makalah BLOK27
-
Upload
mariput-manalu -
Category
Documents
-
view
100 -
download
0
description
Transcript of makalah BLOK27
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 1/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Defisiensi Vitamin A sebagai tugas hasil belajar
mandiri Problem Based Learning Blok 27 Genetika Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana Jakarta.
Dengan ketulusan hati, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan
pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih
Jakarta, Oktober 2010
Penulis
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 2/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 2
Daftar Isi
Kata Pengantar---------------------------------------------------------------------------------1
Daftar Isi----------------------------------------------------------------------------------------2
Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------------3
Pembahasan------------------------------------------------------------------------------------7
Penutup------------------------------------------------------------------------------------------29
Daftar Pustaka----------------------------------------------------------------------------------30
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 3/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 3
Pendahuluan
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kerja tubuh. Zat ini sangat penting untuk melakukan aktivitas, karena bila
tubuh kekurangan, maka pada akhirnya akibat kekurangan vitamin akan membuat tubuh rentan
terhadap penyakit.
Pada dasarnya vitamin dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu vitamin yang larut
dalam air dan vitamin yang tidak larut dalam air. Vitamin yang larut di dalam air adalah vitamin
B dan Vitamin C. Vitamin yang tidak larut di dalam air adalah vitamin A, D, E, dan K.
Vitamin. Kata awalnya berasal dari istilah Funk "amina vital." Pada tahun 1912, ia
merujuk pada penemuan Eijkman Kristen tentang sebuah amina diekstrak dari polishings beras
yang bisa mencegah beri-beri. Pengakuan Funk faktor anti beri-beri sebagai vital bagi kehidupan
ini memang akurat. Para peneliti telah menemukan bahwa vitamin adalah senyawa organik
penting dimana tubuh manusia tidak dapat mensintesis. Vitamin A, D, K, dan E diklasifikasikan
sebagai vitamin yang larut dalam lemak, sedangkan yang lain diklasifikasikan sebagai vitamin
yang larut air.
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak pertama yang ditemukan. Pengamatan
dini oleh orang Mesir kuno diakui bahwa buta senja dapat diobati dengan konsumsi hati. Dua tim
riset independen, Osborne dan Mendel di Yale University dan McCollum dan Davis di
University of Wisconsin, vitamin A ditemukan secara bersamaan pada tahun 1913. Vitamin A
adalah terdiri dari keluarga senyawa yang disebut retinoid. Penunjukan retinoid merupakan hasil
dari penemuan vitamin A yang memiliki aktivitas biologis retinol, yang semula terisolasi dari
retina.
Pada dasarnya ada 3 bentuk vitamin A: retinols, beta karoten, dan karotenoid. Retinol,
juga dikenal sebagai preformed vitamin A, adalah bentuk yang paling aktif dan kebanyakan
ditemukan dalam sumber makanan hewani. Beta karoten, juga dikenal sebagai provitamin A,
adalah bahan makanan nabati yang membuat dua-pertiga dari vitamin A itu sendiri. Karotenoid,
kelompok terbesar dari 3, mengandung beberapa ikatan rangkap terkonjugasi dan ada dalam
bebas alkohol atau dalam ester asil lemak-bentuk.
Dalam tubuh manusia, retinol adalah bentuk dominan, dan 11-cis-retinol adalah bentuk
aktif. Retinol-binding protein (RBP) mengikat vitamin A dan mengatur absorbsi dan
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 4/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 4
metabolisme. Vitamin A penting untuk penglihatan (terutama adaptasi gelap), respon kekebalan
tubuh, pertumbuhan tulang, reproduksi, pemeliharaan lapisan permukaan mata, pertumbuhan sel
epitel dan perbaikan, integritas epitel dari saluran pernafasan, kemih, dan usus. Vitamin A juga
penting untuk perkembangan embrionik dan regulasi gen dewasa. Ini berfungsi sebagai motor
penggerak ekspresi gen oleh transkripsi faktor alpha-reseptor retinoid dan faktor transkripsi
ligan-dependen. Kekurangan vitamin A ditemukan di antara kurang gizi, lansia, dan sakit kronis
populasi di Amerika Serikat, tetapi lebih lazim di negara-negara berkembang. Abnormal adaptasi
visual untuk kegelapan, kulit kering, rambut kering, kuku rusak, dan penurunan ketahanan
terhadap infeksi adalah tanda-tanda awal Kekurangan Vitamin A (KVA) .
Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena derajat
imaturitas biokimianya yang tinggi, laju pertumbuhan yang cepat dan dapat terjadi insidens
komplikasi medik yang lebih besar. The Committee on Nutrition of the Academy of Pediatrics
(dikutip dari 1) merekomendasikan diit optimal bayi prematur sebagai diit yang mendukung
kecepatan pertumbuhan sesuai dengan pertumbuhan intrauterina tanpa mengadakan stres pada
fungsi metabolik dan ekskresi. Beberapa faktor penting yang menentukan kebutuhan vitamin
pada bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah (a) masa gestasi, yang berhubungan dengan
transfer plasenta dan peyimpanan vitamin tubuh pada saat lahir, (b) vitamin yang terkandung
dalam makanan (ASI atau susu formula) yang diberikan pada BBLSR, dan (c) volume dan
komposisi makronutrien yang terdapat dalam makanannya [2].
Vitamin A adalah vitamin larut dalam lemak yang dikenal sejak 1912 sebagai suatu zat
esensial yang diperlukan untuk peningkatan pertumbuhan. Vitamin A campuran (retinoid)
terdapat dalam 3 bentuk alami, yaitu: retinol, retinaldehide dan asam retinoat. Retinol (vitamin A
alkohol) adalah komponen diit yang ada dalam bentuk retinil ester dari sumber makanan hewani
dan juga dibentuk in vivo dari prekursornya yaitu beta karoten yang ada dalam sumber makanan
nabati. Retinil ester merupakan turunan dari proses esterifikasi retinol. Retinaldehide yang biasa
disebut juga retinal merupakan turunan dari proses reversibel oksidasi retinol dan bila
dikombinasi dengan berbagai lipoprotein membentuk pigmen visual retina. Sedangkan asam
retinoat bisa dihasilkan dari proses oksidasi ireversibel retinaldehide dalam jaringan [3].
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 5/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 5
Isi
Kasus 4
Dokter A ditempatkan di pulau yang kecil dan penduduknya adalah nelayan. Banyak pasien
balita datang dengan keluhan kalau sudah magrib matanya lamur, dan menabrak barang-barang
di rumah walau pada matanya tidak tampak kelainan. Ada pula anak yang datang karena
matanya sisikan yaitu sclera matanya ada bercak putih agak kuning. Selain itu banyak pasien
wanita hamil yang mengeluh sering pusing, matanya berkunang-kunang dan cepat lelah, kadang
masih mual. Bahan makanan di pulau itu didatangkan setiap minggu dari pulau Jawa. Selain
sembako, sayuran yang dikirim hanya kol, labu siam, labu air, oyong dan lobak.
Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan pola makan, makanan apa saja yang dikonsumsi, sejak kapan mata
mulai lamur, apakah di sekitar juga terjadi seperti itu, adakah gejala lainnya, bagaimana riwayat
penyakit dahulu, dan penyakit keturunan atau keluarga.
Pemeriksaan Fisik [1-6]
Terdapat 2 kelainan pada defisiensi vitamin A yaitu niktalopia dan atrofi serta keratinisasi
jaringan epitel dan mukosa. Pada keratinisasi didapatkan xerosis konjungtiva, bercak Bitot,
xerorsis kornea, tukak kornea dan berakhir dengan keratomalasia. Xerosis yang terjadi pada
defisiensi vitamin A adalah xerosis epitel berupa kekeringan khas pada konjungtiva bulbi yang
terdapat pada celah kelopak mata.
Pemeriksaan fisik lainnya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tes adaptasi gelap
2. Kadar vitamin A dalam darah <20 mcg/100ml
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia:
Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
Apakah ada Bitôt spot (X1B)
Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 6/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 6
Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3)
Apakah ada tanda-tanda keratomalasia (X3B)
Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi (XF).
Diagnosis
Defisiensi vitamin A
Diagnosis Banding
1. Retinitis pigmentosa
Retinitis pigmentosa dengan tanda karakteristik degenerasi sel epitel retina
terutama sel batang dan atrofi saraf optic, menyebar tanpa gejala peradangan. Retina
mempunyai bercak dan pita halus yang berwarna hitam. Merupakan kelainan yang
berjalan progresif yang onset bermula sejak masa kanak kanak.
Umumnya proses mengenai seluruh retina berupa terbentuknya jaringan ikat
secara progresif lambat disertai proliferasi sel pigmen pada seluruh lapisannya. Terjadi
pembentukan masa padat putih kebiru-biruan yang masuk kedalam badan kaca.Retinitis pigmentosa merupakan kelainan autosomal resesif, autosomal dominan, X liked
resesif atau simpleks. Kebanyakan pasien tanpa riwayat penyakit pada keluarga
sebelumnya.
Berjalan perlahan dan progresif
Pada bagian perifer atau ekuator retina tertimbun pigmen berbentuk susunan tulang,
dengan pembuluh darah koroid yang dapat dilihat. Pigmen meluas kearah sentral dan
perifer. Pada atrofi berlanjut maka sel ganglion retina terkena yang akan mengakibatkan
atrofi papil saraf optic dan terdapat beberapa pandangan pada penyakit ini :
Tidak terdapatnya koriokapiler
Merupakan degenerasi neuroepitel yang mengenai sel ganglion
Disertai dengan disfungsi hipofise
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 7/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 7
Tidak diketahui pengobatan untuk kelainan ini.
Gejala adalah sukar melihat di malam hari selain lapang penglihatan menjadi
sempit d banding normal, penglihatan sentral dinyatakan dengan adanya buta warna.
Pada funduskopi terlihat penumpukan pigmen perivaskular di bagian perifer retina.
Terdapat atrofi pigmen epitel retina arteri menciut, sel dalam badan kaca dengan papil
pucat. Sering didahului kampus mengecil progresif dan kelainan ERG. Sering disertai
pigmentasi retina berkelompok dan gangguan penglihatan dan katarak subkapsular.
Diagnosis banding adalah intoksikasi fenotiazin, sifilis, rubella congenital, resolusi ablasi
retina eksudatif, dan defisiensi vitamin A.
2. Congenital night blindness
Congenital night blindness merupakan kelainan mata yang diturunkan,tidak progresif dan
pada prinsipnya mengenai sel batang di retina, menyebabkan gangguan pada penglihatan
malam hari. Kadang disertai myopia sedang dan myopia berat. Pada pencahayaan yang
baik, tidak terdapat adanya gangguan penurunan fungsi visual. Penyakit ini didiagnosa
dengan elektroretinografi. Terdapat beberapa tipe pada penyakit ini yaitu yang diturunkan
secara autosom dominan, autosom resesif, atau terkait-X. Pada tipe terkait-X pada
umumnya mengenai laki-laki. Anak yang terkena penyakit ini umumnya memilki
ketakutan terhadap kegelapan
3. Pterigium [6]
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian
nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk
segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di bagian kornea. Pterigium mudah
meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium
dapat mengenai kedua mata. Pteriguim diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu,
cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas
dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata
iritatif, merah, mungkin menimbulkan astigmat yang memberiakn keluhan gangguan
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 8/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 8
penglihatan mata. Pterigium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen, dan garis
besi yang terletak di ujung pterigium. Diagnosis banding pterigium adalah
pseudopterigium, pannus, dan kista dermoid. Pengobatan tidak diperlukan karena sering
bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium meradang dapat
diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterigium adalah sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila
terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme irregular atau pterigium
telah menutupi media penglihatan. Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari,
debu, udara panas dengan menggunakan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang
beri air mata buatan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen beri air mata
buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokonstriktor maka perlu control 2 minggu dan
bila telah terdapat perbaikan pengobatan dihentikan. Tindakan pembedahan merupakan
suatu tindak bedah plastic yang dilakukan bila pterigium telah ganggu penglihatan.
Pterigium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau bola mata.
Etiologi
Primer kekurangan vitamin A biasanya disebabkan oleh kekurangan makanan
berkepanjangan. Hal ini endemik di berbagai bidang seperti dan timur Asia Selatan, di mana
beras, tanpa β-karoten, adalah makanan pokok. Xerophthalmia karena kekurangan utama adalah
penyebab umum kebutaan di kalangan anak muda di negara berkembang.
Sekunder kekurangan vitamin A mungkin karena penurunan bioavailabilitas provitamin A
karotenoid atau gangguan dengan penyerapan, penyimpanan, atau transportasi vitamin A.
Interferensi dengan penyerapan atau penyimpanan mungkin di sariawan, fibrosis kistik,
insufisiensi pankreas, bypass duodenum, diare kronis, obstruksi saluran empedu, giardiasis, dan
sirosis. Kekurangan vitamin A adalah umum pada malnutrisi energi protein yang berkepanjangan
bukan hanya karena diet kekurangan tetapi juga karena vitamin A penyimpanan dan transportasi
rusak. Pada anak-anak dengan campak rumit, vitamin A dapat mempersingkat durasi gangguan
dan mengurangi keparahan gejala dan risiko kematian.
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 9/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 9
Epidemiologi
Di Indonesia sekitar 10 juta balita, dari jumlah populasi target sebesar 20 juta balita,
berisiko KVA. Prevalensi KVA, menurut survei vitamin A tahun 1992, antara lain pada
xerophtalmia sebesar 0,33 persen. Namun, secara subklinis, prevalensi KVA terutama pada
kadar serum retinol dalam darah (kurang dari 20 mikrogram/DL) pada balita sebesar 50 persen.
Survei pada 1972 mengidentifikasi kasus-kasus KVA di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalem.
Survei nasional pada xerophtalmia pertama pada 1978 menunjukkan angka xerophtalmia di
Indonesia sebesar 1,34 persen atau sekitar hampir tiga kali lebih tinggi dari ambang batas yang
ditetapkan WHO (x1b<0,5%). Pada 1992 prevalensi KVA mampu diturunkan secara berarti dari
1,34 persen menjadi 0,33 persen. Artinya, xeropthalmia di Indonesia tak lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat.
Determinan dan factor penyerta:
Usia
Xerophtalmia tingkat ringan pada anak 3-5 tahun > anak 1-2 tahun
Jenis kelamin
KVA ringan pada anak pria >anak wanita dengan rasio 1,7 : 1
KVA berat pada balita wanita > pria dengan rasio 7,4 : 4,9
Status protein
Balita dengan albumin serum < 3,5 g/dl resiko KVA 49 kali anak albumin N Serum Vitamin A
Balita dengan serum vitamin A < 15 mg/dl resiko 49x untuk KVA berat daripada balita
dengan serum vit.A > 15 mg/dl
Konsumsi makanan
Konsumsi sayuran < 1x/ minggu resiko 7,3x lebih besar untuk KVA daripada konsumsi
sayuran lebih sering
Patofisiologi
Telah dapat ditentukan bahwa retina mata yang normal mengandung pigmen yang
dikenal sebagai rodopsin atau visual puple. Pigmen tersebut mengandung vitamin A yang terikat
pada protein. Jika mata menerima cahaya maka akan terjadi konversi rodopsin menjadi visual
yellow dan kemudian visual white. Pada konversi demikian akan menghilang sebagai vitamin A.
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 10/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 10
Regenerasi visual purple hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa regenerasi maka
penglihatan pada cahaya remang setelah mata menerima cahaya yang terang akan terganggu.
Vitamin A ditransfer dari ibu ke fetus terutama pada masa gestasi lanjut. Pada masa
gestasi awal, vitamin A fetus ditransfer dari ibu transplasenter dalam bentuk kompleks retinol
Retinol Binding Protein (RBP). Sedangkan pada masa gestasi lanjut, RBP disintesis dalam hati
fetus yang turut berperan dalam ekstraksi vitamin A dari sirkulasi plasenta. Sumber-sumber lain
vitamin A fetus juga berasal dari cairan amnion yang tertelan dan transfer lipoprotein ibu yang
berisi retinil ester.
Mekanisme transfer plasenta ini masih belum jelas. Rasio konsentrasi vitamin A plasma
ibu terhadap plasma fetus pada keadaan kehamilan normal sekitar 2:1. Pada keadaan vitamin A
plasma ibu menurun atau berkurang, konsentrasi vitamin A plasma fetus tetap normal bahkan
dapat melebihi konsentrasi pada ibu. Pada pemberian vitamin A pada ibu, konsentrasi vitamin A
fetus tetap seperti sebelum pemberian vitamin A. Mekanisme homeostasis ini sampai sekarang
belum jelas.
Retinil ester dari makanan akan diproses melalui mekanisme yang kompleks termasuk
dispersi dan emulsifikasi retinil ester di lambung, diikuti oleh proses hidrolisis dilumen usus oleh
enzim pankreas dan enzim-enzim lainnya serta solubilisasi retinol ( yang merupakan hasil
hidrolisis retinil ester ) dengan garam empedu. Retinil dalam sel mukosa sebagian besar
diesterifikasi ulang dengan asam lemak rantai panjang. Retinil ester kemudian disatukan bersama
lemak-lemak yang lain dan apolipoprotein ke dalam partikel kilomikron. Kilomikron kemudian
disekresi oleh sel mukosa usus ke dalam sinus-sinus lakteal dan masuk ke dalam sistim limfatik
melalui duktus torasikus, selanjutnya diambil dari sirkulasi oleh hati.
Sebanyak + 90% dari seluruh vitamin A tubuh disimpan dalam hati. Selain hati, organ
lain yang juga merupakan tempat penyimpanan vitamin A adalah paru-paru. Penyimpanan
vitamin A dimulai pada trimester terakhir kehamilan
Vitamin A didistribusikan ke jaringan dalam bentuk kompleks retinol-RBP yang terikat
dengan prealbumin. Pengambilan vitamin A sel tergantung dari adanya reseptor membran
spesifik yang mengenal RBP. Setelah pengangkutan vitamin A ke membran plasma, RBP
kembali ke sirkulasi dan sebagian dieliminasi oleh ginjal dan sebagian lagi digunakan kembali
untuk pengangkutan vitamin A. Mekanisme yang melibatkan prealbumin belum diketahui.
Perpindahan vitamin A dalam sel jaringan melibatkan dua jenis protein pengikat vitamin A
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 11/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 11
intrasel, yaitu celluler retinol-binding protein (CRBP) dan celluler retinoic acid-binding protein
(CRBP). CRBP memainkan peran dalam transfer retinol dari membran plasma ke tempat
pengikatan spesifik untuk retinol dalam inti pada beberapa komponen kromatin. CRBP mungkin
terlibat dalam interaksi asam retinoat dalam inti sel. Mekanisme yang tepat dimana retinol dan
asam retinoat mempengaruhi metabolisme inti sel, regulasi penampakan genom dan induksi
diferensiasi jaringan masih dalam penyelidikan.
Tidak ada tanda-tanda spesifik defisiensi vitamin A pada bayi seperti buta senja, kornea
kering, dermatitis folikularis dan lain-lain. Pada prinsipnya, konsentrasi serum retinol <0,35 µg/g
umumnya dikatakan sebagai indikator adanya defisiensi vitamin A, meskipun hubungan
langsung konsentrasi retinol hati dan serum tidak selalu ada[4].
Vitamin A memainkan peranan penting dalam diferensiasi dan pemulihan sel epitel jalan
napas [3,4,5]. Defisiensi vitamin A akan menyebabkan perubahan progresif epitel jalan napas.
Perubahan-perubahan ini termasuk necrotizing tracheobron-chitis pada stadium awal defisiensi
dan metaplasia skuamosa pada stadium lanjut. Perubahan patofisiologi ini akan menyebabkan:
(a) kehilangan sekresi normal sel goblet dan sel sekretori yang lain, (b) kehilangan homeostasis
air normal yang melewati epitel trakeobronkial, (c) kehilangan silia yang merupakan predisposisi
terjadinya atelektasis rekuren dan infeksi jalan napas, dan (d) penyempitan lumen dan kehilangan
distensibilitas jalan napas yang akan mengakibatkan pening-katan resistensi jalan napas[3].
Klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia (klasifikasi Ten Doeschate) yaitu :
1. Xo = hemeralopia
2. X1 = hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan Bitot
3. X2 = xerosis kornea
4. X3 = keratomalasia
5. X4 = stafiloma, ftisis bulbi
Dimana kelainan pada Xo sampai X2 masih reversible, sedangkan X3 sampai X4 irrevesible.
Klasifikasi defisiensi vitamin A menurut WHO sebagai berikut :
1. X1-A = xerosis konjungtiva
2. X1-B = bercak Bitot dengan xerosis konjungtiva
3. X2 = xerosis kornea
4. X3 = xerosis dengan tukak kornea
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 12/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 12
5. X3-B = keratomalasia
Catatan Xn = buta senja
XF = fundus xeroftalmia
XS = parut xeroftalmia
Manifestasi Klinis [5,6]
Gangguan mata ringan ini terjadi pada anak dengan status gizi kurang. Adanya rabun
ayam/rabun senja dapat dilihat pada anak-anak usia 2-3 tahun atau usia dapat berjalan. Gejalanya
bisa diketahui dan akan tampak menjelang sore hari, dimana anak sering nabrak-nabrak benda di
hadapannya kalau berjalan, atau tidak fokus dalam mengambil sesuatu. Matanya tak bisa
beradaptasi dalam gelap atau tempat yang kurang terang, terutama menjelang senja.
Interaksi Antara Fe, Vitamin A dalam Peningkatan Hemoglobin.
Pembentukan hemoglobin dipengaruhi oleh vitamin A, karena vitamin A berperan dalam
pembentukan sel darah merah, sehingga dapat berinteraksidengan zat besi ( Almatsier, 2004).
Hubungan vitamin A dengan peningkatan Hb sangat penting, karena zat besi dan vitamin A pada
sebagian makanan sangat baik untuk memelihara kesehatan jaringan epitel termasuk endotelium
pada pembuluh darah. Kedua zat gizi tersebut membantu mencegah kerusakan pembuluh darah
dan dikatakan oleh beberapa ahli bahwa vitamin A dan besi secara signifikan membantu
meningkatkan system kekebalan tubuh ( Kodiyat, 1995 ). Kadar vitamin A yang rendah
membuat tubuh rentan terhadap serangan infeksi ( virus, bakteri maupun mikroorganisme
berbahaya). Selain itu kekurangan vitamin A juga dapatmenyebabkan terjadinya penyakit
autoimun. Secara sinergis besi dan vitamin A dapat melindungi sel darah putih dari kerusakan
akibat serangan radikal bebas ( Kodiyat, 1998 ). Vitamin A juga memiliki interaksi dengan besi .
Nilai hemoglobin berkurang dengan pola yang sama dengan plasma. Vitamin A yang cukup akan
dapat meningkatkan nilai hemoglobin seiring dengan kenaikan vitaminA. Mekanisme interaksi
antara vitamin A dan besi adalah terjadinya gangguan mobilisasi pada besi dari hati atau
penggabungan besi ke eritrosit bila terjadi defisiensi vitamin A (Machlin dan Langseth,1998).
Vitamin A dan - karoten dapat membentuk suatu kompleks dengan besi untuk membuatnya tetap
larut dalam lumen usus dan mencegah efek penghambat dari fitat dan polifenol pada absorpsi
besi ( Carcia Casal, et.al,1998).
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 13/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 13
Penatalaksanaan [6]
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2 minggu, dianjurkan bila
diagnosis defisiensi vitamin A dibuat, maka diberikan vitamin A 20.000 IU peroral dan pada hari
kesatu dan kedua. Bila belum ada perbaikan, maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga.
Biasanya dibobati gangguan protein kalori malnutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga
perlu diberikan perbaikan gizi pasien.
Lebih lanjut Rawat Inap
Pasien dengan KVA jarang perlu dirawat di rumah sakit kecuali mereka juga memiliki
kondisi yang berhubungan serius. Pasien dengan sepsis, dehidrasi berat, dan / atau derangements
metabolisme harus dirawat di rumah sakit.
Lebih lanjut Perawatan Rawat Jalan
Follow-up care dengan dokter umum dianjurkan.
Rawat Inap & Pengobatan Rawat Jalan
Pasien harus mengambil vitamin A oral pada dosis yang ditentukan sampai kekurangan
diatasi.
Komplikasi
rabun senja, merupakan gejala pertama pada anak-anak
xeropthalmia
batu ginjal
hiperkeratosis folikularis, merupakan gejala pertama pada dewasa
radang selaput lendir
Pencegahan [4,6]
Pencegahan defisiensi vitamin A sudah bisa dilakukan pada bayi saat usianya 6 bulan. Di
usia ini, anak sudah perlu asupan gizi di samping ASI. Kapsul vitamin A warna biru diberikan
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 14/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 14
kepada anak usia 6-11 bulan, sedangkan anak balita diberi kapsul vitamin A berwarna merah.
Jadi, selain untuk meningkatkan kesehatan mata, intervensi ini pun dimaksudkan untuk
menurunkan tingkat kematian anak. Oleh karena itu, orang tua harus paham tentang gizi dan
memperhatikan kebutuhan gizi anak karena anak belum dapat memilih makanan yang baik untuk
dirinya.
Oleh Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United States of
America dianjurkan pemberian vitamin A dalam diet sebagai berikut:
Bayi : 1.500 SI
Umur 1 – 3 tahun : 2.000 SI
Umur 4 – 6 tahun : 2.500 SI
Umur 7 – 9 tahun : 3.500 SI
Umur 10 – 12 tahun : 4.500 SI
Umur 13 – 19 tahun : 5.000 SI
Hati, daging sapi, ayam, telur, susu, susu yang diperkaya, wortel, mangga, buah jeruk, ubi
jalar, bayam, kangkung, dan sayuran hijau lainnya adalah di antara makanan yang kaya akan
vitamin A.
Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran per hari dianjurkan untuk menyediakan
distribusi komprehensif karotenoid. Berbagai makanan, seperti sereal sarapan, kue, roti, kerupuk, bar sereal dan biji-bijian,
sering diperkaya dengan 10-15% dari RDA vitamin A.
Prognosis
Prognosis baik jika pasien dirawat saat kekurangannya adalah subklinis Rabun senja dapat
disembuhkan dalam waktu 2 minggu dengan pemberian vitamin A yang benar. Bila tidak diobati
segera, kondisinya akan menjadi lebih parah dan waktu penyembuhannya juga lebih lama. 20-
40% sebagai penyebab seluruh kebutaan. Risiko kebutaan meningkat bila disertai KEP berat
atau Morbilli.
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 15/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 15
Penutup
Defisiensi vitamin A atau rabun senja paling banyak terjadi pada anak usia6 bulan sampai 4
tahun, disebabkan pleh beberapa faktor, salah satunya malnutrisi. Beberapa aspek vitamin A
termasuk transpor vitamin A intrauterin, absorpsi, penyimpanan, metabolisme, ekskresi,
defisiensi dan kebutuhan vitamin A pada BBLSR telah diuraikan secara singkat. Asupan yang
bergizi dan mengandung vitamin A sangat penting untuk penglihatan yang baik. Penanganan
yang cepat dapat memberikan hasil yang baik.
7/14/2019 makalah BLOK27
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok27 16/16
Maria Ika Putri (10.2007.077) 08 0ktober 2010
BLOK 27
Page 16
Daftar Pustaka
1.Pereira GR. Nutritional care of the extremely premature infant. In: Pereira GR, Georgieff MK,
Eds. Clinics in perinatology. Philadelphia, London, Toronto: WB Saunders Co,1995; 22:61-73.
2.Specker BL, DeMarini S, Tsang RC. Vitamin and mineral supplementation. In: Sinclair JC,
Bracken MB, Eds. Effective care of the newborn infant; Oxford, New York, Tokyo: Oxford
University Press, 1992; 161-2.
3.Shenai JP. Vitamin A. In: Tsang RC, Lucas A, Uauy R, Zlotkin S, Eds. Nutritional dees of the
preterm infant; Baltimore, Hongkong, London: Williams & wilkins, 1986; 87-97.
4.Orzalesi M, Lucchini R. Vitamins for very low birthweight infants. In: Salle BL, Swyer PR,
Eds. Nutrition of the low birthweight infant; New York: Nestle nutrition workshop series, 1993;
32:153-63.
5.Wahlig TM, Georgieff MK. The effects of illness on neonatal metabolism and nutritional
management. In: Pereira GR, Georgieff MK, Eds. Clinics in perinatology; Philadelphia, London,
Toronto: WB Saunders Co, 1995; 22:77-93
6.Ilyas, Prof. dr. H. Sidarta. Defisiensi vitamin A dalam Ilmu penyakit mata. Jakarta : FKUI.
2006; h. 141-2.