Makalah Blok 17 Jamil Hasim

download Makalah Blok 17 Jamil Hasim

of 24

Transcript of Makalah Blok 17 Jamil Hasim

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    1/24

    1

    Asites dan melena ec sirosis hepatis

    Jamil Hasim Masahida

    102009114

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    [email protected]

    Pendahuluan

    Asites merupakan keadaan patologis berkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal

    abdomen,asites juga dapat disebabkan oleh sirosis hepatis merupakan suatu keadaan patologis yang

    menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan

    distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat

    nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat, distorsi

    jaringan vascular, dan regenerasi nodularis parenkim hati.

    Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah antara lain:

    1. Memenuhi tugas makalah mandiri blok 17 hepatobilier sesuai skenario yang telahditentukan.

    2. Membahas anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi,gejala klinis, pengobatan, pencegahan, komplikasi, prognosis.

    Skenario

    Pasien 65 tahun datang dengan keluhan perut membesar sejak 3 bulan yang lalu. Pasien

    mengatakan kakinya juga dirasa membengkak mulai dirasakan sejak 5 bulan lalu.perut dankedua kaki yang bengkak tidak disertai rasa sakit pasien juga kadang demam yang tidak

    terlalu tinggi.7 hari sebelum masuk RS,pasien mengatakn BAKnya mulai berwarna seperti

    the pekat.BAB pasien warna kehitaman sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengatakan dirinya

    saat muda pernah diberitahu dokter menderita hepatitis. Riwayat konsumsi obat nyeri tulang

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    2/24

    2

    selama 6 tahun belakangan. Pada pemeriksaan fisik: BP: 130/80 mmHg. HR: 98x/menit, T=

    38C, BB= 85 kg.

    Anamnesis

    a. Riwayat pribadi pasien- Nama- Tempat, tanggal lahir- Umur- Jenis kelamin- Agama- Pekerjaan- Alamat- Suku

    b. Riwayat penyakit sekarang- Keluhan utama- Keluhan sudah berapa lama dialami- Apakah mudah lelah dan lemas ?-

    Apakah ada pembengkakan pada tungkai?- Apakah ada demam ?- Apakah perut terasa kembung ?- Apakah selera makan berkurang atau tetap ?- Apakah pasien sering minum alcohol/tidak ?- Apakah sering merasa mual atau tidak ?- Apakah berat badan menurun atau tetap ?- Bagaimana warna urin, kuning atau warna seperti teh pekat ?- Apakah pernah menjalani transfuse darah ?

    c. Riwayat penyakit dahulu

    - Apakah pernah mengalami penyakit hepatitis B ?

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    3/24

    3

    - Apakah pernah mengalami penyakit hepatitis C ?Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan umum

    o Pemeriksaan tekanan daraho Pemeriksaan suhu tubuho Pemeriksaan pernapasano Pemeriksaan nadio Inspeksi keadaan tubuh menyeluruh dari rambut sampai kaki secara selintas

    - Pemeriksaan Khusus

    o InspeksiPada inspeksi, dapat ditemukan tanda-tanda klinis pada sirosis yaitu, spider

    telangiekstasis (Suatu lesi vaskular yang dikelilingi vena-vena kecil), eritema palmaris

    (warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan), caput medusa, asites

    (perut membuncit) fetor hepatikum (bau napas yang khas pada penderita sirosis), dan

    ikterus.1

    Gambar 1. Spidertelangiekstasis Gambar 2. eritema palmaris

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    4/24

    4

    Gambar 3. Asites dengan caput medusa Gambar 4. Ikterus

    Palpasi

    Palpasi pada penderita sirosis hati ditemukan:

    Pada palpasi organ, hepar tidak teraba. Pada palpasi organ, lien membesar, dan teraba pada titik schuffner (sesuai dengan

    seberapa besar pembesaran dari lien)

    Untuk memeriksa kemungkinan asites dapat menggunakan shifting dullness (tes untukpekak pindah), atau fluid wave (tes untuk gelombang cairan).

    1

    Shifting dullness (tes untuk pekak pindah). Setelah membuat batas antara bunyitimpani dan redup, minta pasien untuk memutar tubuhnya ke salah satu sisi.

    Lakukan perkusi dan tandai batas tersebut sekali lagi. Pada pasien yang tidak

    mengalami asites, biasanya batas antara bunyi timpani dan redup relatif tidak

    berubah.2

    Fluid wave (tes untuk gelombang cairan). Pasien atau asisten menekan dengankuat ke arah bawah pada garis tengah abdomen mengunakan permukaan ulnar

    kedua tangan. Tekanan ini membantu menghentikan transmisi gelombang melalui

    jaringan lemak. Sementara itu, dokter menggunakan ujung jari-jari tangan untuk

    mengetuk dengan cepat salah satu pinggang pasien, raba sisi pinggang yang lain

    untuk merasakan impuls yang ditransmisikan melalui cairan asites.2

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    5/24

    5

    Pemeriksaan Penunjang

    Tes laboratorium juga dapat digunakan untuk membantu diagnosis sirosis hati. Beberapa

    pemeriksaan yang dapat menilai fungsi hati antara lain dengan memeriksa kadar

    aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, serum albumin,

    prothrombin time, dan bilirubin.

    Serum glutamil oksaloasetat (SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase(SGPT) meningkat tapi tidak begitu tinggi dan juga tidak spesifik.

    Alkali fosfatase, meningkat 2-3 kali batas atas normal. Gamma glutamil transpeptidase (GGT) konsentrasinya meningkat. Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa

    meningkat pada sirosis yang lanjut.

    Albumin, sintesisnya terjadi di jaringan hati, konsentrasinya menurun sesuaidengan perburukan sirosis.

    Globulin konsentrasinya meningkat. Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan dengan

    ketidakmampuan ekskresi air bebas.1

    Selain itu juga ada beberapa pemeriksaan, antara lain:

    Pemeriksaan radiologis seperti USG Abdomen, sudah secara rutin digunakankarena pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan. Pemeriksaan USG

    meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa.

    Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan noduler, permukaan irreguler, dan ada

    peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga dapat menilai asites,

    splenomegali, thrombosis vena porta, pelebaran vena porta, dan skrining

    karsinoma hati pada pasien sirosis.

    CT dan MRI, namun harganya relatif mahal dan peranannya tidak terlalu jelasdalam mendiagnosis sirosis hati.

    Pada kasus tertentu, diperlukan pemeriksaan biopsi hati karena sulit membedakanhepatitis kronik aktif yang berat dengan sirosis hati dini.

    1

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    6/24

    6

    Diagnosis

    Working Diagnosis :asites dan melena ec Sirosis hati

    Gambar 5. Hati yang normal dan sirosis hati

    Asites

    Adalah penimbunan cairan secara abnormal dirongga peritoneum.asites dapat di sebabkan oleh

    banyak penyakit.pada dasarnya penimbunan cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui

    dua mekanisme dasar yakni eksudasi dan transudasi.asites jenis ini paling sering sering di jumpai

    di Indonesia.asistes merupakan tanda prognosis kurang baik pada beberapa penyakit,asites dapat

    menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya oleh karena itu asites harus dikelola dengan

    baik,pada bagian ini terutama akan di bahas asites akibat sirosis hati dan hipertensi porta.

    Sirosis Hati ec Hepatitis Kronik

    Sirosis adalah suatu keaadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik

    yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distrosi dari arsitektur hepar dan pembetukan

    nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoseluler. Jaringan pumunjang

    retikulin kolapas disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi

    nodularis perenkim hati.

    Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya

    gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dikompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    7/24

    7

    klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari prosos hepatitis kronik dan

    pada satu tingkat tidak terlihat perbedaannya secara klinis, hal ini hanya dapat dibedakan melalui

    pemeeriksaan biopsi hati.3

    Melena

    melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang

    menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.

    Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14

    jam. sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas, meskipun demikian

    dapat juga dimulai dari usus disebelah bawah ligamentum Treitz sampai dengan kolon

    proksimal.

    Melena biasanya menggabarkan pendarahan pada esophagus lambung duodenum, tetapi lesi di

    jejunum,jejunum bahkan colon asendens bisa menyebabkan melena asalkan waktu pejalanan

    melalui traktus gastrointestinalis cukup panjang,warna melena yang hitam terjadi akibat bat

    kontak darah dengan asam hidroclorida sehingga terbentuk hematin,tinja tersebut akan berbentuk

    seperti ter ( lengket) dan menimbulkan bau yang khas.

    Etiologi pendarahan saluran cerna bagian atas yang paling sering ditemukan yaitu ulkus

    peptikum,varises,gastritis erosive,rupture mukosa esofagogastrika (sindroma Mallory weiss) dan

    keganasan.

    Ulkus peptikum merupakan penyebab paling banyak diteukan pada perdarahan SCBA. Definisi

    ullus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai kebawah

    epitel.penyebabnya bisa karena H.pylori,sekresi bikarbonat mukosa,dan stress,gambaran klinis

    utamanya nyeri epigastrium yang secara khas akan mereda stelah makan atau menelan

    antacid,nyeri ulkus peptikum sering kali digambarkan sebagai nyeri teritis,terbakar atau rasa

    tidak enak.selain itu penderita juga merasa mual dan muntah cairan seperti kopi.

    Gastritis berkaitan dengan konsumsi alcohol atau dengan penggunaan NSAID seperti

    aspirin,erosi lambung sering terjadi pada pasien yang mengalami trauma berat,pembedahan dan

    penyakit sistemik yang berat,khususnya korban luka bakar dan pasien dengan peningkatan

    dengan tekanan intrakanial.

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    8/24

    8

    Varises perdarahan varises ini secara khas terjadi mendadak dan massif dan biasanya disebabkan

    oleh hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis hepatis

    Ruptur mukosa esofagogastrika (Sindroma Mallory Weiss) merupakan pendarahan SCBA

    akut,ditandai dengan gejalah muntah tanpa isi atau vomitus tanpa drah yang kemudian diikuti

    hematemesis.

    Mekanisme muntah seperti kopi dan melena

    Perdarahan > Fe teroksidasi oleh asam lambung dan bakteri > Muntah seperti kopi,bab hitam

    Melena : Hb terkonversi menjadi hematin,perlambatan saluran cerna bagian bawah karena

    perlambatan mortilitas.

    Membedakan perdarahan saluran cerna bagian atas dengan bawah

    Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB

    Manifestasi klinik pada

    umumnya

    Hemetemesis/melena Hematochezia

    Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih

    Auskultasi usus Hiperaktif Normal

    Rasio (BUN/kreatinin) Meningkat > 35% < 35%Table 1 perbedaaan perdarahan SCBA dan SCBB

    Patofisiologi

    Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat muntah-

    muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihan mengarahkan

    ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-muntah berulang

    yang awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol berlebihan

    mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus peptikum (30-40%), atau kadang-

    kadang varises. Penurunan berat badan mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang

    berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises.

    Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula

    aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    9/24

    9

    berulang (sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus

    dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat

    menyebabkan perdarahan saluran pencernaan intermitten yang banyak)

    Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan

    pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap

    perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor

    yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama

    perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka kematian

    penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu

    dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus dan encefalopati

    Tanda dan gejala

    Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok

    (frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati

    purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung, hiperperistaltik,

    penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5

    jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat

    pemecahan protein darah oleh bakteri usus.2

    Deferensial diagnosis

    Sirosis bilier primer

    Etiologi

    Penyebabnya belum diketahui tapi biasanya terjadi pada penderita autoimun seperti atritis

    rematoid,skelroderma,atau tiroiditis autoimun

    Sirosis bilier primer merupakan penyakit hati kolestatik kronik dan progresif,ditandai oleh

    destruksi saluran empedu intrahepatik dan inflamasi,serta pembentukan perut dada saluran

    porta.keadaan ini akan berlanjut menjadi sirosis hati dan gagal hati,fase presimptomatik dapat

    berlangsung selama dua decade,penyakit ini terutama mengenai usia pertengahan,dan memiliki

    pathogenesis autoimun.onsetnya bersifat insidious dengan gejala pruritus dan gejala

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    10/24

    10

    hepatomegali ikterus dan xantoma (karena retensi kolestrol) timbul belakangan yang buruk

    menjadi gagal hati setelah suatu perjalanan klinis yang lama.

    Morfologi

    o Lesi saluran porta : destruksi saluran empedu interlobularis dan septal oleh inflamasilimfositik (lesi saluran empedu yang utuh) dan inflamasi saluran porta yang kronik

    o Granuloma pada saluran porta dan parenkim hatio Lesi progresif : kelainan

    Kolongitis Sklerosis Primer

    Kolangitis sklerosis primer merupakan penyakit hati kolestatik kronik dan progresif,

    paling sering di jumpai pada laki-lakidalam usia pertengahan; penyakit ini di tandai oleh

    inflamasi, fibrosis obliteratif dan dilatasi segmental saluran empedu intrahepatik serta

    ektrahepatik. Penyakit ini terjadi akibat inflammatory bowel disease (IBD) (70% kasus),

    khususnya dengan kolitis ulserativa. Penyebab nya tidak di ketahui dan biasanya autoantibody

    tidak ditemukan; kolagitis sklerosis primer berlangsung dengan perjalanan penyakit yang kronik

    selama bertahun tahun; penyakit stadium terminal memerlukan transplantasi hati.

    Morfologi

    Ciri-ciri morfologiknya meliputi inflamasi dan fibrosis yang konsentrik (mirip kulit

    bawang) di sekitar saluran empedu, dengan atrofi yang progresif dan akhirnya obliterasi lumen

    saluran empedu, obstruksi saluran empedu mencapai puncaknya dalam bentuk sirosis bilier dan

    gagal hati.

    Pengbatan pada sirosis bilier primer

    Tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat laju perkembangan penyakit yang mengurangi

    gejala yang terjadi seperti pruritus,osteoporosis, transplantasi hati dianggap merupakan satu

    satunya prosedur penyelamatan hidup

    Obatobat yang dugunakan seperti

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    11/24

    11

    o Imunosupresa, seperti metroxtretrat,cyclosporine yang fungsinya untuk menekan reaksiimun

    o Gatal yang timbul dapat diberikan colistiramino Tambahan kalsium vitamin A vitamin D vitamin K mungkin di butuhkan karena zat-zat

    tersebut tidak dapat diserap dengan baik sebagai akibat dari berkurangnya empedu.7

    Sirosis bilier sekunder

    Etiologi

    o Obstruksi karena kolelitiasis (batu) ekstrahepatiko Atresia saluran empeduo Keganasan pada percabangan saluran empedu atau kaput pancreaso Struktur karena tindakan pembedahan sebelumnya

    Morfologi

    Kolestatis bisa berat tetapi reversible.fibrosis periportal akhirnya menimbulkan sirosis yang

    bersifat ireversibel.hati dalam stadium terminal tampak berwarna hijau-kekuningan dan terbagi

    secara halus oleh saluran empedu jaringan fibrosis yang megalami distensi serta berisi empedu

    yang mengental.infeksi bakteri asendens akan memicu infiltrasi neutrofil ke dalam saluran

    empedu disertai pembentukan abses.

    Etiologi sirosis hati: Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Kolelithiasis

    Tabel 1. Etiologi sirosis : Hepatitis B dan Hepatitis C

    Indikator Hepatitis B Hepatitis C

    Etiologi - Virus hepatitis B - Virus hepatitis CEpidemiologi & penularan - Angka infeksi tertinggi pada

    kelompok tertutup dimana

    darah atau cairan tubuh

    lainnya disuntikkan, ditelan,

    misalnya pasien hemodialisis,

    penyalahguna obat intravena,

    - Penularan melalui darahyang terkontaminasi, paling

    sering melalui produk darah

    (20%) atau penggunaan obat

    suntik (50%); pengguna obat

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    12/24

    12

    homoseks (angka karier 5-

    20%).4

    - Penularan melalui darah,kontak dengan secret tubuh,

    seperti semen, air liur, air

    mata, ASI.3

    suntik adalah antibody HCV

    positif.4

    Gejala Klinis Demam ringan, anoreksia, rasa

    tidak nyaman pada perut bagian

    atas, mual, muntah, urin gelap,

    tinja warna lebih pucat, ikterus,

    hepatomegali, splenomegali.4

    Demam ringan, anoreksia, rasa

    tidak nyaman pada perut bagian

    atas, mual, muntah, urin gelap,

    tinja warna lebih pucat, ikterus,

    hepatomegali, splenomegali.4

    Keterangan Sekitar 25% pasien akan

    mengalami sirosis.

    10-20% pasien dengan hepatitis

    kronik mungkin akan

    berkembang menjadi sirosis

    dalam 5-30 tahun.4

    Tabel 2. Differential Diagnosis Hepatitis A dan Kolelitiasis

    Indikator Hepatitis A KolelitiasisEtiologi - Virus hepatitis A - Obstruksi duktus sistikus oleh

    batu, tumor.

    - 80% kasus komponen utamabatu empedu: kolesterol dan

    sebagian kecil sisanya dari

    garam calcium.

    Epidemiologi & penularan - Penularan terjadi secara fecal-oral melalui air atau makanan

    terkontaminasi.4

    - Angka penularan lebih tinggipada sanitasi yang buruk dan

    lingkungan padat penduduk, di

    Orang obesitas mempunyai resiko

    tiga kali lipat untuk menderita

    batu empedu. Insiden pada laki-

    laki dan wanita pada batu pigmen

    tidak terlalu banyak berbeda.

    Faktor keluarga juga berperan

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    13/24

    13

    antara kelompok prasekolah

    dan pria homoseksual dan

    dalam suatu institusi.4

    dimana bila keluarga menderita

    batu empedu kemungkinan untuk

    menderita penyakit tersebut dua

    kali lipat dari orang normal.5

    Gejala Klinis Demam ringan, mialgia,

    anoreksia, rasa tidak nyaman

    pada perut bagian atas, mual,

    muntah, urin gelap, tinja warna

    lebih pucat, hepatomegali,

    splenomegali 20%.4

    nyeri di daerah hipokondrium

    kanan, rasa nyeri kadang-kadang

    dijalarkan sampai di daerah

    subkapula disertai nausea,

    vomitus dan dispepsia, flatulen

    dan lain-lain. Dapat teraba

    pembesaran kandung empedu dan

    tanda Murphy positif. Ikterus

    dijumpai pada 20 % kasus,

    umumnya derajat ringan

    (bilirubin < 4,0 mg/dl).6

    Keterangan Umumnya sembuh sendiri dan

    jarang sekali menjadi kronis

    maupun sirosis hati.

    Etiologi

    Tabel 3. Etiologi Sirosis Hati.1

    Penyakit Infeksi Penyakit Keturunan dan

    Metabolik

    Obat dan Toksin

    Hepatitis virus (hepatitis B,hepatitis C, hepatitis D,

    sitomegalovirus)

    ToksoplasmosisSkistosomiosis

    Defisiensi 1-antitripsin Galaktosemia Penyakit simpanan glikogen Hemokromatosis

    Alkohol Amiodaron Arsenic Obstruksi bilier Penyakit perlemakan hati

    non alkoholik

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    14/24

    14

    Sirosis bilier primer Kolangitis sklerosis primer

    Hepatotoksisitas Imbas Obat

    Sebagian besar obat memasuki saluran cerna, dan hati sebagai organ diantara permukaan

    absorptif dari saluran cerna dan organ target obat dimana hati berperan penting dalam

    metabolisme obat. Sehingga hati rawan mengalami cedera akibat bahan kimia terapeutik.

    Hepatotoksisitas imbas obat merupakan komplikasi potensial yang hampir selalu ada pada setiap

    obat. Walaupun kejadian jejas hati jarang terjadi, tapi efek yang ditimbulkan bisa fatal.

    Sebagian besar obat bersifat lipofilik sehingga mampu menembus membran sel intestinal.

    Kemudian obat di ubah menjadi hidrofilik melalui proses biokimiawi dalam hepatosit, sehingga

    lebih larut air dan diekskresi dalam urin atau empedu. Biotransformasi hepatic ini melibatkan

    jalur oksidatif terutama melalui system enzim sitokrom P-450.

    Mekanisme Hepatotoksisitas

    Cedera pada hepatosit dapat terjadi akibat toksisitas langsung, terjadi melalui konversi

    xenobiotik menjadi toksin aktif oleh hati, atau ditimbulkan oleh mekanisme imunologik

    (biasanya oleh obat atau metabolitnya berlaku sebagai hapten untuk mengubah protein sel

    menjadi immunogen).

    Reaksi obat diklasifikasikan sebagai reaksi yang dapat diduga (intrinsic) dan yang tidak dapat

    diduga (idiosinkratik).

    Reaksi Intrinsik terjadi pada semua orang yang mengalami akumulasi obat pada jumlah

    tertentu. Reaksi idiosinkratik tergantung pada idiosinkrasi pejamu (terutama pasien yang

    menghasilkan respon imun terhadap antigen, dan kecepatan pejamu memetabolisme penyebab).

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    15/24

    15

    Implikasi Klinis

    Cedera hati mungkin timbul atau memerlukan waktu beberapa minggu dan bulan, dan dapat

    berupa nekrosis hepatosit, kolestasis, disfungsi hati. Gambaran klinis pada hepatitis kronis

    akibat virus atau autoimun, tidak dapat dibedakan dengan hepatitis kronis akibat obat, baik

    secara klinis maupun histologist, sehingga pemeriksaan serologis virus sering dipakai untuk

    mengetahui perbedaannya.

    Awitan umumnya cepat, gejalanya dapat berupa malaise, ikterus, gagal hati akut terutama jika

    masih meminum obat setelah awitan hepatotoksisitas.

    Pada kerusakan hepatosit, ditunjukkan adanya peningkatan aminotransferase dapat meningkat

    lima kali normal. Sedangkan pada kolestasis, alkali fosfatase dan bilirubin lebih menonjol

    Diagnosis

    Dapat ditegakkan berdasarkan keterkaitan kerusakan hati dan pemberian obat serta, diharapkan,

    pemulihan setelah obat dihentikan, dikombinasi dengan penyingkiran penyebab lain yang

    mungkin. Pajanan ke suatu toksin atau obat harus selalu dimasukkan dalam diagnosis banding

    setiap bentuk penyakit hati.

    Diagnosis berdasarkanInternational Consensus Criteria,yaitu:

    1. Waktu mulai dari minum dan berhentinya minum obat sampai awitan reaksi nyata adalah sugestif(5-90 hari dari awal minum obat) atau kompatibel ( 90 hari sejak

    mulai minum obat dan

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    16/24

    16

    4. Adanya respon positif pada paparan ulang obat yang sama paling tidak kenaikan 2 x lipatenzim hati.

    6

    Epidemiologi

    Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika dibandingkan dengan

    wanita sekitar 1,6:1, dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun, dengan

    puncaknya sekitar umur 40-49 tahun. Lebih dari 40% pasien asimptomatis. Keseluruhan insidens

    sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar berupa

    akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain menyebutkan

    perlemakan hati akan mengakibatkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH, prevalensi 4%) dan

    berakhir dengan sirosis hati dengan prevalensi 0,3%. Prevalensi sirosis hati akibat steatohepatitis

    alkoholik dilaporkan 0,3%. Penyebab terbanyak di Indonesia Hepatitis B (40-50%) dan Hepatitis

    C (30-40%).1

    Patofisiologi

    Perlemakan hati Alkoholik

    Steatosis atau perlemakan hati, hepatosit teregang oleh vakuola lunak dalam sitoplasma

    berbentuk makrovesikel yang mendorong inti hepatosit ke membran sel.1

    Hepatitis Alkoholik

    Fibrosis perivenular berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat masukan alcohol dan destruksi

    hepatosit yang berkepanjangan. Fibrosis yang terjadi dapat berkontraksi di tempat cedera dan

    merangsang pembentukan kolagen. Di daerah periportal dan perisentral timbul septa jaringan

    ikat seperti jaring yang akhirnya menghubungkan triad portal dengan vena sentralis. Jalinan

    jaringan ikat halus ini mengelilingi massa kecil sel hati yang masuh ada yang kemudian

    mengalami regenerasi dan membentuk nodulus. Namun demikian kerusakan sel yang terjadimelebihi perbaikannya. Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-

    benjol (nodular) menjadi keras, terbentuk sirosis alkoholik. Mekanisme terjadi cedera hati

    alkoholik masih belum pasti. Diperkirakan mekanismenya sebagai berikut: 1). Hipoksia

    sentrilobular, metabolisme asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi oksigen lobular, terjadi

    hipoksemia relatif dan cedera sel di daerah yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi (misal

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    17/24

    17

    daerah perisentral); 2). Infiltrasi/aktivasi neutrofil, terjadi pelepasan chemoattractants neutrofil

    oleh hepatosit yang memetabolisme etanol. Cedera jaringan dapat terjadi dari neutrofil dan

    hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, protease, dan sitokin; 3). Formasi

    acetaldehyde-protein adducts berperan sebagai neoantigen, dan menghasilkan limfosit yang

    tersensitisasi serta antibody spesifik yang menyerang hepatosit pembawa antigen ini; 4).

    Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative dari metabolisme etanol, disebut sistem yang

    mengoksidasi enzim mikrosomal.1

    Sirosis hati pasca nekrosis

    Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk tidak teratur, dan terdiri dari nodulus sel

    hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan lebar. Gambaran mikroskopik konsisten

    dengan gambaran makroskopik. Ukuran nodulus sangat bervariasi, dengan sejumlah besar

    jaringan ikat memisahkan pulau parenkim regenerasi yang susunannya tidak teratur. Patogenesis

    sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya peranan sel stelata. Dalam

    keadaan normal sel stelata mempunyai peran dalam keseimbangan pembentukan matriks

    ekstraseluler dan proses degradasi. Pembentukan fibrosis menunjukkan perubahan proses

    keseimbangan. Jika terpapar factor tertentu yang berlangsung secara terus-menerus (misalnya

    hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk

    kolagen. Jika proses berjalan terus maka fibrosis akan berjalan terus di dalam stelata, dan

    jaringan hati yang normal akan diganti oleh jaringan ikat.1

    Gejala Klinis

    Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi:

    Perasaan mudah lelah dan lemas Perasaan perut kembung, Selera makan berkurang Mual Berat badan menurun Pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya

    dorongan seksualitas.1

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    18/24

    18

    Gejala sirosis lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul

    komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi:

    Hilangnya rambut badan Gangguan tidur Demam tidak begitu tinggi akibat nekrosis hepar Ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat Perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai

    koma

    Gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis.1Temuan klinis lainnya:

    Spider nervi, suatu lesi vascular yang dikelilingi beberapa vena kecil. Tanda ini seringditemukan di bahu, muka, dan lengan atas.

    Palmar eritema, warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya nonalkoholik.

    Pembesaran ini akibat kongesti pulpa karena hipertensi porta.

    Fetor hepatikum, bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan peningkatanmeningkatnya konsentrasi dimetil sulfida akibat pintasan porto sistemik yang berat.

    Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi porta danhipoalbuminemia. Caput medusa juga sebagai akibat hipertensi porta.

    1

    Pengobatan

    *Sirosis Kompensata

    Penatalaksanan pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi progresi

    kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi.

    Diet 2000kkal/hari, protein 1 g/kgBB. Hindari bahan-bahan yang menambah kerusakan hati, misalnya alkohol dan bahan-bahan

    lain yang toksik dan dapat menciderai hati.

    Hepatitis autoimun: steroid atau imunosupresif

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    19/24

    19

    Hemakromatosis: flebotomi Penyakit hati nonalkoholik: menurunkan berat badan Hepatitis B: interferon alfa dan lamivudin sebagai terapi utama Hepatitis C: kombinasi interferon dengan ribavirin.

    *Sirosis Dekompensata

    Sirosis dekompensata sesuai dengan komplikasi sirosis.

    Asites: tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram.Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretic. Respons diuretic dimonitor

    dengan penurunan berat badan 0,5kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari

    dengan adanya edema kaki. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar.

    Enselopati hepatic: laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan ammonia. Varieses esophagus: sebelum berdarah dan sesudah berdarah diberikan obat penyekat

    beta (propranolol).

    Sindrom hepatorenal: mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengaturkeseimbangan garam dan air.

    1

    Pencegahan

    1. Hindari penularan virus hepatitis

    Hindari penularan virus hepatitis sebagai salah satu penyebab sirosis hati. Caranya tidak

    mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus. Juga tidak melakukan hubungan

    seks dengan penderita hepatitis.

    2. Gunakan jarum suntik sekali pakai.

    Jangan memakai jarum suntik bekas orang lain. Bila jarum bekas pakai penderita hepatitis kemudian

    digunakan kembali untuk menyuntik orang lain, maka orang itu bisa tertular virus.

    3. Pemeriksaan darah donor

    Ketika akan menerima transfusi darah harus hati hati. Pemeriksaan darah donor perlu dilakukan

    utnuk memastikan darah tidak tercemar virus hepatitis.bila darah mengandung virus hepatitis

    penerima donor akan tertular dan berisiko terkena sirosis.

    http://www.suryapost.com/2011/01/sirosis-hati-bisa-serang-usia-muda.htmlhttp://www.suryapost.com/2011/01/sirosis-hati-bisa-serang-usia-muda.htmlhttp://www.suryapost.com/2011/01/sirosis-hati-bisa-serang-usia-muda.htmlhttp://www.suryapost.com/2011/01/sirosis-hati-bisa-serang-usia-muda.html
  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    20/24

    20

    4. Tidak mengkonsumsi alkohol

    Hindari mengkonsumsi alkohol, karena terbukti merusak fungsi organ tubuh, termasuk hati. Bila

    sudah terlanjur sering mengkonsumsi minuman beralkohol, hentikan kebiasaan itu.7

    5. Melakukan vaksin hepatitis

    Lakukan vaksin hepatitis. Vaksin dapat mencegah penularan virus hepatitis sehingga dapat juga

    terhindar dari sirosis hati.7

    Komplikasi

    Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Beberapa komplikasi yang terjadi

    antara lain :

    Peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada buktiinfeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien asimptomatik, namun dapat timbul demam

    dan nyeri abdomen.1

    Sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oligouri, peningkatanureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal. Kerusakan hati lanjut menyebabkan

    penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi glomerulus.1

    Hipertensi porta pada sirosis disebabkan oleh peningkatan resistensi terhadap aliran porta ditingkat sinusoid dan penekanan vena sentral oleh fibrosis perivenula dan ekspansi nodul

    parenkim. Anastomosis antara sistem arteri dan porta pada pita fibrosa juga menyebabkan

    hipertensi porta karena mengakibatkan sistem vena porta yang bertekanan rendah mendapat

    tekanan arteri. Empat konsekuensi utama adalah asites, pembentukan pirau vena

    portosistemik, splenomegali kongestif dan ensefalopati hepatica.3

    Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises esophagus. 20-40% pasien sirosisdengan varises esophagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Angka mortalitasnya sangat

    tinggi, sekitar 2/3 akan meninggal dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakanuntuk menanggulangi varises dengan beberapa cara.

    1

    Enselofati hepatica merupakan penyulit gagal hati akut dan kronis (sirosis) yang palingditakuti. Pasien memperlihatkan beragam gangguan kesadaran, berkisar dari kelainan

    perilaku yang samar hingga kebingungan yang mencolok dan stupor, hingga koma dalam dan

    kematian. Tanda neurologis fluktuatif yang terkait adalah rigiditas, hiperrefleksia, perubahan

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    21/24

    21

    elektroensefalografik nonspesifik, dan yang jarang kejang. Yang cukup khas adalah

    asteriksis, yaitu suatu pola gerakan cepat ekstensi-fleksi nonritmik kepala dan ekstremitas,

    yang paling jelas terlihat jika lengan diekstensikan dan pergelangan tangan didorsofleksikan.

    Enselofati hepatica dianggap sebagai suatu gangguan metabolic SSP dan sistem

    neuromuscular. Pada sebagian nesar kasus, hanya terjadi perubahan morfologik minor di

    otak, seperti edema dan reaksi astrositik. Dua factor fisiologis yang menyebabkan gangguan

    ini: (1) sangat berkurangnya fungsi hepatoselular dan (2) pirau darah mengelilingi hati yang

    sangat kronis.3

    Prognosis

    Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor, meliputi etiologi,

    beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Klasifikasi Child-Pugh

    (tabel 4), juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan menjalani operasi, variabelnya

    meliputi kadar bilirubin, albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi.

    Klasifikasi ini terdiri dari Child A, B, dan C. Klasifikasi Child-Pugh berkaitan dengan

    kelangsungan hidup. Angka kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien dengan Child A,

    B, dan C berturut-turut 100, 80, dan 45%.1

    Tabel 4. Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan Fungsi Hati

    Derajat Kerusakan Minimal Sedang Berat

    Bil. Serum mg/dl) 50

    Alb. Serum (gr/dl) >35 30-35

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    22/24

    22

    anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Adapun sirosis hati ini mempunyai differential

    diagnosis, yakni hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan kolelitiasis. Etiologi dapat berasal dari

    alcohol, virus hepatitis yang kronis (terutama HBV dan HCV). Penderita sirosis hati lebih

    banyak dijumpai pada laki-laki jika dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6:1. Temuan klinis

    antara lain spider nervi, palmar eritema, splenomegali, fetor hepatikum, asites. Ada 2 macam

    sirosis hati, yakni sirosis hati kompensata dan sirosis hati dekompensata, serta cara penanganan

    juga berbeda.

    Saran

    Penyakit sirosis hati merupakan penyakit yang dapat dicegah, untuk itu perlu adanya kerja sama

    antara petugas medis dan masyarakat untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit ini. Beberapa

    tindakan nyata yang perlu dilakukan antara lain mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat

    mengenai bahaya alcohol yang pada akhirnya dapat menimbulkan sirosis hati, mengurangi

    infeksi hepatitis virus dengan rutin divaksinasi.

    Daftar Pustaka

    1. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Idrus A., Marcellus S.K., Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit

    dalam, jilid I, edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010, hal 668-72.

    2. Bickley L.S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates, edisi 8. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2009, hal 352-3.

    3. Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. Buku ajar patologi robbins, ed.7, vol.2. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2007, hal 670-7.

    4. Mandal, Wilkins, Dunbar, Mayon-White. Lecture Notes: Penyakit infeksi, ed. 6. Jakarta:

    Penerbit Erlangga; 2008, hal 171-7.

    5. Mansjoer A. Etal. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. Jakarta: Penerbit Media

    Aesculapius, FKUI; 1999, hal 510-512.

    6. Radji M. Infeksi virus pada hati. Imunologi dan Virologi. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta. 2010

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    23/24

    23

    7. Robbins, Cotran. Hepatitis C. Buku saku dasar patologi penyakit. Ed. V. Penerbit Buku Kedokteran

    EGC. Jakarta. 2001

  • 7/29/2019 Makalah Blok 17 Jamil Hasim

    24/24

    24