makalah

38
 Kehisupan Pengemis di Singaraja  1 KEHIDUPAN PENGEMIS DI KOTA SINGARAJA Oleh : I KADEK AGUS PUTRA WIJAYA (0813021054)  UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA 2011

Transcript of makalah

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 1/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  1

KEHIDUPAN PENGEMISDI KOTA SINGARAJA

Oleh :

I KADEK AGUS PUTRA WIJAYA (0813021054)

 

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

2011

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 2/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengemis-pengemis dewasa ini kian banyak menghiasasi kota singaraja,

mulai dari anak-anak sampai nenek-nenekpun ada yang menjdi pengemis. Sering

kita lihat para pengemis membawa anak kecil untuk menarik belas kasihan orang

yang ditemuinya. Demi menarik belas kasihan orang, anak tersebut dibawa

keliling kota tanpa memperhitungkan kesehatan dari anak itu. Padahal sebagian

besar pengemis-pengemis yang membawa anak tersebut masih produktif untuk bekerja setidaknya mereka mampu untuk bekerja selain mengemis.

Pengemis yang masih anak-anak juga banyak kita temui dikota Singaraja.

Betapa tragisnya nasib pengemis anak-anak tersebut yang seharusnya waktu yang

mereka miliki digunakan untuk bersekolah maupun bermain, namun kini waktu

belajar tersebut dirampas karena digunakan untuk mengemis. Pengemis-

pengemis tersebut biasanya sering kita temui di pelabuahan, di Pasar Senggol,

Pasar Anyar, kawasan pedangang kaki lima di sekitar kampus bawah.

Pada umunnya orang berpendapat bahwa anak-anak itu adalah anak orang

miskin, yang sesungguhnya masih memerlukan pendidikan. Van Duirkenken

(dalam Daldjoeni, 1984: 37) menyatakan “anak -anak dilahirkan untuk dididik,

karena makhluk-makhluk kecil itu perlu disiapkan menjadi manusia untuk masa

depan”. Memang kuatlah pendapat bahwa anak -anak itu belum „manusia‟ karena

mereka perlu akan perhatian, didikan, bimbingan dari orang tua untuk menjadi

manusia yang utuh nantinya. Dan hal ini tentu berlaku juga bagi anak-anak yang

hampir setiap malam dengan keberaniannya meminta uang kepada orang-orang

yang berada disekitarnya. Namun, jika kita lihat dari aktivitas yang mereka

lakukan dapatlah kita asumsikan bahwa mereka belum mendapatkan kehidupan

yang layak. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah yang mereka

lakukan dengan mengemis itu disebabkan hanya semata-mata karena kemiskinan?

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 3/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  3

Menurut pasal 27 ayat 2 UUD 1945 dinyatakan “Tiap-tiap warga Negara

 berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan pada

pasal 31 ayat satu UUD 1945 (hasil amandemen keempat) menyatakan “Fakir 

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Hal tersebut merupakan

bukti bahwa sesungguhnya pemerintah turut memperhatikan nasib rakyatnya,

tidak terkecuali anak-anak yang perlu dipersiapkan menjadi manusia untuk masa

depan. Tetapi kalau kita melihat realita kehidupan anak-anak yang menjadi

pengemis, tentu kita patut prihatin dan mestinya tidak hanya bertanya bagaimana

nasib anak-anak itu kelak, yang idealnya adalah sebagai bunyi pasal-pasal seperti

tersebut diatas. Sedangkan pengemis yang masih produktif untuk bekerja

harusnya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kamampuan yang mereka miliki,namun yang menjadi pertanyaan, apakah pengemis tersebut memang tidak 

mampu untuk bekerja ataukah malas untuk bekerja?

Didirikannya panti asuhan oleh pemerintah, dicanangkan gerakan nasional

orang tua asuh, juga merupakan wujud dari perhatian pemerintah terhadap

rakyatnya yang miskin. Tidak sedikit juga masyarakat yang mendirikan yayasan

yang bertujuan membantu nasib anak-anak terlantar agar mendapatkan kehidupan

yang lebih wajar. Namun demikian kita tidak bisa menutup mata bahwa masih

ada anak-anak lainnya butuh perhatian dari para dermawan, termasuk pengemis

anak-anak tersebut. Dan ironisnya pengemis anak-anak itu tidak saja ada dikota

Singaraja, tetapi ada juga ditempat lain yang dijadikan tempat mangkal untuk 

menjalankan aktivitasnya sebagai pengemis. Dengan demikian sangatlah menarik 

 jika fenomena ini untuk dikaji.

Good (1983) menyatakan, proses sosialisasi berlangsung sejak anak-anak,

yaitu suatu proses dimana ia belajar mengetahui apa yang dikehendaki oleh

anggota keluarga lain daripadanya, yang akhirnya menimbulkan kesadaran

tentang kebenaran yang dikehendaki. Sosialisasi masa anak-anak dalam hal ini

adalah dalam lingkungan keluarga. Fungsi lain dari keluarga diantaranya tempat

pemeliharaan fisik anggota keluarga, penempatan anak dalam masyarakat dan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 4/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  4

kontrol sosial. Idealnya juga sang anak memulai hidupnya dengan lindungan

keluarga penuh dari keluarganya.

Bertolak apa yang dikemukakan oleh Good diatas, maka menarik untuk 

dipertanyakan mengapa anak-anak yang mestinya berada didekat lingkungan

keluarganya untuk dapat mendapatkan kasih sayang, perhatian dan perlindungan

dibiarkan berkeliaran untuk menjadi seorang pengemis. Hal lain yang juga

menarik untuk dicari jawabannya adalah persoalan bahwa wajar seorang yang

meminta uang kepada orang tua jika orang tua tersebut adalah keluarganya

sendiri. Jika orang yang dimintai uang tidak memiliki hubungan kekerabatan

dengan si anak, maka belum bisa dikatakan merupakan hal yang wajar. Oleh

karena itu adanya fenomena munculnya anak-anak yang menjadi pengemismerupakan salah satu indikator masalah kehidupan sosial ekonomi yang menarik 

untuk ditelaah.

Bali sebagai daerah pariwisata tentu juga tidak mengharapkan munculnya

anak-anak pengemis yang menurut pengamatan penulis aksi dari anak-anak 

tersebut bisa dikatakan cukup agresif. Hal yang menarik juga untuk ditelaah

adalah bagaimana pola hubungan mereka didalam sesama pengemis. Apakah

diantara anak-anak pengemis itu juga mengenal persaingan. Dan mengingat

keberadaan anak tersebut juga berasal dari satu keluarga, sedangkan idealnya

suatu keluarga adalah memberi perlindungan terhadap anak-anaknya walaupun

anak-anak tersebut jauh dari keluarganya. Yang perlu dipertanyakan juga disini

bagaimana hubungan anak-anak yang mengemis dengan keluarganya?

Oleh karena menariknya masalah ini untuk dikaji, penulis merasa tertarik 

untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kehidupan sosial ekonomi anak-anak 

pengemis di kota Singaraja dalam suatu tugas akhir praktik belajar Ilmu Sosial

Dasar.

1.2 Perumusan Masalah 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 5/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  5

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat

dikemukakan beberapa masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini, yaitu.

1.  Mengapa mereka mau menjadi pengemis?

2.  Bagaimana hubungan pengemis tersebut dengan keluarganya?

3.  Bagaimana pola interaksi atau pola kerja sesama pengemis?

4.  Bagaimana peran mahasiswa, khusunya mahasiswa Undiksha dalam

menangani masalah pengemis ini?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tulisan ini adalah

sebagai berikut.1.  Untuk mengetahui latar belakang menjadi pengemis.

2.  Untuk mengetahui hubungan pengemis dengan keluarganya dilihat dari

sudut pandang anak.

3.  Untuk mengetahui hubungan antara pengemis dengan pengemis lainnya

dan pola kerja mereka.

4.  Untuk mengetahui peran pemerintah, khusunya pemerintah Kabupaten

Buleleng dalam menangani masalah pengemis.

1.4  Manfaat Hasil Observasi

Dari pengamatan ini, maka kita dihadapkan langsung dengan berbagai

macam masalah yang ada didalam masyarakat. Dimana secara praktek masalah

ini tidak bisa kita peroleh di bangku kuliah, Karena pada dasarnya antara praktek 

dan teori mempunyai hubungan timbal balik, keduanya bertalian erat dan

terintegrasi. Inilah pentingnya kita harus dapat mengikuti praktik mata kuliah ISD

dengan baik. Adapun manfaat yang bisa kita petik dari tulisan ini adalah sebagai

berikut.

1.  Untuk melatih daya nalar mahasiswa dalam memahami masalah-masalah

sosial yang ada dalam kehidupannya serta dapat memecahkannya secara

logis, praktis dan sistematis.

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 6/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  6

2.  Bagi perguruan tinggi diharapkan memperoleh umpan balik sebagai hasil

integrasi mahasiswa dengan masyarakat, sehingga materi perkuliahan

dapat disesuaikan dengan tuntutan masyarakat.

3.  Bagi pemerintah, untuk dijadikan referensi sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam menangani masalah-masalah sosial.

BAB II

METODE PENULISAN

Metode Penulisan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 7/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  7

Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini meliputi metode penentuan

subyek, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.

2.1  Metode Penentuan Subyek 

Dalam penulisan ini, yang digunakan sebagai populasi adalah

gelandangan (pengemis) yang ada di kota Singaraja. Penentuan sampel

dalam penulisan ini menggunakan cara mencari informan, yakni pengemis-

pengemis yang ada di kota Singaraja.

2.2  Metode Pengumpulan Data

Teknik observasi atau pengamatan dalam penulisan ini, penulislangsung ke lokasi untuk mengamati dan berusaha melibatkan diri

didalamnya. Yang dijadikan perhatian dalam pengamatan diantaranya adalah

pengemis-pengemis, juga orang yang dimintai uang, tidak menutup

kemungkinan jika bertemu dengan keluarga dari pengemis-pengemis

tersebut. Selain itu, penulis juga mencari informasi ke Dinas Sosial

Kabupaten Buleleng serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten

Buleleng.

Teknik wawancara yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan

bentuk pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka terhadap para pengemis-

pengemis kecil. sedangkan untuk informan dari Dinas Sosial Kab. Buleleng

dan Satpol PP, penulis menggunkan bentuk pertanyaan terbuka saja

Selain menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, dalam

pengumpulan data, penulis juga menggunakan teknik kepustakaan, yaitu

dengan menggunakan sumber-sumber bacaan yang relevan dengan masalah

yang dikaji. Disamping itu dipergunakan juga sebagai landasan atau pijakan

teori yang mendukung. Selain mencari sumber bacaan melalui buku-buku,

penulis juga mencari bahan bacaan melalui sumber internet untuk 

memperkaya tulisan ini.

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 8/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  8

Metode pengolahan data dengan cara menyusun data secara sistematis.

Data-data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif,

sehingga melahirkan hasil yang bersifat deskriptif.

2.3  Waktu dan tempat wawancara.

Wawancara kepada Dinas Sosial Kabupaten Buleleng serta Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Buleleng penulis lakukan pada

hari Kamis, 6 Januari 2011 pukul 10.00 Wita – 12.30 Wita yang bertempat di

Satpol PP Kab. Buleleng (Sebelah Timur kantor Bupati Kabupaten Buleleng)

dan di Dinas Sosial yang beralamat di jalan Veteran Nomor 7 Singaraja. 

Sedangakan untuk mencari data ke pengemis-pengemis, penulis mencarinyadi jalan (sebelah selatan dan timur kampus bawah), serta di sekitar jalan

Werkudara (sebelah selatan Taman Kota Singaraja), Pelabuhan, penarukan

serta disekitaran jalan A. Yani.

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Tinjauan Tentang Keluarga

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 9/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  9

3.1.1 Pengertian keluarga

Keluarga ( family) sebagaimana yang telah dikonsepkan oleh Nyoman Dhana

(dalam Suyono, 1985: 191) adalah hubungan darah dan perkawinan yang disebut

dengan istilah lain yaitu kelompok kekerabatan. Sejalan dengan hal tersebut Peck 

menganggap keluarga sebagai komunitas pertama yang merupakan wahana untuk 

mengembangkan dan memelihara sosialitas manusia atau keluarga merupakan kontek 

sosial tempat seseorang individu dibentuk menjadi makhluk sosial (1993: 35 – 36).

Istilah keluarga biasanya digunakan untuk menentukan unit sosial terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah

(nuclear family). Namun kadang-kadang istilah keluarga juga menunjukkan unit

sosial yang luas tidak terbatas pada ayah, ibu, dan anak-anaknya saja, tetapi jugamencakup kakek, nenek, paman, bibi, keponakan, dan sanak keluarga yang lainnya

(extended family).

Dari berbagai definisi tentang keluarga tersebut diatas dapat dikatakan, bahwa

keluarga adalah suatu bentuk pertalian yang sah antara suami istri melalui perkawinan

dimana mereka hidup secara rukun dalam mengembangkan kepribadian masing-

masing. Dari pertalian tersebut lahirnya keturunan yang secara hukum menjadi

tanggung jawab dari kedua pihak untuk pembinaan pengembangan mereka.

3.1.2 Kedudukan dan Tanggung Jawab Keluarga

Anak, keluarga, dan masa depan bangsa merupakan tiga hal yang saling

berkaitan. Di antara ketiga bagian tersebut, keluarga mempunyai kedudukan kunci

dan sentral dalam pembinaan pribadi anak. Dalam pembentukan watak si anak ada

kemungkinan, bahwa pengaruh yang kuat dapat berpindah-pindah dari satu pihak ke

pihak lain. Namun di dalam hal ini sudah jelas, bahwa keluarga sebagai sumber

pengaruh tidak dapat dihindari oleh si anak kecuali kalau pada suatu waktu si anak 

dengan sengaja memisahkan diri dari keluarganya sebelum selesai pembentukan

wataknya (Soemardjan, 1993: 202). Seperti apa yang dinyatakan oleh Charles Cooley

dalam Alisjahbana, 1986: 185 bahwa “keluarga adalah kelompok pertama menjadi

dasar pembentukan watak dan cita-cita individu”. 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 10/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  10

Adapun pembagian usia kehidupan pada manusia dari masa bayi sampai masa

remaja, sebagaimana dikemukakan Simanjuntak dari pendapat Bigot Khounstam dan

Pallaand (Andi Maappiare, 1982: 23) adalah

a.  Masa bayi dan kanak-kanak 

-  Masa bayi : 0 – 1 tahun

-  Masa kanak-kanak : 2 – 7 tahun

b.  Masa sekolah : 7 – 12 tahun

c.  Masa sosial

-  Masa kanak-kanak puerai : 13 – 14 tahun

-  Masa pra-pubertas : 14 – 15 tahun

- Masa pubertas : 15 – 18 tahun

-  Masa remaja : 18 – 21 tahun

Berkaitan dengan perbatasan tentang anak dan pembagian batas usia di atas,

maka pada hasil observasi di lokasi penelitian, anak-anak yang terlihat sebagai

pengemis itu sendiri dengan usia antara 7 – 14 tahun (masa sekolah atau masa kanak-

kanak). Masa perkembangan usia tersebut di atas adalah masa pembinaan yang sangat

penting dari keluarga. Seperti komunikasi antara orang tua dan anak maupun

pergaulan antara orang tua, anak dan tanggung jawab orang tua terhadap anak akan

membawa dampak pada anak di masa depan.

Selanjutnya Lobby Loekmono (dalam Kartini Kartono, 1985: 4) menyatakan

 bahwa “perkembangan anak dimulai dan dimungkinkan dalam keluarga oleh karena

itu pengaruh keluarga sangat besar dalam proses perkembangan pembinaan potensi,

dan pembentukan pribadi anak”. Senada dengan hal tersebut Aryatmi (dalam Kartini

Kartono, 1985: 27) menyatakan “keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan

utama bagi setiap anak. Dalam keluarga ini anak mendapat rangsangan, hambatan

atau pengaruh yang pertama-tama dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik 

perkembangan biologis maupun perkembangan jiwanya atau pribadinya”. 

Dengan melihat kedudukan keluarga tersebut di atas maka tiap keluarga

hendaknya memberi perhatian inti pokok perkembangan anak seperti kasih sayang

dan perhatian, pertumbuhan yang normal, imunisasi terhadap berbagai penyakit,

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 11/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  11

perawatan kesehatan yang didasari, dan kesempatan mengecap pendidikan. Dengan

kata lain hendaknya anak dapat bergantung pada komitmen tersebut setiap saat.

Selanjutnya dalam pasal 2 undang-undang nomor 4 tahun 1979 merumuskan hak-hak 

seorang anak sebagai berikut:

-  Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan

khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

-  Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan

kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian bangsa dan untuk menjadi

warga Negara yang baik dan berguna.

- Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalamkandungan maupun sesudah dilahirkan.

-  Anak berhak atas perlindungan dari lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang

wajar (Soemitra, 1990: 16 – 17)

Memperhatikan hak-hak anak tersebut, maka keberadaan anak-anak yang

terlibat sebagai pengemis, sebagaimana yang dialami oleh pengemis-pengemis kecil

yang ada di Kota Singaraja, sebenarnya juga memiliki hak yang sama seperti apa

yang telah dinyatakan tersebut di atas. Namun demikian kedudukan sebagai seorang

anak, terlepas juga dari kewajibannya sebagai anak yakni anak wajib menghormati

orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik (Mawardi, 1975: 56).

Kewajiban anak terhadap orang tua tersebut diatas, kadang-kadang membawa

implikasi yang salah terutama bagi anak-anak yang tergolong usia kanak-kanak. Oleh

karena itu penanaman nilai dalam keluarga sangat menentukan baik tidaknya masa

depan anak tersebut.

Sementara itu Singgih D. Gunarsa menyatakan bahwa fungsi keluarga itu meliputi:

1.  Keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.

2.  Keluarga berfungsi untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian

sehingga bayi yang kecil menjadi anak yang besar yang berkembang dan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 12/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  12

diperkembangkan seluruh kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran

kepribadian yang mantap, dewasa, dan harmonis.

3.  Keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan informal, tempat dimana anak 

memperkembangkan dan diperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar

yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi sesuai dengan kemampuan dasar

yang dimiliki dan diperlihatkan perubahan prilaku dalam berbagai aspeknya

seperti yang diharapkan atau direncanakan.

4.  Keluarga berfungsi sebagai tempat untuk menerapkan aspek sosial agar bisa

menjadi anggota masyarakat yang mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosial.

5. 

Keluarga berfungsi sebagai tempat persemaian bagi benih-benih kesadaranakan adanya suatu yang luhur, yaitu kesadaran akan memiliki agama dan

norma-norma ethis moral seperti tindakan baik, buruk, selalu dijadikan

pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

6.  Keluarga berfungsi sebagai organisasi ekonomi (Gunarsa, 1995: 230  –  231;

Ahmadi, 1988: 91 – 92; Raymon, 1995: 319).

Dengan memahami beberapa fungsi keluarga tersebut diatas, kita mudah pula

memahami betapa pentingnya peranan keluarga, sebagai unit sosial paling kecil

dalam masyarakat, keluarga telah menunjukkan dan memberikan peranan yang sangat

mahal dan penting artinya dalam pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan

lembaga pertama dalam kehidupan anak , tempat belajar dan menyatakan diri sebagai

makhluk sosial. Keluarga memberi dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral,

dan pendidikan. Namun demikian keberadaan dan keterbatasan keluarga akan

berpengaruh pula pada pembentukan diri anak.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sujanto (1986: 72) bahwa: keluargalah

yang mula-mula memberikan pendidikan, memberi pengaruh kepada perkembangan

anak-anaknya. Sekalipun hanya dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan seperti

yang diperoleh dari orang tuanya dahulu.

Dalam keluargalah anak-anak itu mendapatkan kesempatan yang banyak 

untuk memperoleh pengaruh perkembangan, yang diterimanya dengan jangan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 13/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  13

meniru, mengikuti dan mengindahkan apa yang dilakukan, dan apa yang dikatakan

oleh seluruh anggota.

Pendek kata dapat dikatakan bahwa keberadaan keluarga itu termasuk ke

dalam fasilitas (terbatas atau mencukupi) akan berpengaruh terhadap kehidupan anak.

Terutama pada keluarga yang berada di bawah garis kecukupan, mau tidak mau

semua anggota keluarga akan terlibat dalam segala upaya untuk memenuhi

kebutuhannya.

Irwanto Julianto (dalam Kartini Kartono, 1985: 4) menulis bahwa “Orang tua

berkewajiban untuk menyajikan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan anaknya hingga menjadi makhluk-makhluk dewasa”. Hal ini termuat

 juga dengan jelas dalam undang-undang nomor 1 tahun 1994 pasal 45 ayat (1) bahwa:Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak mereka sebaik-baiknya.

Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu

kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus menerus meskipun

perkawinan antara kedua orang tua putus (Soeminto, 1990: 29).

Disamping adanya kewajiban sebagaimana yang disebutkan diatas, orang tua

  juga memiliki hak untuk memberi aturan atau mengarahkan anak-anaknya sampai

mengerti apa artinya tanggung jawab penuh dan memikul sendiri akibat suatu

perbuatan atau kesalahan. Seperti yang dinyatakan oleh Utama (dalam Kartini

Kartono, 1985, 38) bahwa “salah satu kewajiban dan hak utama dari orang tua yang

tak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya.

Dengan adanya hak dan kewajiban orang tua, sebagaimana yang disebutkan

diatas, bukan berarti hak orang tua memiliki, menentukan dan bahkan memeras

mereka. Namun demikian kadang-kadang keadaan keluarga (faktor kemiskinan) itu

sering melibatkan anak-anak ikut bekerja mencari nafkah.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gilin (dalam Gunarsa, 1995: 232) bahwa

“kemiskinan dapat dianggap sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat

menyesuaikan diri dengan standar kehidupan dalam kelompoknya dan juga tidak 

mampu mencapai tingkat fisik dan mental tertentu untuk menyesuaikan.

Selanjutnya Emil Salim mengemukakan beberapa ciri-ciri kemiskinan adalah:

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 14/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  14

1.  Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang

cukup, modal dan keterampilan, sehingga untuk memperoleh pendapatan

terbatas;

2.  Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi

dengan kekuatan sendiri;

3.  Tingkat pendidikan rendah, tidak sampai tamat Sekolah Dasar, waktu mereka

habis untuk belajar;

4.  Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan, tidak memiliki tanah, walau ada

kecil sekali;

5.  Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak 

memiliki keterampilan (skill) atau pendidikan, sedangkan kota di banyak negara tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa (1981: 8).

Dari ciri-ciri diatas, terlihat bahwa faktor kemiskinan menyangkut dua hal

yaitu pendidikan dan ekonomi orang tua yang rendah. Dalam tulisan Irwan Julianto

dari hasil pengamatannya, bahwa eksplotasi tenaga kerja merupakan masalah utama,

seperti terlihat di Indonesia dan Negara berkembang lainnya (1985: 2).

Masalah pekerja anak bukanlah suatu fenomena baru di Indonesia

(Budisantoso, 1989). Anak-anak bekerja sebenarnya karena alasan ekonomi bukan

karena alasan budaya (Talcott,1933). Oleh karena itu isu utama yang ada bukan anak 

yang bekerja begitu saja, melainkan adanya potensi untuk mengeksploitasi anak.

Sebagian besar orang tua sebenarnya berterima kasih jika anak-anak mereka dapat

bekerja di dalam tempat yang berlindung dan tidak berpindah-pindah, bekerja disiplin

dan keterampilan berproduksi, jauh dari resiko di jalanan (Irwanto, et al,1955)

Tetapi apabila anak-anak itu tidak memperoleh perlindungan yang memadai

(fisik maupun hukum) mempunyai resiko tinggi putus sekolah, jam kerja yang

panjang dan pekerjaan mereka tidak menjamin kehidupan sosial ekonomi yang lebih

baik, maka partisipasi mereka bekerja menjadi masalah (Irwnato, et al, 1955). Seperti

permasalahan yang dihadapi anak-anak yang menjadi pengemis.

Dengan mengamati perkembangan pengemis-pengemis kecil yang kian

membengkak di Kota Singaraja, maka perhatian terhadap anak-anak yang pada

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 15/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  15

umumnya masih memerlukan pendidikan adalah tindakan yang sangat penting.

Berbagai faktor yang berhubungan dengan problematika para pengemis kecil tersebut

harus ditangani dari sekarang. Oleh karena itu perlu disusun suatu langkah strategis

secara nasional untuk memecahkan masalah tersebut agar mereka dapat menikmati

kehidupan yang layak, bersama dengan keluarganya. Penanganan yang kurang tepat

atau terhambat terhadap keberadaan anak tersebut akan menjadi beban dari

pelaksanaan roda pembangunan di masa mendatang.

Uraian diatas dengan jelas menunjukkan bahwa keluarga mempunyai

kedudukan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam membina anak untuk 

mencapai masa depan yang lebih baik. Tugas keluarga tidak hanya sekedar

penghubung antara manusia atau individu dengan masyarakat. Tetapi jugamelaksanakan fungsi-fungsi lainnya yang berkaitan erat dengan tanggung jawab

secara fisik yaitu tugas membesarkan anak, dan tanggung jawab secara moral yakni

memberikan pendidikan kepada anak. Kedudukan inilah yang mempengaruhi secara

langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku anak seperti yang dilakukan oleh

pengemis-pengemis kecil. Tepat seperti yang dinyatakan oleh Khairuddin (1985: 76)

bahwa:

Keluarga adalah kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai disiplin

pertama yang dikenalkan kepadanya dalam kehidupan sosial. Dalam interaksi ini si

anak mempunyai hubungan baik dengan orang dewasa (missal bapak, ibu, kakak-

kakaknya dan lain sebagainya) maupun teman sebaya. Terhadap pengaruh orang-

orang dewasa pada umumnya anak bersifat patuh dan menerimanya dengan percaya,

atau disebut dengan morality of  constraint .

Dengan demikian keluarga merupakan pendidik yang pertama, artinya

keluarga diserahi tanggung jawab dalam membimbing putra-putrinya menuju

kedewasaan. Dalam upaya itu kedua orang tua dituntut untuk melaksanakan peran

bimbingan agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang

tangguh dan berkualitas dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Seperti apa yang

dinyatakan oleh Soemardjan (1993) bahwa “Tugas keluarga adalah untuk 

mempersiapkan para warganya, terutama anak-anak, agar mereka dikemudian hari

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 16/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  16

dapat bertahan dan menentukan jalan yang baik untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

3.2 Tinjauan tentang Sosialisasi

Secara luas sosialiasi dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana warga

masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, menaati dan menghargai norma-

norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, sedangkan secara khusus

sosialisasi mencakup suatu proses di mana warga masyarakat mempelajari

kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam

masyarakat (Soekanto, 1982: 140)

Selanjutnya Vembriarto (dalam Khairuddin, 1985: 76) menyimpulkan bahwasosialisasi:

1.  Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana

individu menahan, mengubah implusimplus dalam dirinya dan mengambil

cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.

2.  Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide,

pola-pola, nilai dan tingkah laku, serta standar tingkah laku dalam masyarakat

dimanapun ia hidup.

3.  Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu

disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri

pribadinya.

S. Takdir Alisjahbana mengistilahkan sosialisasi atau enkulturasi adalah

proses pembudayaan (1986: 182). Proses pembudayaan adalah sangat penting dalam

menjaga integrasi masyarakat, pembudayaan nilai sangat penting menurut S. Takdir

Alisjahbana karena nilai-nilai dan norma-norma adalah faktor yang menentukan

dalam integrasi kelompok masyarakat, pemindahan nilai-nilai, norma-norma dan

usaha untuk menjamin kesetiaan terus menerus kepada nilai-nilai dan norma ini. Hal

ini merupakan urusan terpenting dari masyarakat dalam hubungan dengan anggota-

anggotanya (Alisjahbana, 1986: 182).

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 17/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  17

Dari ketiga pendapat di atas dapat dikatakan bahwa sosialisasi atau

enkulturasi adalah proses pewarisan kebudayaan suatu masyarakat dari generasi yang

satu ke generasi yang berikutnya. Pewarisan atau pembudayaan dalam hal ini adalah

nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Proses sosialisasi atau enkulturasi inilah yang membuat makhluk biologi

menjadi makhluk manusia, dibuktikan dari berbagai peristiwa anak-anak yang

dibesarkan diluar proses pembudayaan, salah satunya yang sangat terkenal adalah

peristiwa Kasper Hauser yang pada permulaan abad ke-19, karena intrik politik, ia

menjadi besar dengan tidak berhubungan dengan orang lain, sehingga ketika ia di

dalam tahun 1828 datang ke Nuremberg sebagai seorang dewasa intelegensinya

adalah sebagai seorang anak, ia tak pandai berbicara dan menganggap segala sesuatusebagai makhluk yang hidup (Alisjahbana, 1986: 183).

Peristiwa ini membuktikan bahwa apabila manusia tidak belajar atau diberi

pelajaran tentang kebudayaannya maka manusia tidak akan memiliki kepribadian

manusia yang berbudaya. Dari proses inilah manusia butuh manusia lain, jelas dapat

kita tebak yang pertama adalah manusia-manusia di lingkungan keluarga dimana ia

dilahirkan.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa dalam proses kehidupan manusia sebagai

anggota masyarakat, setiap individu akan selalu mengalami proses sosialisasi dalam

keluarga, yang selanjutnya proses sosialisasi tersebut akan diteruskan oleh

lingkungan di luar keluarga. Seperti yang dinyatakan Haviland (1988: 39) bahwa

”Proses sosialisasi itu dimulai segera sesudah kelahiran. Dalam semua masyarakat,

pelaksana enkulturasi (sosialisasi) yang pertama adalah para anggota keluarga tempat

seseorang dilahirkan.” 

Lebih lanjut Haviland menjelaskan bahwa: Kalau umur individu bertambah,

orang-orang dari luar keluarga dilibatkan dalam proses sosialisasi ini, di dalamnya

dapat termasuk kerabat-kerabat lain, seperti saudara laki-laki ibu, dan sesudah pasti

kawan-kawan individu yang disebutkan terakhir dapat terlihat secara informal dalam

bentuk kelompok-kelompok bermain, atau secara formal dalam asosiasi-asosiasi usia,

di mana anak-anak sebenarnya mengajari anak-anak lain.

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 18/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  18

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan perilaku yang dimiliki

oleh seseorang, tidak saja faktor di lingkungan keluarga, akan tetapi lingkungan sosial

 juga ikut serta mempengaruhi dalam perkembangan mental seseorang.

Meskipun faktor lingkungan sosial ikut mempengaruhi pembentukan pribadi

anak, akan tetapi faktor keluargalah yang paling menentukan baik buruknya anak 

tersebut. Hal ini mengingat karena pendidikan anak dalam keluarga merupakan awal

dan sentral bagi seluruh pertumbuhan dan perkembangan si anak menjadi individu

yang dewasa (Julianto dalam Kartini Kartono, 1985: 8). Kemudian Soesilo (dalam

Kartini Kartono, 1985: 19) menyatakan bahwa”Di samping keluarga sebagai tempat

awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga juga merupakan tempat sang anak 

mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan.” Melihat keluarga merupakan lembaga yang pertama dalam kehidupan anak,

maka dapat dikatakan bahwa keluarga adalah merupakan wadah pertama kali anak itu

mengalami proses sosialisasi awal. Yang kemudian proses sosialisasi ini diteruskan

oleh lingkungan sosial. Dengan melihat begitu pentingnya peranan keluarga dalam

proses sosialisasi anak, maka dalam hal ini Vembriarto (1982: 45) menjelaskan

bahwa ada beberapa kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam

proses sosialisasi anak yaitu:

1.  Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi

 face to  face secara tetap; dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat

diikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi

dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.

2.  Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidk anak karena anak 

merupakan buah cinta kasih hubungan suami istri.

3.  Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orang

tua memainkan peranan yang sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa suasana keluarga mempunyai

peranan penting dalam menentukan tingkah laku anak. Demikian pula hubungan

orang tua dengan anak yang berlangsung manis merupakan mata rantai pembinaan

watak anak. Oleh karena itu peranan bimbingan orang tua dalam pembentukan dan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 19/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  19

perkembangan pribadi anak tidak dapat disangsikan lagi. Faktor keluarga, seperti

tingkat pendidikan orang tua, suasana hubungan antara anggota keluarga, keutuhan

keluarga, dan sikap orang tua terhadap anak sangat berpengaruh bagi kesehatan

mental dan penampilan diri anak.

Seiring dengan hal tersebut diatas, maka Goode (1993) menyatakan bahwa:

Proses sosialisasi berlangsung sejak anak-anak, yaitu proses di mana ia belajar

mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain dari padanya, yang

akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki. Sosialisasi

masa anak-anak dalam hal ini adalah dalam lingkungan keluarga. Dan anak 

merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting diantara orang-

orang dewasa dalam keluarganya. Fungsi yang lain dari keluarga diantaranya adalahpemeliharaan anggota keluarga, penempatan anak dalam masyarakat dan kontrol

sosial. Dan idealnya sang anak memulai hidupnya dengan lindungan penuh dari

keluarganya.

Uraian di atas dengan jelas menunjukkan bahwa proses sosialisasi dalam

keluarga pada prinsipnya mencakup pewarisan atau pembudayaan nilai-nilai yang

tidak dimiliki oleh si anak. Tentu saja nilai-nilai yang diberikan oleh orang tua adalah

nilai-nilai yang berlaku secara umum di masyarakat.

Selanjutnya Ibid (dalam Khairuddin, 1985: 84) menyatakan bahwa “Dalam

lingkungan keluarga ada tiga tujuan sosialisasi, yaitu: orang tua mengajarkan kepada

anaknya tentang penguasaan diri, nilai-nilai, dan peranan-peranan sosial.” 

Dengan melihat kedudukan orang tua yang memiliki peranan yang sangat

penting menentukan bagi perkembangan anak, maka kedudukan orang tua dapat

dikatakan sebagai pendidik kodrati, artinya secara kodrati mereka (orang tua) diserahi

tanggung jawab dalam membimbing putra-putrinya menuju kedewasaan. Dalam

upaya itu mereka dituntut untuk melaksanakan peran bimbingan agar anak - anaknya

dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang tangguh dan

berkualitas dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Bimbingan dapat diberikan

melalui pemberian perhatian, nasehat, janji-janji dan penghargaan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Suharsana (1976) bahwa:

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 20/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  20

Bimbingan orang tua dapat berupa perhatian, nasehat, janji-janji dan

penghargaan. Dalam kontek bimbingan juga terdapat indikator-indikator berupa

petunjuk, teladan, dan contoh dari orang tua terhadap anak. Hal ini akan berdampak 

positif bila dilaksanakan dengan baik.

Semua uraian diatas menjadi obyek yang perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana

proses sosialisasi yang berlangsung pada diri anak-anak yang terlibat sebagai

pengemis. Termasuk bagaimana cara penanaman nilai yang dilakukan oleh orang

tuanya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Pengamatan yang kami lakukan telah sesuai dengan norma-norma serta

prosedural yang ada. Sehingga tidak merugikan maupun mengganggu pihak-pihak 

lain serta hal-hal yang diamati. Berikut ini merupakan hasil pengamatan terkait

gepeng yang ada di kawasan kota Singaraja diantaranya terdapat lokasi-lokasi khusus

di mana seringnya pengemis-pengemis tersebut melancarkan aksinya, terdapat

karakteristik dari para gepeng tersebut sehingga nantinya akan membawa nama

wilayah asal pengemis, banyak juga ditemukan anak di bawah umur yang putus

sekolah menjadi seorang gepeng, di samping itu ditemukan suatu perkumpulan

pengemis yang memang sudah terkoordinir sehingga setiap pengemis sudah

mendapatkan lokasi masing-masing untuk mengemis.

Ada pula yang kami temukan anak-anak jalanan yang menjadi pengemis,

menggunakan uang mengemisnya untuk membeli sebuah bakso dan ada pula

pengemis yang melakukan kembalian uang ketika dikasi uang yang nominalnya

diatas Rp. 1000, kebanyakan para pengemis dengan usianya yang sudah tua mengajak 

seorang anaknya sebagai tameng agar orang-orang di sekelilingnya merasakan hibah/ 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 21/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  21

prihatin terhadapnya dan ada pula pengemis yang memang tidak mau menerima

sumbangan berupa makanan namun dalam bentuk uang saja. Banyak tempat-tempat

strategis yang djadikan sebagai lahan yang sangat bagus bagi para gepeng di

Singaraja. Tempat-tempat tersebut umumnya tempat keramaian yang banyak 

dikunjungi orang-orang. Tempat-tempat tersebut diantaranya:

1.  Warna Puji dan Pasar Loak Singaraja yang terletak di jalan A. Yani

Di sebelah barat Warna Puji terdapat tempat parkir untuk para

konsumen atau pelanggan, di sanalah banyak terdapat anak-anak kecil yang

menjadi gepeng/ pengemis jalanan. Sampai-sampai anak-anak kecil tersebut

memaksa dan tidak mau pergi sebelum dikasi uang bahkan sampai menarik baju

para pelanggan dari Warna Puji itu sendiri. Ternyata setelah ditanya, anak   jalanan/ gepeng tersebut berasal di sebelah utara Warna Puji di mana ketika

mendapatkan uang akan dibagi-bagi dengan teman-temannya. Di samping itu para

gepeng itupun terdapat di depan Warna Puji karena di depannya itu terdapat

sebuah pasar Loak Singaraja yang ramai dikunjungi orang-orang.

2.  Di sekitar kampus bawah Undiksha

Kampus bawah, yang terletak antara jalan Dewi Sartika sebelah barat,

 jalan A. Yani di sebelah utara, jalan Tasbih di sebelah selatan, serta jalan Angsana

disebelah timur. Jalan Tasbih dan jalan Angsana merupakan tempat yang sangat

ramai dihuni oleh para pedagang kaki lima dari pagi hari sampai pada malam hari.

Biasanya para pengemis kecil (kira-kira berumur 8-11 tahun) sering berkeliaran

disekitar jalan ini. Di mana komplotan pengemis ini juga masih ada hubungannya

dengan komplotan pengemis yang berada di Warna Puji. Anehnya kami temukan

ada gepeng yang setelah mendapatkan uang dibelanjakan dengan membeli

sebungkus bakso.

3.  Di Kampung Tinggi dekat dengan Toko Boys dan di depan lapangan Mayor

Metra Singaraja

Di daerah ini juga kami menemukan gepeng yang umurnya sudah tua

bersama anaknya. Di mana gepeng ini mengincar para pedagang dan pengunjung

di kawasan setempat (biasanya berada di tempat-tempat parkir) sehingga sangat

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 22/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  22

mengganggu para pelanggan yang berada di sana. Anehnya gepeng yang kami

temui, ketika kami berikan uang Rp.5000 dan kami memiinta kembalian, ternyata

gepeng tersebut mengeluarkan sebuah dompet dan memberikan kembalian

Rp.3000 kepada kami.

4.  Pasar Banyuasri

Pasar Banyuasri letaknya disebelah barat kota Singaraja dan

berdekatan dengan terminal kota yang merupakan pasar terbesar kedua setelah

pasar Anyar. Kegiatan yang cukup ramai dari pagi hingga siang hari. Di sini juga

terdapat beberapa gepeng yang memang sama mengincar para pelanggan yang

berada di sana. Ketika uang mereka dapatkan, mereka bisa membeli sebungkus

nasi untuk konsumsinya.5.  Pasar Senggol dan Pasar Tingkat Singaraja

Pasar senggol terletak di ujung utara dari pasar Anyar/ pasar tingkat.

Keberadaannya sangat strategis karena terletak di jantung kota Singaraja. Gepeng

kebanyakan anak jalanan yang putus sekolah. Namun kami juga menemukan

seorang pengemis yang memang benar-benar layak untuk menerima bantuan.

6.  Taman Kota Singaraja

Taman kota Singaraja, atau yang lebih dikenal dengan istilah

„TAMKOT‟ yang berada di sebelah selatan Hardys Ngurah Rai. Biasanya sangat

ramai pada sore dan malam harinya. Banyak ditemukan anak-anak kecil yang

mengemis namun anehnya pakean yang digunakan tidak layak disebut sebagai

seorang pengemis.

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, tercatat bahwa terdapat

adanya variasi jumlah pengemis-pengemis untuk setiap bulannya (tahun 2010).

Berikut disajikan jumlah gelandangan yang berhasil dirazia oleh satuan polisi

pamong praja (Satpol PP).

Tabel 1 . Daftar nama Gepeng Hasil Razia Satpol PP Kab. Buleleng pada

Bulan April 2010 (Senin, 5 April 2010) yang berlokasi di kawasan

 jalan Diponogoro, Pasar Anyar Singaraja dan Pasar Seririt

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 23/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  23

No. Nama Umur

Jenis

Kelamin

(L/P)

Alamat Asal Keterang

1. Kade Eka 5,5 P Desa Pedahan Anak 

2. Wayan Kasub 45 P Desa Pedahan KK

3. Wayan Rerod 14 P Desa Pedahan Anak 

4. Made Sawan 10 L Desa Pedahan Anak 

5. Komang Yeni 5 L Desa Pedahan Anak 

6. Diah Mariani 35 P Desa Pedahan KK

7. Luh Suarini 8,5 L Desa Pedahan Anak 

8. I Nyoman Sukeh 40 P Desa Pedahan KK

9. Wayan Topik 8 L Desa Pedahan Anak 

10. Luh Seririt 7 P Desa Pedahan Anak 

11. Kade Putra 2 L Desa Pedahan Anak 

12. Wayan Mutir 55 P Desa Pedahan KK

13. Nengah Selamat 6 P Dusun Munti Gunung Anak 

14. Nyoman Olas 55 P Dusun Munti Gunung KK

15. Ketut Liana 40 P Dusun Munti Gunung KK16. Wayan Supriani 5 P Dusun Munti Gunung Anak 

17. Kade Mona 3 P Dusun Munti Gunung Anak 

18. Ketut Sri Nawi 39 P Dusun Munti Gunung KK

19. Komang Misi 5 L Dusun Munti Gunung Anak 

20. Ketut Ada 2 L Dusun Munti Gunung Anak 

21. Nyoman Suwi 35 P Dusun Munti Gunung KK

22. Putu Gampil 10 L Dusun Munti Gunung Anak 

23. Nengah Nadi 8 P Dusun Munti Gunung Anak 

24. Komang Ada 6 L Dusun Munti Gunung Anak 

25. Ketut Merta 3 L Dusun Munti Gunung Anak 

26. Nengah Simpen 13 P Dusun Munti Gunung Anak 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 24/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  24

27. Komang Murni 12 P Dusun Munti Gunung Anak 

28. Wayan Tambun 35 P Dusun Munti Gunung KK

29. Nyoman Terel 40 P Dusun Munti Gunung KK

30. Ketut Bunga 9 L Dusun Munti Gunung Anak 

Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial Tahun 2010

Tabel 2 . Daftar nama Gepeng Hasil Razia Satpol PP Kab. Buleleng pada

Bulan September 2010 (Rabu, 15 September 2010) yang berlokasi di

kawasan Pasar Seririt, Pasar Anyar dan jalan Diponogoro, Singaraja.

No. Nama Umur

Jenis

Kelamin

(L/P)

Alamat Asal Keterang

1. Ketut Bunga 4 P Dusun Munti Gunung Anak 

2. Ketut Putu 4 L Dusun Munti Gunung Anak 

3. Nyoman Sekar 1 P Dusun Munti Gunung Anak 

4. Tambun 20 L Dusun Munti Gunung KK

5. Olas Asih 60 P Dusun Munti Gunung KK

6. Ngadi 17 P Dusun Munti Gunung Anak 

7. Luh Natari 6 P Dusun Munti Gunung Anak 

8. Nyoman Kalih 36 P Dusun Munti Gunung KK

9. Upik 2 P Dusun Munti Gunung Anak 

10. Wayan Kupit 4 L Dusun Munti Gunung Anak 

11. Luh Putri 3 P Dusun Munti Gunung Anak 

12. Nengah Sari 16 P Dusun Munti Gunung Anak 

13. Komang Cua 12 L Dusun Munti Gunung Anak 

14. Ketut Pageh 13 L Dusun Munti Gunung Anak 

15. Wayan Jangkep 8 L Dusun Munti Gunung Anak 

16. Wayang Pujuing 30 P Dusun Munti Gunung KK

17. Ketut Darmini 10 P Dusun Munti Gunung Anak 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 25/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  25

18. Nyoman Kembung 5 P Dusun Munti Gunung Anak 

19. Wayan Subur 8 L Dusun Munti Gunung Anak 

20. Jero Mali 59 P Dusun Munti Gunung KK

21. Gampil 2,5 P Dusun Munti Gunung Anak 

22. Nyoman Suleg 30 L Dusun Munti Gunung KK

23. Merta 3 P Dusun Munti Gunung Anak 

24. Nyoman Cukup 13 L Dusun Munti Gunung Anak 

25. Made Sari 3 P Dusun Munti Gunung Anak 

26. Wayan Sari 15 P Dusun Munti Gunung Anak 

27. Wayan Gampil 25 L Dusun Munti Gunung KK

28. Nyoman Sekar 6 L Dusun Munti Gunung Anak 

29. Ketut Lamid 2,5 P Dusun Munti Gunung Anak 

30. Wayan Wrdhi 11 P Dusun Munti Gunung Anak 

31. Ketut Wadi 40 P Dusun Munti Gunung KK

32. Nyoman Sukeh 39 P Dusun Munti Gunung KK

Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial Tahun 2010

Tabel 3 . Daftar nama Gepeng Hasil Razia Satpol PP Kab. Buleleng padaBulan November 2010 (Kamis, 18 November 2010) yang berlokasi di

kawasan Pasar Seririt, Pasar Anyar dan jalan Diponogoro, Singaraja.

No. Nama Umur

Jenis

Kelamin

(L/P)

Alamat Asal Keterang

1. Ketut Seon 3 P Dusun Munti Gunung Anak 

2. Nengah Suweca 35 P Dusun Munti Gunung KK

3. Putu Yanti 2 P Dusun Munti Gunung Anak 

4. Kade Rina 1 P Dusun Munti Gunung Anak 

5. Wayan Olas 45 P Dusun Munti Gunung KK

6. Nyoman Supita 35 P Dusun Munti Gunung KK

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 26/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  26

7. Gede Andika 7 L Dusun Munti Gunung Anak 

8. Ketut Landri 3 L Dusun Munti Gunung Anak 

9. Nengah Tambun 20 P Dusun Munti Gunung KK

10. Ketut Merta 20 P Dusun Munti Gunung Anak 

11. Nyoman Dama 45 L Dusun Munti Gunung KK

12. Nyoman Simpang 40 P Dusun Munti Gunung KK

13. Ketut Seken 40 P Dusun Munti Gunung KK

14. Ketut Bunga 5 L Dusun Munti Gunung Anak 

15. Made Bunga 4 L Dusun Munti Gunung Anak 

Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial tahun 2010

Adapun karakteristik dari pengemis-pengemis kecil tersebut diantaranya dapat

kita lihat dari jenis kelamin, umur, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan

serta daerah asal.

1.  Jenis Kelamin

Dari data di atas, terdapat variasi jumlah pengemis-pengemis setiap

dilakukan razia. Pengemis yang ditemukan kebanyakan berjenis kelamin

perempuan dengan umur yang rata-rata di atas 35 tahun ke atas dan banyak 

pula ditemukan pengemis anak gelandangan yang berumur 8-11 tahun.

2.  Keadaan Sosial Ekonomi

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, maka di sini dapat dikatakan

bahwa keadaan sosial dari pengemis-pengemis kecil yang ada di kota Singaraja

pada umumnya keadaan sosial ekonominya sangat kurang. Ini terlihat dari keadaan

tempat asal mereka yang berada dibawah standar normal. Pengemis yang berasal

dari daerah Dusun Muntigunung Karangasem. Terlihat keadaan tempat tinggal

mereka yang berada di sekitar daerah yang alamnya gersang, begitu pula yang

berasal dari daerah desa Pedahan. Dari keadaan seperti itu, mereka yang masih

kecil dan tidak memiliki keterampilan khusus, maka mereka dipaksa untuk 

mengatasi segala macam permasalahan sosial ekonomi. Salah satu cara yang

dilakukan adalah melakukan aktivitas mengemis (meminta-minta). Di samping itu

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 27/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  27

adanya tradisi secara turun temurun yang dilakukan oleh orang-orang yang

bertempat asal di desa Muntigunung Karangasem ini sehingga akan berdampak 

pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif yang mengakibatkan bertambahnya

 jumlah pengemis di sana.

3.  Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dari pengemis-pengemis yang berkeliaran di sekitar kota

Singaraja memiliki tingkat pendidikan yang sangat sangat kurang, semua pengemis

ini tidak ada yang tamat sekoalah pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar bahkan

banyak yang tidak mengenal sekolah alias tidak sekolah. Keasdaan sosial ekonomi

yang memprihatinkan, memaksa mereka harus meninggalkan daerah asal untuk 

bekerja sebagai pengemis. Dari pagi hingga malam hari, mereka hanya mengemis,sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah. Hal ini akan

berakibat buruk bagi mental generasi penerus di mana secara hukum dan agama

mengemis itu dilarang.

4.  Daerah Asal

Daerah asal pengemis-pengemis kecil yang diteliti oleh penulis dapat

dilihat dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 5. Daerah Asal Pengemis-Pengemis Kecil

No. Daerah Asal Jumlah

1. Dusun Muntigunung, Karangasem. 65

2. Dusun Pedahan, Karangasem 12

Jumlah Total: 77

Tabel Di atas menggambarkan bahwa pengemis-pengemis kecil semuanya

berasal dari daerah Karangasem, dengan Dusun Muntigunung yang paling banyak.

5.  Tempat Tinggal Sementara

Tempat tinggal sementara pengemis-pengemis kecil yang ada di sekitar kota

Singaraja, biasanya pada malam hari tidur di sekitar emperan toko-toko, terminal

dan hanya sedikit yang berada di pemukiman liar. Mengingat para pengemis ini

sifatnya nomaden, artinya mereka selalu berpindah tempat. Bahkan ada yang

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 28/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  28

memang berasal dari Singaraja dan memiliki tempat tinggal namun kurang

mendapatkan perhatian dari para orang tua (anak jalanan).

4.2 Pembahasan

4.2.1  Penyebab Terjadinya Pengemis

Berdasarkan  informasi yang didapatkan dari penelitian sebelumnya, pada

dasarnya ada lima faktor sebagai penyebab utama, mengapa mereka melakukan

praktek mengemis. Kelima faktor yang dimaksud diantaranya faktor mental, faktor

ekonomi, faktor sempitnya lapangan pekerjaan, faktor krisisnya air serta faktorpendidikan. Faktor-faktor tersebut secara simultan dapat memberi tekanan yang

begitu besar pada anak, apaalagi perhatian yang sangat kurang sehingga ia

meninggalkan rumah dan mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan dari

„jalanan‟ dan dari rekan-rekan senasibnya.

1. Faktor pendidikan

Relatif rendahnya tingkat pendidikan warga sebagai akibat dari rendahnya

kesadaran warga untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini juga dipengaruhi oleh

faktor perekonomian mereka yang begitu rendah. Dengan rendahnya tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan mental mereka. Mestinya

pendidikan harus sudah diberikan kepada anak sejak dini sehingga hal itu

merupakan penanaman mental terhadap anak-anak tersebut sebagai generasi

penerus bangsa. “Bagaimana mau mencari kerja sekolah saja tidak” itulah

ungkapan yang sering kita dengar pada anak-anak yang putus sekolah dan pada

orang-orang yang tidak mengenal dunia pendidikan. Sehingga faktor ini akan

berpengaruh pada faktor-faktor lainnya seperti mental, faktor pendidikan, lapangan

pekerjaan dan lain sebagainya.

2.Faktor ekonomi

Faktor ekonomi sangat mempengaruhi hadirnya pengemis. Taraf perekonomian

mereka yang rata-rata sangat rendah juga merupakan salah satu faktor untuk 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 29/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  29

melakukan praktek gepeng. Dengan kondisi geografis yang tandus menyebabkan

tidak bisanya lahan pertanian yang dimiliki digarap secara maksimal (daerah

Muntigunung Karangasem).

3.Faktor sempitnya lapangan pekerjaan

Tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah tersebut yang mampu

mengadopsi mereka untuk mendapatkan penghasilan tiap bulannya. Bahkan untuk 

makan sehari-hari pun sangat sulit rasaya. Walaupun dari kebanyakan mereka

punya lahan pertanian yang mestinya bisa digarap namun mereka tidak dapat

menggarap secara maksimal terutama pada musim kemarau. Apalagi bagi

kebanyakan orang yang tidak mempunyai lahan untuk bisa ia garap.

4.Faktor mentalFaktor mental juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap maraknya

terdapat pengemis di mana-mana. Mental sangat berpengaruh terhadap cara orang

untuk menghadapi kehidupan termasuk para pelaku gepeng. Dari sisi ekonomi

sesungguhnya taraf kehidupan para gepeng sama dengan penduduk sekitarnya yang

tidak melakukan gepeng dan bahkan ada penduduk disekitarnya memiliki taraf 

perekonomian yang lebih rendah dari para pelaku gepeng. Namun karena mental

yang begitu rendah mereka lebih memilih untuk jadi gepeng dari pada untuk 

menjadi buruh bangunan atau mengolah tanah yang dimiliki. Faktor mental terjadi

disebabkan akibat tidak adanya penanaman moral yang baik sejak usia dini. Ini

sebagai akibat dari rendahnya mutu pendidikan. Sehingga dengan mental yang

lemah, mudah bagi para pelaku gepeng untuk melakukan cara yang lebih mudah

untuk mendapatkan uang untuk kelangsungan hidup keluarganya dengan

melakukan praktek mengemis di daerah-daerah, seperti di daerah Singaraja. Bahkan

tidak menutup kemungkinan terdapat pengemis yang melakukan kejahatan untuk 

memenuhi kebutuhannya seperti mencuri, mencopet dan lain sebagainya.

5.Faktor krisisnya air

Jika kita lihat secara kasat mata mungkin orang-orang berpikiran faktor ini

tidaklah berpengaruh terhadap keberadaan gepeng. Namun, kekurangan air

merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh warga Desa Muntigunung dan Desa

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 30/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  30

Pedahan. Air sebagai kebutuhan pokok manusia begitu sulit untuk diperoleh warga

terlebih warga yang berada di daerah pedalaman (tempat gepeng berasal).

Walaupun bisa mendapatkan air mereka harus membeli dengan harga yang mahal.

Ada juga warga butuh waktu seharian untuk mendapatkan air untuk kebutuhan

mereka. Karena itu kendala air ini merupakan masalah yang utama dan pertama-

tama mesti ditanggulangi. Masalah air sangat berpengaruh terhadap kebutuhan

manusia yang tidak terpenuhi baik untuk mengolah lahan, kebutuhan minum,

sehingga kejadian inilah yang nantinya berakibat pada faktor-faktor lainnya seperti

mental, lapangan pekerjaan, perekonomian dan lain sebagainya.

4.2.2 

Kondisi Keluarga Para Pengemis JalananKeluarga adalah hal yang paling pertama dan yang paling utama di mana para

pengemis itu dididik dan dibesarkan. Keberadaan anak jalanan yang menjadi

pengemis tidak bisa dilepaskan dari keberadaan keluarga mereka. Keluarga yang

dimaksud yaitu kedua orang tua mereka dan keluarga-keluarga lainnya seperti

paman, saudara, kakek, nenek dan sebagainya. Melihat bahwa aktifitas mengemis

yang dilakukan anak-anak acap kali diikuti salah satu orang tua mereka yakni pihak 

ibu. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan anak jalanan yang menjadi pengemis

tersebut dengan keluarganya bisa dikatakan relatif baik. Minimal mereka mengemis

mendapat legalitas dari salah satu orangtuanya. Ditinjau dari sisi ini jelas sekali

menampakkan bahwa ada hubungan baik dengan pihak keluarganya meskipun

anak-anak berada dijalanan. Namun, faktor orang tua sangat besar pengaruhnya

terhadap anak karena orang tualah yang mengajarkan dan membina anak-anak agar

menjadi orang yang lebih/ melebihi dari orang tuanya.  

4.2.3  Pola Kerja Para Pengemis

Aktivitas mengemis yang dilakukan pada umumnya dilakukan pada pagi, sore

dan malam hari selain tidak panas ada tempat-tempat tertentu cukup ramai misalnya

di pasar senggol, di pelabuhan, serta di sekitar kampus bawah, di A. Yani. Dalam

melakukan aktivitasnya sebagai pengemis, mereka tidak pernah berpencar terlalu

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 31/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  31

  jauh, bahkan kadang-kadang mereka berkumpul/bergerombol sambil bersenda

gurau.  Hubungan atau interaksi antara sesama anak-anak jalanan yang menjadi

pengemis berkaitan dengan pola-pola kerja mereka dalam melakukan aktivitas

mengemis. Interaksi mereka cukup baik dan bisa bekerja sama. Hal ini merupakan

upaya mereka dalam mengantisipasi dan menghadapi tantangan yang mungkin ada

lapangan.  Misalnya dalam menentukan tempat operasi, mereka selain

merundingkan terlebih dahulu jika mau berpindah tempat dan selalu bersama-sama.

Jika salah satu mendapat dari seseorang, maka ada kecenderungan yang lain ikut

meminta pada orang yang sama, kadang kala mereka tidak mau pergi sebelum

orang yang dimintai uang belum memberikan uang. Bahkan sampai memegang baju

orang yang akan dimintai sumbangan. Orang-orang yang dimintai uang bisa saja orang yang sedang berjalan, orang-

orang yang sedang makan di pedagang kaki lima, orang yang sedang melakukan

parkir sepeda motor/ kendaraan, orang yang sedang menunggu pesanan jadi di

senggol-senggol, baik wanita maupun pria. Hal ini lah yang menyebabkan kerugian

bukan hanya pada konsumen namun juga para penjual/ pedagang karena

keberadaan gepeng ini akan mengganggu kerja dari para pedagang di samping itu

pelanggan akan merasakan bahwa tempat ia melakukan pembelian barang/ 

makanan tidak baik.

Dalam meminta uang kepada orang-orang di daerah operasi mereka, anak-

anak tersebut acap kali tanpa berucap tamun mengulurkan tangannya yang

menandakan meminta uang/sumbangan pada orang-orang. Dengan nada pelan pula

 para pengemis tua mengatakan “Pak Minta”, “Bu Minta”. Kami juga menemukan

pengemis tua yang tiada bersuara namun duduk diam di suatu tempat seperti pasar

tingkat Singaraja.

Namun demikian meskipun mereka menentukan jumlahnya, jika yang

dimintai uang memberi uang tidak sesuai dengan yang dimintanya anak-anak 

tersebut tetap menerimanya dan segera beranjak dari tempat tersebut. Ada juga

anak-anak yang meminta uang tidak menentukan berapa jumlahnya, namun

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 32/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  32

diserahkan kepada orang yang dimintai uang. Jadi jumlahnya bergantung pada

keikhlasan orang yang dimintai orang. 

Para pengemis tersebut tidak yang mengetuai yang mana memiliki peran

sebagai pelindung mereka, yang menjadi bos bagi mereka adalah diri mereka

sendiri, sehingga kegiatan tidak diorganisir oleh orang lain, namun atas kemauan

mereka sendiri. Jadi kasus di kota Singaraja berbeda dengan yang ada di kota-kota

besar seperti di Jakarta, yang kemungkinan kegiatan mereka terorganisir.

4.2.4  Peran Pemerintah dalam Menangani Masalah Pengemis

Peran pemerintah dalam menanggulangi masalah gepeng adalah dengan

membuat kebijakan sosial. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yangdibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni menangani masalah

sosial dalah hal ini menangani masalah gepeng. Sebagai kebijakan publik,

kebijakan sosial memiliki dua fungsi yaitu fungsi preventif (pencegahan) dan fungsi

kuratif (penyembuhan).

1.  Fungsi Preventif (Pencegahan)

Fungsi Preventif menyangkut pencegahan terhadap masuknya gepeng

ke dalam Kota Singaraja.

a.  Bantuan Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan ada beberapa bantuan yang telah diberikan

kepada warga antara lain:

1.  Bantuan berupa pakaian sekolah  dan alat tulis kepada semua murid.

Bantuan ini diberikan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bali

setiap tahunnya.

2.  Bantuan berupa buku pelajaran, buku agama, sarana laboratorium, dan

sarana olahraga.

b.  Bantuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Bantuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan cara

membentuk kelompok usaha bersama (KUBE). Setiap kelompok 

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 33/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  33

beranggotakan 10 KK. Setiap kelompok KUBE mendapat bantuan bibit ternak 

sapi oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bali.

c.  Bantuan Pemberian Keterampilan

Bantuan pemberian keterampilan diberikan berupa keterampilan membuat

anyaman dengan bahan baku daun lontar. Juga diberikan bantuan

keterampilan cara pembuatan gula aren.

d.  Bantuan Air Bersih

Bantuan air bersih dengan pembuatan sumur bor.

e.  Bantuan Perbaikan Jalan

Bantuan perbaikan jalan direalisasikan dengan pengaspalan pada jalan-

 jalan yang belum di aspal.f.  Bantuan Perbaikan Bale Banjar

Bantuan perbaikan bale banjar diberikan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial

Provinsi Bali. Bantuan ini diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan

bale banjar sebagai pusat kegiatan masyarakat.

g.  Bantuan Bedah Rumah

Bantuan bedah rumah diberikan oleh Gubernur Bali sehingga layak untuk 

ditempati.

2.  Fungsi Kuratif (Penyembuhan)

Fungsi kuratif menyangkut penanganan yang dilakukan oleh

pemerintah dalam menangani masalah gepeng.

a.  Surat Edaran Bupati Karangasem

Dalam surat edaran tersebut Bupati Karengasem mengimbau kepeda

seluruh masyarakat untuk tidak memberikan sedekah kepada gepeng.

b.  Pengadaan Razia

Pengadaan razia dilakukan oleh Satpol PP di Kota Singaraja. Dalam hal

ini terjadi koordinasi antara Dinas Kesejahteraan Sosial dengan Satpol PP.

Dinas Kesejahteraan Sosial memberikan informasi tentang keberadaan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 34/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  34

gepeng kepada Satpol PP, kenudian yang berwenang mengadakan razia

adalah Satpol PP.

Bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan masalah gepeng. Di zaman

krisis ekonomi global seperti sekarang, ditambah lagi dengan semakin

banyaknya pertumbuhan jumlah penduduk, tidak sedikit masyarakat yang

merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga banyak di antara

mereka yang terpaksa harus hidup di jalanan untuk bertahan hidup. Misalnya

dengan menjadi gepeng. Selama ini, razia yang dilakukan oleh Satpol PP

belum efektif. Terbukti dengan masih banyaknya gepeng yang masih

berkeliaran di Kota Singaraja.

c. 

Penampungan GepengGepeng yang terjaring razia oleh Satpol PP dibawa ke Dinas

Kesejahteraan Sosial. Di Dinas Kesejahteraan Sosial Singaraja, gepeng yang

terjaring razia ditempatkan di halaman Dinas Kesejahteraan Sosial Singaraja.

Hal ini dilakukan kerena Dinas Kesejahteraan Sosial Singaraja belum

memiliki rumas singgah.

d.  Pemberian Bimbingan Mental

Pemberian bimbingan mental dilakukan langsung di Dinas Kesejahteraan

Sosial Singaraja dengan mengundang tokoh agama dari Dinas Agama

Singaraja, Polisi, Satpol PP, dan dari Dinas Kesejahteraan Sosial sendiri.

e.  Pemulangan Gepeng

Melalui kunjungan ke Dinas Kesejahteraan Sosial Singaraja, penulis

dapatkan bahwa hanya dapat melakukan pemulangan gepeng ke daerah asal

karena gepeng yang terjaring berasal dari luar Kabupaten Singaraja. Gepeng

dibawa ke Dinas Kesejahteraan Sosial di daerah asal. Pemulangan hanya

dilakukan maksimal 8 kali per tahun dan menggunakan anggaran APBD.

Kalau pemulangan yang dilakukan kurang dari 8 kali per tahun, maka sisa

dana dari APBD akan dikembalikan.

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 35/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  35

4.2.5  Peran Mahasiswa dalam Menangani Masalah Pengemis

Mahasiswa merupakan insan akademisi bangsa yang menjadi penerus

bangsa dimasa yang mendatang. Oleh karena itu diperlukan beberapa peranan

mahasiswa untuk menanganai permasalahan social seperti pengemis yang kian marak 

di kota Singaraja. Undiksha merupakan sebuah unviversitas yang memiliki ribuan

mahasiswa dari berbagai wilayah dan golongan serta terdiri dari berbagai jurusan

yang seharusnya mampu membantu pemerintah dalam menanganani permasalahan

pengemis ini. Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa terutama

mahasiswa Undiksha untuk menangani permasalahan pengemis ini antara lain:

a.  Organisasai Kemahasiswaan

Organisasai kemahasiswaan (ormawa) di Undiksha sangat banyak mulai dari himpunan mahasiswa jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa Fakultas (SMF),

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), dan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Seluruh ormawa ini memiliki program kerja

berupa pengabdian pada masyarakat (P2M) dan bakti social. Pada program kerja

tersebut dapat disisipkan suatu kegiatan berupa “gerakan bebas gepeng di kota

singaraja”. Gerakan ini terdiri dari berbagai kegiatan dibawah kordinasi BEM,

sehingga seluruh ormawa dapat dikumpulkan dan mempeunyai visi yang sama.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain:

  Pemasangan Sepanduk dan Brosur

Salah satu peran mahasiswa untuk mengatasi permasalahan

pengemis ini adalah dengan memasang sepanduk di tempat-tempat strategis

yang berisi imbauan kepada masyarakat untuk tidak memberikan sesuatu

kepada gepeng atau larangan gepeng dilarang memasuki area ini agar

masyarakat sadar mengenai permasalahan pengemis ini. Selain itu ditempat-

tempat terpencil dapat dibuatkan brosur-brosur yang dapat dibaca oleh warga

di pedesaan sehingga seluruh lapisan masyarakat akan mengetahui dampak 

dari pengemis, sehingga mereka mampu menunjukkan sikap terhadap para

pengemis yang ditemuinya. Salah satu brosur yang dapat dibuat adalah

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 36/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  36

Jika selruh ormawa dilibatkan dalam kegiatan ini pasti seluruh kota

Singaraja akan dihiasi dengan brosur-brosur dan himbauan-himbauan yang

dapat menyadarkan masyarakat.

  Penyuluhan Berbasis Lapangan Kerja

Pengemis-pengemis yang sering mangkal dikota Singaraja sebagian

besar tidak mempunyai lapangan kerja oleh karena itu diperlukan suatu

pelatihan ketrampilan sesuai kesenangan dan kegemaran dari pengemistersebut. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan ini dengan mencari

pembicara yang tepat sesuai bidang kajian mengingat di Undiksha banyak 

terdapat dosen-dosen yang mahir dalam dunia wirausaha.

  Seminar Terbuka Untuk para Siswa

Mahasiswa undiksha dapat menyelenggarakan seminar bagi siswa-

siswa di Singaraja. Tujuan dari seminar ini adalah untuk menanamkan sikap

kepada para siswa mengenai pengemis. Biasnya mereka belum mengetahui

secara pasti dampak yang ditimbulkan mengenai pengemis ini, sehingga

mereka biasanya sangat mudah tergerak hatinya untuk memberikan uang

kepada pengemis tersebut.

PENGEMIS DILARANG

MASUK AREA INI

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 37/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  37

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan sebagai

berikut.

1.  Banyak tempat-tempat strategis yang djadikan sebagai lahan yang sangat

bagus bagi para gepeng di Singaraja diantaranya tempat keramaian yang

banyak dikunjungi orang-orang

2.  Yang menjadi latar belakang kenapa banyak ada pengemis-pengemis kecil

yaitu faktor mental, faktor mental, faktor kekurangan tempat kerja, faktor

ketersediaan air bersih (lokal) serta faktor pendidikan.

3.  Pola interaksi atau pola kerja meminta-minta dari pengemis-pengemis kecil

ini adalah adanya kerja sama diantara sesame para pengemis-pengemis kecil.

4.  Adapun peran pemerintah dalam menangani masalah pengemis-pengemis ini

adalah ada penanganan secara preventif dan secara kuratif.

5.2 Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut.1.  Bagi pemerintah diharapkan agar membuat suatu Ranperda (Rancangan

Peraturan Daerah) untuk diajukan ke DPRD lembaga legislative untuk 

dibahas dan disahkan. Raperda ini terkait dengan upaya meminimalisasi

keberadaan gepeng di setiap daerah khususnya di Bali.

2.  Bagi masyarakat diimbau agar tidak memberikan sesuatu dalam bentuk 

apapun kepada para gepeng kecuali bagi para gepeng yang memiliki cacat

fisik sehingga nantinya para gepeng tersebut merasa jera karena tidak 

mendapatkan apa-apa.

3.  Disarankan bagi pemerintah agar diadakan lokalisasi khusus bagi pengemis

dan mengadakan pelatihan keterampilan bagi para pengemis sehingga

memiliki bekal dan giat untuk berusaha bekerja dan bisa mengusahakan

5/11/2018 makalah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-55a23155508eb 38/38

 

Kehisupan Pengemis di Singaraja  38

adanya sosialisasi kepada gepeng agar sadar bahwa profesi yang mereka

lakukan kurang baik.

4.  Membuat baliho atau papan pengumuman yang diletakkan di tempat-tempat

strategis yang berisi imbauan kepada masyarakat untuk tidak memberikan

sesuatu kepada gepeng atau larangan gepeng dilarang memasuki area ini.

5.  Bagi pemerintah agar mengalokasikan anggaran untuk pembuatan rumah

singgah untuk meningkatkan profesionalitas kerja Dinas Kesejahteraan Sosial

dalam menangani gepeng.

6.  Bagi aparat yang berwenang agar mengadakan razia dan pengawasan secara

ketat dan kontinu sehingga meminimalkan terdapatnya gepeng di kawasan-

kawasan yang dapat mengganggu ketenangan orang banyak