makalah-asam-asetat

23
PENDAHULUAN I.1. Sejarah Proses Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari pembuatan bir atau anggur. Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi. Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat 1

Transcript of makalah-asam-asetat

Page 1: makalah-asam-asetat

PENDAHULUAN

I.1. Sejarah Proses

Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan

oleh berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil

samping dari pembuatan bir atau anggur.

Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak

lama. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos

menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat

warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau

campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa

Romawi menghasilkan sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan

anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang

disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada

peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.

Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat

pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan

dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas

Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial

yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak

perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia

yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli

kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya

sama.

Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat

anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi

karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi

tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya

reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.

Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang

diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida

1

Page 2: makalah-asam-asetat

menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat

menghasilkan asam asetat.

  Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara

fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar

10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan

bahwa cuka yang digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologis

karena lebih aman bagi kesehatan.

Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan

metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam

pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan

katalis kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa

menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.

I.2. Spesifikasi Bahan Baku

I.2.1. Methanol

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah

senyawa kimia dengan rumus kimia C H 3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling

sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah

menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas

(berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan baku

pembuatan asam asetat dengan metode karbonilasi methanol.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.

Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah

beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan

sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.

Methanol

2

Page 3: makalah-asam-asetat

Nama IUPAC

Methanol

Nama lain

hydroxymethanemethyl alcoholmethyl hydratewood alcohol

carbinol

SifatRumus molekul CH3OH

Massa molar 32.04 g/mol

Penampilan colorless liquid

Densitas 0.7918 g/cm³, liquid

Titik leleh –97 °C, -142.9 °F (176 K)

Titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K)

Kelarutan dalam air Fully miscible

Keasaman (pKa) ~ 15.5

Viskositas 0.59 mPa·s at 20 °C

Momen dipol 1.69 D (gas)

BahayaKlasifikasi EU Flammable (F)

Toxic (T)

Titik nyala 11 °C

I.2.2. Iodida

Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi

metil iodide:

MaOH + HI MeI + H2O

3

Page 4: makalah-asam-asetat

Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus

katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-

sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-

I.2.3. Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−)

Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses

pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan

memberikan reaksi dan distribusi produk yang baik. Struktur katalis kompleks

Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) dapat dilihat seperti gambar berikut:

I.2.4. Iridium ([Ir(CO)2I2]−)

Iridium ([Ir(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan asam

asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air lebih

sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]– dapat dilihat

seperti gambar berikut:

I.3. Spesifikasi Produk

Asam asetat yang jelas, cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2.

Memiliki titik leleh 62,06°F (16.7°C) dan mendidih pada 244,4°F (118°C), kerapatan

1,049g/mL pada 25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi,asam asetat

bersifat korosif, memiliki bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.

Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat

seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan

sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa

4

Page 5: makalah-asam-asetat

konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira

sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat

berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga

dapat dideteksi pada uap bersuhu 120°C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di

dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat

murni Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air).

Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi

sekitar 154–157 J mol–1 K–1.

Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium,

dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).

Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa.

Contohnya adalah soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir

semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam

asetat:

Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)

NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan

garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi

dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila

bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling

terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan

turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi

nukleofilik.

Nama sistematis : Asam etanoat, Asam asetat

Nama alternatif : Asam metanakarboksilat

Asetil hidroksida : (AcOH)

Hidrogen asetat : (HAc) Asam cuka

Rumus molekul : CH3COOH

Massa molar : 60.05 g/mol

5

Page 6: makalah-asam-asetat

Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan 1.266 g cm−3, padatan

Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)

Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)

Penampilan : Cairan tak berwarna atau kristal

Keasaman (pKa) : 4.76 pada 25°C

I.4. Kegunaan Asam Asetat

Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai

senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai

bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).

Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.

Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

6

Page 7: makalah-asam-asetat

RANCANGAN PROSES

II.1. Reaksi / mekanisme reaksi

Teknologi pembuatan asam asetat mungkin yang paling beragam dari

pembuatan semua bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang

digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,

sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif

fermentasi, dan anaerob fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan teknik yang

umum digunakan dalam industri asam asetat dan menjadi teknik penghasil asam

asetat lebih dari 65% dari kapasitas global. Dari asam asetat yang diproduksi oleh

industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya

dihasilkan melalui metode-metode alternatif.

1. Karbonilisasi methanol

Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi

ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat

CH3OH + CO → CH3COOH

Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri

terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.

(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O

(2) CH3I + CO → CH3COI

(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI

Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan metode karbonilisasi

methanol yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan

katalis kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa

menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.

II.2.Kondisi Operasi Proses Monsanto

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di

Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang

rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah

methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO

menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam

asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalis

7

Page 8: makalah-asam-asetat

iodinepromoted kobalt, namun kurang efektif dalam hal biaya karena katalis ini

bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium

bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam

asetat sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 %

saja. Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap,

1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida

CH3OH + HI CH3I + H2O

2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida

menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d6). CH3I +

[Rh-kompleks]

Mekanisme Reaksi Katalis

Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium

kompleks yang larut dan iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akan

bekerja dalam reaksi ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]- di

bawah kondisi reaksi. Struktur katalis [Rh(CO)2I2]- dapat dilihat seperti gambar

berikut.

Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk

yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

8

Page 9: makalah-asam-asetat

Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor

dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan

konversi methanol menjadi metil iodide:

MaOH + HI MeI + H2O

Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus

katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-

sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat

CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3.

Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi

sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian membentuk

ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III) (Gambar 4). Dengan terbentuknya

kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian

direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini

bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm. Asetil iodida yang terbentuk

kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI.

Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi methanol

menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus.

Sedangkan asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk

dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian

dilakukan dengan cara destilasi. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar

berikut:

9

Page 10: makalah-asam-asetat

Gambar 5 The major unit comprising a commercial-scale Monsanto methanol operating plant, which uses a rhodium-based catalyst

II.3. Kondisi Operasi Proses Cativa

Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh

carbonylation dari metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya

berbeda dalam penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang

mengandung katalis seperti kompleks Ir[(CO)2I2]–. Proses ini pertama kali

dikembangkan oleh BP Chemicals dan lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya kajian 10

Page 11: makalah-asam-asetat

Monsanto telah menunjukkan bahwa iridium kurang aktif dari rhodium untuk proses

carbonylation metanol. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa katalis

iridium bisa dipromosikan dengan bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan

sebuah katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium. Penggunaan

iridium memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan

demikian dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang diperlukan, mengurangi

produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser. Selain itu, proses ini

memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses

Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.

Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]– dapat dilihat seperti gambar beriktut:

Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.

Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis

kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2), setelah

terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I - akan

keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I]

11

Page 12: makalah-asam-asetat

(gambar 3), struktuir ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi

berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas,

sehingga dengan adanya ion I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas

dari kompleks dan bereaksi dengan I- membentuk CH3COI. Senyawa CH3COI ini

kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dan asam halida (HI).

Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan

methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam

asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor

maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan

proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.

II.4. Tinjauan Thermodinamika dan Kinetika dari proses produksi asam asetat

dengan metode Monsato dan metode Cativa:

1) Tinjauan Thermodinamika:

CH3OH + CO → CH3COOH

∆ H r=∆ H produk−∆ H reaktan

∆ H f 298CH 3OH=−238660 J

∆ H f 298CO=−110525 J

∆ H f 298CH 3COOH =−484500 J

∆ H r=∆ H f 298CH 3COOH −(∆ H f 298 CH 3OH +∆ H f 298CO )

∆ H r=−484500−(−238660−110525 )=−135315 J

o Karena ∆ H r bernilai negatif, maka dapat diketahui reaksi bersifat eksotermis.

12

Page 13: makalah-asam-asetat

o Sesuai dengan tinjauan Thermodinamika, pada reaksi eksotermis jika tekanan

diperkecil maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan (koefisien besar). Oleh

karena itu tekanan harus diperbesar agar reaksi berjalan ke kanan.

o Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu

suhu operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.

2) Tinjauan Kinetika:

Sesuai dengan hukum Arrhenius:

k=A .e−ERT

k = konstanta kecepatan reaksi

A = frekuensi faktor tumbukan

E = energi aktivasi dari reaksi

R = konstanta gas ideal

= 1.98 cal/gm-mol.oK

= 1.98 Btu/lb-mol.oR

= 82.06 cm3.atm/gm-mol.oK

T = suhu reaksi

Sesuai hukum Arrhenius maka semakin tinggi suhu operasi maka semakin

besar nilai konstanta kecepatan reaksi

Semakin besar nilai konstanta kecepatan reaksi, maka semakin cepat laju

reaksinya sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan

A+B k1→

C+D

−r A=rC=rD=k1 CA CB

Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan

maka semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.

a. Pemilihan Reaktor :

Jika jenis reaktor yang dipilih Batch

ri=1V

dN i

dt= 1

Vd (C iV )

dt= 1

VVd Ci+C idV

dt

ri=dC i

dt+

C i

VdVdt

o Semakin besar volume reaktan dalam reaktor maka semakin kecil laju

kecepatan reaksi pembentukan produk. Secara molekular semakin besar 13

Page 14: makalah-asam-asetat

volume reaktan dalam reaktor maka jarak antar molekul satu dengan yang lain

akan semakin jauh sehingga frekuensi tumbukan antar reaktan akan semakin

kecil.

Jika jenis reaktor yang dipilih Continue stirred tank reactor (CSTR)

Overall

Rate input−Rateoutput ± Rate change=Rate accumulation

ρ . Q1−ρ .Q 2± 0=d (ρ .V )

dt

ρ . Q1−ρ .Q 2=ρ .d (V )

dt

Q1−Q2=dVdt

Neraca Komponen

Rate input−Rateoutput ± Rate change=Rate accumulation

CC 0 . Q1−CC .Q2+k . CA .CB .V=d (CC . V )

dt

0−CC . Q2+k .C A . CB .V =CCdVdt

+VdCC

dt

CC . Q2+k . CA . CB .V =CC (Q1−Q2 )+VdCC

dt

k .CA .CB . V=CC . Q1+VdCC

dt

k .CA .CB . V−CC . Q1=VdCC

dt

14

Q2 CA CC

CB CD

Q1 CA0

CB0

Page 15: makalah-asam-asetat

k .CA .CB−CC .Q1

V=

dCC

dt=rC

o Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar volume reaktor

maka laju pembentukan produk akan semakin kecil. Namun penggunaan

reaktor CSTR lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR

produk akan secara kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu

tinggal reaktan dalam reaktor.

o Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil

produksi suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi

suatu industri.

15

Page 16: makalah-asam-asetat

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode monsato ialah

methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO

menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Katalis rhodium

bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2.

2. Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh

carbonylation dari metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto

hanya berbeda dalam penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium

yang mengandung katalis seperti kompleks Ir[(CO)2I2]–.

3. Reaksi pembuatan asam asetat adalah reaksi eksotermis karena ∆ H r bernilai

negatif.

4. Pada penggunaan reaktor batch dan kontinyu semakin besar volume maka

kecepatan reaksi pembentukan produknya akan semakin kecil.

5. Penggunaan reaktor CSTR lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada

reaktor CSTR produk akan secara kontinyu dihasilkan sehingga akan

mengurangi waktu tinggal reaktan dalam reaktor.

6. Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi

hasil produksi suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang

menguntungkan bagi suatu industri.

2. Saran

1. Proses produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan

suhu rendah.

2. Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.

16

Page 17: makalah-asam-asetat

Daftar Pustaka

Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid

Iridium Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process.

BP Chemicals Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12

8DS, U.K

Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene,

or Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering,

University of California, Berkeley, CA 94720, USA

Roth J. F. The Production of Acetic Acid Rhodium Catalysed Carbonylation Of

Methanol. Monsanto Co., St. Louis, Missouri

Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.

17