Makalah Bahasa Indonesia

22
IMPLEMENTASI UU PERLINDUNGAN ANAK DAN UU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK (CHILD TRAFFIKING) Disusun Untuk Melengkapi Tugas Bahasa Indonesia Kelas B i

description

d

Transcript of Makalah Bahasa Indonesia

Page 1: Makalah Bahasa Indonesia

IMPLEMENTASI UU PERLINDUNGAN ANAK DAN UU TINDAK PIDANA

PERDAGANGAN ORANG TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK

(CHILD TRAFFIKING)

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Bahasa Indonesia Kelas B

i

Page 2: Makalah Bahasa Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4

A. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Kasus Perdagangan

Anak (Child Trafficking)........................................................... 4

B. Implementasi Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang terhadap

Kasus Perdagangan Anak (Child Trafficking)........................... 5

C. Implementasi UU Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak terhadap Kasus Perdagangan

Anak (Child Trafficking)........................................................... 8

D. Upaya yang dilakukan penegak Hukum dan semua pihak yang

terkait dalam menangani atau mencegah Perdagangan

Anak (Child Trafficking)........................................................... 9

BAB III PENUTUP........................................................................................ 11

A. Kesimpulan................................................................................ 11

B. Saran........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

ii

Page 3: Makalah Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak-anak merupakan generasi bangsa yang akan datang, kehidupan

anak-anak merupakan cermin kehidupan bangsa dan negara. Kehidupan aak-anak

yang diwarnai dengan keceriaan merupakan cermin suatu negara yang

memberikan jaminan kepada anak-anak untuk dapat hidup berkembang sesuai

dengan dunia anak-anak itu sendiri. Kehidupan anak-anak yang diwarnai dengan

rasa ketakutan, traumatik, sehingga tidak dapat mengembangkan psiko-sosial

anak, merupakan cermin suatu negara yang tidak peduli pada anak-anak sebagai

generasi bangsa yang akan datang. Disisi lain masa anak-anak merupakan masa

yang sangat menentukan untuk terbentuknya kepribadian seseorang.

Akhir-akhir ini, banyak masalah diperdebatkan baik ditingkat regional

maupun global dan dikatakan sebagai bentuk perbudakanmasa kini serta

melanggar HAM. Salah satu masalah tersebut adalah masalah perdagangan anak

(Child Trafficking). Perdagangan anak merupakan suatu kejahatan terorganisasi

yang melampaui batas-batas negara, sehingga dikenal sebagai kejahatan

transnasional. Indonesia tercatat dan dinyatakan sebagai salah satu negara sumber

dan transit perdagangan anak internasional, khususnya untuk tujuan seks

komersial dan buruh anak di dunia.

Perdagangan anak bukanlah hal baru, namun baru beberapa tahun

belakangan masalah ini muncul kepermukaan dan menjadi perhatian tidak saja

pemerintah Indonesia, namun juga menjadi masalah transnasional. Berbagai latar

belakang dapat dikaitkan dengan meningkatnya masalah perdagangan anak

seperti;  lemahnya penegakan  hukum, peraturan perundang-undangan yang ada,

peran pemerintah dalam penanganan maupun minimnya informasi tentang

trafficking.

Sebenarnya sejak tahun 1979 pemerintah telah menetapkan sebuah

peraturan untuk meletakkan anak-anak dalam sebuah lembaga proteksi yang

cukup aman, yaitu UU No 4 tentang Kesejahteraan Anak. Langkah pemerintah

iii

Page 4: Makalah Bahasa Indonesia

selanjutnya adalah menetapkan UU Pengadilan Anak (UU No 3 Tahun 1997).

Terakhir, pemerintah menetapkan pula UU No 23 Tahun 2003 tentang

Perlindungan Anak yang secara tegas pula menggariskan bahwa anak adalah

penerus generasi bangsa yang harus dijamin perlindungannya dari segala bentuk

kekerasan dan diskriminasi. Meskipun Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB

tentang Hak Anak dan telah mengeluarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002,

secara obyektif yang terjadi di kehidupan anak-anak adalah masih belum

teratasinya masalah anak yang terjadi di Indonesia, khususnya lagi kasus child

trafficking yang semakin tidak bisa ditolerir dengan akal sehat ( the most

intolerable forms).

Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

yang menjelaskan child trafficking adalah terdapat pada Pasal 59, Pasal 68 dan

yang mengatur tentang sanksi pidananya adalah Pasal 78, Pasal 83 dari hal itu

semua pada dasarnya Pemerintah telah memperkuat instrumen hukum tentang

child trafficking, seperti KILO 182, CRC, Optional Protocol of CRC on sale of

Children, Child Prostitution, and Child Pornography – namun hal tersebut hingga

saat ini isu child trafficking masih belum memperoleh intervensi yang signifikan.

Pada dasarnya child trafficking adalah penggunaan anak yang dilibatkan

dalam eksploitasi ekonomi maupun seksual dan lain-lain oleh orang dewasa atau

pihak ketiga untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk uang maupun bentuk

yang lain. Dalam kaitannya dengan anak, elemen “consent” (kerelaan atau

persetujuan) tidak diperhitungkan, karena anak tidak memiliki kapasitas legal

untuk bias memberikan (atau menerima) informed consent. Setiap anak, karena

umumnya harus dianggap tidak mampu memberikan persetujuan secara sadar

terhadap berbagai hal yang dianggap membutuhkan kematangan fisk, mental,

sosial, dan moral bagi seseorang untuk bias menentukan pilihannya, oleh

karenanya anak adalah korban (victim) dan bukan pelaku kejahatan (criminal

actor).

iv

Page 5: Makalah Bahasa Indonesia

B. RUMUSAN MASALAH

Mengingat fenomena perdagangan anak memiliki ruang lingkup yang sangat luas

dan sangat memprihatinkan maka masalah-masalah yang dibahas dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi Kasus Perdagangan Anak (Child

Trafficking)

2. Bagaimana implementasi Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang terhadap Kasus

Perdagangan Anak?

3. Bagaimana implementasi UU Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak terhadap Kasus Perdagangan Anak yang terjadi di Medan

pada Tahun 2007 ?

4. Bagaimana Upaya yang dilakukan penegakan hukum dan semua pihak yang

terkait dalam menangani atau mencegah kasus perdagangan anak ?

v

Page 6: Makalah Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Kasus Perdagangan Anak (Child

Trafficking).

1. Kurangnya Kesadaran: Banyak anak dibawah umur yang bermigrasi untuk

mencari kerja baik di Indonesia ataupun di luar negeri tidak mengetahui

adanya bahaya child trafiking dan tidak mengetahui cara-cara yang dipakai

untuk menipu atau menjebak mereka dalam pekerjaan yang disewenang-

wenangkan atau pekerjaan yang mirip perbudakan.

2. Kemiskinan: Kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk

merencakanan strategi penopang kehidupan mereka termasuk

memperkerjakan anak-anaknya karena jeratan hutang.

3. Keinginan Cepat Kaya: Keinginan untuk memiliki materi dan standar hidup

yang lebih tinggi memicu terjadinya migrasi dan membuat keluarga anak yang

bermigrasi rentan terhadap child trafiking.

4. Faktor Budaya: Faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi

terhadap terjadinya child trafiking:

a. Peran Anak dalam Keluarga:  Kepatuhan terhadap orang tua dan kewajiban

untuk membantu keluarga membuat anak-anak rentan terhadap trafiking.

Buruh/pekerja anak, anak bermigrasi untuk bekerja, dan buruh anak

karena jeratan hutang dianggap sebagai strategi-strategi keuangan

keluarga yang dapat diterima untuk dapat menopang kehidupan keuangan

keluarga.

b. Perkawinan Dini:  Perkawinan dini mempunyai implikasi yang serius bagi

para anak perempuan termasuk bahaya kesehatan, putus sekolah,

kesempatan ekonomi yang terbatas, gangguan perkembangan pribadi, dan

seringkali, juga perceraian dini. Anak-anak perempuan yang sudah

bercerai secara sah dianggap sebagai orang dewasa dan rentan terhadap

trafiking disebabkan oleh kerapuhan ekonomi mereka.

vi

Page 7: Makalah Bahasa Indonesia

5. Sejarah Pekerjaan karena Jeratan Hutang:  Praktek menyewakan tenaga

anggota keluarga untuk melunasi pinjaman merupakan strategi penopang

kehidupan keluarga yang dapat diterima oleh masyarakat. Anak yang

ditempatkan sebagai buruh karena jeratan hutang khususnya, rentan terhadap

kondisi-kondisi yang sewenang-wenang dan kondisi yang mirip dengan

perbudakan.

6. Kurangnya Pencatatan Kelahiran: Orang tanpa pengenal yang memadai

lebih mudah menjadi mangsa trafiking karena usia dan kewarganegaraan

mereka tidak terdokumentasi. Anak-anak yang ditrafik, misalnya, lebih mudah

diwalikan ke orang dewasa manapun yang memintanya.

7. Kurangnya Pendidikan: Orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki

lebih sedikit keahlian/skill dan kesempatan kerja dan mereka lebih mudah

ditrafik karena mereka bermigrasi mencari pekerjaan yang tidak

membutuhkan keahlian.

8. Korupsi & Lemahnya Penegakan Hukum: Pejabat penegak hukum dan

imigrasi yang korup dapat disuap oleh pelaku trafiking untuk tidak

mempedulikan kegiatan-kegiatan yang bersifat kriminal. Para pejabat

pemerintah dapat juga disuap agar memberikan informasi yang tidak benar

pada kartu tanda pengenal (KTP), akte kelahiran, dan paspor yang membuat

buruh migran lebih rentan terhadap trafiking karena migrasi ilegal. Kurangnya

budget/anggaran dana negara untuk menanggulangi usaha-usaha trafiking

menghalangi kemampuan para penegak hukum untuk secara efektif

menjerakan dan menuntut pelaku trafiking.

B. Implementasi Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang terhadap Kasus Perdagangan Anak

(Child Trafficking).

Berangkat dari masalah Perdagangan anak yang semakin meluas, baik

dalam bentuk jaringan kejahatan yang terorganisir dan tidak terorganisir, baik

bersifat antarnegara maupun dalam negeri. Hal ini dirasakan merupakan ancaman

bagi masyarakat, bangsa dan negara, serta terhadap norma-norma kehidupan yang

vii

Page 8: Makalah Bahasa Indonesia

dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ditambah pula peraturan

perundang-undangan selama ini yang berkaitan dengan perdagangan orang

khususnya anak belum memberi landasan hukum yang menyeluruh dan terpadu

bagi upaya pemberantasan tindak pidana perdagangan orang maka pada tanggal

19 April 2007 Indonesia mengesahkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2007

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dengan berlakunya UU N. 21 Tahun 2007 maka Pasal 297 dan Pasal 324

KUHP dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Namun segala perkara tindak

pidana perdagangan orang yang masih dalm proses penyelesaian di tingkat

penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan, tetap diperiksa

berdasarkan undang-undang yang mengaturnya. Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2007

memberikan rumusan tentang tindak pidana perdagangan orang sebagai berikut:

1. Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,

pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman

kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,

penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau

memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang

yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang

tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana penjara paling

singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp. 120.000.000 (seratus dua puluh juta) dan paling banyak Rp.

600.000 juta.

2. Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang ter-

eksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1). Khusus tentang perdagangan anak, Pasal 5 UU No.

21 Tahun 2007 merumuskan bahwa setiap orang yang melakukan

pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu

dengan maksud untuk mengeksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas tahun) dan pidana denda

paling sedikit Rp. 120.000.000 (seratus dua puluh juta) dan paling lama 15

(lima belas) tahun. Selanjutnya Pasal 6 merumuskn bahwa untuk setiap orang

viii

Page 9: Makalah Bahasa Indonesia

yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara

apapaun yang mengakibatkan anak tereksploitasi dipidana dengan masa

hukuman dan denda yang sama dengan hukuman yang termaktub dalam Pasal

5.

UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang telah disahkan, selanjutnya diperlukan kegiatan sosialisasi

dengan unsur-unsur masyarakat, antara lain dengan aparat penegak hukum (polisi,

jaksa, dan hakim), kaukus anak dan NGO anak, kaukus perempuan dan NGO

perempuan, sektor pemerintah yang terkait, perguruan tinggi dan masyarakat luas.

Melalui pendekatan yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman

dalam Legal System, maka upaya penegakan hukum dapat dilakukan melalui

pembenahan struktur hukum (legal structure). Struktur hukum yang terdiri dari

Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Pengacara/Konsultan Hukum, LSM

(Lembaga Swadaya Masyarakatan). Untuk membangun sistem penegakan hukum

yang baik, peningkatan kesejahteraan aparat penegak hukum (kepolisian,

kejaksaan, dan pengadilan) yang dibarengi dengan sistem Reward and

Punishment, menjadi suatu yang harus mendapat prioritas utama. Legal culture

(budaya hukum) berkaitan dengan persepsi dan apresiasi masyarakat terhadap

hukum. Dengan demikian, diperlukan upaya membangun kesadaran dan

partisipasi masyarakat terhadap penegakan hukum, khususnya penegakan hukum

terhadap perdagangan orang.

Dengan demikian dalam konteks upaya penegakan hukum akhirnya akan

sangat tergantung pada kualitas substansi hukum, kinerja struktur hukum, dan

kesadaran masyarakat yang merupakan suatu sistem. Akhirnya dengan

mengambil teori hukum Roscoe Pound yang menyatakan bahwa law is a tool of

social engineering/social engineering by law. Roscoe Pound ingin memberikan

gambaran tentang apa yang sebenarnya yang diinginkan dan apa yang telah

diinginkan oleh pengguna hukum sebagai alat rekayasa sosial. UU No. 21 Tahun

2007 telah disahkan, namun sekarang tergantung kepada kita mau diapakan

undang-undang ini, karena undang-undang ini hanya sebagai alat yang  mengatur

tindak pidana perdagangan orang terutama perdagangan anak.

ix

Page 10: Makalah Bahasa Indonesia

C. Implementasi UU Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak terhadap Kasus Perdagangan Anak (Child

Trafficking).

Implementasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar tetap hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi,

demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan

sejahtera. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 mengkhususkan diri pada

perlindungan anak. Kriminalisasi terhadap perdagangan anak termaktub dalam

Pasal 83 dan Pasal 88 UU No. 23 Tahun 2002. Jika korbannya bukan anak maka

pasal-pasal dalam undang-undang ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum.

Dalam kasus perdagangan anak dengan pelaku bernama Tony ( 52) yang

terjadi di Medan pada tahun 2007, Tony dinyatakan bersalah melanggar Pasal 83

UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tony divonis 3 tahun 7 bulan

potong masa tahanan oleh majelis hakim pengadilan negeri medan. Tony

mengaku baru terlibat dalam masalah ini ketika kurang lebih dua tahun lalu,

dikarenakan terlilit hutang. Dalam melakukan aksinya Tony bekerjasama dengan

Sum, Germo dari Batam yang hingga kini masih dalam buronan. Semenjak kasus

itu digelar, pusat perhatian LSM terfokus terhadap perlindungan anak dan

perempuan. Tony diadili berdasarkan laporan Linda ( 15 ) yang dijanjikan sebagai

baby sitter, akan tetapi kenyataannya dia malah dipekerjakan sebagai purel

diskotik. Majelis hakim membantah bahwa putusannya karena tekanan

masyarakat. Tapi, kuatnya desakan dan gerakan sejumlah LSM dan pemerhati

anak-anak menjadi catatan tersendiri, baik bagi jaksa maupun majelis. Jumlah

kasus Trafficking dari tahun ke tahun terus meningkat di Sumatera Utara. Praktik

Trafficking yang berkembang antara lain perdagangan perempuan untuk

kepentingan prostitusi dan penjualan bayi. Menyimak kasus diatas persoalan

perdagangan anak banyak sekali terjadi di daerah – daerah. Kendatipun demikian,

pada prakteknya belum banyak pihak yang berinisiatif untuk mengatasi masalah

x

Page 11: Makalah Bahasa Indonesia

ni, pdahal masyarakat sebenarnya sudah sadar betul dan mengetahui tentang

adanya proyek perdagangan anak yang terorganisir. Dari contoh kasus diatas,

persoalan ini memang menimbulkan permasalahan yang penanganannya

memerlukan perhatian yang serius.

D. Upaya yang dilakukan penegak Hukum dan semua pihak yang terkait dalam

menangani atau mencegah Perdagangan Anak (Child Trafficking).

Hal utama yang harus dilakukan bersama dalam mencegah perdagangan

anak yaitu dapat dilakukan dengan berbagai cara pertama membuat pemetaan

masalah perdagangan anak di lndonesia baik untuk tujuan domestik maupun

lnternasional, kedua meningkatkan pendidikan masyarakat khususnya pendidkan

alternatif bagi anak-anak dan perempuan termasuk meningkatkan sarana dan

prasarananya, ketiga meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pemberian

informasi yang seluas-luasnya tentang perdagangan orang beserta seluruh aspek

yang terkait didalamnya, keempat perlu adanyanya jaminan dalam aksebilitas

terhadap anak-anak dan perempuan yang mencakup masalah pendidikan,

pelatihan peningkatan pendapatan dan pelayanan social.  Penanganan kasus Child

Trafficking merupakan permasalahan yang kompleks, Jadi sudah seharusnya

semua pihak memberikan perhatian khusus dalam menangani masalah ini.

1. Upaya yang dilakukan penegak Hukum dalam menangani atau mencegah

Perdagangan Anak (Child Trafficking).

a. Mereview dan membuat aturan hukum (pembenahan aspek substansial)

yang lebih akomodatif dan lebih tegas terhadap kejahatan Perdagangan

Anak (Child Trafficking).

b. Meningkatkan profesionalisme, perlunya jalinan yang padu dan sistemik

antar  aparatur  penegak  hukum,  Pemerintah  Daerah  dan  seluruh

steakholder yang concern dan terkait dalam upaya penanggulangan

maraknya trafficking, jika perlu dibentuk suatu badan atau komisi yang

secara khusus menangani child trafficking (pembenahan aspek struktural).

c. Peningkatan pemahaman tentang kejahatan child trafficking, sekaligus

untuk mengikis konstruksi sosial yang mempersepsikan child traffricking

xi

Page 12: Makalah Bahasa Indonesia

sebagai bentuk kejahatan biasa/komvensional dan maraknya kultur

patriarkhi yang mengakibatkan semakin sulitnya pencegahan dan

pemberantasan child trafficking.

d. Untuk  upaya  strategis  yang  tidak  kalah  pentingnya  dalam  rangka

pembenahan dari aspek substansi, struktur dan kultur adalah peran 

Perguruan Tinggi, khususnya Fakultas Hukum melalui bentuk sajian

matakuliah yang spesifik mengakomodasi permasalahan trafficking

seperti;HAM, Hukum Perlindungan Anak. Dalam mata kuliah tersebut

diharapkan substansinya  tidak  hanya  bersifat  aplikatif  tetapi juga

menampilkan perkembangan teori-teori yang dapat dipergunakan untuk

merancang bangun model penanggulangan maraknya child trafficking

secara lebih terpadu dan sistemik.

2. Upaya yang dilakukan semua pihak yang terkait dalam menangani atau

mencegah Perdagangan Anak (Child Trafficking).

Banyak hal yang harus dilakukan oleh semua pihak  didalam memerangi

atau mencegah child trafficking, antara lain:

1. Terus menerus melakukan kampanye guna membangun kesadaran permanen

dikalangan masyarakat maupun sector industri, juga komitmen pemerintah

dan penegak hukum guna mendukung perlindungan anak dari child

trafficking.

2. Mewujudkan mekanisme kerjasama dan aksi dalam segenap institusi

masyarakat dan lembaga-lembaga usaha yang bisa bersinergi untuk

memberikan perlindungan anak dari child trafficking.

3. Tersedianya mekanisme nasional dan daerah – antara lain dengan cara

bersinergi dalam bentuk task force (kelompok kerja) yang bisa langsung

bekerja di lapangan secara komprehensif dan terus menerus didalam

memberikan perhatian dan penanganan perlindungan anak dari kejahatan

child trafficking.

4. Perlunya dikeluarkan produk hukum anti child trafficking yang pro

perlindungan anak dari dari tindak pidana perdagangan anak dan bertujuan

untuk perlindungan hukum bagi anak korban child trafficking.

xii

Page 13: Makalah Bahasa Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak-anak merupakan generasi bangsa yang akan datang, kehidupan

anak-anak merupakan cermin kehidupan bangsa dan negara. Kehidupan anak-

anak yang diwarnai dengan keceriaan merupakan cermin suatu negara yang

memberikan jaminan kepada anak-anak untuk dapat hidup berkembang sesuai

dengan dunia anak-anak itu sendiri.

Melindungi anak hari ini, adalah investasi bagi masa depan bangsa. Selain

alasan itu, kepemihakan pada anak sudah menjadi esensi kemanusiaan itu sendiri.

Karenanya, tindakan paradoks yang mengeksploitasi anak, secara ekonomi

maupun seksual – berada di luar konteks kemanusiaan yang hakiki. Oleh

karenanya penegak hukum dan semua masyarakat yang berkewajiban untuk

mendukung langkah langkah yang diambil pemerintah dan semua pihak dalam

mendukung  perlindungan anak dari perdagangan anak (child trafficking). Hal ini

berarti kita semua telah menciptakan keberlangsungan generasi bangsa dalam

mendukung pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang.

B. Saran

Dengan banyaknya kasus perdagangan anak yang akhir akhir ini

diperdebatkan baik ditingkat regional maupun global, maka sudah seharusnya

pemerintah membuka mata melihat fenomena ini. Diharapkan pemerintah tidak

hanya membuat peraturan-peraturan yang mengatur tentang perlindungan anak

tetapi juga harus memperhatikan penerapannya dalam kehidupan masyarakat.

Langkah yang harus ditempuh adalah Melakukan sosialisasi UU Perlindungan

Anak dan UU tindak pidana perdagangan orang kepada seluruh pihak yang

bersangkutan, baik aparat negara ataupun masyarakat secara umum.

xiii

Page 14: Makalah Bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Herlina,Apong dkk. Perlindungan anak : berdasarkan Undang – undang

Pembentukan UU Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, (21 April 2007).

Pencegahan Trafficking anak apa, mengapa, dan bagaimana, (16-04-2007).

Benahi sistem Penegakan Hukum, (1 Mei 2007), http://www.pikiran-rakyat.com/ cetak /2005/ 0105/31/ teropong/lainnya03.htm.

Soemitra. 1990. Aspek hukum perlindungan. Jakarta : bumi aksara

xiv