Makalah
description
Transcript of Makalah
Sistem Reproduksi dan Pubertas pada Pria
Ignasia Raisha Rizky Oktaviomelinda
102013361
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat
Alamat Korespondensi : [email protected]
Pendahuluan
Pubertas adalah pergantian masa dari anak- anak menjadi dewasa dan persiapan
reproduksi. Pubertas adalah pematangan, hormonal dan kataristik sel sekunder muncul.
Proses ini dibagi menjadi tiga, prepubertas, pubertas dan post pubertas. Dalam hal ini ada
beberapa perkembangan yang terjadi dari gonad hingga pembentukan testis. Selain itu ada
pengaruh mekanisme secara fisiologi maupun biologi mempengaruhi perkembangan
pertumbuhan pada masa pubertas pada pria. Pembentukan dan perubahan pada masa pubertas
tidaklah selalu dapat berjalan secara normal. Dalam makah ini akan dibahas bagaimana faktor
yang mempengaruhi pubertas secara normal maupun abnormal.
Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang mengalami pubertas dini.
Pembahasan
1. Genitalia Maskulina
Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada manusia. Testis berjumlah sepasang. Testis
dibungkus oleh skrotum, kantong kulit dibawah perut. Pada manusia, testis terletak diluar
tubuh, diihubungkan dengan funiculus spermatikus dan terletak didalam skrotum. Ini sesuai
1
dengan fakta bahwa proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu
lebih rendah dari tubuh (<37’C). 1
Pada tubulus spermatikus terdapat otot kremaster yang bila berkontraksi akan
mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot kremaster akan
berelaksasidan testis akan menjauhi tubuh. Hal ini dikenal sebagai refleks kremaster.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukurana
testis bergantung pada produksi sperma, cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel
sertoli.1
Testis berperan pada sistem reproduksi, yaitu:
- Memproduksi sperma (spermatozoa)
- Memproduksi hormone seks pria seperti testorteron
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albugenia. Di dalam testis
terdapat banyak saluran yang disebut tubulus seminiferous. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan
sel sperma yang sudah atau tengah berkembang. Spermatozoa akan bergerak dari tubulus
menuju rete testis, duktus efferent, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan seksual,
spermatozoa dan cairannya akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferens dan akhirnya
penis. Di antara tubulus seminiferous terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial leydig.
Sel leydig memproduksi hormone testosteron.1
Epididimis (Tempat Pematangan Sperma)
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari
testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara sel sperma sampai sel tersebut menjadi matang dan bergerak
menuju vas deferens.
2
Vas Deferens ( Saluran Sperma dari Testis ke Kantong Sperma)
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang
mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada
testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai
saluran tempat jalannya sel sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis.1
Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra
berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantong semen san saluran untuk
membuang urin dari kantong kemih.1
Penis
Penis merupakan organ eksternal, karena berada diluar tubuh. Pada manusia, penis
terdiri atas 3 bangunan yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas
berupa jaringan korpus cavernosa. Satu rongga berada di bagian bawah yaitu jaringan korpus
spongiosum yang membungkus uretra. Ujung dari penis disebut glands penis. Uretra pada
penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongganya banyak mengandung pembuluh darah
dan saraf. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga
penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi). Fungsi dari penis adalah sebagai alat
pembuangan sisa metabolisme/ urinasi dan sebagai alat bantu reproduksi.1
Skrotum
Skrotum adalah kantong (kulit dan otot) yang membungkus testis. Skrotum terletak di
antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia
mayora. Di antara skrotum kiri dan kanan dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan
otot dartos (otot polos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakkan skrotum sehingga dapat
mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga terdapat serat otot yang berasal dari
lanjutan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. 1
3
Fungsi utama skrotum untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang
memiliki suhu 1-8’C lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat
terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis
mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding
tubuh agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34’C. pengaturan suhu dilakukan
dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat
atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhu dingin dan menjauhi
tubuh pada suhu panas.
Proses Pembentukan dan Pengeluaran Sperma
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferous. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
di simpan pada epididimis. Dinding tubulus seminiferous tersusun dari jaringan ikat dan
jaringan epitelium germinal yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan tubulus
seminiferous terdapat di ruang lobules testis. Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis.2
Pada tubulus seminiferous terdapat sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
sertoli, dan sel leydig. Sel sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel
leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:2
- LH (Luteinizing Hormone)
Berfungsi untuk merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormone testosterone.
Pada masa pubertas, androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
4
- FSH (Folicle Stimulating Hormone)
Berfungsi untuk merangsang sel sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis.
Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididymis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
2. Masa Pubertas
Perubahan fisik selama pubertas terjadi akibat perubahan hormonal selama pubertas.
Pubertas merupakan proses biologis kompleks yang terjadi pada masa peralihan masa anak
dan dewasa yang berlangsung dalam beberapa tahap dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti genetik, nutrisi, lingkungan, penyakit kronis, paparan cahaya, psikologi, tren sekuler
dan sosial ekonomi. Perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih maju dan sehat dalam
gaya hidup serta pola makan berdampak pada kesehatan dan gizi kelompok tertentu.
Perubahan fisik pada lelaki dimulai dengan volume testis bertambah dan pacu tumbuh, lalu
diikuti penis yang bertambah panjang dan rambut pubis, rambut ketiak, kumis, janggut, dan
perubahan suara. Selama masa pubertas tinggi badan anak lelaki akan bertambah rata-rata
sekitar 28 cm. Namun pacu tumbuh pada anak lelaki kira-kira dua tahun lebih lambat
dibanding anak perempuan.3
Fungsi-fungsi Organ Seks
Jenis kelamin ditentukan secara genetis oleh dua kromosom, yakni kromosom seks untuk
membedakannya dari kromosom somatik (autosom). Pada manusia, kromosom seks disebut
sebagai kromosom X dan kromosom Y. pada pria, yang terpenting selain kromosom X adalah
kromosom Y tersebut. Kromosom Y lah yang berperan dalam pembentukan testis dan produk
gen penentu testis disebut SRY (sex determining region of the Y chromosome). SRY
merupakan suatu protein yang memicu serangkaian gen yang penting untuk diferensiasi
testis. Oleh sebab itu, jika ovum normal yang mengandung kromosom X bertemu dengan
sperma normal yang mengandung kromosom Y, maka zigot yang berkembang adalah pria
genetik.3
Setelah ditentukan secara genetis, maka akan berkembanglah gonad yang akan
menghasilkan sel kelamin selama proses perkembangan janin. Pada setiap sisi embrio muncul
suatu gonad primitif dari genital ridge, suatu pemadatan jaringan dekat kelenjar adrenal.
5
Gonad membentuk suatu korteks dan medula. Sampai minggu keenam perkembangan,
struktur ini identik pada kedua jenis kelamin. Pada pria genetik, medula berkembang selama
minggu ke tujuh dan kedelapan menjadi testis dan korteks mengalami regresi. Pada janin pria
normal, sistem duktus wolfian di kedua sisi berkembang menjadi kedua jenis kelamin sampai
minggu ke delapan. Setelah itu, celah urogenital menghilang dan terbentuk genitalian pria.5,6
Bila terdapat testis fungsional pada embrio, terbentuk genitalia interna dan eksterna pria.
Sel-sel leydig pada testis janin mensekresikan Mullerian Inhibiting Substance (MIS) yang
menyebabkan regresi duktus mulleri. Selain MIS sel leydig juga menghasilkan testosteron.
Testosteron mendorong perkembangan vas deferens dan struktur-struktur terkait dari duktus
wolfian. Metabolit testosteron, dihidrotestosteron menginduksi pembentukan genitalia
eksterna pria dan ciri seks sekunder pria.MIS terus diproduksi oleh sel sertoli dan kadarnya
memuncak pada anak laki-laki berusia 1 sampai 2 tahun sebelum akhirnya menurun sampai
akil balik, dan kadarnya tetap rendah namun terdeteksi selama hidup.4
Akan tetapi, tidak selamanya setiap fertilisasi menghasilkan zigot dengan jenis kelamin
yang jelas. Dapat terjadi sejumlah penyimpangan. Apabila seseorang tumbuh dari hasil
fetrilisasi sel gamet abnormal sehingga pola kromosomnya menjadi XO, gonad bersifat
rudimenter dan biasanya disebut sindrom Turner. Jika yang terbentuk adalah pola kromosom
XXY, maka genitalia pria normal, sekresi testosteron besar, namun tubulus seminiferusnya
abnormal dan biasanya mengalami retardasi mental. Kelainan tersebut dinamakan sindrom
Klinefelter. Apabila pola kromosom seseorang adalah XXX (superfemale) , maka tidak akan
dijumpai kelainan fisik apapun. Sedangkan jika pola yang terbentuk adalah YO, maka janin
tidak akan berkembang.
Selain kelainan secara genetik, bisa terjadi penyimpangan dalam proses pembentukan
genitalianya karena penyimpangan hormonal. Penyimpangan tersebut dinamakan
pseudohemafroditisme, dimana konstitusi genetik dan gonad sama, tetapi memiliki genitalia
berbeda. Ada pseudohemafroditisme wanita dimana genitalia pria berkembang pada genetik
wanita ataupun pseudohemafrodit pria dimana genetik pria namun memiliki genitalia wanita.4
Selama perkembangan janin pria, terjadi beberapa kali letupan-letupan sekresi testosteron
sebelum lahir. Setelah lahir, gonad menjadi inaktif sampai diaktifkan kembali oleh
gonadotropin dari hipofisis untuk menyelesaikan pematangan sistim reproduksi. Periode ini
dikenal sebagai akil balik. Periode ini juga dikenal sebagai pubertas, walau pubertas dalam
definisi yang diperketat adalah periode ketika fungsi endokrin dan dan gametogenik gonad
6
pertama kali berkembang mencapai titik yang dapat terjadi reproduksi. Pada pria, ciri utama
dari pubertas adalah peningkatan sekresi androgen adrenal yang disebut adrenarke.
Peningkatan ini disebabkan dari rangsangan hormon hipofisis.
Gonad pada anak-anak dapat dirangsang gonadotropin; hipofisis mereka mengandung
gonadotropin dan hipotalamus mereka mengandung GnRH. Oleh sebab itu, pada pubertas,
diduga GnRH disekresikan secara pulsatif untuk merangsang perkembangan gonad manusia.
Pubertas sendiri memiliki penyimpangan yang mungkin terjadi pada manusia.
Penyimpangan tersebut berupa pubertas yang datang terlalu cepat ataupun datang terlalu
lambat atau tidak sama sekali. Pubertas yang datang terlalu cepat disebut pubertas prekoksia.
Ada yang sejati, ada pula yang tidak sejati. Prekoksia sejati berarti terjadi perkembangan seks
sekunder akibat hormon gonadal diikuti dengan pelepasan sel reproduksi. Akan tetapi
pseudopubertas prekoksia atau sama dengan prekoksia tidak sejati, perubahan seks sekunder
akibat hormon tidak diikuti dengan pematangan dan pelepasan sel gamet.
Pembentukan sperma sendiri disebut spermatogenesis. Spermatogonia, sel-sel
germinativum primitif yang terletak di samping lamina basalis tubulus seminiferus
berkembang menjadi spermatosit primer. Proses ini dimulai pada masa akil balik.
Spermatosit primer mengalami pembelajan meiotik, sehingga jumlah kromosomnya
berkurang. Dalam proses dua tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit
sekunder lalu menjadi spermatid, yang mengandung sejumlah kromosom haploid. Spermatid
berkembang menjadi spermatozoa. Sewaktu spermatogonium membelah dan menjadi
matang, turunan-turunannya tetap terikat oleh jembatan sitoplasma sampai tahap spermatid
lanjut. Hal ini tampaknya memastikan sinkronisitas diferensiasi setiap klon sel germinativum.
Perkiraan jumlah spermatid yang terbentuk dari sebuah spermatogonium adalah 512. Pada
manusia, butuh waktu kira-kira 74 hari untuk membentuk sebuah sperma matang dari sel
germinativum.4
Spermatid matang menjadi spermatozoa di lipatan-lipatan sitoplasma yang dalam pada sel
sertoli. Spermatozoa matang dilepaskan dari sel sertoli dan menjadi bebas dalam lumen
tubulus. Sel-sel sertoli menghasilkan protein pengikat androgen (ABP), inhibin, dan MIS.
Sel-sel ini dapat menghasilkan estrogen. ABP berfungsi mempertahankan pasokan androgen
yang tinggi dan stabil dalam cairan tubulus. Inhibin menghambat sekresi FSH, dan MIS
menyebabkan regresi duktus Mullerian pada pria selama masa janin. Kegunaan dari estrogen
dalam spermatogenesis ini adalah memekatkan cairan spermatozoa dan mencegah
7
kemandulan.Spermatogenesis membutuhkan suhu yang yang lebih rendah dari suhu bagian
dalam tubuh. Oleh sebab itu, jika testis pada janin tidak turun ke skrotum, dapat terjadi
kemandulan.
Pada pria, cairan yang dikeluarkan saat orgasme adalah semen. Semen mengandung
sperma, sekresi vesikula seminalis, prostat, kelenjar cowper, dan mungkin kelenjar uretra.
Semen normal mengandung 100 juta sperma dalam setiap mililiternya.
Salah satu fungsi organ penis adalah untuk menyalurkan cairan semen dari sistim
reproduksinya. Mekanisme yang berperan adalah ereksi dan ejakulasi. Ereksi dimulai dengan
dilatasi arteriol-arteriol penis. Sewaktu jaringan erektil penis terisi darah, vena mengalami
tekanan dan aliran keluar terhambat sehingga turgor organ bertambah. Pusat-pusat integrasi
di segmen lumbal medula spinalis diaktofkan oleh impuls dalam aferen dari genitalia dan
traktus desendens yang memperantarai ereksi sebagai respon terhadap rangsang psikis erotik.
Pada keadaan normal, ereksi diakhiri oleh impuls vasokonstriktor simpatis pada arteriol.
Mekanisme yang kedua adalah ejakulasi. Ejakulasi adalah duatu reflek spinal dua tahap yang
melibatkan emisi, pergerakan semen ke dalam uretra, dan ejakulasi sebenarnya, terdorongnya
semen keluar uretra saat orgasme.
- Hormon Yang Berpengaruh Dalam Pubertas
Pada pria, hormon utama yang berperan dalam perkembangan sifat seks sekunder adalah
testosteron. Testosteron merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel leydig yang dirangsang
oleh LH. Pengeluaran LH sendiri berikatan erat dengan rangsangan dari GnRH hipotalamus
kepada hipofisis anterior untuk menghasilkan gonadotropin.5
Kecepatan sekresi testosteron adalah 4-9 mg/hari pada pria dewasa normal. Sembilan
puluh delapan persen testosteron dalam plasma terikat ke protein : 65% terikat ke beta
globulin yang disebut gonadal steroid binding globulin (GBG) atau sex steroid-binding
globulin, dan 33%nya berikatan dengan albumin. Sejumlah kecil testosteron dalam darah
diubah menjadi estradiol, tetapi sebagian besar testosteron diubah menjadi 17 ketosteroid,
terutama andosteron dan isomernya etiokolanolon, dan dieksresikan di kemih. Dua pertiga 17
ketosteroid dieksresikan dari kelenjar andrenal sedangkan sisanya dari testis.
8
Efek dari testosteron adalah perkembangan genitalia pria, membentuki dan
mempertahankan sifat kelamin sekunder, penting dalam anabolik protein, pendorong
pertumbuhan, dan bersama FSH mempertahankan spermatogenesis.
Sifat kelamin sekunder yang dirangsang oleh testosteron adalah perubahan luas dalam
distribusi rambut, konfigurasi tubuh, dan ukuran genitalia yang terjadi pada pemuda pada
masa pubertas. Prostat dan vesikula seminalis membesar, dan vesikula seminalis mulai
menyekresika fruktosa. Gula ini tampaknya berfungsi sebagai pasokan nutrisi utama bagi
spermatozoa.
Efek anabolik testosteron sendiri adalah meningkatkan sintesis dan menurunkan
pemecahan protein, menyebabkan peningkatan kecepatan pertumbuhan. Akibat efek anabolik
tersebut, androgen menyebabkan retensi sedang natrium, kalium, kalsium, air, sulfat dan
fosfat. Testosteron juga menyebabkan efek anabolik untuk menimbulkan maskulinisasi dan
meningkatkan libido.5
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pubertas dini
Pubertas dini adalah suatu keadaan dimana pubertas anak terjadi lebih awal pada
umumnya, dimulai sekitar 8 tahun. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara sepontan atau
dikarnakan pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai di akhir-
akhir masa kanak- kanak dengan ditandai muculnya tanda- tanda kematangan alat reproduksi
lebih awal.6
Penyebab dari pubertas dini dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
- Adanya tumor atau kelainan seperti pada otak dan organ seks
- Paparan hormon estrogen, obat- obatan, atau factor genetic keturunan
- Kelahiran premature dan berat badan lahir rendah
- Tekanan psikososial terutama dari keluarga
- Kekurangan aktifitas fisik
- Paparan media, peningkatan waktu didepan televisi dan media social
- Sosial, ekonomi dan lingkungan.
9
Kesimpulan
Suatu situasi dimana gonad manusia secara aktif menghasilkan sel reproduksi untuk
pertama kalinya oleh sebab rangsangan hormon gonadotropin disebut dengan pubertas.
Pubertas menandakan mulainya perkembangan sifat seks sekunder yang terutama pada pria
dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dihasilkan sel Leydig dari testis.
Daftar Pustaka
1. Heffner, L Schust, D.J. At a glance: sistem reproduksi. Edisi: 2. Jakarta: EGC. 2006.
2. Sloane E. anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC. 2008. P.154-73.
3. Gartner, LP, Hiatt, JL. Color textbook of histology. Edisi: 3. Philaderlhia: Elsevier
Saunders. 2007.
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi: 20. Jakarta: EGC. 2004. P.513-23
5. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi: 11. Jakarta:EGC. 2008. P.495-549.
6. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Edisi: 6. Jakarta: EGC.
2009.
10