Makalah budidaya tanaman pala
-
Upload
sahrul-aza-hati -
Category
Education
-
view
1.809 -
download
7
Transcript of Makalah budidaya tanaman pala
MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN PALA
Disusun Oleh Kelompok :
Kelompok 2
SMK NURUL HIDAYAHKECAMATAN REBANG TANGKAS
KABUPATEN WAY KANANTAHUN 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Budidaya
Tanaman Pala”. Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan yang
lebih luas tentang budidaya Tanaman Pala
Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah untuk mengetahui, mempelajari,
memahami, bahkan mempraktikkan bagaimana cara-cara yang baik membudidaya
Tanaman Pala agar hasil melimpah-ruah dan berhasil menjadi seorang yang sukses
dalam wirausahanya.
Sebelum itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam pembuatan Makalah ini sehingga dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis berharap atas kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca
agar Makalah ini lebih baik.
Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih dan bermanfaat bagi
para pembaca.
Sekian, terima kasih.
Rebang Tangkas, November 2015
Penyusun,
ii
Daftar Isi
Halaman Judul .................................................................................................i
Kata Pengantar ................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................................2
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Minyak Atsiri ............................................................................................3
2.2 Metode Perolehan Minyak Atsiri ..............................................................4
2.3 Oleorisin ....................................................................................................4
2.4 Pala ............................................................................................................5
Bab 3 Pembahasan
3.1 Estraksi Pala Menjadi Minyak Atsiri ........................................................7
3.2 Ekstraksi Oleoresin ...................................................................................9
3.3 Pembuatan Mikrokapsul Oleorosin Biji Pala ............................................9
Bab 4
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................10
4.2 Saran ..........................................................................................................10
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditas pala merupakan komoditas penting dan potensial Dalam
perekonomian nasional. Penting karena menjadi penyumbang pendapatan utama
antara lain bagi petani di wilayah Timur Indonesia, khususnya di daerah sentra
produksi pala. Potensial karena mampu mensuplai 60-75% kebutuhan pangsa pasar
dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun produk
turunannya. Disamping hampir semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, pala
termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur
panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun sehingga
baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan
demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu
pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi. Bagian tanaman pala yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah biji buah dan fulinya yang digunakan
sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik. Pengusahaan
tanaman pala di Indonesia merupakan pertanaman rakyat dan sudah sejak lama
diusahakan. Pada tahun 2011 luas areal tanaman pala 122.585 Ha dengan jumlah
produksi 22.252 ton. Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia.
Perkembangan volume ekspor biji pala Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir
(2005– 2009) mengalami fluktuasi, ekspor terendah pada tahun 2010 sebesar 14.186
ton dengan nilai US$ 86.096.000. Bentuk komoditas pala yang diekspor oleh
Indonesia adalah dalam bentuk biji pala, fuli, dan pala glondong.
Oleoresin pala umumnya diproduksi oleh negara- negara pengimpor biji pala
seperti Singapura, Amerika Serikat dan negara- negara di Eropa Barat. Pengolahan
lebih lanjut dari biji dan fuli pala menjadi oleoresin di dalam negeri akan
meningkatkan nilai tambah produk dan memperluas lapangan kerja. Ekspor
komoditas pala dalam bentuk oleoresin memang sangat menguntungkan, karena
handling-cost-nya rendah (volume-nya relatif kecil dan nilai per unitnya lebih tinggi),
mudah dilakukan standarisasi mutu karena dihasilkan oleh industri dan
daya simpannya ( keeping quality ) lebih lama. Untuk beberapa daerah, tanaman pala
mempunyai peranan ekonomi dan sosial yang sangat penting, karena komoditi pala
merupakan komoditas unggulan daerah dan merupakan sumber pendapatan daerah,
disamping itu juga banyak petani yang pendapatannya sangat tergantung dari
komoditi pala. Sekalipun Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di
dunia, namun secara keseluruhan mutu pala Indonesia masih kalah di banding mutu
1
pala dari Grenada dan negeri lainnya. Rendahnya mutu pala tersebut disebabkan
banyak faktor antara lain tanaman yang sedang berproduksi makinm hari makin tua,
kurangnya pemeliharaan praktis jarang dilakukan, produktivitas rendah karena
sebagian tanaman tua/tidak produktif dan belum menggunakan bibit unggul,
kelembagaan petani masih lemah dan mutu produksi rendah.
Untuk dapat bersaing di pasar dunia, sangat dibutuhkan peningkatan
produktivitas dan mutu produk yang memenuhi standar pasar Internasional. Dalam
rangka meningkatkan peran komoditi pala baik dalam negeri maupun internasional
serta untuk meningkatkan kesejahteraan petani, maka diperlukan upaya yang tepat
yaitu melalui pengembangan tanaman pala di sentra- sentra produksi pengembangan
pala. untuk tahun 2013 salah satu kegiatan yang ditempuh adalah perluasaan tanaman
pala di lokasi sentra dan wilayah pasca bencana bersifat stimulan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan mikrokapsulasi oleoresin pala
2. Untuk mengetahui cara pembuatan ekstrasi minyak atsiri dari pala
3. Untuk mengetahui cara pembuatan oleoresin buah pala
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Atsiri
Minyak atsiri ( essential oil) adalah minyak eteris atau minyak terbang yang
memiliki sifat mudah menguap, berbau khas sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, getir, memabukkan, larut dalam larutan organik namun tidak larut
dalam air. Minyak atsiri bersum ber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga,
buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rizhoma). Minyak atsiri merupakan bahan
baku untuk produk farmasi dan kosmetik alamiah disamping digunakan sebagai
kandungan dalam bumbu maupun pewangi ( flavour and fragrance ingredients ).
Ada sekitar 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional. Saat
ini Indonesia baru mengekspor sekitar 12 (dua belas) jenis minyak atsiri antara lain :
Minyak Nilam, Minyak Akar Wangi, Minyak Sereh Wangi, Minyak kenanga,
Minyak Kayu Putih, Minyak Sereh Dapur, Minyak Cengkeh, Minyak Cendana,
Minyak Pala, Minyak Kayu Manis, Minyak Kemukus, dan Minyak Lada
(http://agribisnis.deptan.go.id ).
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan oleh tanaman, terdiri dari
campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-
beda, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya
umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1987).
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga,
buah, biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari
bagian tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara penyulingan, pengempaan,
ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbsi dengan lemak tergantung dari jenis
tanaman dan sifat fisiko-kimia minyak atsiri di dalamnya (Hermani, 2006).
Untuk menilai mutu suatu minyak atsiri didasarkan pada suatu kriteria atau
batasan yang dituangkan dalam standar mutu. Dalam standar mutu dicantumkan sifat
fisiko-kimia suatu minyak atsiri, dan sifat tersebut bukan merupakan hal yang
dipaksakan akan tetapi sifat yang memang seharusnya dimiliki oleh tiap jenis minyak
tersebut. Berdasarkan sifat fisik, dapat diketahui keaslian dari komoditi tersebut, dan
dari nilai sifat kimianya dapat diketahui secara umum komponen kimia yang
terdapat dalam minyak atsiri, dan sifat tersebut menentukan kaya dan nilai minyak
tersebut (Ketaren, 1985).
Pada umumnya minyak atsiri mempunyai indeks bias (20° C) berkisar antara
1,460-1,510, sedangkan putara n optiknya berada dalam kisaran yang cukup luas dan
memutar bidang polarisasi ke kiri atau ke kanan (Rusli et al .,1976). Nilai bobot
3
jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada suhu 15 ° C dan pada umumnya
nilai tersebut lebih kecil dari 1,000. Pada umumnya minyak atsiri larut dalam
alkohol dan pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol encer dengan
konsentrasi kurang dari 70%. Daya larut tersebut lebih kecil jika minyak
mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar (Guenther, 1987).
2.2 Metode Memperoleh Minyak Atsiri
Metode memperoleh minyak atsiri yaitu dapat dengan cara cold pressing
tidak ada panas yang dibutuhkan pada cara ini. Prosesnya adalah penekanan atau
pemerasan. Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya dengan pengepresan secara
mekanik biasanya berupa biji-bijian atau kacang-kacangan.
Selain itu, dapat dengan cara kimia fisika yaitu dengan distilasi atau
penyulingan. Prinsipnya distilasi yaitu dengan proses pemisahan komponen-
komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan
perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen
senyawa tersebut. Dan terdapat dua penyulingan yaitu hidrodestilasi dan fraksinasi.
Pada penyulingan atau destilasi ait, bahan ini akan disuling kemungkinan
mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya. Terdapat
penyulingan uanp dan air, pada bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan
dalam wadah yang kontruksinya hampir sama dengan dandang pengukus dan uap
yang dialirkan ke kondensor serta dengan penyulingan uap langusng, bahan dialiri
dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang dihasilkan lazimnya
tekanan yang lebih besar daripada atmosfer, uap yang dihasilkan kemudian dialirkan
kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri akan menguap terbawa oleh aliran
uap air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi. Sehingga metode
memperoleh minyak atsiri dapat dengan cara mekanik dan cara kimia fisik
2.3 Oleorisin
Oleoresin berbentuk padatan atau semipadat dan biasanya lengket. Komposisi
oleoresin yang dihasilkan tergantung dari jenis bahan dan pelarut yang digunakan,
demikian juga banyaknya komponen yang dapat terekstrak. Pengertian oleoresin
terkadang sering disamakan dengan minyak atsiri. Namun, sebenarnya keduanya
sangatlah berbeda. Minyak atsiri dapat dihasilkan dengan cara penyulingan dan
hanya mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatil oil) yang
tersuling dari bahan serta mempunyai aroma yang kuat. Sedangkan oleoresin
diperoleh dengan cara ekstraksi mempergunakan pelarut organik, sehingga selain
4
mengandung minyak atsiri juga mengandung resin yaitu bahan yang tidak menguap
yang menentukan rasa khas rempah.
Penggunaan oleoresin memberikan keuntungan yaitu lebih higienis, steril,
dan bebas bakteri. Oleoresin dapat disimpan dalam waktu yang lama pada kondisi
yang tepat dan sesuai. Selain unggul karena kebersihannya, pemakaian oleoresin
mempunyai keuntungan ekonomi, yaitu lebih hemat dalam pemakaiannya. Oleoresin
juga mempunyai stabilitas terhadap panas yang lebih baik, karena sebagian besar
terdiri dari konstituen yang tidak meguap.
Oleoresin dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
organik. Pelarut dipisahkan dengan penguapan dan membuang bahan yang tidak
terpakai. Suhu ekstraksi perlu diperhatikan agar komponen penting dalam oleoresin
tidak rusak. Rendemen oleoresin yang dihasilkan tergantung pada beberapa faktor
antara lain metode ekstraksi, jenis pelarut, suhu ekstraksi, dan derajat kehalusan
partikel. Jumlah pelarut juga mempengaruhi jumlah oleoresin yang dihasilkan.
Semakin besar volume pelarut, maka jumlah oleoresin yang terambil juga semakin
banyak hingga hasilnya akan bertambah sampai pada titik kejenuhan. Pengolahan biji
pala menjadi oleoresin dapat meningkatkan nilai tambahnya, mengurangi kerusakan,
dan memberikan nilai guna yang besar.
2.4 Pala
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat
berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di
daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala
termasuk famili Myristicaceaeyang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species
(jenis). Tanaman pala merupakan tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi
mencapai 18 m, memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau
sepanjang tahun. Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah
700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm
tanpa mengalami periode musim kering secara nyata. Daerah penghasil utama pala di
Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe
Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan
multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri.
Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam
industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak
digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik.
5
Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih.
Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli
berwarna merah padam.Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%),
tempurung (5,1%) dan biji (13,1%).
Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari
buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan
oleoresin.Pada prinsipnya komponen dalam biji pala dan fuli terdiri dari minyak
atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral.
Persentase dari komponen-komponen bervariasi dipengaruhi oleh klon, mutu dan
lama penyimpanan serta tempat tumbuh. Biji pala yang dimakan ulat mempunyai
presentase minyak atsiri lebih tinggi daripada biji utuh karena pati dan minyak
lemaknya sebagian dimakan oleh serangga. Biji pala mengandung minyak atsiri
sekitar 2-16% dengan rata-rata pada 10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-
40%., karbohidrat sekitar 30% dan protein sekitar 6%.
Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan minyak atsiri pala, yaitu
sebagai bahan baku dalam aromaterapi. Komponen utama pala dan fuli yaitu
myristicin, elemicin dan isoelemicin dalam aromaterapi bersifat menghilangkan
stress. Di Jepang, beberapa perusahaan menyemprotkan aroma minyak pala melalui
sistem sirkulasi udara untuk meningkatkan kualitas udara dan lingkungan.
Untuktujuan yang sama, akhir-akhir ini banyak dijumpai penggunaannya dalam
bentuk lain yaitu dalam bentuk potpourri, lilin beraroma, atomizer dan produk-
produk pewangi lainnya.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ekstraksi Pala Menjadi Minyak Atsiri
Minyak atsiri pala dapat diperoleh dari penyulingan biji pala, sedangkan
minyak fuli dari penyulingan fuli pala. Minyak atsiri dari biji pala maupun fuli
mempunyai susunan kimiawi dan warna yang sama, yaitu jernih, tidak berwarna
hingga kuning pucat. Minyak fuli baunya lebih tajam daripada minyak biji pala.
Rendemen minyak biji pala berkisar antara 2–15% (rata-rata 12%), sedangkan
minyak fuli antara 7-18% (rata-rata 11%). Bahan baku biji dan fuli pala yang
digunakan biasanya berasal dari biji pala muda dan biji pala tua yang rusak (pecah).
Rendemen dan mutu minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
digolongkan menjadi dua yaitu pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen meliputi
jenis (varietas) tanaman, cara budidaya, waktu dan cara panen. Faktor pascapanen
meliputi cara penanganan bahan, cara penyulingan, pengemasan dan transportasi.
Biji pala yang akan disuling minyaknya sebaiknya dipetik pada saat menjelang
terbentuknya tempurung yaitu berusia sekitar 4 - 5 bulan. Pada umur tersebut warna
fuli masih keputih-putihan dan daging buahnya masih lunak. Fuli yang tua dan sudah
merah warnanya, kandungan minyak atsirinya relatif rendah dan dimanfaatkan untuk
ekspor. Penyulingan dapat dilakukan dengan cara penyulingan uap (kohobasi) pada
tekanan rendah, sedangkan penyulingan dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
terbawanya minyak lemak sehingga akan menurunkan mutu minyak atsiri.
Minyak pala biasa diperoleh dengan cara destilasi uap dari biji atau fuli pala.
Minyaknya tidak berwarna atau kuning dengan odor dan rasa seperti pala, tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam alkohol dan mempunyai bobot jenis pada 25 oC antara
0,859 – 0,924, refraktif indeks pada 20 oC antara 1,470–1,488 dan putaran optik pada
20oC sekitar +10o-+45o. Aroma minyak pala yang khas merupakan akibat dari
kandungan beberapa komponen-komponen kimiawi, seperti monoterpen hidrokarbon
± 88% dengan komponen utama camphene dan pinene , myristicin , dan monoterpen
alcohol seperti geraniol, lonalool, terpineol, serta komponen lain seperti eugenol dan
metil eugenol.
Komponen utama minyak biji pala adalah terpen, terpen alcohol dan fenolik
eter. Komponen monoterpen hidrokarbon yang merupakan komponen utama minyak
pala terdiri atas β-pinene (23,9%), α-pinene (17,2%), dan limonene (7,5%).
Sedangkan komponen fenolik eter terutama adalah myristicin (16,2%), diikuti safrole
(3,9%) dan metil eugenol (1,8%). Selanjutnya Dorman et al., (2004) menyatakan
7
terdapat 25 komponen yang teridentifikasi dalam minyak pala (sejumlah 92,1% dari
total minyak) yang diperoleh dengan cara penyulingan (hydrodistillation)
menggunakan sebuah alat penyuling minyak menurut British Pharmacopeia. Pada
prinsipnya komponen minyak tersebut teridentifikasi sebagai α-pinen (22,0%) dan β–
pinen (21,5%), sabinen (15,4), myristicin (9,4), dan terpinen–4-ol(5,7).
Minyak fuli mengandung lebih banyak myristicin daripada minyak pala.
Beberapa minyak pala yang diekspor ke Eropa didestilasi dari pala Grenada dengan
cara penyulingan uap pada umumnyarendemennya sebesar 11%. Hasil analisis
minyak tersebut dengan GC/MS menunjukkan minyak tersebut terdiri dari α-pinen,
sabinen, β-pinen,myrcen, limonen, α- terpinen dan terpinen–4–ol .
Metode untuk mengekstraksi pala yaitu pertama dengn melakukan persiapan bahan
dan pengisian ke dalam ketel, kemudian pengoperasian boiler dan selanjutnya
mengambil minyak pada tabung yang terpisah. Pertama–tama alat penyuling harus
dibersihkan supaya tidak ada bau yang akan mempengaruhi aroma dari minyak pala
yang dihasilkan. Memasang saringan tempat bahan yang di bawah. Menimbang biji
pala yang akan disuling, giling biji pala dan sesudahnya ditimbang kembali.
Metakkan sebagian biji pala yang sudah digiling pada saringan yang di bawah.
Memasang saringan tempat bahan yang di tengah. Menempatkan sisa bahan pala
pada saringan tersebut. Memasang tutup ketel dan hubungkan leher angsa dengan
pipa kondensor. Memeriksa tiap sumbunya jangan sampai ada yang bocor. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap operasi boile, yaitu dengan mengisi boiler dengan air
dengan ketinggian air 9 cm pada tabung kaca pengontrol nozzle. Mengisi tangki
supplai air yang ada pada samping boiler. Menyalakan burner pada posisi (spuyer)
maksimum. Menunggu sampai destilat keluar/ menetes dari pipa pendingin dan
waktu penyulingan mulai dihitung. Pengisian air tambahan pada boiler dilakukan
bila ketinggian air pada tabung kaca pengontrol mencapai 0 cm.Pengisian dilakukan
dengan bantuan pompa air panas sampai ketinggian air pada tabung kaca pengontrol
9 cm atau sekitar 10 Menit. Selanjutnya dilakukan pengambilan minyak pada tabung
yang terpisah. Cara pengambilan minyak dilakukan dengan menutup kran
pengeluaran air pada alat minyak, kemudian kran tempat keluarnya minyak dibuka
dan minyak yang dihasilkan ditampung dan dimasukan dahulu kedalam tabung
pemisah untuk memisahkan air yang tercampur.
Pada umumnya proses penyulingan minyak pala masih dilakukan
secarasederhana dan mempunyai beberapa kelemahan, sehingga rendemen dan
mutunya terutama kadar miristisinnya rendah.
8
3.2 Ekstraksi Oleoresin
Dalam perdagangan luar negeri sudah lama dikenal maceoleoresin (oleoresin
fuli). Selain itu dikenal juga oleoresin pala yangmengandung minyak atsiri. Oleoresin
diperoleh dengan cara ekstraksibiji atau fuli pala menggunakan pelarut organik
seperti alkohol, metanol,aseton atau heksan.
Selanjutnya dilakukan pengambilan pelarut dengancara destilasi atau
evaporasi dengan pompa vakum. Sebelum dilakukanekstraksi dengan pelarut
organik, biji pala atau fuli dihaluskan ataudigiling menjadi bubuk. Banyaknya hasil
oleoresin yang diperolehtergantung pada jenis bahan pelarut yang digunakan.
Mutu oleoresin pala dalam perdagangan dinilai dari banyaknyakandungan
minyak atsiri dan lemak di dalamnya. Banyaknya kandungan minyak atsiri dan
lemak sangat tergantung pada jenis pelarut yang digunakan.Oleoresin juga bisa
diolah dari ampas sisa penyulingan minyak pala karena sebagian besar penyulingan
dilakukan menggunakan metode penyulingan dengan uap langsung. Dengan metode
ini minyak pala yang dihasilkan hanya mampu menghasilkan rendemen sekitar 10 %
sehinggaPalamasih terdapat sekitar 4 % minyak pala yang belum tersuling. Ampas
sisa penyulingan yang masih mengandung minyak pala tersebut hanya dijadikan
pupuk dan sebagian besar dibuang. Pemanfaatannya menjadi produk yang lebih
menguntungkan antara lain diolah menjadi oleoresin pala.
3.3 Pembuatan Mikrokapsul Oleoresin Biji Pala
Oleoresin pala tersebut secara bertahap dikumpulkan dan disimpan di dalam
lemari es dengan menggunakan botol kaca berwarna gelap. Setelah biji diekstrak
oleoresin, yang terkumpul di aduk rata secara manual menggunakan pengaduk kaca
selama kurang lebih 10 menit.
Sukrosa(gula pasir) digunakan sebagai penyalut. Sukrosa dan air
dicampurkan dengan perbandingan 1:1 dipanaskan dalam wajan baja dengan api
sedang bersuhu sekutar 120◦ C dan diaduk sampai membentuk sirup sukrosa,
kemudian lama-kelamaan sekitar 12 menit sirup tersebut menjadi jenuh dan oleoresin
tersebut dituang dan diaduk selama 10 menit dengan suhu yang diturunkan sampai 54
derajat celcius. Setelah itu dimasukkan di dalam kapsul oleoresin. Untuk
mendapatkan mikrokapsul terbaik ditambahkan anticaking yang mencegah terjadinya
penggumpalan dalam kapsul.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan
multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri.
Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam
industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak
digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik.
Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari
buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan
oleoresin.Pada prinsipnya komponen dalam biji pala dan fuli terdiri dari minyak
atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral.
Cara pengolahan oleoresin dari pala yaitu biji pala dihaluskan hingga 40 mesh
kemudian ditambahkan pelarut dengan perbandingan 1:10. Lalu di ekstraksi selama 3
jam pada suhu 40 derajat celcius. Setelah di ekstraksi, dilakukan penyaringan untuk
diambil filtratnya. Filtrat kemudian diuapkan untuk menghilangkan pelarut sehingga
dihasilkan oleoresin pala. Selain itu, untuk mengawetkan oleoresin pala ,maka
digunakan mikrokapsulasi pala dengan cara sukrosa dan air perbandingan 1:1 dengan
dipanaskan selama 12 menit dengan suhu 120 derajat celcius. Lalu larutan sukrosa ini
ditambahkan oleoresin dan dipanaskan selama 10 menit dengan suhu 54 derajat
celcius serta penambahan anticaking untuk mencegah penggumapalan pada kapsul.
4.2 Saran
Perlu diteliti pembuatan mikrokapsul oleoresin biji pala menggunakan bahan
penyalut jenis lain dan lebih dikenalkan lagi bahwa cara pembuatan oleoresin pala
agar masyarakat dapat membuatnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Guenther, Emest. 1987. Minyak Atsiri jilid 1 Cetakan 1. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta. www. Litbang.deptan.go.id /Agribisnis diakss pada
hari minggu, tanggal 8 Desember 2013 pukul 17.00 wib.
Hermani dan Tri mawarti. 2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses
Pemurnian. Nalai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Bogor
Ketaren, S dan B Djatmiko. 1978. Minyak Atsiri Bersumber Dari Bunga .
Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta IPB : Bogor
11