Makalah Biografi

5
 BIOGRAFI SEBAGAI SUMBER PENGKAJIAN SEJARAH I Istilah biografi bukanlah sesuatu yang asing bagi pelajar dan mahas iswa. Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia , biografi diartikan sebagai riwayat hidup atau buku yang me ngur aik an riwayat hid up se or ang toko h. Se buah bi og raf i bi asa ny a me ngiku ti kehidupan seorang intelektual dari awal hingga akhir, meskipun fokus utamanya, kata Hasan Asari, selalu pada informasi setelah individu tersebut menjadi seorang tokoh. Perjalanan seorang tokoh dari satu tempat ke tempat lain, baik dalam rangka menuntut ilmu atau mengajar dan meniti karirnya, biasanya mendapat perhatian yang sangat besar dari para penulis biografi. Da la m bi og raf i, ka ta Ta uf iq Ab du lla h da lam pe ngantar nya te rha da p bu ku  biografi  Menteri-menteri Agama RI , seorang tokoh diperlakukan sebagai aktor sejarah. Dialah yang menjadi pusat perhatian. Tempat dan fungsi dari konteks sosial dan waktu dalam proses pengisahan. Pada satu sisi, konteks ini dipakai sebagai latar belakang bagi sang tokoh berbuat dan bertindak. Sebagai latar belakang, maka konteks waktu, tempat, dan kondisi sosial ini adalah hasil rekonstruksi yang dikerjakan oleh penulis biografi. Tetapi, pada sisi lain, konteks itu sesungguhnya hasil konstruksi dan pemahaman sang akt or. Pemaha man nya tent ang kon tek s inil ah yan g men entu kan pil ihan nya dala m me nen tuka n tin dak an. Ba gi sa ng toko h, ha si l pe ma ha ma nny a te nta ng ko nteks stru ktu raln ya itul ah yang memantu lkan pad anya ber bag ai pil ihan . Tau fiq Ab dul lah mencontohkan, bahwa Soekarno dan Hatta tidak akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sekiranya mereka tidak melihat situasi bulan Agustus 1945 sebagai sebuah momentum yang tak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Keduanya tidak akan pernah menjad i proklamator kalau sekiran ya merek a melihat bahwa hanya Jepang sajalah satu- satunya harapan yang bisa diandalkan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Disini terlihat bahwa landasan awal dari pola perilaku ditentukan oleh kecenderungan atau keterkaitan antara pemahaman sang tokoh tentang konteks sejarah, dimana ia berada dengan hasrat, cita-cita, idealisme, yang dimilikinya. Dalam kaitannya dengan metode penulisan biografi, terlihat jelas bahwa para  penulis biografi sangat memerlukan memoir dan otobiografi dari aktor yang diangkatnya ke permukaan. Tak kurang pentingnya, jika mungkin, semua tulisan dan cacatan tentang apa yang pernah dikemukakan oleh sang tokoh yang dikisahkannya, merupakan bahan-  bahan berharga dalam merekonstruksi corak konteks atau wadah sebagaimana dipahami oleh sang tokoh yang ditulis. Dalam khazanah intelektual Islam, karya biografi bukanlah sesuatu yang baru. Dalam warisan Islam klasik, kata Hasan Asari, terdapat satu genre literatur yang khas, yait u kamus bio gra fi, yang biasa dis ebu t dal am bah asa Ara b sebagai tarajim atau tabaqat. Literatur ini secara khusus merekam biografi individu-individu penting dalam  peradaban Islam dari masa tertentu. Tidak kurang dari 90 literatur biografi yang didaftar oleh Hasan Asari sebagai contoh biografi dalam khazanah intelektual Muslim, melalui  bukunya  Menguak Sejarah Mencari Ibrah , yang memuat berbagai rekam kehidupan se juml ah to ko h- to ko h sentra l inte le kt ua l Mu sl im pa da ma sa kl as ik. Ha l it u mengindikasikan bahwa penulisan kamus-kamus biografi banyak mendapat perhatian dari para intelektual Muslim. Per soa lann ya sek arang adal ah, men gap a peng kaj ian bio gra fi ilmu an kla sik  berguna bagi pemahaman sejarah pendidikan Islam? 6

Transcript of Makalah Biografi

5/14/2018 Makalah Biografi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-biografi 1/5

BIOGRAFI SEBAGAI SUMBER PENGKAJIAN SEJARAH

I

Istilah biografi bukanlah sesuatu yang asing bagi pelajar dan mahasiswa. Dalam

 Kamus Besar Bahasa Indonesia, biografi diartikan sebagai riwayat hidup atau buku yang

menguraikan riwayat hidup seorang tokoh. Sebuah biografi biasanya mengikuti

kehidupan seorang intelektual dari awal hingga akhir, meskipun fokus utamanya, kata

Hasan Asari, selalu pada informasi setelah individu tersebut menjadi seorang tokoh.

Perjalanan seorang tokoh dari satu tempat ke tempat lain, baik dalam rangka menuntut

ilmu atau mengajar dan meniti karirnya, biasanya mendapat perhatian yang sangat besar 

dari para penulis biografi.

Dalam biografi, kata Taufiq Abdullah dalam pengantarnya terhadap buku

 biografi  Menteri-menteri Agama RI , seorang tokoh diperlakukan sebagai aktor sejarah.

Dialah yang menjadi pusat perhatian. Tempat dan fungsi dari konteks sosial dan waktudalam proses pengisahan. Pada satu sisi, konteks ini dipakai sebagai latar belakang bagi

sang tokoh berbuat dan bertindak. Sebagai latar belakang, maka konteks waktu, tempat,

dan kondisi sosial ini adalah hasil rekonstruksi yang dikerjakan oleh penulis biografi.

Tetapi, pada sisi lain, konteks itu sesungguhnya hasil konstruksi dan pemahaman sang

aktor. Pemahamannya tentang konteks inilah yang menentukan pilihannya dalam

menentukan tindakan. Bagi sang tokoh, hasil pemahamannya tentang konteks

strukturalnya itulah yang memantulkan padanya berbagai pilihan. Taufiq Abdullah

mencontohkan, bahwa Soekarno dan Hatta tidak akan memproklamasikan kemerdekaan

Indonesia sekiranya mereka tidak melihat situasi bulan Agustus 1945 sebagai sebuah

momentum yang tak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Keduanya tidak akan pernah

menjadi proklamator kalau sekiranya mereka melihat bahwa hanya Jepang sajalah satu-satunya harapan yang bisa diandalkan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Disini

terlihat bahwa landasan awal dari pola perilaku ditentukan oleh kecenderungan atau

keterkaitan antara pemahaman sang tokoh tentang konteks sejarah, dimana ia berada

dengan hasrat, cita-cita, idealisme, yang dimilikinya.

Dalam kaitannya dengan metode penulisan biografi, terlihat jelas bahwa para

 penulis biografi sangat memerlukan memoir dan otobiografi dari aktor yang diangkatnya

ke permukaan. Tak kurang pentingnya, jika mungkin, semua tulisan dan cacatan tentang

apa yang pernah dikemukakan oleh sang tokoh yang dikisahkannya, merupakan bahan-

 bahan berharga dalam merekonstruksi corak konteks atau wadah sebagaimana dipahami

oleh sang tokoh yang ditulis.

Dalam khazanah intelektual Islam, karya biografi bukanlah sesuatu yang baru.

Dalam warisan Islam klasik, kata Hasan Asari, terdapat satu genre literatur yang khas,

yaitu kamus biografi, yang biasa disebut dalam bahasa Arab sebagai tarajim atau

tabaqat. Literatur ini secara khusus merekam biografi individu-individu penting dalam

 peradaban Islam dari masa tertentu. Tidak kurang dari 90 literatur biografi yang didaftar 

oleh Hasan Asari sebagai contoh biografi dalam khazanah intelektual Muslim, melalui

 bukunya  Menguak Sejarah Mencari Ibrah, yang memuat berbagai rekam kehidupan

sejumlah tokoh-tokoh sentral intelektual Muslim pada masa klasik. Hal itu

mengindikasikan bahwa penulisan kamus-kamus biografi banyak mendapat perhatian

dari para intelektual Muslim.

Persoalannya sekarang adalah, mengapa pengkajian biografi ilmuan klasik  berguna bagi pemahaman sejarah pendidikan Islam?

6

5/14/2018 Makalah Biografi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-biografi 2/5

Perlu dicatat bahwa karya biografi merupakan satu salah sumber yang dapat

digunakan untuk memperoleh informasi guna memahami sejarah Islam masa klasik – 

meskipun sumber ini menurut Taufik Abdullah bersifat sekunder. Tetapi karena biografi

itu berkisah dengan dunia pada zamannya, maka informasi yang terdapat di dalamnyacukup bervariasi, mulai dari masalah teologi, filsafat dan lain-lain, termasuk mengenai

 pendidikan.

Para pengkaji pendidikan Islam dapat memanfaatkan karya-karya biografi untuk 

mengumpulkan informasi mengenai sejarah personal dari tokoh-tokoh pendidikan masa

klasik, yang bisa mencakup asal daerah; garis keturunan; tempat lahir; tempat wafat;

nama kecil serta berbagai gelar yang diperoleh seorang tokoh yang bergerak di bidang

  pendidikan. Misalnya para guru dan keahlian mereka, lembaga-lembaga pendidikan

formal dan non-formal tempat belajar, kitab-kitab yang dipelajari; tata tertib dan etika

 belajar, karir profesi akademis maupun non-akademis.

Dengan mempelajari sejarah hidup para tokoh tersebut akan memberikan

gambaran berbagai sisi kemanusiaan dari kehidupan para intelektual Muslim klasik. Para pribadi utama ini, seringkali memberikan gambaran idealisme masa tertentu dari sejarah

 peradaban Islam, yang tidak jarang membawa pesan penting bagi generasi sekarang.

Bahkan biografi dapat memberikan gambaran tentang lembaga-lembaga pendidikan

Islam klasik, karena lembaga-lembaga itu menjadi bagian yang signifikan dari sejarah

hidup para tokoh yang menjadi objek bahasan. Memang, karya biografi bukanlah kitab

yang membahas pemikiran pendidikan Islam, akan tetapi beberapa pemikiran yang

 pernah diucapkan oleh sang tokoh, baik berupa fakta, konsep, maupun prinsip-prinsip

utama pendidikan, seringkali terdapat dalam biografi tokoh-tokoh tertentu, yang apabila

disistematisasikan, niscaya akan memberikan suatu kontribusi bagi sejarah pemikiran

 pendidikan Islam pada konteks zaman yang sedang dibahas.

Selain itu, karya-karya biografi selalu menyediakan informasi tentang finansial

kegiatan pendidikan Islam klasik. Aktivitas pendidikan pada umumnya tidak sekedar 

menyebutkan tokoh-tokoh intelektual yang terlibat di dalamnya, melainkan turut

memberikan informasi mengenai tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam memberikan

dukungan finansial bagi kegiatan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa biografi merupakan sumber sejarah yang kaya untuk 

mempelajari sejarah sosial pendidikan Islam klasik. Di sinilah antara lain terlihat

keistimewaan karya-karya biografis, karena karya ini memberi gambaran spesifik, sesuai

konteks zaman dan tempat dimana peradaban menampakkan diri.

II

Biografi Imam al-Bukhari

Ada 3 (tiga) alasan penting mengapa biografi Imam al-Bukhari, dijadikan

contoh dalam pengkajian biografi ini.

1. Imam Bukhari adalah sosok intelektual Muslim yang telah mewariskan

 pengetahuan-pengetahun baru dalam bidang Hadis yang sulit dicari tandingannya,

terutama dalam terobosan barunya dalam metode penyeleksian Hadis, sehingga

Hadis-hadis yang terkumpul dalam kitabnya merupakan Hadis-hadis Sahih yang

dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis-metodologis; maupun dari sisi

terdalam kehidupannya yang religius, cerdas, teliti serta memelihara diri dari

 perbuatan tercela, sebagai sosok yang dapat diteladani.

2. Dengan membaca biografi Imam Bukhari akan menimbulkan kesan mendalam, bahwa seorang anak manusia yang nenek moyangnya adalah keluarga petani, yatim,

7

5/14/2018 Makalah Biografi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-biografi 3/5

dan hanya dibesarkan seorang Ibu dari keluarga sederhana telah memotivasi Bukhari

untuk melanjutkan profesi ayahnya sebagai seorang ulama Hadis.

3. Imam Bukhari telah menampilkan diri sebagai seorang yang menumpahkan

segenap potensinya untuk belajar kepada berbagai guru, melakukan rihlah ilmiyahke berbagai daerah untuk mempelajari dan mengumpulkan Hadis dari ulama-ulama

terkemuka, yang pada gilirannya menempa dan menghantarkan dirinya sebagai

raksasa dalam bidangnya, tetapi tetap lembut dan santun kepada sesama.

Seperti tertulis dalam biografinya, Imam Bukhari dikenal dengan nama lengkap:

Abu ‘Abdullah Muhammad ibn ‘Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-

Ju’fi al-Bukhari. Kakek moyang Bardizbah adalah orang asli Persia. Bardizbah menurut

 penduduk Bukhara berarti petani. Sedangkan kakek buyutnya diberi laqab al-Mughirah,

karena ketika datang ke Bukhara dan memeluk Islam di tangan al-Yaman al-Ja’fi al-

Mughirah sehingga laqab itu sebagai tanda wala’  kepadanya, karena mempraktekkan

  pendapat bahwa orang yang masuk Islam, di-wala’ -kan kepada orang yangmengislamkannya.

Mengenai kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, tak diketahui riwayat hidupnya,

kecuali ayahnya, Ismail bin Ibrahim dikenal seorang rawi. Ibnu Hibban telah menuliskan

tarjamah (biografi)-nya dalam kitabnya ats-Tsiqat  (orang-orang yang tsiqah/terpercaya)

sebagaimana diinformasikan oleh al-‘Asqalani bahwa Ibnu Hibban mengatakan bahwa,

Ismail bin Ibrahim, ayah daripada Bukhari, mengambil riwayat (hadis) dari Hammad bin

Zaid dan Malik; dan riwayat Ismail bin Ibrahim diambil pula oleh ulama-ulama Irak.

Bukhari lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Syawal 194 H di kota Bukhara. Sejak 

kecilnya Bukhari telah menjadi yatim dengan meninggalnya ayahnya. Ibunyalah yang

membesarkannya dalam sebuah keluarga sederhana dan banyak menuturkan kealiman

ayahnya sebagai seorang rawi. Hal inilah yang memotivasi Bukhari kecil untuk menapak  jejak ayahnya, Tak mengherankan jika Bukhari telah mempelajari Hadis ketika usianya

kurang dari sepuluh tahun.

Di samping, cerdas, gemar beribadah, dan tekun dalam belajar, maka belum

genap usianya 16 tahun, Bukhari telah dapat menghafal sejumlah buku karya ulama-

ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti kitab Ibn al-Mubarak, Waki’ dan lain

sebagainya. Selain itu ia juga menguasai pendapat-pendapat para ahli ra’yi lengkap

dengan aliran-aliran mereka, yang menyebabkannya banyak dijadikan sebagai rujukan

dan diskusi bagi ulama dan pemimpin (pemerintah) pada masanya.

Tahun 210 H Bukhari bersama ibunya dan saudaranya menunaikan ibadah haji

ke Mekkah. Sejak itu, beliau intens berkomunikasi dengan beberapa ulama di Mekkah,

dan sering pula berkunjung ke Medinah. Ketika ibu dan sudaranya pulang ke Bukhara,Bukhari tidak ikut pulang melainkan tinggal untuk beberapa lama di Mekkah untuk 

mendalami ilmu Hadis.

Guna mempelajari Hadis, Bukhari melakukan rihlah ilmiyah ke berbagai daerah

yang terkenal dengan para guru Hadisnya, seperti Iraq, Khurasan, Syiria, Mesir, Kufah

dan Basrah. Ia bahkan beberapa kali berkunjung ke Bagdad, bahkan sampai ke Balakh,

Marwa, Naisabur dan Raiy di Iran. Dari perjalanan inilah, ia menulis Hadis dari 1000

orang guru lebih, dan memperoleh 600.000 Hadis, serta menghafal 100.000  Hadits

Shahih dari berbagai jalur, dan 200.000 Hadis tidak Sahih selama 16 tahun.

Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, seperti ditutur abang kandungnya,

Rasyid bin Ismail, bahwa Bukhari muda dan beberapa murid lainnya pernah belajar 

Hadis dari seorang ulama di Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak membuat

catatan tertulis. Karena itu ia dicela teman-temannya sebagai seorang pemalas. Bukhari

8

5/14/2018 Makalah Biografi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-biografi 4/5

tak menghiraukan celaan itu, dan dengan santun dan bersahabat al-Bukhari meminta

kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat

apa yang pernah disampaikan guru mereka ketika belajar selama ini. Teman-temannya

kagum dan menaruh hormat kepadanya karena dia hafal 15.000 Hadis, lengkap denganketerangan yang tidak sempat mereka catat.

Demikian pula ketika sedang berada di Bagdad, Bukhari pernah didatangi oleh

10 orang ahli Hadis yang ingin menguji ketinggian ilmunya. Dalam pertemuan itu, 10

ulama tersebut mengajukan 100 buah Hadis yang sengaja “diputar-balikkan” (maqlub)

untuk menguji hafalan Bukhari, dan ternyata Bukhari dapat dengan mudah menertibkan

matan dan sanad Hadis yang diputar balik itu.

Imam al-Bukhari juga gemar berolahraga. Ia misalnya sering belajar memanah

sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput

dalam memanah kecuali hanya dua kali. Hal ini mungkin timbul sebagai pengamalan

sunnah Rasul yang menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah

dan alat-alat perang lainnya.Selama lebih kurang setengah abad Imam al-Bukhari telah mengukirkan prestasi

gemilangnya dengan meninggalkan lebih dari lima belas karya dalam bidang Hadis dan

disiplin ilmu lainnya. Di antara karyanya yang paling fenomenal dan terpenting adalah

 Al-Jami’ al-Shahih atau yang lebih dikenal dengan Shahih al-Bukhari. Kitab-kitab lain

yang ditulisnya adalah, (1) Al-Adab al-Mufrad, (2) Al-Tarikh al-Shaghir , (3) Al-Tarikh

al-Ausath, (4)  Al-Tarikh al-Kabir , (5)  Al-Tafsir al-Kabir , (6)  Al-Musnad al-Kabir , (7)

 Kitab al-`Ilal , (8) Raf`u al-Yad fi al-Shalah, (9) Bir al-Walidain, (10) Kitab al–Asyribah,

(11)  Al-Qiraatu khalfa al-Imam, (12)  Kitab al-Dhu`afa`, (13)  Asami al-Shahabat, (14)

 Kitab al-Kuni.

Imam Bukhari wafat pada hari Sabtu malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62

tahun kurang 13 hari di suatu perkampungan di Samarkand. Di antara guru-gurunya

terkenal antara lain adalah Ibn al-Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Mu’in,

Muhammad bin Yusuf al-Farabi, Makki ibn Ibrahim al-Balakhi, Muhammad bin Yusuf 

al-Baikandy, dan Ibn Rahawaih. Dengan kesabaran dan kecintaannya terhadap Hadis,

Bukhari memperoleh julukan sebagai Amir al-Mu’minin fi al-Hadits. Sedangkan murid-

muridnya yang termasyhur antara lain adalah Imam Muslim, al-Turmuzi, al-Nasai,

Ibrahim bin Ishak al-Hurri, Muhammad bin Ahmad al-Daulaby dan Manshur bin

Muhammad al-Bazwadi.

Bukhari menulis kitab  Jami’ Shahih dilatarbelakangi karena langkanya kitab

Hadis yang bisa dijadikan rujukan yang kuat. Hampir semua kitab Hadis yang ada pada

masa sebelumnya bercampur aduk antara yang   shahih, hasan dan dla’if , sehinggamenyulitkan orang yang ingin menggunakan Hadis sahih sebagai rujukan hukum. Kitab-

kitab Hadis pada masa itu belum pula mengelompokkan pokok-pokok bahasan tertentu

 bab demi bab, karena tujuan penulisannya masih terbatas hanya untuk mengumpulkan

Hadis dan sebagai sarana untuk menghafalkannya. Selain itu, adanya unsur 

‘meremehkan’  fiqh al-hadits, membawa implikasi pada kurang berdayanya ahli-ahli

Hadis pada waktu harus berhadapan dengan ahli-ahli bid’ah yang sengaja menyebarkan

Hadis-hadis dla’if, bahkan Hadis-hadis palsu di dalam berargumentasi. Hal itulah antara

lain yang memotivasi Bukhari segera mencari solusinya, apalagi Bukhari melihat

 banyaknya ahli-ahli yang lebih mengutamakan logika dari nash sekalipun menyalahi

 sunnah yang datang dari Rasul saw.

Kitab Sahih al-Bukhari yang berjudul lengkap: Al-Jami’al-Shahih al-Musnad al- Mukhtasar min Umuri Rasulillah Saw wa Sunanihi wa Ayyamihi, dikenal dengan nama

9

5/14/2018 Makalah Biografi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-biografi 5/5

singkatnya  Jami’al-Shahih yang ditulis selama 16 tahun. Beliau membuat

kerangka/sistematika penulisan kitab ini pertama sekali saat berada di Masjid al-Haram,

Mekkah; dan kemudian secara terus menerus menulis kitab tersebut sampai kepada draft

terakhir yang dikerjakannya di Masjid Nabawi Medinah. Dalam masa inilah Bukharisekaligus melakukan seleksi ketat dengan penuh kehati-hatian.

Dalam menyeleksi Hadis, khususnya untuk memelihara otentitas Hadis, al-

Bukhari membuat metode seleksi yang cukup ketat. Dari segi sanad, beliau

mensyaratkan rawinya harus ‘adil , dhabit  dan tsiqat;  bersambung (muttashil )  sampai

kepada Nabi; dan antar perawinya harus semasa/sezaman (mua'sharah) dan pernah

 bertemu (liqa). Imam Bukhari belum mau merawikan Hadis yang dirawikan seorang

yang belum pernah bertemu (liqa) dengan perawi yang merawikan Hadis itu, sekalipun

mereka hidup semasa, dan memenuhi syarat-syarat lainnya. Dari segi matannya, harus

terhindar dari  syudzudz  dan illat . Metode seperti ini merupakan terobosan baru dan

 belum pernah dibuat oleh ulama sebelumnya, bahkan oleh ulama sesudahnya. Imam

Muslim misalnya, memang mensyaratkan semasa (mua'sharah), tetapi tidak perlu harus pernah bertemu (liqa).

Imam Bukhari secara metodologis sangat berhati-hari. Beliau sadar bahwa yang

digelutinya adalah Hadis sebagai sumber hukum yang harus bebas dari cacat dan cela.

Karena itu pula setiap kali beliau hendak menulis Hadis, maka beliau terlebih dahulu

mandi dan salat istikharah dua rakaat memohon perlindungan kepada Allah bahwa dia

telah berusaha agar Hadis yang ditulisnya itu benar-benar sahih, seperti pernah

diucapkannya:  ْبلل  َ  َذ ِلل  َك  ُ  ْت  َق  ًثِ إ ّا ْغ َ  َسلل  ْي  ّصلل  َ  ِ  ْ ِحلل  ِد ا  ِ َ ِ ف ِ ت ُ ع ْ ض َ و َ م َ   ْن  َع َ  ْ ر َ ت ُ  ْ  ّ َ و َ  [Tidak kumasukkan satu Hadis pun ke dalam Kitab Sahihku kecuali

setelah aku mandi dan salat dua raka’at sebelumnya].

Bahan Bacaan:

Abdullah, Taufiq, ”Menteri Agama Republik Indonesia: Sebuah Pengantar ProfilBiografis” dalam Azyumardi Azra dan Saiful Umam (ed.)  Menteri-Menteri

 Agama RI: Biografi Sosial Politik , Jakarta: INIS, 1998.

Asari, Hasan,   Menguak Sejarah Mancari ‘Ibrah :  Risalah Sejarah Intelektual Islam,Bandung: Citapustaka Media, 2008.

al-‘Asqalani, Ibnu Hajar,  Hadyu al-Sari, Mesir: Musthafa al-Bab al-Halabi, 1963.

Mursi, Muhammad Sa’id, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, terj. KhoirulAmru Harahap dan Achmad Faozan, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.

Muzayyin, Ahmad, Tokoh dan Cendikiawan Muslim di Pentas Sejarah, Semarang:Pustaka Mulya Insani, 2010.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,   Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka, 1998.

Syuhbah, Muhammad Abu,  Fi  Rihab as-Sunnah al-Kutub al-Shahih al-Sittah, Kairo:Majma’al-Buhus al-Islamiyah,1969.

Zahw, Muhammad Muhammad Abu, al-Hadits wa al-Muhadditsun aw ‘  Inayat al-Ummat al-Islamiyyah bi al-Sunnah al-Nabawiyyah, Mesir : Dar al-Fikr al Araby,tt.

10