makalah bahasa indonesia

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya, frasa, klausa, dan kata dalam kalimat. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat daengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70). Page 1

description

penalaran dalam karnagan ilmiah

Transcript of makalah bahasa indonesia

Page 1: makalah bahasa indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya, frasa, klausa, dan kata dalam kalimat. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat daengan  masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70).

Apa yang dimaksud frasa? Frasa gabungan kata dan gabungan kata itu bersifat nonpredikatif (Kunjana, 2009 :67). Maka, frasa atau kelompok kata adalah hubungan antara kata dan kata yang lain di dalam gabungan kata tersebut. Dan frasa terdiri frasa eksosentris dan frasa endosentris. Dan frasa dibedakan menjadi delapan frasa, yaitu : frasa nominal, frasa pronominal, frasa verbal, frasa adjectival, frasa numeral, frasa interogativa, frasa demonstrative, dan frasa preposisional (Kunjana, 2009 :69). Selain frasa dalam sintaksis juga mempelajari klausa dan kalimat. Klausa adalah satuan kebahasaan yang merupakan gabungan kelompok kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat, sehingga klausa itu bersifat predikatif dan berpotensi untuk dijadikan kalimat. Klausa terbagi menjadi dua, yaitu : klausa pada kalimat majemuk setara dan klausa pada kalimat majemuk bertingkat (Kunjana, 2009:73). Dan yang terakhir apa itu kalimat? Dalam kehidupan sehari-hari kalimat yang baik dan benar sangat penting bagi komunikasi lisan

Page 1

Page 2: makalah bahasa indonesia

maupun dalam tulisan. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi akhir, dan secara actual dan potensial terdiri atas klausa (Kunjana, 2009:76).

B. Rumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang di atas, maka kami dapat mengambil

perumusan masalah sebagai beruikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kata? Bagaimana dengan kelas kata?

2. Apa yang dimaksud dengan frasa? Bagaimana pengelompokannya?

3. Apa yang dimaksud dengan klausa? Bagaimana macam klausa dalam

kalimat?

4. Bagaimana perbedan kata, frasa, dan klausa dalam kalimat?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan

penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Memahami definisi kata dan kelas kata dalam kalimat

2. Memahami frasa dan pembagiannya

3. Memahami arti klausa dan macam klausa dalam kalimat

4. Memahami perbedaan kata, frasa, dan dalam kalimat.

Page 2

Page 3: makalah bahasa indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kata

Kata merupakan unsur bahasa yg diucapkan atau dituliskan yg merupakan

perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yg dapat digunakan dl berbahasa; satuan

gramatikal terkecil yg dapat diujarkan sbg bentuk yg bebas; satuan bahasa yg dapat

berdiri sendiri.

Kata adalah sederetan huruf yang diapit dua spasi dan mempunyai arti.

Menurut Bloomfield (dalam Chaer, 1994: 163), “kata adalah satuan bebas terkecil”.

Kata adalah bicara, logat, madah, perkataan, tutur; istilah, nama, sebutan, dan

terma.

(Eko Endarmoko, 2006: 293)

Jika ditinjau dari segi bahasa, pengertian kata adalah morfem atau kombinasi

morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri

sendiri, terjadi dari sebuah morfem tunggal. Arti morfem sendiri adalah satuan bentuk

bahasa terkecil yang mempunyai makna secara stabil dan tidak dapat dibagi atas

bagian bermakna yang lebih kecil.

B. Kelas Kata

Dalam studi linguistik atau ilmu bahasa, perbincangan ikhwal kalimat

lazimnya tidak langsung dimulai dari kalimat itu sendiri. Alasannya, ilmu tata kalimat

bermula dari tataran kata. Kata dalam bahasa Indonesia yang jumlahnya luar biasa

banyak itu mustahil dapat dipelajari dengan mudah kalau tidak dikelas-kelaskan

terlebih dahulu. Nah, hasil dari pengelaskataan atau pengelompokkan kata-kata itulah

yang kemudian lazim disebut dengan kelas kata. Sebagai sekadar gambaran ihkwal

Page 3

Page 4: makalah bahasa indonesia

studi kelas kata yang telah dibuat oleh para ahli bahasa Melayu dan bahasa Indonesia

itu dapat disebutkan berikut ini seperti yang dituliskan didalam Kridalaksana (1994).

Pertama, pembagian kelas kata dalam tata bahasa pedagogis diantaranya dapat

disebutkan beberapa pakar berikut ini :

(1) Joaness Roman pada tahun 1653,

(2) George Hendrik Werndly pada tahun 1736,

(3) William Marsden pada tahun 1812,

(4) John Crawfurd pada tahun 1852,

(5) Raja Ali Haji pada tahun 1857,

(6) J. J de Hollander pada tahun 1882,

(7) Gerth van Wijk pada tahun 1889,

(8) Koewatin Sastrasoeganda pada tahun 1910,

9) Ch. A. A. van Ophuysen pada tahun 1915,

(10) R. O. Winstedt pada tahun 1914,

(11) St. Moehammad Zain pada tahun 1943,

(12) S. Takdir Alisjahbana pada tahun 1953,

(13) Madong Lubis pada tahun 1954,

14) I. R. Poedjawijatna dan P.J. Zoetmulder pada tahun 1955.

Selanjutnya kelas kata juga dilakukan oleh para pakar dalam kerangka tata

bahasa teknis. Terdapat lima orang tokoh yang dapat disebutkan di sini, yakni

(1) Slametmuljana pada tahun 1957,

Page 4

Page 5: makalah bahasa indonesia

(2) Anton M. Moeliono pada tahun 1967,

(3) S. Wojosaito pada tahun 1978,

(4) M. Ramlan pada tahun 1985,

(5) Samsuri pada tahun 1985.

Para mahasiswa yang sedang bersiap-siap untuk menyusun karya ilmiah

sebagai tugas akhir di perguruan tinggi, yang lazimnya berupa skripsi S-1, benar-

benar diharapkan memahami segala seluk beluk kelas kata seperti yang akan

disampaikan berikut ini :

1. Verba

Verba atau kata kerja dapat diidentifikasi menggunakan mencermati bentuk

morfologisnya, mencermati perilaku sintaksisnya, dan dengan mencermati perilaku

semantisnya.

Berdasarkan ciri morfologisnya, verba dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan

menjadi verba dasar atau verba yang tidak berafiks, verba berafiks, verba yang

merupakan perulangan, verba yang merupakan bentuk majemuk. contoh verba

perulangan yaitu ‘minm-minum’, ‘berjalan-jalan’. Contoh verba bentuk majemuk

yaitu ‘naik haji’, ‘cuci muka’.

Verba menurut sintaksisnya, dibedakan menjadi verba yang menduduki fungsi

subjek seperti ‘Bekerja keras merupakan keharusan di zaman sekarang’, verba yang

menduduki posisi keterangan seperti ‘Mereka sedang berekreasi di belakang’, verba

yang menduduki posisi objek misalnya ‘Mereka sedang mengajar dan menulis’,

verba yang menduduki fungsi pelengkap seperti ‘Mereka tidak pernah mengeluh’.

Verba menurut sisi pembentukannya, verba juga dapat dibentuk dari nomina,

verba ini disebut sebagai ‘verba denominal’, contohnya ‘berbudaya’

Page 5

Page 6: makalah bahasa indonesia

dan’mencangkul’ yang dibentuk dari dasar nomina ‘budaya’ dan ’cangkul’. Adapula

verba deadjektival, seperti ‘mencintai’, ‘menyakiti’. Adapun verba yang berciri

deadverbial misalnya adalah ‘mengakhiri’, dan ‘mengawali’.

Dalam studi bahasa juga dikenal verba antipasif, yaitu verba yang tidak pernah

dapat dipasifkan, contohnya ‘meninggal´dan ‘mengeong’. Juga terdapat verba

ergative, seperti ‘tersandung’ dan ‘terantuk’.

2. Adjektiva

Adjektiva lazim disebut juga kata sifat. Dari dimensi wujud atau bentuknya

dapat dikenali dengan adjektiva dasar, seperti ‘cantik’, ‘adil’. Demikian pula ada

adjektiva yang sifatnya jadian atau turunan, misalnya ‘alamiah’, ‘gerejawi,

‘surgawi’.

Jenis berikutnya adalah adjektiva yang dari dimensi bentuknya merupakan

gabungan atau perpaduan dau adjektiva, misalnya ‘cantik jelita’ dan ‘aman

sentausa’. Adjektiva perpaduan dapat dibedakan lagi menjadi dua, yakni

perpaduan yang sifatnya subkoordinatif, misalnya ‘panjang tangan’ dan ‘murah

hati’ dan perpaduan yang sifatnya koordinatif, misalnya ‘cantik jelita’ dan ‘aman

sentausa’.

Ciri lain yang harus diketahui adalah bahwa adjektiva itu dapat didampingi

oleh kata-kata berikut, ‘sangat’, ‘agak’, ‘lebih’, ‘paling’. Maka, ada bentuk

‘sangat pandai’ tetapi tidak akan pernah ada bentuk ‘sangat duduk’ dan ‘sangat

berdiri’.

3. Nomina

Nomina disebut juga kata benda. Dari dimensi bentuknya, nomina dapat

dibedakan menjadi dua, yakni nomina dasar dan nomina bentukan atau turunan.

Disebut sebagai nomina dasar karena nomina itu menjadi dasar untuk kata

bentukan yang berikutnya. Jadi, nomina dasar adalah nomina yang belum

Page 6

Page 7: makalah bahasa indonesia

mendapatkan imbuhan apapun. Sebagai contoh, kita ambil saja kata ‘buku’,

‘meja’, ‘rumah’.

(a) Dengan imbuhan ‘ke-‘ : kehendak, ketua, kekasih;

(b) Dengan imbuhan ‘per-‘ : pertanda, persegi, persetan;

(c) Dengan imbuhan ‘pe-‘ : petani, petembak, petunjuk, petapa;

(d) Dengan imbuhan ‘peng-‘ : pengacara, pengacau, pengantar;

(e) Dengan imbuhan ‘-an’ : tulisan, bacaan, kiriman, bidikan, bisikan;

(f) Dengan imbuhan ‘peng-an’ : pengadilan, pengampunan,

pengumpulan;

(g) Dengan imbuhan ‘per-an’ : persatuan, persemaian, perdamaian,

pertahanan, perkumpulan;

(h) Dengan imbuhan ‘ke-an’ : kemerdekaan, kesatuan, kesehatan.

Ciri lain dari nomina , selain yang disebutkan di atas, khususnya

bahwa nomina tidak dapat didahului oleh partikel ‘tidak’ adalah bahwa

nomina itu memiliki potensi untuk diawali preposisi atau kata depan

‘dari’. Akan tetapi, yang paling menonjol nomina itu menduduki

fungsi subjek dan objek dalam kalimat.

4. Pronominal

Pronomina disebut juga kata ganti. Dikatakan sebagai kata ganti karena

sesungguhnya pronominal itu berfungsi menggantikan nomina yang menjadi

antesedennya. Dengan pemakaian pronominal di dalam kalimat, pengulangan

nomina akan dapat dihindari. Dari sisi bentuknya nomina dapat dibedakan

menjadi (1) nomina persona, (2) nomina penunjuk, dan (3) nomina penanya.

Nomina persona dapat menunjuk pada orang, baik dalam hitungan tunggal

maupun jamak. Maka, kemudian ada pronominal persona tunggal dan

pronominal persona jamak. Pronominal persona tunggal dapat mencakup ‘saya’,

Page 7

Page 8: makalah bahasa indonesia

‘aku’, ‘daku’, dan ‘-ku’. Pronominal jamak adalah ‘kami’ dan ‘kamu’, ‘kalian’,

‘mereka’, ‘kita’.

Selain menunjuk pada persona, pronominal juga dapat merupakan nomina

penunjuk seperti ‘itu’, ‘ini’, ‘sana’, ‘sini’, ‘anu’. Pronomina dapat juga berfungsi

sebagai pronominal penanya, misalnya ‘mengapa’, ‘kenapa’, ‘bagaimana’, ‘yang

mana’, ‘dari mana’.

C. Frasa

Frasa atau kelompok kata adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan

kata dan gabungan kata itu bersifat nonpredikatif. Jadi, di dalam kelompok kata itu

tidak mungkin dapat ditemukan fungsi predikat seperti halnya di dalam kalimat.

Maka, yang diperbincangkan di dalam frasa atau kelompok kata adalah

hubungan antara kata dan kata yang lain di dalam gabungan kata tersebut. Kelompok

kata dapat terdiri dari dua kata tetapi juga dimungkinkan terdiri dari beberapa kata.

Secara umum, frasa atau kelompok kata itu dapat dibedakan menjadi dua,

yakni frasa eksosentris dan frasa endosentris. Adapun yang dimaksud dengan frasa

eksosentris adalah frasa yang sebagian unsurnya, atau mungkin juga seluruhnya, tidak

memiliki prilaku sintaksis yang sama dengan semua komponen sumbu dan komponen

perangkai. Komponen perangkai lazimnya berupa preposisi atau kata depan.

Frasa atau kelompok kata yang memerantikan preposisi atau kata depan

sebagai perangkai dapat disebut sebagai frasa preposisional. Frasa eksosentris direktif

atau frasa preposisional demikian ini di dalam kalimat lazimnya berfungsi sebagai

keterangan.

1. Frasa Nominal

Frasa yang terdiri dari nomina sebagai induk atau sebagai pusat dan unsur-

unsur lain yang berupa adjektiva, verba, numeralia, pronominal, dan

Page 8

Page 9: makalah bahasa indonesia

bentuk=bentuk kebahasaan lain sebagai modifikator atau penjelasannya.

Contohnya adalah sebagai berikut : ‘kursi rotan’, ‘rumah yang baru saja dibeli’,

‘wanita cantik jelita’.

2. Frasa Pronominal

Frasa yang kontruksinya merupakan gabungan antara pronomina dan

pronomina, atau pronominal dengan unsur-unsur lainnya seperti adjektiva,

adverbial, numeralia, dan demonstrativa. Pronomina tersebut menjadi induksinya,

sedangkan unsur-unsur yang lainnya merupakan modifikator atau penjelasnya.

Contohnya adalah sebagai berikut : ‘mereka itu, ‘saudara sekalian’, ‘kamu dan

dia’, ‘dia dan murid-muridnya’, dan lain-lainnya. Jadi, frasa ini berintikan

pronominal dan unsur-unsur kebahasaan yang lain hanya berfungsi sebagai

penjelas atau sebagai modifikatornya.

3. Frasa Verbal

Frasa verbal merupakan gabungan antara verba dan verba, verba dengan

adverbial atau yang lainnya. Jadi, verbalah yang menjadi inti atau induk dari frasa

verbal itu, dan unsur-unsur yang lainnya merupakan penjelas atau modifikatornya.

Contohnya adalah ‘pergi ke Jakarta’, ‘tidur dengan nyenyak’, ‘naik jabatan’,

‘pergi tanpa kabar’.

4. Frasa Adjektival

Frasa yang merupakan gabungan antara adjektiva dan komponen yang

lainnya. Jadi, induk atau inti frasa itu adalah kata sifat atau adjektiva, sedangkan

komponen-komponen lain yang membentuk frasa tersebut berfungsi sebagai

penjelas atau modifikatornya. Contohnya adalah ‘panas terik’, ‘agak sulit’,

‘cantik sekali’, ‘gelap gulita’, ‘agak kurang sopan’.

5. Frasa Numeral

Page 9

Page 10: makalah bahasa indonesia

Frasa numeral adalah frasa yang merupakan gabungan antara numeralia dan

unsur-unsur lainnya. Di dalam kontruksi frasa itu, numeralialah yang menjadi

induk atau inti frasanya. Contohnya adalah ‘dua puluh’, ‘dua ekor’, ‘dua lusin’,

‘cetakan pertama’, ‘edisi kedua’.

6. Frasa Interogativa

Frasa Interogativa adalah frasa yang intinya adalah interogativa. Contohnya

adalah ‘siapa dan apa’, ‘mengapa dan bagaimana’.

7. Frasa Demonstrativa

Frasa demonstrative adalah frasa yang induknya adalah demonstrative.

Contohnya adalah ‘sana dan sini’, ‘ini dan itu’. Frasa demonstrativa biasanya

bersifat koordinatif.

8. Frasa Preposisional

Frasa preposisional adalah frasa yang induknya adalah preposisi. Contohnya

adalah ‘dari dan ke’, ‘dari,oleh, dan untuk’. Frasa preposisional biasanya bersifat

koordinatif.

D. Klausa

Klausa adalah satuan kebahasaan yang merupakan gabungan kelompok kata

yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Dengan demikian, klausa itu pasti

bersifat predikatif dan berpotensi untuk dijadikan kalimat.

Berdasarkan kemungkinan atau potensinya untuk dijadikan sebuah kalimat,

lalu dikenal dua macam klausa. Klausa jenis yang pertama disebut klausa bebas, dan

klausa jenis yang kedua disebut sebagai klausa terikat. Klausa yang sifatnya bebas,

berpotensi sangat kuat untuk dijadikan kalimat. Adapun klausa terikat tidak memiliki

potensi atau peluang yang besar untuk dijadikan suatu kalimat tetapi dapat dijadikan

kalimat minor. Selain dapat dikenali lewat bentuk dan potensinya, seperti yang

Page 10

Page 11: makalah bahasa indonesia

disampaikan diatas itu, klausa juga dapat dikenali dari fungsinya dalam kalimat.

Berdasarkan fungsi atau kegunaannyadalam kalimat, klausa dapat menempati posisi

subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.

1. Klausa Pada Kalimat Majemuk Setara

Klausa-klausa di dalam kalimat majemuk setara masing-masing dapat berdiri

sendiri sebagai kalimat. Oleh karena itu, klausa yang satu dan klausa yang lain di

dalam kalimat majemuk setara itu bersifat koordinatif. Jadi, hubungan koordinatif

itu hubungan yang sifatnya sejajar atau setara.

Hubungan yang sifatnya koordinatif demikian itu menghasilkan klausa-

klausa yang sama kedudukannya, tidak memiliki hierarki karena klausa yang satu

tidak lebih tinggi daripada klausa yang lainnya.

Jadi, klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lainnya. Kata

penghubung yang digunakan di dalamnya semata-mata menghubungkan dan

mengoordinasikan klausa-klausa yang ada. Karena sifatnya yang hanya

koordinatif itulah konjungsi-konjungsi di dalam kalimat majemuk setara dapat

berdiri sendiri. Dia tidak melekat pada salah satu klausa dalam kalimat majemuk

setara tersebut.

2. Klausa pada Kalimat Majemuk Bertingkat

Berbeda dengan hubungan antarklausa di dalam kalimat majemuk bertingkat

yang sifatnya koordinatif seperti dijelaskan di atas tadi, di dalam kalimat

majemuk bertingkat, hubungan antarklausa itu bersifat subkoordinatif.

Maksudnya, klausa yang satu berinduk atau menjadi sub bagi klausa yang

lainnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antarklausa di dalam

kalimat majemuk bertingkat itu bersifat hierarkis. Klausa yang satu menjadi

atasan, klausa yang lainnya menjadi bawahan. Atau, klausa yang satu menjadi

induk, sedangkan klausa yang lainnya menjadi anaknya.

Page 11

Page 12: makalah bahasa indonesia

Nah, hubungan antarklausa demikian inilah yang disebut sebagai hubungan

yang bersifat hierarkis atau subkoordinatif. Kalau di dalam kalimat majemuk

setara konjungsi atau kata penghubung itu bersifat mandiri, sekalipun tidak semua

pakar setuju dengan pendapat ini, di dalam kalimat majemuk bertingkat setiap

konjungsi yang menghubungkan klausa itu bersifat melekat pada anak

kalimatnya.

(R. Kunjana Rahardi, 2009: 55-75)

E. Pengertian Kalimat dan Hubungannya dengan Kata, Frasa, dan Klausa

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis,

harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan

unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya

dapat disebut sebagai frasa.Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang

mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan

suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.

(E. Zaenal Arifin, dkk., 2008: 66)

Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai kontruksi

sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan structural Antara

kata dan kata, atau kelompok kata dan kelompok kata lain, berbeda-beda. Sementara

itu, kedudukan tiap kata atau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula.

Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa” dan

“frasa”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang

mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri

atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi.

(Hasan Alwi, 2003: 312)

Page 12

Page 13: makalah bahasa indonesia

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Kata merupakan unsur bahasa yg diucapkan atau dituliskan yg merupakan

perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yg dapat digunakan dl berbahasa;

satuan gramatikal terkecil yg dapat diujarkan sbg bentuk yg bebas; satuan bahasa

yg dapat berdiri sendiri.

2. Kelas kata adalah hasil dari pengelaskataan atau pengelompokkan kata-kata dan

terdiri dari verba, adjektiva, nomina, dan pronominal.

3. Frasa atau kelompok kata adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata

dan gabungan kata itu bersifat nonpredikatif. Jadi, di dalam kelompok kata itu

tidak mungkin dapat ditemukan fungsi predikat seperti halnya di dalam kalimat

dan frasa terdiri dari : frasa nominal, frasa pronominal, frasa verbal, frasa

adjectival, frasa numeral, frasa interogativa, frasa demonstrative, dan frasa

preposisional.

4. Klausa adalah satuan kebahasaan yang merupakan gabungan kelompok kata yang

setidaknya terdiri atas subjek dan predikat, sehingga klausa itu bersifat predikatif

dan berpotensi untuk dijadikan kalimat. Klausa terbagi menjadi dua, yaitu : klausa

pada kalimat majemuk setara dan klausa pada kalimat majemuk bertingkat.

Page 13

Page 14: makalah bahasa indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Barbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: CV Akademika Pressindo

Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen

Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta, 2008.

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Peguruan Tinggi. Jakarta:

Erlangga

Verhaar. 2004. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada university

Press.

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php diakses pada 25 maret 2014 02:40 wib

http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-

kata.html diakses pada 25 maret 2014 02:13 wib

Page 14