Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

7
PENEGAKAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA Oleh : Dr. Irsan Yani, MASc 1. PENDAHULUAN 2. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA 3. PENYELENGGARAAN PENGAWASAN TERHADAP AKUNTAN 4. GAMBARAN MENGENAI KETAATAN PADA KODE ETIK 5. KONDISI YANG MEMPENGARUHI 6. LANGKAH-LANGKAH YANG DAPAT DILAKUKAN 7. SIMPULAN PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang menjalankan pekerjaan bebas untuk melayani kepentingan masyarakat dan mendapatkan kepercayan dari negara dan masyarakat untuk melaksanakan pekerjaan itu berkewajiban menjaga kepercayaan yang diberikan. Dengan perkataan lain orang tersebut mempunyai kewajiban untuk menjaga kepercayaan itu dengan berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan apa keahlian dan melindungi kepentingan masyarakat dari padanya. Untuk menjaga nama baik profesi menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai perilaku yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Ketentuan- ketentuan mengenai perilaku tadi yang dibuat secara tertulis oleh organisasi profesi lazim disebut kode etik. Disamping itu, untuk melindungi kepentingan masyarakat, negara juga biasa menetapkan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota profesi. Hal ini berlaku untuk berbagai profesi seperti akuntan, dokter, pengacara, apoteker dan lain-lain. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA Para akuntan di Indonesia sudah sejak lama memiliki kode etik bagi para anggotanya. Ketentuan terakhir yang disetujui pada Kongres ke VII IAI di Bandung tanggal 20 September 1994 berisi butir-butir ketentuan yang berasal dari ketentuan Kode Etik sebelumnya yaitu yang disusun pada Kongres ke VI IAI dengan beberapa perubahan. Kode etik terakhir ini terdiri dari 2 bagian besar yaitu bagian utama yang memuat Bab-Bab mengenai Aturan Perilaku, Pelaksanaannya, Supplemen, Penyempurnaan, Penutup dan Pengesahan, serta bagian lainnya yang pada hakekatnya memuat rincian dari bagian utama tadi dengan nama Pernyataan Etika Profesi. Rumusan yang telah disusun pada Kongres VII IAI terdiri dari Pernyataan Etika Profesi 1 s/d 6.

description

articles

Transcript of Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

Page 1: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

PENEGAKAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA Oleh : Dr. Irsan Yani, MASc 1. PENDAHULUAN 2. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA 3. PENYELENGGARAAN PENGAWASAN TERHADAP AKUNTAN 4. GAMBARAN MENGENAI KETAATAN PADA KODE ETIK 5. KONDISI YANG MEMPENGARUHI 6. LANGKAH-LANGKAH YANG DAPAT DILAKUKAN 7. SIMPULAN PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap orang yang menjalankan pekerjaan bebas untuk melayani kepentingan masyarakat dan mendapatkan kepercayan dari negara dan masyarakat untuk melaksanakan pekerjaan itu berkewajiban menjaga kepercayaan yang diberikan. Dengan perkataan lain orang tersebut mempunyai kewajiban untuk menjaga kepercayaan itu dengan berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan apa keahlian dan melindungi kepentingan masyarakat dari padanya. Untuk menjaga nama baik profesi menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai perilaku yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Ketentuan-ketentuan mengenai perilaku tadi yang dibuat secara tertulis oleh organisasi profesi lazim disebut kode etik. Disamping itu, untuk melindungi kepentingan masyarakat, negara juga biasa menetapkan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota profesi. Hal ini berlaku untuk berbagai profesi seperti akuntan, dokter, pengacara, apoteker dan lain-lain. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Para akuntan di Indonesia sudah sejak lama memiliki kode etik bagi para anggotanya. Ketentuan terakhir yang disetujui pada Kongres ke VII IAI di Bandung tanggal 20 September 1994 berisi butir-butir ketentuan yang berasal dari ketentuan Kode Etik sebelumnya yaitu yang disusun pada Kongres ke VI IAI dengan beberapa perubahan. Kode etik terakhir ini terdiri dari 2 bagian besar yaitu bagian utama yang memuat Bab-Bab mengenai Aturan Perilaku, Pelaksanaannya, Supplemen, Penyempurnaan, Penutup dan Pengesahan, serta bagian lainnya yang pada hakekatnya memuat rincian dari bagian utama tadi dengan nama Pernyataan Etika Profesi.

Rumusan yang telah disusun pada Kongres VII IAI terdiri dari Pernyataan Etika Profesi 1 s/d 6.

Page 2: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

Substansi kode etik Indonesia mencakup berbagai aturan yang berkaitan dengan perilaku yang diharapkan dari para akuntan. Secara garis besar aturan tersebut meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

- Kepribadian - Kecakapan profesional - Tanggung jawab - Ketentuan Khusus

Mengenai Pernyataan Etika Profesi, yang sudah disusun adalah :

- Integritas, obyektivitas dan independensi - Kecakapan profesional - Pengungkapan informasi rahasia klien - Iklan bagi Kantor Akuntan Publik - Perpindahan staf/partner dari satu kantor akuntan ke kantor akuntan lain

Perlu kiranya dikemukakan bahwa kode etik akuntan untuk bagian yang

terbesar berlaku baik bagi akuntan publik maupun akuntan yang bekerja di bidang-bidang lain selama yang bersangkutan adalah anggota Ikatan Akuntan Indonesia.

PENYELENGGARAAN PENGAWASAN TERHADAP AKUNTAN

Pengawasan terhadap akuntan di Indonesia dilakukan oleh sekurang-kurangnya empat unit organisasi, dua diantaranya unit organisasi Pemerintah. Instansi pertama yang melakukan pengawasan adalah Direktorat Pembinaan dan Jasa Penilai pada Direktorat Jenderal Lembaga-lembaga Keuangan Departemen Keuangan. Selain memberikan izin, dengan persyaratan-persyaratan tertentu, instansi ini juga melakukan pembinaan dan pengawasan dan mengenakan sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Sebagai pedoman dalam kegiatan akuntan publik, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 763/KM.011/1986 tentang Akuntan Publik. Instansi kedua yang melakukan pengawasan terhadap akuntan publik adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Tugas itu didasarkan pada pasal 3 huruf p Keppres Nomor 31 Tahun 1983, dimana BPKP ditugaskan untuk melakukan pengawasan terhadap Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan Direktorat pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai yang lebih menekankan tugasnya pada pembinaan, BPKP mengkonsentrasikan tugasnya dibidang pemeriksaan terhadap kantor0kantor akuntan publik. Instansi ketiga yang melakukan pengawasan terhadap akuntan anggota IAI adalah Dewan Pertimbangan Profesi IAI. Didalam Anggaran dasar IAI pasal 15 disebutkan “sebagai kelengkapan organisasi dalam menjaga agar Kode Etik Akuntan Indonesia ditaati oleh pengurus IAI dalam mencapai tujuan IAI, maka dibentuk Dewan Pertimbangan Profesi IAI”. Selanjutnya didalam pasal 5 Anggaran Dasar Rumah Tangga IAI

Page 3: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

disebutkan “Dewan Pertimbangan Profesi bertindak apakah ada pengaduan tertulis atau apabila ada masalah yang dianggap perlu oleh pengurus IAI mengenai pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh anggota.

Instansi keempat yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap akuntan anggota IAI adalah Badan Pengawas Profesi di Kompartemen. Dewasa ini barau ada Badan Pengawas Profesi di Kompartemen-kompartemen lainnya, Badan ini belum terbentuk. Di dalam praktek Badan Pengawasan Profesi Akuntan Publik bertindak selaku instansi pertama dalam “mengadili” para akuntan publik yang ditindak melanggar kode etik. Selain keempat unit organisasi tadi, pengawasan terhadap kode etik diharapkan dilakukan sendiri oleh para anggota dari pimpinan Kantor Akuntan Publik. Hal lain tercermin didalam rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

1) Setiap anggota harus selalu mempertahankan nama baik profesi dan etika

peofesi serta hukum negara dimana ia melaksanakan pekerjaannya. 2) Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan obyektivitas dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan obyektivitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya.

Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 1 (b) disebutkan : “Jika seorang anggota

mempekerjakan staf dan ahlinya untuk pelaksanaan tugas profesionalnya, ia harus menjelaskan kepada mereka keterikatan akuntan pada kode etik. Dan ia tetap bertanggungjawab atas pekerjaan tersebut secara keseluruhan. Ia juga berkewajiban untuk bertindak sesuai kode etik, jika ia memiliki ahli lain untuk memberi saran atau bila merekomendasikan ahli lain itu kepada kliennya.” Di lingkungan Kompartemen Akuntan Publik, usaha pengewasan ini diwujudkan pula dalam bentuk “peer review” yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Seksi Pengendalian Mutu di lingkungan kepengurusan IAI Kompartemen tersebut. GAMBARAN MENGENAI KETAATAN PADA KODE ETIK

Walaupun idealnya gambaran mengenai ketaatan pada kode etik diperoleh dari semua unit organisasi yang melakukan pengawasan tersebut, keterbatasan waktu tidaklah memungkinkan hal itu. Yang akan dikemukakan berikut ini adalah gambaran dari sumber BPKP dan DPP.

Page 4: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

Hasil Evaluasi BPKP

Memadai denganpengecualianMemadai

Tidak memadai

Secara umum evaluasi yang dilakukan oleh BPKP terhadap sistem pengendalian mutu akuntan publik menunjukkan keadaan yang memerlukan perhatian kita bersama. Dari jumlah Kantor Akuntan Publik dan Koperasi Jasa Audit yang dievaluasi pada tahun 1994/1995 sebanyak 51 kantor, hanya 10 kantor atau sekitar 20 % mendapat peringkat “memadai”. Jumlah yang terbanyak adalah peringkat “memadai dengan pengecualian” yang jumlahnya mencapai 36 kantor atau 71%. Pengertian “memadai dengan pengecualian berarti ada hal-hal tertentu dalam sistem pengendalian manajemen yang lemah yang memerlukan penyempurnaan walaupun secara keseluruhan keadaannya dipandang “memadai”. Jumlah kantor yang “tidak memadai” adalah 5 atau 10% dari jumlah keseluruhan.

Pengamatan lebih lanjut terhadap faktor-faktor penyebab diberikannya peringkat “tidak memadai” atau “memadai dengan pengecualian” menunjukkan beragam penyebab yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Ketidakcermatan didalam mengerjakan pekerjaan audit. 2. Ketidakmampuan dalam penguasaan ilmu akuntansi 3. Kelalaian untuk menetapkan prosedur audit yang diperlukan 4. Pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku (SK. Menkeu No. 73 KMK.

011/1986) 5. Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan diabaikan faktor independensi. 6. Praktek-praktek yang menunjukkan tidak atau kurangnya supervisi

dilakukan.

Selain itu, pengaduan-pengaduan yang masuk ke DPP mencerminkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan akuntan publik, bukan sekedar dari segi kualitasnya, melainkan menyoroti integritas dan obyektivitas akuntan publik yang diadukan.

Walaupun pengaduan ini memerlukan proses lebih lanjut untuk diselidiki oleh Badan Pengawas Profesi (DPP) dan kemudian bila diperlukan oleh DPP,

Page 5: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

namun gejala makin bertambahnya pengaduan menunjukkan bahwa masalah etika ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak yang terkait.

Selanjutnya perlu pula dikemukakan bahwa berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan BPKP terhadap kantor akuntan publik diperoleh kesan pelanggaran terhadap kode etik lebih banyak dilakukan oleh KAP-KAP yang kecil daripada yang besar. Walaupun terhadap hal ini diperlukan penelitian mengenai sebab-sebabnya, dapat diduga bahwa kondisi tersebut tidak terlepas dari pendapatan yang minim yang kadang-kadang dapat mendorong beberapa kantor mengakibatkan segi etik dari pekerjaan mereka.

Hal lain yang merupakan gejala adalah bahwa pelanggaran terhadap kode etik tidak terbatas kepada kantor-kantor yang masih baru. Hasil-hasil pemeriksaan BPKP menunjukkan bahwa beberapa KAP yang dipimpin oleh akuntan yang seniorpun tidak terlepas dari masalah substandar dalam pekerjaan pemeriksaannya disamping pelanggaran terhadap kode etik lainnya. Sekali lagi penyebabnya masih belum diketahui, walaupun ada dugaan bahwa praktik tersebut bukanlah hal baru bagi kantor yang bersangkutan. Dengan perkataan lain pelanggaran bisa jadi telah dilakukan bertahun-tahun dan baru diketahui setelah pemeriksaan dilakukan.

Dari segi substansi yang dilanggar, pelanggaran yang paling banyak adalah pekerjaan-pekerjaan yang dinilai sebagai substandar. Namun, hal ini tidak berarti tidak ada pelanggaran-pelanggaran yang sengaja dilakukan. Hasil-hasil pemeriksaan BPKP selama beberapa tahun memberi kesan bahwa setiap tahun selalu ada beberapa kasus-kasus tentang kesengajaan melanggar kode etik khususnya yanng berkaitan dengan tidak independensinya KAP yang bersangkutan dalam menyajikan fakta-fakta. KONDISI YANG MEMPENGARUHI

Menurut hemat pembicara, pelanggaran-pelanggaran terhadap kode etik tidak terlepas dari faktor-faktor esktern dan intern yang dihadapi oleh KAP. Faktor-faktor ekstern pada umumnya bersifat “uncontrollable” sedangkan faktor-faktor intern sebenarnya dapat dikendalikan. Hal-hal yang dikemukakan oleh Pembicara berikut ini adalah sinyalemen yang mampu ditangkap oleh Pembicara selama berkecimpung di bidang ini.

Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi adalah :

1) Kurangnya kesadaran anggota masyarakat (termasuk anggota KAP) akan kepatuhan terhadap hukum

2) Praktek-praktek yang tidak benar dari sebagian usahawan yang menyulitkan indenpendensi akuntan publik.

Page 6: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

3) Honorarium yang relatif rendah untuk pekerjaan audit yang ditawarkan klien-klien tingkat menengah dari kecil.

4) Masih sedikitnya badan usaha yang membutuhkan jasa akuntan publik, khususnya dibidang audit.

Faktor-faktor intern yang dapat dikemukan adalah :

1) Kurangnya kesadaran untuk mengutamakan etik dalam menjalankan profesi oleh sebagian anggota IAI KAP

2) Mutu pekerjaan audit yang ada kalanya tidak dapat dipertanggung jawabkan karena tenaga yang berkualitas kurang baik.

3) Tidak adanya perhatian yang sungguh-sungguh dari sebagian pimpinan KAP akan mutu pekerjaan audit mereka.

4) Orientasi yang lebih mementingkan keuntungan finansial dari pada menjaga nama baik KAP yang bersangkutan.

5) Pendapat bahwa perbuatan-perbuatan yang melanggar etik ini tidak atau kecil kemungkinannya diketahui pihak lain. Faktor-faktor yang dikemukakan diatas belumlah seluruh faktor yang

mempengaruhi pekerjaan akuntan publik. Mungkin saja ada faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi yang belum dicantumkan diatas. Namun demikian, kondisi tersebut seharusnya membuat kita tergerak untuk sama-sama memikirkan penangulangannya. Pembicara berpendapat bahwa kita semuanya bertanggungjawab untuk membantu kearah terwujudnya suatu profesi yang dihargai masyarskat karena etika anggotanya yang dapat dijadikan panutan. LANGKAH-LANGKAH YANG DAPAT DILAKUKAN

Beberapa langkah menurut pembicara dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang ada sebagian telah dan terus kita lakukan dan sebagian lagi masih perlu kita lakukan. Marilah kita tinjau langkah-langkah tersebut.

1) Pengawasan terhadap akutan publik oleh departemen keuangan, BPKP, BPP, DPP, dan Konmpartemen akuntan publik sendiri perlu dilanjutkan, ditingkatkan dan dikoordinasikan sebaik-baiknya.

2) Sanksi-sanksi yang tegas terhadap para pelanggar perlu terus dilanjutkan agar dapat mengurungkan niat-niat kurang baik yang dapat timbul.

3) Perlu kiranya diingatkan kembali kepada seluruh KAP dalam bentuk tertulis dan format mengenai pentingnya mereka menjunjung tinggi kode etik profesi.

4) Perlu usaha-usaha penataran yang terus menerus oleh IAI terhadap para anggotanya, agar profesionalisme dapat tumbuh dengan baik.

5) Agar setiap pimpinan KAP mengambil langkah-langkah untuk dengan sungguh-sungguh mengawasi stafnya sehingga pelanggaran terhadap kepada etik bisa ditekan ke tingkat yang serendah-rendahnya.

Page 7: Makalah Akuntansi - Penegakan Kode Etik Akuntan02

SIMPULAN

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan tadi, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran terhadap kode etik profesi akuntan, khususnya akuntan publik, masih terjadi. Berbagai hal disinyalir sebagai sebab dari kondisi tersebut, baik ekstern maupun intern. Oleh karena itu, dari kita semua diharapkan perhatian yang sungguh-sungguh untuk menanggulanginya.

Dewasa ini telah dan terus dilakukan usaha-usaha untuk menegakkan kode etik profesi akuntan. Usaha-usaha itu perlu terus ditingkatkan dan didukung oleh semua pihak yang terkait. Selain itu diperlukan pula langkah-langkah baru untuk lebih mendorong dipatuhinya kode etik akuntan, yang sebagian dikemukakan oleh pembicara dalam kertas kerja ini. Dari rekan-rekan akuntan diharapkan masukan-masukan yang konsepsional serta praktis untuk menambah atau menyempurnakan pemikiran yang kami kemukakan tadi.