makalah diskel 1 tk

download makalah diskel 1 tk

of 27

Transcript of makalah diskel 1 tk

BAB I PENDAHULUAN

Tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah pertambahan besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur menggunakan satuan ukuran tertentu, contoh untuk berat dengan satuan kilogram (kg). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (1). Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya (1).

BAB II LAPORAN KASUS

Seorang anak berusia 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan diare dan campak. Menurut ibu, kehamilan cukup bulan dan persalinan ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir 2200 gram dan panjang 46 cm, merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Air susu ibu ekslusif diberikan sampai bayi berusia 6 bulan dan selanjutnya

diganti dengan susu formula. Nenek penderita yang tinggal serumah sering batuk dan telah mendapat pengobatan adri Puskesmas secara teratur. Anak ini belum pernah divaksinasi. Pada pemeriksaan: anak kompos mentis, BB 6,9 kg dan panjang badan 70 cm. tidak terdapat udem dikedua tungkai. Pemeriksaan laboratorium Hb: 6 g%.

BAB III PEMBAHASAN

Tahap-tahap pertumbuhan dalam kandungan meliputi (2): Periode embrionik (masa embrional) Minggu pertama : pelintasan saluran telur Stadium 1: sel telur yang dibuahi Stadium 2: hari ke- 2-3. Pembentukan alur. Diferensiasi manjadi sel-sel luar dan dalam. Stadium 3: hari- 4-5. Blastokista bebas. Embrioblas dan trofoblas. Rongga blastokista. Pemisahan dari zona pelusida.

Minggu kedua : implantasi Stadium 4: hari ke- 5-6. pelekatan dan kolaps implantasi. Stadium 5: 0,1-0,2 mm, hari ke- 7-12. Implantasi. Embrioblas: blastokista bilaminar terdiri dari ektoderm dan endoderm. Rongga amnion dan kandung kuning telur primer. Minggu ketiga : blastokista trilaminar Stadium 6: 0,2 mm, hari ke- 13-15. Proliferasi mesoderm ekstraembrional. Rongga korion dan jonjot-jonjot korion. Perubahan kandung kuning telur primer menjadi kandung kuning telur sekunder. Garis sederhana dan mesoderm embrional. Stadium 7: 0,4 mm,hari ke- 15-17. Batang korda, tangkai penghubung dan tonjolan alantois. Pembentukan darah dan pembuluh-pembuluh darah. Stadium 8: 1,0 1,5 mm,hari ke- 17-19. Alur sederhana, terusan korda dan terusan aksial (kanalis neurenterikus). Stadium 9: 1,5-2,5 mm,hari ke- 19-21. 1-3 somit. Lipatan-lipatan saraf, asal mula jantung, pelipatan kandung kuning telur. Minggu keempat : pelipatan Stadium 10: 2-3,5 mm,hari ke- 22-23., 4-12 spmit. Lipatan-lipatan saraf mulai melebur,2 buah lengkung tekak (faring), alur-alur mata. Stadium 11: 2,5-4,5mm. hari ke- 22-26. 13-20 somit. Neuroporus rostral menutup. Gelembung-gelembung mata. Stadium 12: 3-5 mm,hari ke- 26-30, 21-29 somit. Neuroporus kaudal menutup. 3 buah lengkung tekak. Mulai tampak tunas-tunas lengan. Stadium 13: 4-6 mm, hari ke- 28-32, 30 somit. Tunas-tunas tungkai, tepek (plakoda) lensa mata, gelembung telinga. Minggu 5-8: organogenesis Stadium 14: 5-7 mm, hari ke 31-35, tepek (plakoda) lensa mata dan cawan mata. Duktus endolimfatikus.

Stadium 15: 7-9 mm, hari ke 35-38. Gelembung-gelembung otak, gelembung lensa mata, tepek penghidu. Petunjuk antitragus. Telapak tangan. Stadium 16: 8-11 mm, hari ke- 37-42. Alur-alur hidung terarah ke ventral. Mata pada embrio yang tidak difiksasi telah berpigmen. Benjol-benjol telinga mulai terlihat. Telapak kaki. Stadium 17; 11-14 mm, hari ke 42-44. Pembesaran kepala relative dan ekstensi badan. Alur mata-hidung dan benjol-benjol telinga tampak jelas. Jari-jari tangan terpancar. Stadium 18: 13-17 mm, hari 44-48. Bentuk tubuh kuboid. Kedua sisi dan jari-jari kaki membatasi diri. Kelopak-kelopak mata tampak samar-samar. Ujung hidung terlihat jelas. Munculnya putting susu. Awal penulangan. Stadium 19: 16-18 mm, hari ke- 48-51. Rangka tubuh memanjang dan terjadi ekstensi. Stadium 20: 18-22 mm, hari ke- 51-53. Anggota-anggota tubuh atas memanjang dan membuat sudut di siku. Stadium 21: 22-24, hari ke 53-54. Tangan dan kaki mengadakan endorotasi. Stadium 22: 23-28 mm, hari ke 54-56. Kelopak-kelopak mata dan telinga luar terbentuk. Stadium 23: 27-31 mm, hari ke- 56-60. Kepala membulat. Tubuh dan anggotaanggota tubuh terbentuk. Periode fetal (masa fetal) (3). Masa fetal berlangsung lebih lama daripada masa embrional. Dalam hubungan dengan masa kehamilan secara keseluruhan, perbedaan dalam perhitungan usia setelah haid terakhir atau setelah ovulasi relatif tidak berarti. Penggambaran fetus atas dasar perbandingan sebenranya di bawah kuva pertumbuhan memperlihatkan pertumbuhan hebat sampai minggu kehamilan (MK) ke- 20. Sampai kelahiran semua parameter pertumbuhan selanjutnya mengarah tegak ke atas kurva. Organ-organ ekstraembrional pada manusia berkembang sebelum embrio sendiri terbentuk. Pengamatan morfologis murni mengenai perkembangan dini tersebut telah menghasilkan makna-makna

kompleks tentang perkembangan rongga amnion, mesoderm korion dan kandung kuning telur primer dan sekunder yang memang merupakan cirri khas manusia. Implamtasi dan [embentukan plasenta sebgai nagian strategi reproduksi merupakan cirri khas suatu spesies. Homologi dengan salut-salut telur embrio ayam, dan perbandingannya terhadap kandung kuning telur dan alantois plasenta mamalia lain memudahkan pemahaman perkembangan plasenta pada manusia. Cara menentukan usia kehamilan: 1. Rumus Naegle Rumus Naegle terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke- 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan. Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 dan bulannya dikurang 3 dan tahun ditambah 1. Contohnya sebagai berikut: a. Hari haid pertama tanggal 11 April 2000, maka perhitungan perkiraan kelahiran adalah 11+7=18, 4-3=1, dan persalinan adalah 18 Januari 2001. b. Seorang inu hamil memiliki hari pertama haid terakhit (HPHT) 15-9-2005 dan diperiksa tanggal 27-11-2005. Cara menghitungnya : Prinsip : 1 minggu terdiri dari 7 hari a. Tanggal 15-9-2005, berarti hari ke-15. Ini sama dengan 2x7 hari=14 hari + 1 hari = 2 minggu 1 hari b. Bulan Oktober terdiri atas 31 hari. Ini berarti 4x7 hari= 28 hari + 3 hari = 4 minggu 3 hari c. Tanggal 27-11-2005, berarti hari ke 27. Ini sama dengan 3x7 hari= 21 hari + 6 hari = 3 minggu 6 hari Kemudian semua ditambahkan 2 minggu 1 hari + 4 minggu 3 hari + 3 minggu 6 hari = 9 minggu 10 hari = 10 minggu 3 hari, berarti umur kehamilan ibu genapa 10 minggu. 2. Perkiraan tingginya fundus uteri 2000+1=2001 sehingga dugaan

Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur kehamilan terutama pada kehamilan pertama. Secara tradisional, perkiraan tingi fundus uteri dengan cara palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilicus, atau processus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat. Usia kehamilan menurut tinggi fundus uteri ialah : 1/3 di atas simfisis pubis simfisis - pusat 2/3 di atas simfisis Setinggi pusat 1/3 di atas pusat pusat processus xipoideus Stinggi processus xipoideus Dua jari di bawah processus 3. Ultrasonografi Dengan CRL dan CHL, dimana CRL (Crown Rump Length) ialah mengukur jarak mahkota (kepala) sampai bokong untuk usia kehamilan 7 -14 minggi, dan CHL (Crown Heel Length) ialah mengukur jarak mahkota dengan tumit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin adalah sebagai berikut (1): 1. Gizi ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya. 2. Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. 3. Toksin atau zat kimia Masa organogenesis adalag masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin. Methadion, obat-obat antikanker, dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang = 12 minggu = 16 minggu = 20 minggu = 22 minggu = 28 minggu = 34 minggu = 36 minggu = 40 minggu

perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, ;ahir mati, cacat, atau retardasi mental. 4. Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktivasi mirip insulin. 5. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. 6. Infeksi Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH

(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, leptospira, virus influenza, dan virus hepatitis. 7. Stres Stres yang dialami ibu waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa, dan lain-lain. 8. Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.

9. Anoksia embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah. Kelahiran prematur merupakan kelahiran yang terjadi lebih dari tiga minggu sebelum tanggal jatuh tempo. Sebuah kelahiran prematur memberi bayi lebih sedikit waktu untuk berkembang dan dewasa dalam rahim. Hasilnya adalah peningkatan risiko masalah kesehatan dan perkembangan, termasuk kesulitan bernapas dan pendarahan di otak. Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko dari kelahiran prematur, yaitu (4): Riwayat persalinan prematur sebelumnya Kehamilan dengan bayi kembar, kembar tiga atau kelipatan lainnya Interval kurang dari enam bulan antar kehamilan Hamil melalui fertilisasi in vitro

Masalah dengan rahim, leher rahim atau plasenta Merokok, minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang Kekurangan gizi selama masa kehamilan Infeksi Ibu menderita hipertensi, diabetes atau kelebihan berat badan sebelum kehamilan Stres Riwayat keguguran atau aborsi Mengalami trauma pada masa kehamilan KMK atau Kecil untuk Masa Kehamilan adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan bayi yang lebih kecil dari yang biasa untuk jumlah minggu kehamilan, dimana abyi tersebut memiliki berat lahir di bawah persentil 10 untuk bayi dari usia kehamilan yang sama. Ini berarti bahwa bayi tersebut lebih kecil dari 90 persen dari semua bayi lain dari usia kehamilan yang sama. Bayi KMK mungkin muncul secara fisik dan neurologis dewasa tetapi lebih kecil daripada bayi lain dari usia kehamilan yang sama. Bayi KMK mungkin prematur (lahir sebelum 37 minggu kehamilan), aterm (37-41 minggu), atau post term (setelah 42 minggu kehamilan). Faktor risiko untuk bayi KMK dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu (5): Faktor ibu: a. Tekanan darah tinggi b. Penyakit ginjal kronis c. Diabetes mellitus d. Penyakit jantung atau pernapasan e. Malnutrisi f. Anemia g. Infeksi h. Penggunaan narkoba dan alkohol, serta merokok Faktor yang melibatkan uterus dan plasenta: a. Penurunan aliran darah di dalam rahim dan plasenta b. Abrupsi plasenta (plasenta terlepas dari rahim) c. Plasenta previa (plasenta menempel rendah di dalam rahim) d. Infeksi pada jaringan di sekitar janin Faktor janin: a. Kehamilan ganda

b. Infeksi c. Cacat lahir d. Kelainan kromosom Perbedaan bayi prematur dan KMK yaitu: Bayi prematur : Ukuran kecil, BBLR ( 1/3 lebih dari anterior; 1/3 anterior indentasi kurang dari 1/3 anterior Areola Areola berbintik berbintik pada pada pinggir, pinggir, tidak menonjol, menonjol, diameter > diameter < 0,75 cm 0,75 cm Jaringan Jaringan payudara payudara pada kedua pada kedua sisi, satu sisi, satu atau dua sisi atau dua sisi diameter < diameter < 0.5-1,0 cm 0.5 cm Ketidak Sebagian lengkungan ketidak yang lengkungan terbentuk dai seluruh baik dari pinna atas seluruh bagian atas

bervariasi letaknya

Tidak terlihat pembuluh darah Setidaknya setengah dari punggung bersih dari lanugo Indentasi definitif yang dalam lebih dari 1/3 anterior

NA

NA

NA

pada pinggir Ada kartilago pada Ketegasan pinggir, Telinga lunak pada tempat lain, rekoil cepat Labia Labia Labia mayora mayora mayora Alat terpisah hampir sepenuhnya Kelamin lebar, labia menutupi menutupi Pria minora labia labia menonjol minora minora Paling tidak Paling tidak Tidak ada 1 testis di Alat 1 testis di testis di bagian Kelamin bagian atas skrotum bawah Wanita skrotum skrotum Jumlahkanlah seluruh skor yang didapat Pinna lunak, Pinna lunak, mudah mudah ditekuk, ditekuk, tidak ada rekoil rekoil lambat Interpretasi: Skor minimum: 0

pinna Pinna tegas dengan kartilago sampai ujung, rekoil segera

NA

NA

NA

NA

NA

Skor maksimum: 75 (35 tanda neurologis dan 37 tanda eksternal) Estimasi usia kehamilan = = (0,2462 * (skor total)) + 24,595 Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai Apgar (Apgar score). Cara ini telah digunakan luas di seluruh dunia. Kriteria yang dinilai adalah (1) laju jantung, (2) usaha bernapas, (3) tonus otot, (4) reflex terhadap rangsang, dan (5) warna kulit. Setiap criteria diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga neonatus dapat memperoleh nilai 0 sampai 10. Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat pada tabel berikut (6): Tanda Laju Jantung Usaha bernapas Tonus Otot Reflex Warna Kulit 0 Tidak ada Tidak ada Lumpuh 1 < 100 Lambat 2 100 Menangis kuat Gerakan aktif Reaksi melawan Seluruh tubuh kemerahan

Ekstremitas fleksi sedikit Tidak Gerakan bereaksi sedikit Seluruh tubuh Tubuh biru / pucat kemerahan, ekstremitas biru

Penilaian ini dilakukan pada menit pertama setelah lahir ysngmemberikan petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7 sampai 10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0 3 menunjukkan nilai asfiksia yang berat. Penilaian apgarini perlu diulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah tindakan resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Nilai apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena berhubungan dengan morbiditas neonatal. Berdasarkan data kasus di atas, anak tersebut berusia 3 tahun dengan berat badan 6,9 kg dan tinggi badan 70 cm. Berdasarkan table persentil berat badan dan tinggi badan terhadap umur, anak tersebut berada pada range kurang dari 5%. Berdasarkan baku NCHS, maka anak tersebut dikategorikan malnutrisi berat. Kemudian menurut baku WHO, deviasi anak tersebut berada di bawah -2 SD, sehingga dapat dikatakan bahwa anak tersebut mengalami gizi buruk. Secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu (1): 1. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor genetik antara lain faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin dan suku bangsa. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir khayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi: a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu dalam kandungan (pranatal) b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi setelah anak lahir (postnatal) A. Faktor Lingkungan Pranatal Faktor lingkungan prenatal yang mempengaruhi tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain: 1. Gizi ibu pada waktu hamil 2. Mekanis 3. Toksin/zat kimia 4. Endokrin

5. Radiasi 6. Infeksi 7. Stress 8. Imunitas 9. Anoksia embrio B. Faktor Lingkungan Postnatal Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi: 1. Lingkungan biologis, antara lain: a. Ras/suku bangsa b. Jenis kelamin c. Umur d. Gizi e. Perawatan kesehatan f. Kepekaan terhadap penyakit g. Penyakit kronis h. Fungsi metabolism i. Hormon 2. Faktor fisik, antara lain: a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah b. Sanitasi c. Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian d. Radiasi 3. Faktor psikososial, antara lain: a. Stimulasi b. Motivasi belajar c. Ganjaran atau hukuman yang wajar d. Kelompok sebaya e. Stress f. Sekolah g. Cinta dan kasih saying h. Kualitas interaksi anak-orang tua 4. Faktor keluarga dan adat istiadat

Keunggulan dan keistimewaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi. Masyarakat luas khususnya kaum ibu telah paham benar kegunaan dan manfaat ASI, berbagai tulisan yang membahas masalah ASI telah banyak dipublikasi. Dalam makalah ini akan dibahas nilai nutrisi yang terkandung dalam ASI dan keunggulannya dibanding nutrisi lain untuk bayi, dengan demikian diharapkan para ibu akan lebih percaya diri dalam memberikan ASI kepada bayinya. Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein. ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat. Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari. ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula. Komposisi ASI terdiri atas (7): Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian

diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi. Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah. ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh. Lemak Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung

banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi. ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Karnitin Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Vitamin Vitamin K Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan. Vitamin D Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.

Vitamin E Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik).

Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin A Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik. Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan seharihari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian. Mineral Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena

dengan pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi. Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zincASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat. Berdasarkan kasus diatas, maka pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang diperlukan antara lain: Pemeriksaan darah Pemeriksaan rongent paru untuk mengatahui apakah ada infiltrate dalam paru karena nenek pasien memiliki riwayat sering batuk Pemeriksaan perkembangan anak, dengan menggunakan DDST II Pola perawatan yang dapat diberikan pertama pada pasien ini adalah dengan mengatasi permasalahan diare. Dapat diberikan dalam pemberian cairan elektrolit yang dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan cairan akibat diare. Kemudian untuk meningkatkan pertumbuhannya, dapat diberikan sumber makanan dengan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumbersumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari. Pengaturan diet dapat dilakukan dengan cara meningkatkan nafsu makan, memilih bahan makanan serta mengolah bahan makanan dengan baik. Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin

yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang sama. Jenis atau Macam Imunisasi Vaksin Wajib Pada Anak :1. BCG

Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan Waktu Pemberian : Umur / usia 2 bulan2. DPT/DT

Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus Waktu Pemberian :I. II. III. IV. V. VI.

Umur / usia 3 bulan Umur / usia 4 bulan Umur / usia 5 bulan Umur / usia 1 tahun 6 bulan Umur / usia 5 tahun Umur / usia 10 tahun

3. Polio

Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian. Waktu Pemberian :I. II. III. IV. V.

Umur / usia 3 bulan Umur / usia 4 bulan Umur / usia 5 bulan Umur / usia 1 tahun 6 bulan Umur / usia 5 tahun (kaku rahang).

4. Campak / Measles

Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare Waktu Pemberian :

I. II.

Umur / usia 9 bulan atau lebih Umur / usia 5-7 tahun

5. Hepatitis B

Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan Waktu Pemberian :I. II. III. IV.

Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya Tergantung situasi dan kondisi I Tergantung situasi dan kondisi II Tergantung situasi dan kondisi III

Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :1. MMR

Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman Waktu Pemberian :I. II.

Umur / usia 1 tahun 3 bulan Umur / usia 4-6 tahun

2. Hepatitis A

Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati) Penyebab : Virus hepatitis A Waktu Pemberian :I. II.

Tergantung situasi dan kondisi I Tergantung situasi dan kondisi II

3. Typhoid & parathypoid

Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid Penyebab : Bakteri Salmonela thypi Waktu Pemberian :I.

Tergantung situasi dan kondisi

4. Varisella (Cacar Air)

Perlindungan Penyakit : Cacar Air Penyebab : Virus varicella-zoster Waktu Pemberian :I.

Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu.

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, dimulai saat dalam kandungan. Dua hal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah faktor genetik dan lingkungan, dimana faktor lingkungan dibagi dalam pra dan postnatal. Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh diantaranya gizi, social ekonomi, dan imunisasi. Pemberian ASI merupakan salah satu komponen yang berperan dalam tumbuh kembang anak, dibandingkan jika anak tersebut hanya diberi susu formula, Pasien ini mengalami gizi buruk yang dapat diakibatkan oleh berbagai hal. Dari hasil pemeriksaan, pasien sedang mengalami campak dan diare dengan riwayat belum pernah divaksinasi. Oleh karena itu, pola perawatan harus memperhatikan kondisi pasien saat ini serta memperhatikan hal-hal untuk meningkatkan tumbuh kembang anak tersebut agar sesuai dengan usia yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjianingsih. Tumbuh Kembang Anak. Ranuh N, Editor. Jakarta: Penerbit EGC; 1995. p. 1-11, 48-56. 2. Ulrich Drews. Atlas Berwarna & Teks Embriologi. Cetakan Kedua. Jakarta: Hipokrates; 1996. p. 2-18. 3. Sadler TW. Langmans Medical Embriology. 10th Edition. Jakarta: Penerbit EGC; 2010. p. 138-41. 4. Lockwood CJ. Overview of preterm labor and delivery. Available at http://www.uptodate.com/home/index.html. Accessed on Sept. 13,2011. 5. National Institute for Health. Intra Uterine Growth Restriction. Available at http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article.htm. Accessed on Sept. 13, 2011. 6. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, et al. Diagnosis Fisik Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto; 2009. p. 146-47. 7. Baker SS, Baker DR, Davis AM. Pediatric Nutrition Support. Boston: Jones & Bartlett; 2007.

LAPORAN HASIL DISKUSI

Modul Tumbuh Kembang (Failure to Thrive)KELOMPOK VI Made Ayundari Malika Malvin Christo W. Maria Christiningrum Maulita Agustine Meikhel Alexander Meilinda Vitta Sari Meita Kusumo Putri Melati Hidayanti Mellisa Aslamia Aslim Mentari Muhammad Haikal Muhammad Satrio Liana Anggara Rizkia 030.10.167 030.10.168 030.10.169 030.10.170 030.10.171 030.10.172 030.10.173 030.10.174 030.10.175 030.10.177 030.10.178 030.10.179 030.10.180 030.10.160

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta 19 September 2011