makalah agraria presentasi

18
i MAKALAH PENDAFTARAN TANAH DOSEN PENGASUH :THEA FARINA, SH.M.Kn Disusun Oleh: KELOMPOK III NAMA NIM KET TTD 1. ABDUL KADIR ZAILANI EAA 110 103 PENANYA 2. ADIATMA TOGI SITORUS EAA 110 035 PENYAJI 3. ERIK SOSANTO EAA 110 039 PENYAJI 4. FRANSISCA NOVITASARI H EAA 110 031 PENANYA 5. IKA SAFITRI RAHMAH EAA 110 109 MODERATOR 6. PEBRIANDI EAA 110 015 PENYAJI KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS HUKUM TAHUN 2011

Transcript of makalah agraria presentasi

Page 1: makalah agraria presentasi

i

MAKALAH

PENDAFTARAN TANAH

DOSEN PENGASUH :THEA FARINA, SH.M.Kn

Disusun Oleh:

KELOMPOK III

NAMA NIM KET TTD

1. ABDUL KADIR ZAILANI EAA 110 103 PENANYA

2. ADIATMA TOGI SITORUS EAA 110 035 PENYAJI

3. ERIK SOSANTO EAA 110 039 PENYAJI

4. FRANSISCA NOVITASARI H EAA 110 031 PENANYA

5. IKA SAFITRI RAHMAH EAA 110 109 MODERATOR

6. PEBRIANDI EAA 110 015 PENYAJI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2011

Page 2: makalah agraria presentasi

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan

Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai pendaftaran tanah.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber dari buku-buku dan sumber lainnya yang

berhubungan dengan pendaftaran tanah.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan

menambah wawasan bagi orang yang membacanya.

Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini

masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membacanya tentang pendaftaran tanah.

Palangka Raya, November 2011

Penyusun

Page 3: makalah agraria presentasi

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

1.4. Metode Penulisan .................................................................................... 2

1.5. Manfaat Penulisan ................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Hak-hak atas tanah yang merupakan objek pendaftaran tanah ..................

2.2 Sistem pendaftaran tanah ...........................................................................

2.3 Stelsel pendaftaran tanah ...........................................................................

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan .............................................................................................

3.2. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: makalah agraria presentasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Telah diketahui bersama bahwa tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi

kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Tercukupinya kebutuhan manusia akan bahan

pangan, dikarenakan manusia mampu mengolah dan mendayagunakan tanah. Kemampuan

tersebut ternyata tidak terbatas pada usaha untuk mencukupi kebutuhan bidang pangan saja,

melainkan untuk usaha-usaha yang lebih luas yang menyangkut perkembangan kehidupan

seperti misalnya tanah untuk perumahan, pendirian bangunan industri, perkantoran,

pendidikan, tempat ibadah, dan berbagai keperluan yang lain. Karena keadaan tanah terbatas

sedangkan penduduk bertambah terus dengan pesatnya, maka dengan sendirinya jumlah

penduduk yang ingin mendayagunakan tanah menjadi tidak seimbang dengan keadaan

tanahnya. Dalam keadaan demikian, tanpa adanya pengaturan yang tegas, maka tanah

seringkali justru menjadi “masalah” bagi manusia, baik yang disebabkan karena perebutan

hak, pendayagunaan yang salah, dan sebagainya. Di pihak lain, pemerintah sendiri

memerlukan data penguasaan tanah untuk perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya,

terutama yang melibatkan para pemilik tanah. Selain itu, diperlukan pula untuk penarikan

pajak atas tanah, sehingga mutlak diperlukan adanya data pemilikan tanah berupa peta dan

daftar.

Dari sejarahnya, pendaftaran tanah memang dilaksanakan untuk tujuan pemungutan pajak

atas tanah(fiscal cadastre). Sampai tahun 1961, dikenal tiga macam pungutan pajak tanah,

yaitu verponding Eropa,verponding Indonesia, dan Landrente. Sebagai dasar bagi penentuan

obyek pajak saat itu adalah status tanahnya sebagai tanah Hak Barat dan tanah hak milik

adat, sedangkan wajib pajaknya adalah pemegang hak/pemiliknya. Dalam perkembangan

berikutnya, untuk mewujudkan kepastian hukum atas tanah, munculah pendaftaran tanah

untuk tujuan kepastian hukum (legal cadastre). Sasarannya adalah bidang-bidang tanah yang

Page 5: makalah agraria presentasi

2

dikuasai dengan sesuatu hak dan dikenal tanah hak maupun persil yang kemudian diukur,

dipetakan dan diteliti proses penguasaan oleh pemegang haknya. Hasilnya berupa peta dan

daftar yang memberikan penjelasan mengenai siapa pemegang haknya, letaknya, dan

luasnya(data kadastral).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sekaligus

merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Hak-hak atas tanah yang merupakan objek pendaftaran tanah ?

2. Sistem pendaftaran tanah ?

3. Stelsel pendaftaran tanah ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini,

penulis bertujuan untuk :

a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah dan Hak-hak atas

tanah yang merupakan objek pendaftaran tanah.

b. Mengetahui dan memahami sistem dan stelsel pendaftaran tanah.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini yang bersumber pada buku-buku

referensi yang berhubungan dengan hukum agraria dan situs internet.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai media untuk menambah wawasan.

b. Bahan referensi aktual .

c. Bahan bacaan dan pengetahuan.

Page 6: makalah agraria presentasi

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hak-hak atas Tanah yang Merupakan Objek Pendaftaran Tanah

Menurut PP No.24 tahun 1997, pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliptui

pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan

rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-

bidang tanah yang sudah haknya dan Hak Milik atas satuan rumah susun, serta hak-hak

tertentu yang membebaninya.

Sebutan„pendaftaran tanah‟ telah menimbulkan kesan seakan-akan obyek utama

pendaftaran atau satu-satunya obyek pendaftaran adalah tanah. Memang mengenai

pengumpulan sampai penyajian data fisik, tanahlah yang merupakan obyek pendaftaran,

yaitu untuk dipastikan letaknya, batas-batasnya, luasnya dalam peta pendaftaran dan

disajikan juga dalam daftar tanah. Kata „kadaster‟ yang menunjuk pada kegiatan bidang fisik

tersebut berasal dari istilah latin capitastrum (suatu daftar yang berisikan data mengenai

tanah). Tetapi dalam pengumpulan sampai penyajian data yuridis, bukan tanahnya yang

didaftar, melainkan hak-hak atas tanah yang menentukan status hukumnya serta hak-hak lain

yang membebani hak-hak tersebut. Bahkan dalam pendaftaran tanah yang menggunakan

sistem pendaftaran akta (registration of deeds), bukan haknya, melainkan justru aktanya yang

didaftar yaitu dokumen-dokumen yang membuktikan diciptakannya hak yang bersangkutan

dan dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum mengenai hak tersebut kemudian (Boedi

Harsono, 2003).

Kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali

(initial registration) dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia (maintenance). Dalam

initial registration, terdapat 3 (tiga) pokok kegiatan, yaitu bidang fisik (teknis kadastral),

bidang yuridis, dan penerbitan dokumen tanda bukti hak. Sedangkan pemeliharaan data

(maintanance) dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik dan data yuridis obyek

Page 7: makalah agraria presentasi

4

pendaftaran tanah yang telah didaftar. Perubahan ini misalnya terjad akibat beralihnya,

dibebaninya, atau berubahnya nama pemegang hak yang sudah berakhir, pemecahan,

pemisahan dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah didaftar.

Pendaftaran tanah pertama kali (initial registration) dapat dilakukan secara sistematik dan

secara sporadik. Secara sistematik berarti dilakukan secara serentak yang meliputi semua

obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu

desa/kelurahan, yang umumnya prakarsa datang dari Pemerintah. Secara sporadik berarti

kegiatan pendaftaran tanah untuk satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah

atau bagian wilayah suatu desa/keluarahan secara individual atau massal, yang dilakukan atas

permintaan pemegang atau penerima hak atas tanah bersangkutan.

Obyek pendaftaran tanah menurut Pasal 9 PP Nomor 24 Tahun 1997 meliputi :

a. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik,hak guna usaha,hak guna

bangunan,dan hak pakai;

b. tanah hak pengelolaan;

c. tanah wakaf;

d. hak milik atas satuan rumah susun;

e. hak tanggungan;

f. tanah negara.

Berbeda dengan obyek-obyek pendaftaran tanah yang lain, tanah negara pendaftarannya

dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang bersangkutan dalam daftar tanah.

Untuk tanah negara tidak disediakan buku tanah dan karenanya juga tidak diterbitkan

sertipikat. Sedangkan obyek pendaftaran tanah yang lain didaftar dengan membukukannya

dalam peta pendaftaran dan buku tanah serta menerbitkan sertipikat sebagai surat tanda bukti

haknya.

Page 8: makalah agraria presentasi

5

2.2 Sistem Pendaftaran Tanah

Sistem pendaftaran tanah yang dipakai di suatu negara tergantung pada asas hukum

pendaftaran tanah dan sistem publikasi yang digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran

tanah oleh negara yang bersangkutan.

Terdapat dua macam sistem pendaftaran tanah yaitu :

1. Sistem pendaftaran akta (registration of deeds);

2. Sistem pendaftaran hak (registration of title).

Persamaan dari kedua sistem pendaftaran tersebut adalah baik dalam sistem pendaftaran

akta maupun sistem pendaftaran hak, setiap pemberian atau menciptakan hak baru serta

pemindahan dan pembebanannya dengan hak lain harus dibuktikan dengan suatu akta. Dalam

akta tersebut dimuat data yuridis tanah yang bersangkutan antara lain perbuatan hukumnya,

haknya, penerima haknya, dan hak apa yang dibebankan. Dalam kedua sistem pendaftaran

tersebut akta merupakan sumber data yuridis.

Perbedaannya adalah :

a. pada sistem pendaftaran akta, pendaftaran berarti mendaftarkan peristiwa hukumnya

yaitu peralihan haknya dengan cara mendaftarkan akta. Akta itulah yang didaftar oleh

pejabat pendaftaran tanah yang bersifat pasif. Ia tidak melakukan pengujian kebenaran

data yang disebut dalam akta yang didaftar.

b. pada sistem pendaftaran hak, pemegang hak yang terdaftar adalah pemegang hak yang

sah menurut hukum sehingga pendaftaran berarti mendaftarkan status seseorang sebagai

pemegang hak atas tanah. Setiap penciptaan hak baru dan perbuatan-perbuatan hukum

yang menimbulkan perubahan kemudian juga harus dibuktikan dengan suatu akta,

tetapi dalam penyelenggaraan pendaftarannya bukan akta yang didaftar melainkan

haknya yang diciptakan dan perubahan-perubahannya kemudian. Akta hanya merupakan

Page 9: makalah agraria presentasi

6

sumber datanya. Dalam sistem pendaftaran hak, pejabat pendaftaran tanah bersifat aktif.

Sebelum dilakukan pendaftaran hak oleh pejabat pendaftaran tanah dilakukan pengujian

kebenaran data yang dimuat dalam akta yang bersangkutan.

2.3 Stelsel dalam Pendaftaran Tanah

Sistem dalam Pendaftaran tanah berkaitan dengan kegiatan publikasi berupa penyajian

data yang dihimpun secara terbuka bagi umum di Kantor Pertanahan berupa daftar-daftar

dan peta, sebagai informasi bagi umum yang akan melakukan perbuatan hukum mengenai

tanah yang terdaftar. Sejauh mana orang boleh mempercayai kebenaran data yang disajikan

dan sejauh mana hukum melindungi kepentingan orang yang melakukan perbuatan hukum

mengenai tanah yang haknya sudah didaftar tergantung pada stelsel publikasi yang

digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah oleh negara yang bersangkutan. Secara

umum dikenal dua sistem publikasi, yaitu stelsel publikasi positif dan stelsel publikasi

negatif.

1). Stelsel Publikasi Positif

Dalam stelsel publikasi positif, orang yang mendaftar sebagai pemegang hak atas

tanah tidak dapat diganggu gugat lagi haknya. Negara sebagai pendaftar menjamin

bahwa pendaftaran yang sudah dilakukan adalah benar. Konsekuensi penggunaan sistem

ini adalah bahwa dalam proses pendaftarannya harus benar-benar diteliti bahwa orang

yang mengajukan pendaftarannya memang berhak atas tanah yang didaftarkan tersebut,

dalam arti ia memperoleh tanah ini dengan sah dari pihak yang benar-benar berwenang

memindahkan hak atas tanah tersebut dan batas-batas tanah tersebut adalah benar adanya.

Negara menjamin kebenaran data yang disajikan. Sistem ini mengandung ketentuan-

ketentuan yang merupakan perwujudan ungkapan “title by registration” (dengan

pendaftaran diciptakan hak), pendaftaran menciptakan suatu “indefeasible title” (hak

yang tidak dapat diganggu gugat), dan “the register is everything” (untuk memastikan

adanya suatu hak dan pemegang haknya cukup dilihat buku tanahnya). Sekali didaftar

pihak yang dapat membuktikan bahwa dialah pemegang hak yang sebenarnya kehilangan

Page 10: makalah agraria presentasi

7

haknya untuk mendapatkan kembali tanah yang bersangkutan. Jika pemegang hak atas

tanah kehilangan haknya, maka ia dapat menuntut kembali haknya. Jika pendaftaran

terjadi karena kesalahan pejabat pendaftaran, ia hanya dapat menuntut pemberian ganti

kerugian (compensation) berupa uang. Untuk itu negara menyediakan apa yang disebut

suatu “assurance fund”.

Stelsel publikasi positif selalu menggunakan sistem pendaftaran hak, sehingga mutlak

adanya register atau buku tanah sebagai bentuk penyimpanan dan penyajian data yuridis

dan sertipikat hak sebagai surat tanda bukti hak. Dalam sistem pendaftaran hak, pejabat

pendaftaran tanah mengadakan pengujian kebenaran data sebelum membuat buku tanah

serta melakukan pengukuran dan pembuatan peta. Sistem publikasi positif ini akan

menghasilkan suatu produk hukum yang dijamin kebenarannya oleh pemerintah dan oleh

karena itu tidak bisa diganggu gugat, sehingga dapat disimpulkan bahwa segi negatif

dalam sistem publikasi positif adalah tertutup kemungkinan bagi pihak-pihak yang

merasa sebagai pemegang hak yang sebenarnya untuk melakukan gugatan atau tuntutan

terhadap segala sesuatu yang telah tercatat dalam sertipikat tersebut karena negara

menjamin kebenaran data yang disajikan.

Secara umum, stelsel positif dapat dilihat pada hal-hal sebagai berikut :

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah diberikan tugas untuk meneliti secara materiil dokumen-

dokumen yang diserahkan dan berhak untuk menolak pembuatan akta.

2. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya berhak menolak melakukan pendaftaran jika

pemilik tidak mempunyai wewenang mengalihkan haknya.

Campur tangan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Kantor Pertanahan terhadap peralihan-

peralihan hak atas tanah memberikan jaminan bahwa nama orang yang terdaftar benar-

benar yang berhak tanpa menutup kesempatan kepada yang berhak sebenarnya untuk

masih dapat mempersoalkannya.

Page 11: makalah agraria presentasi

8

2). Stesel Publikasi Negatif

Dalam sistem publikasi negatif, negara hanya bersifat pasif menerima apa yang

dinyatakan oleh pihak yang meminta pendaftaran. Oleh karena itu, sewaktu-waktu dapat

digugat oleh orang yang merasa lebih berhak atas tanah itu. Pihak yang memperoleh

tanah dari orang yang sudah terdaftar tidak dijamin, walaupun dia memperoleh tanah itu

dengan itikad baik. Hal ini berarti, dalam sistem publikasi negatif keterangan-keterangan

yang tercantum di dalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima sebagai

keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian yang

membuktikan sebaliknya. Dengan demikian, pendaftaran tanah dengan sistem publikasi

negatif tidak memberikan kepastian hukum kepada orang yang terdaftar sebagai

pemegang hak karena negara tidak menjamin kebenaran catatan yang disajikan.

Secara umum, pendaftaran tanah dengan sistem publikasi negatif mempunyai

karakteristik yakni:

1. Pemindahan sesuatu hak mempunyai kekuatan hukum, akta pemindahan hak harus

dibukukan dalam daftar-daftar umum;

2. Hal-hal yang tidak diumumkan tidak diakui;

3. Dengan publikasi tidak berarti bahwa hak itu sudah beralih, dan yang mendapatkan

hak sesuai akta belum berarti telah menjadi pemilik yang sebenarnya;

4. Tidak seorangpun dapat mengalihkan sesuatu hak lebih dari yang dimiliki, sehingga

seseorang yang bukan pemilik tidak dapat menjadikan orang lain karena perbuatannya

menjadi pemilik;

5. Pemegang hak tidak kehilangan hak tanpa perbuatannya sendiri

6. Pendaftaran hak atas tanah tidak merupakan jaminan pada nama yang terdaftar dalam

buku tanah. Dengan kata lain buku tanah bisa saja berubah sepanjang dapat membuktikan

bahwa dialah pemilik tanah yang sesungguhnya melalui putusan pengadilan yang sudah

mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pendaftaran tanah sistem publikasi negatif tidak membuat orang yang

memperoleh tanah dari pihak yang tidak berhak menjadi pemegang hak yang baru.

Page 12: makalah agraria presentasi

9

Dalam sistem ini berlaku asas yang dikenal sebagai nemo plus juris bahwa orang tidak

dapat menyerahkan atau memindahkan hak melebihi apa yang dimilikinya. Data yang

disajikan dalam pendaftaran dengan sistem publikasi negatif tidak bolehbegitu saja

dipercaya kebenarannya.Negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan.

Walaupun sudah melakukan pendaftaran, pembeli selalu masih menghadapi

kemungkinan gugatan dari orang yang dapat membuktikan bahwa dialah pemegang hak

yang sebenarnya. Subyek hak yang merasa mempunyai hak atas tanah masih dapat

mempertahankan haknya dengan cara melakukan gugatan terhadap pihak-pihak yang

namanya terdaftar dalam buku tanah.

Bagi pejabat pendaftaran tanah tidak ada keharusan untuk memeriksa atas nama siapa

pendaftaran haknya. Pejabat pendaftaran tanah mendaftarkan hak-hak dalam daftar-daftar

umum atas nama pemohonnya tanpa mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap

pemohonnya, sehingga pekerjaan pendaftaran peralihan hak dalam sistem negatif dapat

dilakukan secara cepat dan lancar, sebagai akibat tidak diadakannya pemeriksaan oleh

pejabat pendaftaran tanah. Sedangkan kelemahannya adalah tidak terjaminnya kebenaran dari

isi daftar-daftar umum yang disediakan dalam rangka pendaftaran tanah. Orang yang akan

membeli sesuatu hak atas tanah dari orang yang terdaftar dalam daftar-daftar umum sebagai

pemegang hak harus menanggung sendiri resikonya jika yang terdaftar itu ternyata bukan

pemegang hak yang sebenarnya. Pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang hak

dalam buku tanah dan sertipikat selalu menghadapi kemungkinan gugatan dari pihak lain

yang merasa mempunyai Stelsel negatif memang telah memunculkan dampak terhadap

kepastian hukum itu sendiri. Pemegang hak atas tanah yang dapat membuktikan bukti-bukti

yang sah akan dilindungi oleh hukum yang berlaku. Jangkauan kekuatan pembuktian

setipikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh UUPA diberikan dengan

syarat selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang

dicantumkan dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan

hukum sehari-hari maupun dalam sengketa di pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai

dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan, dan orang

tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertipikat atas nama orang atau badan hukum lain,

jika selama lima tahun sejak dikeluarkan sertipikat itu orang yang merasa memiliki tanah

Page 13: makalah agraria presentasi

10

tidak mengajukan gugatan pada pengadilan, sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau

badan hukum lain tersebut dengan itikad baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau

oleh orang lain atau oleh badan hukum yang mendapat persetujuannya.

Asas itikad baik memberikan perlindungan kepada orang yang dengan itikad baik

memperoleh suatu hak dari orang yang disangka sebagai pemegang hak yang sah. Namun

asas itikad baik ini, menurut Hoge Raad, merupakan doktrin yang merujuk kepada

kerasionalan dan kepatutan (redelijkheid en billijkheid), sehingga pembuktian itikad baik atas

pemilikan hak atas tanah lebih banyak melalui pengadilan. Asas itikad baik dipakai untuk

memberi kekuatan pembuktian bagi peta daftar umum yang ada di Kantor Pertanahan.

Dalam asas hukum nemo plus yuris, seseorang tidak dapat melakukan tindakan hukum

yang melampaui hak yang dimilikinya, dan akibat dari pelanggaran tersebut batal demi

hukum (van rechtswege nietig), yang berakibat perbuatan hukum tersebut dianggap tidak

pernah ada dan karenanya tidak mempunyai akibat hukum dan apabila tindakan hukum

tersebut menimbulkan kerugian, maka pihak yang dirugikan dapat meminta ganti rugi kepada

pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum tersebut. Asas nemo plus yuris memberikan

perlindungan hukum kepada pemegang hak yang sebenarnya terhadap tindakan pihak lain

yang mengalihkan haknya tanpa sepengetahuannya. Karena itu asas nemo plus yuris selalu

terbuka kemungkinan adanya gugatan kepada pemilik yang namanya tercantum dalam

sertipikat dari orang yang merasa sebagai pemiliknya.

Berdasarkan asas nemo plus yuris, maka penguasaan sesuatu hak atas tanah oleh orang

yang tidak berhak adalah batal. Dengan demikian pemegang hak yang sebenarnya selalu

dapat menuntut kembali haknya yang telah dialihkan tanpa sepengetahuannya dari siapapun

dimana hak itu berada. Hal ini sangat penting untuk memberi perlindungan kepada pemegang

hak atas tanah yang sebenarnya. Umumnya asas ini berlaku dalam sistem pendaftaran tanah

yang negatif.

Sekalipun suatu negara menganut salah satu asas hukum atau sistem pendaftaran tanah,

tetapi tidak ada yang secara murni berpegang pada salah satu asas hukum atau sistem

Page 14: makalah agraria presentasi

11

pendaftaran tanah karena asas hukum atau sistem pendaftaran tanah tersebut mempunyai

kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga setiap negara mencari jalan keluar

sendiri-sendiri. Dalam praktik, kedua sistem ini tidak pernah digunakan secara murni. Sistem

publikasi positif memberi beban terlalu berat kepada negara sebagai pendaftar. Apabila ada

kesalahan dalam pendaftaran, negara harus menanggung akibat dari kesalahan itu. Dalam

hukum pendaftaran tanah hak barat, dahulu ada dikenal sebagai lembaga acquisitive

verjaring yang dapat mengakhiri kelemahan sistem publikasi negatif. Akan tetapi lembaga

ini sudah tidak ada lagi seiring dengan tidak adanya lagi tanah-tanah hak barat dan dengan

dicabutnya pasal yang mengaturnya oleh UUPA. Lembaga yang dapat menggantinya adalah

lembaga yang dikenal dengan sebutan rechtsverwerking yang dituangkan dalam Pasal 32

ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 1997 untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum

kepada para pemegang sertipikat.

Page 15: makalah agraria presentasi

12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu hasil dari kegiatan pendaftaran tanah adalah diterbitkannya sertifikat hak atas

tanah yang berisi data fisik (letak, batas, luas) dan data yuridis (status tanah, pemegang hak,

hak-hak pihak lain, dan beban-beban lain yang berada di atasnya). Sejak UUPA diundangkan

(1960), telah diterbitkan sebanyak 22 juta sertifikat tanah, baik melalui kegiatan pendaftaran

tanah secara sporadik (65%) maupun sistematik (35%). Dengan membandingkan total 75 juta

bidang tanah yang harus disertifikatkan,maka prosentasi tanah-tanah yang sudah

disertifikatkan barulah mencapai 33%.Kecilnya jumlah tersebut merupakan salah satu

penyebab besarnya jumlah sengketa atau masalah dalam bidang pertanahan.

Menurut Soejono dan Abdurrahman (1998), bila dalam kurun waktu sekian puluh tahun

tersebut baru bisa diselesaikan seperlimanya, maka untuk merampungkan seluruhnya

diperlukan waktu kurang lebih 120 tahun lagi. Sadjarwo (1978) menentukan waktu yang

lebih cepat yaitu sekitar 50 tahun, yang diharapkan dapat dilakukan melalui berbagai

“terobosan‟ untuk mempercepat penyelenggaraan pendaftaran tanah, seperti melalui pola

pendaftaran tanah secara sistematik. Meski demikian, karena prakarsanya datang dari

Pemerintah, maka pendaftaran tanah secara sistematik memerlukan waktu untuk memenuhi

dana, tenaga dan peralatan yang diperlukan. Selain itu pelaksanaannya harus didasarkan pada

suatu rencana kerja yang meliputi jangka waktu agak panjang dan rencana pelaksanaan

tahunan yang berkelanjutan melalui uji kelayakan agar berjalan dengan lancar.

Secara global berbagai persoalan yang terkait dengan penyelenggaraan pendaftaran tanah

tersebut di atas tidak terlepas dari berbagai kendala, baik yang berupa teknis kadastral,

kualitas sumber daya manusia, dana, peralatan, maupun tingkat responsivitas masyarakat

dalam pelaksanaan pendaftaran tanah. Tak ketinggalan pula, keadaan obyektif tanah-

tanahnya sendiri yang selain jumlah besar dan tersebar di wilayah yang luas, sebagian besar

justru tidak didukung oleh alat-alat pembuktian yang mudah diperoleh dan dapat dipercaya

kebenarannya. Di pihak lain, ketentuan hukum untuk dasar pelaksanaannya dirasakan belum

Page 16: makalah agraria presentasi

13

cukup memberikan kemungkinan untuk terlaksananya pendaftaran tanah dalam waktu yang

singkat dengan hasil yang lebih memuaskan.

3.2 Saran

Dalam kaitan dengan hal tersebut, diperlukan penyelenggaraan proyek percepatan

pensertifikatan tanah dengan memanfaatkan teknologi tinggi di bidang pengukuran dan

pemetaan. Upaya lain untuk mempercepat pensertifikatan tanah adalah menertibkan

administrasi pertanahan, komputerisasi, pemanfaatan surveyor berlisensi dan lain sebagainya,

dengan pendekatan yang seyogyanya lebih menitikberatkan pada penyelenggaran

pendaftaran tanah secara sistematik. Di sisi lain, pendaftaran tanah secara sporadik juga perlu

ditingkatkan pelaksanaannya sebab dalam kenyataannya akan bertambah permintaan untuk

mendaftar secara individual dan massal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan

yang akan makin meningkat kegiatannya.

Demikian pula „kontinuitas‟ penyelenggaraan pendaftaran tanah, perlu tetap dijaga sesuai

dengan makna pendaftaran tanah itu sendiri. Sebagai perbandingan, negara Swiss yang luas

wilayahnya jauh lebih kecil di banding dengan Indonesia, pelaksanaan pendaftaran tanahnya

telah dimulai sejak tahun 1911 sampai dengan sekarang ini. Hal ini menunjukkan bahwa

kontinuitas penyelenggaraan pendaftaran tanah memiliki arti penting bagi kelancaran

kegiatan dimaksud.

Maria SW. Sumardjono (2001) menyatakan, keberhasilan pelaksanaan pendaftaran tanah

tetaplah memerlukan peran serta masyarakat dan dukungan aparat pelaksana yang

profesional. Dalam hal ini harus pula da tekad, kesiapan dan profesionalitas dari aparat

pertanahan untuk melaksanakan pendaftaran dimaksud.

Soejono dan Abdurrahman (1998) berpendapat, agar lebih banyak memberikan

kemudahan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, sehingga masyarakat bergairah untuk

mendaftarkan tanahnya, tentu saja tanpa harus mengabaikan kecermatan dan kepastian

hukum atas tanahnya. Misalnya, bila memang penguasaannya dilakukan berdasarkan hukum

adat setempat, maka tidak perlu melalui prosedur pemberian hak melainkan cukup dengan

konversi/ pengakuan hak.

Page 17: makalah agraria presentasi

14

Pada akhirnya, berkaca dari pengalaman dan pelaksanaaan pendaftaran tanah selama ini,

maka diperlukan „kerja keras‟ lagi dalam penyelenggaraan kegiatan dimaksud, sebagai

upaya untuk mewujudkan kepastian hukum atas tanah.

Page 18: makalah agraria presentasi

15

DAFTAR PUSTAKA

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok

Agraria, Isi dan Penjelasannya, Djambatan, Jakarta, Jilid 1, 1999.

Bachtiar Effendie,SH, Pendaftaran tanah di Indonesia dan peraturan pelaksanaannya, Alumni,

Bandung, 1993.

Prof.boedi Harsono, sejarah pembentukan undang-undang pokok agraria, ,isi dan

pelaksanaannya, Djambatan , edisi revisi 1999.

Prof.boedi Harsono, Himpunan peraturan-peraturan hukum tanah , Djambatan , edisi revisi

2002.

Pendaftaran Tanah dalam Rangka Kepastian Hukum, oleh Redaksi Kalimantan post Banjarmasin

Koran Asli Banua, Headlines: 2011

Tujuan Objek dan Sistem Pendaftaran Tanah, oleh MKN-UNSRI’BLOG