Makalah Amfibi

download Makalah Amfibi

of 25

description

Makalah ini berisikan tentang taksonomi beberapa spesies amfibi tertentu yang memuat tentang perilaku fisiologis, morfologi, dan reproduksi

Transcript of Makalah Amfibi

  • MAKALAH TAKSONOMI HEWAN SB091321

    AMPHIBIA

    DOSEN : FARID K. MUZAKI, S.Si, M.Si

    NAMA : HILMAN ADZIM EKRAM (1512100074)

    KELAS : B

    HARI, TANGGAL : KAMIS, 19 SEPTEMBER 2013

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2013

  • 1.1 PENDAHULUAN Pada sistematika atau taksonomi ada tiga pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu identifikasi,

    klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan

    tepat terhadap suatu jenis atau spesies, sedangkan klasifikasi adalah melakukan identifikasi,

    memberi nama dan selanjutnya mengelompokkannya dalam suatu sistem yang didasarkan pada

    persamaan dan taksonomi adalah salah satu cabang sistematika yang sistem penggolongannya

    didasarkan atas karakter yang tampak, misalnya seperti keadaan morfologi eksternal maupun

    internal, fisiologi, dan perkembangannya. Oleh karena itu dengan keadaan morfologi tubuh makhluk

    hidup yang berbeda satu sama lainnya kita perlu mengkelompokannya. kita memerlukan

    pengklasifikasian agar kita lebih mudah memahami dan mempelajari keanekaragaman makhluk

    hidup tersebut. Sistematika adalah studi untuk mempelajari keanekaragaman organisme dan

    hubungan evolusioner antar organisme (Soesono, 1968).

    Pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi amphibi diperlukan adanya identifikasi dari

    berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh amphibi. Dengan melihat morfologi kita dapat

    mengelompokan mahluk hidup. Sistem atau cara pengelompokan ini dikenal dengan istilah

    sistematika atau taksonomi. Untuk mengenal amphibi kita membutuhkan pengetahuan tentang

    taksonomi dan proses-prosesnya seperti pembuatan klasifikasi dan identifikasi sehingga kita bisa

    memahami dan membedakan amphibi baik secara ordo atau famili dari amphibi dengan baik. Karena

    keanekaragaman dari amphibi merupakan aset nasional yang perlu diinventarisasikan jenis dan

    keberadaannya, distribusinya serta sifat-sifat hidupnya. (Soesono, 1968).

    Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.Bentuk luar dari

    organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari

    organisme. Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan

    anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya terlebih dahulu kita melihat bentuk

    tubuh atau morfologi hewan tersebut. Kunci determinasi adalah salah satu cara yang digunakan

    untuk pengelompokan spesies berdasarkan ciri-ciri morfologinya (Iskandar, 1998)

    1.2 TUJUAN dan MANFAAT Tujuan mempelajari dan pembuatan makalah taksonomi hewan, khususnya pada kelas

    Amphibi ini adalah bertujuan agar dapat melakukan determinasi spesies pada kelas amphibi

    berdasarkan ciri morfologi yang telah ditentukan dalam kunci determinasi, mampu mengelompokkan

    spesies amphibi berdasarkan perbedaan dan persamaannya, mampu menemukan ciri-ciri famili

    dalam kelas amphibi, mengetahui ciri khusus yang dimiliki oleh setiap spesies dalam kelas amphibi

    dan mengenal keanekaragaman spesies dari kelas amphibi. Adapun manfaat yang diperoleh dari

    pembelajaran Taksonomi Hewan Amphibi adalah mahasiswa mampu melakukan pengelompokkan

    spesies dari kelas amphibi melalui pengamatan dari segi morfologi, fisiologi, habitat, perilaku dan

    reproduksi dari spesies yang ada. Mahasiswa juga mampu mengelompokkan spesies tersebut dengan

    membaca kunci determinasi dan mengetahui ciri-ciri, baik umum maupun khusus dari kelas amphibi.

  • 1.3 TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Amphibi

    Amphibi pertama kaliditemukan sekitar 350 juta tahun yang lalu pada pertengahan zaman

    Devon. Makhluk-makhluk purba ini biasanya lebih besar, memiliki gigi besar, dan beberapa dengan

    kulit bersisik seperti reptil modern. Amphibi modern jauh lebih kecil dan telah berkembang luar biasa

    dari spesialisasi yang sesuai dengan habitat mereka. Karena amphibi sangat beragam di alam, ada

    karakteristik yang mendefinisikan beberapa kaitan dengan semua spesies. Secara umum, amphibi

    dianggap sebagai makhluk hidup yang membutuhkan baik tanah dan air untuk bertahan hidup. Hal

    ini berlaku untuk banyak spesies, namun, makhluk hidup lainnya mungkin tidak sepenuhnya terestrial,

    bahkan dilahirkan di darat (viviparity). Variasi ini adalah hasil dari lingkup evolusi yang luas, namun,

    semua amphibi berevolusi dari satu nenek moyang, dan berbagai siklus kehidupan umum, meskipun

    perbedaan antara spesies tertentu atau general. Transisi dari air ke darat tampak pada morfologi

    amphibi seperti modifikasi tubuh untuk berjalan di darat(disamping masih memiliki kemampuan

    berenang di dalam air), tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip, merubah kulitnya

    hingga memungkinkan menghadapi suasana udara dan perubahan sistem sirkulasi untuk keperluan

    respirasi dengan paru-paru dan kulit, penggantian insang oleh paru-paru dan alat sensoris amphibi ini

    memiliki kemampuan berfungsi yang baik, di udara maupun di air.

    Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut

    ataupun sisik dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu

    Amphi yang berarti dua/rangkap dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai

    hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibi

    mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan (Zug, 1993).

    Pada fase berudu, amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu

    bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa, amphibi hidup di darat dan bernafas dengan paru-

    paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring

    dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka

    insang lama kelamaan menghilang. Pada Anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi

    terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat(Zug, 1993).

    Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke

    daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan

    tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan

    berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di

    daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa

    jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva

    dalam air. Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada

    umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam

    perairan yang tenang dan dangkal. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur,

    namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda.

    (Duellman and Trueb, 1986).

  • Adapun ciri-ciri umum anggota amphibi adalah sebagai berikut:

    1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada Apoda yang

    anggota geraknya tereduksi.

    2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibi yang pada ujung jarinya

    mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp.

    3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil (biasanya

    beracun).

    4. Pernafasan dengan insang, kulit dan paru-paru.

    5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan

    tympanum.

    6. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium).

    7. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.

    8. Merupakan hewan poikiloterm, yaitu yaitu hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan

    suhu lingkungan sekitarnya. Hewan poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.

    Ciri khusus amphibi yang tidak terdapat pada kelas lain yaitu:

    1. Kulitnya yang selalu basah dan berkelenjar (licin dan tidak bersisik).

    2. Memiliki 2 pasang kaki untuk berjalan atau berenang dengan 4-5 jari atau lebih sedikit dan

    bersirip.

    3. Amphibi mempunyai 2 lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut. Pada lubang

    hidung tertentu terdapat klep yang mencegah masuknya air pada saat hewan tersebut berada

    di dalam air.

    4. Mata amphibi berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan.

    5. Lembar gendang pendengaran terletak di sebelah luar.

    6. Mulut amphibian bergigi dan berlidah (lidahnya dapat dijulurkan pada saat menangkap

    mangsa).

    7. Rangka tubuh amphibi sebagian besar tersusun atas tulang keras, tengkoraknya memiliki due

    kondil. Apabila amphibi bertulang rusuk, maka tulang rusuk tersebut tidak menempel pada

    tulang dada.

    8. Jantungnya beruang 3 (1 ventrikel dan 2 atrium) dan memiliki 1 pasang atau tiga pasang

    lengkung aorta, sel darah merahnya berbentuk oval dan berinti. Selain dengan paru-paru,

    amphibi dewasa bernafas dengan kulit dan selaput rongga mulut.

    9. Otak amphibi memiliki 10 pasang saraf kranialis.

    10. Suhu tubuh amphibi tergantung dari lingkungannya (poikilotermis)

    11.Amphibi melakukan fertilisasi eksternal atau internal, kebanyakan anggotanya bertelur (ovipar).

    Telur mempunyai kuning telur dan terbungkus zat gelatin, membelah secara holoblastis, tidak

    memiliki embrana embryonic.

    12. Mengalami metamorphosis sempurna dalam siklus hidupnya.

    13. Menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong

    hewan eksoterm.

    14. Fertilisasi secara eksternal di air atau tempat lembab.

  • B. Pengenalan Karakteristik Amphibi

    Amphibi memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata

    terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan

    kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring

    dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi

    sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk

    kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Tempurung kepalanya sederhana

    dengan bagian tulang yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan ikan, tapi otot dagingnya pada kaki

    lebih kompleks bila dibandingkan dengan otot daging pada pina lateralis.

    Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak pipih dorso-ventral

    dan mempunyai cauda yang panjang. Kintel dan katak mempunyai caput dan truncus tanpa cervix

    dan cauda, ekstremitas muka kecil, sedang yang belakang panjang. Caecilian tidak berkaki dan

    berbentuk seperti cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya

    mengandung sisik dalam.

    Rana pipiens atau Rana trigina mempunyai caput dan cervix yang lebar bersatu. Pada truncus

    terdapat ekstremitas, seluruh tubuh terbungkus oleh kulit halus yang licin. Pada ekstremitas muka

    yang berupa kaki/tangan berukuran pendek, terdiri atas brachium (lengan atas) yang berupa

    humerus, antibrachium (lengan bawah) yang berupa radio-ulna, carpus (pergelangan tangan), manus

    (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan phalanges. Pada telapak tangan terdapat palm,

    dibawah jari pada hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin. Ekstremitas

    belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian bawah kaki) yang terdiri

    atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas meta tarsus dan

    phalangus (jari-jari).

    Penutup tubuh Rana pipiensadalah kulit yang lemas (fleksibel), menutupi tubuh terhadap

    gangguan yang bersifat fisis dan pathologis dan bersifat menyerap air karena katak tidak minum.

    Kulit tersusun atas epidermis, dermis, yang terbagi dari jaringan lain. Epidermis bagian bawah

    merupakan lapisan germ yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas.

    Tiap bulan selama musim hujan dibawah lapisan jangat dibentuk bahan lapisan jangat baru sebagai

    pengganti. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali. Pada dermis terdapat jaringan ikat, di

    sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak

    kelenjar dan pigmen. Bagian dalam sebelah dermis terdapat jaringan padat yang berupa jaringan ikat

    yang berserat-serat. Dibagian bawah dermis terdapat saraf dan pembuluh darah yang mempunyai

    peranan penting dalam proses pernafasan melalui kulit. Kelenjar kulit menghasilkan sekresi yang

    berupa cairan untuk membasahi kulit luar. Kelenjar kulit terbagi atas dua macam, yaitu: Glandulae

    muccosa (kelenjar lendir), yang menghasilkan lendir bening untuk memudahkan katak melepaskan

    diri apabila ditangkap dan Glandulae toxicon (kelenjar racun), yang menghasilkan zat racun yang

    pada tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain. Dalam kulit terdapat butir-butir

    pigmen dan sel pigmen (chromatophora) pada dermis. Macam chromatophora yaitu: Melamophora

    yang berisi pigmen hitam atau coklat, Lipohora yang berisi pigmen merah atau kuning, Guanophora

    yang berisi kristal-kristal putih. Katak melindungi diri dengan menyesuaikan warna pada lingkungan

    sekitarnya (Jasin, 1992).

  • Amphibi mempunyai susunan otot lidah mula-mulanya berfungsi untuk menyemprotkan hasil

    sekresi dari kelenjar lidah (linguales) yang dilengkapi papilla pada lidahnya dan indera pengecap.

    Disini juga terdapat kelenjar tunggal glandula intermaksilaris yang terletak di depan rongga hidung

    diantara premaksilla dan bermuara di depan ronga mulut yang berfungsi untuk membasahi lidah dan

    rima oris sebagai tempat masuknya makanan. Gigi dapat ditemukan pada tulang spinal, premaksilla,

    dan dentale serta beberapa tulang dari langit-langit (Djuhanda, 1982). Kerongkongan adalah salah

    satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan. Kerongkongan

    pada bangsa amphibi lebih pendek daripada bangsa reptil karena pada bangsa amphibi tidak

    mempunyai leher (Kent,1983). Menurut Djuhanda (1982), Amphibi di sepanjang usus kasar memiliki

    struktur berbentuk lurus. Pankreas terdapat pada pertemuan lambung dengan duodenum. Saluran

    pancreas pada Anura bermuara di ductus choledokus. Katak sudah memperlihatkan kemajuan dari

    pada ikan. Pengambilan nafas dilakukan dengan jalan menelan udara secara ditekan oleh dasar

    rongga mulut karena tidak mempunyai rusuk. Laring disokong oleh potongan cartilage arytaenoidea

    dan cartilage krikoidea. Sistem pencernaan pada katak terdiri dari lambung yang menggembung

    besar, usus halus yang melingkar-lingkar. Pada lambung melekat kelenjar pankreas. Saluran dari hati

    bersatu dengan saluran dari pankreas, bermuara di usus duabelas jari. Agak ke tengah dekat usus

    duabelas jari, terdapat benda bulat berwarna coklat, yaitu limpe. Usus halus sangat panjang, tetapi

    usus tebal sangat pendek. Di tengah-tengah agak menempel punggung, terdapat ginjal sepasang,

    panjang, dan berwarna coklat. Didepan ginjal tampak pembuluh vena besar. Di belakang ginjal

    terdapat pula pembuluh darah besar yaitu aorta (Mahardono,1980).

    Katak bernapas dengan berbagai cara, misalnya dengan kulitnya yang tipis dan lembab. Juga

    dengan selaput mulutnya, sehingga katak sering tampak memompa udara ke mulut, dengan

    menggerak-gerakkan rahang bawahnya. Cara yang ketiga ialah dengan paru-paru. Paru-parunya

    mirip suatu percabangan usus belakang. Bentuknya panjang, tipis, dan meruncing ke ujung. Karena

    dari lubang hidung ada saluran yang langsung ke rongga mulut, maka katak tidak memiliki faring,

    tetapi langsung ke laring. (Mahardono, 1980).

    Sistem urinaria: organ utamanya dari sistem ini adalah ginjal, bentuknya memanjang,

    berwarna merah pekat. Pada bagian tengahnya terdapat struktur yang memanjang berliku-liku

    berwarna merah muda, yaitu glandula suprarenalis yang menghasilkan hormon adrenalin. Urin yang

    dihasilkan ginjal, dialirkan melalui ureter pada betina, atau melalui duktus urospermatikus pada yang

    jantan, keluar dari kloaka (Mahardono, 1980). Menurut Norris et al. (1987), kantung urin merupakan

    derivate ektodermal dari kloaka. Kantung ephitelium pada Anura seuruhnya berlapis tunggal.

    Katak jantan terdapat sepasang testis yang terletak pada permukaan ventral ujung anterior

    ren berbentuk oval. Setiap testis keluar sejumlah pembuluh halus yaitu vasa efferensia yang berjalan

    ke medial kemudian masuk ke dalam jaringan ren dan berhubungan dengan tubuli celectivi yang

    selanjutnya bermuara pada ureter. Ureter berfungsi rangkap yaitu sebagai saluran urine dan saluran

    sperma (Radiopoetro, 1988).Saluran reproduksi betina pada katak, tiap oviduk merupakan suatu

    saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh ke kloaka. Oviduk

    mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di sekitar telur, dan bagian bawah melebar

    untuk penampungan telur sementara, tetapi selain itu oviduk tidak mengalami spesifikasi. Karena

    katak kawin di dalam air, maka fertilisasi terjadi di luar. Induk katak betina yang mengandung namun

    tidak mendapatkan pejantan yang bersedia mengawininya biasanya akan menyerap kembali telurnya

  • (Susanto,1994).Menurut Radiopoetro (1977),katak betina memiliki sepasang ovaria yang besar,

    berupa kantong yang melipat-lipat, terdiri atas banyak lobi. Ovaria yang sudah masak menempati

    hampir seluruh bagian celom. Telur-telur katak ialah kecil, membulat, berpigment, dan diameternya

    1,6 mm. Telur bersifat teloecithal. Telur-telurnya dikeluarkan ke dalam air dalam kelompok-

    kelompok.

    C. Biodiversitas Spesies

    Ichthyophis glutinosus

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Gymnophiona

    Famili : Ichthyophiidae

    Genus : Ichthyophis

    Species : glutinosus

    Namailmiah :Ichthyophis glutinosus

    Karakteristik

    Ichthyophis glutinosus mempunyai bentuk seperti cacing, mempunyai gigi, mata berbentuk titik

    hitam, bagian dorsal berwarna ungu, bagian abdomen berwarna ungu lebih pudar daripada dorsal,

    antara bagian dorsal dan abdomen dibatasi oleh garis warna putih, mempunyai ruas-ruas, tipe mulut

    runcing, mempunyai alat khusus seperti lateral line.Reproduksi secara ovipar. Larva berenang bebas

    di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu

    yang lama di air sebelum metamorphosis.

    Habitat

    KebanyakanCeyloncaeciliantelah ditemukandi daerah yangdulunyahutan hujantetapitelah dikonversi

    menjadilahan pertanian. Hewan iniditemukan ditumpukanmembusukmateri tanamandan pupuk

    kandangpadatanah yang basah.

    Persebaran

    Ichthyophis glutinosusmerupakanendemikSrilanka

    (Baulenger, 1882)

    Megalobatrachus japonicus

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Urodela

    Famili : Cryptobranchidae

    Genus : Megalobatrachus

    Species : japonicus

    Namailmiah : Megalobatrachus japonicus

  • Karakteristik

    Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki

    empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2

    kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi)

    paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa). Tidak

    adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan

    terjadinya pertukaran gas.

    Habitat

    Hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air.

    Persebaran

    Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.

    (Pough et al., 1998)

    Bufoasper

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Famili : Bufonidae

    Genus : Bufo

    Species : asper

    Namailmiah : Bufo asper

    Karakteristik

    Tubuhberukuranbesardankuat.Jantandapatmencapaiukuran 70-100 mm,

    betinadewasadapatmencapai 95-150 mm. Alur supraorbital

    dihubungkandengankelenjarparotoidolehalursupratimpanik.Kelanjarparotoidberbentuklonjong. Teks

    turkulitsangatkasaratauberbenjol yang diliputiolehbintil-bintilberduri.Warnacoklattua yang kusam,

    keabu-abuanataukehitam-hitaman, di

    bagianbawahterdapattitikhitam.Jantanbiasanyamemilikikulitdagu yang kehitaman. Tangandan kaki

    dapatberputar.Jari kaki berselaputrenangsampaikeujung.

    Habitat

    Sepanjangalurtepisungai.

    Persebaran

    Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam

    (Gravenhort, 1829)

  • Fejervarya limnocharis

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Famili : Ranidae

    Genus : Fejervarya

    Species : limnocharis

    Namailmiah :Fejervarya limnocharis

    Karakteristik

    Tubuh berukuran kecil, jantan sampai 50 mm, betina 60 mm. Kepala runcing dan pendek. Jari kaki

    setengah berselaput, tepat sampai pada ruas terakhir. Mempunyai sepasang bintil metarsal. Kulit

    berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis. Bintil-bintil ini biasanya memanjang,

    paralel dengan sumbu tubuh. Warna kotor seperti lumpur dengan bercak-bercak yang lebih yang

    kurang jelas tetapi simetris, kadang-kadang dengan warna kehijauan dan sedikit semu kemerahan.

    Habitat

    Fejervarya ditemukan di sawah, lapangan berumput, tegalan, hutan jati dan di kebun-kebun karet.

    Juga kerap ditemukan di tepi-tepi saluran air.

    Persebaran

    Jepang, India, Asia Tenggara sampai Flores.

    ( Bioe, 1835)

    Bufo melanostictus

    Kingdom : Animalia

    Pilum : Chordata

    Subpilum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Family : Bufonidae

    Genus : Bufo

    Spesies : melanostictus

    Nama ilmiah : Bufo melanostictus

    (Schneider, 1799)

    Karakteristik

    Bufo melanostictus mempunyai bagian-bagian kepalayaitu: rostral, preorbital, supraorbital,

    postorbital dan orbito-timpani yang pendek. Ruang interorbital lebih luas dari bagian atas kelopak

    mata, tympanum sangat berbeda, setidaknya dua pertiga diameter mata.Kodok berukuran sedang,

    yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol

    yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di

  • atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid

    (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk. Jari kaki dengan tuberkulum

    subarticular tunggal, elipticle parotis dengan coklat gelap concretions branching tersebar; kulit sangat

    tuberculated pada panggul, tuberkel biasanya berujung dengan duri coklat gelap, tuberkel

    metakarpal dan metatarsal yang cornified dengan coklat tua. Punggung berwarna cokelat muda.

    Habitat

    Didaerah sekitar hunian manusia.

    Persebaran

    Ini adalah katak terbesar di Pakistan. Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina

    selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Katak ini juga telah ditemui di Bali, Lombok,

    Sulawesi dan Papua barat.

    (Amphibiaweb, 2011).

    Leptobranchium abbotti

    Kingdom : Animalia

    Pilum : Chordata

    Subpilum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Family : Megophryidae

    Genus : Leptobranchium

    Spesies : abbotti

    Nama ilmiah : Leptobranchium abbotti

    (Encyclopedia of Life, 2011).

    Karakteristik

    Katak ini berukuran sedang (40 mm), dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar, mata yang besar dan

    ukuran kaki-kakinya yang pendek, ramping dan tanpa anyaman. Warna: iris berwarna hitam,

    punggung coklat kehitaman dengan bercak-bercak, permukaan perut berwarna putih (Amphibiaweb,

    2011). Jantan mencapai 75 mm SVL dan betina hingga 95 mm SVL. Kepala, punggung, dan badan

    bagian samping adalah cokelat atau hitam sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan

    hitam. Individu dari Sarawak mungkin memiliki perut abu-abu atau putih tanpa tanda. Para kecebong

    besar bisa mencapai panjang 75-90 mm pada saat mereka metamorfosa. Berudu yang pucat coklat

    atau kekuning-kuningan pada awalnya, namun secara bertahap coklat gelap ke menengah. Seiring

    waktu, para kecebong mengembangkan bintik hitam di ekor dan badan dengan bercak hitam selalu

    hadir di persimpangan batang dan ekor (Inger dan Stuebing 1997).

    Habitat

    Katak ini ditemukan di seresah-seresah lantai hutan. Habitat yang digunakan adalah tipe habitat

    hutan alami (Amphibiaweb, 2011).

    Persebaran

  • Megophrys nasuta

    Kingdom : Animalia

    Pilum : Chordata

    Subpilum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Family : Megopryidae

    Genus : Megophrys

    Spesies : nasuta

    Nama ilmiah : Megophrys nasuta

    (Schlegel, 1858).

    Karakteristik

    Katak ini berbeda dengan jenis Leptobrachium, karena berukuran lebih besar (70-125 mm) yang

    paling besar berhasil ditemukan adalah berukuran 117 mm sedang memakan tikus kecil berukuran

    panjang 80 mm. Ciri khas dari katak ini adalah pada mata terdapat perpanjangan dermal yang jelas

    menyerupai tanduk, kepala dan tubuh kekar, badan cukup besar, kaki pendek dan ramping dan

    bentuk moncong yang meruncing. Warna: iris berwarna coklat kemerahan, punggung coklat

    kemerahan dengan spot hitam pada punggung, dan perut berwarna putih. Biasanya ada bar, lebar

    gelap di sisi kepala di bawah mata. (Amphibiaweb, 2011).Lebar kepala adalah setengah panjang

    kepala-plus-tubuh. Tanduk sangat luas, menunjuk, proyeksi segitiga dari tepi kelopak mata.

    Kebanyakan individu spesies ini juga memiliki proyeksi menunjuk serupa dari ujung moncong. Bagian

    belakang memiliki dua pasang panjang, sempit lipatan kulit.

    Habitat

    Katak ini ditemukan tepatnya pada seresah-seresah daun di lima tipe habitat yaitu ladang, semak,

    perkebunan, hutan bambu, dan hutan sekunder muda. Biasanya katak ini juga tinggal di dataran

    untuk hutan hujan curam, dari permukaan laut dekat sekitar 1600 meter. Dewasa berkembang biak

    di sungai yang lemah untuk arus moderat. Berudu tinggal di jeram, dan sering ditemukan

    bersembunyi di mana tikar akar jejak bank vegetasi di dalam air.

    Persebaran

    Ditemukan di seluruh Kalimantan. Hal ini juga terjadi di Sumatera dan Semenanjung Malaysia.

  • Fejervarya cancrivora

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Sub Filum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Famili : Ranidae

    Genus : Fejervarya

    Species : cancrivora

    Nama ilmiah : Fejervarya cancrivora

    (Iskandar, 2003)

    Karakteristik

    Katak berukuran besar dengan lipatan-lipatan atau bintil-bintilmemanjang paralel dengan sumbu

    tubuh.Hanya terdapat satu bintil metatarsal dalam, selaput selalu melampaui bintil subartikuler

    terakhir jari kaki ke 3 dan ke 5. Warnanya seperti lumpur yang kotor dengan bercak- bercak tidak

    simetris berwarna gelap.Sering disertai dengan garis dorsolateral yang lebar (Iskandar,1998). Katak

    ini merupakan hewan nocturnal.

    Habitat

    Katak ini hidup di kawasan hutan. (Putra, 2012)

    Persebaran

    Ditemukan di daerah Sumatera.

    Limnonectes blythii

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Sub Filum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Famili : Ranidae

    Genus : Limnonectes

    Spesies : blythii

    Nama Ilmiah : Limnonectes blythii

    (Iskandar, 2003).

    Karakteristik

    Katak ini merupakan amphibi terbesar kedua di dunia. Ciri-cirinya yaitu tubunya yang besar, kaki

    belakang panjang dan kuat, moncong menyudut tajam, kaki belakang selaput renang penuh dan

    warna merah kecoklatan sampai coklat (Iskandar, 2003).

  • Habitat

    Limnonectes blythii adalah hewan nokturnal dan semi-akuatik, terdapat di sepanjang sungai di hutan

    dan semak belukar.

    Persebaran

    Ditemukan di seluruh bagian Indonesia.Katak ini juga ditemukan di Peninsular Malaysia, Singapore,

    Borneo, Thailand and Sumatra.

    Limnonectes kuhlii

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Sub Filum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Famili : Ranidae

    Genus : Limnonectes

    Species : kuhlii

    Nama ilmiah : Limnonectes kuhlii

    (Zipcodezoo, 2009)

    Karakteristik

    Merupakan katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot terutama pada

    yang jantan, jari seluruhnya berselaput renang sampai keujung jari. Kaki sangat pendek dan berotot.

    Ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80mm dan betina dewasa sampai 70mm memiliki tekstur

    kuit yang sangat berkerut dan warnanya hitam marmer diseluruh bagian dorsum sampai kehitaman

    (Iskandar, 1998).

    Habitat

    Bangkong tuli menyukai hidup di aliran air yang tenang, di anak-anak sungai dan saluran yang tidak

    seberapa airnya, terutama pada genangan-genangan bercampur serasah daun-daunan. Juga di

    genangan di antara batu-batu tepi sungai atau rawa-rawa dangkal.

    Persebaran

    Iskandar (1998) menyebutkan bahwa jenis ini endemik di wilayah pegunungan di Jawa, meskipun

    sebelumnya pernah dianggap menyebar luas di Asia. Menurutnya, populasi-populasi di luar Jawa kini

    telah dipisahkan ke dalam beberapa jenis yang lain. Di Jawa, bangkong tuli terutama tercatat dari

    gunung-gunung seperti G. Salak (Ciapus), G. Gede (Cibodas, Cibeureum), G. Halimun (Nirmala,

    Citalahab), Bandung (Pengalengan), G. Tangkubanperahu, G. Malabar, Peg. Ijen dan Peg. Tengger.

    Juga dari kawasan G. Tilu, Kuningan.

  • Limnonectes shompenorum

    Kingdom : Animalia

    Pilum : Chordata

    Subpilum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Family : Ranidae

    Genus : Limnonectes

    Spesies : Limnonectes shompenorum

    (Zipcodezoo, 2009)

    Karakter

    Limnonectes shompenorum memiliki bentuk tonjolan kurva timpanum yang pipih pada bagian atas

    tympanum. Timpanum berwarna lebih gelap dibandingkan warna kulit disekitarnya. Diameter

    timpanum sekitar 1/2 diameter mata. Jari tangan tidak mempunyai selaput renang; sedangkan jari

    kaki berselaput renang sampai ke ujung jari. Kulit pada punggung halus, hampir tidak ada tonjolan-

    tonjolan kecil. Tidak mempunyai garis tengah memanjang pada punggung. Warna punggung coklat

    muda polos. Panjang tubuh maksimum dapat mencapai 120 mm.

    Habitat

    Macam habitat dimana jenis ini kerap dijumpai adalah sungai berbatu berarus deras dan persawahan

    di daerah dataran rendah. Kodok ini banyak dijumpai di sungai-sungai berbatu berarus deras, tetapi

    sangat berlimpah di areal persawahan yang berdekatan dengan sungai berbatu tersebut. Habitat asal

    dari kodok ini adalah sungai; sedangkan persawahan adalah habitat pilihan kedua yang sangat

    disukainya. Di persawahan mereka kawin dan bertelur, serta dijumpai juga individu pra dewasa;

    sedangkan di sungai hampir semuanya dijumpai individu dewasa, jarang sekali dijumpai anakan.

    Kodok ini tidak ditemukan pada persawahan yang berdekatan dengan sungai besar dan dalam serta

    berarus lambat.

    Persebaran

    Kodok jenis ini hanya banyak dijumpai di daerah pantai barat Sumatra dan pulau-pulau kecil

    disekitarnya. Ketinggian tempat dari sungai dan persawahan yang umumnya mereka didapatkan

    berlimpah adalah antara 0-100 meter dpl. Penyebaran L. shompenorum diketahui mulai dari pantai

    barat Sumatra (Bengkulu, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh) dan pulau-pulau disekitarnya

    (Enggano, Siberut, Sipora, Kepulauan Batu, Nias, Simeulue), Natuna, Nicobar, Singapura, dan

    Semenanjung Malaysia (IUCN, 2006).

  • Rana erythraea

    Kingdom : Animalia

    Pilum : Chordata

    Subpilum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Family : Ranidae

    Genus : Rana

    Spesies : Rana erythraea

    (Miller, 2011)

    Karakteristik

    Rana erythraea secara seksual dimorfik, betina dewasa mencapai ukuran maksimum 78 mm, dan

    jantan mencapai maksimum 48 mm. Warna Sirip punggung bervariasi dari terang ke hijau gelap dan

    sisi ventral umumnya keputihan. Memiliki lipatan krim dorso-lateral berwarna yang kadang-kadang

    berbatasan dengan hitam. Tangan dan kakinya kekuning-kuningan dengan bercak tidak teratur.

    Spesies ini memiliki kulit halus, dan panjang, jari-jari yang melebarkan ke disk dengan alur, memiliki

    hindlimbs panjang. Ada tuberkulum metatarsal, tetapi tuberkulum metatarsal luar tidak ada.

    Jantan yang jauh lebih kecil daripada betina danJantan dewasa pembiakan memiliki bantalan

    perkawinan beludru kuning pada jari pertama, membentang dari pergelangan tangan ke akhir

    metakarpal pertama (Iskandar 1998).

    Habitat

    Menurut Amphibianweb (2011) Rana erythraea (Green Paddy Frog), katak ini ditemukan pada

    padang rumput. Lokasi yang menjadi habitatnya adalah pada hutan sekunder muda (jurungan muda),

    kebun sawit dan bekas tebangan.

    Persebaran

    Kodok ini menyebar luas mulai dari Indochina, Filiphina, dan sampai

    Sumatera, Jawa dan Kalimantan

    (Iskandar, 1998).

    Rana picturata

    Kingdom : Animalia

    Pilum : Chordata

    Subpilum : Vertebrata

    Kelas : Amphibia

    Ordo : Anura

    Family : Ranidae

    Genus : Rana

    Spesies : picturata

    Nama ilmiah : Rana picturata

  • (Lowe, 2011)

    Karakteristik

    Rana picturata (Spotted Stream Frog)adalah jenis katak yang berukuran kecil sampai sedang.

    Tympanum terlihat jelas. Kulit berwarna hitam dengan bercak berwarna kuning. Terdapat garis

    kuning putus-putus dari moncong ke mata dan sampai ke kloaka. Kaki belakang terdapat garis

    kuning. Jantan terdapat di sepanjang sungai hutan primer dan sekunder. Betina lebih terestrial. Katak

    ini tercatat pada lokasi pinggiran sungai (riparian) merupakan habitatnya. Katak ini lebih menyukai

    sungai yang memiliki aliran yang deras (Amphibianweb, 2011).

    Habitat

    Rana picturata ditemukan di sepanjang sungaiyang berarus sedang di hutan primer dan hutan

    sekunder (Mistar, 2003). Jenis inibiasa hinggap di ranting-ranting sisi sungai 20 sampai 50 cm

    daripermukaan air.

    Persebaran

    Spesies ini banyak di Semenanjung Malaysia dan Indonesia (Sumatera dan Kalimantan). Ansonia leptopus

    Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Amphibia Order : Anura Family : Bufonidae Genus : Ansonia Species : leptopus Nama ilmiah : Ansonia leptotus

    (Inger dan Stuebing, 1997). Karakteristik Kodok bertubuh ramping dan berbitil. Kodok berwarna coklat kehitaman. Jantan memiliki 30-40mm SVL dan betina 45-65mm. Habitat Terdapat didataran rendah pada ketinggian 50-700 mdpl. Penyebaran Terdapat di Semenanjung Malaysia, Indonesia (Kalimantan dan Sumatera) Bufo parvus

    Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Amphibia Order : Anura Family : Bufonidae Genus : Bufo Species :parvus Nama ilmiah : Bufo parvus

  • Karakteristik Kodok berukuran kecil, terdapat alur supraorbital dan sepasang alur parietal. Paratoid tidak disertai benjolan. Moncong pendek. Habitat Ditemukan di hutan primer dataran rendah dan daerah yang tidak tercemar. Persebaran Thailand, Semenanjung Malaysia, Myanmar, Kamboja dan Indonesia (Sumatera, Pini dan Jawa).

  • D. Klasifikasi dan Kunci Determinasi Spesies

    KLASIFIKASI ORDO

    Kelas amphibi mencakup 4 ordo, yaitu : Urodela (Caudata), Apoda (Gymnophiona), Proanura

    (telah punah) dan Anura (Salientra).

    1. Ordo Urodela (Caudata)

    Urodela disebut juga Caudata, ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,

    mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium. Berbentuk seperti bengkarung

    (kadal). Tubuh dapat dibedakan atas kepala, leher, dan badan. Beberapa spesies memiliki insang dan

    yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagian kepala terdapat mata yang kecil dan pada

    beberapa jenis mata mengalami reduksi.Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo

    Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah

    Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodela memiliki 3 sub ordo, yaitu :

    Meantes

    Famili : Sirenidae

    Cryptobranchoidea

    Famili : Hynobiidae, Cryptobranchidae

    Salamandroidea

    Famili : Salamandridae, Proteidae, Ambystomatidae, Amphiumidae, Dicamtodontidae

    danPlethodontidae.

    Contoh spesies : Megalobatrachus japonocus(Pough et. al., 1998).

    2. Ordo Apoda

    Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki, sehingga

    disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing, bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan

    ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh tulang atau kulit, retina pada

    beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya

    sebagai organ sensori. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva

    hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan

    biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara

    internal (Webb et.al, 1981). Ordo Apoda memiliki 6 famili, yaitu: Lyhthyopidae, Caecilidae,

    Rhinatrematidae, Scoleocomorphidae, Uracotyphlidae, dan Typhlonectida.Famili yang ada di

    indonesia adalah Lchtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya

    pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan

    tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di

    air sebelum metamorphosis. Contoh spesies:Lchtyophis sp di propinsi DIY.

    3. Ordo Proanura

    Ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini

    hidup di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan

    kearah dewasa. Matanya kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi

    bahan tanduk, memiliki 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit

    perkembangan.Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman

    and Trueb, 1986)

  • 4. Ordo Anura

    Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini

    memunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher

    dan tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili

    terdapat selaput di antara jari-jarinya. Membrane tympanum terletak di permukaan kulit dengan

    ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata

    berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi dilakukan secara eksternal dan prosesnya

    dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena

    unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di

    punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud

    untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.

    Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering

    terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan

    amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya(Duellman and Trueb, 1986).Ordo Anura terbagi

    menjadi 27 famili, yaitu : Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae,

    Rhinophrynidae, Megophtyidae, Pelodytidae, pelobatidae, Allophrynidae, Bufonidae,

    Branchycephalidae, Centrolenidae, Helephrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae,

    Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae,

    Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae. Contoh spesies: Bufo melanosticus( Pough et.

    al.,1998) dan Rana pipiens (Djarubito, 1989).

    KLASIFIKASI FAMILI

    Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae

    dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Bufonidae

    Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat

    kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang

    bahu arciferal.

    Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi.

    Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput.

    Fertilisasi berlangsung secara eksternal.

    Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh spesies Bufo yang

    ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne

    borbonica. (Kusuma, 2010)

    b. Megophryidae

    Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya,

    yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil.

    Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah.

    Gelang bahu bertipe firmisternal, yaitu coracoids melekat sejajar dengan epicoracoid. Hidup di

    hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di

  • permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan

    Leptobranchium hasselti (Kusuma, 2010).

    c. Ranidae

    Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang

    dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada

    beberapa yang berbintil.

    Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya

    lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya, Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara

    eksternal dan bersifat ovipar.

    Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii,

    Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli,

    Occidozyga sumatrana. (Kusuma, 2010)

    d. Microhylidae

    Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan

    dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak

    mempunyai gigi.

    Karena anggota famili ini diurnal(hewan yang aktif pada siang hari), maka pupilnya memanjang

    secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.

    (Kusuma, 2010)

    e. Rachoporidae

    Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi

    kebanyakan halus juga berbintil.Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti

    parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan

    fertilisasi secara eksternal (Kusuma, 2010).

  • KUNCI DETERMINASI FAMILI AMFIBI

    1a Tubuh seperti cacing, tanpa tungkai ......................................ICHTHYOPHIIDAE

    Satu genus dan species .................................Ichthyophis hypocyaneus

    1b Tubuh memiliki empat tungkai, kepala jelas ...................................2

    2a Kulit kasar, ditutupi oleh kutil-kutil besar ..................................BUFONIDAE

    2b Kulit sebagian besar mengkerut, umumnya licin ..................................3

    3a Tungkai relatif pendek ...............................................4

    3b Tungkai relatif panjang ..............................................5

    4a Kepala dan mata relatif besar, jari dengan ujung jari tungkai depan dan belakang tanpa

    perlebaran ujung jari .................................................MEGOPHRYIIDAE

    4b Tubuh kecil hingga besar dan gemuk dengan ujung jari truncated (kerucut yang terpotong

    ujungnya) atau tanpa pelebaran ujung jari, kepala relatif kecil dan tajam, mulut dan mata kecil

    .....................................................................MICROHYLIDAE

    5a Tubuh ramping, ujung jari umumnya meluas dan rata dengan lekukan tipis melingkar

    memisahkan bagian atas dengan bagian bawah cakram............................6

    5b Tubuh gemuk, ujung jari tidak meluas atau jika meluas tidak rata dan tanpa lekukan tipis

    melingkar ..........................................................................................................................7

    6a Warna bagian belakang biasanya berbeda dengan bagian samping, sepasang lipatan dorso-

    lateral, jari tungkai depan dan belakang dengan ujung jari yang meluas dan rata, mata

    tidak terlalu besar, moncong relatif tajam, biasanya

    tidak arboreal..................................................................................RANIDAE (Raninae)

    6b Tubuh ramping, mata ralatif besar, moncong pendek, tungkai depan dan belakang dengan

    dengan ujung jari rata dan lebar, tanpa lipatan dorso-lateral, dan arboreal

    .........................................................9

    7a Kepala umumnya tidak rata, ujung jari kaki diakhiri tanpa cakar, tapi mungkin saja meluas tapi

    tidak rata ........................................................RANIDAE (Dicroglossinae)

    7b Kepala rata, ujung jari kaki diakhiri dengan cakar hitam ............................PIPIDAE (8)

    8a Species yang besar, rata, ujung jari kaki dengan cakar hitam .....................Xenopus laevis

    8b Species yang kecil, tubuhnya relatif normal ...........................Hymenochirus sp.

    9a Pectoral girdle firmisternal ........................................ RACHOPORIDAE

    9b Pectoral girdle arciferal .............................................PELODRYADIDAE

    Satu species yang masih diragukan ...................................Litoria javana

  • KUNCI UNTUK GENUS DAN SPECIES BUFONIDAE

    1a Tubuh relatif besar, mencapai 120 mm, kulit sangat berkerut/keriput, umumnya memiliki

    sepasang parotoid glands....................................................BUFO (2)

    1b Tubuh umumnya tidak lebih besar dari 50 mm, tidak ada parotoid glands yang

    jelas..................................................LEPTOPHRYNE (5)

    2a Warna hitam atau hitam keabuan, ditutupi oleh kutil-kutil, parotoid kecil, tubuh lebih besar,

    mencapai 120 mm ..........................................................Bufo asfer

    2b Warna coklat keabuan atau coklat kemerahan ................................. 3

    3a Kepala dengan sepasang pematang parietal .................................. 4

    3b Kepala tanpa sepasang pematang parietal, warna kemerahan, kecoklatan, dan keabuan

    dengan kutil-kutil hitam, Tubuh sekitar 50 80 mm .....................Bufo melanostictus

    4a Tubuh umumnya kurang dari 40 mm, bagian belakang seragam atau dengan sepasang bisul

    hitam .........................................................Bufo parvus

    4b Tubuh lebih dari 40 mm, tetapi kurang dari 60 mm, bagian belakang umumnya bercorang-

    coreng/ burik dengan bisul hitam ............................................Bufo biporcatus

    5a Tubuh coklat dengan tanda hour-glass, selaput renang tidak penuh, kutil subartikular

    terakhir pada ujung jari ke-3 dan ke-5 ...........................................Leptophryne barbonica

    5b Tubuh hitam dengan kelereng merah atau kuning, selaput penuh subartikular terakhir pada

    ujung jari ke-3 dan ke-5 .................................................Leptophryne cruentata

    KUNCI UNTUK GENUS DAN SPECIES MICROHYLIDAE

    1a Tubuh kurang dari 30 mm ............................................ 4

    1b Tubuh lebih dari 30 mm ................................................. 2

    2a Tubuh kecil dampai 60 mm, tanpa pita terang yang lebar pada bagian belakang, tanpa bintik

    inguinal merah (inguinal spots)...................................................KALOPHRYNUS (3)

    2b Tubuh gemuk dan besar dengan tungkai pendek, dengan sepasang pita yang buruk mulai dari

    belakang mata dan melebar di belakang ke arah paha dan berakhir sebagai bintik inguinal

    orange atau kuning ........................................................Kaloula baleata

    3a Bagian pinggang gelap, sebuah potongan dorso-lateral, bagian belakang coklat seragam,

    tertutupi oleh kutil-kutil putih, ukuran 3558 mm............Kalophrynus pleurostigma

    3b Bagian belakang licin, bagian samping tidak ada pewarnaan, bagian belakang dengan sepasang

    potongan gelap yang lebar, ukuran 24-35 mm...................................Kalophrynus minusculus

    4a Jari dan ujung jari tidak meluas ......................................MICROHYLA (5)

    4b Jari tungkai belakang dan depan meluas, telur sekitar 3 mm, species tunggal

    .............................................................Oreophryne monticola

    5a Selaput tungkai belakang hanya pada dasarnya, bagian belakang dengan strip

    ..........................................................Microhyla achatina

    5b Jari lebih atau kurang dari 2-3 berselaput, bagian belakang dengan tanda anak panah rangkap

    .........................................................Microhyla palmipes

  • KUNCI UNTUK SPECIES RANIDAE

    1a Ujung jari meluas, sebuah lekuk tipis melingkar memisahkan bagian atas dari bagian bawah..

    ...............................................................RANINAE (2)

    1b Jari dengan atau tanpa ujung jari yang meluas, tapi tanpa lekuk tipis

    melingkar ....................................DICROGLOSSIDAE (7)

    2a Tanpa lipatan dorso-lateral yang jelas, tungkai belakang sangat panjang dan ramping, bagian

    belakang ditutupi bulatan hitam ...........................................Huia masonii

    2b Sepasang lipatan dorso-lateral, ujung jari tungkai depan dan belakang meluas dan rata dengan

    lekuk tipis melingkar ....................................................RANA (HYLARANA)

    3a Warna hijau .................................................... 4

    3b Warna umumnya tidak hijau, tapi mungkin memiliki sedikit warna hijau ...................... 5

    4a Sepasang lipatan dorso-lateral berwarna cream, kadang-kadang dibatasi warna hitam

    ..........................................Rana erythraea

    4b Bagian samping umumnya gelap, betina mencapai 120 mm ......................Rana hosii

    5a Kulit dengan kutil-kutil yang rata dari atas ke samping, tubuh coklat dengan bulatan hitam,

    ukuran mencapai 65 mm ..............................................Rana baramica

    5b Kulit umumnya licin atau ditutupi oleh kutil-kutil kecil berserakan pada bagian belakang

    ................................................................... 6

    6a Tungkai seringkali kemerahan, bagian belakang seringkali dengan bintik hitam, ukuran betina

    lebih dari 80 mm ........................................................Rana chalconota

    6b Tungkai umumnya coklat, bagian samping hitam, bagian belakang coklat, ujung jari dengn 2-3

    ruas jari terbebas dari selaput, ukuran lebih dari 55 mm

    ................................................Rana nicobariensis

    7a Tubuh kecil, tidak lebih dari 65 mm, rahang bawah tanpa taring..........................8

    7b Tubuh melebihi 70 mm, dengan atau tanpa taring pada rahang bawah ....................10

    8a Jantan mencapai 35 mm, betina mencapai 65 mm, pematang betung V terbalik di atara pundak,

    kulit ralatif licin, warna coklat kemerahan ............................Limnonectes microdiscus

    8b Tubuh kecil, tidak melebihi 35 mm, Jari tungkai belakang berselaput penuh ....................9

    9a Kulit tertutupi dengan rapat oleh kutil putih kecil, bagian bawah tungkai dengan strip gelap

    bergerak ke dalam bagian ventral ........................................ Occidozyga lima

    9b Tubuh kecil, tidak ada tanda yang jelas, coklat gelap, tidak ada bintik pada dada atau perut

    ..........................................................Occidozyga sumatrana

    10a Kulit licin dan keriput/berkerut, Jari tungkai dengan ujung jari kecil, membulat meluas, tanpa

    lekuk tipis melingkar, Jantan dengan taring pada rahang bawahnya

    .................................................... LIMNONECTES (11)

    10b Kulit tertutupi dengan kutil-kutil memanjang, kulit relatif licin, jari tanpa ujung yang meluas,

    sepasang lipatan di bagian leher pada jantan, tanpa taring pada rahang bawah

    ............................................................. FEJERVARYA (12)

    11a Tubuh gemuk, mencapai 80 mm, kulit relative keriput/berkerut, tympanum tidak terlihat

    walaupun ada .................................................Limnonectes kuhlii

    11b Tubuh sangat besar mencapai 150 mm, bagian belakang terkadang dengan kutil-kutil,

    umumnya berwarna coklat kemerahan ..........................Limnonectes macrodon

  • 12a Tubuh relatif besar mencapai 80 100 mm, selaput umumnya penuh pada jari keempat,

    metatarsal dengan 2 kutil, kehijauan atau keabuan dengan bintik gelap

    .................................................Fejervarya cancrivora

    12b Tubuh umumnya tidak lebih dari 70 mm, selaput umumnya tidak penuh pada ruas terakhir jari

    keempat, metatarsal dengan 1 kutil, kepala lebih pendek........................................13

    13a Tubuh pada ukuran medium, jantan sekitar 50 mm, betina mencapai 60 mm, kehijauan dengan

    bintik gelap ...............................................Fejervarya limnocharis

    13b Tubuh kecil, jantan mencapai 40 mm, betina mencapai 50 mm, kecoklatan atau kehijauan

    dengan bintik hitam yang simetris ........................................Fejervarya new spesies

    (Iskandar, 1998)

    1.4. KESIMPULAN

  • DAFTAR PUSTAKA

    Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta.

    Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Armico: Bandung.

    Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico : Bandung.

    Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw Hill Book Company. New

    York.

    Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Sabah:Natural History.

    Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI: Bogor.

    [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, Conservation

    International, and NatureServe. 2006. Global amphibian assessment.

    http://www.globalamphibians.org diakses tanggal 18 September 2013.

    Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. CV. Sinar Wijaya: Surabaya.

    Kusuma, K.I., Eprilurahman, R. & G. Vogel. 2010.First record of Xenochrophis melanzostus

    (Gravenhorst, 1807) on Bali Island, Indonesia. Hamadryad 35(1): 113-115.

    Lowe, Nancy. 2011. diakses dari http://www.discoverlife.org pada tanggal 18 September 2013

    pukul 09.00

    WIB.

    Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. Intermasa: Jakarta.

    Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. The Gibbon

    Foundation & PILI-NGO Movement: Bogor

    Putra, Kharisma, dkk. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan

    di Kawasan Hutan Harapan Jambi.Jurnal Biologi Universitas Andalas vol. 1(2) hal 156-165.

    Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

    Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat. UGM : Yogyakarta.