagai wilayah. Dilihat dari sejarahnya kata etika berasal dari bahasa Perancis (etiquette), yang berarti kartu undangan. Pada saat itu raja-raja prancis sering mengundang para tamu dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu undangan tercantum peraturan untuk menghadiri acara, antara lain waktu acara dan akaian yang harus dikenakan.1

Dalam arti luas etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyrakat. Tingkah laku ini perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma atau kebiasaan masyrakat di setiap daerah atau Negara berbeda-beda.2

Apabila entrepreneur diposisikan sebagai suatu profesi, yaitu profesi bisnis,

berarti seorang pebisnis mempunyai status profesional. Salah satu sikap

profesional adalah menjalankan aktivitas atau pekerjaan dengan suatu tuntunan

moral yang sangat tinggi dan mempunyai suatu komitmen dalam dirinya dengan

sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Di sinilah kata “baik” dan “benar” tentu

ada acuannya untuk setiap profesi yang dinamakan kode etik.3

1 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 23-242 Ibid, hal 243 H Moko P. Astamoen, Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 355

4

Page 5: Makalah edu

Kode etik biasanya dibuat oleh organisasi profesi sejenis. Kode etik ini akan

terkait dengan etika-etika yang harus diperhatikan seorang profesional dalam

menjalankan profesinya, supaya jangan terjerumus dalam citra pribadi yang

merugikan pihak lain.4

Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai

moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika aslinya adalah suatu

komitmen untuk melakukan apa yang benar dan baik untuk menentang apa yang

salah dan apa yang buruk.5

B. Fungsi Etika Profesional Enterpreneurship6

Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki

tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan

perusahaan. Di samping memiliki tujuan, etika juga sangat bermanfaat bagi

perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sunggah.

Berikut ini tujuan atau fungsi etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan.

1. Untuk persahabatan dan pergaulan

Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau

pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah

menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan,

pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi

lebih mudah dan lancar.

2. Menyenangkan orang lain

Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita

ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang

lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan

4 ibid5 Murdjiarto dan Aliaras Wahid, Membangun Karakter dan kepribadian kewirausahaan, (Jakarta Barat: Graha Ilmu, 2006) hal. 54.6 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 27-28.

5

Page 6: Makalah edu

kita. Jika pelanggan merasa senang dan puas dengan pelayanan yang

diberikan, diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu.

3. Membujuk pelanggan

Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang

seorang calon pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan.

Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk membujuk calon

pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika yang ditunjukkan

seluruh karyawan perusahaan.

4. Mempertahankan pelanggan

Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada

mencari pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru

mempertahankan pelanggan lebih mudah karena mereka sudah merasakan

produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka sudah mengenal

kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan

lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas atas layanan

yang diberikan.

5. Membina dan menjaga hubungan

Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari

adanya perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana

akrab. Dengan etika hubunan yang lebih baik dan akrab pun dapat

terwujud.

C. Macam-macam Etika Profesional Enterpreneurship7

Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha

adalah sebagai berikut.

1. Kejujuran

Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara

maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap

7 Ibid, hal.25-26.

6

Page 7: Makalah edu

apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan

tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya.

2. Bertanggung jawab

Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang

dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak

harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada

kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya, masyarakat, dan

pemerintah.

3. Menepati janji

Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal

pembayaran, pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang

pengusaha ingkar janji, hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya.

Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan

disepakati sebelumnya.

4. Disiplin

Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau

pelaporan kegiatan usahanya.

5. Taat hukum

Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang

berkaitan dengan masyarakat maupun pemerintah. Pelanggaran terhadap

hukum dan peraturan yang telah dibuat berakibat fatal dikemudian hari.

Bahkan, hal itu akan menjadi beban moral bagi pengusaha apabila tidak

diselesaikan segera.

6. Suka membantu

Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang

memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada

masyarakat dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan

dimusuhi oleh banyak orang.

7

Page 8: Makalah edu

7. Komitmen dan menghormati

Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan

menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang

menjunjung tinggi komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau

disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.

8. Mengejar prestasi

Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi

mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke

waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di samping

itu, pengusaha juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa

terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya.

D. Etika Enterpreneur Menurut Islam8

1. Etika mencari keuntungan

a. Mewajibkan aktivitas perdagangan dengan landasan keimanan dan

ketakwaan. Keimanan adalah landasan motivasi dan tujuan, dan

ketakwaan adalah landasan operasionalnya.

b. Memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan zikir dan bersyukur.

Zikir dimaksudkan sebagai kesadaran akan peran dan kehadiran Allah

dalam proses kegiatan bisnis. Sementara syukur dimaksudkan sebagai

kesadaran untuk berterimakasih kepada Allah atas prestasi yang

diraihnya.

c. Berjiwa bersih dan mau bertobat. Maksud bersih di sini adalah bersih dari

penyakit jiwa yang menghambat prestasi seseorang dalam tugasnya,

diantaranya dengki, sombong, benci, hasut. Kebersihan jiwa akan

membuat seseorang pebisnis menjalankan usahanya secara jernih dan

objektif dalam berkompetisi serta tidak melakukan kecurangan dalam

berbagai kesepakatan. Sedangkan taubat merupakan prasyarat yang harus

8H. M. Ma’ruf Abdulloh, Wirausaha Berbasis Syari’ah, (Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2009), hal 32-37.

8

Page 9: Makalah edu

dipenuhi dahulu jika seseorang yang akan terjun ke dunia bisnis merasa

pernah melakukan hal-hal yang harus dibersihkan tadi (dengki, sombong,

benci, dan hasut).

d. Memiliki antusiasme yang tinggi dalam menjalankan amar ma’ruf nahi

mungkar.

2. Etika Profesi Natural Islam

Menjadi pebisnis syariah merupakan suatu profesi yang memerlukan

etika secara khusus sebagai way of life yang selaras dengan keyakinan agama

Islam. Manusia yang memilih keyakinan agama Islam selain mendapat

bimbingan melalui kalamullah (ayat-ayat al-Quran), ia juga mendapat

bimbingan dalam bentuk alam (filullah). Perpaduan antara bimbingan

kalamullah dan filullah inilah yang membentuk etika profesi natural Islami,

sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran : 190-191, yang memiliki arti

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan

ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa

neraka”.

Dengan memahami kandungan ayat ini yang memadukan kalamullah

dan filullah bagi seorang musli, khususnya bagi pebisnis syariah maka ia

akan sampai pada kesimpulan: bahwa alam yang diciptakan Tuhan adalah

untuk manusia, guna dimanfaatkan (dengan tanpa merusak) demi

kebahagiaan mereka. Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya senantiasa

bermaksud baik terhadap hamba-hamba-Nya. Keyakinan ini sangat kondusif

bagi manusia untuk mencapai kesuksesan dan keselamatan sehingga

senantiasa memiliki rasa optimis dalam menjalani kehidupan di muka bumi

9

Page 10: Makalah edu

ini. “optimisme dalam kehidupan” inilah yang disebut dengan “etika natural

Islam” yang menjadi etika profesi pebisnis syariah.

Optimisme ini terlihat dalam sikap hidupnya. Jika ia mempunyai

rencana yang telah diperhitungkan, maka ia lebih yakin dibalik itu Allah akan

memberi kemudahan yang lebih banyak, sebagaimana firman Allah QS. Al-

Insyirah : 5-6, yang artinya “Sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan “.

E. Kedudukan Harta dan Kekayaan Menurut Syari’ah Islam9

1. Harta milik Allah

Semua yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Allah termasuk harta.

Oleh karenanya harta pun sebenarnya juga milik Allah. Manusia hanya

memanfaatkan dan mengelolanya sesuai dengan ketentuan syari’ah. Seorang

wirausaha yang berbasis syari’ah yakin betul dengan ketentuan tersebut, dan

ia dipandu oleh iman untuk mencari dan mengolah harta, serta

memanfaatkannya sesuai ketentuan syari’ah, ada bagian untuk diusahakan,

ada bagian untuk hidupnya dengan keluarganya, ada bagian untuk membayar

zakat, ada bagian untuk mengembangkan usaha. Semua itu dijabarkannya

dari maksud firman Allah QS. Al-Mulk Ayat 15 yang berarti, “Dialah yang

menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebagiandari rizki-Nya dan hanya kepada-Nyalah

kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.

Bagi seorang wirausaha muslim harta bukanlah tujuan, harta hanya

sarana untuk melaksanakan tugas dan pengabdiannya sebagai seorang

khalifah di muka bumi yang salah satu tugasnya adalah memakmurkan

kehidupan di muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat

129, yang memiliki arti “dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka

Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu” dan dalam firman-Nya QS

Yunus ayat 14, “Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti 9Ibid, hal 7-11

10

Page 11: Makalah edu

(mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan

bagaimana kamu berbuat.”

Partisipasi seorang wirausaha muslim dalam memakmurkan kehidupan

di bumi dapat dilihat dari usahanya menyediakan keperluan umat yang

memerlukan produk/ jasa yang dijualnya, dan lebih jauh lagi dapat dilihat

dari berapa banyak orang yang turut bekerja atau terlibat dalam aktivitas

bisnisnya dan yang turut mendapat penghasilkan dari bisnisnya tersebut.

2. Manusia hanya mengelola

Seorang wirausaha muslim sadar betul bahwa harta yang ada padanya

hanya titipan Allah, dan ia hanya mengelolanya sesuai tuntunan syari’ah.

Dengan iman yang diyakininya itu maka ia tidak akan bersikap seperti Karun

yang menganggap harta yang ada padanya adalah miliknya dan digunakan

sesuai kehendak-Nya. Ia sadar bahwa Allahlah yang memberikan kekuatan,

ilmu, kesehatan yang menyebabkan ia bisa bekerja mencari harta. Oleh

karenanya ia tidak sombong dan selalu memanfaatannya sesuai ketentuan

syari’ah. Ia sadar semua harta yang ada padanya adalah karena kemurahan

Allah, dan ia yakin betul tentang pertanggungjawaban kepemilikan harta di

akhirat nanti sebagaimana diingatkan oleh Rasululloh SAW dalam salah satu

hadist :

“Tidak akan beranjak kaki seorang hamba, hingga ia ditanya tentang

empat hal; tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa

mudanya untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya darimana ia

dapatkan dan dimana ia keluarkan, dan tentang ilmunya, apa yang

sudah ia amalkan”.(HR. Ath Thabrani)

Agama Islam memandang harta sebagai salah satu perhiasan dunia dan

juga sebagai sarana yang bisa mempermudah hidup manusia. Islam tidak

mencela harta yang ada di tangan seseorang sepanjang hartanya itu dikelola

sesuai syari’ah. Harta bisa dijadikan media untuk berbuat kebaikan, dan

harta itu menjadi bernilai baik. Sebaliknya apabila harta itu digunakan untuk

11

Page 12: Makalah edu

keburukan, maka harta itu menjadi buruk. Itu pula lah yang selalu diingat

oleh wirausaha berbasis syari’ah sebagaimana yang difirmankan Allah di

dalam QS. Al-Lail ayat 5-11, yang berarti “Adapun orang yang memberikan

(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala

yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan

yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya

cukup, serta mendustakan pahala terbaik. Maka kelak Kami akan

menyiapkan baginya (jalan) yang sukar, dan hartanya tidak bermanfaat

baginya apabila ia telah binasa”.

Dengan demikian harta itu menjadi tercela karena suatu sebab yang

dibuat oleh manusia yang mengelolanya, di antaranya, sangat tamak dengan

harta, mendapatkannya dengan cara yang tidak benar, ditahan atau tidak

dikeluarkan zakatnya, atau berbangga-bangga dengan apa yang ia miliki.

3. Harta tidak kekal

Seorang wirausaha muslim percaya bahwa harta itu tidak kekal.

Namun ia berurusan dengan harta dari usahanya itu karena ada manfaat dari

harta itu, yaitu sebagai media untuk berbuat baik; seperti untuk beribadah

perlu pakaian, berinfaq untuk pembangunan pendidikan, sarana ibadah

(masjid dan mushalla) perlu uang, menyantuni fakir miskin, anak yatim

perlu uang. Jadi harta itu diperlukan sebatas keperluan beribadah dan berbuat

baik kepada yang memerlukan. Dengan menyadari harta itu tidak kekal

maka bagi seorang wirausaha muslim insyaAllah tidak akan sampai

menyebabkan lupa diri dan lupa daratan yang menjerumuskannya pada sifat

tamak dan bakhil, karena apabila ia meninggalkan dunia tidak secuil pun

akan dibawanya menghadap Allah.

4. Harta untuk kemaslahatan

Pengembangan harta dalam paradigma Islam mempunyai tujuan utama

untuk mewujudkan keadaan aman dari rasa lapar dan ketakutan. Paradigma

ini sangat diyakini oleh wirausaha muslim (berbasis syari’ah) untuk

12

Page 13: Makalah edu

mewujudkan kehidupan yang mulia bagi setiap manusia, sebagaimana

firman Allah QS. An- Nahl ayat 97, “Barangsiapa yang mengerjakan amal

saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka

sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang

lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Kehidupan yang mulia itu adalah kehidupan yang dihiasi dengan

nuansa persaudaraan, kebersamaan, saling menolong, mencintai dan

menyayangi, sehingga bebas dari perasaan takut, lapar, benci, permusuhan,

dan egoisme individu. Semua itu didasari oleh asas keadilan dalam hal

pendapatan dan kekayaan yang dimiliki, demi menghindari harta berputar

hanya pada orang kaya saja.

Islam adalah agama yang menghubungkan antara perkembangan

ekonomi dengan perkembangan sosial masyarakat. Keduanya ibarat dua sisi

mata uang. Oleh karenya menjadi keharusan bagi wirausaha muslim dalam

menginvestasikan hartanya juga memperhatikan kebutuhan sosial

masyarakat. Jadi tidak semua investasinya hanya untuk usaha (bisnis)nya

saja, tapi ada bagian yang disediakannya untuk kepentingan ibadah sosial

(berinfaq) dengan urutan prioritas.

5. Terjaga dari hal yang dilarang syari’ah

Harta yang dimiliki seorsng wirausaha muslim yang taat mengikuti

aturan agama terjaga dari hal-hal yang dilarang syari’ah, seperti:

1. Tidak mengeluarkan/menahan zakat

2. Tidak peduli dengan anak yatim

3. Tidak peduli dengan orang miskin

4. Tidak peduli dengan kepentingan sosial masyarakat

5. Dan lain-lain

13

Page 14: Makalah edu

F. Etika Enterpreneurship10

Menurut pendapat Michael Josephson (1998) yang dikutip oleh Zimmerer

(1996: 27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku,

yaitu:

1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus

terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.

2. Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus

hati, berani dan penuh pendirian atau keyakinan, tidak bermuka dua, tidak

berbuat jahat, dan dapat dipercaya.

3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh

komitmen, patuh, tidak meninterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal

atau legalistik dengan dalih ketidakrelaan.

4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan

negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu

juga dalam suatu konteks profesional, menjaga atau melindungi kemampuan

untuk membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari

hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.

5. Kewajaran atau keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia

mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan

perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak

melampaui batas atau mengambil keuntungan profesional yang bebas dan

teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.

6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas

kasihan, tolong-menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu

yang membahayakan orang lain.

10 Muhammad Anwar H. M., Pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi, (Jakarta: Predana. 2014), hal. 97-98

14

Page 15: Makalah edu

7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan

dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak

merendahkan dan memperlakukan martabat orang lain.

8. Warga negara yang bertanggung jawab, yaitu\selalu menaati hukum atau

aturan, penuh kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam

mengambil keputusan.

9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik

dalam pertemuan personal ataupun dalam pertanggungjawaban profesional,

tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, penuh komitmen, melakukan semua

tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta

memperthankan tingkat kompetensi yang tinggi.

10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab

atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.

G. Hakikat Enterpreneur Profesional

Banyak orang berbicara mengenai “profesionalisme”.di mana-mana, terutama

dari para pejabat, seringkali meluncur ucapan bahwa semua orang dituntut untuk

profesional. Namun demikian, pemahaman setiap orang mengenai “profesional”

dan “profesionalisme” tentu beraneka ragam. Arti kedua hal tersebut sangatlah

penting jika dikaitkan dengan entrepreneurship, karena seorang entrepreneur

harus bersikap profesional dalam menjalankan seluruh tugas dan kewajiban

dalam mencapai tujuan sebagai entrepreneur sukses.11

Pengertian dari profesi berkaitan dengan keahlian tertentu dalam mencari

nafkah. Sedangkan “orang profesional” adalah seseorang yang mempunyai

keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan pikiran yang

“dijual” kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapatkan imbalan yang

11H Moko P. Astamoen, Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 405

15

Page 16: Makalah edu

terukur-biasanya dalam bentuk uang-untuk memenuhi nafkah hidupnya dengan

segala resiko yang diperhitungkan.12

Dalam mengembangkan profesionalismenya, seorang profesional tidak begitu

saja dapat berkiprah di masyarakat untuk mencari nafkah. Seseorang profesional

perlu membekali dirinya terus menerus berusaha selalu memperbaiki diri agar

kompetensinya dapat diakui serta mampu berkompetisi dengan pihak-pihak lain,

terutama dalam bidang profesi sejenis.13

Adapun bekal yang diperlukan oleh seorang profesional adalah ilmu

pengetahuan dalam bidang profesinya, keterampilan, mental, sikap serta

integritas diri. Selain itu, tentu diperlukan juga pengetahuan lain, sikap diri yang

positif, kesehatan dan kebugaran fisik yang prima, agar dapat menjalankan tugas-

tugas profesinya dengan baik.14

12 ibid13 Ibid, hal. 40814 Ibid, hal. 409

16

Page 17: Makalah edu

BAB III

PENUTUPEtika adalah tata cara berhubungan dengan manusia

lainnya. Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak

memiliki tujuan-tujuan tertentu. Etika atau norma harus ada dalam benak dan

jiwa setiap pengusaha. Etika enterpreneur menurut Islam meliputi etika

mencari keuntungan dan etika profesi natural Islam. Kedudukan harta dan

kekayaan menurut syari’ah Islam, harta milik Allah, manusia hanya

mengelola, harta tidak kekal, harta untuk kemaslahatan, terjaga dari hal yang

dilarang syari’ah

Pengertian dari profesi berkaitan dengan keahlian tertentu dalam

mencari nafkah. Sedangkan “orang profesional” adalah seseorang yang

mempunyai keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan

pikiran yang “dijual” kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapatkan

imbalan yang terukur-biasanya dalam bentuk uang-untuk memenuhi nafkah

hidupnya dengan segala resiko yang diperhitungkan.

17

Page 18: Makalah edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, H. M. Ma’ruf. 2013. Wirausaha berbasis syari’ah. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Anwar H. M., Muhammad. 2014. Pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi,

Jakarta: Predana.

Astamoen, H. Moko P. 2008. Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa

Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Kasmir. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Murdjiarto dan Wahid, Aliaras. 2006. Membangun Karakter dan kepribadian

kewirausahaan. Jakarta Barat: Graha Ilmu.

18