MAKALAH ARJ

download MAKALAH ARJ

of 15

Transcript of MAKALAH ARJ

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    1/15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANGPenyakit artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit sistemik yang bersifat

    progresif, yang mengenai jaringan lunak dan cenderung untuk menjadi kronis.

    Penyakit ini disebabkan karena adanya inflamasi dari membran sinovial dari sendi

    diartroidial. Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

    (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga

    terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian

    dalam sendi. Artritis reumatoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh

    tubuh. Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan wanita 2-3 kali

    lebih sering dibandingkan pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun,

    tetapi bisa terjadi pada usia berapapun.

    Arthritis rheumatoid Juvenile (ARJ) merupakan penyakit arthritis kronis pada

    anak-anak umur di bawah 16 tahun. da beberapa terminologi untuk mengelompokkanarthritis ini. Istilah ARJ lebih banyak dipakai di Amerika Serikat yaitu istilah yang

    digunakan untuk menyebut arthritis pada anak usia dibawah 16 tahun yang tidak

    diketahui penyebabnya. Di AS lebih sering digunakan istilah rematoid karena pada

    umumnya anak-anak tersebut mempunyai orang tua atau keluarga yang menderita

    arthritis rematoid dengan faktor rematoid yang positif. Istilah arthritis kronik juvenile

    lebih banyak digunakan di Inggris (Eropa). Adanya kerancuan dalam hal penggunaan

    istilah ini, maka timbul kesepakatan pada pertemuan EULAR untuk menggunakan

    istilah yang seragam. Istilah yang disepakati oleh EULAR adalah arthritis idiopatik

    juvenile (ARJ) yang dibagi dalam 7 subtipe

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    2/15

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 DEFINISI

    Arthritis rheumatoid Juvenile (ARJ) merupakan penyakit arthritis kronis pada

    anak-anak umur di bawah 16 tahun. Berdasarkan definisi, ARJ ditandai oleh

    menetapnya temuan peradangan secara objektif di satu atau lebih sendi selama paling

    sedikit 6 minggu dengan eksklusi kausa lain peradangan sendi pada anak usia 16

    tahun atau kurang.

    2.2 EPIDEMOLOGI

    ARJ merupakan arthritis yang lebih sering dijumpai pada anak-anak,

    insidennya dilaporkan hanya sekitar 1% pertahunnya. Dengan perjalanan penyakit

    ARJ bervariasi, 17% berkembang menjadi arthritis kronik, 20% dengan gangguan

    mata. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa pasien ARJ yang berlangsung lebih dari

    7 tahun, 60% mengalami kecacatan. Prevalensi ARJ dilaporkan sekitar 1-

    2/100.000/tahun dan Minnesota 35/100.000/tahun.

    ARJ banyak menyerang anak-anak dengan tingkat umur terbanyak sekitar 4-5

    tahun. Perempuan lebih banyak dengan perbandingan 3:1. Faktor suku diduga kuat

    sangat terkait pada ARJ. Suku Afrika dibanding suku Amerika dan Kaukasia lebih

    sering terkena di Amerika. Di AS Schwartz melaporkan bahwa ARJ lebih sering

    menyerang anak-anak yang lebih dewasa, khususnya pada kelompok Oligo-artikular,

    dengan RF positif.

    2.3 ETIOLOGI

    Etiologi penyakit ini belum banyak diketahui, diduga terjadi karena respons yang

    abnormal terhadap infeksi atau faktor lain yang ada di lingkungan. Peran

    imunogenetik diduga sangat kuat mempengaruhi.

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    3/15

    2.4 KLASIFIKASI

    Penyakit reumatik merupakan sekelompok penyakit yang sebelumnya dikenal

    sebagai penyakit jaringan ikat. Menurut kriteria American Rheumatism Association

    (ARA) artritis reumatoid juvenil (ARJ) merupakan penyakit reumatik yang termasuk

    ke dalam kelompok penyakit jaringan ikat yang terdiri lagi dari beberapa penyakit.

    Ada 2 klasifikasi yaitu klasifikasi yang dipakai AS dan klasifikasi menurut

    EULAR, Klasifikasi yang dipakai di AS ditetapkan tahun 1973 dan telah direvisi

    tahun 1977, sedangkan kriteria baru oleh EULAR ditetapkan tahun 1995.7Menurut

    kriteria ARJ yang dipakai di AS, arthritis ini dibagi dalam 3 subtipe berdasarkan

    gejala penyakit yang berlangsung minimal terjadi selama 6 bulan. (1)Sistemik:

    ditandai dengan demam tinggi yang mendadak disertai bercak kemerahan dan

    manifestasi ekstraartikular lainnya.(2)Pausiartikular ditandai dengan arthritis yang

    mengenai 4,(3) Poliartikular ditandai dengan nyeri sendi 5

    2.5 PATOFIS DAN PATOGENESIS

    ARJ merupakan penyakit autoimun multisystem, yang terdiri dari beberapakelompok penyakit dengan perbedaan klinis dan derajat penyakit. Sampai sekarang

    patogenesisinya belum banyak diketahui. ARJ merupakan penyakit arthritis kronis

    heterogen yang umumnya menyerang perempuan ditandai dengan arthritis kronik

    yaitu ditemukannya tanda keradangan pada sinovium. Tanda adanya respon imun

    yaitu ditemukannya autoantibody tersebut, antara lain antibody ANA, factor rematoid

    dan antibody heat shock protein. Peran HLA juga sangat besar dalam pathogenesis

    ARJ.

    Secara histopatologi sinovium ARJ didapatkan sebukan sel radang kronik yang

    didominasi oleh sel mononuklir, hipertrofi vilus, peningkatan jumlah fibroblast, dan

    makrofag. Mediator inflamasi juga ditemukan pada sinovium. Mediator-mediator

    tersebut antara lain: IL-2, IL-6, TNF-, GM- CSF. Jelaslah bahwa sangat besar peran

    sel T untuk menimbulakan keradangan di sinovium. Bagaimana sel T menjadi

    autoreaktif yang masih menjadi pertanyaan. Dari berbagai laporan penelitian pencetus

    sel autoreaktif tak lepas dari peran HLA.

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    4/15

    Sitokin juga memegang peranan penting dalam proses pathogenesis ARJ.

    Berdasarkan sitokin yang dikeluarkan, ada 2 tipe sel T. Sel T tipe 1 lebih banyak

    melepaskan sitokin IL-2, IFN- dan TNF-, sedangkan pad tipe dua sitokin yang

    dilepaskan IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13. Secara klinis sitokin ini mempengaruhi

    keseimbangan respon selular dan humoral. Pada arthritis rematoid yang dewasa

    diketahui bahwa sel T tipe 1 yang lebih dominan, ternyata demikian juga yang

    ditemukan pada ARJ, kecuali pada pausiartikular, sel T tipe 2 yang dominan.

    Kemokin diduga juga ikut berperan dalam pathogenesis ARJ. Kemokin

    merupakan factor penentu migrasi subtype sel T. Beberapa reseptor kemokin

    bertanggungjawab terhadap klonasi sel T, yaitu reseptor CCR3, CCR4, CCR8 yang

    bertanggung jawab proliferasi sel T tipe 2, CXCR3 dan CCR5 biasanya dominan pada

    ekspresi sel T tipe 1, sedangkan CXCR4 dan CCR2 bertanggung jawab terhadap

    kedua tipe sel T. Adanya perbedaan ekspresi inilah yang menimbulkan perbedaan

    pathogenesis. Dari penelitian Thompson dkk, melaporkan bahwa pada ARJ CCR4 sel

    T memegang peranan pathogenesis ARJ dan yang menentukan subtipenya.

    Dilaporkan bahwa aktivasi komplemen yang membentuk terminal attack complex

    yang terbanyak dijumpai pada sinovium pasien ARJ, kulit dan limpa. Aktivasi

    komplemen pada ARJ dapat melalui 2 jalur baik klasik maupun alternative. Dari

    beberapa laporan pada ARJ aktivasi komplemen terbanyak melalui jalur alternative.

    Infeksi virus dan bakteri sebagai factor lingkungan yang berperanan dalam

    pathogenesis ARJ. Infeksi dikatakan dapat sebagai bahan pencetus terjadinya

    autoreaksi sel T. Hal ini ditunjukkan pada penelitian tentang peran HSP 60 dalam

    pengontrolan aktivasi sel T yang menimbulkan arthritis.

    2.6 GAMBARAN KLINIS

    Adalah gejala klinis utama yang terlihat secara obyektif. Ditandai dengan

    salah satu dari gejala pembengkakan atau efusi sendi, atau paling sedikit 2 dari 3

    gejala peradangan yaitu gerakan yang terbatas, nyeri jika digerakkan dan panas. Nyeri

    atau sakit biasanya tidak begitu menonjol. Pada anak kecil, yang lebih jelas adalah

    kekakuan sendi pada pergerakan, terutama pada pagi (morning stiffness).

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    5/15

    Subtipe ARJ bergantung pada gejala sistemik penyakit dan jumlah sendi yang

    terkena pada 6 bulan pertama perjalanan penyakit. Anak dikatakan mengidap ARJ

    awitansistemik apabila awitan penyakit disertai oleh demam tinggi yang melonjak-

    lonjak (sedikitnya 40oC) sampai selama 2 minggu dan (biasanya) oleh ruam yang

    cepat menghilang pada puncak demam tanpa dipengaruhi jumlah sendi yang terkena

    selama 6 bulan pertama. Pada ARJ pausiartikular, mengenai kurang dari 5 sendi pada

    6 bulan pertama, penyakit poliartikular melibatkan lima atau lebih sendi. Masing-

    masing subtype penyakit, walaupun hanya bersifat deskriptif, memperlihatkan

    perjalanan penyakit, penyulit, dan prognosis yang berlainan.

    ARJ Sistemik (Penyakit Still)Penyakit ini merupakan kelompok ARJ yang sangat serius dibanding dengan

    kelompok lainnya, lebih sering dijumpai pada kelompok umur dibawah 4

    tahun. Penyakit ini hanya terjadi pada 10% dari semua anak dengan ARJ;

    tetapi pasien biasanya menderita sakit berat sehingga dirujuk ke pusat

    perawatan tersier. Pada umumnya anak-anak ini dirujuk setelah menderita

    demam yang tidak diketahui sebabnya selama beberapa minggu. Demam

    timbul setiap hari atau dua kali sehari, sering melonjak hingga 40 sampai

    41oC pada sore hari; suhu sering menurun cepat sampai subnormal pada jamlain. Lonjakan demam sering disertai oleh ruam macular berwarna salem yang

    cepat menghilang, terutama timbul dibadan dan sebelah dalam paha. Tiap-tiap

    macula tidak kembali muncul di tempat yang sama pada lonjakan demam

    berikutnya. Ruam sering memperlihatkan fenomena koebner , yaitu

    kemampuan memicu timbulnya lesi dengan menggososk kulit secara lembut.

    Anak-anak ini sering kehilangan nafsu makan. Apabila anak cukup

    besar, mereka sering mengeluh artralgia dan/ mialgia yang parah (Rudolf)

    Gejala lainnya berupa kelelahan, iritatif, nyeri otot dan hepatosplenomegali.

    Beberapa pasien didapatkan serositis atau perikarditis. Pada kasus

    ditemukan limpadenopati yang secara patologi anatomi hanya didapatkan

    gambaran hiperplasi. Artritis mungkin dapat terus berlangsung beberapa

    minggu atau bulan, sehingga diagnosis sangat sulit.Sendi yang sering terkena

    adalah lutut dan pergelangan kaki. Temporomandibula dan jari-jari tangan

    dapat terkena tetapi jarang. Gambaran laboratoriknya menunjukkan

    leukositosis dengan jumlah leukosit diatas 20.000nm3, anemia non hemolitik

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    6/15

    yang berat. LED yang meningkat, tes ANA negatif dan kadar feritin yang

    tinggi. Jumlah trombosit meningkat, seringkali tipe ini dengan komplikasi

    KID. Gejala ini biasanya membaik setelah satu tahun, sedangkan 50% pasien

    jatuh ke kronik arthritis dan 25% dengan gambaran erosi pada sendinya,

    komplikasi lainnya yaitu karditis, hepatitis, anemia, infeksi dan sepsis.

    Diagnosis bandingnya leukemia atau sepsis. Informasi lain yang perlu

    diperhatikan pada arthritis tipe ini adalah, pemeriksaan darah dilakukan

    beberapa minggu dan bulan awal penyakit untuk menilai perkembangan anak

    Oligoartritis / Pausi-artikulerBentuk penykit yang paling sering terjadi pada ARJ, Diartikan sedikit sendi,

    pauciarticular mengenai 4 sendi atau kurang. Sekitar 50% persen dari anak-

    anak dengan ARJ tergolong dalam tipe ini. , lebih sering mengenai satu sisi

    sendi dibandingkan kedua sisi sendi pada saat yang bersamaan, tetapi sering

    pada dua, tiga, sampai 4 sendi dalam 6 bulan berikutnya. Sering ditemukan

    mengenai sendi besar, paling banyak mengenai lutut, pergelangan kaki, siku.

    Jarang terjadi pada sendi-sendi kecil, jemari tangan, sendi ibu jari. Sebanyak

    40 70% mempunyai tes ANA positif, lebih sering pada anak perempuan

    dengan umur 1-3 tahun. Dan sering dengan komplikasi uveitis kronik.,

    unilateral atau bilateral. Dari beberapa kasus merupakan kelompok arthritis

    psoriatic atau ankilosing spondilitis. Sendi yang sering terserang adalah lutut,

    pergelangan kaki, siku dan jari-jari tangan.Pada laki-laki lebih sering terkait

    spondilitis ankilosing dengan HLA B27 positif.7,2

    PoliartritisInsidennya sekitar 30-40% dari ARJ, 75% menyerang perempuan, gambaran

    artritisnya mirip arthritis rematoid dewasa, lebih banyak menyerang

    perempuan umur 12-16 tahun, biasanya disertai gejala sistemik yang ringan,

    RF bisa positif maupun negatif. Pasien seronegatif cenderung berusia lebih

    muda dan lebih responsif terhadap pemberian terapi NSAID konvensional.

    Anak dengan ARJ poliartikular mungkin memperlihatkan beberapa gambaran

    sistemik, tetapi lebih ringan daripada yang tampak pada penyakit awitan

    sistemik.

    Gejala lainnya lemah, demam, penurunan berat badan, dan anemia,

    uveitis sangat jarang pada kelompok ini, artritisnya bersifat simetris, baik pada

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    7/15

    sendi kecil maupun besar, tetapi dapat pula diawali dengan arthritis yang

    hanya pada beberapa sendidan baru beberapa bulan kemudian menjadi

    poliartritis, sendi servikal C1-2 seringkali terkena dan seringkali menimbulkan

    subluksasi. Pada kelompok RF positif biasanya pada usia yang lebih muda

    ditandai dengan erosi sendi yang hebat, dengan manifestasi ekstraartikuler

    jarang., 25% didapatkan tes ANA positif,pada RF negative hanya terdapat 5%.

    2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Laboratorium

    Pemeriksaan yang dianjurkan adalah: (1) pemeriksaan darah lengkap, (2) urin

    lengkap, (3) faal hati, (4) faal ginjal, (5) tes ANA, dan (6) faktor rematoid.

    Pada ARJ, didapatkan kadar CRP meningkat khususnya pada kelompok

    arthritis sistemik. Selain peningkatan CRP terdapat pula peningkatan LED,

    C3, C4, amiloid serum, feritin, kadar trombosit, dan leukosit, Protein-protein

    ini selain disintesis hati, juga disintesis makrofag dan sel endotel pada daerah

    inflamasi. Pemeriksaan laboratorium dipakai sebagai penunjang diagosis. Bila

    diketemukan Anti Nuclear Antibody (ANA), Faktor Reumatoid (RF) danpeningkatan C3 dan C4 maka diagnosis ARJ menjadi lebih

    sempurna.Biasanya ditemukan anemia ringan, Hb antara 7-10 g/dl disertai

    lekositosis yang didominasi netrofil.Trombositopenia terdapat pada tipe

    poliartritis dan sistemik, seringkali dipakai sebagai petanda reaktifasi

    penyakit.Peningkatan LED dan CRP, gammaglobulin dipakai sebagai tanda

    penyakit yang aktif.

    2. Pemeriksaan Radiologi

    Tidak semua sendi kelompok ARJ menunjukkan gambaran erosi,

    biasanya hanya didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak, sedangkan

    erosi sendi hanya didapatkan pada kelompok poliartikular.

    Pemeriksaan pencitraan ARJ dilakukan untuk mengetahui seberapa

    jauh kerusakan yang terjadi pada keadaan klinis tertentu. Kelainan radiologik

    yang terlihat pada sendi biasanya adalah pembengkakan jaringan lunak sekitarsendi, pelebaran ruang sendi, osteoporosis, dan kelainan yang agak jarang

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    8/15

    seperti formasi tulang baru periostal. Pada tingkat lebih lanjut (biasanya lebih

    dari 2 tahun) dapat terlihat erosi tulang persendian dan penyempitan daerah

    tulang rawan. Angkilosis dapat ditemukan terutama di daerah sendi karpal dan

    tarsal. Gambaran nekrosis aseptik jarang dijumpai pada ARJ walaupun dengan

    pengobatan steroid dosis tinggi jangka panjang. Gambaran agak khas pada tipe

    oligoartritis dapat terlihat berupa erosi tulang pada fase lanjut, pengecilan

    diameter tulang panjang, serta atrofi jaringan lunak regional sekunder.

    Kauffman dan Lovell mengajukan beberapa gambaran radiologik yang

    menurut mereka khas untuk ARJ sistemik, yaitu a) tulang panjang yang

    memendek, melengkung, dan melebar, b) metafisis mengembang, dan c)

    fragmentasi iregular epifisis pada masa awal sakit yang kemudian secara

    bertahap bergabung ke dalam metafisis. Pemeriksaan foto Rontgen tidak

    sensitif untuk mendeteksi penyakit tulang atau manifestasi jaringan lunak pada

    fase awal. Selain dengan foto Rontgen biasa kelainan tulang dan sendi ARJ

    dapat pula dideteksi lebih dini melalui skintigrafi dengan technetium 99m.

    Pemeriksaan radionuklida ini sensitif namun kurang spesifik. Skintigrafi

    menunjukkan keadaan hemodinamik dan aktivitas metabolik di tulang dan

    sendi saat pemeriksaan dilakukan, sehingga dapat menunjukkan inflamasi

    sendi secara dini. Ultrasonografi juga dapat menilai efusi atau sinovitis dengan

    menilai penebalan membran sinovial dari sendi yang meradang, bursa dan

    pembungkus tendon. Pemeriksaan MRI yang dipadu dengan gadolinium juga

    dapat membedakan inflamasi sinovium dengan cairan sinovial. Sarana MRI

    dapat digunakan untuk menilai aspek inflamasi dan destruktif dari penyakit

    artritis. Berlawanan dengan foto Rontgen, pemeriksaan MRI dapat digunakan

    untuk mendeteksi inflamasi jaringan lunak dan perubahan tulang pada fase

    awal, selain itu dapat menilai progresifitas penyakit.

    2.8 PENATALAKSANAAN

    Pengobatan utama adalah suportif. Tujuan utama adalah mengendalikan gejala

    klinis, mencegah deformitas, meningkatkan kualitas hidup. Garis besar pengobatan

    Meliputi : (1) Program dasar yaitu pemberian : Asam asetil salisilat; Keseimbangan

    aktifitas dan istirahat; Fisioterapi dan latihan; Pendidikan keluarga dan penderita;

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    9/15

    Keterlibatan sekolah dan lingkungan; (2). Obat anti-inflamasi non steroid yang lain,

    yaitu Tolmetindan Naproksen; (3). Obat steroid intra-artikuler; (4). Perawatan Rumah

    Sakit dan (5). Pembedahan profilaksis dan rekonstruksi.

    Tujuan pengobatan ARJ ini tidak hanya sekedar mengatasi nyeri. Banyak hal

    yang harus diperhatikan selain mengatasi rasa nyeri, yaitu mencegah erosi lebih

    lanjut, mengurangi kerusakan sendi yang permanen, dan mencegah kecacatan sendi

    permanen. Modalitas terapi yang digunakan adalah farmakologi maupun non

    farmakologi. Selain obat-obatan, nutrisi juga tak kalah penting.

    Mengontrol NyeriPengelolaan nyeri pada anak tidak mudah, masalahnya sangat kompleks,

    karena pada umumnya anak-anak belum dapat mengutarakan nyeri. Obat anti

    inflamasi non steroid (OAINS) Obat anti-inflamasi nonsteroid digunakan pada

    sebagian besar anak dalam terapi inisial. Obat golongan ini mempunyai efek

    antipiretik, analgesik dan antiinflamasi serta aman untuk penggunaan jangka

    panjang pada anak. Obat ini menghambat sintesis prostaglandin. Sebagian

    besar anak dengan tipe oligoartritis dan sedikit poliartritis mempunyai respons

    baik terhadap pengobatan AINS tanpa memerlukan tambahan obat lini

    kedua.9Efek samping yang sering dijumpai antara lain anoreksi, nyeri perut,

    gangguan fungsi hati, ginjal dan gastrointestinal. Adanya peningkatan SGOT

    dan SGPT maka dianjurkan evaluasi hati dilakukan secara teratur setiap 3-6

    bulan sekali.

    DMARD (Disease Modifying Antirheumatic Drugs)Digunakan untuk menekan inflamasi dan erosi lebih lanjut: (1)

    Hidroksiklorokuin: 4-6 mg/Kg/hari, maksimal 300 mg/hari. Mermpunyai

    imunomodilator dan menghambat enzim kolagenase. Efek samping yang

    sering dilaporkan adalah toksik pada retina sehingga dianjurkan evaluasi retina

    setiap 6 bulan. Efek samping lainnya urtikaria, iritasi saluran cerna, dan

    supresi sum-sum tulang. Angka kesembuhan berkisar antara 15 75%, (2)

    Preparat emas oral maupun intramuscular dosis 5mg/minggu. Dosis dapat

    ditingkatkan 0,75 1mg/Kg/minggu. Efek sampingnya adalah supresi sum-

    sum tulang dan ginjal, (3) Obat-obat sitotoksik: Sulfasalazin dilaporkan efektif

    untuk mengontrol ARJ.

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    10/15

    Biologic Response ModifiersPendekatan terapi terbaru menggunakan etanercept sebagai agen biologik yang

    berfungsi sebagai penghambat Tumor Necrosis Factor(TNF), sehingga akan

    menghambat pengeluaran sitokin yang berperan dalam proses inflamasi.

    Etanercept akan terikat pada komponen Fc imunoglobulin dan efektif dalam

    mengontrol poliartritis yang tidak memberikan respon dengan terapi

    konvensional ataupun imunosupresan. Sebelum diberikan terapi, data dasar

    laboratorium (darah perifer, LED, CRP, urinalisis) harus diambil dan uji

    tuberkulin kulit dengan PPD (purified protein derivative) menunjukkan hasil

    negatif.

    FisioterapiBanyak manfaat yang dapat diberikan oleh fisioterapi, antara lain: mengontrol

    nyeri, dengan cara pemasangan bidai, terapi panas dingin, hidroterapi dan

    TENS. Selain dapat membantu mengurangi nyeri, fisioterapi berguna bagi

    anak-anak untuk melakukan peregangan otot yang dapat berguna memperbaiki

    fungsi sendi. Peregangan pasif sangat diperlukan, tetapi harus dikerjakan

    dengan pengawasan. Latihan aktif, dengan atau tanpa beban sangat membantu

    menambah massa otot. Fisioterapi juga berguna mempertahankan fungsi gerak

    sendi serta mempertahankan pertumbuhan normal.

    Pengelolaan nutrisiAnak-anak dengan inflamasi kronis mempunyai resiko untuk terjadi malnutrisi

    oleh karena menahan sakit yang menyebabkan nafsu makan menurun. Dengan

    demikian jumlah kalori yang didapat berkurang. Selain faktor tersebut, efek

    samping obat-obatan juga mempengaruhi penurunan nafsu makan . Obat-

    obatan yang dapat menurunkan nafsu makan antara lain OAINS, klorokuin.

    Penyebab lain penurunan nafsu makan adalah adanya keradangan pada

    temporo mandibula. Penanganan diet pada anak sangatlah kompleks. Vitamin,

    zat besi, dan kalsium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan anak, dan

    sebaiknya ditambahkan pada diet. Oleh karena pemakaian steroid jangka

    panjang, maka diperlukan vitamin D 400IU dan kalsium 400mg sedangkan

    kalsium 800mg digunakan pada anak lebih dari 10 tahun.

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    11/15

    2.9 KOMPLIKASI

    Komplikasi ARJ terpenting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan

    akibat penutupan epifisis dini seperti yang sering terjadi pada mandibula, metakarpal,

    dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat pula terjadi seperti angkilosis,

    luksasi, atau fraktur. Komplikasi ini biasanya berhubungan dengan berat dan lamanya

    sakit, tetapi dapat pula akibat efek pengobatan steroid. Adanya nyeri abdomen yang

    berhubungan dengan ulkus atau gastritis, hepatotoksik atau nefrotoksik menandakan

    perlunya pemeriksaan laboratorium rutin. Kadang dapat juga terjadi vaskulitis atau

    ensefalitis pada ARJ. Amiloidosis sekunder jarang terjadi, tetapi dapat memberikan

    akibat lanjut yang berat sampai gagal ginjal.

    Selain komplikasi di atas, artritis tipe onset sistemik mempunyai komplikasi

    berupa anemia hemolitik dan perikarditis. Oligoartritis mempunyai komplikasi uveitis

    yang sering asimtomatik. Komplikasi lainnya yang cukup penting adalah masalah

    psikologi anak akibat penyakit ini, seperti depresi, ansietas dan masalah di sekolah.

    Komplikasi yang lain adalah vaskulitis, ensefalitis. Amiloidosis sekunder dapat terjadi

    walaupun jarang dan dapat fatal karena gagal ginjal. Uveitis merupakan penyakit

    peradangan pada mata,merupakan keadaan serius dari ocular yang secara spesifik

    mengenai satu atau lebih dari tiga bagian yang membentuk uvea. Iris, badan siliar,

    choroid,. Keadaan ini diperkirakan 10-15% menjadi penyebab dari kebutaan di

    Negara berkembang. Dapat mengenai kedua mata, dapat berhubungan dengan ifeksi

    atau penyakit sisitemik, uveitis adalah penyakit yang bisa ditangani, meskipun apabila

    kejadiannya meninggalkan sisa, atau episode pengulangan dari peradangan, ini dapat

    mengenai jaringan dan kebutaan.

    2.10 ASUHAN KEPERAWATAN

    2.10.1 PENGKAJIAN

    Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan muskuloskletal dantetapkan apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim, kelemahan

    umum, nyeri, kaku pada pagi hari, demam, atau anoraksia.

    Kaji sistem kardiovaskular, pulmonal, dan renal.

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    12/15

    Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri tekan,bengkak , dan kemerahan pada sendi yang terkena.

    Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.

    Fokuskan pada pengidentifikasi masalah dan faktorfaktor pasien. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan diri. Kumpulan informasi mengenai pemahaman pasien, motivasi, pengetahuan,

    kemampuan koping, penglaman masa lalu, persepsi dan ketakutan yang tidak

    diketahui.

    2.10.2 DIAGNOSA

    1. Nyeri Akut/ KronisDapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan

    oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

    Intervensi dan Rasional:

    Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu

    dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)

    Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuaikebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah

    pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi

    yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi

    yang terinflamasi/nyeri)

    Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter,bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan

    mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan

    dapat mengurangi kerusakan pada sendi)

    Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.

    (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan

    sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)

    Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktubangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres

    sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    13/15

    mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,

    menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas

    pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)

    Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan

    untuk ikut serta dalam terapi)

    Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan

    dan meningkatkan mobilitas.)

    2. Mobilitas Fisik,M KerusakanDapat dihubungkan dengan : Deformitas skeletal

    Intervensi dan Rasional:

    Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses

    inflamasi)

    Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitasuntuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari

    yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi

    akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan

    mempertahankan kekuatan)

    Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan

    program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan

    dalam mengidentifikasikan alat) Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan

    pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko

    imobilitas)Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/

    Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)

    3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan PeranDapat dihubungkan dengan :Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan

    penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

    Intervensi dan Rasional:

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    14/15

    Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapanmasa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/

    kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)

    Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerimaketerbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai

    pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)

    Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalumemperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun

    metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)

    Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankanpenampilan yang dapat meningkatkan citra diri)

    Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya

    depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih

    efektif)

    4. Kurang Perawatan DiriDapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal;penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

    Intervensi dan Rasional:

    Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasipenyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin

    dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang

    diperlukan pada keterbatasan saat ini).

    Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/Mendukung kemandirian fisik/emosional)

    Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencanauntuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan

    kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)

    Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untukmenentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;

    memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,

    menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)

  • 7/29/2019 MAKALAH ARJ

    15/15

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Perjalanan penyakit ARJ berkembang dengan variasi yang sangat banyak

    tergantung umur saat onset penyakit serta tipe dari ARJ pada tipe sistremik arthritis

    dengan demam tinggi, membutuhkan steroid dosis tinggi, dan trombositosis

    menunjukkan prognosis yang jelek, hanya 25% tipe poliartikular remisi dalam 5 tahun

    dan 2/3 pasien ARJ mengalami erosi sendi.

    Beberapa faktor merupakan indikator prognosis buruk: (1) tipe sistemik yang

    aktif pada 6 bulan pertama, (2) Poliartritis, (3) Perempuan, (4) Faktor rheumatoid

    positif, (5) Kaku sendi yang persisten, (6) Tenosinovitis, (7) Nodul Subkutan, (8) Tes

    ANA +, (9) Artritis pada jari tangan dan kaki pada awal penyakit, (10) erosi yang

    progresif, (11) Pausiartikuler tipe eksten

    3.2 KRITIK DAN SARAN

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunanya, besar harapan kami kepada para

    pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar

    makalah ini menjadi lebih sempurna.