MAKALAH BIMBINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ringkas.docx

15
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pegertian anak Special Needs “Anak-anak spesial” adalah julukan manis untuk anak spesial needs, anak berkebutuhan khusus (ABK), yang dipergunakan oleh para orang tua yang putra-putrinya menyandang predikat tersebut. Biasanya pemakaian singkatan ABK ini diterapkan di berbagai lembaga pendidikan seperti di sekolah, tempat terapi atau universitas. Bagi masyarakat, terutama di perkotaan, ABK yaitu anak-anak yang menyandang kelainan ataupun kekurangan secara fisik dan mental. Prof. Frieda Mangunsong, guru besar Psikologi Universitas Indonesia, mengatakan bahwa pengertian anak yang tergolong luar biasa atau memiliki kebutuhan khusus adalah: “Anak yang secara signifikan berbeda dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi yang tinggi dapat dikategorikan sebagai anak khusus atau luar biasa karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional”. Adapun beberapa istilah yang sering kita dengar namun nampak keliru dalam mengartikannya, diantaraya: 1. Impairment atau kerusakan Ini berkaitan dengan suatu penyakit atau rusaknya suatu jaringan dalam tubuh sehingga menibulkan kekhususan pada diri seseorang. Sebagai contoh, bayi yang kekurangan oksigen pada saat proses kelahirannya akhirnya mengalami kerusakan otak dan syaraf lainnya, akhirnya terjadilah kelumpuhan otak (cerebral palsy). 2. Disability atau kekhususan Hal ini menunjukkan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh yang dialami seseorang. Contohnya, seseorang yang pertumbuhan kakinya menjadi tidak normal akibat terjangkit polio. Untuk selanjutnya ia tidak bisa beraktivitas leluasa apabila tidak dibantu dengan alat penunjang khusus seperti kruk, kursi roda, atau kaki palsu. 3. Handicapped atau ketidakmampuan Hal ini merupakan konsekuensi sosial yang dialami seseorang berkebutuhan khusus ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh, seorang tunanetra bisa membaca tetapi tentu saja ia tak mungkin membaca huruf awas dan hanya dapat membaca huruf Braille. Sehingga apabila seorang tunarungu dapat melakukan perjalanan jauh seorang diri dengan berpatokan pada peta konvensional dan papan petunjuk jalan, seorang 1

Transcript of MAKALAH BIMBINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ringkas.docx

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pegertian anak Special NeedsAnak-anak spesial adalah julukan manis untuk anak spesial needs, anak berkebutuhan khusus (ABK), yang dipergunakan oleh para orang tua yang putra-putrinya menyandang predikat tersebut. Biasanya pemakaian singkatan ABK ini diterapkan di berbagai lembaga pendidikan seperti di sekolah, tempat terapi atau universitas. Bagi masyarakat, terutama di perkotaan, ABK yaitu anak-anak yang menyandang kelainan ataupun kekurangan secara fisik dan mental.Prof. Frieda Mangunsong, guru besar Psikologi Universitas Indonesia, mengatakan bahwa pengertian anak yang tergolong luar biasa atau memiliki kebutuhan khusus adalah:Anak yang secara signifikan berbeda dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi yang tinggi dapat dikategorikan sebagai anak khusus atau luar biasa karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional.Adapun beberapa istilah yang sering kita dengar namun nampak keliru dalam mengartikannya, diantaraya:1.Impairment atau kerusakanIni berkaitan dengan suatu penyakit atau rusaknya suatu jaringan dalam tubuh sehingga menibulkan kekhususan pada diri seseorang. Sebagai contoh, bayi yang kekurangan oksigen pada saat proses kelahirannya akhirnya mengalami kerusakan otak dan syaraf lainnya, akhirnya terjadilah kelumpuhan otak (cerebral palsy).2.Disability atau kekhususanHal ini menunjukkan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh yang dialami seseorang. Contohnya, seseorang yang pertumbuhan kakinya menjadi tidak normal akibat terjangkit polio. Untuk selanjutnya ia tidak bisa beraktivitas leluasa apabila tidak dibantu dengan alat penunjang khusus seperti kruk, kursi roda, atau kaki palsu.

3.Handicapped atau ketidakmampuanHal ini merupakan konsekuensi sosial yang dialami seseorang berkebutuhan khusus ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh, seorang tunanetra bisa membaca tetapi tentu saja ia tak mungkin membaca huruf awas dan hanya dapat membaca hurufBraille. Sehingga apabila seorang tunarungu dapat melakukan perjalanan jauh seorang diri dengan berpatokan pada peta konvensional dan papan petunjuk jalan, seorang tunanetra tidak bisa melakukan hal yang sama tanpa orang lain yang mendampingi, atau perangkat teknologi yang mentransfer tampilan visual ke audio.

2.2 Macam-macam Anak Special NeedsAda beberapa anak-anakspecial needsyang bisa kita sebut populer di Indonesia karena tergolong mudah ditemui atau sekedar mendengarnya dalam berbagai kesempatan. Siapa saja yang disebut anak-anak berkebutuhan khusus atau anak-anakspecial needsini, mereka adalah sebagai berikut:1.TunanetraTunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan, dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total (blind) danlow vision. Tunanetra tidak berarti selalu tidak mampu melihat secara keseluruhan.Dalam konteks individu berkebutuhan khusus, tunanetra berarti setiap gangguan atau kelainan yang terjadi pada indra penglihatan seseorang sehingga mengalami kendala dalam beraktivitas dan akhirnya, mereka pun memerlukan alat khusus yang dapat membantu penglihatan atau menggantikan fungsi matanya. Oleh karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain, yaitu indra peraba dan indra pendengaran, sebab itu prinsip yang harus diperhatiakn dalam memberikan pengajaran kepada individu-individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat faktual dan bersuara. Contohnya adalah penggunaan tulisanbraille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.Anak yang buta sejak lahir secara alamiah memiliki persepsi tentang dunia yang jelas berbeda daripada anak yang kehilangan penglihatannya pada usia 12 tahun. Kerusakan penglihatan sejak lahir disebabkan bermacam-macam penyebab seperti faktor keturunan atau infeksi misalnya campak Jerman yang ditularkan ibu saat janin masih dalam proses pembentukan disaat kehamilan.

2.TunarunguTunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran, baik permanen maupun tidak permanen. Alat untuk mengukur kemampuan dengar secara kuantitatif disebut audiometric. Dari pemeriksaan menggunakan audiometric dapat diperoleh klasifikasi kemampuan mendengar suara sesuai level yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Dari mulai gangguan pendengaran sangat ringan, dimana penderitanya tidak bisa menangkap jelas suara bisikan sampai pada gangguan pendengaran ekstrem (tuli) yang tidak bisa mendengar dering telepon atau keramaian lalu lintas besar.Karena memiliki kesulitan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Individu tunarungu juga cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Masalah yang dihadapi oleh anak tunarungu cukup berat dan biasanya bersumber dari kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi.Pendekatan komunikasi yang banyak digunakan pada anak tunarungu, yaitu latihan pendengaran, oralism, manualism, dan komunikasi total. Latihan pendengaran secara sistematis mengembangkan kemampuan anak untuk menyadari dan membedakan:a.Suara-suara yang mencolok, termasuk suara-suara lingkungan.b.Pola irama berbicara dan irama musik.c.Pengenalan huruf hidup.d.Penegnalan huruf mati.e.Bicara dalam situasi ramai atau bising.Indikator yang bisa dengan mudah kita lihat untuk menengarai gangguan pendengaran pada seorang anak, diantaranya:a.Perkembangan bahasa terlambat. Dalam tahun pertama kehidupannya, anak tunarungu mengeluarkan bunyi-bunyian tidak berbeda dengan anak normal. Memasuki usia 12-18 bulan, anak normal mulai menggunakan kata-kata pertama sementara anak tunarungu belum menampakkan kemampuan membunyikan kata-kata yang terarah. Pada usia 2 tahun jika seorang anak masih juga belum memperlihatkan kemampuan berbicara, patut dicurigai ia mengalami gangguan pendengaran dan tentunya dibutuhkan serangkaian diagnosis klinis untuk lebih memastikan.b.Memperdengarkan suara terlalu lembut ataupun keras tanpa ia menyadari.c.Berulang kali menanyakan sesuatu yang baru saja disampaikan, lambat bereaksi terhadap suatu instruksi karena tidak menangkap pesan secara utuh, salah menginterpretasikan atau sering meminta seseorang mengulangi perkataannya.d.Sulit mengulangi suara, kata-kata, lagu, irama, atau mengingat nama.e.Bingung membedakan kata yang bunyinya hampir sama atau membuat kesalahan dalam pelafalan kata-kata (seperti menghilangkan konsonan di akhir kata).f.Konsentrasi berlebihan terhadap wajah dan gerak mulut pembicara.g.Mengalami keluhan fisik seperti merasa ada suara bising di telinga, nyeri di telinga, merasa ada benda di dalam telinga, mendengar dengungan, sering demam dan mengalami infeksi seputar telinga hidung tenggorokan.Berbagai macam penyebab ketunarunguan dibagi dalam empat hal besar yaitu: trauma, penyakit, herditer, dan kelainan genetik. Trauma misalkan akibat tusukan benda tajam kedalam telinga atau benturan di kepala yang merusak syaraf pendengaran. Penyakit seperti virus rubella dalam masa kehamilan dan sifilis kongenital.

3.TunagrahitaTunagrahita adalah individu yang memiliki tingakat intelegensia. Istilah seperti cacat mental, bodoh, dungu, pandir, lemah pikiran adalah sebutan yang terlebih dulu dikenal sebelum tunagrahita. Grahita sendiri artinya adalah pikiran dan tuna adalah kerugian. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan :a.Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)b.Tunagrahita sedang ( IQ : 36-51)c.Tunagrahita berat ( IQ : 20-35)d.Tunagrahita sangat berat ( IQ dibawah 20 )Penyebab seorang anak menjadi tunagrahita begitu beragam, mulai dari infeksi, trauma fisik, kelainan genetik, kelainan prematur dan lain sebagainya. Secara garis besar terjadinya tunagrahita adalah bersumber dari luar, seperti paparan sinar X-Rays, pengaruh zat-zat yang bersifattoxickerusakan otak saat lahir atau terjangkit virus penyakit dan bersumber dari dalam, sepeerti abnormalitas pembentukan kromosom.Kita masih sering menyamakan tunagrahita dengan down syndrome. Yang benar adalah down syndrome merupakan salah satu bentuk retardasi mental yang menunjukan keterbatasan signifikan dalam fungsi intelektual maupun adaptif. mitos-mitos lain mengenai tunagrahita yang semestinya mulai ditepiskan adalah:a.Terbatasan intelektual tunagrahita tidak mentok tanpa perkembngan sepanjang hidupnya. Dengan latihan, motivasi dan pendidikan khusus, tunagrahita terutama yang hanya ringan sampai sedang perkembangan kemampuan mereka dapat meningkat secara baik dalam bidang apapun yang memungkinan bagi meraka.b.Tunagrahita bisa dideteksi sejak dari bayi. Ini lebih cocok berlaku bagi penyandang down syndrome yang sejak lahir memiliki tampilan fisik berbeda atau sewaktu masih janin didalam rahim dapat dilakukan test pendeteksi sendiri.Secara statistik, sindroma down adalah sumber gangguan yang terjadi sebesar 5-6 % dari total kasus tunagrahita. Meski terhitung sedikit jika dilihat dari jumlah keseluruhan kasus tunagrahita, down syndrome lebih menyita perhatian karena karaktersistik fisiknya yang mudah dikenali. Seorang DS (down syndrome) bisa memiliki beberapa atau semua ciri khas seperti dagu sangat kecil, mata sipit dengan lipatan kulit di sudut dalam mata, kelemahan otot-otot, hidung datar, garis telapak tangan hanya satu, lidah menonjol, wajah sangat bulat dan ukuran kepala yang besar.DS (down syndrome) dikenal juga dengan istilah Trisomy 21 yakni terjadinya kelainan pada kromosom ke-21. Penyimpangan tersebut tertangkap dalam penelitian oleh dr. Jerome Lejeune di tahun 1959. Normalnya jumlah kromosom seorang manusia adalah 46 pasang, tetapi seorang DS (down syndrome) memiliki 47 pasang kromosom.Menurut Dra. Teti Ichsan, M.Si, penelitidown syndrome, salah satu dampak dari abnormalitas kromosom 21 pada anak yang memiliki DS adalah keterbelakangan intelektual yang erat kaitannya dengan kemampuan akademik, kecerdasan majemuk, memberikan ruang untuk dapat berkembangnya berbagai unsur-unsur dari kecerdasan tersebut. Namun apabila mereka difasilitasi, didorong, dan diberi kesempatan dalam mengembangkan kecerdasan tersebut, tidak menutup kemungkinan mereka mampu mencapai optimalisasi sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

4.AutismeAutisme yaitu penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang yang muncul sebelum usia 3 tahun.Seorang autis berinteraksi dengan cara sangat berbeda, jika gangguannya parah, ia benar-benar menunjukkan sikap tidak tertarik pada orang lain. Gejala khas lain yang sering terdapat pada autis adalah menghindar dari kontak mata dan kontak fisik. Membenci suara keras, bau tertentu atau cahaya terlalu terang. Dalam interaksi sosial sehari-hari begitu banyak pesan nonverbal saling ditukarkan dan pemaknaan secara abstrak pada berbagai hal. Seorang autis tidak bisa memahami komponen komunikasi tersebut diakibatkan terdapat semacam kegagalan neurobiologis dalam tubuh mereka. Lebih mudah bagi mereka untuk mengerti sesuatu melalui gambar konkret dan memakai asosiasi daripada berlogika.Beberapa jenis ASD (Autism Spectrum Disorder) yang paling umum dialami, yaitu:a.Autisme. Pengertian dan gejalanya telah dipaparkan di atas. Sebagai informasi tambahan, gejala-gejala tersebut muncul sebelum usia 3 tahun dan prevelansinya 4 kali lebih banyak menimpa anak laki-laki daripada perempuan.b.Asperger Sindrom. Ini juga lebih besar menimpa anak laki-laki daripada perempuan. Jika anda melihat seseorang yang disebut autis tetapi ia tidak tampak kesulitan dalam berbahasa dan berkomunikasi namun hanya sekedar terkesan canggung bergaul, kikuk atau kasar/tak sopan, mungkin ia menyandang sindrom asperger. Rata-rata nilai intelektual seorang asperger adalah normal bahkan tinggi, begitu juga kemampuan verbalnya. Permasalahan utama asperger terletak pada gangguan dalam memahami petunjuk sosial, oleh karena itu kerap mereka disalahmengertikan sebagai individu yang tidak menghargai etika bersosial. Asperger dapat disebut autis ringan namun tetap membutuhkan perlakuan dan pendidikan khusus agar di masa dewasa ia bisa mengatasi hambatan dalam interaksi sosial dalam lingkungannya.c.Rett Sindrom. Banyak dialami anak perempuan di usia 7-24 bulan. Sebelumnya anak mengalami perkembangan normal, tetapi kemudian mengalami kemunduran yang mencakup keterampilan motorik yang telah dikuasai, kemampuan berbahasa, gerakan stereotipik seperti sedang mencuri tangan dan membahasi tangan dengan air liur, hambatan mengunyah makanan.d.Childhood Disintegrative Disorder. Pada usia 2-10 tahun, anak berkembang normal sebelum mengalami kemunduran signifikan pada keterampilan yang telah dikuasai daan terjadi gangguan pada fungsi sosial, komunikasi serta perilaku. Pada beberapa kasus, penderitanya terus mengalami kemunduruan hingga tiba di kondisi retardasi mental berat.e.Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified(PDD-NOS), individu mengalami gejala autisme setelah usia 3 tahun atau lebih. Sebagian besar ilmuwan mengemukakan pendapat terdapat faktor herediter penyebab autisme pada seseorang. Anak yang didiagnosis autis apabila ditelusuri garis keturunannya, maka ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan sejenis, meski tidak selalu sama-sama autis. Peneliti lainnya memilih memperluas penyebab autisme adalah akibat faktor lingkungan selama kehamilan. Apakah itu diakibatkan infeksi virus, bakteri tertentu, kontaminasi udara atau kontak dengan zat kimia berbahaya seperti pestisida. Pada penyandang autisme, disebabkan oleh suatu hal, beberapa sel dan koneksinya tidak berkembang baik bahkan mengalami kerusakan. Gangguan koneksi ini terutama terjadi pada neuron-neuron yang bertanggung jawab di are komunikasi, emosi dan kesadaran.

5.ADHD, Gangguan Atensi dan Hiperaktif, Bukan Nakal BiasaAttention Defisit and Hyperactive Disorder.Gangguan Hiperaktif dan Minimnya Rentang Perhatian.Attention Defisit and Hyperactive Disordermerupakan kondisi kronis yang terus berlangsung sampai seseorang dewasa. Yang menjadi gejala utamanya adalah ketidakmampuan berkonsentrasi atau memperhatikan sebuah objek pada rentang waktu minimal dan juga hiperaktivitas disertai impusifitas dalam perilaku sehari-hari.Seorang anak dicurigai ADHD apabila tindakan-tindakan di atas terus berlangsung lebih dari 6 bulan, bertindak demikian hampir di setiap lingkungan di mana ia berada, (banyak anak yang tampak sering lepas kendali aktivitasnya bila di rumah tetapi menjadi lebih pendiam jika di sekolah), tindakannya tersebut menimbulkan masalah hubungan dengan anak lain atau juga dewasa dan masalah dalam tugas sekolah serta kesehariannya.Apabila discan, citra otak seorang ADHD memang memiliki perbedaan cukup nyata dengan otak yang tidak mengalami ADHD. Pada seorang yang didiagnosis ADHD terdapat tanda kurang aktifnya area otak yang mengontrol tingkat aktivitas dan perhatian.

6.TunadaksaTuna berarti kerugian atau tidak punya. Daksa adalah anggota tubuh. Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh beragam hal seperti di antaranya kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit seperti infeksi di masa kehamilan, plasenta yang tidak mencukupi (darah janin dan ibu tidak kompatibel), kelahiran prematur, cerebral palsy. Trauma fisik, penyakit kronis serta faktor-faktor terkait lainnya yang dapat membahayakan setelah kelahiran.Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah :a.Ringan, yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik, tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi.b.Sedang, yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik.c.Berat, yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

7.TunalarasPernah disebut sebagai emotionally disturbed, tetapi lalu dinilai kurang pas dan diubah jadi seriously behavioral disabled, ini pun lalu dipersingkat menjadi behavioral disabled saja. Belakangan dilakukan penggabungan menjadi emotional or behavioral disorder.Karakteristik sosial dan emosional anak dengan gangguan emosional tingkah laku adalah :a.Tingkah laku yang tidak terarah (tidak patuh, perkelahian, perusakan, pengucapan kata-kata kotor dan tidak senonoh, senang memerintah, kurang ajar).b.Gangguan kepribadian (merasa rendah diri, cemas, pemalu, depresi, kesedihan yang mendalam, menarik diri dari pergaulan).c.Tidak matang dalam sikap, cepat bingung, perhatian terbatas, senang melamun, berkhayal, senang bergaul dengan yang lebih muda.d.Pelanggaran sosial (terlibat dalam aktivitas geng, mencuri, membolos, begadang).Tunalaras karena gangguan emosional atau tingkah laku terdiri dari faktor-faktor gangguan biologis, hubungan keluarga yang tidak sehat, serta faktor eksternal seperti pengalaman di sekolah yang tidak diharapkan dan pengaruh masyarakat yang buruk.

8.TunawicaraTunawicara adalah kondisi khusus yang justru laku dijual sebagai komoditas hiburan. Setiap gangguan bicara yang dialami seseorang daan berpotensi menghambat komunikasi verbal yang efektif disebut tunawicara.Gangguan bicara dapat muncul dalam berbagai bentuk. Terlambat bicara, artikulasi yang aneh dan tidak sesuai, gagap, tidak mampu menggunakan kata-kata yang tepat sesuai konteks, penggunaan bahasa yang aneh atau sedikit sekali bicara. Dalam bahasa ilmiahnya disebut Expressive Aphasia atau severe languange delay.Karakteristik khusus pada anak tunawicara :a.Terjadi pada anak-anak yang lahir prematur.b.Kemungkinannya empat kali lipat pada anak yang belum berjalan pada usia 18 bulan.c.Belum bisa berbicara dalam bentuk kalimat pada usia dua tahun.d.Memiliki gangguan penglihatan.e.Sering dikategorikan sebagai anak yang kikuk oleh gurunya.f.Dari segi perilaku kurang bisa menyesuaikan diri.g. Sulit membaca.h.Banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.

9.TunagandaSeseorang yang memiliki kerusakan, kekhususan dan ketidakmampuan dalam beberapa hal sekaligus. Penyebab seseorang menjadi tunaganda dapat disebabkan trauma pada otak, luka waktu lahir (kelahiran sukar), hydrocephalus, penyakit infeksi, misalnya TBC, cacar, meningitis, dan faktor keturunan antara lain kerusakan pada benih plasma, dan hasil perkawinan dari ayah dan ibu yang rendah intelegensi dapat diturunkan pada anak.

10.Kesulitan BelajarAnak-anak berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kategori ini sebenarnya tidak mengalami permasalahan dengan daya inteligensia hanya saja diperlukan strategi belajar tersendiri yang dapat mengakomodir potensi mereka yang terhambat karena gangguan-gangguan motorik, persepsi- motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang serta keterlambatan konsep.Mereka memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang disebabkan karena gangguan persepsi seperti dyslexia (gangguan bahasa), discalculia (gangguan matematika) dan dysgraphia (gangguan menulis).Penyebab kesulitan belajar terbagi dalam beberapa bagian antara lain disfungsi minimal otak, tidak adanya dominasi lateralitas, adanya penyimpangan visual, adanya perkembangan yang tidak normal, penyimpangan psikologos, adanya penyebab yang bersifat genetik, pengaruh/kesalahan dalam cara mengajar dan deprivasi dalam proses berpikir.

11.Anak-anak Berkebutuhan Khusus LainnyaUndang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3, ayat 4, bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Gifted Children, atau dikenal juga sebagai anak-anak berbakat. Karakter yang biasa melekat pada seorang anak berbakat diantaranya adalah: sangat observatif, memiliki memori sangat baik, rasa ingin tahu yang besar, rentang perhatian panjang, tanggung jawab terhadap tugas, pembelajar cepat, mampu memahami dan menjelaskan hal abstrak dan konseptual, pemecah masalah yang andal, imajinasi kuat yang diwujudkan dalam kekreativitasan di atas rata-rata.Selain anak-anak genius adalah bagian dari warga negara yang berkebutuhan khusu ternyata warga negara yang terbelakang, berada di daerah terpencil dimasukkan juga ke dalam kategori berkebutuhan khusus.

2.3 Penanganan Anak Special Needs dalam SejarahPada zaman permulaan masehi, anak-anak yang terlahir dengan keadaan berkelainan fisik biasanya diperlakukan secara tidak manusiawi karena dianggap sebagai kutukan. Anak-anak dengan kelainan mental tersebut dianggap kerasukan roh jahat sehingga harus dikurung. Autisme sebenarnya telah ada sepanjang sejarah hidup manusia, namun pada zaman tersebut autisme disamakan dengan ketidakwarasan atau penyakit mental yang disebabkan oleh hal-hal mistis. Tak jarang, penyandang yang seharusnya mendapatkan perhatian malah mendapat hukuman karena orang pada masa itu takut pada pengaruh sihir jahat. Dalam perkembangan dunia modern pun, penyebab autisme sempat ditundingkan kepada ibu yang melahirkan.Refrigerator Motheratau ibu dengan sifat dinginlah yang menolak untuk memberi kehangatan serta kasih sayang dan telah menyebabkan bayinya tumbuh besar menjadi anak autis.Seiring peradaban barat yang mulai keluar dari zaman kegelapan, perlakuan kepada anak-anak cacat pun mulai mengalami perbaikan. Alat dan teknologi penunjang kegiatan anak-anak berkebutuhan khusus mulai dikembangkan menjadi lebih mumpuni. Hasil penelitian dipublikasikan, diterapkan dimasyarakat,diteliti ulang oleh ilmuwan lain lalu dikoreksi atau disempurnakan. Dalam perkembangannya, sistem baca-tulis, notasi musik serta matematikaBrailleditemukan oleh seorang tunanetra berusia 12 tahun bernama Louise Braille. Sistem tersebut ia adopsi dari trik bertukar pesan rahasia di kalangan prajurit saat berada di medan perang. Juan Pablo Bonet dianggap pioner modern yang menerapkan terapi bicara, fonetik dan terapi oral kepada anak yang tunarungu dengan menambahkan bentuk petunjuk dasar alfabet ke dalam isyarat yang sudah ada. Umumnya bahasa isyarat terkomposisi dengan gabungan gesture,mimik,isyarat tangan dan ejaan dengan memakai jari. Cara bahasa isyarat bekerja ialah dengan mempresentasikan keseluruhan ide dan bukan kata tunggal.Di abad ke-18, Jean Marc Gaspard Itard, seorang dokter Perancis yang mengepalai sebuah institusi nasional bisu-tuli, dinilai sebagai tokoh yang memulai pengembangan metode pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, Itard merumuskan konsep pendidikan pedagogi setelah melakukan observasi dan penelitian terhadap bocah serigalaVictor of Aveyron, yang kisahnya melegenda dan menginspirasi pembuatan film-film modern tentang manusia yang sejak kecil hidup tanpa manusia lain di hutan rimba.Maria Montessori adalah salah satu murid Itard. Ia mengembangkan sistem pendidikan berbasis karakter yang hingga detik ini masih digunakan di Sekolah di berbagai belahan dunia. Secara garis besar sistem Montessori ini menghargai dan menilai setiap anak sebagai individu unik yang memiliki potensi masing-masing dan tidak dapat disamakan satu dengan yang lain. Dalam sistem Montessori ditekankan pengembangan keterampilan sosial dan emosional sebagai pendamping skill intelektual.Melengkapi kontribusi sistem pendidikan khusus ke arah yang lebih menjanjikan, kita bisa sebut juga sumbangan Alfred Binet, seorang Psikolog Perancis yang telah mengembangkan bentuk tes intelegensia di permulaan tahun 1990. Tes Binet sampai sekarang dipergunakan untuk mengukur standar intelektual seseorang mulai rentang usia 2-23 tahun. Tes ini menunjukan apakah seseorang mengalami hambatan intelegensia dan dikategoriakan berkebutuhan khusus.

2.4 Pendidikan Anak Special Needs1. Pendidikan KhususMulai dari Hellen Keller, tunaganda yang menjelma menjadi seorang aktivis politik dan dosen. Temple Gadin, doktor di bidang sains hewan yang autis, Stephen Hawking, ahli fisika dan ahli matematika tunadaksa atau juga Charles Burke aktor televisi, penyanyi yang down syndrome,kata kunci yang menghantarkan mereka menjadi tokoh-tokoh berprestasi skala internasional adalah : pendidikan dengan pendekatan khusus yang tepat dan diberikan dengan kesungguhan. Tidak hanya peran lembaga pendidikan yang menonjol, tetapi jangan lupakan orang-orang yang berada di lingkungan utama mereka. Orang tua, keluarga, tutor, pembimbing, guru dan semacamnya.Sebelum negara Amerika Serikat mengesahkan UU pemerintah yang menetapkan dan menjamin hak semua anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan, terjadi banyak kasus diajukan ke pengadilan oleh para orang tua yang berpendapat anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus untuk tidak diberi kesempatan setara memperoleh pendidikan. Padahal di masa pemerintahan Kennedy, dilanjutkan oleh Johnson telah dirumuskan dasar-dasar untuk memberi akses kepada anak-anak berkebutuhan spesial memperoleh pendidikan di lembaga pendidikan umum.Pendidikan khusus di Indonesia pun telah berlandaskan yuridisme pada tahun 2003. Di dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional dimuat pasal-pasal dan ayat-ayat yang menspesifikasikan warga yang berhak mendapatkan pendidikan khusus. Tercantum pada UU tersebut warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Tak ketinggalan pula dalam salah satu ayat disebutkan warga negara yang tinggal di daerah terpencil, terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu secara ekonomi termasuk berhak atas pendidikan khusus.

2. Sekolah Luar Biasa Solusi PertamaSekolah Luar Biasa adalah sekolah yang hanya menerima siswa berkebutuhan khusus dalam beragam kondisi. Ada juga sekolah Pedagog yang pada prinsipnya sama dengan SLB, menerima murid-murid hanya yang berkategori berkebutuhan khusus. Pendidikan luar biasa tersebut tidak total berbeda dengan pendidikan bagi anak-anak normal pada umumnya. Hanya saja dalam pendidikan khusus terdapat penambahan program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid-muridnya yang spesial. Sementara kurikulumnya sendiri secara garis besar merujuk kepada kurikulum nasional.Keberadaan SLB merupakan solusi pertama bagi pemenuhan seluruh warga negara berkebutuhan khusus dalam mendapatkan keterampilan primer. Seorang tunanetra atau tunarungu tidak bisa serta merta didaftarkan masuk kesekolah biasa jika sebelumnya ia belum mendapat pelajaran baca tulis Braille atau teknik membaca bibir. Sekolah Luar Biasa adalah jawaban atas kebutuhan utama pendidikan lanjutannya. Pelayanan yang disediakan di SLB umumnya terdiri dari pelayanan medis, psikologis dan sosial. Karena itu di SLB senantiasa melibatkan tenaga dokter, psikolog dan pekerja sosial dan ahli pendidikan luar biasa sebagai sebuah tim kerja.SLB dibagi menjadi tujuh berdasarkan kondisi ketunaan, yakni :a.SLB A untuk tunanetrab.SLB B untuk tunarunguc.SLB C untuk tunagrahita yang mampu didik dan C1 untuk tunagrahita yang hanya mampu latih.d.SLB D untuk tunadaksa dengan intelegensia normal. D1 untuk tunadaksa yang juga mengalami retardasi mental.e.SLB E untuk tunalaras.f.SLB F untuk autis.g.SLB G untuk tunagranda.Selain dimasukan ke Sekolah Luar Biasa, terdapat berbagai macam pilihan bagi anak berkebutuhan khusus mampu dididik untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan.a.Mainstreamingatau pendidikan terpadu. Anak-anak berkebutuhan khusus bersekolah ke SD tertentu bersama anak-anak pada umumnya.b.Kelas khusus penuh atau paruh waktu. Di sini anak-anak berkebutuhan khusus bersekolah ke SD umum. Pada model paruh waktu maka mereka bergabung dengan anak anak lain. Sedangkan model penuh berarti anak-anak berkebutuhan khusus disediakan kelas tersendiri di sebuah SD umum.c.Guru kunjung. Anak-anak berkebutuhan khusus yang domisilinya satu area dikumpulkan dalam satu kelompok belajar secara teratur guru Pendidikan Luar Biasa datang mengadakan kegiatan belajar mengajar di tempat.d.Kejar paket A dan B. Sama dengan sistem Guru Kunjung terapi materi belajar yang diberikan terpusat pada paket A dan B. Pemerintah menerapkan model ini dengan misi memberantas tuna aksara.e.Asrama atau Panti. Berbagai jenis anak berkebutuhan khusus diasramakan secara insidental dengan penanggung biaya adalah Pemda setempat.f.Workshop. Mirip dengan mode asrama, hanya saja belajar mengajar diarahkan ke latihan prevocational, terutama dibidang pekerjaan. Diperlukan kerja sama juga antara Diknas, Depsos, dan Depnaker.

3. Pendidikan InklusifMenurut Johnen dan Skjorten (2003), pendidikan inklusif adalah system layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya.Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak.Artinya dalam pendidikan inklusif tersedia sumber belajar yang beragam dan mendapat dukungan dari semua pihak, meliputi para siswa, guru, orang tua dan masyarakat sekitarnya.Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.Dengan kata lain, pendidikan inklusif merupakan pendidikan terpadu yang diharapkan dapat mengakomodasi pendidikan bagi semua, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang selama ini masih banyak yang belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan seperti anak-anak normal. Menggabungkan murid berlatarkan kemampuan fisik dan mental yang jelas berbeda, sekolah inklusif tentunya tidak bisa menentukan naik kelas atau tidaknya seorang murid berdasarkan penilaian terhadap penguasaan atas kurikulum umum.Konsekuensinya sebuah sekolah inklusif harus memodifikasi aspek-aspek penilaian terhadap seorang murid menjadi lebih terbuka dan benar benar disesuaikan dengan kondisi anak, guru mata pelajaran dan guru pendidikan khusus.Guru yang bukan lulusan PLB pun harus memiliki pengetahuan dasar tentang pendidikan luar biasa.

4.Program Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan KhususKata Program berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Programe yang mengandung arti rencana atau rencana kegiatan. Dengan mengacu kepada arti kata program yang berarti rencana, maka program untuk anak berkebutuhan khusus dalam hal ini diartikan sebagai rencana kegiatan pendidikan yang akan diberikan kepada anak yang berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah khusus dan sekolah-sekolah reguler yang menerapkan sistem pendidikan inklusi.Untuk Anak yang berkebutuhan khusus yang mencakup berbagai jenis kelainan, yaitu anak dengan ganggan penglihatan, bahasa dan wicara, emosional, anak dengan ketidakmampuan belajar, ketidakmampuan fisik, dan anak berbakat membutuhkan program pendidikan yang sesuai dengan status mereka sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Program pendidikan yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka ialah program pendidikan individual yang biasa disingkat PPIProgram Pendidikan Individual (PPI) untuk anak yang berkebutuhan khusus dikembangkan dengan melalui berbagai proses atau tahap-tahap pengembangan dan pelaksanaan program pengembangan pendidikanindividual, yaitu mencakup tahap: penjaringan dan identifikasi peserta didik yang berkelainan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, melakukan rujukan ke tim pendidikan khusus, melakukan pertemuan tim, menyusun program pendidikan individual (PPI), melaksanakan program pendidikan individual (Depdiknas, 2003). Kesemua tahap-tahap tersebut harus dilakukan secara seksama oleh pihak pengembangan PPI,yaitu kepala sekolah, pengawas, guru pendidikan khusus, guru kunjung, individu yang merujuk, tenaga profesi lain sesuai kebutuhan, orang tua anak, dan ank itu sendiri.Tahap rujukan ke Tim Pendidikan Khusus sebagai tahap pengembangan dan pelaksanaan program pendidikan individual (PPI), dimaksudkan yaitu setiap peserta didik yang diketahui menunjukkan tanda-tanda bermasalah akan dirujuk kepada Tim Pendidikan Khusus. Kegiatan rujukan dapat dilakukan oleh orang tua, guru kelas, administrator, tokoh masyarakat, dan tenaga profesi yang lain (Direktorat PLB Ditjendikdasnen Depdiknas, 2003 dalam buku Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus hlm 30-31).Masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik sehingga perlu dirujuk ialah karena peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas tugas sekolah, kesulitan bergaul dengan teman, kemampuan membaca yang rendah, tidak mampu memusatkan perhatian, prestasi belajar yang jauh di bawah teman-teman sekelasnya, dan karena anak mengalami gangguan mobilitas karena kondisi fisik, dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut harus dapat diidentifikasi secara dini oleh pihak guru, orang tua dan anggota keluarga lainnya seisi rumah, pihak petugas bimbingan konseling di sekolah, dan pihak terkait lainnya.

5.Kurikulum Pendidikan Untuk Anak Yang Berkebutuhan KhususDalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada pasal 1 butir 19 disebutkan bahwaKurikulum adalah:1.Sebuah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan2.Bahan pelajran, serta3.Cara yang digunakan sebagaipedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam buku Landasan , Program, dan Pengembangan Kurikulum 1994 diwujudkan dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai program pendidikan tertentu. Pada Kurikulum 1994 diwujudkandalam buku-buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum. (Abdul Hadis, 2006:33)Saya sepakat dengan Program Kurikulum Pendidikan Untuk Anak Yang Berkebutuhan Khusus, karena setiap satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus pada berpegangan pada kurikulum terbaru yang berlaku, sepertikurikulum di tahun 2004, kurikulum tersebut adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khususdewasa ini adalah juga harus mengacu kepada kurikulum yang berbasis kompetensi yang disebutsebagai Kurikulum 2004. Begitupun juga sampai tahun sekarang yang menggunakan kurikulum KTSP.

6.Cara menangani anak berkebutuhan khusus1.Bagi orang tua, mereka akan berusaha setengah mati untuk memahami kondisi anak dan memikirkan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang tua harus bisa mempercayai pengajar dan merasa yakin bahwa mereka, sebagai orang tua, akan diijinkan untuk terlibat dan kemajuan anak selama prasekolah.2.Bagi para pengajar, langkah-langkah yang akan mereka lakukan adalah :a.Menjalin kerjasama dengan orang tua,kerjasama antara pengajar dengan orang tua sangat penting untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran anak dan memastikan adannya respons cepat pada setiap kesulitan. Oramg tua dan keluarga merupakan tempat paling nyaman untuk anak, dan pengajar harus mendukung hubungan penting ini dengan cara saling berbagi informasi dan menawarkan dukungan pembelajaran di rumah.b.Menjalin kerjasama dengan pihak lain,pengajar perlu bekerja sama dengan pengajar dari pihak lain misalnya dinas kesehatan masyarakat lokal, atau tempat anak tersebut dilindungi oleh Pemerintah Lokal, untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan serta menggunakan pengetahuan dan saran mereka guna memeberikan perlindungan sosial kepada anak melalui kesempatan dan lingkungan belajar terbaik untuk anak.c.Memberikan kesetaraan kesempatan,penyedia layanan pendidikan bertanggungjawab menjamin sikap positif terhadap perbedaan dan keragaman, tidak hanya supaya setiap anak bisa bergabung dan tidak dirugikan, namun juga supaya mereka belajar sejak dini untuk menghargai keragaman yang dimiliki orang lain dan tumbuh dengan memberikan sumbangan positif untuk masyarakat.(Chris Dukes dan Maggie Smith,2009:3-6).Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini adalah kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan bagi anak dapat dijadikan sebagai salah satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan umpan balik bagiguru dalam menyempurnakan proses pembelajaran.

Terkait dengan permasalahan anak, berikut beberapa bentuk bimbingan yang dapat dilakukan, baik oleh guru maupun orang tua dalam membantu mengatasi permasalahan anak:

1.PeriksaTidak semua tingkah laku yang bemasalah digolongkan gangguan. Oleh karena itu,Perlu menambah pengetahuan tenytang gangguan mengenai perkembangan dan jenis gangguan anak.

2.PahamiUntuk bisa menangani anak yang mengalami gangguan, ada baiknya keluarga mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memhami sip dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis.3.TelatenDibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk menghadapi anak yang memilik gangguan psikologis.4.Membangkitkan kepercayaan diriJika mampu, ini juga bisa dipelajari, menggunakan tehnik-tehnik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguasa positif. Misalnya memberikan pujian apabila anak makan dengan tertib atau berhasilmelakukan sesuatu yang benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.5.Mengenali arah minatnyaJika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifannya. Jangan dilarang semuanya karena membuat anak menjadi frustasi. Yang penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.6.Meminimalisir stimulasi yang dapat mengacaukan pikiran dan konsentrasi. Anak diupayakan tenang terkendali, gangguan dari luar minimal menggunakan media penanganan yang menarik sesuai dengan modalitas anak (visual, auditori, kinestik), praktik langsung, menyenangkan, variatif, sesuai dengan minat anak, mengajarkan strategi meningkatkan memori, mnemoik, kata kunci, peta pikiran dan insight.7.Merancang lingkungan rumah kondusifMenjauhkan benda berbahaya/tajam, lingkungan fisik nyaman, memfasilitasi anak yang normal untuk menjadi role model, mempertahankan kontak mata, memberikan pekerjaaan yang menantang, memastikan adanya sisi menarik pengajaran, menyederhanakan instruksi, memperjelas instruksi, menjelaskan tujuan/target dengan jelas, memberi contoh, monitoring perlu dilakukan untuk memberi masukan pada penanganan lebih lanjut.

4