makalah ddpt
-
Upload
jhusnie-aulia-sujamal -
Category
Documents
-
view
102 -
download
7
description
Transcript of makalah ddpt
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang
menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas
yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.
Produk pasca panen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan
terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen.
Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan
terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama
gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman
ketika di lapang (Anonim, 2009).
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera,
misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada beras,
ditemukan Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan
Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo ditemukan
Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang hijau ditemukan
Tribolium castaneum (A.M. Anieska, 2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui jenis-jenis hama serta morfologi dari hama
yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil pertanian serta gejala serangannya.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui bagian-bagian
morfologi serta gejala serangan dari serangga yang menyerang hasil-hasil pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
2.1.1 Ciri Morfologi
Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada elytra
terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan.
Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan
pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari.
Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat
pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva
adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Anonim, 2008).
2.1.2 Sistematika
Kumbang ini mempunyai klasifikasi sebagai berikut; Kingdom: Animalia, Filum :
Arthropoda, Kelas: Insecta, Ordo: Coleoptera, Famili: Bruchidae, Genus: Callosobruchus,
Spesies: Callosobruchus chinensis (Suharto, 2009).
2.1.3 Gejala Serangan
Gejala serangan kumbang bruchus pada biji kacang hijau dikenali dengan adanya
lubang-lubang pada butiran kedelai. Biji kedelai yang terserang bruchus juga merupakan
tempat berlindung serangga. Kadang-kadang tampak serangga keluar dari dalam lubang
gerekan (Abumutsanna, 2008).
2.1.4 Pengendalian
Pengendalian hama kumbang bruchus dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
gudang dan dengan cara fumigasi, antara lain menggunakan methyl bromida sesuai petunjuk
teknis (Abumutsanna, 2008).
2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
2.2.1 Ciri Morfologi
Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian
permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang
atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua
atau hitam (Anonim, 2008).
2.2.2 Sistematika
Klasifikasi dari Kumbang Kopra adalah Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda,
Kelas: Insecta, Ordo: Coleoptera, Famili: Cleridae, Genus: Necrobia, Spesies: Necrobia
rufipes (Rentokil. 2009).
2.2.3 Gejala Serangan
Telur diletakkan di celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, larva
membuat liang gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat menjelang menjadi kepompong,
larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air liurnya dan
sisa gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva maupun dewasa, meski
demikian tahap larva adalah yang paling merusak (Rentokil. 2009).
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian hama dilakukan dengan cara membersihkan tempat penyimpanan dari
berbagai macam kotoran yang dapat mengundang adanya serangan kumbang kopra (Necrobia
rufipes). Selain itu, ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan harus tertutup
rapat (Wikipedia, 2009).
2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
2.3.1 Ciri Morfologi
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya
berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan.
Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila
kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm.
larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan
membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa (Anonim, 2008).
2.3.2 Sistematika
Klasifikasi dari kumbang ini adalah; Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda, Kelas:
Insecta, Ordo: Coleoptera, Family: Curculionidae, Genus: Sitophilus, Spesies: Sitophilus
oryzae (Wikipedia, 2008).
2.3.3 Gejala Serangan
Pada waktu akan bertelur serangga betina membuat liang kecil dengan moncongnya
sedalam kurang lebih 1 mm. Setelah telur diletakkan liang ditutup dengan sisa gerekannya.
Pada biji yang kecil seperti beras hanya satu telur tetapi pada biji yang lebih besar seperti
jagung dapat diletakkan dua telur. Setelah menetas larva menggerek ke dalam biji. Larva
hidup dalam biji tersebut dengan memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak
biji (Suharto, 2009).
2.3.4 Pengendalian
Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk
simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus
oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan
fumigasi terhadap produk yang disimpan (Anonim, 2008)
2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
2.4.1 Ciri Morfologi
Kumbang dewasa berukuran hingga 4 mm dan berwarna coklat kemerahan pudar
hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat
bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan.
2.4.2 Sistematika
Klasifikasi dari kumbang ini adalah; Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda, Kelas:
Insecta, Ordo: Coleoptera, Family: Curculionidae, Genus: Sitophilus, Spesies: Sitophilus
zeamays (Rentokil. 2009).
2.4.3 Gejala Serangan
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerang jagung yang disimpan. Butir
jagung yang diserang berlubang-lubang hingga hancur menjadi bubuk. Serangga ini juga
menyerang bahan lain seperti kopra, gandum, beras, sorgum dan biji-bijian lain (Maulana B.,
2009).
2.4.4 Pengendalian
Pengendalian serangga dapat dilakukan dengan zat kimia. Penggunaan zat kimia harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak mencemari bahan pakan. Fumigan dan insektisida
merupakan zat kimia yang dapat digunakan dalam pengendalian hama gudang yang telah
menyerang bahan pakan. Kandungan air bahan pakan yang disimpan diupayakan serendah
mungkin. Proses penurunan kadar air dapat dilakukan dengan penjemuran ataupun dengan
meniupkan udara panas terhadap bahan pakan. Batas kadar air yang dinilai aman untuk
penyimpanan adalah 13-14% dan kelembaban kurang dari 70% (Maulana B., 2009).
2.5 Kumbang Tepung (Tribollium sp.)
2.5.1 Ciri Morfologi
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4
mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. Larva berwarna cokelat
muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm
(Blogspot, 2009).
2.5.2 Sistematika
Klasifikasi dari Kumbang Tepung ini adalah Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda,
Kelas: Insecta, Ordo: Coleoptera, Famili : Tenebrionidae, Genus: Tribollium, Spesies:
Tribollium sp. (Rentokil, 2009).
2.5.3 Gejala Serangan
Hama bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya.
Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama Sitophilus oryzae, pasti
akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama Tribolium hanya memakan sisa komoditas yang
telah terserang hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (hama
sekunder) (Anonim, 2008).
2.5.4 Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada
waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi
terhadap produk pasca panen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia (Anonim, 2008).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum tentang Pengenalan Serangga Hama Gudang ini dilaksanakan di
Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,
Palu. Pada tanggal 28 Oktober 2009, pada pukul 14.00 Wita sampai 17.30 Wita.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, toples, kain kasa, cat warna
hitam, alat tulis menulis, dan buku gambar.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kumbang Biji
(Callosobruchus chinensis) sebanyak 10 ekor serta Kacang Hijau seberat 100gr, Kumbang
Kopra (Necrobia rufipes) sebanyak 10 ekor serta Kopra seberat 100gr, Kumbang Beras
(Sitophilus oryzae) sebanyak 10 ekor serta Beras seberat 100gr, Kumbang Jagung (Sitophilus
zeamays) sebanyak 10 ekor serta Jagung seberat 100gr, dan Kumbang Tepung (Tribollium
sp.) sebanyak 10 ekor serta Tepung seberat 100gr.
3.3 Metode Praktek
Metode praktek dari praktikum ini adalah pertama-tama menyiapkan bahan-bahan yang
diperlukan, selanjutnya mengecat toples dengan cat yang berwarna hitam. Kemudian mengisi
bahan yang telah disiapkan kedalam toples yang telah dicat warna hitam. Setelah itu menutup
toples dengan menggunakan kain kasa.
Melakukan pengamatan setiap tiga hari sekali selama empat kali dengan cara menimbang
bahan-bahan dan mengamati perubahan berat bahan-bahan tersebut.
Setelah melakukan pengamatan terhadap berat bahan, selanjutnya yaitu menggambar
ciri-ciri morfologi dari kumbang-kumbang yang ada serta memberikan keterangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan
Tabel 1. Hasil pengamatan kehilangan berat Bahan Simpanan pada Kacang Hijau
No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut
1.
2.
3.
4.
Senin/19 Oktober 2009
Kamis/22 Oktober 200
Minggu/25 Oktober 2009
Rabu/28 Oktober 2009
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
0%
0%
0%
0%
Tabel 2. Hasil pengamatan kehilangan berat Bahan Simpanan pada Kopra
No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut
1.
2.
3.
4.
Senin/19 Oktober 2009
Kamis/22 Oktober 200
Minggu/25 Oktober 2009
Rabu/28 Oktober 2009
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
0%
0%
0%
0%
Tabel 3. Hasil pengamatan kehilangan berat Bahan Simpanan pada Beras
No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut
1.
2.
3.
4.
Senin/19 Oktober 2009
Kamis/22 Oktober 200
Minggu/25 Oktober 2009
Rabu/28 Oktober 2009
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
0%
0%
0%
0%
Tabel 5. Hasil pengamatan kehilangan berat Bahan Simpanan pada Tepung
No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut
1.
2.
3.
4.
Senin/19 Oktober 2009
Kamis/22 Oktober 200
Minggu/25 Oktober 2009
Rabu/28 Oktober 2009
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
100gr
0%
0%
0%
0%
4.1.1 Morfologi Hama Gudang
Ket:
1. Caput
2. Antena
3. Alat mulut
4. Mata mejemuk
5. Thorax
6. Tungkai depan
7. Tungkai tengah
8. Tungkai belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 13. Morfologi Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis).
Ket:
Lubang pada biji kacang hijau
Gambar 14. Gejala Serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada biji Kacang Hijau.
Ket:
1. Caput
2. Antena
3. Alat mulut
4. Mata mejemuk
5. Thorax
6. Tungkai depan
7. Tungkai tengah
8. Tungkai belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 15. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).
Ket:
Lubang pada kopra
Gambar 16. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada Kopra.
Ket:
1. Caput
2. Antena
3. Alat mulut
4. Mata mejemuk
5. Thorax
6. Tungkai depan
7. Tungkai tengah
8. Tungkai belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 17. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).
Ket:
Lubang pada biji beras
Gambar 18. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada biji Beras.
Ket:
1. Caput
2. Antena
3. Alat mulut
4. Mata mejemuk
5. Thorax
6. Tungkai depan
7. Tungkai tengah
8. Tungkai belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 19. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).
Ket:
Lubang pada biji jagung
Gambar 20. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada Jagung.
Ket:
1. Caput
2. Antena
3. Alat mulut
4. Mata mejemuk
5. Thorax
6. Tungkai depan
7. Tungkai tengah
8. Tungkai belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 21. Morfologi Kumbang Tepung (Tribollium sp.).
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan pertama terhadap berat bahan yaitu Kacang Hijau, Kopra, Beras,
Jagung dan Tepung pada hari Senin tanggal 19 Oktober 2009 tidak terjadi penyusutan berat
bahan. Selanjutnya pengamatan kedua pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2009 juga tidak
terjadi penyusutan terhadap berat bahan. Pada pengamatan ketiga pada hari Minggu tanggal
25 Oktober 2009 tidak terjadi perubahan terhadap berat berat bahan. Pengamatan terakhir
terhadap berat bahan pada hari Rabu tanggal 28 Oktober 2009 juga tidak ada penyusutan
berat bahan.
Tidak terjadinya penyusutan berat bahan ini dikarenakan ada sebagian kumbang yang
mati. Selain itu karena kurangnya ketelitian terhadap penimbangan berat bahan yang akan di
amati pada saat bahan akan dimasukkan ke dalam toples.
Sedangkan menurut A.M. Anieska, 2009, Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari
sejak benih pembibitan, pemanenan, hingga di gudang penyimpanan selalu tidak luput dari
ganggguan hama, patogen, gulma, atau karena faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai
bagi tanaman. Akibat gangguan tersebut seorang peneliti dari India pernah menyatakan
bahwa kerugian tanaman akibat gangguan gulam 33%, pathogen 26%, serangan hama 20%,
tikus 6%, dan kerusakan akibat penyimpanan sekitar 75%. Jika pengganggu tanaman tersebut
menganggu secara serentak maka kerugfian tanaman dapat mencapai 92%. Hal ini belum
termasuk gangguan karena faktor lingkungan.
Pada pengamatan pertama morfologi pada Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis),
kumbang ini memiliki ciri-ciri morfologi yaitu caput, antena, alat mulut, mata mejemuk,
thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Gejala
serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini adalah lubang-lubang pada biji kacang hijau.
Imago berwarna coklat kemerahan dengan elitra coklat terang bercak gelap. Elitra
serangga lebih pendek dari panjang abdomen sehingga ujung abdomen kelihatan dari arah
dorsal. Ciri lain adalah femur tungkai belakang membesar dan dan pada ujung nampak dua
duri. Imago jantan dapat dibedakan dengan yang betina berdasarkan tipe sungut. Pada jantan
sungut pektinat, sedangkan yang betina tipe sungutnya serrata. Pada C. chinensis bentuknya
bulat telur, elitranya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U, pronotum halus,
ukuran tubuhnya sekitar 5-6 mm (Suharto, 2009).
Gejala serangan kumbang bruchus pada biji kacang hijau dikenali dengan adanya
lubang-lubang pada butiran kacang hijau. Biji kacang hijau yang terserang bruchus juga
merupakan tempat berlindung serangga. Kadang-kadang tampak serangga keluar dari dalam
lubang gerekan (Abumutsanna, 2008).
Pengamatan kedua morfologi yaitu pada Kumbang Kopra (Necrobia rufipes), ciri-ciri
morfologinya yaitu caput, antena, alat mulut, mata mejemuk, thorax, tungkai depan, tungkai
tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Sedangkan gejala serangan yang ditimbulkan
adalah terdapat lubang pada kopra.
Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian
permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang
atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua
atau hitam (Anonim, 2008).
Telur diletakkan di celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, larva
membuat liang gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat menjelang menjadi kepompong,
larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air lirnya dan sisa
gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva maupun dewasa, meski demikian
tahap larva adalah yang paling merusak (Rentokil, 2009).
Pengamatan ketiga morfologi yaitu pada Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), ciri-ciri
morfologinya yaitu caput, antena, alat mulut, mata mejemuk, thorax, tungkai depan, tungkai
tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Sedangkan gejala serangan yang ditimbulkan
kumbang ini adalah beras yang berlubang dan rapuh.
Kumbang ini memiliki rostrum yang sangat karakteristik dan antena yang menyiku.
Antena memiliki delapan ruas dan saat serangga ini berjalan, antenanya menjulur keluar.
Pada elitra, biasanya terdapat empat buah tanda oval berwarna cokelat kemerahan atau
cokelat jingga (Zainalasyiq, 2009).
Setelah menetas, larva segera memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk
lubang-lubang gerekan. Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam
biji. Serangga dewasa baru yang muncul segera membuat jalan keluar dengan cara
mengunyah bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar yang karakteristik
(Zainalasyiq, 2009).
Selanjutnya pengamatan pada morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) dengan
ciri-ciri morfologi caput, antena, alat mulut, mata mejemuk, thorax, tungkai depan, tungkai
tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Sedangkan gejala serangan yang ditimbulkan
kumbang ini adalah jagung yang berlubang.
Imago berwarna coklat terang sampai coklat gelap dengan empat bercak kuning yang
berukuran relatif besar pada elitranya. Ciri yang lain adalah sungut menyiku terdiri dari
delapan ruas dan kepala berbentuk moncong (Suharto, 2009.
Kumbang jagung (Sitophilus zeamayis) menyerang jagung yang disimpan. Butir jagung
yang diserang berlubang-lubang hingga hancur menjadi bubuk. Serangga ini juga menyerang
bahan lain seperti kopra, gandum, beras, sorgum dan biji-bijian lain (Maulana B., 2009).
Pengamatan morfologi yang terkhir yaitu pada Kumbang Tepung (Tribollium sp.)
dengan ciri-ciri morfologi caput, antena, alat mulut, mata mejemuk, thorax, tungkai depan,
tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Gejala serangan yang ditimbulkan
kumbang ini adalah berat tepung yang berkurang dan warna tepung yang menjadi kuning.
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4
mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. Larva berwarna cokelat
muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm
(Anonim, 2009).
Hama Tribolium sp. Ini tidak memiliki gejala serangan. Akan tetapi, hanya memakan
sisa komoditas yang telah terserang hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk
tepung (hama sekunder) (Wordpress, 2008).
Pengendalian hama gudang secara umum dapat dilakukan dengan zat kimia.
Penggunaan zat kimia harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mencemari bahan pakan.
Fumigan dan insektisida merupakan zat kimia yang dapat digunakan dalam pengendalian
hama gudang yang telah menyerang bahan pakan. Fumigan merupakan senyawa kimia yang
pada suhu dan tekanan tertentu terdapat dalam bentuk gas. Fumigan membunuh serangga dan
hama lain melalui sistem pernafasan. Tindakan membunuh serangga hama gudang dengan
fumigan disebut fumigasi. Fumigasi bersifat kuratif, membunuh hama yang ada dalam
gudang, tidak dapat mencegah hama yang akan masuk kemudian (Maulana B., 2009).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hama gudang adalah serangga hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-
hasil panen. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera.
2. Pada umumnya morfologi Hama Kumbang terdiri dari Caput, Antena, Alat mulut, Mata
mejemuk, Thorax, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen dan Sayap.
3. Pengendalian hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur melakukan serta fumigasi
terhadap bahan pangan yang akan di simpan dalam gudang.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu sebaiknya kebersihan laboratorium di jaga dengan
baik. Agar para praktikan dapat mengikuti praktek dengan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Anieska, 2009. Pengenalan Species Penting Hama Pasca Panen Kelompok Coleoptera.
http://mayaoblogz.blogspot.com/2009/06/coleoptera.html
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Abumutsanna, 2008. Hama Gudang. http://abumutsanna.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Anonim, 2008. Pengenalan Hama-Hama Pascapanen.
http://naynienay.wordpress.com/2008/01/28/tentang-hama-tumbuhan/.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
. 2009. Pengenalan Ordo dan Beberapa Famili Hama Tanaman Pangan.
http://www.pangan.com . Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Maulana B., 2009. Analisis Mutu Benih 1, Pengujian Kesehatan Benih.
http://badaihxh.blogspot.com/2009/01/analisis-mutu-benih-1-pengujian.html
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Rentokil, 2009. Kumbang Jagung. http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z-Pests-Maize-Weevil-
6.4.11.23.htm. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
, 2009. Kumbang Kopra/Kumbang Babi Berkaki Merah. http://www.rentokil.co.id/Techinical-
A-Z-Pests-Copra-beetle-6.4.11.10.htm.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
2009. Kutu Beras. http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z-Pests-Rice-Weevil-
6.4.11.26.htm. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Suharto, 2009. Sitophilus Oryzae. http://plasmanutfah.unej.acid/ content/sitophilus-oryzae.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
2009. Callosobruchus chinensis L.
http://plasmanutfah.unej.ac.id/content/callosobruchus-chinensis--l
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Wikipedia. 2009. Sitophilus. http://en.wikipedia.org/wiki/ Sitophilus.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
, 2009. Kumbang. http://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 20.
2009. Kumbang Beras.http://id.wikipedia.org/wiki/Kumbangberas.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Zainalasyiq, 2009. Spesies Penting Hama Pasca Panen Kelompok OrdoColeoptera.
http://zainalasyiq.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.