Makalah Bahasa Indonesia

23
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah, sehinnga kami dari kelompok dua (2) sebagai penyusun makalah bahasa indonesia yang berjudul kaidah bahasa indonesia dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Di kalangan masyarakat, khususnya dalam situasi yang tidak formal kaidah bahasa tidak berlaku misalnya percakapan sehari-hari kecuali dalam situasi atau kondisi yang formal baik lisan maupun secara tertulis. Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah- kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia Menyusun makalah dalam diskusi merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi kebutuhan diskusi dalam bertukar pikiran, dimana isi makalah ini terdapat dari berbagai sumber. Dalam makalah ini, dapat kami selesaikan berkat kerja sama yang baik dari kelompok kami. Tetapi, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

description

kaidah bahasa indonesiaSamhariratul Kauliyah

Transcript of Makalah Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah, sehinnga kami dari kelompok dua (2) sebagai penyusun makalah bahasa indonesia yang berjudul kaidah bahasa indonesia dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Di kalangan masyarakat, khususnya dalam situasi yang tidak formal kaidah bahasa tidak berlaku misalnya percakapan sehari-hari kecuali dalam situasi atau kondisi yang formal baik lisan maupun secara tertulis.Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa IndonesiaMenyusun makalah dalam diskusi merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi kebutuhan diskusi dalam bertukar pikiran, dimana isi makalah ini terdapat dari berbagai sumber.Dalam makalah ini, dapat kami selesaikan berkat kerja sama yang baik dari kelompok kami. Tetapi, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar dapat lebih disempurnakan lagi untuk kedepannya. Terima kasih... Penyusun

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................iiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.....................................................................................B. Rumusan Masalah................................................................................C. Maksud dan Tujuan..............................................................................D. Manfaat menyusun makalah..............................................................BAB II PEMBAHASANA. Pengantar Kaidah Bahasa...............................................................B. Ciri-ciri Kaidah Bahasa....................................................................C. Kriteria Kaidah Bahasa yang Baik....................................................D. Tata Tulis (ejaan).....................................................................E. Tata Pembentukan Kata.....................................................................F. Tata Pilihan Kata..........................................................................G. Tata Penulisan Kalimat Efektif....................................................H. Tata Penulisan Paragraf Yang Baik................................................I. Teknik Pengembangan Paragraf.....................................................BAB III PENUTUPA. Kesimpulan........................................................................................B. Saran dan kritik..................................................................................DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi. Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana. Dalam bahasa indonesia, tingkat kesadaran dan kepatuhan akan kaidah-kaidah kebahasaan secara jelas tergambarkan melalui perilaku bahasa kita baik ketika kita menggunakan bahasa Indonesia dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Tata bahasa baku bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan rambu-rambu yang harus disadari dan sekaligus dipatuhi oleh para pemakai bahasa Indonesia agar perilaku berbahasa mereka tetap memperlihatkan ciri kerapian dan kecermatan. Kerapian dan kecermatan berbahasa ini hanya mungkin apabila bahasa indonesia itu sendiri sebagai alat komunikasi memang telah siap digunakan secara rapi dan cermat. Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi oleh bahasa indonesia agar bahasa persatuan dan bahaa negara milik bangsa indonesia itu tetap mantap dapatdigunakan sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien. Pertama, kaidah-kaidah kebahasaannya harus mantap. Kedua, perbendaharaan kata dan peristilahannya harus kaya dan lengkap. Apabila kedua macam persyaratan itu terpenuhi, bahasa Indonesia telah siap untuk digunakan secara rapi dan cermat untuk berbagai keperluan komunikasi, termasuk dalam konteks upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian kaidah bahasaBahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah0kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia.Kaidah bahasa merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk menggunakan suatu bahasa baik secara tertulis atau secara lisan yang memenuhi syarat-syarat dan kriteria tertentu dalam bahasa.

B. Ciri-ciri Kaidah bahasaCiri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang dimaksud adalah antara lain sebagai berikut. a. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan kata ketarngan penunjuk jenis kelamin, misalnya: 1. Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan perempuan. 2.Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina.Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk. Contoh: Bahasa Inggris: lion-lioness, host-hostess, steward-stewardness; Bahasa Arab: muslimi-muslimat, mukminin-mukminat, hadirin-hadirat. Bahasa Sanskerta: siswa-siswi, putera-puteri, dewa-dewi. Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun dilakukan secara leksikal, bukan sistem perubahannya. Dengan demikian, dalam bahasa Arab, selain kata muslim, diserap juga kata muslimin dan muslimat; selain mukmin, diserap juga kata mukminin dan mukminat; selain hadir (yang bermakna 'datang', bukan 'orang yang datang'), diserap juga kata hadirin dan hadirat. Dalam bahasa Sanskerta, selain dewa, diserap juga dewi; selain siswa diserap juga siswi. Karena sistem perubahan bentuk dari kedua bahasa tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maka tidaklah mungkin kita menyatakan kuda betina dengan bentuk kudi atau kudarat; domba betina dengan bentuk kata dombi atau dombarat. Untuk menyatakan jenis kelamin tersebut dalam bahasa Indonesia, cukup dengan penambahan jantan atau betina, yaitu kuda jantan, kuda betina, domba jantan, domba betina. Oleh karena itu, kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, dan juga bahasa Inggris tidan bisa diterapkan ke dalam kaidah bahasa Indonesia. Kalau dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan rusak, yang berarti jadi diri bahasa indonesia akan rusak.b. Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukkan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa sing lainnya, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan jamak, antara lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga pohon, empat mobil. Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa Indonesia. Bentuk bukus (jamak dari kata buku), mahasiswas (jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena), misalnya, tidak dikenal dalam bahasa indosenesia karena memang bukan kaidah bahasa indonesia.c. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata makan tidak pernah mengalamai perubahan bentuk yang terkait dengan waktu, misalnya menjadi makaning (untuk menyatakan waktu sedang) atau makaned (untuk menyatakan waktu lampau). Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kaa aspek akan, sedang, telah, sudah atau kata keterangan waktu kemarin, seminggu yang lalu, hari ini, tahun ini, besok, besok lusa, bulan depan, dan sebagainya. d. Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan - Menerangkan), yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M). Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit Internasional, Piala Marah Halim, dan Pusat Perbelanjaan Jakarta. Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak akan menurunkan prestise atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya, hal inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas, bik dan benar. e. Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan/atau lafal daerah. Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami oleh sebagian besar pemakai bahasa Indonesia adalah sampai saat ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia yang lengkap. Akibatnya, sampai sekarang belum adapatokan yang jelas untuk pelafalan kata peka, teras, perang, sistem, elang. Tetapi, pengucapan semangkin (untuk semakin), mengharapken (untuk mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa (untuk mengapa), thenthu (untuk tentu), therima kaseh (untuk terima kasih), mBandung (untuki Bandung), dan nDemak (untuk Demak) bukanlah lafal baku bahasa Indonesia.

C. Kriteria Kaidah Bahasa Indonesia yang Baik1. Tata Penulisan Kalimat yang EfektifPenulisan kalimat efektik dalam karya ilmiah harus jelas, mudah dipahami dan tersusun secara sistematis sesuai dengan kaidah yang berlaku. Berkenaan dengan itu, suatu kalimat dapat disebut efektifjika memenuhi kriteria seperti unsur-unsurnya lengkap, informasinya jelas, bentuk dan maknanya sejajar, pilihan katanya cermat, dan polanya variatif. a. Kelengkapan Unsur KalimatKalimat yang efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap, dan unsur-unsur tersebut dinyatakan secara eksplisit. Untuk itu, kalimat yang efektif sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat. Agar kelengkapan itu terpenuhi, subjek pada awal kalimat hendaknya tidak didahului kata depan, predikat kalimatnya jelas, dan tidak terdapat pemenggalan bagian kalimat. Di samping itu, ungkapan penghubung dalam kalimat majemuk juga harus dinyatakan secara eksplisit.b. Subjek Tidak Didahului Kata DepanSebagaimana yang telah disebutkan di atas, kalimat yang efektif harus tersusun sesusai dengan kaidah yang berlaku dari segi kaidah tata bahasa, kalimat itu sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat. Jika unsur subjek itu tidak ada, kalimatnyapun tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat yang efektif. Kalimat yang tidak bersubjek itu umumnyaterjadi karena penggunaan kata depan pada awal kalimat. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.1) Dari hasil survei di lapangan membuktikan bahwa telah terjadi penurunan jumlah siswa di sekolah tersebut.seharusnya1). Hasil survei membuktikan bahwa telah terjadi penurunan jumlah siswa di sekolah tersebut.Kata depan lain yang tidak seharusnya mengawali atau mendahului subjek, adalah dalam, untuk, dengan, bagi, tentang, di, pada, mengenai, kepada, dan sejenisnya. Kata depan boleh saja terletak pada awal kalimat asalkankata depan itu merupakan bagian dari keterangan. Jadi, posisinya dalam kalimat bukan di depan subjek, melainkan menjadi bagian dari keterangan.

c. Predikat Kalimatnya JelasKalimat yang tidak berpredikat juga tidak dapat disebut sebagai kalimat yang efektif karena unsur-unsurnya menjadi tidak lengkap. Perhatikan contohnya pada kalimat berikut.2).Sekolah yang harus dikembangkan sebagai sekolah percontohan misalnya pesantren Ummul Muminin.Seharusnya:(2a). sekolah yang akan dikembangkan sebagai proyek percontohan adalah pesantren Ummul Muminin.d. Bagian Kalimat Tidak Dipenggaldalam penggunaan bahasa Indonesia sering ditemukan adanya bagian kalimat, umumnya kalimat majemuk, yang ditulis terpisah dari bagian sebelumnya. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.3). Penulisan karya ilmiah harus tersusun secara rapid an mudah dipahami. Sehingga tidak memerlukan banyak waktu untuk mempelajari dan memahami isinya.Seharusnya:(3a). penulisan karya ilmiah harus tersusun secara rapi dan mudah dipahami sehingga tidak memerlukan banyak waktu untuk mempelajari dan memahami isinya.

e. Kejelasasn InformasiKalimat dikatakan efektif selain karena mengandung unsur-unsur yang lengkap, juga mengandung informasi yang jelas atau mudah dipahami. Kejelasan informasi itu dapat dicapai jika didalam sebuah kalimat tidak terkandung (1)ketaksaan, (2)salah nalar, dan (3) kerancuan. Berikut ini ditampilkan contoh kalimat rancu.4) Menurut ketua panitia mengatakan bahwa penandatanganan surat tugas dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing.seharusnya(4a) menurut ketua panitia, penandatanganan surat tugas dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing.(4b) ketua panitia mengatakan bahwa penandatanganan surat tugas dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing.f. KesejajaranKalimat yang efektif juga harus mengandung kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan dan bentuk bahasa seebagai sarana pengungkapnya. Kesejajaran itu dalam penggunaan bahasa cukup penting. Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian. Sementara itu, jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi lebih sistematis sehingga mudah dipahami. Seperti yang secara inplisit terungkap pada keterangan tersebut, kesejajaran itu dapat dibedakan atas kesejajaran bentuk, kesejajaran makna, dan kesejajaran bentuk berikut maknanya.g. KehematanKehematan merupakan salah satu ciri kalimat yang efektif. Dalam penyusunan kalimat, kehematan ini dapat diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang tidak diperlukan atau yang mubazir. Hal itu antara lain, berupa penghilang subjek ganda, bentuk yang bersinonim, dan bentuk jamak ganda. Contoh:5) Sebelum surat ini dikirimkan, surat itu harus ditandatangani lebih dahulu.seharusnya(5a) sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani terlenih dahulu.6) Bank Sumito adalah merupakan saslah satu bank terbesar di Jepang.seharusnya(6a) Bank Sumito adalah salah satu bank terbesar di Jepang.7) Semua data-data yang diperoleh harus dikaji secara cermat.(7a) semua data yang diperoleh harus dikali secara cermat.h. VariatifKalimat yang efektif juga mengutamakan variasi bentuk pengungkapan atau gaya pengungkapan kalimatnya. Variasi semacam itu dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inverse, bentuk pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek. Contoh:8) Biaya dua miliar rupiah diperlukan untuk melunasi utang perusahaan.variasinya antara lain:(8a) Diperlukan biaya dua miliar rupiah untuk melunasi utang perusahaan.9) Saya akan melaporkan temuan itu kepada ketua tim.(9a) Akan saya laporkan temuan itu kepada ketua tim.(9b) Temuan itu akan saya laporkan kepada ketua tim.Dalam bentuk pasif persona semacam itu, kata ganti orang atau kata ganti persona langsung didekatkan pada kata kerjanya, tidak disisipi dengan unsur lain. Oleh karena itu, susunan bentuk pasif persona seperti berikut tidak benar.(9c) Temuan itu saya akan laporkan kepada ketua tim.(9d) Saya akan laporkan temuan itu kepada ketua tim.Susunan bentuk pasif persona seperti (9c) dan (9d), meskipun tidak benar, banyak digunakan oleh pemakai bahasa. Hal itu tentu sungguh patut disayangkan karena ternyata belum banyak disadari bahwa susunan kalimat seperti itu tidak benar, susunan seperti berikut.10) Pada bab berikut kami akan uraikan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. seharusnya:(10a) Pada bab berikut akan kami uraikan data dan informasi yang diperoleh dilapangan.Urutan Yang BenarTidak Benar

belum saya ketahuisaya belum ketahui

pernah kami laporkankami pernah laporkan

ingin saya ajukansaya ingin ajukan

akan saya sampaikansaya akan sampaikan

ingin kami jelaskankami ingin jelaskan

11) Minggu depan kami akan mengadakan rapat pimpinan tim. Dalam rapat itu akan kami bahas berbagai kendala yang dihadapi dilapangan.(11a) minggu depan akan diadakan rapat pimpinan tim. Dalam rapat itu kami akan membahas berbagai kendala yang dihadapi dilapangan.Sebagai catatan akhir pada bagian ini perlu dikemukakan bahwa dalam proses penyusunan kalimat,pemakai bahasa tidak hanya dituntutuntuk mampu menguasai kaidah tata bahasa, tetapi dituntut pula untuk mampu memilih dan menggunakan kata-kata secara tepat, cermat, dan serasi. Dengan penguasaan kaidah dan kemampuan memilih kataa secara tepat, pemakai bahasa diharapkan dapat menyusun kalimat secara lebih tepat dan efektif.