makalah bahasa Indonesia

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang Bahasa indonesia merupakan bahasa terpenting dalam negara kita. Selain karena Bahasa Indonesia di tetapkan sebagai bahasa Nasional, pentingnya bahasa Indonesia juga tercantum dalam isi sumpah pemuda poin ke 3dan pasal 36 UUD 1945. Pemakai bahasa Indonesia bukan hanya masayarakat atau warga negara Indonesia asli saja, banyak juga turis atau warga negara lain yang menggunakan bahasa indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat indonesia yang melakukan pernikahan dengan warga negara lain dan memilih untuk menetap di Indonesia, sehingga tidak jarang warga negara lain yang tidak merasa perlu menguasai bahasa leluhurnya. Bila dikaji dari segi peranannya, bahasa indonesia bukan saja sebagai bahasa susastra, tetapi lebih dari itu. Bahasa Indonesia juga merupakan sarana komunikasi utama. Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?

Transcript of makalah bahasa Indonesia

Page 1: makalah bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa indonesia merupakan bahasa terpenting dalam negara kita. Selain

karena Bahasa Indonesia di tetapkan sebagai bahasa Nasional, pentingnya bahasa

Indonesia juga tercantum dalam isi sumpah pemuda poin ke 3dan pasal 36 UUD 1945.

Pemakai bahasa Indonesia bukan hanya masayarakat atau warga negara

Indonesia asli saja, banyak juga turis atau warga negara lain yang menggunakan bahasa

indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat indonesia yang melakukan

pernikahan dengan warga negara lain dan memilih untuk menetap di Indonesia,

sehingga tidak jarang warga negara lain yang tidak merasa perlu menguasai bahasa

leluhurnya.

Bila dikaji dari segi peranannya, bahasa indonesia bukan saja sebagai bahasa

susastra, tetapi lebih dari itu. Bahasa Indonesia juga merupakan sarana komunikasi

utama. Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita

pakai. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah

mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan

kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan

fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?

Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara

lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan

status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di

dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu

mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun

anggota bangsa.

Pengguna bahasa akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi

bahasa yang telah disepakatinya, antara lain dengan menyeleksi unsur-unsur bahasa lain

yang ‘masuk’ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan

diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.

Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan

kapan, misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan

Page 2: makalah bahasa Indonesia

2

seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah

yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu

kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan

yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

1.2   Perumusan Masalah

1.      Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?

2. Kata-kata apa saja yang di atur dalam bahasa indonesia?

3. Bagaimana bahasa asing menjadi bahasa indonesia?

4. Bagaimana penggunaan akronim?

1.3 Tujuan

1.   Mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

2. Mengetahui kata-kata apa saja yang diatur dalam bahasa Indonesia

3.   Memahami bagaimana bahasa asing bisa menjadi bahasa Indonesia.

4. Memahami cara penggunaan akronim.

Page 3: makalah bahasa Indonesia

3

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Nasional

Janganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia

mempunyai bahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di

tengah jalan. Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang.

(Untuk meyakinkan pernyataan ini, silahkan dipahami sekali lagi Sejarah

Perkembangan Bahasa Indonesia.) Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke

bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di

Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan

tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928

yang konsepa aslinya berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca:

sosiolog) adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuati yang luar biasa.

Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita,

mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi

dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan

sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut

bersyukur dan angkat topi kepada mereka.

Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa

Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi

Page 4: makalah bahasa Indonesia

4

sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu,

masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik

itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai

sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai

bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini

pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam

situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah,

khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.

Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan

bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem,

maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah

semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa

Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah

Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia.

Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama

bahasa Indonesia.

“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di

Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam

kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai

(1)   lambang kebanggaan nasional,

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’

nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang

dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus

menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita

terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan

acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan

mengembangkannya.

(2)   lambang identitas nasional,

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’

bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita,

yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang

Page 5: makalah bahasa Indonesia

5

demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak

tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran

bangsa Indonesia yang sebenarnya.

(3)   alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar

belakang sosial budaya dan bahasanya.

Memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial

budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan,

cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa

aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi

‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan

menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah

masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa

daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan

dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

(4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-

hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal

dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar

pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat

jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa

Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita

dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala

kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,

budaya, pertahanan, dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah

diinformasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat

berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita

meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

2.2 Penulisan kata dalam bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang diatur, berikut adalah

ringkasan pedoman umum penulisan kata dalam bahasa Indonesia:

Page 6: makalah bahasa Indonesia

6

1. Kata dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Umumnya kata dasar dalam bahasa

Indonesia, dan juga semua bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terdiri dari

dua suku kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya.

Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya tentang bahasa

Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata dasar dalam bahasa

Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau Pola Wajib , yaitu:

Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang membentuk

suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari,

paku, tiga, dada, dan sebagainya.

Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik I kata-

kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal-

Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang, sayap, larang, dan lain-lain.

Kita tidak menyangkal akan apa yang telah dikemukakan oleh von

Dempwolff. Tetapi, andaikata kita menerima secara mutlak Pola Kanoniknya itu

sebagai dasar yang absolut, maka bagaimana kita harus menerapkan kata-kata seperti

tendang, banting, panggil, aku, api, anak, dan lain-lain? Berarti kita sekurang-

kurangnya menambahkan beberapa macam rumus lagi agar bisa menampung semua

kata dasar yang terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya: K-V-K-K-V-K, V-K-V-K,

V-K-V. Dan semua rumus ini sekurang-kurangnya baru mengenai kata-kata dasar. Jika

kita membahas kata-kata pada umumnya, tentu akan lebih banyak lagi.

Oleh karena itu kita mengambil suatu dasar lain yang lebih sempit yaitu

berdasarkan suku kata ( silaba ). Bila kita berusaha untuk memecah-mecahkan kata

dasar bahasa Indonesia menjadi sukukata-sukukata, maka kta akan sampai kepada satu

kesimpulan bahwa ada tiga macam struktur sukukata dalam bahasa Indonesia yaitu: V,

V-K, K-V , dan K-V-K . Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia

dibentuk dari kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu,

misalnya:

ru - mah (K-V + K-V-K)

Page 7: makalah bahasa Indonesia

7

ka - ta (K-V + K-V)

2. Kata turunan

a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.

Contoh: bergeletar, dikelola.

b) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis

serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung

boleh digunakan untuk memperjelas.

Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi

c) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran

sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk

memperjelas.

Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.

d) Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi,

gabungan kata ditulis serangkai.

Contoh: adipati, mancanegara.

e) Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda

hubung. Contoh: non-Indonesia.

3. Kata ulang

i. Bentuk Kata Ulang

Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.

a) Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang

dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.

Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.

b) Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata

ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran.

Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.

Page 8: makalah bahasa Indonesia

8

c) Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan

bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.

Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.

d) Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang

itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa

juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata

ulang tersebut.

Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.

e) Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang yang

berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi

sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata ulang ini disebut juga

reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris "reduplication" yang berarti

perulangan. Sebenarnya semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi.

Misalnya: lelaki, tetua.

ii. Makna dan Fungsi Kata Ulang

a) Perulangan kata benda

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata

benda.

1. Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-

buahan, sayur-sayuran.

2. Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu.

Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.

b) Perulangan kata kerja

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata

kerja.

a. Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang

atau beberapa kali.

Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.

b. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan,

pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.

Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.

Page 9: makalah bahasa Indonesia

9

c. Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.

Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.

d. menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak

atau berbalasan.

Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh

c) Perulangan kata sifat

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata

sifat.

1) Menyatakan makna lebih (intensitas).

Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!

2) Menyatakan makna sampai atau pernah.

Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah

berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia

berbelanja (sampai habis).

3) Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya

mengandung makna superlatif (paling).

Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya

memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-

tingginya.

4) Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti

kata sifat itu.

Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-

sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening,

bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)

5) Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam

bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.

Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan

memengaruhi jiwanya kelak.

d) Perulangan kata bilangan

1) Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu

demi satu".

Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.

Page 10: makalah bahasa Indonesia

10

2) Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi

makna "hanya satu itu".

Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.

3) Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian

"sekaligus dua, tiga, dst.".

Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.

4) Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-

ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus,

seribu, dst..

Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.

Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini

sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an.

Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.  

4. Gabungan kata atau kata majemuk

a) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta

besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.

b) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan

kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian.

Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.

c) Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai.

2.3 Bahasa asing menjadi bahasa Indonesia.

Belakangan ini ada cara pemakaian Bahasa yang sedang populer yang

berlangsung dimana-mana dan dilakukan oleh semua orang dari semua kalangan yaitu :

Penggunaan Bahasa Indonesia campur aduk. Sekarang ini orang sedang Hobi untuk

mengkombinasikan Bahasa Indonesia mereka dengan bahasa asing, terutama dengan

Bahasa Inggris, seperti kata-kata “Fuck banget gitu lho” “You punya barang berapa”

“so what gitu lho” “sampai ketemu later ya!” “saya sudah katakan sebelumnya kalau

emotion itu selalu terpisah dengan cognition, thats why its very hard to reach konklusi

dari kedua hal tersebut.” Dalam argument, dalam bincang-bincang santai, dalam

televisi, bahasa Indonesia tipe mutant ini selalu keluar. Mengapa bisa begitu?

Page 11: makalah bahasa Indonesia

11

Sebetulnya hal ini sudah terjadi sejak dulu, namun fenomena krisis tersebut

baru meledak hari ini. Sewaktu Soekarno berdebat dengan salah satu aktifis feminis, dia

menggunakan Bahasa Indonesia, Belanda dan Sunda secara campur aduk sehingga

membuat orang-orang yang ada disekitarnya jadi bingung. Dan ketika itu Sjahrir

menegur “tolong jangan gunakan 3 bahasa sekaligus ketika berpendapat, karena banyak

peserta yang bingung. Lagipula kan Indonesia sudah ada Bahasa pemersatu, kenapa

tidak gunakan itu saja?” Soekarnopun minta maaf lantas meneruskan musyawarah

dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kebiasaan seperti itupun

bisa kita temukan dalam catatan seorang Nasionalis seperti Soe Hok Gie (Dalam

bukunya Catatan seorang Demonstran), yang biasa mencampurkan Bahasa Indonesia

dengan Bahasa Inggris.

Sebetulnya mudah sekali untuk mencari penyebabnya, Soekarno menggunakan

Bahasa Belanda karena Bahasa Belanda ketika itu dijadikan sebagai Bahasa Akademis

oleh sekolah-sekolah tingkat tinggi yang memang dikelola oleh bangsa Belanda. Dan

banyaknya para Intelektual Indonesia yang belajar di Belanda pada saat itu telah

mengesankan adanya identitas “intelek” bagi mereka yang mahir Bahasa Belanda

(sebuah Halo Efek), juga ada kesan “Belanda sebagai pusat kegiatan akademik puncak”

yang akhirnya memberikan efek pada kesan-kesan pusat ilmu ataupun peradaban tinggi

pada identitas Negara Belanda dan seluruh kandungan yang ada didaDalam kehidupan

sehari-hari mulai dari interaksi intrapersonal, interpersonal, maupun yang meluas pada

kehidupan berbangsa dan bertanah air, bahasa memegang peran utama. Peran tersebut

meliputi bagaimana proses mulai dari tingkat individu hingga suatu masyarakat yang

luas memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada saat inilah fungsi bahasa secara

umum, yaitu sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan

integrasi dan adaptasi sosial, memberikan perannya.

Dalam mengembangkan diri, seorang individu akan berusaha untuk

beradaptasi dengan bahasa yang ada di lingkungannya. Penelitian Chomsky tentang gen

dan bahasa mengungkapkan bahwa seorang individu memiliki kemampuan alami untuk

memahami bahasa secara umum yang akan beradaptasi untuk lebih spesifik memahami

bahasa yang digunakan di lingkungannya. Proses adaptasi bahasa dalam seorang

individu memandunya untuk mengidentifikasikan dirinya pada kelompok yang

memiliki bahasa yang sama dengan dirinya. Maka dari itu proses alamiah tersebut

Page 12: makalah bahasa Indonesia

12

perlahan membentuk ikatan sosial antara individu dengan individu yang lain dalam

sebuah kelompok masyarakat.

Proses pengidentifikasian kelompok yang terus berjalan dalam individu

membentuk suatu bentuk warna kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan

Prof. Anthony melalui kajian semantik dan etimologi kata mengenai bahasa yang

merupakan cerminan dari watak,sifat, perangai, dan budi pekerti penggunanya.

Berbeda dengan proses adaptasi bahasa pada individu, dalam tingkatan

masyarakat proses adaptasi berjalan lebih kompleks, dengan waktu yang lebih panjang

pula. Masyarakat yang merupakan sekumpulan dari individu-individu dalam suatu

wilayah tertentu pada awalnya akan membuat kesepakatan-kesepakatan dalam

mengungkapkan makna serta berkomunikasi. Selanjutnya proses ini secara terus

menerus mengalami perubahan sehingga membentuk suatu sistem, atau yang disebut

Hugo Warami sebagai sistem kesepakatan-kesepakatan. Sistem kesepakatan dalam

masyarakat ini bukanlah suatu hasil akhir melainkan terus mengalami perubahan sesuai

dengan kealamiahan dari berdinamikanya masyarakat beserta individu dalam merespon

ransang dari luar. Proses yang berlangsung dalam masyarakat tersebut akan membentuk

karakteristik masyarakat seperti warna kepribadian dalam individu.

Salah satu bahasa yang digunakan oleh sebagian masyarakat di dunia adalah

bahasa Melayu. Dalam perkembangannya bahasa Melayu berhasil menjadi bahasa yang

paling berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai

jumlah penutur terbesar. Melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat

Negara: Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Di Indonesia, bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting. Peran bahasa

Melayu meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, dan bahasa pengantar dalam

pendidikan. Menurut Koentjaraningrat, pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa

Indonesia secara historis dikarenakan enam hal. Pertama, berkembangnya suasana

kesetiakawanan yang mencapai momentum puncak yang menjiwai pertemuan antara

pemuda cendekiawan Indonesia yang penuh idealisme pada tanggal 28 Oktober 1928.

Kedua, adanya anggapan bahwa bahasa Melayu sejak lama merupakan lingua franca,

bahasa perdagangan, bahasa komunikasi antarorang Indonesia yang melintas batas

sukubangsa, dan bahasa yang digunakan untuk penyiaran agama. Ketiga, adanya

pengaruh media massa dalam bahasa Melayu. Keempat, berkembangnya kebiasaan

penggunaan bahasa Melayu dalam rapat-rapat organisasi gerakan nasional. Kelima,

Page 13: makalah bahasa Indonesia

13

tidak adanya rasa khawatir dalam diri warga suku non-Jawa terhadap risiko terjadinya

dominasi kebudayaan dari sukubangsa mayoritas. Keenam, karena para cendekiawan

Jawa sendiri mengecam struktur bahasanya sendiri.

Disepakatinya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia

menjadi landasan kokoh bagi terbentuknya integrasi dan identifikasi sosial/nasional.

Sebagai salah satu bentuk fisik dari identitas nasional, bahasa Indonesia memiliki

potensi untuk mempersatukan rakyat Indonesia. Potensi tersebut dikarenakan bahasa

Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional, yaitu sebagai lambang identitas

nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan, adat

istiadat, dan bahasanya; serta sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Tantangan pembentukan identitas nasional melalui bahasa di Indonesia terdiri

dari tantangan internal dan eksternal. Secara internal bahasa persatuan ini harus

menghadapi realita bahwa Indonesia terdiri dari berbagai bahasa dan budaya. Sehingga

dalam proses sosialisasinya bahasa Indonesia harus menuntaskan kegamangan antara

menampilkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dapat digunakan seluruh

masyarakat tanpa melenyapkan bahasa daerah. Hal ini diperumit dengan suatu kondisi

dimana beberapa bahasa daerah terancam punah diakibatkan sosialisasi bahasa

Indonesia yang tidak mengindahkan perawatan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang

harus dilestarikan. Sehingga pada daerah yang masih tertinggal, bahasa ibu ditinggalkan

karena tidak lebih prestise dibandingkan bahasa Indonesia. Di satu sisi bahasa Indonesia

juga harus menghadapi realita bahwa penuturnya sendiri sangat sedikit yang mau

mempelajari kaidah bahasa yang baik dan benar.

Akronim

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata,

ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital.

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan

suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,

ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.

Page 14: makalah bahasa Indonesia

14

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang diatur, berikut adalah

ringkasan pedoman umum penulisan kata dalam bahasa Indonesia:

1. Kata dasar

2. Kata turunan

3. Kata ulang

4. Kata majemuk

Akronim

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun

huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital.

2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan

suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun

huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.

2. Saran

Semoga kita dapat mengguanakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dan

menggunakannya sebahagai bahasa sehari-hari.

Page 15: makalah bahasa Indonesia

15

Daftar Pustaka

http://www.feunpak.web.id/jima/orasi_dendysugono.htm

Eksistensi Bahasa Indonesia dan Sumpah Pemuda.

http://re-searchengines.com/0805hugo.html

Bahasa dan Sastra Indonesia Masih Banyak Peminat.

http://rumahkiri.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1193

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/10/23/Utama/ut01.htm

http://www.globalkomputer.com/Bahasan/Teori-Bahasa-dan-Otomata

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/10/28/0001.html

Mansur,Drs.1990.Tata bahasa Baku bahasa Indonesia.Malang: yayasan asih asah asuh malang

Halim, Amran.1984.Politik bahasa indonesi.Jakarta:PN Balai Pustaka