makalah advokat

76
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengacara, atau dalam istilah lain dikenal dengan advokat merupakan salah satu dari wangsa alat penegak hukum (law enforcment), disamping kejaksaan, kehakiman dan kepolisian. Dalam praktek peradilan, profesi advokat atau pengacara sering berhadapan dengan masyarakat yang mana ia adalah pembela hukum dari klien (terbela), sehingga jasa-jasa hukum yang diberikan sungguh terasa, terutama bagi kalangan masyarakat awam. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang. 1 Advokat senantiasa bersedia membantu dan menolong orang yang berada dalam kesulitan karena mempunyai suatu permasalahan, memberikan bantuan jasa-jasa hukum kepada siapapun juga yang memerlukan guna terhindar dari kasus permasalahan yang dihadapinya, tentu dengan batas-batas keyakinannya dengan pengertian bahwa yang akan dibela (klien) tidak akan menjadi korban ketidak adilan. 2 Setiap orang yang memiliki hak dan ingin mempertahankannya di muka pengadilan dapat bertindak sebagai pihak dalam perkara asalkan memenuhi persyaratan, yakni mampu dan berwenang untuk menjadi pendukung hak dan dapat bertindak atau melakukan perbuatan hukum. Orang- 1 Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003, Tentang Advokat, Bab I, Pasal 1, ayat 1. 2 Lasdin Wlas, Cakrawala Advokat Indonesia, (Yogyakarta; Librty, 1989), 7. 1

description

ADVOKAT

Transcript of makalah advokat

Page 1: makalah advokat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengacara, atau dalam istilah lain dikenal dengan advokat merupakan

salah satu dari wangsa alat penegak hukum (law enforcment), disamping

kejaksaan, kehakiman dan kepolisian. Dalam praktek peradilan, profesi

advokat atau pengacara sering berhadapan dengan masyarakat yang mana ia

adalah pembela hukum dari klien (terbela), sehingga jasa-jasa hukum yang

diberikan sungguh terasa, terutama bagi kalangan masyarakat awam.

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di

dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan

ketentuan dalam Undang-undang.1 Advokat senantiasa bersedia membantu

dan menolong orang yang berada dalam kesulitan karena mempunyai suatu

permasalahan, memberikan bantuan jasa-jasa hukum kepada siapapun juga

yang memerlukan guna terhindar dari kasus permasalahan yang dihadapinya,

tentu dengan batas-batas keyakinannya dengan pengertian bahwa yang akan

dibela (klien) tidak akan menjadi korban ketidak adilan.2

Setiap orang yang memiliki hak dan ingin mempertahankannya di

muka pengadilan dapat bertindak sebagai pihak dalam perkara asalkan

memenuhi persyaratan, yakni mampu dan berwenang untuk menjadi

pendukung hak dan dapat bertindak atau melakukan perbuatan hukum. Orang-

1 Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003, Tentang Advokat, Bab I, Pasal 1, ayat 1. 2 Lasdin Wlas, Cakrawala Advokat Indonesia, (Yogyakarta; Librty, 1989), 7.

1

Page 2: makalah advokat

2

orang yang tidak mampu bertindak hukum, meskipun memiliki kepentingan

langsung dapatlah diwakili oleh orang lain. Disinilah, peran bagi pengacara

sangat terbuka dan nampak diakui keberadaannya.

Pada hakekatnya setiap perkara yang diajukan ke pengadilan tidaklah

mutlak harus ada pengacara, sebab di Indonesia tidak menganut asas

“verphiee promvirstlling”.3 Pada umumnya di Indonsia menganut asas “ius

curia novit” dimana hakim dianggap tahu hukum. Namun, kehadiran

pengacara dalam persidangan pengadilan diharapkan dapat membantu di

dalam mencari kebenaran hukum, seorang pengacara dapat membantu di

dalam mencari kebenaran hukum. Seorang pengacara atau advokat tidak boleh

membawa kepentingan pribadi tetapi harus obyektif dalam menjalankan

tugasnya membela suatu perkara.

Peradilan agama, dimana di dalamnya terjadi layanan hukum dan

keadilan, terutama menyangkut hukum keluarga, merupakan wilayah yang

tidak terlepas dari peran dan kinerja seorang pengacara. Demikian pula halnya

dengan keberadaan Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo. Pengadilan

Agama yang terletak di jalan Ir. Juanda No. 25 tersebut setiap hari menerima

berkas-berkas perkara yang diajukan oleh pihak-pihak yang mencari keadilan.

Dari berkas yang masuk, selama tahun 2007 tercatat 1075 penerimaan berkas

dengan berbagai macam perkara. Untuk kasus cerai gugat tercatat 599 berkas

3 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta; Yayasan al-Hikmah, 2001), 47.

Page 3: makalah advokat

3

perkara selama tahun 2007. Data ini memperlihatkan begitu besarnya tingkat

perceraian di lingkungan Pengadilan Agama Ponorogo.4

Pengacara merupakan seorang penasehat hukum yang izin prakteknya

dikeluarkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia, sesudah diangkat ia

diwajibkan mengucapkan sumpah jabatan. Seorang pengacara dapat beracara

dimanapun di seluruh Nusantara, di semua lingkungan peradilan, seperti di

lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan

Peradilan Tata Usaha Negara.5

Dalam kaitannya dengan pemberian bantuan hukum, tidak ada

ketentuan perundang-undangan khusus yang menentukan bahwa seorang

pengacara yang berpraktek di lingkungan Pengadilan Agama harus beragama

Islam, dan tidak ada ketentuan resmi yang melarang pengacara non muslim

untuk Peradilan Agama pada dasarnya diperuntukkan untuk golongan tertentu

yang beragama Islam, maka sebaiknya pemberi bantuan hukum di lingkungan

Pengadilan Agama dilaksanakan oleh orang yang memahami dan menguasai

hukum Islam.6

Dalam kasus gugat cerai yang terjadi di Pengadilan Agama Ponorogo,

seorang pengacara yang telah menerima kuasa untuk beracara di pengadilan

dari kliennya, maka dia berkewajiban untuk membuat gugatan secara tertulis,

karena pada dasarnya gugatan secara lisan hanya bisa diajukan oleh yang

4 Arsip Pengadilan Agama Ponorogo Tahun 2006-2007. 5 SEMA No. 8 Tahun 1987. 6 Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang

Peradilan Agama, pasal 1,2,49 dan penjelasan umum angka 2, lihat pula Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 1987 tentang wali hakim.

Page 4: makalah advokat

4

berkepentingan secara langsung.7 Selain itu sudah menjadi ketentuan

perundang-undangan bahwasannya pengajuan perkara dalam hal ini gugat

cerai, dalam permohonan atau dalam gugatannya, harus termuat alasan yang

menjadi dasar pengajuan gugatan.8

Pengadilan Agama diharapkan dapat menciptakan suatu upaya untuk

menegakkan keadilan, kebenaran, ketertiban dan kepastian hukum

sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-undang No. 14 tahun 1970 jo.

Undang-undang No. 4 tahun 2004.9 Untuk mencapai tujuan keadilan inilah,

pengacara yang menangani sebuah kasus akan meneliti, mengkaji masalah

sesuai dengan ketetapan hukum dengan mencari jalan damai terlebih dahulu.

Bila sudah terpaksa maka pengacara atas dasar surat kuasa dari kliennya

membuat surat gugatan, dengan bukti-bukti dan saksi yang mendukung di

muka pengadilan, sampai ditetapkannya putusan oleh hakim.

Yang menjadi persoalannya adalah, mengapa dalam kasus gugatan

cerai dalam masyarakat pada umumnya melibatkan pengacara. Padahal kita

ketahui bahwa permasalahan ini merupakan persoalan pribadi dalam keluarga.

Melibatkan pengacara sama halnya dengan membuka aib keluarga kepada

orang lain.

7 Ketentuan ini sejalan dengan keputusan Kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia

No. 369 K/Sip/1973 tanggal 4 Desember 1975 yang menyatakan bahwa menurut pasal 144 ayat 10 Rbg dan pasal 120 HIR. orang yang diberikan kuasa tidak mempunyai hak untuk mengajukan gugatan secara lisan kepada pengadilan. Lihat pula Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1978), 40.

8 Ahrum Hoerudin, Pengadilan Agama: Bahasan Pengertian, pengajuan perkara dan kewenangan pengadilan agama setelah berlakunya Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), 22.

9 Amir Muslim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: UUI Press, 1999), 79.

Page 5: makalah advokat

5

Di sisi lain, umumnya jasa pengacara dibutuhkan dalam kondisi yang

sangat penting dan darurat apalagi dalam kasus perdata umumnya berkaitan

dengan masalah harta benda atau kekayaan.

Gugat cerai merupakan kasus perkawinan yang akhir-akhir ini sering

diajukan perkaranya di Pengadilan Agama. Gugatan perceraian diajukan oleh

pihak penggugat atau kuasanya kepada Pengadilan Agama di mana ia

bertempat tinggal.10 Dengan beberapa alasan karena adanya cacat fisik

(penyakit badan), delik perzinaan, kekerasan rumah tangga, adanya

pelanggaran taklik talak, kemurtadan, perlanggaran perjanjian yang

menyebabkan persengketaan secara terus menerus.11 Sedangkan sayyid sabiq

menyatakan bahwa gugatan perceraian dapat dilakukan bila ternyata tergugat

dari pihak suami maupun isteri. Bila dari pihak suami atau penyebab tidak

diketahui secara pasti maka diputuskan dengan talak bain. Sedangkan bila

penyebab dari pihak isteri, maka diputuskan dengan khulu', sehingga isteri

diwajibkan membayar tebusan sesuai dengan keputusan hakim.12

Sesuai dengan sifatnya, gugat cerai dengan jalan khulu' merupakan

perkara kontentius, yaitu sengketa perkawinan yang diajukan oleh isteri

sebagai pihak penggugat yang berlawanan dengan suami sebagai pihak

tergugat.13 Penyebutan isteri sebagai pihak penggugat dan suami sebagai pihak

10 Undang-undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 40 ayat (1). 11 Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 39 ayat (2), Kompilasi Hukum Islam pasal

116 dan 51. 12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz VIII, hal. 123. 13 H. Hamzah Syahlani, Penemuan dan Masalah Hukum dalam Peradilan Agama, (Mari,

1994), 139.

Page 6: makalah advokat

6

tergugat secara tepat dengan identitasnya, menjadi satu hal yang penting untuk

membedakan antara gugat cerai dengan jalan khulu' dengan cerai talak.

Di antara alasan yang sering muncul dalam menggunakan jasa

pengacara di Pengadilan Agama Ponorogo adalah : pertama, masyarakat

merasa awam tentang hukum dan cara beracara di pengadilan, kedua, adanya

keterbatasan waktu yang dimiliki oleh orang yang berperkara, ketiga, adanya

ketidak mampuan orang yang berperkara, dan keempat adanya keyakinan

bahwa dengan jasa pengacara orang akan dapat memenangkan gugatannya.

Dalam penelitian lebih lanjut terungkap bahwasannya tidak semua

pengacara di lingkup Pengadilan Agama Ponorogo memiliki latar belakang

sarjana hukum syariah. Karena dari sekian banyak berkas perkara yang ada,

pengacara yang sering mendampingi orang yang berperkara di Pengadilan

Agama Ponorogo adalah sarjana hukum (umum).

Dari berbagai persoalan yang diajukan di Pengadilan Agama Ponorogo

dalam kasus gugat cerai pada tahun 2007 tercatat 112 perkara yang

menggunakan jasa pengacara. Adapun yang menjadi motif adanya

pembelaan pengacara dalam kasus gugat cerai diantaranya adalah, pertama,

kepentingan membela klien dalam kasusnya, kedua, adanya kewenangan yang

dimiliki dengan segala kemampuan yang ada, ketiga, keahlian atau disiplin

profesi dalam melakukan pembelaan.

Sebagai pembela dimuka hukum, tentunya penguasaan materi yang

digunakan sebagai rujukan sangat penting, sehinga pembelaan yang ia lakukan

terjamin kualitasnya. Dengan profesi yang ada pengacara akan

Page 7: makalah advokat

7

memperjuangkan semaksimal mungkin kehendak klien dan segala cara harus

ditempuh agar hak-hak klien terpenuhi, tetapi tetap senantiasa berada di jalur

etika, sehinga tidak menyalahi aturan yang berlaku. Karenanya dalam

melakukan pembelaan harus aktif baik dalam persidangan maupun di luar

persidangan.

Dari berbagai latar belakang tersebut, tentunya sangat dimungkinkan

pengkajian tentang praktek pengacara di lingkungan Pengadilan Agama

Ponorogo. Bagaimana sesungguhnya peran pengacara yang nota bene

berpendidikan di luar kompetensi Pengadilan Agama serta tindakan empiris

yang dilakukan tentunya sangat penting dilakukan. Disamping itu bagaimana

kualifikasi pengacara dan prosedur pengajuan gugatan melalui jasa pengacara

di lingkungan Pengadilan Agama Ponorogo akan dapat menjadi tolak ukur

bagaimana kualitas pelayanan hukum yang disampaikan oleh seorang

pengacara.

Maka dari itu, untuk mempermudah pembahasan, penulis akan

mengemas penelitian ini dengan judul “PRAKTEK PENGACARA DALAM

PENDAMPINGAN KLIEN TERHADAP PERKARA GUGAT CERAI

DI PENGADILAN AGAMA PONOROGO (ANALISIS HUKUM

POSITIF)".

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah tentang eksistensi pengacara

terhadap kasus gugat cerai di lingkungan Pengadilan, meskipun beberapa

aspek persoalan yang terkait juga dibahas. Hal ini dimaksudkan agar

Page 8: makalah advokat

8

pembahasan lebih menggigit dan memberikan bobot terhadap permasalahan

dimaksud.

B. Penegasan Istilah

Pengacara : Ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai

penasehat atau pembela perkara di Pengadilan.14

Gugat Cerai : Menuntut untuk berpisah dari seorang isteri terhadap

suami dari ikatan perkawinannya karena adanya

ketidakcocokan lagi dalam membina keutuhan rumah

tangga.

Pengadilan Agama : Nama satuan unit penyelenggara kekuasaan negara

dalam menerima, memeriksa, memutuskan dan

menyelesaikan perdata tertentu antara orang-orang yang

beragama Islam untuk menegakkan hukum dan keadilan

di wilayah Kabupaten Ponorogo.

C. Rumusan Masalah

Untuk penyelesaian penulisan skripsi ini agar lebih terarah dan mudah

dipahami, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualifikasi pengacara dalam perkara gugat cerai di Pengadilan

Agama Ponorogo menurut hukum positif?

14 Ibid, 731.

Page 9: makalah advokat

9

2. Bagaimana prosedur pengajuan gugatan melalui jasa pengacara dalam

perkara gugat cerai di Pengadilan Agama Ponorogo menurut hukum

positif?

3. Bagaimana peran dan fungsi pengacara dalam perkara gugat cerai di

Pengadilan Agama Ponorogo menurut hukum positif?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana kualifikasi pengacara dalam perkara gugat

cerai di Pengadilan Agama Ponorogo.

2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengajuan gugatan melalui jasa

pengacara dalam perkara gugat cerai di Pengadilan Agama Ponorogo.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi pengacara dalam perkara

gugat cerai di Pengadilan Agama Ponorogo.

E. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis penelitian ini di maksudkan agar dapat dijadikan rujukan

pengembangan pengetahuan hukum Islam dalam masa-masa yang akan

datang.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai jawaban atas

semua permasalahan yang ada kaitannya tentang kepengacaraan di

pengadilan agama.

Page 10: makalah advokat

10

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil jenis penelitian lapangan,

yaitu penelitian yang mengungkap permasalahan yang terjadi di lapangan/

masyarakat untuk ditemukan penyelesaiannya dengan teori Hukum

Positif, pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan secara

kualitataif. Penelitian kualitatif dalam pembahasan ini bersifat deskriptif

dimana data yang ingin didapatkan berupa kata-kata yang menggambarkan

situasi yang ingin diketahui.15

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di wilayah kerja

pada Pengadilan Agama Ponorogo yang terletak di Jalan Ir. Juanda No. 25

Kabupaten Ponorogo.

3. Sumber data

a. Primer, yaitu sumber data pustaka yang di peroleh langsung dari

sumber pertama,16 seperti:

(1) Hakim

(2) Panitera

(3) Pengacara

(4) Orang yang menggunakan jasa pengacara

(5) Dokumen, surat-surat, dan berkas yang ada kaitannya dengan

masalah yang dibahas.

15 Lihat Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: remaja

Rosdakarya, 2000), 4-6. 16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI,Press,1981),12.

Page 11: makalah advokat

11

b. Sekunder, yaitu sumber data yang memberikan penjelasan mengenahi

sumber data primer,17 yang terdiri dari:

1) Undang-undang Perkawinan

2) Undang-undang No. 18 tahun 2003 Tentang Advokat.

3) Abdurrahman Saat Simaha, Cakrawala Advokat Indonesia.

4) Rambe Kopaan, Tehnik Praktek Advokad

5) Rosyadi Rahmad dan Sri Hartini, Advokad dalam Perspektif

Hukum Islam dan Hukum Positif.

6) Sintona Silaban Ngoringo dan Moh Yudiarmi Susi, Advokad Muda

Indoensia.

7) Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan

Pengadilan Agama.

4. Tehnik Pengumpulan Data

a. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengana cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau yang diwawancarai.18 Adapun

responden dalam penelitian ini adalah :

1) Hakim

2) Panitera

3) Pengacara

4) Orang yang menggunakan jasa pengacara

17 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2001), 13 18 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian …., 141.

Page 12: makalah advokat

12

b. Observasi, adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati.

5. Tehnik Analisa Data

a. Reduction (reduksi data), yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya.

b. Display, yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat

c. Conslusion drawing/ verification, yaitu menarik kesimpulan dengan

menggunakan kaidah-kaidah, teori-teori, dalil-dalil dan sebagainya

sehingga dimungkinkan dapat menjawab rumusan masalah.19

G. Kajian Pustaka

Penelitian yang dikaji penulis dalam penulisan skripsi ini diantaranya

memiliki kesamaan bahasan, meski berbeda topik dan permasalahan yang

dikaji, yaitu dalam skripsi tahun 2000 STAIN Ponorogo yang ditulis oleh Sri

Mujayana, dalam skripsi tersebut telah membahas mengenai problematika

bantuan hukum di Pengadilan Agama dalam menegakkan hukum dan keadilan

yang di dalamnya membahas tentang problematika tugas dan fungsi bantuan

hukum di Pengadilan Agama, serta pengertian, dasar hukum, dan macam-

macam bantuan hukum.

Dalam skripsi tahun 2005 STAIN Ponorogo yang ditulis oleh Shofan

Fahrudi, dengan judul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peran Pemberi Jasa

Bantuan Hukum (Advokat) di Pengadilan Agama", yang di dalamnya

19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alpa Beta, 2006), 92.

Page 13: makalah advokat

13

membahas tentang hak dan kewajiban pemberi jasa bantuan hukum (Advokat)

di Pengadilan Agama, tugas dan fungsi pemberi jasa bantuan hukum

(Advokat) di Pengadilan Agama Ponorogo.

Kedua penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan studi

kepustakaan. Sedangkan dalam penelitian skripsi yang akan penulis bahas

menggunakan penelitian lapangan, yang membahas tentang kualifikasi

pengacara dalam perkara gugat cerai di Pengadilan Agama Ponorogo,

prosedur pengajuan gugatan melalui jasa pengacara dalam perkara gugat cerai

di Pengadilan Agama Ponorogo, peran dan fungsi pengacara dalam perkara

gugat cerai di Pengadilan Agama Ponorogo.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti membagi pembahasan ke dalam

beberapa bab, dimana masing-masing bab mempunyai spesifikasi pembahasan

topik-topik tertentu dan jelas. Diantaranya :

BAB I: PENDAHULUAN, yaitu uraian global tentang materi yang akan

dibahas, yang terdiri atas: latar belakang masalah, penegasan istilah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian yang meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa

data, serta terakhir sistematika pembahasan.

BAB II: KEPENGACARAAN (ADVOKASI) MENURUT HUKUM

POSITIF INDONESIA, yang meliputi: Pengertian dan Dasar

Page 14: makalah advokat

14

Hukum Pengacara, Praktek Pengacara Dalam Lingkungan

Pengadilan Agama, Peran dan Fungsi Pengacara Menurut hukum

Positif.

BAB III: PRAKTEK PENGACARA DALAM PERKARA GUGAT CERAI

DI PENGADILAN AGAMA PONOROGO, yang membahas

tentang : Gambaran Singkat Pengadilan Agama Ponorogo,

Kualifikasi Pengacara dalam Perkara Gugat Cerai di Pengadilan

Agama Ponorogo, Prosedur Pengajuan Gugatan Melalui Jasa

Pengacara di Pengadilan Agama Ponorogo, Peran dan Fungsi

Pengacara dalam Perkara Gugat Cerai di Pengadilan Agama

Ponorogo.

BAB IV: ANALISA HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK

PENGACARA DALAM PENDAMPINGAN KLIEN TERHADAP

PERKARA GUGAT CERAI DI PENGADILAN AGAMA

PONOROGO, yang membahas tentang: Kualifikasi Pengacara

dalam Perkara Gugat Cerai di Pengadilan Agama Ponorogo,

Prosedur Pengajuan Gugatan Melalui Jasa Pengacara dalam Perkara

Gugat Cerai di Pengadilan Agama Ponorogo, Peran dan Fungsi

Pengacara dalam Perkara Gugat Cerai di Pengadilan Agama

Ponorogo.

BAB V : PENUTUP, yang meliputi kesimpulan dari seluruh pembahasan

dan saran-saran yang bersifat membangun.

Page 15: makalah advokat

15

BAB II

KEPENGACARAAN (ADVOKASI) MENURUT

HUKUM POSITIF INDONESIA

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PENGACARA

1. Pengertian Pengacara

Istilah pengacara dalam bahasa asing banyak dikenal, diantaranya

rechtshulp, rechtsbijstand, rechtspeistaind, legal aid, legal assistance.

Selain itu terdapat pula istilah konsultasi, consultatie, consultation, juga

dikenal istilah penyuluhan hukum dan legal information. Bantuan hukum

semakin meluas yaitu mencakup pembelaan dalam bidang politik, sosial,

ekonomi dan budaya.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, pengacara adalah ahli

hukum yang berwenang, bertindak sebagai penasehat atau pembela

perkara dalam pengadilan.20 Demikian pula pengertian advokat dalam

penjelasan buku ini.21

Pengertian pengacara menurut hukum positif yang berlaku di

Indonesia adalah Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat.

Sedang penjelasan tentang advokat, sebagaimana tercantum dalam pasal 1,

yaitu orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun

di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan

Undang-undang ini.

20 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002), 731. 21 Ibid., 18.

15

Page 16: makalah advokat

16

Kata advokat berasal dari bahasa latin advocare, yang berarti untuk

mempertahankan dan memberi bantuan. Sedangkan dalam bahasa Inggris

advocate, berarti mewakili, bertahan dalam argument, mendorong atau

merekomendasikan pada publik Secara sederhana advokat adalah orang

yang berprofesi membela.22

Semula, istilah profesi pengacara hanya digunakan untuk mereka

yang menjalankan khusus hukum acara di pengadilan, sedangkan

pekerjaan di luar acara pengadilan dilakukan oleh advokat, atau Barister,

akan tetapi sekarang di semua Negara perbedaan antara profesi advokat /

Advocate / Barrister dan pengacara / procuneur / sokcitoir sudah hilang,

dan sekarang digunakan istilah advokat / advocaat / advocate atau Lawyer.

Istilah pengacara praktek tidak dikenal di luar negeri dan hanya

dikenal di Indonesia. Pengenalan istilah Pengacara Praktek dalam

khasanah masyarakat itu hanya menambah pengelompokkan yang

heterogen yang memecah belah profesi hukum, yang harus dihilangkan

dengan membuat standarisasi kriteria dan syarat-syarat yang berlaku

umum yang harus dipenuhi untuk diangkat sebagai advokat, sehingga

tidak ada lagi kelompok advokat dan kelompok pengacara praktek.

Istilah penasehat hukum sebagai profesi hukum adalah istilah resmi

di Indonesia, yang menggambarkan pengertian advokat sebagai profesi

hukum. Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang advokat untuk memberi

nasehat hukum sebagai penasehat hukum tidak merupakan profesi sendiri

22 Frans Hendra Winata, Advokat Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), 19.

Page 17: makalah advokat

17

karena memberi nasehat hukum merupakan pekerjaan yang termasuk

dalam ruang lingkup pekerjaan seorang advokat. Begitu pula halnya, jasa

memberi konsultasi hukum yang disebut konsultan hukum tidak

merupakan profesi tersendiri, karena pekerjaan memberi konsultan hukum

termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan advokat dalam menjalankan

profesi hukum.23

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat ditarik benang

merah bahwasannya pengacara adalah mereka yang profesinya

menyediakan diri sebagai pembela perkara pidana atau wakil / kuasa dari

pihak-pihak dalam perkara perdata dan yang telah diangkat oleh organisasi

advokat dan disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Pengacara berstatus sebagai penegak

hukum bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan

perundang-undangan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

ا^Kك ا\]Z :وUVSW XSN اRST P اP رMNل KLََل

K_`Ka KbMScbاو

“Berkata Rasulullah SAW: Tolonglah saudaramu baik yang menganiaya

maupun yang dianiaya.” (R. Bukhari-Muslim).24

2. Dasar Hukum Kepengacaraan.

Dasar hukum yang digunakan oleh pengacara dalam prakteknya

adalah Undang-undang No. 18 tahun 2003. sebelumnya ada beberapa

23 Ropaum Rambe, Teknik Praktek Advokat, (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), 6-7. 24 Ahmad Sunarta, Terj. Sahih Bukhari III (Semarang: Asy-Syifa’, 1992), 486.

Page 18: makalah advokat

18

aturan yang dijadikan dasar hukum mengenai pengacara selain dari kode

etik advokat. Undang-undang ini merupakan penjabaran dan koreksi

terhadap keberadaan Undang-undang sebelumnya, karenanya aturan lama

secara otomatis tidak berlaku lagi. Selanjutnya Undang-undang ini

menjadi dasar hukum normatif yang harus dijadikan rujukan oleh semua

pihak.

Ada perubahan signifikan yang memberikan posisi kuat pada

pengacara / advokat. Diantaranya adalah tentang independensi advokat

dari kekuasaan Negara dan spesifikasi bidang atau wilayah advokat sesuai

dengan keahlian akademis. Independensi dari kekuasaan Negara berarti

bahwa pengangkatan dan legalitas seorang advokat berasal dari organisasi

advokat itu sendiri. Negara melalui kementerian hukum dan Hak Asasi

Manusia hanya menjadi fasilitator.

Berkaitan dengan pemberian bantuan hukum ini diatur misalnya:

1) Pasal 27 ayat 1,25 menegaskan:

“Setiap warga Negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan

itu dengan tidak ada kecualinya”.

2) Pasal 34, menyatakan bahwa:

“Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”.

25 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Page 19: makalah advokat

19

Selain peraturan dan perundang-undangan di atas, juga diatur

dalam Undang-undang No. 14 tahun 1970 jo. Undang-undang No. 4 tahun

2004, tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman.

Pada pasal 37:

“Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan

hukum”

Pasal 38:

“Dalam perkara pidana seorang tersangka terutama sejak saat dilakukan

penangkapan dan atau penahanan berhak menghubungi dan meminta

bantuan penasehat hukum”

Pasal 39:

“Dalam memberi bantuan hukum tersebut dalam pasal 37 di atas penasehat

hukum membantu melancarkan penyelesaian perkara dengan menjunjung

tinggi pancasila, hukum, dan keadilan”.

Demikian pula halnya, dalam Undang-undang No. 8 tahun 1981

tentang hukum acara pidana, Bab I dan Bab VII bantuan hukum, diatur

hal-hal seperti berikut:

Pasal 1:

“Penasehat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan

oleh atau berdasar Undang-undang untuk memberi bantuan hukum”

Pasal 69:

Page 20: makalah advokat

20

“Penasehat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap

atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang

ditentukan dalam Undang-undang ini”.

Di dalam Undang-undang No. 14 tahun 1985 jo. Undang-undang

No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung dalam Bab III Kekuasaan

Mahkamah Agung pasal 36, disebutkan bahwa Mahkamah Agung dan

pemerintah melakukan pengawasan atas penasehat hukum dan notaris. Ini

menunjukkan bahwa pada umumnya pembinaan dan pengawasan atas

penasehat hukum dan notaris adalah tanggung jawab yang menyangkut

peradilan, para penasehat hukum dan notaris berada di bawah pengawasan

Mahkamah Agung. Sedang segala hal yang menyangkut pelanggaran kode

etik, organisasi profesi masing-masing lebih berhak menentukannya.26

Demikian pula halnya seperti dalam Undang-undang No. 2 tahun

1986,27 pasal 54, Undang-undang No. 5 tahun 1986,28 Undang-undang No.

7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan

Agama, pasal 73 ayat (1),29 semuanya mengatur tentang keberadaan

pengacara.

Begitu banyaknya peraturan perundangan mengenai keberadaan

dan kedudukan pengacara, sehingga advokat dalam pandangan masyarakat

kurang mendapatkan kedudukan tempat yang layak sebagai profesi.

26 Rahmad Rosyadi, dkk, Advokad dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2003), 73-77. 27 Undang-undang tentang Peradilan Umum. 28 Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 29 Pasal ini menyebutkan: “Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada

pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.”

Page 21: makalah advokat

21

Karenanya perlu perombakan terhadap penyatuan Undang-undang yang

mengatur tentang advokat. Dengan demikian Undang-undang tersebut

diyakini para advokat akan berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya

dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat. Maka lahirlah

Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat, yang dirasa

keberadaannya merupakan payung hukum praktek pengacara.

B. Praktek Pengacara dalam Lingkungan Pengadilan Agama.

Sebelum menjabarkan tentang keterlibatan pengacara di lingkungan

Pengadilan Agama, perlulah diketahui tentang kewenangan pengadilan agama.

Dalam Undang-undang pokok kekuasaan kehakiman,30 disebutkan bahwa:

“Kekuasaan kehakiman adalah kekuasan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan pancasila, demi terselenggaranya Negara hukum Republik

Indonesia”.

Selanjutnya, dalam penjelasan tersebut dikemukakan bahwa kekuasaan

kehakiman yang merdeka mengandung pengertian bebas campur tangan pihak

kekuasaan lainnya. Ia bebas dari paksaan directive atau recomendasi yang

datang dari pihak extra yudisial, kecuali dalam hal-hal yang diizinkan oleh

Undang-undang.

30 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman Merupakan Undang-undang

yang dikeluarkan dengan No. 14 tahun 1970 jo. Undang-undang No. 4 tahun 2004, Lihat pada pasal 1.

Page 22: makalah advokat

22

Ada 4 macam peradilan31 yang memiliki kewenangan dalam mengadili

perkara, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan

Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara

dan Peradilan Militer merupakan peradilan khusus, yang mengadili perkara

dari golongan tertentu. Sedang Pengadilan Umum merupakan pengadilan yang

berwenang mengadili perkara perdata dan perkara pidana bagi rakyat pada

umumnya. Adapun secara khusus Peradilan Agama tercantum dalam Undang-

undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2006. Sebagaimana

dinyatakan:

“Peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam”.32

Berdasarkan kepada ketentuan Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo.

Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama,33 khususnya

pasal 1, 2, 49, dan penjelasan umum angka 2, maka pengadilan agama

bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan

dalam bidang hukum keluarga dan harta perkawinan bagi mereka yang

beragama Islam, berdasarkan hukum Islam.

Pelayanan hukum dan keadilan itu diberikan melalui penyelesaian

sengketa keluarga dan harta perkawinan, dan atau penetapan mengenai status

hukum seseorang dalam keluarga maupun status harta perkawinan. Selain itu

Pengadilan Agama juga berwenang untuk menyelesaikan perkara tentang

31 Lihat Penjelasan Pasal 10 ayat (1) Undang-undang No. 14 tahun 1970 jo. Undang-

undang No. 4 tahun 2004 32 Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2006, pasal 1 ayat 1. 33 Lihat pula Undang-undang No. 1 tahun 1974, PP No. 28/1977, Kepres No. 1/1991,

Permenag No. 2/1987.

Page 23: makalah advokat

23

tanah menurut syari’at, yang meliputi kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan

shodaqah bagi orang yang beragama Islam.34

Kewenangan yang marak di lingkungan peradilan agama di atas perlu

diketahui oleh pengacara supaya dapat memposisikan diri dalam menjalankan

peran jasa pemberian bantuan hukum sesuai peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku. Dalam masalah apa saja yang dapat diperkarakan di

Pengadilan Agama. Hal ini sangat penting untuk menghindari

kesalahpahaman.

Dalam pasal 37 Undang-undang No. 14 tahun 1970 jo. Undang-undang

No. 4 tahun 2004 dinyatakan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara

berhak memperoleh bantuan hukum. Untuk bertindak sebagai pengacara,

seorang advokat.35

a. Ditetapkan tempat kedudukannya atau domisilinya pada suatu kota

tertentu di dalam wilayah Pengadilan Negeri.

b. Dapat beracara di muka pengadilan di semua lingkungan badan peradilan,

termasuk di Peradilan Agama di seluruh wilayah Republik Indonesia.

c. Bila beracara di luar wilayah hukum di mana ia berdomisili, maka

pengacara harus melaporkan secara tertulis kepada ketua Pengadilan

Tinggi dengan menyampaikan tembusan kepada.

1) Mahkamah Agung Republik Indonesia

2) Ketua Pengadilan Tinggi Agama yang dituju

34 Peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1978, pasal 17, dan PP No. 28 tahun 1977

tentang Perwakafan Tanah Milik, pasal 12. 35 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Lingkungan Pengadilan Agama, (Semarang:

Pustaka Pelajar, 1992), 50-53.

Page 24: makalah advokat

24

3) Pengadilan Negeri tempat domisili

4) Pengadilan Agama yang dituju

Kedudukan ini semakin kokoh dengan adanya Undang-undang No. 18

tahun 2003 tentang advokat. Dalam Undang-undang tersebut diatur lebih

lanjut tentang jasa hukum dan bantuan hukum advokat yang mempunyai

kompetensi di Pengadilan Agama, kalau sebelumnya yang paling berhak

disebut advokat itu berasal dari sarjana hukum, maka saat ini peluang bagi

sarjana syari’ah, untuk dapat berpraktek di Pengadilan Agama.

Dengan berlakunya Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang

advokat, maka pengacara yang berpraktek di Pengadilan Agama memiliki

kewenangan yang sama dengan pengacara yang berpraktek di wilayah

Pengadilan lain. Akan tetapi yang membedakan adalah tentang jenis perkara

yang menjadi kewenangan peradilan itu sendiri, kewenangan menangani

perkara perdata untuk orang yang beragama Islam adalah salah satu

kewenangan Pengadilan Agama. Karenanya pengacara yang beracara di

Pengadilan Agama tidak berperan sebagai kuasa hukum tetapi sebagai kuasa

khusus, karena hanya menangani urusan perdata bukan pidana.36

Sedang untuk dapat beracara di Pengadilan Agama, seorang pengacara

harus memenuhi persyaratan secara normatif, yaitu:

1. Harus mempunyai surat kuasa khusus.37

2. Ditunjuk sebagai wakil atau kuasa dalam surat gugatan

3. Ditunjuk sebagai wakil atau kuasa dalam catatan gugatan apabila diajukan

secara lisan atau tulisan.

36 Roihan A. Rasyid, hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995), 64. 37 R. Soeroso, Tata Cara dan Proses Persidangan (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), 14.

Page 25: makalah advokat

25

4. Ditunjuk sebagai penggugat atau tergugat sebagai kuasa atau wakil di

dalam persidangan.

5. Memenuhi syarat dalam peraturan menteri kehakiman

6. Telah terdaftar sebagai advokat

7. Mendapatkan izin dari ketua Pengadilan Agama dan ketua Pengadilan

Tinggi Agama.

C. Peran dan Fungsi Advokat Menurut Hukum Positif

Peran advokat dalam memberikan jasa hukum bagi kepentingan klien

dengan tujuan untuk melakukan perdamaian / perbaikan bagi para pihak yang

bersengketa. Peranan di sini adalah bagaimana seorang advokat dalam

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan profesionalitas tanpa

melanggar kode etik yang berlaku. Sedangkan pemberian jasa, yang dimaksud

adalah mendampingi, menjadi kuasa, memberikan pengarahan hukum, baik

yang bersifat sosial, pro bono publico38 maupun atas dasar keuntungan

semata.

Idealnya profesi advokat senantiasa membela kepentingan rakyat tanpa

membedakan latar belakang agama, budaya, warna kulit, tempat tinggal,

ekonomi, dan lain sebagainya. Pembelaan bagi semua orang termasuk fakir

miskin merupakan wujud penghayatan terhadap prinsip persamaan kedudukan

di hadapan hukum sekaligus perwujudan hak yang dimiliki semua orang yaitu

hak untuk didampingi advokat.

38 Pro Bono Publico, Pendampingan klien secara Cuma-cuma (bebas biaya), yang

biasanya mengutamakan pada rakyat golongan ekonomi lemah.

Page 26: makalah advokat

26

Hal ini telah dinyatakan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

surat al-Maidah : 2 berikut ini:

÷((#θçΡ uρ$ yè s? uρ ’ n? tã Îh�É9ø9 $# 3“uθ ø) −G9 $#uρ ( Ÿωuρ (#θ çΡ uρ$ yès? ’n? tã ÉΟ øOM} $# Èβ≡uρô‰ ãè ø9 $#uρ 4 (#θ à) ¨?$# uρ ©!$# ( ¨β Î) ©!$#

߉ƒÏ‰ x© É>$ s) Ïèø9 $# ∩⊄∪

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa, dan pelanggaran. Dan

bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksaannya”.39

Dalam sebuah penelitian,40 didapatkan bahwasannya secara kuantitatif

keterlibatan pengacara dalam pelaksanaan bantuan hukum di Indonesia belum

berjalan dengan baik, kenyataannya hanya sedikit advokat yang mendasarkan

kegiatannya untuk tujuan yang lebih besar, sejalan dengan yang diamanahkan

Undang-undang. Bantuan hukum yang di dasarkan kepada pertimbangan

hukum kemanusiaan cenderung bersifat instant (sekali selesai), tidak

terprogram karena hanya bersifat hubungan psikososial antara klien dan

pengacara. Sedangkan yang dilatari kepentingan hukum dan dilakukan secara

berkelembagaan melalui instansi yang relevan dilakukan secara berkelanjutan

dan teragenda.41

Memang terjadi pro-kontra terhadap peran pengacara praktek di

pengadilan, kesan negatif muncul pada sebagian masyarakat di mana untuk

39 Depag RI,al Qur’an dan terjemahnya (Bandung: Gema Press, 1993), 157. 40 Binziad Kadafi, dkk, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Studi Tentang Tanggung

Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002), 177-179.

41 Idem.

Page 27: makalah advokat

27

mendapatkan jasa hukum sekarang ini memerlukan biaya tinggi dan membuat

rumit masalah yang dianggap sederhana, sehingga lambat dalam

penyelesaiannya. Kesan positif muncul bila jasa pengacara dapat memberikan

kemudahan pengurusan administratif dan juga memberikan kepuasan serta

dapat memenuhi rasa keadilan sekalipun dalam posisi kalah.42

Keberadaan advokat untuk berperan dalam memberikan jasa hukum

kepada pihak yang bersengketa, misalnya dalam perkawinan, khususnya

perceraian dikatakan sebagai berikut:43 “Gugatan perceraian diajukan oleh

isteri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi

tempat kediaman tergugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat”.

Pasal ini mengatur gugatan cerai, baik dilakukan isteri secara langsung

ke pengadilan agama maupun melalui jasa hukum seorang advokat dengan

menggunakan surat kuasa kepada advokat untuk melakukan tindakan hukum,

surat kuasa adalah suatu dokumen penting yang melahirkan perjanjian antara

pihak klien dan advokat, tanpa surat kuasa dari pihak yang bersengketa, maka

advokat tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan hukum

apapun yang mengatas namakan para pihak dalam menyelesaikan perkara.

Surat kuasa dilakukan dalam bentuk kontrak antara pihak pemberi

kuasa (klien) dan pihak yang menerima kuasa (pengacara/advokat). Biasanya

yang dibicarakan adalah seputar honorarium / fee. Yudha Pandhu mengatakan,

42 Rahmad Rosyadi, Advokad dalam …. , 64. 43 Pasal 73 : 1 Undang-undang No.7 Tahun 1989 jo. Undang-undang No.3 tahun 2006

adalah tentang Peradilan Agama.

Page 28: makalah advokat

28

ada tiga metode yang yang dipakai untuk menetapkan honorarium / fee

ditetapkan secara (1) lump sum, yang digunakan para penasehat hukum dalam

proses legal audit dan legal opinion, untuk keperluan tertentu, (2) atas dasar

item per item, membuat tagihan berdasarkan rincian satu persatu pekerjaan

yang telah dilakukannya, dan (3) menetapkan tagihan atas dasar “tidak

menang tidak bayar”. Metode ini sering digunakan untuk honor / fee para

penasehat hukum yang menjalankan praktek profesinya sebagai penagih

hutang (debt collector).44

Untuk dapat melakukan peran kepengacaraan sesuai dengan tugas dan

fungsinya, berdasarkan sumpah jabatan dan kode etiknya, pengacara harus

mengetahui hukum acara yang diterapkan di lingkungan peradilan agama.

Peran utama seorang advokat dalam menerima atau mengajukan gugatan

untuk dan atas nama kliennya, dalam perkara perceraian terlebih dahulu harus

melakukan ishlah, mendamaikan kedua pihak yang bersengketa. Hal ini sesuai

dengan prinsip hukum acara perdata dan peraturan peradilan agama yang

diterangkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ : 35 berikut ini:

÷β Î)uρ óΟ çFø�Åz s−$s) Ï© $ uΚÍκ È] ÷� t/ (#θ èWyèö/ $$ sù $ Vϑs3 ym ôÏiΒ Ï& Î#÷δ r& $ Vϑ s3ym uρ ôÏiΒ !$yγ Î=÷δ r& βÎ) !#y‰ƒÌ�ãƒ

$[s≈n= ô¹Î) È,Ïjù uθムª! $# !$ yϑ åκs] øŠ t/ 3 ¨βÎ) ©! $# tβ%x. $̧ϑŠ Î=tã # Z��Î7 yz ∩⊂∈∪

Artinya: “Maka angkatlah seorang hakam dari keluarga si lelaki dan seorang

hakam dari keluarga si wanita. Jika keduanya menghendaki

perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufiq kepada keduanya”.

44 Yudha Pandu, Klien dan Penasehat Hukum dalam Perspektif Masa Kini, (Jakarta: PT.

Abadi, 2001), 78.

Page 29: makalah advokat

29

Proses pertama yang dilaksanakan peradilan agama adalah

menghadirkan para pihak yang berperkara. Hal ini sesuai dengan pasal 82,

Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 200645

yang menyatakan:

(1) Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim berusaha

mendamaikan kedua belah pihak.

(2) Dalam sidang perdamaian tersebut, suami isteri harus datang secara

pribadi, kecuali apabila salah satu pihak berkediaman di luar negeri, dan

tidak datang menghadap secara pribadi dapat diwakili oleh kuasanya yang

secara khusus dikuasakan untuk itu.

Dalam pasal ini dikatakan bahwa pihak yang bersengketa dapat

mewakilkan kuasanya kepada pengacara sebelum, selama atau selepas masa

peradilan. Peranan advokat sebelum acara persidangan berlangsung, tentu saja

dapat dan harus mengupayakan perdamaian46 Misalnya, dengan menghubungi

masing-masing pihak, keluarganya, tokoh ulama, atau masyarakat setempat.

Terdapat dua pendapat, dalam Hartono Marjono47 yang menunjukkan

peran advokat dalam beracara di pengadilan, yaitu pandangan subjektif dan

objektif. Dari sudut pandang subjektif, karena pekerjaan pemberi bantuan

hukum bertolak dari kepentingan seseorang yang akan atau sedang beracara di

pengadilan, sebab seseorang itu dianggap memerlukannya. Dengan pandangan

45 Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2006, tentang

Peradilan Agama. 46 Rahmad Rosyadi, Ibid, 68. 47 H. Hartono Mardjono, Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks KeIndonesiaan

(Bandung: Mizan, 1997), 70-71.

Page 30: makalah advokat

30

ini advokat akan berusaha memenangkan perkaranya dengan memberi janji-

janji kepada kliennya. Demikian juga ia akan memberikan argumentasi

kepada pihak pengadilan untuk keluar sebagai pemenang perkara. Advokat

demikian pengabdian sepenuhnya diberikan kepada kliennya bukan pada

kebenaran dan keadilan.

Dari sudut pandang objektif akan mengacu kepada kebenaran hukum

dan bukan pada keberadaan kliennya. Pandangan ini akan melihat proses

peradilan itu sebagai sesuatu yang wajar, bukan hal yang luar biasa. Dalam

posisi kliennya yang menguntungkan, ia akan membela kebenaran dan

keadilan dan bukan membela kliennya yang memang dalam posisi salah.

Selanjutnya, Rahmad Rosyadi48 bahwasannya peran Advokat dalam

pengadilan agama adalah sebagai berikut:

1. Mempercepat penyelesaian perkara administrasi, baik permohonan cerai

talak maupun gugatan cerai bagi kelancaran persidangan di pengadilan.

2. Membantu menghadirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai

dengan jadwal persidangan.

3. Memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan duduk perkara

dan posisinya, terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau

gugatan atau menerima putusan pengadilan agama.

4. Mendampingi para pihak yang berperkara di pengadilan agama, sehingga

merasa terayomi keadilannya.

48 Rahmad Rosyadi, Advokasi dalam…, 70

Page 31: makalah advokat

31

5. Mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam proses persidangan

lanjutan, sehingga memperlancar proses persidangan.

6. Menjunjung tinggi sumpah advokat, kode etik profesi dalam menjalankan

peran sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Untuk dapat berperan sesuai dengan profesinya dalam bidang hukum,

untuk memberikan pembelaan, pendampingan dan menjadi kuasa atas

kliennya, maka pengacara harus memahami akan tugasnya. Tugas advokat

bukanlah merupakan pekerjaan, tetapi lebih merupakan profesi. Tugas

merupakan kewajiban, sesuatu yang wajib dilakukan atau ditentukan untuk

dilakukan.

Tugas dan fungsi dalam sebuah pekerjaan atau profesi apapun tidak

dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya merupakan sistem

kerja yang saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya, seorang advokat

harus berfungsi :49

a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia

b. Memperjuangkan hak asasi manusia dalam Negara Hukum Indonesia

c. Melaksanakan kode etik advokat

d. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum

keadilan dan kebenaran

e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai kebenaran dan

keadilan) dan moralitas

49 Rapuan Rambe, Teknik …., 28-29.

Page 32: makalah advokat

32

f. Menjunjung tinggi citra profesi advokat sebagai profesi terhormat

(officium nobile)

g. Memelihara dan melindungi kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat

advokat.

h. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap

masyarakat.

i. Menanggapi perkara sesuai kode etik advokat.

j. Membela klien dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab

k. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan

masyarakat.

l. Memelihara kepribadian advokat

m. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat

antara sesama advokat yang didasarkan pada kejujuran, kerahasiaan dan

keterbukaan, serta saling menghargai dan mempercayai.

n. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai dengan wadah

tunggal organisasi advokat.

o. Memberikan pelayanan hukum (legal service)

p. Memberikan nasehat hukum (legal advice)

q. Memberikan konsultasi hukum (legal consultation)

r. Memberikan pendapat hukum (legal opinion)

s. Menyusun kontak-kontak (legal drafting)

t. Memberikan informasi hukum (legal information)

u. Membela kepentingan klien (litigation)

Page 33: makalah advokat

33

v. Mewakili klien di muka pengadilan (legal representation)

w. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada rakyat yang

lemah dan tidak mampu (legal aid)

Dengan demikian pengacara dapat berlaku dan bertindak sesuai

dengan tugas dan fungsinya sebagai pemberi jasa hukum kepada masyarakat

yang membutuhkan. Terjadinya pergeseran tugas dan fungsi ini dari pemberi

bantuan hukum akan menyebabkan penyimpangan praktek. Perilaku demikian

tentunya akan merugikan para pihak, pengadilan, diri sendiri, Negara dan

tentunya akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah SWT.

Page 34: makalah advokat

34

BAB III

PRAKTEK PENGACARA DALAM PERKARA GUGAT CERAI DI

PENGADILAN AGAMA PONOROGO

A. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Ponorogo

1. Dasar Hukum Berdirinya Pengadilan Agama Ponorogo

a. Stbd 1820 No. 20 jo. Stbd 1835 No. 58.

b. Perubahan nama dan Wilayah Hukum Stbd 1828 No. 55, Stbd 1854

No. 129 dan Stbd 1882 No. 152.

Masuknya Islam di Ponorogo dari kerajaan Demak dibawa oleh

Adipati Batoro Katong pada tahun 196 M. sekitar tahun 1572 di Ponorogo

terdapat sebuah Pondok Pesantren terkenal dan mempunyai ribuan santri

yang datang dari berbagai daerah, yaitu bernama “PONDOK

TEGALSARI”, yang diasuh oleh Kyai Ageng Anom Besari salah seorang

santri Tegalsari yang telah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia

adalah Pujangga Ronggo Warsito. Keturunan Kyai Ageng Besari ada yang

bertempat tinggal di Malaysia menjabat sebagai Perdana Menteri yang

pertama bernama Tengku Abdurrahman.

Adapun sejarah pembentukan Pengadilan Agama Ponorogo adalah

sebagai berikut:

1) Masa Penjajahan Belanda

Agama Islam berkembang di Ponorogo dan ajaran Islam

menjadi bagian kehidupan masyarakat yang ditaati oleh sebagian besar

34

Page 35: makalah advokat

35

masyarakat Ponorogo, termasuk bidang ahwalusy syahshiyyah dan

Mu’amalah yang menyangkut kebendaan. Apabila timbul perselisihan

diantara orang Islam, mereka bertahkim kepada para Kyai dan pada

umumnya mereka patuh kepada fatwa yang disampaikan Kyai tersebut.

Pada masa kerajaan Sultan Agung di Mataram telah didirikan

Lembaga yang menangani persengketaan dan perselisihan diantara

orang Islam, kemudian diperkuat kedudukan lembaga tersebut oleh

pemerintah Hidia Belanda, dengan penerapan Hukum Islam bagi

orang-orang yang memeluk Agama Islam, sebagaimana terbuk di

dalam putusan Laandraad di Jakarta tanggal 15 Pebruari 1849, yaitu

membatalkan surat wasiat seorang Pewaris, karena isinya bertentangan

dengan Hukum Islam, hal ini dipertegas dalam compendium dalam

Stbl 1828 No. 55 dan Stbl 1854 No. 129 jo. 1855 No. 2.

Kemudian lembaga peradilan bagi orang-orang Islam pada

jaman penjajahan Hindia Belanda dikukuhkan dengan dikeluarkannya

Stbl 1882 No. 152 dengan nama Raad Agama atau Western Raad.

Terbukti Raad Agama di Ponorogo pada tahun 1885 telah

berfungsi dan kewenangannya dalam memutuskan perkara sangat luas,

diantaranya telah menyelesaikan/ memutuskan perkara waris, nafkah

fasah dan sebagainya (arsip putusan tahun 885). Pada tahun 1937

pemerintah Hindia Belanda menerapkan teori resepsi atau “receptie

theorie” secara berangsur-angsur wewenang raad agama dikurangi atau

dibatasi kecuali hanya masalah Nikah, Talak, Cerai, Rujuk, (NTCR).

Page 36: makalah advokat

36

Adapun perkara perbendaan termasuk amal waris menjadi wewenang

Land Raad/ Pengadilan Negeri, sebagaimana diatur dalam Stbl. 1937

No. 116 dan 610, karena itu putusan Pengadilan Agama Ponorogo

hanya berkisar pada perkara Nikah Talaq Cerai Rujuk. Para Hakim

Raad Agama Ponorogo pada zaman penjajahan masih sangat terbatas

dan berstatus sebagai Hakim Honorer antara lain:

1. Ketua : Kyai. Djamaluddin

2. Hakim : 1. Kyai Bukhori

2. Kyai Hasanuddin

3. Kyai Bani Isroil

4. Kyai Suyuthi

3. Panitera : Kaelan

2) Masa Penjajahan Jepang

Pengadilan Agama Ponorogo pada zaman penjajahan Jepang

tetap menjalankan tugas untuk menyelesaikan perkara yang

disengketakan orang-orang Islam sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Landasan hukum yang diperguankan oleh Pengadilan Agama

Ponorogo adalah pada Stb. 1882 No. 152 Stbl 1937 No. 116-610 dan

Hukum Islam. Pengadilan Agama Ponorogo menyimpan arsip putusan,

produk zaman Belanda dan zaman Jepang tahun 1885, tahun 1937

tahun 1943 dan sebagainya. Keunikan putusan terebut ditulis tangan

dengan rapi dan telaten.

Page 37: makalah advokat

37

3) Masa Kemerdekaan

Kondisi Pengadilan Agama Ponorogo setelah proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia, tetap sebagaimana pada zaman

penjajahan, tempat memeriksa perkara bagi orang-orang Islam

dilakukan di serambi Masjid, kemudian pindah dari rumah ke rumah

lain milik tokoh masyarakat kota Ponorogo.

Pada umumnya Hakim Agama berstatus honorer serta sarana

dan prasarananya sangat tidak memadai dan tidak mencerminkan

lembaga pemerintah sebagai penegak hukum. Demikian pula

kekuasaan dan wewenang Pengadilan Agama Ponorogo sangat terbatas

dalam perkara Nikah Talaq Cerai Rujuk sebagaimana diatur dalam Stbl

1937 No. 116-610.

2. Lokasi Kantor Pengadilan Agama Ponorogo

Sebelum Tahun 1981 Pengadilan Agama Ponorogo, terletak di Jl.

Bhayangkara Nomor 54 Ponorogo. Mulai tahun 1981 hingga sekarang

Kantor Pengadilan Agama Ponorogo terletak di Jl. Ir. Juanda Nomor : 25

Telp / Fax (0352) 481 133 Ponorogo – 63401, e-mail:pa-

[email protected].

3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Ponorogo

Lihat dalam lampiran 1

Page 38: makalah advokat

38

B. Kualifikasi Pengacara Dalam Perkara Gugat Cerai Di Pengadilan Agama

Ponorogo

Kita menyadari bahwa keadilan yang hakiki sulit dicapai sebagai suatu

lembaga negara hukum yang berdasarkan konstitusi, tentunya kita sulit untuk

mewujudkan masyarakat berkeadilan tanpa dibarengi dengan adanya

kesadaran di bidang hukum. Dan faktor inilah yang menjadikan kenyataan

bahwa anggota masyarakat yang mengalami masalah atau problem baru

menyadari persoalan bila kondisinya telah rumit.

Kebutuhan akan jasa hukum dari seorang advokat yang berupa nasihat

hukum, konsultasi di luar pengadilan, serta berdampingan di dalam perkara,

amatlah diperlukan. Bantuan hukum ini merupakan bagian dari sarana

menegakkan hukum itu sendiri, yang keberadaannya tentu saja tidak bisa

dilepaskan dengan lembaga peradilan, karena lembaga peradilan tersebut

menyebabkan berperannya bantuan hukum.

Sering dengan adanya perubahan sosial dan meningkatnya taraf hidup

masyarakat, telah menggeser perilaku berkeluarga dalam masyarakat.

Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam keluarga telah bergeser ke arah

yang tidak dapat lagi ditolelir. Dari permasalahan yang bersifat sepele hingga

permasahan yang cukup rumit. Ekonomi, perawatan dan pendidikan anak,

masalah kecemburuan, penghasilan, kedisiplinan dan etika rumah tangga

sering kali menjadi pemicu konflik di antara anggota keluarga. Ujung-

ujungnya, laju perceraian masyarakat, khususnya di wilayah Ponorogo

meningkat dari tahun ke tahun.

Page 39: makalah advokat

39

Terhitung selama masa penelitian ini (Januari Desember 2007), data

perceraian yang diajukan dan diputus oleh Pengadilan Agama Ponorogo, dari

jumlah perkara yang masuk 1075 kasus dan yang diputus 1021 kasus. Dari

kasus-kasus tersebut ternyata kasus cerai gugat lebih banyak terjadi dibanding

dengan kasus cerai talaq. Hal lain yang melatarbelakangi banyaknya kasus

perceraian di Pengadilan Agama Ponorogo adalah, pertengkaran yang terjadi

antara suami istri yang tidak dapat di damaikan.50

Dari beragam persoalan dan kepentingan yang masuk tidak sedikit dari

mereka yang berperkara menggunakan pengacara dari para kuasanya. Hal ini

semata-mata untuk melindungi kepentingannya dalam menuntut keadilan, baik

dalam pengajuan gugat cerai maupun talaq. Dalam data yang dapat dihimpun

penulis. Kasus perceraian yang melibatkan pengacara tahun 2007 sebanyak

112 kasus, 87 merupakan kasus cerai gugat, dan 25 kasus karena cerai talak.

Adapun argumen yang menjadi alasan keterlibatan pengacara ini

adalah : pertama, masyarakat menjadi awam tentang hukum dan keterbatasan

ilmu pengetahuan tentang hukum dan tata cara beracara di pengadilan. Kedua,

adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh orang yang berperkara karena

sibuk dengan pekerjaan atau berdomisili di luar daerah sehingga mampu untuk

membayar pengacara. Ketiga, ingin memenangkan gugatanya. karena kalau di

hadapi sendiri pesimis tidak bisa menyelesaikannya,51

Dari data yang diperoses menunjukkan bahwa dalam kasus perceraian

yang melibatkan jasa pengacara tidak hanya didominasi oleh kalangan

50 Lihat Lampiran No : 03 51 Wawancara dengan Harunurrasyid, (wakil panitera Pengadilan Agama Ponorogo), pada

Tanggal 14/10/2007.

Page 40: makalah advokat

40

perempuan. Sebagian dari pemberi kuasa adalah laki-laki.52 Kaum perempuan

memanfaatkan jasa pengacara guna mengajukan gugat cerai kepada suaminya

karena persoalan yang tidak bisa diselesaikan oleh keluarga. Sedang kaum

laki-laki dalam menggunakan jasa pengacara biasanya untuk mengembalikan

nama baik, karena selalu dituduh yang bukan-bukan seperti perselingkuhan

dan perjudian.

Bantuan hukum yang terjadi di Pengadilan Agama Ponorogo diawali

semenjak tahun 1993. pada saat itu pihak keluarga yang berperkara

mengajukan berkas acara melalui kuasa secara insidentil. Kemudian tradisi

penggunaan jasa pengacara semakin marak hingga tahun-tahun berikutnya.

Dalam kasus perceraian keterlibatan pengacara dimulai tahun 1995. hingga

tahun 2007 ini, saat penelitian ini diajukan, hampir seluruh berkas yang masuk

di Pengadilan Agama melibatkan jasa pengacara, meski masih ada yang

mengajukan pekaranya secara pribadi.53

Adapun pengacara yang dapat berpraktek di Pengadilan Agama

Ponorogo adalah semua sarjana yang yang namanya telah terdaftar sebagai

pengacara dan mempunyai izin praktek, baik sarjana hukum umum maupun

sarjana Syariah. Bahkan banyak dari mereka menyandang gelar sarjana hukum

umum (SH). Karena dari sering mendampingi orang yang berperkara di

Pengadilan Agama Ponorogo adalah sarjana Hukum (umum).54

52 Arsip Milik Pengadilan Agama Ponorogo tahun 2005, dalam Register surat kuasa

khusus. 53 Wawancara dengan Drs. Muizzuddin, BA. (Panitera muda gugatan), pada Tanggal

19/10/2007. 54 Arsip Milik Pengadilan Agama Ponorogo tahun 2005, dalam Register surat kuasa

khusus.

Page 41: makalah advokat

41

Dari data wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu

pengacara praktek banyak memberikan informasi tentang motif pembelajaran

yang dilakukannya.55 Pertama, adanya kepentingan pembelaan dalam kasus

yang sedang dikuasainya. Kedua, kewenangan yang dimiliki dalam melakukan

pembelaan. Ketiga, adanya disiplin dan tanggung jawab profesi dalam

menangani perkara yang diwakilkan kepadanya.

Dari beberapa data yang dikemukakan tersebut diatas nyatalah bahwa

keberadaan pengacara praktek di lingkungan Pengadilan Agama Ponorogo

menunjukkan data yang semakin memuncak dari tahun ke tahun. Hal ini

tentunya memberi peluang yang cukup kondusif bagi perkembangan profesi

pengacara itu sendiri, lebih-lebih pengacara yang berlatar belakang sarjana

Syariah untuk dapat beracara di lingkungan peradilan agama.

Dalam menjalankan tugasnya seorang advokat atau pengacara

berkewajiban: (1) Kliennya yang berarti ia harus memberi bantuan hukum dan

melindungi kliennya dari perlakuan dan tindakan semena-mena yang

bertentangan dengan hukum, (2). Pengadilan, pengacara berkewajiban

membantu hakim mencari kebenaran dan melancarkan jalannya persidangan

serta bersikap jujur. Untuk dapat menjunjung tinggi hukum, maka ia harus

menguasai hukum termasuk hukum acara. Kurangnya pemahaman dalam

bidang hukum tentu akan menghambat jalanya persidangan, (3). Teman

55Wawancara dengan Ny. Ernawati, SH (Pengacara Praktek), pada tanggal 20 Oktober

2007.

Page 42: makalah advokat

42

sejawat, mempunyai loyalitas dan solidaritas untuk tidak berpraktek secara

serampangan, karena hal itu akan menyangkut nama baik dari kesatuan.56

C. Prosedur Pengajuan Gugatan Melalui Jasa Pengacara di Pengadilan

Agama Ponorogo

Dalam Bab III pasal 49 s/d 53 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 jo.

Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama dijelaskan tentang

kewenangan dan kekuasaan mengadili yang menjadi beban tugas Pengadilan

Agama. Dalam pasal 49 ditentukan bahwa pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara

ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang

perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam, serta wakaf dan sodaqoh. Sedangkan Pengadilan Tinggi Agama

berwenang dan bertugas mengadili perkara-perkara yang menjadi wewenang

dan tugas Pengadilan Agama dalam tingkat banding. Juga menyelesaikan

sengketa yurisdiksi antara Pengadilan Agama.

Bidang perkawinan yang menjadi kewenangan dan kekuasaan

pengadilan agama adalah :57

a. Izin beristri lebih dari seorang.

b. Izin perkawinan usia dibawah 21 tahun.

c. Dispensasi kawin

d. Pencegahan perkawinan

56 Sudikno Mentokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. (Liberty: Yogyakarta, 1988),

70-75 57 Undang-undang No. 1 tahun 1974, Tentang Perkawinan.

Page 43: makalah advokat

43

e. Penolakan perkawinan

f. Pembatalan perkawinan

g. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri

h. Penceraian karena talak

i. Gugatan penceraian

j. Penyelesian Gono-Gini

Sejalan dengan amanah Undang-undang No. 1 tahun 1974 tersebut,

Pengadilan Agama Ponorogo tidaklah seluruhnya menangani kasus-kasus

sebagaimana yang ada. Namun sebagian besar kasus yang berkaitan dengan

masalah perkawinan.

Sesungguhnya dengan berjalannya waktu banyak sekali kasus yang

terjadi dalam kehidupan keluarga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

seorang narasumber di Pengadilan Agama,58 tidak semua kasus dalam

masyarakat membutuhkan atau diajukan perkaranya di Pengadilan Agama.

Hal ini disebabkan, pertama, perkara keluarga masih bisa diselesikan sendiri

oleh keluarga dan kerabat, kedua, adanya opini masyarakat bahwa

mengungkapkan masalah keluarga berarti membuka aib pribadi, ketiga,

kurangnya pengetahuan dan pengertian masyarakat akan pentingnya lembaga

Pengadilan bagi kemaslahatan umat.

Kasus yang diajukan lewat pengacara ada yang dikuasakan secara

penuh mulai pengajuan hingga mendapatkan keputusannya. Kasus-kasus ini

didominasi oleh mereka yang sibuk bekerja, dan mereka yang bekerja di luar

58Wawancara dengan Drs. Muhaji Lestari (Panitera Muda Permohonan), pada tanggal 21

Oktober 2007.

Page 44: makalah advokat

44

negeri sebagai tenaga kerja, seperti di Hongkong, Malaysia, Singapura dan

Arab Saudi seperti kasus dalam berkas Pengadilan Agama Ponorogo No.

47/SK/2007,59 dengan tanggal pendaftaran 11 Juni 2007, pihak penggugat

sedang berdomisili di luar negeri (Arab Saudi), sehingga secara penuh berkas

perkaranya diwakilkan kepada pengacaranya, demikian pula halnya dengan

berkas perkara No. 91/SK/P/2007, yang didaftarkan pada tanggal 20

September 2007, pihak pemohon sedang bekerja di Hongkong sebagai Tenaga

Kerja.

Idealnya profesi advokat senantiasa membela kepentingan rakyat tanpa

membeda-bedakan latar belakang agama, budaya, warna kulit, tempat tinggal,

tingkat ekonomi, dan lain sebagainya. Pembelaan bagi semua orang termasuk

fakir miskin merupakan wujud penghayatan advokat terhadap prinsip

persamaan kedudukan di hadapan hukum sekaligus perwujudan hak yang

dimiliki semua orang yaitu hak untuk didampingi advokat.

Selama kurun waktu 2007, penulis dapatkan untuk kasus perkawinan

yang diajukan ke Pengadilan Agama diantaranya:

a. Izin poligami = 8 kasus

b. Cerai talak = 391 kasus

c. Cerai gugat = 599 kasus

d. Pengesahan anak = 5 kasus

e. Isbat Nikah = 31 kasus

f. Dispensasi kawin = 29 kasus

59 Arsip Pengadilan Agama Ponorogo tahun 2007, Perihal Surat Kuasa Khusus.

Page 45: makalah advokat

45

Dari paparan data di atas dapat kita lihat bersama bahwasannya kasus

yang berhubungan dengan perceraian merupakan kasus yang sering (paling

banyak) diajukan di muka pengadilan. Untuk kasus yang merupakan cerai

talak didapatkan data sebanyak 391 kasus, sedang kasus yang merupakan cerai

gugat merupakan kasus terbanyak dengan data sejumlah 599 kasus. Dari

perbedaan ini, yang menjadi pengacu utama adalah dari kaum perempuan

(pihak istri). Mereka menggugat pihak suami untuk menceraikan dirinya

karena beberapa penyebab yang menjadikan keretakan rumah tangga mereka.

Dari salah seorang koresponden yang sempat dihubungi penulis didapatkan

data yang menunjukkan bahwa ia terpaksa menuntut cerai dengan suaminya

karena selama ditinggal kerja ke luar negeri menjadi tenaga kerja wanita, telah

dikhianati oleh suaminya. Penulis mendapatkan data ini dengan sangat hati-

hatinya, karena pihak koresponden merasa ini merupakan aib keluarganya

yang sebenarnya tidak perlu orang lain tahu.60

Adapun prosedur pengajuan perkara gugat cerai yang berlangsung di

Pengadilan Agama Ponorogo secara ringkas dapat digambarkan sebagai

berikut:

1. Pengajuan gugatan

Surat gugatan merupakan surat yang diajukan pihak penggugat

kepada ketua pengadilan yang berwenang, yang memuat tuntutan hak yang

di dalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus merupakan dasar

landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak.

60 Hasil wawancara dengan Ny. Suratin binti Jayus (Penggugat), pada tanggal 27 Oktober

2007.

Page 46: makalah advokat

46

Pada intinya surat gugatan ini diajukan sendiri oleh para pihak

yang berperkara, baik secara lisan maupun tulisan surat gugatan diajukan

sendiri ke pengadilan kepada ketua pengadilan. Bilamana pengajuan ini

melalui jasa pengacara, maka dalam surat gugatan dicantumkan tanda

tangan kuasa hukumnya. Surat gugatan ini dibuat rangkap enam.

2. Pemeriksaan Perkara

Surat gugatan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan ke

kepaniteraan Pengadilan Agama, pada sub kepaniteraan gugatan. Di

bagian ini akan ditentukan berapa biaya yang akan dipergunakan. Bagi

yang tidak mampu bisa mengajukan bebas biaya perkara dengan

melampirkan keterangan tidak mampu dari kepala desa.

Hingga sampai tahap ini61 perkara yang masuk di meja pengadilan

akan mengalami beberapa kali proses hinga perkara memperoleh

keputusannya. Pihak pengacara akan terus memantau dan mendampingi

kliennya sebagaimana yang telah tertuang di dalam perjanjian (surat kerja).

Hal ini telah sesuai dengan kode etik seorang pengacara yang mana

seorang pengacara harus mengurus dengan sebaik-baiknya dengan segala

daya kemampuannya guna memenangkan setiap perkara yang

dipercayakan kepadanya.

Dalam mengajukan perkara yang sedang dihadapinya, terlebih dahulu

pihak yang mengajukan perkaranya diberikan beberapa pertanyaan yang

menyangkut kedudukan perkaranya. Apa yang menjadi latar belakang

61 Prosedur Pengajuan Gugatan, Lihat Pada lampiran No. 4.

Page 47: makalah advokat

47

permasalahan, dengan siapa ia berperkara, dimana kejadiannya dan apa yang

diharapkan dari perkara yang diajukan untuk data ini semua, kemudian pihak

pengacara yang diberi kuasa mencatat secara cermat data-data yang

diperolehnya, kemudian disusun menjadi sebuah berita acara. Berdasarkan

informasi yang telah diperoleh dan dengan adanya kekuatan surat kuasa,

kemudian pengacara mengajukan berkas-berkas perkara kliennya ke muka

pengadilan untuk mendapatkan penyelesaian.62

D. Peran Dan Fungsi Pengacara Dalam Perkara Gugat Cerai Di Pengadilan

Agama Ponorogo

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, pihak pengacara melakukan

upaya islah terlebih dahulu terhadap masing-masing pihak yang tersangkut

perkara. Pengacara melakukan pendekatan pula melalui perantara keluarga

dekat, seperti orang tua, saudara, kerabat, bahkan tetangga atau tokoh

masyarkaat yang dipandang mengetahui lebih jauh tentang kondisi

perkembangan keluarga yang bersangkutan. Baru kemudian melimpahkan

perkara ke pengadilan dimana upaya damai mengalami jalan buntu.63

Upaya ishlah (jalan damai) ini, senantiasa dilakukan terlebih dahulu

oleh pengacara yang menangani sebuah perkara yang dipercayakan

62 Wawancara dengan Ny. Suratin binti Jayus (Penggugat), pada tanggal 27 Oktober

2007. 63 Wawancara dengan Ny. Ernawati SH, (Pengacara Praktek), pada tanggal 20 Oktober

2007.

Page 48: makalah advokat

48

kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ny. Ernawati, SH,64

bahwasannya langkah-langkah yang diambil bila menerima perkara

diantaranya adalah:

a. Menguapayakan jalan damai sebelum perkaranya masuk di Pengadilan.

b. Memberikan bantuan (nasehat) hukum terhadap klien yang masih awam

terhadap penyelesaian kasus yang sedang dialaminya.

c. Membantu para pihak yang berperkara untuk segera dapat menyelesaikan

perkaranya.

d. Sebagai rasa tanggung jawabnya kemudian membantu mendampingi

pengajuan perkara di Pengadilan.65

Menjaga hubungan baik dengan klien adalah tugas utama seorang

pengacara karena di samping klien merupakan sumber penghasilan, juga oleh

karena profesi advokat merupakan jasa. Karenanya sebagai timbal balik

seorang klien, seperti Ny. Suratin binti Jayus (27 tahun) dengan rasa senang

hati memberikan imbalan berupa uang jasa (uang muka) sebagaimana yang

telah menjadi kesepakatan bersama, dimana sisanya akan dibayar kemudian.

Pemberian uang jasa ini bukanlah merupakan uang pelicin agar

kasusnya segera mendapat kemenangan. Semua ini semata-mata hanya balas

budi atau jerih payah yang telah dilakukan oleh pengacara selama

mendampingi perkaranya mulai pengajuan berkas hingga mendapatkan

64 Ny. Ernawati, Seorang pengacara yang beralamat di Jl. Pacar No.08, Ponorogo, yang

selama tahun ini (penulisan skripsi) telah menangani 16 kasus gugat cerai, dan 8 kasus cerai talaq. 65Wawancara dengan Ny. Ernawati SH, (Pengacara Praktek), pada tanggal 20 Oktober

2007.

Page 49: makalah advokat

49

keputusannya. Apalagi banyak penggugat yang menyerahkan sepenuhnya

perkaranya kepada seorang pengacara.66

Menurut Muizzuddin, tidak semua berkas perkara yang masuk ke

pengadilan melalui jasa pengacara, orang yang berperkara bisa mengajukan

secara langsung perkaranya ke Pengadilan Agama.67 Masih menurutnya pula

bahwa memang ada beberapa kasus yang secara penuh dikuasakan kepada

pengacara hingga berkas perkaranya mendapatkan keputusan.

Pengacara yang praktek di Pengadilan Agama Ponorogo, berdasarkan

perundang-undangan di syaratkan harus mempunyai izin dari Mahkamah

Agung dan Pengadilan Tinggi Agama. Persyaratan ini mutlak berlaku, karena

sebagai sebuah institusi hukum yang berwenang menangani perkara perdata

Islam di wilayah hukum Ponorogo, Pengadilan Agama berwenang mengadili

perkara dan memberikan ruang bagi adanya bantuan hukum untuk membela

orang-orang yang berperkara.

Penjelasan ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Moh

Fahrur,68 bahwa untuk dapat beracara di Pengadilan Agama, seorang

pengacara harus memenuhi persyaratan normatif, seperti:

a. Memiliki surat kuasa khusus.

b. Ditunjuk untuk mewakili (kuasa) dalam surat gugatan dan di dalam

persidangan.

66 Wawancara dengan Ny. Suratin binti Jayus (Penggugat), Pada tanggal 27 Oktober

2007. 67 Wawancara dengan . Muizzuddin, BA (Panitera Muda Gugatan), Pada tanggal 19

Oktober 2007. 68 Salah seorang panitera di Pengadilan Agama Ponorogo.

Page 50: makalah advokat

50

c. Memenuhi syarat seperti yang ditentukan dalam peraturan Menteri

Kesehatan.

d. Memiliki izin praktek advokat

e. Ada izin tertulis dari ketua Pengadilan Agama dan ketua Pengadilan

Tinggi Agama.

Dengan ketentuan seperti tersebut, maka advokat yang tidak memenuhi

persyaratan maka tidak diberikan izin pratek di wilayah hukum Pengadilan

Agama Ponorogo, apalagi sampai mendampingi klien dalam proses peradilan.

Dalam mendampingi klien di muka pengadilan, seorang pengacara

berupaya agar perilaku yang ia jalankan merupakan penerapan rasa tanggung

jawabnya sebagai penasehat hukum. Ia menyadari bahwa profesi pengacara

merupakan profesi yang tidak mudah yang senantiasa terikat dengan peraturan

perundang-undangan dan kode etik sebagai seorang pengacara. Profesi

pengacara bukanlah profesi yang mendasarkan diri pada adanya upah yang

besar, apalagi bila klien yang dibelanya merupakan orang dari kalangan

berada (bangsawan) dengan ekonomi yang berkecukupan.

Sebagai profesi yang terhormat, profesi pengacara memperjuangkan

nilai kebenaran dan keadilan karena di dalamnya terdapat adanya nilai

moralitas. Ini berarti seorang advokat tidak dapat terpaku begitu saja kepada

kepastian hukum dalam membela kepentingan kliennya. Oleh karenanya,

ketika terjadi pertentangan antara hukum positif dengan kebenaran dan

keadilan, maka harus diutamakan adalah kebenaran dan keadilan. Sebab

tujuan utama hukum adalah demi terciptanya kebenaran dan keadilan.

Page 51: makalah advokat

51

Peran advokat secara langsung maupun tidak langsung di pengadilan

sejalan imbal balik dengan perjuangan kepentingan klien. Klien merasakan

manfaat yang luar biasa dengan adanya bantuan dari pengacara. Ini dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya pengajuan gugatan melalui jasa pengacara

dari tahun ke tahun.69

Masyarakat yang merasa diuntungkan dengan adanya jasa pengacara

ini mendasarkan kepada beberapa alasan, seperti:

1. Keterbatasan pengetahuan di bidang hukum, terlebih terhadap kasus yang

dihadapinya.

2. Keterbatasan pengetahuan tentang tata cara beracara di pengadilan.

3. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para pihak yang berperkara.

4. Adanya kemampuan materi, sehingga lebih mudah menyewa seorang

pengacara.

5. Adanya kemungkinan perkaranya dimenangkan, karena diketahui bahwa

pengacara adalah orang yang lihai dalam bidang hukum.

Semua sarjana hukum yang telah terdaftar namanya sebagai pengacara

dan memiliki izin dapat berpraktek di Pengadilan Agama Ponorogo. Dan

bukannya sebuah kebetulan, bila ternyata di lingkungan Pengadilan Agama.

Hal ini terlihat dari hasil pengumpulan data.70 Selama tahun 2007 ini, secara

keseluruhan pengacara yang mendampingi klien berlatar belakang Sarjana

Hukum Umum. Namun karena kapabilitas dan kualitas mereka yang telah

69 Wawancara dengan Drs. Muizzuddin, BA (Panitera Muda Gugatan), Pada tanggal 19

Oktober 2007. 70 Lihat Lampiran 1 dalam skripsi ini.

Page 52: makalah advokat

52

lama bergelut dalam bidang perdata sehingga mereka juga melaksanakan

praktek pendampingan perkara di lingkungan Pengadilan Agama Ponorogo.

Adapun kepedulian pengacara untuk mendampingi klien di Pengadilan

tidak telepas dari beberapa alasan.71

a. Merupakan tuntutan profesi sebagai pengacara dan penasehat hukum

b. Membantu pihak yang berperkara agar segera dapat menyelesaikan

perkaranya dengan mudah seperti yang diharapkan.

c. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang awam.

71 Wawancara dengan Ny. Ernawati, SH. (Pengacara Praktek), pada tanggal 2 November

2007.

Page 53: makalah advokat

53

BAB IV

ANALISA HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK PENGACARA

DALAM PENDAMPINGAN KLIEN TERHADAP PERKARA GUGAT

CERAI DI PENGADILAN AGAMA PONOROGO

A. Analisa Terhadap Kualifikasi Pengacara Dalam Perkara Gugat Cerai Di

Pengadilan Agama Ponorogo

Dalam bab III telah dijelaskan bahwasannya pengacara praktek di

lingkungan Pengadilan Agama sudah ada semenjak berdirinya Pengadilan

Agama. Praktek bantuan hukum tersebut pada awalnya hanya bersifat

universal, artinya bantuan hukum diajukan melalui perantaraan orang dekat

dari pihak yang bersengketa. Pengajuan perkara ini dilakukan secara insidentil

dan kasuistik. Artinya para pihak mengajukan kasusnya secara per item dan

pada saat itu juga kepada pihak pengadilan, yang kemudian memperoleh

keputusan hukum. Praktik penggunaan jasa pengacara ini kemudian marak

dalam tahun-tahun berikutnya.72

Mengenai kewajiban pengacara praktek dalam kaitan konteks kerjanya

ia merupakan kewajiban profesi yang independent dan otonom. Dalam hal ini

profesi pengacara memiliki konsekwensi yang sesuai dengan standar nilai dan

norma yang dilahirkan dan senantiasa diterapkan dalam kalangan profesi

pengacara itu sendiri. Di antara kewajiban pokok itu adalah memenuhi

72 Lihat pada Bab III, hal 41 skripsi ini.

53

Page 54: makalah advokat

54

kualifikasi dasar pengacara sehingga mampu berinteraksi dengan lapangan

kerja yang menjadi kewenangannya.

Dalam tatanan pengacara praktek di lingkungan Pengadilan Agama

Ponorogo, pengacara tentunya hanya memiliki kualifikasi yang ditentukan

oleh perundang-undangan. Namun karena perundangan tentang pengacara

praktek ini masih bersifat umum, maka dalam prakteknya belum (atau tidak)

membedakan latar belakang akademis mereka. Sarjana hukum umum bisa

berpraktek di lingkungan pengadilan agama, demikian pula sebaliknya,

sarjana syariah juga bisa melaksanakan praktek di lingkungan umum. Dan

kenyataan menunjukkan bahwa pengacara dengan latar belakang pendidikan

umum masih senantiasa mendominasi di lingkungan Pengadilan Agama

Ponorogo.73 Karena memang dalam Undang-undang No. 18 tahun 2003 pasal

2 menyebutkan : “yang dapat diangat sebagai advokat adalah sarjana hukum

yang memenuhi persyaratan dan ketentuan yang diatur di dalam Undang-

undang ini”.

Pasal ini menjelaskan bahwa orang yang memberikan jasa hukum dan

bantuan hukum harus berlatar belakang sarjana hukum. Pasal ini tidak

membedakan kewenangan praktek bagi para pengacara, mereka bebas

melaksanakan bantuan hukum baik di lingkungan pengadilan umum maupun

pengadilan agama.

Dengan berlakunya Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang

advokad, maka pengacara yang berpraktek di lingkungan pengadilan umum

73 Lihat, Lampiran 1, Pembahasan Skripsi ini.

Page 55: makalah advokat

55

memiliki kewenangan yang sama dengan pengacara yang akan berpraktek di

lingkungan pengadilan agama. Akan tetapi yang menjadi titik perbedaan

adalah tentang jenis perkara yang menjadi kewenangan peradilan agama itu

sendiri. Kewenangan menangani perkara perdata untuk umat Islam adalah

salah satu kewenangan pengadilan agama. Untuk itu pengacara yang

berpraktek di lingkungan pengadilan agama berkewajiban membekali diri

dengan pengetahuan yang berhubungan dengan perkara yang menyangkut

hukum-hukum syariah.

Untuk pengacara yang akan berpraktek di Pengadilan Agama dalam

perundang-undangan disaratkan harus mempunyai izin dari Mahkamah Agung

atau Pengadilan Tinggi Agama. Persyaratan ini mutlak berlaku, karena sebagai

sebuah institusi hukum yang berwenang menangani perkara perdata Islam di

wilayah hukum Ponorogo, Pengadilan Agama berwenang mengadili perkara

dan memberikan ruang bagi adanya bantuan hukum untuk membela orang-

orang yang berperkara.

Pernyataan ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Bapak Muh.

Fahrur, salah seorang panitera di pengadilan agama Ponorogo. Beliau juga

menambahkan bahwasannya seorang pengacara yang akan berpraktek di

lingkungan Pengadilan Agama. selain mengantongi surat izin dari Mahkamah

Agung dan Pengadilan Tinggi Agama, maka juga harus memiliki persyaratan

lain diantaranya:

a. Memiliki surat kuasa khusus

b. Ditunjuk untuk menjadi kuasa dalam surat gugatan

Page 56: makalah advokat

56

c. Memenuhi syarat yang ditentukan oleh peraturan menteri kesehatan

d. Ada izin praktek

e. Ada izin tertulis dari ketua Pengadilan Agama setempat

Dengan telah terpenuhinya beberapa persyaratan tersebut, maka

semakin mudahlah bagi pengacara praktek untuk mendampingi klien dalam

proses penyelesaian perkaranya di Pengadilan. Dan tidak menutup

kemungkinan akan muncul generasi baru yang meramaikan percaturan hukum

di bidang kepengacaraan perdata. Di dukung dengan banyaknya alumni yang

berlatar belakang sarjana hukum agama yang tentunya lebih memiliki

wawasan di bidang perdata Islam.

Artinya di sini adalah bahwa seorang pemberi jasa bantuan hukum

memiliki hak penuh untuk mendampingi klien selama proses penyelidikan dan

penyidikan dalam proses perkara. termasuk di dalamnya adalah hak untuk

menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua

tingkatan pemeriksaan, baik secara langsung, melalui surat ataupun

sebagainya.

Pengacara yang melakukan praktek pendampingan klien.74 Dalam

kasus gugat cerai yang dilakukan istri terhadap suaminya dengan berpedoman

pada surat kuasa yang diberikan oleh pihak pencari keadilan. Tanpa adanya

surat kuasa seorang pengacara tidak akan semena-mena mengajukan gugatan

ke pengadilan agama, untuk menyelesaikan perkara. Hal ini sesuai dengan

pasal 73 ayat (1), Undang-undang Perkawinan yang berbunyi:

74 Wawancara dengan Ny. Suratin binti Jayus (Penggugat), pada tanggal 27 Oktober

2007.

Page 57: makalah advokat

57

“Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada

pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kediaman tergugat,

kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat

kediaman bersama tanpa izin tergugat.”

Adapun isi surat kuasa tersebut berupa persetujuan kontrak kerja antara

pihak dengan pengacara. Di dalamnya berisi masalah kepengacaraan dan

honorium fee (uang jasa pembelaan). Setelah ini disepakati, kemudian

pengacara membuat berita acara gugatan yang meliputi:

a. Identitas pihak secara lengkap, meliputi nama, umur, agama, pekerjaan,

tempat tunggal.

b. Dasar pengajuan gugatan sebagai alasan mengapa diajukan gugatan.

c. Tuntutan yang diinginkan.

Setelah surat gugatan jadi, kemudian ditandatangani oleh kuasa

hukumnya atas nama klien, baru kemudian diajukan ke muka pengadilan

agama.

Maka dengan demikian jelaslah bahwasannya pengacara yang

menjalankan prakteknya di pengadilan agama akan senantiasa mengikuti

aturan yang ditetapkan dalam hukum beracara. Tidak terkecuali bagi mereka

yang memiliki latar pendidikan hukum umum. Pengacara praktek senantiasa

mengindahkan prosedur (tata cara) beracara di pengadilan agama.

Sebagaimana yang digariskan dalam perundang-undangan hukum positif.

Page 58: makalah advokat

58

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat 2:75

“Advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dapat menjalankan prakteknya dengan

mengkhususkan diri pada bidang hukum tertentu sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku.”

Pasal ini memberikan penegasan bahwa pengacara yang berpraktek di

Pengadilan Agama telah sejalan dengan Undang-undang bilamana ia telah

menyesuaikan diri dengan aturan dimana ia menjalankan prakteknya, dalam

hal ini tentunya praktek di lingkungan pengadilan Agama.

Sedang mengenai keterlibatan pengacara di sidang pengadilan telah

sejalan dengan pasal 14, yang berbunyi:

“Advokat bebas dan tanpa takut mengeluarkan pendapat atau

pengertian dalam sidang pengadilan untuk membela perkara dalam

menjalankan profesinya dengan itikad baik untuk kepentingan

pembelaan terhadap klien di pengadilan, lembaga perwakilan rakyat

Republik Indonesia”.76

B. Analisa Terhadap Prosedur Pengajuan Gugatan Melalui Jasa Pengacara

Dalam Perkara Gugat Cerai Di Pengadilan Agama Ponorogo

Sebagaimana telah kita bahas pada bab sebelumnya, bahwa peraturan

perundang-undangan yang ada belum (atau tidak) mengatur bahwa para pihak

75 Undang-undang No. 18 tahun 2003, tentang advokat. 76 Ibid.

Page 59: makalah advokat

59

dalam suatu perkara harus mewakilkan kepada orang lain. Artinya bahwa

orang yang berperkara dan berkepentingan dengan sendiri langsung dapat aktif

bertindak sebagai pihak di muka sidang pengadilan, baik sebagai penggugat

maupun tergugat. Secara langsung ia berkedudukan sebagai pihak materiil

karena memiliki kepentingan langsung dalam perkara yang bersangkutan.

Tetapi mereka sekaligus menjadi pihak formil karena mereka sendirilah yang

beracara di muka sidang pengadilan. Mereka bertindak untuk dan atas nama

sendiri selaku yang berkepentingan.

Penjelasan ini memberikan penekanan bahwasannya secara prinsip

masing-masing pihak yang berperkaralah yang harus mengajukan perihal

sengketanya kepada pengadilan. Perlunya pihak-pihak menghadap sendiri di

muka sidang pengadilan adalah agar hakim dapat mengambil keputusan yang

tepat dan adil, atau juga demi terwujudnya perdamaian maka hakim

memandang perlu mendamaikan langsung para pihak yang berperkara.

Dalam kasus perdata, misalnya, kasus gugat cerai merupakan perkara

yang sering kali terjadi dalam kehidupan berumah tangga, gugat cerai

merupakan perkara dimana pihak wanita (isteri) mengajukan gugatannya

kepada pihak laki-laki (dalam hal ini suami) kepada pengadilan. Dengan

berbagai alasan yang dikemukakan77 pihak isteri mengadukan

permasalahannya dengan suami kepada pengadilan agama. Dari beberapa

permasalahan yang dikemukakan, ternyata masalah kekerasan dalam rumah

77 Lihat lampiran No.3

Page 60: makalah advokat

60

tangga masih menjadi unsur dominan, sebagaimana terihat dalam penelitian

kali ini.

Memang, sebagaimana telah dikemukakan, bahwasannya

permasalahan perceraian merupakan permasalahan rumah tangga yang

sifatnya sangat sensitif. Persoalan keluarga merupakan persoalan yang paling

sensitif bagi keluarga itu sendiri. Artinya permasalahan keluarga merupakan

permasalahan yang mana orang lain tidak boleh tahu. Memperbincangkan

persoalan keluarga berarti membuka aib pribadi. Sedang memperbincangkan

dengan orang lain, belum tentu akan memperbaiki kondisi rumah tangga,

bahkan bisa-bisa semakin memperparah suasana.

Namun adakalanya keluarga sendiri tidak mampu mengatasinya.

Sedang mengajukan perkara di pengadilan merupakan suatu permasalahan

yang cenderung rumit dan berbelit-belit, apalagi pihak berperkara merupakan

orang yang awam terhadap prosesi di pengadilan. Tentu akan semakin

membingungkan pihak pencari keadilan.

Maka tidak heran bila dalam pembahasan kali ini penulis mengajukan

problematika seputar pengajuan perkara melalui pengacara. Hal ini menjadi

kecenderungan pihak berperkara di muka pengadilan di wilayah Ponorogo.

Sepengetahuan penulis, prosedur pengajuan perkara di muka

pengadilan agama memiliki titik kesamaan antara pihak yang bermasalah

dengan penguasaan melalui jasa pengacara.78 Secara umum pengajuan yang

bersifat pribadi, masing-masing pihak yang berperkara mengajukan

78 Hasil wawancara dengan Drs. Moh. Fahrur (Panitera / Sekretaris Pengadilan Agama

ponorogo), pada tanggal 29 Oktober 2007.

Page 61: makalah advokat

61

permasalahannya kepada ketua Pengadilan Agama. sedang mengajukan

perkara melalui perantara pengacara tentunya melalui jasa pengacara itu

sendiri. Pihak yang berperkara memberikan surat kuasa kepada pengacara

dengan memberikan pelimpahan penuh untuk mengajukan perkaranya di

Pengadilan Agama, sesuai dengan kesepakatan apakah perkaranya tersebut

dikuasakan penuh hingga diambil keputusan oleh majelis hakim, atau sebagian

saja perkara itu diproses. Artinya pertengahan sidang pihak berperkara

mencabut surat kuasanya dari pihak pengacara. Bila hal ini yang dikehendaki,

maka pihak pengacara menghentikan perannya dalam membela kepentingan

kliennya di muka pengadilan.

Sedangkan yang dapat bertindak sebagai kuasa hukum para pihak atau

wakil dari penggugat adalah seorang yang telah terpenuhi dari beberapa

syarat:

1. Mempunyai surat kuasa khusus pasal 123 ayat (1) HIR dan pasal 147 ayat

(1) R.Bg

2. Ditunjuk sebagai kuasa atau wakil dalam surat gugat

3. Ditunjuk penggugat sebagai kuasa atau wakil dalam surat gugat

4. Ditunjuk penggugat sebagai kuasa atau wakil di dalam persidangan

sebagaimana tersebut dalam pasal 123 ayat (1) HIR dan pasal 147 ayat (1)

R.Bg

5. Memiliki syarat dalam peraturan menteri kehakiman No. 11 tahun 1965

tanggal 28 Mei 1965. Keputusan menteri kehakiman No. Lp. 14/2111

tanggal 7 Oktober 1965.

Page 62: makalah advokat

62

6. Telah terdaftar sebagai advokat atau pengacara praktek.

Persyaratan sebagaimana termaktub di atas sengaja penulis tampilkan

kembali mengingat pentingnya persyaratan ini menjadi acuan pengacara

dalam mendampingi kliennya. Dengan terpenuhinya syarat ini, maka

pengacara akan dengan independennya membawa permasalahan klien untuk

diajukan di muka pengadilan. Beberapa persyaratan ini agaknya secara penuh

atau sebagian telah dimiliki oleh pengacara praktek di Pengadilan Agama

ponorogo.

Di atas telah penulis katakan bahwa pengajuan perkara secara individu

maupun melalui jasa pengacara pada hakekatnya memiliki kesamaan. Adapun

prosedur pengajuan perkara gugat cerai yang berlangsung di Pengadilan

Agama Ponorogo secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pengajuan gugatan

Surat gugatan merupakan surat yang diajukan pihak penggugat

kepada ketua pengadilan yang berwenang, yang memuat tuntutan hak yang

di dalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus merupakan dasar

landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak.79

Pada intinya surat gugatan ini diajukan sendiri oleh para pihak

yang berperkara, baik secara lisan maupun tulisan surat gugatan diajukan

sendiri ke pengadilan kepada ketua pengadilan. Bilamana pengajuan ini

melalui jasa pengacara, maka dalam surat gugatan dicantumkan tanda

tangan kuasa hukumnya. Surat gugatan ini dibuat rangkap enam.

79 Mukti Arto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, (Semarang, Pustaka Pelajar,

1992), 39.

Page 63: makalah advokat

63

2. Pemeriksaan Perkara

Surat gugatan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan ke

kepaniteraan Pengadilan Agama, pada sub kepaniteraan gugatan. Di

bagian ini akan ditentukan berapa biaya yang akan dipergunakan. Bagi

yang tidak mampu bisa mengajukan bebas biaya perkara dengan

melampirkan keterangan tidak mampu dari kepala desa.

Hingga sampai tahap ini80 perkara yang masuk di meja pengadilan

akan mengalami beberapa kali proses hingga perkara memperoleh

keputusannya. Pihak pengacara akan terus memantau dan mendampingi

kliennya sebagaimana yang telah tertuang di dalam perjanjian (surat kerja).

Hal ini telah sesuai dengan kode etik seorang pengacara yang mana

seorang pengacara harus mengurus dengan sebaik-baiknya dengan segala

daya kemampuannya guna memenangkan setiap perkara yang

dipercayakan kepadanya.

Adapun mengenai pendampingan klien oleh pengacara di setiap

proses persidangan merupakan peran yang sangat penting bagi setiap

klien. Apalagi bila klien memang benar-benar orang yang sangat awam

akan hukum. Dan kenyataan di Pengadilan Agama Ponorogo menunjukkan

fenomena demikian. Banyak dari mereka yang hanya memiliki latar

belakang pendidikan menengah, bahkan banyak yang setingkat madrasah

Tsanawiyah atau Sekolah Menengah Pertama. Karenanya pendampingan

pengacara sangat dibutuhkan.

80 Prosedur Pengajuan Gugatan, Lihat Pada lampiran No. 4.

Page 64: makalah advokat

64

Perilaku advokat yang demikian ini sejalan dengan pasal 14,

Undang-undang No. 18 tahun 2003, tentang advokat. Dinyatakan bahwa:

“Advokat bebas dan tanpa takut mengeluarkan pendapat atau

pernyataan dalam sidang pengadilan untuk membela perkara dalam

menjalankan profesinya dengan itikad baik untuk kepentingan pembelaan

terhadap klien di pengadilan, lembaga peradilan lainnya atau dalam dengar

pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia”.

Upaya pengajuan gugatan secara tertulis yang dilakukan oleh

pengacara merupakan bukti tanggung jawabnya dalam mengemban

amanah profesi. Upaya pengajuan perkara ke pengadilan ini merupakan

upaya tindakan lanjut bilamana pelaksanaan jalan damai yang dilakukan

pengacara terhadap kedua belah pihak telah menemui jalan buntu.

Perdamaian pihak yang bersengketa oleh pengacara merupakan koridor

awal terwujudnya keadilan yang bersifat cepat dan tentunya hanya

membutuhkan biaya yang ringan.

Tahap awal inilah yang dilakukan oleh para pengacara pendamping

di wilayah Pengadilan Agama Ponorogo. Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan oleh penulis, terdapat data dimana pengacara melakukan upaya

islah81 terlebih dahulu terhadap para pihak yang tersangkut perkara.

Pengacara, untuk melakukan perbaikan (rujuk) juga melalui pendekatan

81 Islah merupakan jalan damai untuk menyatakan kembali kedua pihak yang bersengketa.

Ishlah = (penyelesaian pertikaian dan sebagainya) dengan baik-baik (dengan jalan damai). Lihat = W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 388.

Page 65: makalah advokat

65

keluarga terdekat, seperti orang tua, saudara juga kerabat yang lain, yang

dipandang lebih tahu tentang kondisi keluarga yang bersangkutan.82

Tindakan awal pengacara ini juga sepadan dengan pendapat

Martiman Prodjohamidjojo yang disadur oleh Rahmad Rosyadi, SH,83

bahwa upaya Ishlah ini merupakan salah satu bentuk peranan baik ini

tercermin dalam upaya menempuh jalan damai dalam setiap perkara, lebih

baik dalam perkara yang menyangkut bidang perdata.

Upaya jalan damai ini juga selaras dengan asas-asas peradilan

agama dan prinsip-prinsip hukum acara perdata yang ditetapkan dalam

peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam pasal 16 ayat (4) Undang-undang No. 14 tahun 1970 jo.

Undang-undang No. 4 tahun 2004, misalnya disebutkan: “Ketentuan

dalam ayat (1) tidak tertutup kemungkinan untuk usaha penyelesaian

perkara perdata secara perdamaian”.

Dalam Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo. Undang-undang No. 3

tahun 2006, tentang Peradilan Agama pasal 82, juga menyebutkan adanya

upaya damai.

Ayat (1) pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim

berusaha mendamaikan kedua belah pihak

Ayat (4) selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat

dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.

82 Lihat Hal 48 dalam pembahasan skripsi ini, bandingkan pula dengan transkrip

wawancara No. 07/X/2007. 83 Rahmad Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Ghaila

Indonesia, 2003), 89-90.

Page 66: makalah advokat

66

Dalam beberapa pasal ini secara eksplisit memang tidak

menyebutkan upaya damai yang dilakukan oleh para pengacara. Namun

dalam kaca mata peradilan, ayat ini juga memberikan penetapan hukum

bagi pengacara untuk membantu mengesahkan jalan damai.

Bagaimanapun juga, pengacara juga merupakan insan cendekia yang

dalam kesehariannya bergelut dengan permasalahan hukum, sehingga

secara tidak langsung dalam kasus-kasus perdata juga harus mengikuti

aturan main hukum acara perdata.

Beberapa penjelasan inilah yang menjadi pembenaran bahwa

praktek pengacara di lingkungan Peradilan Agama Ponorogo telah sejalan

dengan kaidah-kaidah hukum dan aturan-aturan dalam acara perdata.

Prosedur dan tata main telah dipergunakan dalam setiap proses perkara.

Proses tersebut meliputi, adanya upaya damai (ishlah) yang dilakukan

pengacara terhadap kedua belah pihak, baik secara pendekatan pribadi

maupun melalui keluarga dan kerabat dekat, dan pula pengajuan berkas

gugatan kepada pengadilan secara tertib sesuai dengan tahap-tahap

pemeriksaan perkara perdata.

C. Analisa Terhadap Peran dan Fungsi Pengacara Dalam Perkara Gugat

Cerai di Pengadilan Agama Ponorogo

Pembahasan kali ini meliputi dua hal yang berbeda kajiannya secara

hukum. Pengacara memang memiliki peran dan fungsi yang menentukan

dalam proses mencari keadilan. Peran dan fungsi tidak dapat dipisahkan

Page 67: makalah advokat

67

secara sendiri-sendiri. Ibarat sekeping uang, keduanya merupakan sisi uang

melekat erat dan saling memperkuat sebagai jati diri seorang pengacara.

Peran merupakan profesinya sesuai dengan tugas, fungsi dan kode etik,

serta sumpah jabatan. Sedangkan yang dimaksud dengan pemberian jasa

hukum yang dilakukan adalah mendampingi, menjadi kuasa, memberikan

advice hukum kepada klien, baik menjadi kuasa, memberikan advice hukum

kepada klien, baik bersifat sosial, sukarela atau mendapatkan imbalan jasa.84

Peran merupakan aspek dinamis dari sebuah kedudukan apabila

seorang pengacara telah melakukan suatu hak dan menjalankan kewajiban

dalam kedudukannya, maka dia menjalankan sebuah peran. Lebih jauh sebuah

peran tentunya berbeda dengan pelaksanaan tugas, kewajiban dan tangung

jawab. Karena, baik tugas, kewajiban dan tanggung jawab lebih melaksanakan

aspek idealitas dari pada realitas dan menekankan pada apa yang dilakukan

hukum apa yang seharusnya dilakukan. Maka membicarakan peran pengacara

berarti berbicara tentang apa yang dilakukan pengacara dalam menangani

perkara, menurut kemenangan yang dimiliki.

Untuk dapat melakukan peranan dalam kegiatan praktek litigasi di

Pengadilan Agama, seorang pengacara harus mengikuti hukum acara yang

berlaku di lingkungan Peradilan Agama. Dengan mengikuti aturan ini dapat

meminimalkan praktek yang menyimpang, sehingga dapat dipertanggung-

jawabkan prosedurnya.

84 Rahmat, Rosyadi, Advokat ….. , 64.

Page 68: makalah advokat

68

Keberadaan pengacara untuk berperan dalam mendampingi klien yang

bersengketa dalam perkara gugat cerai dalam pembahasan kali ini telah diatur

melalui pasal 73 ayat (1) sebagaimana dinyatakan: “gugatan perceraian

diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman tergugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.”

Dalam menangani kasus perdata di lingkungan Peradilan Agama

Ponorogo, menurut hemat penulis ada beberapa hal yang menjadi peranan

pengacara terwujud, peran pengacara tersebut tercermin dalam beberapa hal,

diantaranya: memberikan pelayanan hukum, memberikan nasehat hukum,

membela kepentingan klien, dan mewakili klien di muka pengadilan.85

1. Memberikan Pelayanan Hukum

Peranan pengacara dalam kasus gugat cerai tampak sekali dalam

setiap proses perkara. Pengacara berupaya semaksimal mungkin

memberikan advice (pelayanan) kepada kliennya dengan baik. Hal ini

dapat diketahui dari hasil penelusuran data bahwasannya pihak terperkara

telah menyerahkan permasalahannya kepada pengacara. Sejak awal masa

persidangan, sebagai contoh dalam skripsi ini dimunculkan perkara yang

dialami oleh Ny. Suratin binti Jayus dengan kasus perdata No. A.

258/Pdt.G/2007/PA.Po. dari hasil wawancara86 dapat dianalisis bahwa

pengacara yang menangani kasusnya sejak awal pengaduan telah

85 Mengenai peran seorang advokat (pengacara), bandingkan peranan pengacara dalam

Ropuan Rambe, Teknik Praktek ….., 28-29 dan Rahmad Rosyadi, Advokat dalam ….,70. 86 Wawancara dengan Ny. Suratin binti Jayus (Penggugat), pada tanggal 27 Oktober

2007.

Page 69: makalah advokat

69

menerima keluh kesahnya. Ia mempercayakan secara penuh kepada Ny.

Ernawati, SH, MH, salah seorang advokat yang beralamat di Jl. Pacar No.

08 Ponorogo.

Dalam memberikan pelayanannya, pengacara praktek ini telebih

dahulu menanyakan yang menjadi penyebab keinginannya mengajukan

gugat cerai kepada suaminya. Sebagai langkah awal, pengacara juga

memberikan alternatif jalan damai yang dimungkinkan agar permasalahan

yang dihadapi kliennya bisa memperoleh penyelesaian tanpa harus

dimajukan ke sidang pengadilan. Meski akhirnya kasus yang menimpa

kliennya juga masuk di meja pengadilan.

Pengacara professional memang harus memberikan pelayanan

terbaiknya bilamana ia menginginkan citra dan harga dirinya tidak

dipandang sebelah mata di masyarakat. Pelayanan yang baik ini tampak

dalam segala sifat, sikap, kepribadian yang menyenangkan. Hal ini

sebagaimana dikatakan Ropaun Rambe seorang pengacara harus selalu

flekxibel, kreatif, dan mempunyai kualifikasi serta karakter pribadi yang

substantif antara lain ia harus memiliki desio Fighting spirit yang cukup,

karena tanpa itu, tak mungkin pengacara akan memberikan pelayanan

optimal.87

2. Memberikan Nasehat Hukum

Pengacara praktek merupakan penasehat hukum yang izin

prateknya dikeluarkan oleh Pengadilan Tinggi. Dengan perizinan ini ia

87 Ropuan Rambe, ….. 11-13.

Page 70: makalah advokat

70

memiliki kewenangan yang sama dengan penegak hukum lainnya seperti

hakim, maupun jaksa.

Pemberian nasehat hukum kepada klien yang menjadi tanggung

jawabnya diberikan semenjak pertama kali ia berhadapan muka dengan

klien. Nasehat hukum ini diberikan agar klien memiliki kesadaran hukum

terhadap permasalahan yang sedang ia hadapi. Bisa dimungkinkan dengan

adanya nasehat awal ini ia dapat rujuk kembali dan mencabut rencananya

untuk mengajukan gugatan lewat pengadilan.

Dalam nasehatnya pengacara memberikan pandangan bahwa

pengadilan merupakan alternatif terakhir apabila terpaksa harus ditempuh

lewat jalur hukum. Pengacara juga memberikan pengertian apakah

perkaranya berada pada posisi yang sangat kuat atau yang sangat lemah

secara yuridis. Dengan demikian, bila perkaranya dikalahkan atau

dimenangkan di pengadilan maka para pihak yang berperkara dapat

bersikap legowo dan terbuka dalam menerima putusan pengadilan.

3. Membela Kepentingan Klien

Advokat memiliki peranan membela kepentingan masyarakat dan

kliennya. Advokat dibutuhkan pada saat seseorang menghadapi masalah

atau problem di bidang hukum.

Peran membela kepentingan klien dalam menangani kasus gugat

cerai dalam hal ini mengandung arti bahwa pembelaan bersifat absolute.

Artinya pengacara hanya memiliki pembelaan bersifat absolute. Artinya

Page 71: makalah advokat

71

pengacara hanya memiliki kewenangan tertentu dalam melakukan

pembelaan, hanya sebatas permasalahan yang diajukan kepadanya.

Kemudian kompetensi pembelaan yang dilakukan oleh pihak-pihak

terkait tergantung dari keinginan klien, meskipun dalam realitasnya

terkadang isi surat kuasa dibuat sendiri oleh pengacara tanpa adanya

konsultasi dengan klien yang dibelanya. Namun hal ini dapat dibenarkan

mengingat bahwa secara prinsip dalam menjalankan tugasnya, pengacara

berhak melaksanakan tanggung jawabnya sepanjang tidak bertentangan

dengan keinginan klien dan Undang-undang yang berlaku.

4. Mewakili Klien di Muka Persidangan

Memang tidak semua orang yang mengajukan perkara di muka

pengadilan dapat menghadiri setiap sesion persidangan. Adakalanya

sebagian sesion diikuti oleh para pihak yang berperkara. Hal ini

dimungkinkan, mengingat para pihak tidak berdomisili di wilayah hukum

Pengadilan Agama Ponorogo. Banyak sekali orang yang tersangkut

masalah keberadaannya di luar negeri, sebagaimana terlihat dalam data-

data yang dikemukakan dalam pembahasan terdahulu.

Di sinilah tentunya peranan pengacara memiliki nilai arti penting.

Sebagai pembawa surat kuasa dari kliennya, tentu ia memiliki andil yang

besar dalam setiap prosesi persidangan. Ia bertindak sebagai wakil di

dalam persidangan. Secara formil ia bersikap untuk membela kepentingan

dan memperjuangkan hak-hak kliennya.

Page 72: makalah advokat

72

Banyak sekali aturan-aturan yang menjadi pembenaran dari

tindakan pengacara sebagai wakil di dalam persidangan sebagaimana

halnya dalam pasal 215, Undang-undang No. 31 Tahun 199788 ayat 1

dinyatakan bahwa: untuk kepentingan pembelaan perkaranya, tersangka

atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum di semua tingkat

pemeriksaan.

88 Undang-undang No. 31. tahun 1997, Tentang Pengadilan Militer.

Page 73: makalah advokat

73

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tersebut di atas, dapatlah ditarik sebuah

kesimpulan:

1. Hampir dari seluruh pengacara praktek di Pengadilan Agama Ponorogo

memiliki latar belakang pendidikan hukum umum. Ini menunjukkan

bahwa secara normatif belum ada yang memiliki kualifikasi praktek di

lingkungan Pengadilan Agama. Namun berdasar peraturan dari Mahkamah

Agung Republik Indonesia (hukum positif), pengacara telah dibenarkan

melakukan praktek hukum di wilayah Pengadilan Agama Ponorogo.

Persyaratan tersebut diantaranya; memiliki kualifikasi pendidikan hukum,

memiliki surat kuasa, dan punya izin praktek dari instansi yang

berwenang.

2. Tata cara pengajuan gugat cerai pada dasarnya memiliki prosedur yang

sama antara pengajuan langsung oleh pihak yang berperkara dengan

malalui jasa pengacara. Dalam hukum positif pun dibenarkan, pengajuan

gugatan cerai melalui perantaraan pengacara, baik pengajuan awal perkara

sampai pendampingan perkara bisa diputuskan. Hanya saja, pengacara

yang mengajukan perkara yang dibelanya harus mengantongi surat kuasa

dari klien yang dibelanya. Prosedur tersebut diantaranya mengajukan

73

Page 74: makalah advokat

74

gugatan secara tertulis kepada ketua pengadilan, pemanggilan para pihak,

pemeriksaan sengketa, dan pemutusan sidang.

3. Pengacara dalam praktek mendampingi kliennya di wilayah hukum

Pengadilan Agama Ponorogo, dalam kasus gugatan cerai memiliki nilai

yang sangat positif, khususnya bagi klien yang menjadi tanggungannya.

Adapun peranan pengacara dapat disimpulkan, membela kepentingan

klien. Dan mewakili klien di muka persidangan.

B. Saran-Saran

Sebagai tindak lanjut kajian ini, penulis merekomendasikan:

1. Hendaknya bagi pengacara yang berpraktek di lingkungan Pengadilan

Agama menambah dan meningkatkan pengetahuan hukumnya lebih-lebih

dalam bidang perdata Islam.

2. Hendaknya bagi setiap keluarga, atau calon pasangan keluarga membekali

diri dengan pengetahuan berkeluarga, dan senantiasa mendekatkan diri

kepada Allah SWT dalam menaungi bahtera hidup berumah tangga.

Tentunya dengan ketaqwaan, usaha dan do’a, setiap permasalahan yang

dihadapi akan diberikan kemudahan jalan penyelesaiannya.

Page 75: makalah advokat

75

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama, Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2001.

Ahmad Sunarta, Terj. Sahih Bukhari III, Semarang: Asy-Syifa, 1992

Ahrum Haerudin, Pengadilan Agama: Bahasan Pengertian, Pengajuan Perkara dan Kewenangan Pengadilan Agama Setelah Berlakunya Undang-

undang No.7 tahun 1989, Tentang Pengadilan Agama, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

Amir Muslim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, Yogyakarta: UUI Pres, 1999.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga Universiti Press, 2001.

Binziad Kadafi, dkk, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Studi Tentang Tanggung jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002.

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Frans Harapan Winata, Advokat Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Hamzah Syahlani, Penemuan dan Masalah Hukum dalam Peradilan Agama, MARI, 1994.

Hartono Mandjono, Menegakkan Syariat Islam Dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1997.

Komplikasi Hukum Islam

Lasdin Wlas, Cakrawala Advokat Indonesia, Yogyakarta: Liberti, 1989.

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Lingkungan Pengadilan Aga Semarang: Pustaka Pelajar, 1992.

Rahmad Rosyadi, dkk, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Rapoum Rambe, Tehnik Praktek Advokat, Jakarta: PT. Grasindo, 2003.

Page 76: makalah advokat

76

Roihan A. Rosyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

R. Soeroso, Tata Cara Dalam Proses Persidangan, Jakarta: Sinar Grafika, 1996.

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz VIV, Bandung: PT. Al-Ma’arif Bandung 1996.

Soerjdono Soekanto, Sri Mamuudi. Penelitian Hukum Normatif , Jakarta Raja Grafindo Persada. 2001.

Sudikno Martokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberti, 1988.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alpa Beta, 2006.

UUD 1945

Undang-undang RI No. 18 tahun 2003, Tentang Advokat.

Undang-undang No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Undang-undang No. 1 tahun 1974, Tentang Perkawinan

Undang-undang No. 3 tahun 2006, Tentang Amandemen Undang-undang Peradilan Agama.

W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Yudha Pandu, Klien dan Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini, Jakarta: PT. Abadi, 2001.