Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

14
1 Makalah Akuntansi Internasional Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga Terhadap Resiko Sistematis Pada Perusahaan Sub Sektor Food And Beverage Di BEI Disusun dan dipresentasikan oleh : 1. Ari Ira Safitri : B.231.11.0479 2. Dikka Afrilla V. : B.231.11.0443 3. Putri Lestari : B.231.11.0496 4. Rodinda Prasetiani : B.231.11.0483 5. Wahyu Safitri : B.231.11.0469 S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Transcript of Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

Page 1: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

1

Makalah Akuntansi Internasional

Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga Terhadap Resiko

Sistematis Pada Perusahaan Sub – Sektor Food And

Beverage Di BEI

Disusun dan dipresentasikan oleh :

1. Ari Ira Safitri : B.231.11.0479

2. Dikka Afrilla V. : B.231.11.0443

3. Putri Lestari : B.231.11.0496

4. Rodinda Prasetiani : B.231.11.0483

5. Wahyu Safitri : B.231.11.0469

S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Semarang

Page 2: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Perekonomian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu

negara.Perekonomian suatu negara juga harus mengalami pertumbuhan agar

perekonomian negara tersebut lebih maju, berkembang, dan stabil.Optimisme pemulihan

ekonomi global yang tinggi sampai dengan tahun 2011 kembali memburuk dipicu

olehberlanjutnya krisis utang pemerintah di Eropa dan terhambatnya pemulihan ekonomi

di Amerika Serikat (AS).Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbukti kuat. Namun,

kondisi tersebut masih dibayangi olehkelemahan ekonomi global.Indonesia memiliki

tantangan untuk bisa menjaga pertumbuhan ekonomi hinggasaat ini, apalagi di tengah

tingginya ketidakpastian ekonomi global.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2012 telah tumbuh 6,4%.

Pertumbuhan itu didorongoleh kuatnya daya konsumsi swasta dan meningkatnya

investasi.Sedangkan ekspor menyumbang kontribusinegatif terhadap pertumbuhan.

Namun Indonesia jelas tidak akan luput dari pengaruh perlemahan duniainternasional. Ada

beberapa variabel yang digunakan untuk memperkirakan kondisi perekonomian antara

lainnilai tukar, suku bunga, dan inflasi. Ukuran ekonomi tersebut memberikan kemudahan

kepada analis ekonomidalam merangkul dan menyimpulkan kondisi ekonomi suatu negara

(Karvof, 2004: 78).

Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga merupakan faktor-faktor yang sangat

diperhatikan oleh para pelakupasar modal. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor

ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dipasar modal, yaitu meningkat atau

menurunnya harga saham.Volatilitas dari harga-harga saham di pasar modaldapat

berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis.Oleh karena itu

perubahan-perubahanpada faktor makroekonomi dapat berpotensi untuk meningkatkan

Page 3: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

3

atau menurunkan risiko sistematis. Kondisimakroekonomi yang memburuk akan

meningkatkan risiko sistematis, sedangkan kondisi makroekonomi yangmembaik akan

menurunkan risiko sistematis.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi(inflasi,tingkat suku

bunga dan nilai tukar) mempengaruhi tingkat risiko sistematis di perusahaan yang sub-

sektor food and beverage di bursa efek indonesia.

1.3 Tinjauan dan Kegunaan

Penelitian ini menekankan lingkungan eksternal pada kekuatan ekonomi atau

sering juga disebut factor ekonomi.Disamping itu juga faktor ekonomi merupakan faktor

eksternal yang paling dekat keterkaitannyadengan kegiatan operasional

perusahaan.Hampir setiap persoalan yang timbul didalam perusahaan yangberhubungan

dengan faktor eksternal dinilai penyebabnya adalah faktor ekonomi (inflasi, tingkat bunga,

dannilai tukar).Faktor ekonomi dan risiko sistematis sebagai faktor kekuatan eksternal

adalah yang palingmendapatkan perhatian dari para investor dan calon investor, karena

faktor ini bersentuhan langsung dengankegiatan perusahaan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah inflasi, nilai tukar, suku

bunga perpengaruh secara simultan dan parsial terhadap risiko sistematis pada perusahaan

sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia.

Page 4: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

4

BAB II

MODEL DAN METODE

2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

2.2 Metode

Penelitian yang digunakan adalahpenelitian assosiatif,yaitu model untuk mencari

korelasi atau hubungan kausal. Teknik analisis yang digunakanadalah analisis data

kuantitatif, dengan metode regresi linier berganda.Pemilihan sampel

menggunakanpurposive sampling, Diambil sebanyak 12 perusahaan sejak tahun 2008–

2012.

Inflasi

Suku Bunga

Nilai Tukar

Risiko

Sistematis

Page 5: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

5

BAB III

PEMBAHASAN

Penelitian ini menekankan lingkungan eksternal pada kekuatan ekonomi atau

sering juga disebut faktorekonomi. Disamping itu juga faktor ekonomi merupakan faktor

eksternal yang paling dekat keterkaitannyadengan kegiatan operasional perusahaan.

Hampir setiap persoalan yang timbul didalam perusahaan yangberhubungan dengan faktor

eksternal dinilai penyebabnya adalah faktor ekonomi (inflasi, tingkat bunga, dannilai

tukar). Faktor ekonomi dan risiko sistematis sebagai faktor kekuatan eksternal adalah yang

palingmendapatkan perhatian dari para investor dan calon investor, karena faktor ini

bersentuhan langsung dengankegiatan perusahaan.

1.Risiko sistematis

Risiko sistematis atau risiko pasar, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan

yang terjadi di pasarsecara keseluruhan (Sudiyanto, 2010:118). Risiko ini tidak dapat

dieliminasi dengan diversifikasi, risiko initetap ada setelah didiversifikasi karena risiko ini

melekat dalam pasar, sehingga risiko ini sering disebut sebagairisiko pasar.

2. Inflasi

Inflasi merupakan faktor fundamental makro dari indikator makroekonomi yang

menggambarkankondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga harga barang secara

umum meningkat sehingga melemahkandaya beli masyarakat. Inflasi dapat disebabkan

oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihanlikuiditas/uang/alat tukar) dan yang

kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnyaproduksi (product

or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama

lebihdipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan

untuk sebab kedua lebihdipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang

dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah(Government) seperti fiskal

(perpajakan/pungutan/Insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur,regulasi,

dll.

Page 6: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

6

3.Tingkat Suku Bunga

Tingkat bunga sering digunakan sebagai ukuran pendapatan yang diperoleh oleh

para pemilik modal, tingkatbunga ini disebut dengan bunga simpanan atau bunga

investasi. Tingkat bunga digunakan sebagai ukuran biayamodal yang harus dikeluarkan

perusahaan untuk menggunakan dana dari para pemilik modal, ini disebut denganbunga

pinjaman. faktor-faktor utama yangmempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga

secara garis besar sebagai berikut : Kebutuhan dana, Persaingan, Kebijaksanaan

pemerintah, Target laba yang diinginkan,Jangka waktu, Kualitas jaminan, Reputasi

perusahaan, Produk yang kompetitif, Hubungan baik, Jaminan pihakketiga. (Kasmir,

2003: 37-38).

4. Nilai Tukar

Nilai tukar merupakan harga atau nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang

asing. Para pelakudalam pasar internasional amat peduli terhadap penentuan nilai tukar

valuta asing (valas), karena nilai tukarvalas akan mempengaruhi biaya dan manfaat

”bermain” dalam perdagangan barang, jasa dan surat berharga(Sudiyatno, 2010: 112).

- Pengaruh Inflasi Terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and

beverage di bursa efek Indonesia.

Hasil penelitian ini sama dengan hasilpenelitian dari Sudiyanto dan Nuswandhari (2009)

yang menunjukkan inflasi berpengaruh negatif dansignifikan terhadap risiko sistematis.

Fenomena ini memberikan pemahaman empiris bagi manajemenbahwa kenaikan inflasi

perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia selama periode2008-

2012 berdampak pada penurunan risiko sistematis.Jadi,apabila inflasi naik,risiko

sistematis di suatu perusahaan turun.

- Pengaruh Variable Suku Bunga Terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor

food and beveragedi bursa efek Indonesia.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Setyowati, dan Andayani(2010),

serta penelitian Haryanto dan Riyanto (2007) tidak sesuai dan tidak mendukung yang

menemukansuku bunga berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap risiko sistematis.

Page 7: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

7

Secara teori jika suku bunganaik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga

juga akan naik. Maka minat investor akanberpindah dari saham ke deposit. Fenomena ini

menunjukkan bahwa investor di Indonesia tidak suka risikoatau risk averse.

- Pengaruh Nilai Tukar Terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and

beverage di bursaefek Indonesia

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sudiyanto dan Nuswandhari (2009)yang

menunjukkan hasil nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko

sistematis. Sertapenelitian dari Haryanto dan Riyanto (2007) tidak sesuai dan tidak

mendukung yang menemuka nilai tukarberpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko

sistematis. Jadi apabila perusahaan memerlukan pasokanbarang dari luar negeri maka

kenaikan nilai tukar sangat berpengaruh dalam proses perdagangan tersebut.

Translasi mata uang asing adalah proses informasi keuangan dari satu matauang ke

mata uang lainnya. Berbeda dengan konversi antar mata uang asing yangmemiliki

pengertian pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik,translasi hanyalah

perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yangdinyatakan dalam

pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS.Tidak ada pertukaran

fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi.Sedangkan konversi,

memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait. Terdapat

alasan dilakukannya translasi mata uang asing,diantaranya :

1. Perusahaan dengan kegiatan operasional di luar negeri yang

signifikanmempersiapkan laporan keuangan gabungan yang informasi laporan

kepadapembaca mengenai operasional perusahaan secara global sehingga

diperlukanadanya penyamaan mata uang.

2. Berkomunikasi dengan peminat saham asing. Perusahaan yang melakukantranslasi

merupakan perusahaan yang dalam bentuk usaha terbuka sehinggalaporan keungan

dapat dibaca oleh masyarakat umum dengan mudah , sehinggadengan laporan

keuangan yang sudah dikonversikan maka akan merangsanginvestor untuk

menanam saham pada perusahaan.

3. Memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang.

Page 8: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

8

4. Mencatat transaksi mata uang asing. Transaksi dalam mata uang asing terjadi

padasaat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran

yangdilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam

ataumeminjamkan dalam mata uang asing.

5. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuanganyang

memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasionalperusahaan

secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uangasing dari

anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan. Translasitidak harus

dibuat oleh perusahaan induk, anak perusahaan dapat membuatlaporan keuangan

sesuai dengan mata uang yang digunakan perusahaan induk.Namun apabila

perusahaan tersebut merupakan perusahaan tunggal (tidakmemiliki anak

perusahaan) maka perusahaan tersebut harus mengkonversi nilainominal atas

transaksi – transaksi dengan metode translasi yang berbeda.

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam translasi mata uang asing , antara lain :

Single Rate Method

Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap

oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka

sendiri.Ini adalah lingkungan akuntansi local tempat dimana perusahaan afiliasi asing

tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari

laporan valuta, suatu caraharus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi

yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku.Karena

semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta,

metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-

rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang

dikonsolidasi.Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang

berubah dalam metode kurs berlaku.

Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan

oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu

karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil

Page 9: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

9

operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari

perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk

sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi

akanmencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat

dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva diperoleh

sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnyaadalah VA 1=$1,

maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal

juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari

perspektif dolar (translasi biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap

dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akandiekspresikan sebesar $200

(translasi kurs berlaku). Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan

bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu,

mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh

fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-

aktiva tersebut).Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar

negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.

Multiple Rate Method

Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam

proses translasi, diantaranya :

1. Metode berlaku-historis

Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS danditempat-tempat

lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancer sebuah perusahaan

anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporanperusahaan induknya

dengan menggunakan kurs berlaku.Aktiva dankewajiban non- lancar ditranslasikan

dengan kurs historis. Item-item laporanlaba-rugi, kecuali beban depresiasi dan

amortisasi, ditranslasikan dengan kursrata-rata masing-masing bulan operasi atau

dengan basis rata-rata tertimbangdari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban

depresiasi dan amortisasiditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku

pada saat aset yangbersangkutan diperoleh.Metodologi ini, sayangnya, memiliki

Page 10: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

10

sejumlah kelemahan.Misalnya,metode ini kurang memilik justifikasi konseptual.

Definisi-definisi yang adamengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non- lancar

tidak menjelaskanmengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang

akandigunakan dalam proses transiasi.

2. Metode moneter-nonmoneter

Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmonetermemakai pola

klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.Karena item-item

moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlakuuntuk mentranslasikan

item-item valuta asing menghasilkan valuta domestic ekivalen yang mencerminkan

nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.

3. Metode Temporal

Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatuproses konversi

pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu,metode ini tidak

dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yangsedang diukur; metode

ini hanya dapat mengubah unit pengukuran.Translasisaldo valuta asing, misalnya,

hanya mengubah (restate) denominasi persediaan.tidak penilaian aktualnya. Dalam

GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkanjumiah yang dimiliki pada tanggal

neraca. Piutang dan hutang dinyatakandalam jumlah yang diharapkan akan

diterima atau dibayar pada saat jatuhtempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada

harga yang berlaku ketikaitem¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis).

Meskipun begitu,beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku

pada tanggallaporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan

biayaatau pasar.Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-

nilaiuang ini.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TRANSLASI MATA UANG ASING

Jika sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandangperusahaan lokal),

masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perludilakukan. Memasukkan

keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akanmendistorsikan hubungan keuangan

yang asli dan dapat menyesatkan parapengguna informasi tersebut. Keuntungan atau

Page 11: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

11

kerugian translasi harusdiperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai

penyesuaian terhadapekuitas pemilik. Jika mata uang pelaporan induk perusahaan

merupakan unitpengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan ( sudut pandang induk

perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugiantranslasi laba

sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anakperusahaan luar negeri

sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungandan kerugian translasi

mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasiasing dalam mata uang domestic

dan harus diakui.

Pendekatan – pendekatan Atas Penyesuaian Translasi

1. Penangguhan

Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anakperusahaan

luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap aruskas mata uang

lokal yang dihasilkan dari entitas asing.Penyesuaian translasiharus diakumulasikan

secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.

2. Pengangguhan dan Amortisasi

Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukanamortisasi

penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait,terutama yang terkait

dengan utang akan ditangguhkan dan diamortisasi selamaumur aktiva tetap terkait,

yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yangsama dengan beban depresiasi

atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisamasa pinjaman sebagai

penyesuaian terhadap beban bunga.

3. Penangguhan parsial

Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugiansesegera

mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelahdirealisasikan,

hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetapmengabaikan

terjadinya perubahan kurs.

4. Tidak ditangguhkanMengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan

laba rugisesegera mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian

translasidalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam

labasehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan

Page 12: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

12

apabilaterjadi perubahan kurs nilai tukar. Keuntungan dan kerugian translasi

inimencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang

domestik dan harus diakui.

Hubungan Translasi Mata Uang Asing Dengan Inflasi

Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter

yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen

dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya.

Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan

dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah

dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca.

Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva

luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang

terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas

keuntungan masa depan.

FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian

tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan

dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan

dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili

dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan

ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan

menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang

asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan

terhadap rasio keuangan.

Page 13: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

13

PENGEMBANGAN AKUNTANSI TRANSLASI MATA UANG ASING

Beberapa perspektif historis tentang akuntansi translasi mata uang asing di Negara

Amerika, sebagai berikut:

1) Pra-1965 : Praktik translasi mata uang asing masih dipandu oleh BAB 12 dari

Accounting Research Bulletin No. 43.

2) 1965-1975 : Translasi mata uang asing seluruh pembayaran dan penerimaan mata

uang asing pada kurs saat ini diperbolehkan setelah Accounting Principles Board Opinion

No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.

3) 1975-1981 : FASB mengeluarkan FAS No. 8 pada tahun 1975.

4) 1981-Sekarang : FASB mengeluarkan Satetement of Financial Accounting

Standards No. 52 pada tahun 1981.

Page 14: Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi

14

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Secara serentak atau simultan inflasi, Suku bunga, dan Nilai Tukar berpengaruh

signifikan terhadap risikosistematis.

2. Hasil pengujian menunjukkan secara parsial: Inflasi berpengaruh signifikan dan negatif

terhadap risikosistematis. Suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap risiko

sistematis.Nilai tukarberpengaruh signifikan dan negatif terhadap risiko sistematis.

3. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuanganyang

memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasionalperusahaan secara

global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uangasing dari anak perusahaan

terhadap mata uang asing induk perusahaan.

4.2 Agenda Yang Akan Datang

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi investor yang ingin berinvestasi saham pada bursa efek Indonesia, hendaknya

memperhatikan factor inflasi, suku bunga dan nilai tukar karena tebukti secara empiris

pada penelitian ini memiliki pengaruhyang signifikan.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk memprediksi data

harga sahamberdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.