Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi
-
Upload
rodinda-prasetiani -
Category
Education
-
view
253 -
download
10
Transcript of Makalah Akuntansi Internasional Valas dan Inflasi
1
Makalah Akuntansi Internasional
Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga Terhadap Resiko
Sistematis Pada Perusahaan Sub – Sektor Food And
Beverage Di BEI
Disusun dan dipresentasikan oleh :
1. Ari Ira Safitri : B.231.11.0479
2. Dikka Afrilla V. : B.231.11.0443
3. Putri Lestari : B.231.11.0496
4. Rodinda Prasetiani : B.231.11.0483
5. Wahyu Safitri : B.231.11.0469
S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Perekonomian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
negara.Perekonomian suatu negara juga harus mengalami pertumbuhan agar
perekonomian negara tersebut lebih maju, berkembang, dan stabil.Optimisme pemulihan
ekonomi global yang tinggi sampai dengan tahun 2011 kembali memburuk dipicu
olehberlanjutnya krisis utang pemerintah di Eropa dan terhambatnya pemulihan ekonomi
di Amerika Serikat (AS).Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbukti kuat. Namun,
kondisi tersebut masih dibayangi olehkelemahan ekonomi global.Indonesia memiliki
tantangan untuk bisa menjaga pertumbuhan ekonomi hinggasaat ini, apalagi di tengah
tingginya ketidakpastian ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2012 telah tumbuh 6,4%.
Pertumbuhan itu didorongoleh kuatnya daya konsumsi swasta dan meningkatnya
investasi.Sedangkan ekspor menyumbang kontribusinegatif terhadap pertumbuhan.
Namun Indonesia jelas tidak akan luput dari pengaruh perlemahan duniainternasional. Ada
beberapa variabel yang digunakan untuk memperkirakan kondisi perekonomian antara
lainnilai tukar, suku bunga, dan inflasi. Ukuran ekonomi tersebut memberikan kemudahan
kepada analis ekonomidalam merangkul dan menyimpulkan kondisi ekonomi suatu negara
(Karvof, 2004: 78).
Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga merupakan faktor-faktor yang sangat
diperhatikan oleh para pelakupasar modal. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor
ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dipasar modal, yaitu meningkat atau
menurunnya harga saham.Volatilitas dari harga-harga saham di pasar modaldapat
berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis.Oleh karena itu
perubahan-perubahanpada faktor makroekonomi dapat berpotensi untuk meningkatkan
3
atau menurunkan risiko sistematis. Kondisimakroekonomi yang memburuk akan
meningkatkan risiko sistematis, sedangkan kondisi makroekonomi yangmembaik akan
menurunkan risiko sistematis.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi(inflasi,tingkat suku
bunga dan nilai tukar) mempengaruhi tingkat risiko sistematis di perusahaan yang sub-
sektor food and beverage di bursa efek indonesia.
1.3 Tinjauan dan Kegunaan
Penelitian ini menekankan lingkungan eksternal pada kekuatan ekonomi atau
sering juga disebut factor ekonomi.Disamping itu juga faktor ekonomi merupakan faktor
eksternal yang paling dekat keterkaitannyadengan kegiatan operasional
perusahaan.Hampir setiap persoalan yang timbul didalam perusahaan yangberhubungan
dengan faktor eksternal dinilai penyebabnya adalah faktor ekonomi (inflasi, tingkat bunga,
dannilai tukar).Faktor ekonomi dan risiko sistematis sebagai faktor kekuatan eksternal
adalah yang palingmendapatkan perhatian dari para investor dan calon investor, karena
faktor ini bersentuhan langsung dengankegiatan perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah inflasi, nilai tukar, suku
bunga perpengaruh secara simultan dan parsial terhadap risiko sistematis pada perusahaan
sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia.
4
BAB II
MODEL DAN METODE
2.1 Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
2.2 Metode
Penelitian yang digunakan adalahpenelitian assosiatif,yaitu model untuk mencari
korelasi atau hubungan kausal. Teknik analisis yang digunakanadalah analisis data
kuantitatif, dengan metode regresi linier berganda.Pemilihan sampel
menggunakanpurposive sampling, Diambil sebanyak 12 perusahaan sejak tahun 2008–
2012.
Inflasi
Suku Bunga
Nilai Tukar
Risiko
Sistematis
5
BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian ini menekankan lingkungan eksternal pada kekuatan ekonomi atau
sering juga disebut faktorekonomi. Disamping itu juga faktor ekonomi merupakan faktor
eksternal yang paling dekat keterkaitannyadengan kegiatan operasional perusahaan.
Hampir setiap persoalan yang timbul didalam perusahaan yangberhubungan dengan faktor
eksternal dinilai penyebabnya adalah faktor ekonomi (inflasi, tingkat bunga, dannilai
tukar). Faktor ekonomi dan risiko sistematis sebagai faktor kekuatan eksternal adalah yang
palingmendapatkan perhatian dari para investor dan calon investor, karena faktor ini
bersentuhan langsung dengankegiatan perusahaan.
1.Risiko sistematis
Risiko sistematis atau risiko pasar, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan
yang terjadi di pasarsecara keseluruhan (Sudiyanto, 2010:118). Risiko ini tidak dapat
dieliminasi dengan diversifikasi, risiko initetap ada setelah didiversifikasi karena risiko ini
melekat dalam pasar, sehingga risiko ini sering disebut sebagairisiko pasar.
2. Inflasi
Inflasi merupakan faktor fundamental makro dari indikator makroekonomi yang
menggambarkankondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga harga barang secara
umum meningkat sehingga melemahkandaya beli masyarakat. Inflasi dapat disebabkan
oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihanlikuiditas/uang/alat tukar) dan yang
kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnyaproduksi (product
or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama
lebihdipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebihdipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang
dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah(Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/Insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur,regulasi,
dll.
6
3.Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga sering digunakan sebagai ukuran pendapatan yang diperoleh oleh
para pemilik modal, tingkatbunga ini disebut dengan bunga simpanan atau bunga
investasi. Tingkat bunga digunakan sebagai ukuran biayamodal yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk menggunakan dana dari para pemilik modal, ini disebut denganbunga
pinjaman. faktor-faktor utama yangmempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga
secara garis besar sebagai berikut : Kebutuhan dana, Persaingan, Kebijaksanaan
pemerintah, Target laba yang diinginkan,Jangka waktu, Kualitas jaminan, Reputasi
perusahaan, Produk yang kompetitif, Hubungan baik, Jaminan pihakketiga. (Kasmir,
2003: 37-38).
4. Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga atau nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang
asing. Para pelakudalam pasar internasional amat peduli terhadap penentuan nilai tukar
valuta asing (valas), karena nilai tukarvalas akan mempengaruhi biaya dan manfaat
”bermain” dalam perdagangan barang, jasa dan surat berharga(Sudiyatno, 2010: 112).
- Pengaruh Inflasi Terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and
beverage di bursa efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sama dengan hasilpenelitian dari Sudiyanto dan Nuswandhari (2009)
yang menunjukkan inflasi berpengaruh negatif dansignifikan terhadap risiko sistematis.
Fenomena ini memberikan pemahaman empiris bagi manajemenbahwa kenaikan inflasi
perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia selama periode2008-
2012 berdampak pada penurunan risiko sistematis.Jadi,apabila inflasi naik,risiko
sistematis di suatu perusahaan turun.
- Pengaruh Variable Suku Bunga Terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor
food and beveragedi bursa efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Setyowati, dan Andayani(2010),
serta penelitian Haryanto dan Riyanto (2007) tidak sesuai dan tidak mendukung yang
menemukansuku bunga berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap risiko sistematis.
7
Secara teori jika suku bunganaik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga
juga akan naik. Maka minat investor akanberpindah dari saham ke deposit. Fenomena ini
menunjukkan bahwa investor di Indonesia tidak suka risikoatau risk averse.
- Pengaruh Nilai Tukar Terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and
beverage di bursaefek Indonesia
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sudiyanto dan Nuswandhari (2009)yang
menunjukkan hasil nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko
sistematis. Sertapenelitian dari Haryanto dan Riyanto (2007) tidak sesuai dan tidak
mendukung yang menemuka nilai tukarberpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko
sistematis. Jadi apabila perusahaan memerlukan pasokanbarang dari luar negeri maka
kenaikan nilai tukar sangat berpengaruh dalam proses perdagangan tersebut.
Translasi mata uang asing adalah proses informasi keuangan dari satu matauang ke
mata uang lainnya. Berbeda dengan konversi antar mata uang asing yangmemiliki
pengertian pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik,translasi hanyalah
perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yangdinyatakan dalam
pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS.Tidak ada pertukaran
fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi.Sedangkan konversi,
memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait. Terdapat
alasan dilakukannya translasi mata uang asing,diantaranya :
1. Perusahaan dengan kegiatan operasional di luar negeri yang
signifikanmempersiapkan laporan keuangan gabungan yang informasi laporan
kepadapembaca mengenai operasional perusahaan secara global sehingga
diperlukanadanya penyamaan mata uang.
2. Berkomunikasi dengan peminat saham asing. Perusahaan yang melakukantranslasi
merupakan perusahaan yang dalam bentuk usaha terbuka sehinggalaporan keungan
dapat dibaca oleh masyarakat umum dengan mudah , sehinggadengan laporan
keuangan yang sudah dikonversikan maka akan merangsanginvestor untuk
menanam saham pada perusahaan.
3. Memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang.
8
4. Mencatat transaksi mata uang asing. Transaksi dalam mata uang asing terjadi
padasaat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran
yangdilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam
ataumeminjamkan dalam mata uang asing.
5. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuanganyang
memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasionalperusahaan
secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uangasing dari
anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan. Translasitidak harus
dibuat oleh perusahaan induk, anak perusahaan dapat membuatlaporan keuangan
sesuai dengan mata uang yang digunakan perusahaan induk.Namun apabila
perusahaan tersebut merupakan perusahaan tunggal (tidakmemiliki anak
perusahaan) maka perusahaan tersebut harus mengkonversi nilainominal atas
transaksi – transaksi dengan metode translasi yang berbeda.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam translasi mata uang asing , antara lain :
Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap
oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka
sendiri.Ini adalah lingkungan akuntansi local tempat dimana perusahaan afiliasi asing
tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari
laporan valuta, suatu caraharus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi
yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku.Karena
semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta,
metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-
rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang
dikonsolidasi.Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang
berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan
oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu
karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil
9
operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari
perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk
sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi
akanmencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat
dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva diperoleh
sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnyaadalah VA 1=$1,
maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal
juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari
perspektif dolar (translasi biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap
dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akandiekspresikan sebesar $200
(translasi kurs berlaku). Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan
bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu,
mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh
fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-
aktiva tersebut).Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar
negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Method
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam
proses translasi, diantaranya :
1. Metode berlaku-historis
Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS danditempat-tempat
lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancer sebuah perusahaan
anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporanperusahaan induknya
dengan menggunakan kurs berlaku.Aktiva dankewajiban non- lancar ditranslasikan
dengan kurs historis. Item-item laporanlaba-rugi, kecuali beban depresiasi dan
amortisasi, ditranslasikan dengan kursrata-rata masing-masing bulan operasi atau
dengan basis rata-rata tertimbangdari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban
depresiasi dan amortisasiditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku
pada saat aset yangbersangkutan diperoleh.Metodologi ini, sayangnya, memiliki
10
sejumlah kelemahan.Misalnya,metode ini kurang memilik justifikasi konseptual.
Definisi-definisi yang adamengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non- lancar
tidak menjelaskanmengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang
akandigunakan dalam proses transiasi.
2. Metode moneter-nonmoneter
Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmonetermemakai pola
klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.Karena item-item
moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlakuuntuk mentranslasikan
item-item valuta asing menghasilkan valuta domestic ekivalen yang mencerminkan
nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
3. Metode Temporal
Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatuproses konversi
pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu,metode ini tidak
dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yangsedang diukur; metode
ini hanya dapat mengubah unit pengukuran.Translasisaldo valuta asing, misalnya,
hanya mengubah (restate) denominasi persediaan.tidak penilaian aktualnya. Dalam
GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkanjumiah yang dimiliki pada tanggal
neraca. Piutang dan hutang dinyatakandalam jumlah yang diharapkan akan
diterima atau dibayar pada saat jatuhtempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada
harga yang berlaku ketikaitem¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis).
Meskipun begitu,beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku
pada tanggallaporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan
biayaatau pasar.Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-
nilaiuang ini.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TRANSLASI MATA UANG ASING
Jika sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandangperusahaan lokal),
masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perludilakukan. Memasukkan
keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akanmendistorsikan hubungan keuangan
yang asli dan dapat menyesatkan parapengguna informasi tersebut. Keuntungan atau
11
kerugian translasi harusdiperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai
penyesuaian terhadapekuitas pemilik. Jika mata uang pelaporan induk perusahaan
merupakan unitpengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan ( sudut pandang induk
perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugiantranslasi laba
sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anakperusahaan luar negeri
sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungandan kerugian translasi
mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasiasing dalam mata uang domestic
dan harus diakui.
Pendekatan – pendekatan Atas Penyesuaian Translasi
1. Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anakperusahaan
luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap aruskas mata uang
lokal yang dihasilkan dari entitas asing.Penyesuaian translasiharus diakumulasikan
secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
2. Pengangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukanamortisasi
penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait,terutama yang terkait
dengan utang akan ditangguhkan dan diamortisasi selamaumur aktiva tetap terkait,
yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yangsama dengan beban depresiasi
atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisamasa pinjaman sebagai
penyesuaian terhadap beban bunga.
3. Penangguhan parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugiansesegera
mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelahdirealisasikan,
hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetapmengabaikan
terjadinya perubahan kurs.
4. Tidak ditangguhkanMengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan
laba rugisesegera mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian
translasidalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam
labasehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan
12
apabilaterjadi perubahan kurs nilai tukar. Keuntungan dan kerugian translasi
inimencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang
domestik dan harus diakui.
Hubungan Translasi Mata Uang Asing Dengan Inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter
yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen
dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya.
Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah
dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca.
Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva
luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang
terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas
keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian
tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan
dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan
dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili
dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan
ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang
asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan
terhadap rasio keuangan.
13
PENGEMBANGAN AKUNTANSI TRANSLASI MATA UANG ASING
Beberapa perspektif historis tentang akuntansi translasi mata uang asing di Negara
Amerika, sebagai berikut:
1) Pra-1965 : Praktik translasi mata uang asing masih dipandu oleh BAB 12 dari
Accounting Research Bulletin No. 43.
2) 1965-1975 : Translasi mata uang asing seluruh pembayaran dan penerimaan mata
uang asing pada kurs saat ini diperbolehkan setelah Accounting Principles Board Opinion
No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
3) 1975-1981 : FASB mengeluarkan FAS No. 8 pada tahun 1975.
4) 1981-Sekarang : FASB mengeluarkan Satetement of Financial Accounting
Standards No. 52 pada tahun 1981.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara serentak atau simultan inflasi, Suku bunga, dan Nilai Tukar berpengaruh
signifikan terhadap risikosistematis.
2. Hasil pengujian menunjukkan secara parsial: Inflasi berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap risikosistematis. Suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap risiko
sistematis.Nilai tukarberpengaruh signifikan dan negatif terhadap risiko sistematis.
3. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuanganyang
memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasionalperusahaan secara
global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uangasing dari anak perusahaan
terhadap mata uang asing induk perusahaan.
4.2 Agenda Yang Akan Datang
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi investor yang ingin berinvestasi saham pada bursa efek Indonesia, hendaknya
memperhatikan factor inflasi, suku bunga dan nilai tukar karena tebukti secara empiris
pada penelitian ini memiliki pengaruhyang signifikan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk memprediksi data
harga sahamberdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.