makalah berpikir kritis

12
PENDAHULUAN Latar Belakang Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguaan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi penggantinya(alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya. Walaupun transplantasi organ dan atau jaringan itu telah lama dikenal dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan bagitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi nonmedik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika, dan moral. Skenario Joe menderita kerusakan paru – paru yang parah. Setelah diadakan pemeriksaan dan juga setelah dilakukan analisa atas oleh dokter. Dokter menyarankan supaya dilakukan transplantasi lubusparu-paru. Hal in bisa dilakukan jika ada living donor atau cadeverik donor. Setelah penantian yang cukup memakan waktu karena sulitnya pendonor oleh sebab pandangn religious dan juga rasa takut masyarakat atas hal ini. Akhirnya ada living donor yang bersedia setelah dilakukan pertimbangan religious dan etik, maka dilakukan transplantasi tersebut walaupun dengan harga yang mahal. Transplantasi Isograf dan bukan Xenotransplantasi itu berhasil. Joe sembuh namun akibat harga yang mahal kehidupan ekonomi Joe dan keluarga tidaklah sebaik seperti sebelumnya. 1

description

dasd

Transcript of makalah berpikir kritis

Page 1: makalah berpikir kritis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang

sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguaan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah

terapi penggantinya(alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan

kegagalan organnya. Walaupun transplantasi organ dan atau jaringan itu telah lama dikenal

dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini

tidak dapat dilakukan bagitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi nonmedik,

yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika, dan moral.

Skenario

Joe menderita kerusakan paru – paru yang parah. Setelah diadakan pemeriksaan dan

juga setelah dilakukan analisa atas oleh dokter. Dokter menyarankan supaya dilakukan

transplantasi lubusparu-paru. Hal in bisa dilakukan jika ada living donor atau cadeverik

donor. Setelah penantian yang cukup memakan waktu karena sulitnya pendonor oleh sebab

pandangn religious dan juga rasa takut masyarakat atas hal ini. Akhirnya ada living donor

yang bersedia setelah dilakukan pertimbangan religious dan etik, maka dilakukan

transplantasi tersebut walaupun dengan harga yang mahal. Transplantasi Isograf dan bukan

Xenotransplantasi itu berhasil. Joe sembuh namun akibat harga yang mahal kehidupan

ekonomi Joe dan keluarga tidaklah sebaik seperti sebelumnya.

Identifikasi Istilah yang tidak diketahui

Transplantasi isograft : Transplantasi jaringan atau organ dari dua individu yang

secara genetik identik atau sama.

Lobus paru-paru : Bagian dari paru-paru

Living donor : Donor yang dilakukan oleh orang yang masih hidup

Cadeveric donor : Donor yang dilakukan oleh orang yang baru saja

meninggal

Xenotransplantasi : Transplantasi jaringan atau organ dari satu spesies ke spesies

lain

1

Page 2: makalah berpikir kritis

Rumusan Masalah

Pasien menderita kerusakan paru – paru dan sulit mendapatkan donor oleh sebab

religius, rasa takut masyarakat, dan harga konsultasi yang mahal.

Analisis Masalah

2

Etika

Kerusakan Paru-

paru

PenyebabTransplantasi

Medis

Donor

Penerima

Hukum

Living

Cadeverik

Agama Negara

Page 3: makalah berpikir kritis

Pembahasan

Defenisi

Transplantasi adalah pengangkatan suatu organ atau jaringan dari suatu organisme,

kemudian diimplantasikan melalui pembedahan ke organisme lain untuk memberikan

struktur dan atau fungsi.1 Transplantasi merupakan terapi pengganti sebagai upaya terbaik

untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya karena hasilnya lebih memuaskan

dibandingkan dengan terapi konservatif.2

Jenis-jenis Transplantasi

Hingga waktu ini, telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencakokan baik

berupa sel, jaringan, maupun organ tubuh, yaitu sebagai berikut:

Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh

itu sendiri.

Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama

spesiesnya.

Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik,

misalnya pada gambar identik.

Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak

sama spesiesnya.

Dalam skenario A, dikatakan bahwa dokter melakukan transplantasi isograft dan

bukan xenograft terhadap paru-paru Joe. Dokter melakukan transplantasi isograft karena

organ yang ditransplantasikan berasal dari donor yang secara genetik identik. Genetik antara

donor dan resipien adalah identik, maka tidak akan memicu kekebalan tubuh resipien. 3

Transplantasi allograft bisa saja dilakukan, namun perbedaan secara genetik seringkali

menimbulkan reaksi penolakan karena adanya sistem kekebalan tubuh sehingga organ atau

jaringan yang ditransplantasikan dianggap sebagai benda asing dan harus disingkirkan dari

tubuh. Dokter juga tidak melakukan xenograft terhadap paru-paru pasien karena dapat

menimbulkan ketidaksesuaian dan resiko yang lebih besar.

3

Page 4: makalah berpikir kritis

Transplantasi ditinjau dari segi Medis

Pendonor. Pendonor dapat dibagi menjadi dua jenis yakni:

o Living donor yakni pendonor merupakan orang yang masih hidup

o Cadeverik donor yakni pendonor merupakan orang yang baru saja meninggal.

Penerimaan:

Dalam skenario A diberitahukan bahwa pendonor sulit didapatkan. Hal ini disebabkan

karena ketidakmauan serta adanya rasa takut dalam diri masyarakat untuk mendonorkan

organ tubuhnya (paru-paru) kepada orang lain. Masyarakat merasa takut dan berpikir

tentang dampak negatif yang mungkin terjadi pada dirinya jika ia mendonorkan organ

tubuhnya kepada orang lain misalnya karena kehilangan satu organ tubuh, maka organ

lain yang ada di dalam tubuhnya tidak berfungsi secara baik bahkan sampai akibat terfatal

yakni kematian. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan untuk melakukan transplantasi

organ tubuh. Namun diceritakan dalam kasus bahwa ada orang yang bersedia untuk

mendonorkan paru-parunya untuk Joe (living donor). Living donor tersebut bersedia

menjadi pendonor karena berbagai alasan salah satunya karena rasa kasih sayang terhadap

Joe.s

Transplantasi ditinjau dari segi Hukum

a. Menurut Agama

Berdasarkan Pandangan religious. Setiap agama memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang proses transplantasi. Bahkan dalam satu agama, pro dan kontra antar umatnyapun masih ditemukan.

Dalam agama islam ada alasan-alasan tertentu mengapa transplantasi organ diterima

atau ditolak. Transplantasi organ ditolak atau diterima oleh umat islam diperkuat oleh firman

Allah SWT dalam Al-Qur`an:

o Surat An-nisaa` ayat 29: “dan janganlah kamu membunuh dirimu

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”4

Jika surat di atas dikaitkan dengan skenario A, ada kemungkinan beberapa

umat Islam tidak mau melakukan transplantasi organ karena mereka turut akan

perintah Allah. Kemungkinan mereka menganggap bahwa jika melakukan

4

Page 5: makalah berpikir kritis

tranplantasi organ apalagi paru-paru kepada orang lain, maka mereka bisa

meninggal. Hal ini sama saja dengan tindakan bunuh diri. Oleh karena itu beberapa

umat Islam tidak mau melakukan transplantasi organ disebabkan pemahamannya

terhadap surat diatas.

o “Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya

dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih hidup.” sama dengan

memecahkan tulang orang hidup.”4

Hadis (ucapan) diatas menguatkan bahwa cadeveric donorpun tidak boleh

dilakukan oleh umat islam karena hal tersebut melanggar perintah atau hadis

dari para nabi. Oleh karena itu beberapa umat islam juga tidak setuju dengan

transplantasi organ yang berasal dari cadaverik donor.

o Surat Al Maa-idah ayat 2 :”dan tolong menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa”5

Dalam surat di atas dikatakan bahwa sesama manusia harus saling tolong

menolong. Maka beberapa umat islam menganggap bahwa transplantasi organ

diperbolehkan sebagai bentuk nyata dari tindakan saling membantu seperti

yang tertulis di Al-Qur`an.

Dalam agama kristen, tidak dijelaskan mengenai transplantasi organ. Namun selama

niat dari seseorang tulus untuk mendonorkan organ tubuhnya kepada orang lain, hal

tersebut dianggap sah-sah saja. Tulus dalam artian disini adalah memberikan tanpa

mengharapkan imbalan berupa materi dan sebagainya. Oleh karena itu pandangan umat

kristen terhadap transplantasi organ adalah menerima.

Dalam agama Katolik, transplantasi organ dianggap sebagai hal yang dapat diterima

secara etik dan moral bagi Vatikan. Donor organ adalah tindakan amal, cinta,

persaudaraan dan pengorbanan diri. Transplantasi organ dari donor hidup diperbolehkan

jika manfaat yang akan didapat oleh resipien akan seimbang dengan bahaya pada donor

(asalkan kehilangan organ tidak menghilangkan nyawa pendonor atau integritas

fungsional tubuhnya).6

Menurut kuil hindu di Amerika Utara, mereka tidak dilarang oleh hukum agama

untuk mendonorkan organ-organnya. Hal ini merupakan hasil keputusan individu.6

5

Page 6: makalah berpikir kritis

Dalam pandangan budha Amerika dijelaskan bahwa melakukan transplantasi organ

adalah suatu kata hati individu sehingga tidak ada resolusi tertulis tentang masalah ini.6

Oleh karena banyaknya berbagai pandangan religious terhadap transplantasi organ,

maka hal ini dikembalikan kepada masyarakat untuk menerima atau menolak

diadakannya transplantasi organ. Pandangan religious hanya menjadi pedoman bagi

masyarakat untuk memilih mana hal yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

b. Menurut Negara

Pelaksanaan transplantasi organ di Indonesia di atur dalam Peraturan Pemerintah

No.18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis atau transplantasi

alat dan atau jaringan tubuh, merupakan pemindahan alat atau jaringan tubuh yang masih

mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan alat atau jaringan tubuh yang tidak

berfungsi dengan baik. Tindakan transplantasi tidak menyalahi semua agama dan

kepercayaan kepada tuhan YME, asalkan penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazah

terjamin dan tidak terjadi penyalahgunaan.7

Transplantasi ditinjau dari segi Etik

Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan

kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib

dilakukan jika ada indikasi,berlandasarkan dalam KODEKI,yaitu:

Pasal 2.

Setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar

profesi yang tertinggi.8

Pasal 7d.

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup kami.8

6

Page 7: makalah berpikir kritis

Pasal 10.

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu

pemeriksan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada

dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.8

Penyebab

Berdasarkan skenario ‘A’ Joe menderita kerusakan paru-paru yang parah, diakibatkan

karena joe tidak menerapkan perilaku sehat dalam kehidupannya sehari-hari dan itu

menyebabkan joe harus melakukan transplantasi lobus paru-paru yang disarankan oleh

dokter, dan untuk melakukan transplantasi lobus paru-paru itu membutuhkan biaya yang

mahal, sehingga itu menjadi beban ekonomi bagi joe dan keluarganya.

7

Page 8: makalah berpikir kritis

Daftar Pustaka

1. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga; 2006. h 185.

2. Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan.(4).Jakarta: EGC; 2007.

h.123.

3. httphttp://www.dudung.net/quran-online/indonesia/2

4. Ebrahim AFM. Kloning, eutanasia, transfusi darah, transparansi organ dan eksperimen

pada hewan. Leicester: The Islamic Foundation; 2007. h.84.

5. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/02/07/transplantasi

6. Wong DL, Eaton MH, Wlilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar keperawatan

pediatrik. Jakarta: EGC; 2002. h.97.

7. Priharjo R. Pengantar etika keperawatan. Jakarta: Kanisius; 2007. H.28.

8. Ebrahim, Abdul FM. Fikih kesehatan. Jakarta: Serambi; 2007.

8