Makalah Desain Instruksional
-
Upload
daulat-sitohang -
Category
Documents
-
view
29 -
download
4
description
Transcript of Makalah Desain Instruksional
Perilaku dan Karakteristik Awal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang cenderung
berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan karena dengan
mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat memberikan
informasi penting untuk guru dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan
dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi
pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna. Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik
awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima
siswa apa adanya dan unutk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa
tersebut.
Dengan demikian, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah
bertujuan untuk menentukan apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan
dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan
untuk menentukan pra syarat dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti pebelajaran.
Wina Sanjaya (2008, 17) mengemukakan karakteristik siswa merupakan salah satu
variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau
kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah
dimilikinya. Keterampilan siswa yang ada di dalam kelas sangat heterogen. Sebagian
siswa sudah banyak tahu, sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang
diajarkan di kelas. Bila pengajar mengikuti kelompok siswa yang pertama, kelompok
yang kedua merasa ketinggalan kereta, yaitu tidak dapat menangkap pelajaran yang
diberikan. Sebaliknya, bila pengajar mengikuti kelompok yang kedua, yaitu mulai dari
bawah, kelompok pertama akan merasa tidak belajar apa-apa dan bosan.
Keberhasilan proses belajar-mengajar sebagian dipengaruhi oleh keadaan awal yang
dimiliki siswa, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Keadaan awal siswa
yang heterogen dengan latar belakang serta kemampuan yang berbeda-beda akan jadi
implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem instruksional, dan hal ini juga
akan jadi penghambat bagi proses pencapaian tujuan instruksional bila sejak awal
pengajar tidak mengidentifikasi perilaku dan karakteristik siswa yang akan diajar Atwi
1
Perilaku dan Karakteristik Awal
Suparman (2012, 17) mengemukan untuk mengatasi heterogen siswa di dalam kelas, ada
dua pendekatan yang dapat dipilih. Pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran
dan kedua, sebaiknya materi pelajaran disesuaikan dengan siswa.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik
siswa?
b. Apa manfaat mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa ?
c. Bagaimana cara melaksanakannya?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat memberikan uraian mengenai kegiatan
mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan bagaimana cara
melaksanakannya.
D. Manfaat Pembahasan
a. Teoritis, yaitu untuk mengkaji pemahaman mengenai kegiatan mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan bagaimana cara
melakukannya.
b. Praktis, dapat bermanfaat bagi mahasiswa supaya memahami pengetahuan
mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, agar
dapat memanfaatkannya dalam menerapkan selaku seorang perencana/perancang
instruksional pengajaran.
2
Perilaku dan Karakteristik Awal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi Perilaku Awal Siswa
Kegiatan mengidentifikasi perilaku awal peserta didik dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem
pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan menganalisis perilaku
awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum
mengikuti pembelajaran bukan menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa
sebelum mengikuti pembelajaran atau pelatihan. Konsekuensi dari digunakannya cara ini
adalah titik mulai suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa. Jadi
mengidentifikasi perilaku awal siswa/peserta didik adalah bertujuan untuk menentukan garis
batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada
peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan
instruksional khusus atau TIK. Perilaku awal merupakan salah satu variabel dari pengajaran.
Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta
didik. Aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan
berfikir yang telah dimiliki peserta didik. Atwi Suparman (2012) menyatakan dua hal tentang
perilaku peserta didik: Pertama, populasi sasaran atau peserta didik kegiatan instruksional dan
kedua adalah berhubungan dengan kompetensi, kemampuan atau pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang telah dikuasai peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran.
Untuk melakukan kegiatan identifikasi perilaku awal peserta didik, maka kita harus
mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional yang
antara lain adalah:
a. Siswa, mahasiswa dan yang lainnya
b. Orang yang mengetahui kondisi seperti guru dan atasannya.
c. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan mata pelajaran.
Berawal dari informasi-informasi tersebut, maka tingkat kemampuan populasi sasaran
dalam perilaku-perilaku khusus yang diperoleh dari analisis instruksional itu perlu
diidentifikasi agar pengembangan instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus
3
Perilaku dan Karakteristik Awal
yang sudah dikuasai peserta didik untuk diajarkan. Dengan demikian pengembangan
instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi peserta didik.
Populasi sasaran dirumuskan secara spesifik seperti contoh di bawah ini:
1. Mata pelajaran ini disediakan bagi siswa yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pendaftaran pada sekolah ini pada tahun ajaran atau semester ini;
b. Setelah lulus mata pelajaran A.
2. Pelajaran ini disusun bagi siswa kelas dua SMA yang mempunyai minat dalam kelompok
bidang studi A1 (IPA kalau sekarang).
3. Kursus ini disediakan bagi karyawan pemerintah atau perusahaan swasta yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai ijazah minimal sarjana muda dalam bidang X atau setaraf;
b. Telah pernah mengikuti dan lulus dalam kursus Y;
c. Menguasai bahasa Inggris minimal secara pasif untuk membaca dan
mendengarkan kuliah dalam bahasa Inggris.
Perumusan populasi sasaran seperti contoh tersebut di atas memang dapat membantu
kelancaran penyelenggaraan kegiatan instruksional.Perumusan populasi ini biasanya
diterapkan oleh lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan. Tetapi
seorang pengembang instruksional masih perlu mencari informasi lebih jauh tentang
kemampuan populasi sasaran yang dimaksud dalam menguasai setiap perilaku khusus yang
telah dirumuskan dalam analisis instruksional. Anda masih ingat bukan? Perilaku-perilaku
khusus itu tersusun secara hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi
kegiatannya atau dua di antaranya tingkat kemampuan populasi sasaran dalam perilaku-
perilaku khusus itu perlu diidentifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan
mana perilaku khusus yang sudah dikuasai siswa sehingga tidak perlu diajarkan kembali, dan
mana yang belum dikuasai siswa untuk diajarkan. Dengan demikian, pengembang
instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi siswa. (Suparman,
2004: 148) Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu
kuisioner, interview dan observasi, serta tes.
Teknik tersebut dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa.
Subjek yang memberikan informasi diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh tingkat
penguasaan siswa atau calon siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian
(rating scales). Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes penampilan
4
Perilaku dan Karakteristik Awal
siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta tes tertulis untuk mengetahui
tingkat pengetahuan siswa. Tetapi, bila tes seperti itu tidak tepat dilakukan karena dirasakan
kurang etis, kesulitan teknik pelaksanaan, atau tidak mungkin dilakukan karena sebab yang
lain, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala penilaian tersebut diisi oleh orang-
orang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan siswa dan diisi oleh siswa sebagai self-
report.
B. Mengidentifikasi Karakteristik Awal Siswa
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Menurut
Al-Barry (2000) karakter bermakna hampir sama dengan sifat-sifat bawaan, watak,
kepribadian, kebiasaan. Sementara yang dimaksud karakteristik adalah ciri-ciri khusus, corak
tingkah laku. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Ron Kurtus dalam irfarazak.ngeblogs.com berpendapat bahwa karakter adalah satu
set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut,
orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan
kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk
berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata
tertib dan aturan yang ada). Kata "karakter" berasal dari kata Yunani: charaktêr. Semula
digunakan tanda terkesan atas koin. Ada pula yang memaknai berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek
lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan
kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter mulia berarti individu memiliki
pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif,
percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat
dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif,
inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif,
tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau
unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut.
5
Perilaku dan Karakteristik Awal
Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual,
emosional, sosial, etika, dan perilaku). Karakter seseorang baik disengaja atau tidak,
didapatkan dari orang lain yang sering berada didekatnya atau yang sering
mempengaruhinya, kemudian ia mulai meniru untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang
anak yang masih polos seringkali akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman
mainnya, bahkan pengasuhnya. Erat kaitan dengan masalah ini, seorang psikolog berpendapat
bahwa karakter berbeda dengan kepribadian, karena kepribadian merupakan sifat yang
dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetis. Dalam hal ini ada empat
indentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, yaitu :
a. Kemampuan Dasar.
b. Latar belakang pengalaman.
c. Latar belakang sosial.
d. Perbedaan individual.
Peserta didik mempunyai karakteristik dan perilaku awal (entering behavior) yang berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal pada saat melalui proses pembelajaran. Atwi
Suparman (2012, 38) mengemukakan perilaku dan karakteristik awal peserta didik yang
relevan dengan proses pembelajaran yang akan dilakukan yaitu:
a. Latar belakang pendidikan dan pengalaman sebelumnya mengandung kompetensi
yang telah dikuasainya.
b. Motivasi belajar yang mengandung pengertian dorongan dan semngat serta ingin tahu
yang dimiliki untuk mempelajari bahan pembelajaran tersebut, akan memudahkannya
dalam proses pembelajaran.
c. Aksesnya terhadap sumber belajar yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.
d. Kebiasaan belajar melalui pembelajaran tatap muka atau mandiri. Bila terbiasa
belajar mandiri, maka dapat diharapkan peserta didik akan menggunakan waktu
belajar yang lebih panjang.
e. Domisili tempat tinggal yang diukur dengan jarak tempuh ke pusat kegiatan belajar
atau lembaga penyelenggara pendidikan.
f. Aksesnya terhadap saluran komunikasi dan media pembelajaran untuk digunakan
dalam pembelajaran seperti telepon, computer, buku, atau media tercetak.
g. Kebiasaan dan disiplin dalam mengatur waktu belajar secara teratur akan lebih mudah
mempercepat penyelesaian tugas-tugas.
6
Perilaku dan Karakteristik Awal
h. Kebiasaan belajar secara sistematik akan sangat kondusif untuk menguasai bahan
pembelajaran lebih cepat dan lebih baik.
i. Kebiasaan belajar sambil berfikir untuk menerapkan hasilnya dalam kehidupan atau
pekerjaannya merupakan hal yang sangat baik untuk memelihara motivasi belajar
sepanjang proses pembelajaran.
C. Manfaat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program
pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga
dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-
aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar.
Kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.
Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan
salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa.
Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi,
setidak-tidaknya banyak dikurangi. Perilaku dan karakteristik awal dibawa oleh peserta didik
pada saat memulai proses pembelajaran. Pengajar atau pendesain pembelajaran yang sesuai
dengan perilaku awal siswa dan karakteristik peserta didik tersebut. Bila pembelajaran diikuti
oleh sekelompok peserta didik sehingga pendekatan pembelajaran bersifat klasikal, maka
selain perlakuan terhadap kelompok dalam pembelajaran, perlu diterapkan perlakuan secara
individual. Pengajar yang mengabaikan perilaku awal dan karakteristik awal akan
menghasilkan pembelajaran yang tidak menyenangkan, baik bagi pengajar sendiri maupun
bagi peserta didik. Akibatnya, hasil belajar peserta didik kurang maksimal.
Dengan mengenal karakteristik siswa, maka dapat diketahui kualitas perseorangan
dan menjadi petunjuk dalam mengelola strategi pembelajaran manfaat yang lain juga dapat
dilihat di antaranya:
a. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan dalam
memberikan materi baru dan lanjutan.
b. Guru mengetahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini
berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.
7
Perilaku dan Karakteristik Awal
c. Guru dapat mengetahui latar belakang siswa dan keluarga siswa. Meliputi
tingkatpendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru
dapat menyanjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.
d. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi dan
kebutuhan siswa.
e. Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan yang telah diperoleh siswa sebelumnya.
D. Cara Melaksanakan Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Teknik untuk mengidentikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan
kuesioner, interview, observasi dan tes. Subjek yang memberikan informasi diminta untuk
mengidentifikasi tingkat penguasaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala
penelitian (rating scales). Identifikasi perilaku peserta didik dilakukan dengan memberikan
pree-testing yakni tes awal yang dilakukan sebelum dimulai pembelajaran, yang
dimaksudkan untuk menguji entry-behavior (kemampuan awal) peserta didik berkenaan
dengan tujuan pembelajaran tertentu yang harus dikuasai peserta didik.
Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa juga dilakukan berkenaan dengan
program pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah lembaga pendidikan tertentu.
(Syahidah, 2012) Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan pemberian
tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan
kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berfikir, gaya belajar dan lain-lainnya
dapat dilakukan dengan bantuan tes baku yang telah dirancang oleh para ahli. (Abdurrohim,
2011). Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama
dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu kuisioner,
interview, observasi, dan tes. Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal siswa adalah untuk
mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak ; sampai dimana
minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila si belajar mampu , hal-hal apa yang
memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi penghambat.
Hal-hal yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat faktor-faktor
akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut sangat
mempengaruhi proses belajar si pelajar. Berikut ini contoh latihan untuk mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa. Latihan ini akan memakan waktu yang cukup panjang,
karena harus mengumpulkan data dari lapangan. Ikutilah latihan ini dengan tekun.
8
Perilaku dan Karakteristik Awal
1. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari orang-orang yang dekat dan dapat menilai
kemampuan populasi sasaran dengan cara:
a. Tulislah kembali daftar perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam kegiatan
analisis intruksional;
b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian sebagai berikut:
No
.
Perilaku Khusus Penilian Penilaian
Baik Buruk
Keterangan:
Kolom 1 : Nomor urut
Kolom 2 : Perilaku khusus yang telah dihasilkan dalam analisis
instruksional
Kolom 3 dan 4: Skala penilaian.
c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;
d. Berikan skala penilaian tersebut kepada orang-orang yang dekat dan dapat menilai
kemampuan populasi sasaran seperti atasan dan guru mereka. Jumlah penilai
tergantung kepada besarnya populasi sasaran. Untuk siswa dalam jumlah kecil, sekitar
10–20 responden sudah cukup memadai. Untuk siswa dalam jumlah besar dan ruang
lingkup nasional misalnya, diperlukan sekitar 30 sampai 50 responden; e. Kumpulkan
hasil isian tersebut.
2. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari sampel siswa. Di samping data dari orang-
orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu sendiri
dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis
intruksional;
b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala
Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);
c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak
secukupnya;
d. Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili
populasi sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran.
9
Perilaku dan Karakteristik Awal
Yang paling penting diperhatikan adalah orang-orang tersebut memang memiliki
ciri-ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang
representatif;
e. Kumpulkan hasil isian tersebut.
3. Kumpulkan data perilaku awal siswa dengan menggunakan observasi dan tes.
Dibandingkan dengan dua cara mengumpulkan data perilaku awal siswa yang telah
dikemukakan sebelumnya, observasi dan tes adalah cara yang lebih mantap, karena dapat
mengumpulkan data yang lebih tegas. Observasi dilakukan untuk menilai kemampuan
yang bersifat pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan atau keterampilan. Skala penilaian
seperti butir 1 di atas dapat digunakan dalam observasi tersebut. Bedanya adalah: skala
penilaian yang digunakan dalam observasi diisi oleh orang yang mengobservasi
(mengamati) kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Sedangkan dalam butir 1 di atas
diisi oleh atasan atau guru atas dasar pendapat mereka tanpa mengamati langsung
kegiatan siswa yang sedang dinilai. Tes digunakan untuk menilai kemampuan yang
bersifat kognitif. Bila Anda dapat menggunakan observasi dan tes, cara dalam butir 1 dan
2 di atas tidak diperlukan lagi.
4. Kumpulkanlah data karakteristik awal siswa dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang karakteristik siswa seperti:
1) Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;
2) Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-
citakan untuk menjadi bidang keahliannya;
3) Kesenangan (hobi);
4) Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;
5) Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan sehari-hari;
6) dan lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional.
b. Berikanlah kuisioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi
sasaran;
c. Kumpulkan hasilnya.
5. Analisislah hasil pengumpulan data butir 1 dan 2 atau butir 3 saja untuk menentukan
perilaku awal yang telah dikuasai populasi sasaran. Kelompokkan perilaku yang
mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari perilaku yang masih sedang, kurang
atau buruk.
10
Perilaku dan Karakteristik Awal
6. Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis
instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:
a. Perilaku-perilaku yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai
oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Perilaku-perilaku ini tidak akan
diajarkan kembali kepada siswa;
b. Perilaku-perilaku yang ada di atas garis batas adalah perilaku yang belum dikuasai
oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan buruk.
Perilaku-perilaku tersebut akan diajarkan kepada siswa.
7. Susunlah urutan perilaku yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam
menentukan urutan materi pelajaran.
8. Tafsirkanlah data tentang karakteristik siswa untuk menggambarkan hal sebagai berikut:
a. Lingkungan budaya;
b. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian;
c. Kesenangan (hobi);
d. Bahasa yang dikuasai;
e. Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari;
f. dan lain-lain. Data tentang karakteristik siswa disimpan dahulu untuk digunakan
dalam menyusun strategi instruksional pada tahap selanjutnya.
11
Perilaku dan Karakteristik Awal
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah pendekatan yang menerima
siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut yang
bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan
perilaku yang harus diajarkan kepada siswa/peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini
kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK.
2. Kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa memberi manfaat: a. Untuk
mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan
strategi pengelolaan pembelajaran; b. Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan
karakteristik awal siswa akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem
instruksional yang sesuai untuk siswa.
3. Cara melaksanakan identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran; b. Teknik yang
digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner; c. Dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham dengan kemampuan siswa.
Saran
Guru kiranya dapat memahami dan memguasai pengetahuan kegiatan
mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, serta dapat memanfaatkannya dalam
penerapan pembelajaran atau selaku seorang perencana/perancang instruksional pengajaran.
12
Perilaku dan Karakteristik Awal
DAFTAR PUSTAKA
Al-Barry, M.D.J, dkk. 2000. Kamus Ilmah Kontemporer. Bandung : Pustaka Setia. Ibrrohim,
D. 2011. Melakukan Analisis Pembelajaran.
http://dudungabdu. wordpress.com/2011/12/09/2-melakukan-analisis-pembelajaran/ Diunduh
1 Pebruari 2014.
Ronkutus, Irfarazak. 2009. Karakteristik Siswa. , download : 01/02/2014.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group,.
Suparman, Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta : Universitas Terbuka. Suparman, Atwi.
2012.
Desain Instruksional Modern. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Syahidah, I. 2012.
Analisis Pembelajaran dan Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Siswa.
http://syahidahidah81.blogspot.com
analisis-pembelajaran-dan-identifikasi.html. Diunduh 1 Pebruari 2012.
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Siswa.
http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/identifikasi-prilaku-dan-karakteristik.html.
13