makalah
-
Upload
tanuda-pedro-rusdiono -
Category
Documents
-
view
2.639 -
download
7
Transcript of makalah
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
BAB I
BUDAYA PERKOTAAN
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kehidupan kota dipandang sebagai sebuah kehidupan mewah yang
menjanjikan. Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi hal paling menonjol
yang membedakan kota dengan desa. Pesatnya perkembangan yang terjadi di
kota dibandingkan desa menjadi daya tarik lainnya bagi masyarakat untuk
melakukan perpindahan. Masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi
meninggalkan daerah asalnya, dengan tujuan untuk mencapai taraf hidup
yang lebih baik. Namun kenyataan yang terjadi adalah masyarakat urban
datang tanpa bermodalkan keahlian atau keterampilan yang memadai. Mereka
tidak sanggup dan siap bersaing dengan masyarakat perkotaan. Tidak adanya
pengendalian yang nyata, membuat arus urbanisasi tidak terkendali.
Perpindahan yang terus menerus ini pada akhirnya menjadi masalah
perkotaan.
Masalah yang ditimbulkan kaum urban pertama kali adalah
meningkatnya angka pengangguran. Masyarakat pedesaan terus berdatangan
ke kota dengan tidak diimbangi bertambahnya kesempatan kerja. Jumlah
lapangan pekerjaan jauh lebih kecil dibanding jumlah tenaga kerja yang
tersedia. Lapangan pekerjaan yang terbatas pun menuntut standar pendidikan
dan keahlian yang tinggi sehingga hanya sumber daya manusia yang
berkualitas yang mampu mendapatkannya. Masalah pengangguran ini
kemudian menjadi akar pada kompleksnya permasalahan perkotaan.
Kaum urban menyebabkan pertambahan penduduk di kota.
Kepadatan penduduk yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan
bertambahluasnya wilayah perkotaan. Akibatnya, ruang untuk tempat tinggal
menjadi berkurang. Tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia
1 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
yang harus dipenuhi. Masyarakat urban akan melakukan berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun karena terkendala pada permasalahan
ekonomi, maka jalan keluar yang diambil seringkali melanggar peraturan
yang ada. Masyarakat urban yang terpinggirkan akan mendirikan tempat
tinggal di daerah yang tidak seharusnya dipakai sebagai permukiman.
Permukiman ilegal berkembang pesat seiring tidak terkendalinya
arus urbanisasi. Semakin lama, kawasan tersebut menjadi padat dan
mengalami degradasi mutu lingkungan yang memberikan timbal balik secara
langsung terhadap kehidupan manusia. Munculnya permukiman kumuh di
suatu titik akan merambah ke titik lain, menyebabkan semakin rendahnya
kualitas hidup yang mencerminkan rendahnya tingkat pendidikan dan
ekonomi, dan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang tinggal
disana. Mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan relokasi
dengan harapan dapat mengembalikan fungsi semula dan menghasilkan nilai
ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat setempat. Pembangunan
perumahan vertikal juga mulai dilirk dengan harapan bisa menjadi solusi
untuk mengurangi kawasan permukiman ilegal yang semakin merajalela.
Kedatangan kaum urban di perkotaan juga memberikan pengaruh
pada kehidupan sosial masyarakat. Setiap masyarakat urban yang datang ke
kota pasti membawa budaya atau ciri khas dari daerahnya. Sebagian
pendatang mampu beradaptasi bahkan sampai menghilangkan budaya dari
daerah asal karena terpengaruh budaya kota. Namun sebagian lainnya mampu
mempertahankan jati diri sehingga membentuk kelompok tersendiri dalam
masyarakat. Kelompok masyarakat urban ini hanya satu dari banyak
kelompok yang ada dalam lingkungan perkotaan.
Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang memiliki keragaman
dalam elemen masyarakatnya. Masyarakat kota Surakarta memiliki
karakteristik masing-masing yang pengaruhnya pada berbeda satu sama lain.
Ciri khas yang terdapat tiap karakter dan pengaruhnya terhadap kehidupan
masyarakat, menjadi daya tarik tersendiri untuk mempelajari budaya
perkotaan.
2 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Melihat kompleksnya permasalahan sebuah wilayah perkotaan
dengan berbagai elemen yang ada di dalamnya, maka memberikan tantangan
bagi perencana untuk merencanakan wilayah perkotaan tersebut agar sebuah
kota mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa menimbulkan konflik
antar elemen yang ada.
2. PERMASALAHAN
1. Bagaimana konsepsi citra kota pada suatu wilayah perkotaan ?
2. Bagaimana konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada suatu
wilayah perkotaan ?
3. Bagaimana konsepsi jarak sosial pada suatu wilayah perkotaan ?
4. Bagaimana konsepsi luas menurut agama pada suatu wilayah perkotaan ?
5. Bagaimana konsepsi penguasaan kota pada suatu wilayah perkotaan ?
6. Bagaimana konsepsi ruang politik dan ruang perkotaan pada suatu
wilayah perkotaan?
3. TUJUAN
1. Memaparkan konsepsi tentang citra kota pada wilayah perkotaan.
2. Memaparkan konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada wilayah
perkotaan.
3. Memaparkan konsepsi tentang jarak sosial pada wilayah perkotaan.
4. Memaparkan konsepsi tentang luas menurut agama pada wilayah
perkotaan.
5. Memaparkan konsepsi tentang penguasaan kota pada wilayah perkotaan.
6. Memaparkan konsepsi tentang ruang politik dan ruang perkotaan pada
wilayah perkotaan.
4. MANFAAT
1. Sebagai bahan acuan untuk merancang wilayah suatu kota.
2. Mengetahui struktur umum kota secara fisik dan non fisik.
3 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
3. Mengetahui karakteristik masyarakat yang membentuk kehidupan
perkotaan, khususnya di Kota Solo.
B. KONSEP PENELITIAN
1. KONSEP TENTANG BUDAYA PERKOTAAN
Konsep tentang Budaya
Budaya adalah hasil cipta karya manusia, yang memiliki arti pikiran atau
akar budi, bersifat abstrak,. Budaya tidak dapat di patenkan karena budaya
tidak mempunyai bentuk yang jelas, kecuali bila suatu budaya dituangkan
menjadi sesuatu bentuk yang jelas maka dapat dipatenkan, yang biasa
disebut kebudayaan.
Konsep tentang Perkotaan
Perkotaan adalah suatu wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk
yang melebihi rata-rata jumlah penduduk. Fungsi wilayah perkotaan tidak
hanya sebagai pusat pemukiman saja, tetapi sebagai pusat pelayanan
pemerintah, pelayanan sosial, pelayanan kesehatan dan ekonomi. Mata
pencaharian yang ada di kota tidak berhubungan dengan alam, seperti
contohnya bekerja pada pemerintahan, kegiatan industri dan lain-lain.
Konsep tentang budaya perkotaan
Budaya perkotaan adalah suatu sistem kehidupan masyarakat yang
mempunyai ciri khas sebagai masyarakat kota yang timbul dari kebiasaan
masyarakat yang ada di kota. Pada suatu kota terdapat bermacam-macam
jenis kebiasaan yang menyatu pada masing-masing bentuk komunitas atau
kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Misal ada komunitas cina yang
berbeda dengan komunitas arab ataupun komunitas keraton.
2. KONSEPSI-KONSEPSI VARIABEL
Konsep citra kota
4 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Citra kota terbentuk dengan sendirinya sesuai perkembangan yang terjadi
disana dan dipengaruhi oleh aktivitas kehidupan kota. Citra kota ada yang
dibentuk oleh pemerintah kota dan ada yang terbentuk karena prilaku
masyarakatnya. Citra kota merupakan suatu ciri khas masing- masing kota
sehingga siapapun orang yang datang kekota itu mendapatkan kesan
tertentu yang akan membekas dalam ingatannya.
Konsep ruang politis
Ruang politis adalah pemahaman yang baru atas statu konsep kedaulatan
rakyat agar konsep ruang politis ini dapat diterapkan pada masyarakat era
globalisasi. Ruang politis mempunyai ciri, yaitu:
1. Partisipasi masyarakat hanya mungkin jika ada komunikasi.
2. Semua partisipan dalam ruang publik memiliki peluang yang sama
dalam mencapai tujuan yang fair dan mampu memberlakukan
mitra komunikasi atau lawan bicaranya sebagai pribadi yang
otonom.
3. Harus ada aturan yang melindungi proses komunikasi dari represi
dan diskriminasi.
Konsep tanah dan konsep kepemilikan tanah
Setiap komunitas memiliki konsep tanah yang berbeda, karena
dipengaruhi oleh perilaku mereka sendiri dan pengaruh dari
kebudayaannya. Ada konsep yang dapat menggambarkan secara jelas
dimana awal dan akhirnya dengan batas-batas yang jelas pula. Konsep
tanah untuk beberapa komunitas memasukkan beberapa kepercayaan dari
agama dan kebiasaan yang turun-temurun. Seperti kepercayaan feng shui
bagi masyarakat cina.
Konsep jarak sosial
Konsep jarak sosial menggambarkan kedekatan antar keluarga inti dan
keluarga besar, lalu keluarga inti tersebut dengan wilayah sekitarnya. Dan
5 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
ada juga masyarakat sekunder. Masyarakat sekunder merupakan
masyarakat yang lebih akrab dengan masyarakat diluar daerah tempat
tinggalnya karena pengaruh waktu. Pengaruh waktu disini merupakan
pengaruh banyaknya waktu yang dihabiskan oleh orang tersebut dalam
kehidupan.
Konsep ruang perkotaan
Adalah perubahan lahan dari suatu desa menjadi daerah suatu perkotaan
yang memerlukan pengembangan lahan yang semakin luas. Sehingga
menjadikan kota tersebut sebagai pusat keramaian.
Konsep penguasa kota
Penguasa kota adalah orang-orang yang mempunyai power terhadap
ruang-ruang yang ada pada suatu kota. power ini bisa berbentuk kekuatan
dalam hal kekayaan, politik, atau orang orang yang menjadi panutan
banyak orang, dan terkadang penguasa bisa merugikan kaum menengah
kebawah yang tidak mempunyai wewenang sama sekali.
Konsep luas menurut agama lebih menggambarkan sesuatu yang kultur
seperti kepercayaan feng shui yang berasal dari cina dan kepercayaan
jawa.
3. KOMUNITAS PERKOTAAN
a. Etnis China
Istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin (abad ketiga
sebelum Masehi) yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu
tahun sampai pada tahun 1913. Bangsa Chin yang merantau dari Cina
ini di Indonesia lalu disebut dengan Cina perantauan. Orang-orang
Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga
mereka bisa diterima dengan baik.
6 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian
membentuk perkampungan yang disebut dengan "Kampung Cina." Di
kota-kota dimana terdapat banyak orang Cina bertempat tinggal,
kampung ini lalu disebut dengan Pecinan. Orang-orang yang tinggal
di Pecinan ini banyak yang menjadi pedagang.
b. Anak Jalanan
Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu
pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan,
namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Pada
perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in the
street atau sering disebut juga children from families of the street.
Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan
keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu:
anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang
ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan
ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan
hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala
ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh
atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki
hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau
keluarganya.
Children in the street atau children from the families of the street
adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan
yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di
jalanan.
c. Komunitas Punk
Punk merupakan sub-budaya lahir di London, Inggris yang
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan
7 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
dari keyakinan ‘we can do it ourselves’. Punk lebih terkenal dari hal
fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan,
seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala
feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots,
rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh,
antikemapanan, antisosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas
rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa
orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai
punker.
d. Masyarakat Kraton
Keraton atau kraton (bahasa Jawa) adalah daerah tempat seorang
penguasa (raja atau ratu) memerintah atau tempat tinggalnya (istana).
Dalam pengertian sehari-hari, keraton sering merujuk pada istana
penguasa di Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata kraton berasal dari kata
dasar ratu yang berarti penguasa. Kata Jawa ratu berkerabat dengan kata
dalam bahasa Melayu; datuk/datu. Masyarakat Keraton pada umumnya
memiliki gelar kebangsawanan.
e. Transportasi
1. Supir adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh pengguna
jasanya untuk mengemudi kendaraan bermotor. Supir dibagi dalam
dua kelompok yaitu supir pribadi yang menjalankan kendaraan
pribadi dan yang kedua adalah supir perusahaan yang bekerja
untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti taksi, bus,
ataupun angkutan barang.
2. Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan
dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia,
berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang
supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Setiap jurusan
dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka.
f. Pedagang Pasar
8 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Pedagang pasar adalah orang yang melakukan perdagangan bertempat
di pusat perdagangaan, memperjualbelikan barang yang tidak
diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan.
Pedagang dapat dikategorikan menjadi:
1. Pedagang grosir, beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen
dan pedagang eceran.
2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk
komoditas langsung ke konsumen. Pemilik toko atau warung
adalah pengecer.
Pedagang pasar mempunyai ciri sosial tersendiri, hampir sama dengan
kalangan pebisnis, yakni kurang memperhatikan kebutuhan sosial di
sekitarnya.
g. Etnis Arab
Etnis arab adalah etnis atau suku yang berasal dari dataran arab yang
memiliki matapencaharian sebagai pedagang ataupun saudagar
sehingga sampai ke Indonesia dengan jalur perdagangan. Indonesia
memiliki keturunan etnis Arab yang cukup besar, hampir di setiap kota
di Indonesia. Perdagangan kain dan parfum adalah sektor paling
menonjol yang sering ditemui di pertokoan-pertokoan daerah kampung
arab.
h. Pemukiman Liar
Pemukiman liar adalah bentuk perumahan yang dibangun pada suatu
tempat yang kurang sesuai untuk prosedur kelayakan sebuah
perumahan. Sebuah pemukiman liar umumnya menempati daerah yang
tidak memiliki izin mendirikan suatu bangunan. Pendirian bangunan ini
dapat menurunkan aspek ketertiban dan keindahan suatu kota. Kesan
kumuh sering timbul dengan seiring perkembangnya pemukiman liar.
9 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
i. Bisnisman
Kalangan bisnisman merupakan salah satu kelompok masyarakat yang
mempunyai profesi tertentu di bidang bisnis maupun kegiatan
perekonomian. Orang-orang bisnis dikenal dengan kegiatan yang sangat
sibuk dengan urusan bisnisnya sehingga kurang memperhatikan
kegiatan maupun kebutuhan sosial di lingkungan sekitarnya. Biasanya
kalangan pebisnis lebih egois dan merupakan masyarakat sekunder,
dalam arti lebih akrab dengan orang-orang di lingkungan pekerjaannya
daripada lingkungan tempat tinggalnya.
3. TEORI BUDAYA PERKOTAAN
Pengertian kota menurut N. Daljoeni mengutip dari Grunfield adalah
sebagai suatu pemukinan dengan kepadatan penduduk yang lebih besar
daripada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencaharian
non agraris dan tata guna lahan yang beraneka ragam , serta dengan
pergedungan yang berdirinya berdekatan. Dari segi fisik, kota adalah suatu
pemukiman dengan perumahan yang relatif rapat dan sarana prasarana
serta fasilitas-fasilitas yang relatif memadai guna memenuhi kebutuhan
penduduknya. Gideon Sjoberg mengadakan usaha penting untuk
mengumpulkan bukti-bukti tentang kota-kota zaman kuno. Ia menemukan
model ideal dari kota sebenarnya. Kota sebenarnya hanya mendekati
semacam standart gabungan. Karakteristik kota kuno itu sebagai pusat
pemerintahan dan agama, didalamnya berdian kaum elit dan hanya di
tempat kedua menjadi pusat perdagangan. Kelompok-kelompok etis
cenderung membentuk kantong-kantong terpisah. Southall (1973)
mengatakan bahwa gabungan ideal itu mengaburkan banyak variasi-variasi
yang menarik. Southall mengutip sejumlah khasus, seperti Sumeria dan
Dinasti Lama, Meksiko pada zaman Aztec, Damaskus, Kartage, dan Eropa
pada abad pertengahan dan pada zaman renaissance, dimana pedagang-
pedagang itu kaya dan berkuasa, tidak kotor dan dan bukan golongan
10 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
periferi. Terdapat dua definisi yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah kota dapat dikategorikan sebagai mempunyai kebudayaan yang
khas. Definisi yang pertama, dalam arti luas, misalnya yang dikemukakan
E.B. Taylor: “Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Seperti dikemukakan oleh
Robert Redfield, komunitas kota lebih berorientasi kepada hal-hal yang
bersifat material dan rasional sehingga hubungan menjadi impersonal dan
sekunder, bukan lagi “relation oriented”. Individu menjadi teratomisasi
dan teranomisasi sehingga masing-masing harus mencari jalannya sendiri-
sendiri untuk tetap hidup. Karena banyaknya dan bervariasinya tuntutan
dalam bertingkah laku dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang
berorientasi pada goal dan pencapaian (achievement), maka gaya hidup
masyarakat kota lebih diarahkan pada penampilan fisik dan kualitas fisik
sehingga tampak civilized. Gejala yang timbul dalam komunitas kota
adalah adanya kecenderungan masyarakat menjadi masyarakat massa
(mass society) dimana individu kehilangan identitas pribadinya. Kota
mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan masyarakat umum
dan bangsa. Karena kota merupakan pusat kekuasaan, ekonomi,
pengetahuan, inovasi, dan peradaban maka kehidupan kota dapat
membawa dan mengarahkan kehidupan masyarakat umum kepada
peningkatan kualitas hidup manusia. Keadaan ini sebanding dengan arti
“sivilitas” yang berarti kualitas tertinggi pada masyarakat manusia.
Sekularisasi mencapai puncaknya dalam masyarakat modern, yang
mempengaruhi hampir semua bidang perilaku, dan meluas ke kalangan
penduduk. Pendekatan kehidupan kota sebagai jaringan sistem yang utuh
memang diperlukan untuk memperoleh pengertian yang jelas dan
mendalam mengenai kondisi dan proses kemajuan dan atau kemunduran
kehidupan serta kebudayaan kota.
11 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Louis Wirth, dengan bertolak dari hasil penelitiannya dan definisinya
tentang kota yang kualitatif, melihat kehidupan kota , dan mengemukakan
bahwa banyak relasi kota menyebabkan tidak memungkinkan terjadinya
kontak-kontak yang lengkap diantara pribadi-pribadi. Masyarakat kota
mempunyai pola-pola budaya dan tingkah laku, lembaga, pranata, serta
struktur sosial yang berbeda dari masyarakat primitif maupun masyarakat
desa. Hal tersebut menyebabkan terjadinya urbanisasi yang semakin
meningkat. Urbanisasi sangat berimplikasi terhadap kegiatan
perekonomian dan banyak menuai konflik di perkotaan. Urbanisasi
seringkali dikaitkan terhadap sikap penduduk dalam lingkungan pedesaan
yang mendapat pengaruh dari kehidupan kota . Urbanisasi ini dapat
menimbulkan lapisan sosial baru yang menjadi beban kota karena
kebanyakan dari mereka yang tidak berhasil hidup layak di kota akan
menjadi gelandangan dan membentuk daerah slum atau daerah hunian liar.
Urbanisasi dapat dipandang dari berbagai aspek yaitu material, teknologi,
spiritual, kesehatan, lingkungan, dan kelembagaan. Hal tersebut
menyebabkan urbanisasi menjadi masalah yang bersifat multidimensi.
Menurut Sarjono Herry Warsono, substansi tentang urbanisasi adalah
proses modernisasi wilayah desa menjadi kota sebagai dampak dari tingkat
kekotaan dalam suatu wilayah. Konsekuensinya adalah perpindahan
penduduk yang disertai dengan aktifitas perekonomiannya baik secara
individu ataupun kelompok yang berasal dari desa kota atau daerah
hinterland lainnya. Sedangkan menurut Prijono Tjiptoherianto, dalam
pengertian sesungguhnya urbanisasi berarti perubahan presentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Meskipun demikian,
masyarakat awam mendefinisikan urbanisasi sebagia perpindahan
penduduk dari desa menuju kota . Padahal perpindahan penduduk dari
desa menuju kota hanya merupakan salah satu penyebab proses urbanisasi.
Disamping penyebab-penyebab lainnya seperti pertumbuhan alamiah
penduduk perkotaan, perluasan wilayah, ataupun perubahan statua wilayah
dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan dan semacamnya.
12 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Kota merupakan mimpi tersendiri bagi masyarakat desa, mereka
mempunyai anggapan bahwa di kota terdapat jaminan kepastian
peningkatan taraf hidup menjadi yang lebih baik.. Pada umumnya mereka
pergi ke kota tanpa membawa bekal ketrampilan kecuali tenaga, ongkos
yang pas-pasan, modal yang minimal, dan wawasan kecerdasan yang jauh
dari harapan. Setibanya di kota, mereka dapati dirinya berada pada situasi
dan kondisi yang berbeda dari pada sewaktu berada di desa. Tidak jarang
mereka tetap menjadi pengangguran, menambah jumlah populasi
masyarakat miskin di kota , menambah tingkat kerawanan, ketidakamanan,
dan kriminalitas di kota . Semakin luasnya pengaruh kehidupan kota atas
kehidupan daerah pedesaan yang berada di sekitarnya, baik positif maupun
negatif. Kemiskinan yang terjadi di perkotaan didefinisikan sebagai suatu
standart tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan
materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standart
kehidupan pada umumnya yang berlaku dalam masyarakat yang sudah
ditentukan angkanya. Penyeban dari kemiskinan ini dapat dilihat dari segi
mikro, mezzo, dan makro. Kemiskinan dapat bersifat struktural dan
kultural. Kriminalitas di perkotaan sering terjadi dengan dilatarbelakangi
oleh adanya perbedaan budaya yang menciptakan iklim konflik vertikal
(antara masyarakat dengan pemerintah kota ) yang berlangsung secara
berkepanjangan. Tingkat kriminalitas di perkotaan yang tinggi tidak jarang
diakibatkan oleh permasalahan yang sepele dan remeh. Bahkan sekarang
ini, tawuran antar pelajar atau mahasiswa sudah menjadi barang tontonan
yang biasa.
Kehidupan dalam suatu perkotaan cenderung pada individualisme atau
egoisme yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha secara sendiri-
sendiri tanpa terlihat oleh anggota masyarakat lainnya. Setiap individu
memepunyai kebebasan diri untuk melakukan suatu hal seperti apa yang
mereka inginkan. Perkotaan pada umumnya mempunyai tingkatan budaya
yang lebih tinggi karena kretivitas dan dinamika kehidupan kota lebih
13 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
cepat dalam menerima sesuatu yang baru, lebih cepat mengadakan reaksi,
lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Akibat
dari sikap hidup yang individualisme atau egoisme serta pandangan hidup
yang radikal dan dinamis, menyebabkan kota umumnya lebah dalam segi
religi yang menimbulkan tindakan kurang memperhatikan tanggung jawab
sosial.
Setiap orang yang hidup di kota harus melindungi dirinya sendiri agar
tidak terlalu banyak hubungan yang bersifat pribadi, ia juga harus menjaga
diri terhadap potensi-potensi yang merugikan atau membahayakan dirinya
pribadi dan keluarga, maupun kebudayaannya. Kebanyakan hubungan
orang-orang kota digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu saja. Orang kota memiliki semacam emansipasi atau kebebasan
untuk menghindar dari pengawasan oleh kelompok kecil atas keinginan
dan emosinya. Sehubungan dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Wirth
di atas, maka Claude Fischer mengatakan bahwa kota-kota itu merupakan
tempat-tempat yang subur dimana terdapat sub kultur yang berbeda-beda
dan sehat dapat berkembang baik. Karena itu akan timbul dua proses yang
yang akibatnya berlawanan yakni intensifikasi sub kultur dan difusi
kebudayaan.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi : Surakarta
2. Alasan
a. Banyak komunitas yang tumbuh di kota Surakarta dan masing –
masing komunitas memiliki budaya yang berbeda - beda.
b. Surakarta adalah kota budaya yang menjadi daya tarik
bagi berkumpulnya berbagai komunitas yang ada.
14 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
c. Surakarta sebagai pusat kota yang menjadi tempat
berkembangnya berbagai sektor, baik formal maupun informal
sehingga menjadi daya tarik bagi para pendatang.
d. Masyarakat Surakarta mempunyai cara bersosialisasi
khas.
e. Adanya harmoni kehidupan penduduk Surakarta yang
beragam.
3. Jenis Penelitian
Deskriptif dan Kualitatif yang menggambarkan budaya pekotaan.
4. Populasi
Masyarakat Surakarta (seluruh masyarakat yang masuk dalam komunitas
Surakarta)
5. Sampel
9 komunitas yang telah dipilih yaitu :
a. komunitas pemukiman liar
b. komunitas jalanan (transportasi)
c. komunitas pedagang pasar
d. komunitas etnis Arab
e. komunitas etnis Cina
f. komunitas bussinesman
g. komunitas anak jalanan
h. komunitas Kraton
i. komunitas punk
6. Teknik Sampling
Cara pengambilan sample dengan mencari informan yang memilliki
banyak informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti.
7. Teknik Pengumpulan Data
15 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Kuesioner sebagai interview guide dengan cara mewawancarai secara
mendalam informan yang dibutuhkan.
8. Teknik Pengolahan Data
Dengan model matrix dan tabulasi yang diolah menjadi tabel univarian.
9. Analisis data
Dengan melakukan interpretasi setiap matrix maupun tabel univaran.
16 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
BAB II
HASIL PENELITIAN
A. ANAK JALANAN DI SURAKARTA
Yayasan yang menaungi para pengamen dan anak jalanan di kota
Surakarta adalah KAPAS ( Keluarga Pengamen Surakarta).
Sampai saat ini, yayasan KAPAS Sekarpace membawahi tiga sektor,
yaitu sektor Panggung (Ledoksari), Nayu, dan Nusukan. Anggota KAPAS
Sekarpace mencapai 162 orang.
Visi
Menjadi pioner dalam menangani masalah pengamen dan anak
jalanan dengan terus meningkatkan kualitas lembaga serta
anggota komunitasnya yang tergabung dalam wadah yang
independen, produktif dan solutif
Misi1. Mengurangi jumlah pengamen dan anak jalanan di kota
Surakarta
2. Menciptakan saluran yang tepat guna bagi para pengamen
dan anak jalanan untuk menjadi pemusik yang handal dan
professional
3. Menciptakan dan memberikan kesempatan alih profesi
yang seluas-luasnya untuk para pengamen dan anak
jalanan demi meningkatkan kesejahteraan mereka.
Di dalam yayasan KAPAS, terdapat organisasi yang mengembangkan
bakat para pengamen dan anak jalanan di atas usia 17 tahun dalam
berbagai bidang seperti musik (band), wiraswasta (laundry, jual pulsa) dan
17 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
olahraga (futsal, badminton) yaitu ROMPI (Rumah Olah Mental Pemuda
Indonesia). Untuk saat ini anggota ROMPI adalah 30 pemuda.
ROMPI adalah yayasan yang ikut menyalurkan dana dari pemerintah
kepada pengamen untuk dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha agar
tidak mengamen lagi. Tapi sekarang ini banyak dana yang disalahgunakan
oleh para pengamen.
Di sektor Nusukan, lima responden kami, yaitu Bayu, Anto, Yossar,
Chandra dan Andi memanfaatkan dana bantuan tersebut untuk latihan
band. Bayu sebagai vokalis, Anto dan Yossar sebagai gitaris, Andi sebagai
bassis dan Chandra sebagai drummer. Band mereka bernama THE
ROMPI. Mereka sudah mampu menciptakan lagu-lagu sendiri dan
kadangkala mendapat job untuk manggung di acara-acara kampus dan
acara sosial seperti di depan PGS dalam rangka mengumpulkan
sumbangan untuk korban bencana alam Gunung Merapi. Band mereka
juga telah mendapatkan tawaran untuk rekaman di Jogja.
Struktur organisasi penyelenggara ROMPI Kota Surakarta
18 Sosiologi Perkotaan
MANAGER PROGRAMWIDODO. SH
MANAGER PROGRAMWIDODO. SH
ANGGOTA ROMPI KOTA SURAKARTAANGGOTA ROMPI KOTA SURAKARTA
BIDANG PEMBINAAN MENTAL DAN SPIRITUAL
LUKMAN ALI POPALIA, S.SOS
BIDANG PEMBINAAN MENTAL DAN SPIRITUAL
LUKMAN ALI POPALIA, S.SOS
BIDANG OLAHRAGA DAN SENI
NANANG HERMAWAN , S.S
BIDANG OLAHRAGA DAN SENI
NANANG HERMAWAN , S.S
BIDANG PELATIHAN DAN KEWIRAUSAHAAN
ALIFUL ADHIM S, Pt
BIDANG PELATIHAN DAN KEWIRAUSAHAAN
ALIFUL ADHIM S, Pt
SEKRETARISIAMAM FANANI
SEKRETARISIAMAM FANANI
BENDAHARAHANIK. K, A.Md
BENDAHARAHANIK. K, A.Md
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Kegiatan Kajian dan Latihan Musik
Kajian
11 Mei 2009, ROMPI
19 November 2009, Nayu
3 Desember 2009, Nusukan
17 Desember, Ledoksari
31 Desember 2009, Sangkrah
Latihan Musik
Anto CS
Hari : Sabtu & Selasa
Jam : 19.30 WIB
Tempat : Mata Dewa
Monitoring Usaha
Usaha Keterangan Personil
Laundry 40-50 kg per Hari Halini
Cuci motor Gendingan, ± 75.000 / hari Andri & Tri
Warung Hik 1 Praon, ± 150.000 / hari Yusuf & Arif
Warung Hik 2 Gulon, ± 200.000 /hari Wahyu
Pulsa 1 & 2 Mobile, ± 700.000 Elansa & Hendro
Bengkel Sumber, ± 100.000 /hari Roni
Persiapan :
Warung Mie Ayam Grand Opening 15-22 November
2009
Warung Ayam Goreng
Jamur
Cuci Motor
19 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
No KegiatanMinggu Minggu II Minggu III Minggu IV
KeteranganS S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
1 Pelatihan Komputer Jam 11.00 dan 14.00
2Bimbingan Mental/Kajian
Ba'da Maghrib
3Monitoring dan Evaluasi Usaha Jam 09.00
4 Futsal Jam 19.00
5 Latihan Musik
3 Group Musik, waktu berbeda
6 Piknik 3 bulan sekali
20 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
B. HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Komunitas anak jalanankenyamanan TinggalNo Nama Kenyamanan Tinggal
Interaksi Hubungan Sosial Cara Bermukim1 Supri Mudah cari teman mbak, dari Semarang,
Surabaya, gitu mbak.Podho – podho ngamene mbak, enak cara bertamane mbak. Gag ndelok asale mbak. Enak berhubungane. Sak roso
2 Nugiyati Diganggu koncone mbak, kudu kuat dadine.
Dikejar satpol PP mbak, kasar.
3 Bayu Nyaman, banyak temen mbak, udah kaya punya banyak saudara jadinya.
4 Yossar Solo aman mbak, gag enek GAM, ra dioyak – oyak kon nyekel bedhil dadine.
5 Chandra Pergaulan baik mbak, banyak temen disini.
6 Takhim Nyaman mbak, pergaulane nyaman mbak, banyak temen, sering ngobrol nyambung ma temen – temen disini.
7 Andi Nyaman mbak tinggal disini, sama mbak ma yang lain, banyak temen disini.
8 Ari Nyaman, punya banyak teman
21 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Kesimpulan :
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut :
Interaksi : mereka merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka dapat dengan mudah mendapat teman
di sini, baik teman sesama pengamen dari Solo maupun teman pengamen dari daerah lain.
Hubungan sosial : ada yang merasa nyaman tinggal di Solo karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai
kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga yang merasa tidak nyaman karena mempunyai
hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum
memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik.
Cara bermukim : mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan separatis, semacam GAM atau yang lainnya.
Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan
22 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep Perkotaanno nama Lokasi Tempat Tinggal Frekuensi Keberadaan Di rumah
Apartemen Kompleks Perumahan
Perkampungan Lainnya
1 Supri Perkampungan mbak, di daerah deket pasar itu lho mbak, Doksari RT 4 / RW 7
Keluar dari rumah itu jam dua belasan mbak, terus ngamen sampe jam sembilan sepuluhan mbak
2 Nugiyati Tetangga sama Supri mbak, jadi ya sama rumahnya mbak.
Pulang sekolah terus ngamen mbak, jam dua an, pulange jam sembilan maleman mbak.
3 Bayu Saya tinggal di kampung Sumber mbak, ya daerah deket studio ini mbak, deket Mbonoloyo.
Ngamen dari jam delapan mbak, sampai jam tengah tigaan mbak, itu nek senin sampai kamis, nek hari jumat sampai malem mbak, itu lho kalau di pasar ada jatah buat pengamen, jadi pas hari itu semua ngasih mbak.
4 Yossar Tinggal di Sumber mbak, beda RT ma Bayu ma Anto, saya RT 8 / RW X
Dulu ngamen sampai umur enam belas tahun mbak, sekarang kerja di sablon, nyablon ngunu lho mbak, tapi pas ada pesenan thok kerjane.
5 Chandra Di Bibis Luhur mbak, RT 4 / RW XX.
Dulu pas kerja di batu bara ada jam kerja mbak, tapi sekarang udah gak kerja jadi di rumah.
6 Takhim Tetangga ma Bayu mbak, satu RT, deket kuburan. Rumahnya banyak
Kadang masih ngamen mbak, lha kerjaannya gak tentu, sablonan musiman gitu mbak,
23 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
kijingnya mbak, hahaha. Ruang tamu ada kijing gitu mbak. Dulu bekas makam, tanah pemerintah gitu mbak.
ntar nek ada pesanan ya sampai gak tidur gitu mbak. Tapi pas gak ada pesanan ya di rumah mbak, nganggur, jadi ikut Bayu ngamen gitu mbak.
7 Andi Saya tinggal di Sumber Bakalan mbak, deket Nayu juga mbak. Di RT 6 / RW XI
Dulu kerja di Aceh mbak, sekarang nganggur mbak, makane saya minta mas Aliful nyariin kerja mbak. Sekarang cuma maen ma temen – temen mbak.
8 Ari Omah neng perkampungan, Kadipiro RT 5 RW XI, desa Gambir Sari
Ngamen dua kali seminggu, akehe dolan neng njobo, nonton balapan, nongkrong, muleh subuh
Kesimpulan :
Dari hasil wawancara kami dapat disimpulkan bahwa anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat baik itu di daerah
tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang sampai
malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Namun, ada
juga anak jalanan yang tidak punya kerjaan apa – apa, dan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman – temannya di rumah.
Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan
24 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep Budaya Perkotaan
No Nama Mengenal Tetangga Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial Frekuensi Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial
Ya tidak Selalu Jarang Tidak Pernah Selalu Jarang Tidak Pernah1 Supri Kenal mbak,
tetangga di rumah ma teman kelompok lain juga kenal mbak, lha mas saya juga anak punk, jadi kenal anak punk juga.
Gak pernah mbak, gak tau acaranya apa, tapi saya ikut pengajian sama futsal di KAPPAS mbak.
Acara sosial gak pernah mbak, tapi kalau pengajian saya rutin mbak sejak satu tahun lalu.
2 Nugiyati Kenal, yo cah ngamen og mbak. Melu ngamen neng kene.
Dulu pernah mbak, pernah diajak di TPA saya kaya acara sosial gitu mbak. Gak tau mbak. Saya juga ikut TPA mbak.
Ya itu mbak, diajak TPA saya.
3 Bayu Kenal mbak, masa ma tetanggane gak kenal mbak. Ya ngrumpi – ngrumpi gitu mbak kalau malem, ngumpul
Dulu pernah diajak KAPPAS mbak, pas gunung merapi itu lho, ngamen amal gitu.
Kalau tau ada acara itu terus diajak ya pasti ikut mbak.
25 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
gitu lah mbak. Terus pas gempa di Jogja yang di gerabah – gerabah itu lho mbak, mbantu di situ, nek di rumah ya kerja bakti.
4 Yossar Kenal mbak, tapi jarang ngobrol mbak, gak cocok ma pemuda – pemuda ne.
Jarang mbak. Jarang mbak, gak gitu cocok ma orang – orangnya mbak.
5 Candra Kenal mbak, ya ngobrol gitu mbak pas malem.
Jarang mbak, sekarang sering maen di luar rumah.
Jarang mbak, lha ya gara – gara itu tadi mbak, seringe maen ma temen kampung sebelah.
6 Takhim Kenal mbak nek sama tetangga, tapi sekarang jarang ngobrol, udah gedhe ini
Berpartisipasi pas gunung merapi itu mbak, ngamen ma
Sama kaya Bayu mbak, nek tau ya ikut mbak.
26 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
seringe ma teman luar mbak. Ma pemuda beda RT gitu mbak.
Bayu di PGS, buat disumbangin gitu, terus pas ada gempa ke Jogja jadi relawan gitu, mbantu ketua KAPPAS, di rumahe Pak Widodo mbak. Nek di rumah ya ikut kerja bakti ma karang taruna gitu.
7 Andi Kenal mbak, ya ngobrol – ngobrol gitu mbak.
Ikut kerja bakti di kampung mbak.
Nek ada kerja bakti ikut terus mbak.
8 Ari Kenal mbak, tapi jarang ngobrol, dolane karo wong njobo, tau ngobrol tapi karo konco cedak tog.
Jarang mbak. Jarang ikut begiuan mbak.
27 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Kesimpulan :
Dari paparan hasil wawancara quesioner di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan mempunyai interaksi dengan lingkungan cukup baik, hal
ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun teman sekomunitasnya walau itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih lanjut
maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Di samping itu, untuk kegiatan sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam
kegiatan sosial tergantung pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka yang sudah paham dan sadar,
mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil atau karena
masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.
28 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan
29 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep ruang politisNo Nama Ada Tidaknya Perkumpulan Dalam Komunitas Keikutsertaan Dalam Perkumpulan Anak Jalanan
Ada Tidak Sering Jarang Tidak Ada1 Supri Ora enek i mbak, gur
ngumpul – ngumpul biasa thog og, gak gawe komunitas. Nek KAPPAS ikut kegiatane tapi gak dadi anggotane mbak.
Cuman ngumpul mbak, jadi ya gak dijadwal mbak. Ngumpul ya kaya gini. Nek ada yang ulang tahun ya ngumpul. Gitu – gitu aja mbak. Kalau kegiatan KAPPAS saya ikut mbak.
2 Nugiyati Gak enek mbak. Paling KAPPAS, tapi aku rung melu.
Gur ngumpul bar ngamen mbak, nek kesel leren ngunu.
3 Bayu Ada mbak, saya ikut KAPPAS mbak, udah setahunan saya ikut KAPPAS, ngumpul ma anak – anak ngamen se Surakarta, dulu pernah ikut juga Yamama mbak.
Saya ikut terus acara KAPPAS mbak, dulu yang dari Nusukan yang ikut banyak mbak, tapi lama – lama mlorot jadi Cuma saya ma Anto mbak.
4 Yossar Ada kelompok, tapi saya gak ikut kelompok – kelompok mbak, di KAPPAS gara – gara ngeBand dadi melu anggotane.
Cuma ikut ngebande mbak.
30 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
5 Candra Dulu pernah ikut capcus, gank motor gitu mbak, tapi sekarang gak ikut lahi, Cuma ngeBand ini, jadi anggota KAPPAS deh.
Cuma ngeBand.
6 Takhim Sama Bayu mbak, ikut KAPPAS sektor Nusukan sing ndampingi mas Aliful ini mbak, ikut pertemuan rutinnya.
Nek ada pertemuan selalu ikut mbak, kaya Bayu lah mbak.
7 Andi Ada kelompok mbak, cuma ngumpul ngeBand aja, terus dadi anggota KAPPAS.
Cuma ngumpul ngeBand mbak, kalao training – training gitu gak ikut.
8 Ari Ada mbak, ya kayak KAPPAS terus gank motor.
Saiki jarang balapan goro – goro sering kegaruk, sekali kegaruk motore disita.
Kesimpulan :
Dari pendeskripsian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan sebenarnya tidak membuat satu
komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan anak dengan
profesi yang sama yang seringnya ngumpul pada lampu merah tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak terkomunitaskan dan merasa
sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan anggota dari
31 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah
satunya adalah KAPPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan
hanya sebatas “ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu
untuk kegiatan yang diberi KAPPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota maupun yang belum menjadi
anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPPAS semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama.
32 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Hasil Penelitian Komunitas anak jalanan
33 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep Jarak SosialNo Nama Teman Tinggal Pekerjaan frekuensi Bekerja Dalam sehari
Ada Tidak Bekerja Tidak Bekerja1 Supri Ada mbak, kaya
Fajar sama – sama ngamen mbak, terus Dwi, lulusan SMA 21 tahun
Ngamen ini mbak. Gak bisa ngapa – ngapa og mbak, selain ngamen.
Tadi mbak, jam dua belasan sampai jam sembilan sepuluhan mbak. Ngamen di sini, terus nek gak ada hasil ya kadang muter mbak ke bangjo – bangjo gitu.
2 Nugiyati Ada teman mbak, namane Pita, ngamen disini juga ug mbak. Terus teman rumah mbak, namane Agus umure 17 tahun.
Ngamen disini mbak sama temen – temen.
Pulang sekolah sampai malem mbak.
3 Bayu Ada pak Dodo, juragan Tarup, istrine namane Bu Dodo mbak, eh Bu Dewi dink, anake lima mbak, Slamet, Sodron, Bodeng, Rina ma Nina. Terus ada juga Bu Yeni, bojone
Ngamen dari satu pasar ke pasar lain mbak. Lumayan.
Jam tengah delapanan sampai jam tigaan mbak, tergantung harinya mbak.Kaya tadi udah tak jawab nug mbak.
34 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Pak Agus, duwe telu anak, Wawan, Ria, Fitri
4 Yossar Kenal tapi dikit, Wawan mbak, temen sablon. Mbake i mending tanya ma RT ne ajah mbak, kayak sensus.
Kerja di sablon ma ngamen mbak.
Kerja tergantung pesenan mbak, nek ada pesenan ya nglembur nek gak ada ya nganggur, terus ngamen.
5 Chandra Kenal semua mbak, ada Fajar, istrinya udah mati mbak, anaknya satu, Excel. Terus ada Gesang, temen maen mbak, nganggur.
Dulu kerja di Batu Bara, sekarang nganggur mbak.
Dulu pas di Batu Bara kerja ne jam tujuh sampai jam empat sore mbak. Sekarang nganggur, kadang ngamen, maen ma di rumah thog.
6 Takhim Kenal semua mbak, Pak Parjono, juragan sayur, istrine namane Bu Ginah, anake namane Rina, terus
Sablon musiman mbak, koyo nyablon spanduk rokok anyar, dadi nek enek rokok anyar, saya wis ngerti seg, sakdurunge iklane
Pas ada omset nyablon spanduk dari rokok ya lembur mbak, sampe gak tidur, tapi pas gak ada pesenan ya gak kerja mbak. Gak tentu mbak. Mending ngamen, lumayan buat tambahan.
35 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Suryo, lum nikah.
metu. Karo ngamen karo Bayu.
7 Andi Ada mbak temen rumah, namane Deki, orang kuliahan mbak, terus ada Wawan mbak, juragan maeman cilik gitu, istrine mbak Fitri, anake namane Alpin.
Gak punya kerja mbak, nek ada kerja kasihke saya ya mbak, parkir – parkir gitu juga gak papa mbak. Dulu saya merantau sampai Aceh mbak, terus pulang lagi disini.
Gak kerja mbak, di rumah cuman maen thog. Ngumpul ma temen – temen. Maen sampai malem. ngeBand.
8 Ari Enek mbak, Tahu, Agus, Fajar
Ngamen ini. Pulang pagi, nonton balapan, nongkrong.
No Nama PengenalanTetangga Dekat Tetangga Jauh
1 Supri Nama : FajarPekarjaan : ngamenNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
Nama : DwiPekarjaan : lulusan SMANama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
2 Nugiyati Nama : FajarPekarjaan : Ngamen
Nama : AgusPekarjaan : sekolah
36 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Nama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
Nama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
3 Bayu Nama : Pak DodoPekarjaan : Juragan TarupNama Suami / istri : Bu DwiJumlah anak : 5Nama anak : Slamet, Sodron, Bodeng, Rina, Nina
Nama : Mbak YemPekarjaan : Ibu Rumah Tangga Nama Suami / istri : Pak AgusJumlah anak : 3Nama anak : wawan, Ria, Fitri
4 Yossar Nama : WawanPekarjaan : Tukang SablonNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
Nama : Pekarjaan : Nama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
5 Chandra Nama : FajarPekarjaan : pedagangNama Suami / istri : Jumlah anak : 1Nama anak :Excel
Nama : GesangPekarjaan : nganggurNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
6 Takhim Nama : Pak ParjonoPekarjaan : Juragan SayurNama Suami / istri : Bu GinahJumlah anak : 1Nama anak : mbak Rina
Nama : SurypPekarjaan : wiraswastaNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
7 Andi Nama : DekiPekarjaan : kuliahNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :
Nama : WawanPekarjaan : juragan makananNama Suami / istri : FitriJumlah anak : 1Nama anak : Alpin
8 Ari Nama : AgusPekarjaan : ngamenNama Suami / istri :
Nama : FajarPekarjaan : sekolahNama Suami / istri :
37 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Jumlah anak :Nama anak :
Jumlah anak :Nama anak :
Kesimpulan :
Dari berbagai jawaban di atas dapat disimpilkan bahwa anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan lingkunagn rumahnya meski dia lebih
banyak menghabiskan waktu di jalanan. Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan mereka. Selain
menganen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar
membantu orang tua, namun ada juga yang tidak mempunyai pekerjaan dan juga sudah berhenti mengamen, sehingga hidup mereka masih
bergantung pada orang tunya. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata mereka berada di luar selama delapan jam an.
Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan
38 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep citra KotaNo Nama Warga Asli Warga Pendatang Kesan Terhadap Kota Solo1 Supri Saya di sini udah agak lama, sejak
umur enam tahun dulu di ajak orang tua sing pindah dari Semarang. Tapi trus bapak sama ibu pindah lagi ke Semarang. Saya disini tinggal sama mas. Mas juga jadi anak punk.
Solo itu tambah bersih, makin aman, makin nyaman. Pembangunane juga tambah maju, kan sekarang ada apartemen, trus ada city walk, sekarang terminal sama pasar jadi rapi. Pokoknya Solo tambah berkembang kok mbak, daripada Semarang, bedane Solo lebih sempit timbang Semarang mbak.
2 Nugiyati Saya asli Solo mbak, wong saya dari lahir udah di Solo.
Wah nek sekarang Solo wi tambah rusuh. Lha kan ada banyak pendatang, lha yang pendatang jadi pengamen itu suka bikin rusuh, dan suka ngambil tempat. Kadang malah ada tawuran, apalagi kalau sudah kemasukan anak punk, dulu pernah ada tawuran sampai kakakku yang anak punk sampe masuk rumah sakit.
3 Bayu Saya asli Solo. Dulu orang tua saya juga tinggal di Solo tapi sekarang sudah pisah.
Wah nek Solo sekarang tambah berkembang banget mbak. Sekarang kan pembangunan banyak banget, Solo jadi tambah bagus, rapi. Dimana-mana ditata, tapi ya itu kalo lagi ngamen jadi tambah sering dikejar-kejar satpol PP.
4 Yossar Saya pendatang, dulu saya tinggal di Aceh, pindah ke Solo tahun 2007 gara-gara Di Aceh nggak aman, disana saya dioyak – oyak kon dadi anggota GAM, ya gara-gara itu saya trus lari ke Solo, orang tua saya kan warga Solo yang dulu ikut transmigrasi ke Aceh.
Solo itu rame, modern tempat hibuarane banyak, lha nek di Aceh nggak ada tempat hiburan saya kan tinggale ning daerah pelosok mbak. Sing isih hutan, daerahe koyo hutan. Tapi nek masalah bebas, luih bebas Aceh, lha kan tempatnya hutan jadi masalah peraturan masih bebas banget.
5 Chandra Saya asli Solo, ya walaupun dulu hidup pindah – pindah,
Solo tu banyak yang udah dibangun, Jalan yang dulunya rusak parah sekarang sudah diperbaiki.
39 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
tapi masih tetep disolo. sekarang kota Solo tu jadi damai nggak seperti dulu, banyak terjadi kerusuhan.
6 Takhim Saya warga pendatang, di Solo sejak umur lima tahun, dulu tu ikut orang tua.
Solo itu tambah rapi, taman kotanya banyak yang dibangun,turisnya jadi tambah banyak, trus tempat-tempat yang di pinggiran sungai itu banyak yang direlokasi.
7 Andi Saya asli Solo tapi pernah merantau ke Aceh.
Solo yo tambah bagus, salurane, tamane, pembangunane, yo menguntungkan pokoke.
8 Ari Asli Solo mbak. Majune lagi saiki pas walikota ne Jokowi, okeh pembangunane terminal, pasar – pasar, sing penak soyo penak sing rapenak tambah rapenak. Tapi yo penak – penak wae lhawong tanah kelahiran.
Kesimpulan :
Menurut pendapat warga pendatang, Solo pada umumnya dirasa sebagai kota yang nyaman, maju dan modern dan merasa lebih nyaman tinggal
di Solo dibanding tinggal di daerah asalnya.
Menurut pendapat warga asli, ada yang berpendapat bahwa Solo merupakan kota yang berkembang menjadi semakin baik, dari segi
pembangunan, dan penataannya dan keamanan pada umumnya semakin baik. Namun ada pendapat warga asli yang merasa dunia jalanan kota
Solo semakin rusuh karena semakin banyaknya jumlah pendatang yang menjadi pengamen seperti mereka. Pendapat ini datang dari anak jalanan
perempuan warga asli. Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat dari sudut pandang warga asli laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain
jika menyangkut masalah keamanan, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan
separatis anti pemerintahan, tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh dengan kedatangan kaum pendatang,
karena mereka maen serobot lahan untuk mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas. Namun secara garis besar, kesan
mereka terhadap Solo berorientasi pada perkembangan Solo yang semakin pesat dan banyak dilakukan pembangunan, penataan, dan perbaikan
40 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
sehingga menjadikan Solo menjadi lebih baik lagi. Perkembangan Solo yang semakin maju itu memberikan secercah harapan bagi para anak
jalanan, mereka berharap dengan adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada mereka, padahal pada
kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang
sesungguhnya mempunyai potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.
Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan
41 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep Ruang Perkotaan
No Nama Lama Tinggal Di Solo Lokasi Tempat Tinggal Keadaan Tempat TinggalDulu Sekarang
1 Supri Saya di Solo sudah sejak umur enam tahun mbak.
Saya tinggal sama kakak di deket pasar Ledoksari, di RT 4 / RW VII.
Solo dulu itu nggak terlalu ramai, trus juga nggak macet.
Kalau sekarang Solo udah tambah rame dan macet, Pembangunane juga tambah banyak. Kan kalau pembangunane tambah terus, nanti jadi ada pekerjaan buat saya.
2 Nugiyati Saya tinggal di solo udah dari lahir mbak, umur saya aja sekarang udah 13 tahun.
Rumah saya deketnya Supri, tetangga saya itu.
Dulu itu Solo nggak seramai sekarang.
sekarang Solo tambah ramai, konco ku dadi akeh mbak, ora mung konco ngamen, tapi konco sekolah, konco rumah, seneng mbak jadine.
3 Bayu Saya tinggak sejak kecil dulu sama orang tua, tapi terus tinggal sendiri karena mereka cerai mbak.
tinggal di pinggiran kota, daerah Sumber RT 8 / RW XII, bekas makam, tanah pemerintah, nek digusur ya udah siap mbak.
Dulu tu waktu awal tinggal di rumah saya yang sekarang, masih sepi, tetangganya baru satu dua orang, soalnya kan rumah saya itu tanah pemerintah, bekas makam. Dulu Solo sempet rusuh, pas tahun 1998, bakar – bakaran itu lho mbak, pas itu bikin cari kerja jadi susah mbak.
Kalo sekarang Solo sudah padat tambah ramai, banyak mall, banyak dibangun bangunan – bangunan sing duwur.
4 Yossar Saya tinggal di Solo sejak tahun 2007, awalnya ikud pakde, tapi sekarang tinggal sendiri, gak enak mbak numpang.
Saya mbangun rumah di daerah rumahe Bayu tapi beda RT saya RT 7 / RW XII.
Dulu waktu awal pindah kesini Solo udah rame. Kan saya awale dari Aceh yang sepi, lihat Solo langsung kaget, rame banget.
Tapi kalu Sekarang, Solo tambah reme, modern tempat hiburane banyak.
5 Chandra Saya di Solo sejak Saya tinggal sama Dulu Solo itu nggak seramai Sekarang kan, Solo udah banyak
42 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
masih kecil, awale emang pindah-pindah kontrakan.
keluarga di daerah Bibis Luhur di RT 4 / RW XXII
dan semaju sekarang. mbangun, perbaikan jalan, mbangun taman.
6 Takhim Saya di Solo dari tahun 1993.
Rumah saya di Nayu RT 8 / RW XII. Dulu itu bekas makam.
Dulu daerah rumah saya awale banyak sawah.
Sekarang sudah padat. Malah sekarang udah nggak ada sawah.
7 Andi Saya tinggal di Solo sejak kecil, wong saya asli Solo.
Rumah saya belakang itu lhoh, daerah sumber di RT 6 / RW XI.
Dulu Solo belum bersih, belum rapi, mallnya dikit, dulu kan nggak ada Solo Square, Grand Mall.
Sekarang tambah maju, mallnya banyak, jadi rapi, bersih.
8 Ari Tinggal disini ko kelas 5 SD
Mbien cilikane neng Bibis Luhur, ues padet omah terus pindah Kadipiro, Gambir Sari RT 5 / RW 1
Sepi, sitik mbangune Akeh mbangune pas pak jokowi dadi walikota
Kesimpulan :
Dari jawaban anak jalanan di atas, dapat disimpulkan bahwa mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.
Mereka kebanyakan sudah lama tinggal di Solo, namun ada juga yang pendatang dan baru saja tinggal di Solo, tetapi pada dasarnya mereka
punya pandangan yang hampir sama menegnai perkembangan Solo.
Pendapat mereka Perkembangan Solo dulu dan sekarang hampir sama, Dulu, Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata,
bahkan peristiwa kerusuhan Solo merupakan peristiwa yang cukup mempengaruhi kota Solo dan kehidupan mereka. Sekarang berubah menjadi
kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri lainnya) di berbagai daerah.
43 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Hasil Penelitian komunitas anak Jalanan
44 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Konsep Tanah Dan KepemilikanNo Nama Sejarah Menempati Kota
SoloPemahaman tentang tempat tinggal
Pengaruh Komunitas Terhadap pola bertempat tinggal
1 Supri Saya dari Semarang, dulu dari umur enam tahun diajak orang tuanya pindah ke Solo. Dapat rumah di deket pasar situ, tapi setelah setahun bapak sama ibu balik lagi ke Semarang saya tetep disini sama kakak.
rumah itu tempat berteduh, tempat beristirahat. Pokoknya habis kerja terus pulang kerumah.
Nggak ada pengaruh nya mbak
2 Nugiyati Saya tinggal ikut orang tua dari lahir mbak.
Rumah itu tempatnya ngumpul sama keluarga, melepas lelah, pokonya Rumahku Istanaku.
Nggak mbak, nek waktune pulang aku yo pulang.
3 Bayu Saya tinggal sendiri, soale orang tuaku kan cerai, trus pindah – pindah akhirnya tinggal di lahan bekas makam, ya tanahe pemerintah. Ya meski saya asline punya saudara kembar mbak, rumahnya di tanah resmi, tapi saya gak enak ma gak mau ngrepoti dia mbak. Terus ya udah, saya mbangun di tanah pemerintah ini mbak.
Rumah adalah istana, tempat buat ngumpul keluarga paling nyaman.
Nggak mbak
4 Yossar Tinggal ning kono goro-goro ngerti ana tempat tinggal bekas makam, yo
Nggo turu mbak. Omah yo omah mbak.
Nggak mbak.
45 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
trus melu mbangun ning kono, timbang nunut pakde.
5 Chandra Tinggal karo keluarga, sing golek omah orang tua mbak.
Rumah ya tempat istirahat, untuk tidur dan nglepas cape.
Nggak mbak.
6 Takhim ning Solo sejak tahun 1993, ini rumah embah og mbak, dulu sekitar sini amsih sawah, gak kaya sekarang banyak rumah gini.
Rumah adalah surga, walaupun pergi kemana – mana tetap inget rumah.
Nggak, ya emang ada pengamen yang milih nggak pulang tapi nek saya tetep pulang. Kerja ya kerja pas waktu pulang ya pulang.
7 Andi Rumahku turun temurun dari mbah-mbahku dulu mbak.
Rumah nggo istirahat mbak. Nggak, mbak, tetep pulang, kesel yo penak di rumah.
8 Ari Ndisik ngontrak neng Bibis Lor terus mbangun omah ning Kadipiro, awale kuwi omahe wong tuoku tapi goro – goro enek masalah dadi hak milik bulikku.
Tempat beristirahat sementara, tempat berkumpul keluarga mencurahkan kasih sayangnya.
Iya, lha kan balapane bengi – bengi dadi mulihe sog subuh – subuh.
Kesimpulan :
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas anak jalanan tinggal di rumah yang berada pada lahan pemerintah, mereka siap dengan
segala resiko yang ada, yaitu siap jika suatu saat digusur. Karena mereka memang tidak mempunyai cukup uang untuk mendapatkan rumah
resmi atau bahkan membangun rumah layak bagi mereka. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah seharian melakukan
aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya sebagai
tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup dengan pendapatan hari itu
46 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009
Hasil Penelitian komunitas Anak JalananKonsep Penguasa KotaNo Nama Bidang yang Menonjol Di kota Solo Tokoh Penguasa1 Supri faktor seni / budaya, yo pokokmen budayane lah mbak. Nggak ono penguasa mbak.
2 Nugiyati faktor budaya mbak, lha dulu aku pernah diajak putra-putri Solo ikut acara social, lihat keraton, trus ke Balekambang, enak nggo rekreasi.
Nggak ono penguasane, bebas kok.
3 Bayu bidang Ekonomi, soale akeh pembangunan mall, dadi kan ekonomine jadi maju, tapi budayane barang dink mbak.
Penguasa yo walikota Solo, pak Jokowi
4 Yossar Bidang kebudayaan Pak Jokowi.
5 Chandra Sama, bidang kebudayaan, sesuai slogan kan Solo kota budaya.
Pak Walikota mbak.
6 Takhim bidang kebudayaan, kan di solo ada alun – alun trus banyak acara yang hubungane sama budaya , contohnya sekaten, wayang neng alun - alun.
Orang yang paling kuasa ya Bapak Walikota Solo, Bapak Jokowi.
7 Andi Sama mbak, budayanya. walikota Solo, pak Jokowi. 8 Ari Budayane, ono akeh, sego liwet, apem, serabi. Pak Jokowi, lha walikota og.
Kesimpulan :
Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara –
acara yang sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat
bahwa sektor budaya yang mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri sektor ekonomi juga sedang mulai
merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota Solo, Bapak Jokowi.
47 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
BAB III
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak
yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan
dengan keluarganya.
Dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan
mereka dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya remaja. Dengan
kata lain, secara ideal perkembangan remaja akan optimal apabila mereka bersama
keluarganya. Tentu saja keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang harmonis,
sehingga remaja memperoleh berbagai jenis kebutuhan, seperti kebutuhan fisik-
organis, sosial maupun psiko-sosial.
Adapun karakteristik anak jalanan menurut Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia adalah:
1. Anak-anak yang berusia 6-21 tahun, terutama usia 6-15 tahun
2. Meninggalkan keluarganya
3. Memiliki kegiatan keseharian tertentu yang rutin
4. Meninggalkan sekolahnya
5. Tinggal di kota
Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street
dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan
kategori, yaitu children in the street atau sering disebut juga children from
families of the street.
48 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.
Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak
yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah
setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan
tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan
keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang
tidak rutin.
Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh
atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan
atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
Children in the street atau children from the families of the street adalah
anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang
berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun
kuantitas. Penelitian menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan
berasal dari keluarga tidak mampu. Namun demikian hubungan kemiskinan
dengan perginya anak ke jalan bukanlah hubungan yang sederhana. Diantaranya
terdapat faktor-faktor intermediate seperti harmoni keluarga,kemampuan
pengasuhan anak dan langkanya dukungan keluarga (family support) pada saat
krisis keluarga di rumah.
Hingga saat ini penanganan masalah anak jalanan masih terbatas. Tinjauan
terhadap berbagai kebijakan pemerintah menunjukkan bahwa secara konseptual
penanganan anak jalanan dijamin oleh kebijakan yang ada, namun hasil survei
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak, menunjukkan hanya
10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia, terutama di
perkotaan, penanganan yang serius terhadap masalah anak jalanan merupakan
suatu isu kebijakan yang mendesak. Penanganan tuntas tentunya tidak hanya
49 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
mencakup upaya-upaya yang bersifat rehabilitatif saja, tetapi juga mencakup
usaha yang bersifat pencegahan dan pengembangan.
UU No. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak, menjelaskan bahwa
kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial. Namun demikian, pemeliharaan kesejahteraan anak belum
dapat dilakukan oleh anak sendiri sehingga tanggung jawab tersebut menjadi
tanggungan orang tua, keluarga masyarakat dan pemerintah. Orang tua dan
keluarga memiliki tanggung jawab pertama terhadap kesejahteraan anak karena
keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak untuk
tumbuh dan berkembang.
Meskipun secara konseptual kesejahteraan anak dilindungi undang-undang
namun realitas di masyarakat menunjukkan bahwa tidak semua anak mendapatkan
haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Berbagai masalah sosial dan
ekonomi menjadi sebab anak tidak memperoleh kesejahteraannya.
Para partisipan (keluarga, masyarakat, pemerintah dan anak itu sendiri)
dalam terlaksananya perlindungan anak harus mempunyai pemahaman yang baik
berkaitan dengan masalah anak jalanan agar dapat bersikap dan bertindak secara
tepat dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan penanggulangan anak jalanan. Masalah anak jalanan merupakan
suatu interrelasi antar fenomena sosial, ekonomi, dan budaya. Ini berarti dalam
pengadaan dan pelaksanaan penanggulangan anak jalanan yang baik diperlukan
kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak yang berkompeten. Dengan
kerjasama dan koordinasi yang baik diharapkan akan dapat menghindari
terjadinya penghalangan secara sadar maupun tidak terhadap upaya perlindungan
anak oleh individu, kelompok, dan organisasi baik swasta maupun pemerintah.
Mengingat bahwa fenomen anak jalanan dilihat sebagai suatu hasil
interrelasi dari beberapa permasalahan sosial ekonomi di masyarakat maka
diperlukan sebuah kebijakan penanganan yang integral dan komprehensif. Model
kebijakan penanggulangan anak jalanan yang telah dirumuskan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi usaha penanggulangan anak jalanan oleh pihak-
50 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
pihak yang berkompeten. Dalam mendukung realisasi model perlu adanya usaha
untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang tepat kepada masyarakat
tentang fenomena anak dalam rangka pengembangan citra yang positif mengenai
kepentingan dan kewajiban masyarakat dalam memberikan kesejahteraan terhadap
anak umumnya dan anak jalanan khususnya. Penanggulangan anak jalanan harus
dijamin dengan kebijakan perundangan yang mantap dan tegas sehingga dapat
secara tegas dan kongkrit dilaksanakan.
Terdapat beberapa alternatif “Kesempatan” yang diperlukan anak jalanan :
1. Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan
menyebabkan anak jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak
yang tersingkirkan dan tidak dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan
percaya diri mereka. “Uang” kita dapat dialihkan dengan waktu yang kita
berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap “Penerimaan kita”
tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.
2. Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan
bimbingan belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi
dengan Beasiswa, Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang
telah melewati batas usia sekolah. “Uang” kita dapat kita konversi
menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telah membebaskan uang SPP
untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan pungutan
lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan
dengan mengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-
lainnya.
3. Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta
lingkungan yang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit
penyakit. Pada kondisi sekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang
untuk berobat namun kesadaran akan mahalnya kesehatan sangat rendah
dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubah menjadi
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi
obat-obatan serta subsidi perawatan kesehatan.
51 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
4. Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour
melakukan terobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan
yang cukup umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini
merupakan salah satu obat mujarab terhadap penyakit masyarakat yang
menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini. Bayangkan
jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan
tersebut, mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena
orang tua mereka telah mulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan
seperti semula, orang tua menjadi penopang keluarga
5. Bantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat
marginal tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan
“Uang” dapat kita konversi dengan bantuan pangan dengan mengadakan
Bazaar sembako murah, kembali kita tidak boleh memberikan kepada
mereka secara gratis.
B. ANAK JALANAN DI SURAKARTA
Dalam hal kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo jika dilihat oleh
orang awam, pastilah menganggap mereka hidup dalam keadaan kurang bahagia
dan kekurangan, namun pada kenyataannya, banyak diantara mereka yang tetap
merasa nyaman, dan bahagia dengan segala keterbatasan mereka dari segi
ekonomi, namun mereka mau berjuang untuk hidup, dan mampu bertahan dengan
segala hiruk pikuk perkembangan kota Solo saat ini. Mereka menganggap bahwa
mereka tetap merasa nyaman karena berbagai hal, yakni dari segi Interaksi mereka
merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka
dapat dengan mudah mendapat teman di sini, baik teman sesama pengamen dari
Solo maupun teman pengamen dari daerah lain. Maupun dari cara bermukimnya
yang dirasa aman. Dari segi hubungan sosial mereka nyaman tinggal di Solo
karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai
kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga
yang merasa tidak nyaman karena mempunyai hubungan yang buruk dengan
petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan
52 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
pemerintah belum memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar
menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik. Dari segi cara bermukim,
mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan
separatis, semacam GAM atau yang lainnya.
Anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat
baik itu di daerah tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka
menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang
sampai malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat
disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Mereka cenderung
lebih banyak menghabiskan waktu di jalan, karena mereka merasa jika di jalan
mereka bisa mendapat uang baik dengan bekerja maupun dengan mengamen dan
dapat bertemu dengan orang-orang yang senasib, dan serasa dengan mereka.
Namun terlepas dari semua itu, mereka tetap merasa rumah adalah tempat paling
nyaman untuk beristirahat dan melepas lelah. Kehidupan mereka di jalan tidak
lantas menyebabkan mereka menjadi orang yang sama sekali lupa dengan rumah.
Anak jalanan mempunyai interaksi yang cukup baik dengan
lingkungan, hal ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun
teman sekomunitasnya walaupun itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih
lanjut maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Pada
umumnya mereka tinggal dalam satu kompleks permukiman yang hampir
berdekatan dan kondisi ekonomi penduduk di permukiman tempat mereka tinggal
juga rata-rata hampir sama. Anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan
lingkungan rumahnya meskipun dia lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan.
Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan
mereka. Selain mengamen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah
mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar
membantu orang tua. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata
mereka berada di luar selama sekitar 8 sampai 12 jam. Sedangkan, untuk kegiatan
sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam kegiatan sosial tergantung
pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka
53 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
yang sudah paham dan sadar, mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan
tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil
atau karena masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya
pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.
Pada umumnya anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan
sebenarnya tidak membuat satu komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas
tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan
anak dengan profesi yang sama dengan seringnya mereka berkumpul pada lampu
merah atau spot-spot tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak
terkomunitaskan dan merasa sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu
terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan
anggota dari yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan
memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah
satunya adalah KAPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena
pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan hanya sebatas
“ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan
merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu untuk kegiatan yang diberi
KAPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota
maupun yang belum menjadi anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPAS
semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama. Dengan keikutsertaan
mereka dengan KAPAS membuat mereka memiliki jaringan yang lebih luas, baik
dalam hal peluang pekerjaan maupun dalam hal pergaulan, yang tidak hanya
melulu dengan orang-orang yang bisa dibilang senasib dengan mereka.
Anak jalanan berasal dari warga asli yang ekonominya pas – pas an dan
juga warga pendatang dari daerah lain. Meskipun dari segi ekonomi mereka
kekurangan, kesan mereka terhadap Solo hampir seragam yaitu Solo semakin
nyaman dan aman untuk ditinggali karena adanya pembenahan di berbagai
tempat. Mayoritas mereka tinggal di Solo sejak kecil (warga pendatang) dan
mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.
Mereka lumayan peka terhadap perkembangan Solo dari awal sampai sekarang.
54 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah
menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri
lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu
memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan
adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada
mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi
kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai
potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.
Karena intensitas mereka berada di jalan yang lebih banyak, mereka
memiliki pandangan tersendiri tentang Solo, baik dalam hal citra kota, maupun
perkembangan pembangunan yang ada, diantara mereka ada yang memiliki
kepekaan lebih terhadap kota Solo, walaupun kehidupan kota cenderung
menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum marginal
seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak
mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan,
namun ada juga yang bersikap biasa saja dengan perkembangan kota Solo.
Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota
maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di
lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan
komunitas lainnya).
Dalam hal pemahaman mengenai konsep kepemilikan akan tanah
sebagai tempat tinggal, karena kebanyakan dari mereka, tinggal di rumah yang
berada pada lahan pemerintah, mereka memang tahu dan siap dengan segala
resiko yang ada, karena tinggal di atas tanah pemerintah, yakni mereka siap jika
suatu saat digusur. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah
seharian melakukan aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di
jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya
55 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
sebagai tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup
dengan pendapatan hari itu.
Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang
seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara – acara yang
sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti
Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat bahwa sektor budaya yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri
sektor ekonomi juga sedang mulai merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt
mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota
Solo, Bapak Jokowi.
56 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
BAB IV
KESIMPULAN
Meskipun mereka berprofesi sebagai anak jalanan, tapi kondisi itu tidak
serta merta membuat mereka menghabiskan seluruh hidupnya di jalanan. Mereka
masih mengenal apa itu rumah dan masih menemukan kenyamanan di dalamnya
meskipun rumah mereka berada pada lahan pemerintah. Mereka menjadikan
rumah sebagai tempat menyandarkan penat setelah seharian berkutat dengan
jalanan kota. Memang waktu mereka dirumah sangat sedikit tetapi para anak
jalanan itu masih mengenal lingkungan mereka.
Karena intensitas mereka berada di jalan yang lebih banyak, mereka
memiliki pandangan tersendiri tentang perkembangan pembangunan di Solo. Solo
yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah
menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri
lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu
memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan
adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada
mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas
membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi
kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai
potensi dan kritis terhadap perkembangan kota. Disamping itu ada juga anak
jalanan yang merasa tidak nyaman dengan semakin maju dan tertibnya kota Solo
karena mempunyai hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu
dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum
memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa
adanya pendekatan yang baik.
57 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
Seringkali orang awam menganggap bahwa anak jalanan memiliki
komunitas tersediri, tetapi sebenarnya tidak demikian. Para anak jalanan tersebut
menganggap bahwa mereka sama seperti yang lainnya. Pandangan tersebut
muncul akibat seringnya para anak jalanan “mangkal” di spot tertentu. Jangan
berpikir bahwa kegiatan anak jalanan hanya sebatas ngamen. Anak jalanan di
Kota Solo tergabung dalam satu komunitas yang bernama KAPAS. Ada banyak
sekali kegiatan yang diikuti oleh mereka dalam organisasi itu. Walaupun mereka
termasuk kaum marginal, tetapi mereka rasa kepekaan taupun rasa kepedulian
terhadap perkembangan di Kota Solo. Sudut pandang warga asli laki-laki dan
perempuan berbeda satu sama lain jika menyangkut masalah keamanan seiring
dengan berkembangnya Solo, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai
daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan separatis anti pemerintahan,
tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh
dengan kedatangan kaum pendatang, karena mereka maen serobot lahan untuk
mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas.
Pandangan mereka terhadap budaya perkotaan, dalam hal ini kota Solo
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berbeda dengan pandangan
masyarakat lain pada umumnya (komunitas lain). Mereka ternyata lebih peka
terhadap perubahan yang terjadi di kota Solo, walaupun kehidupan kota
cenderung menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum
marginal seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak
mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan.
Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota
maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di
lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan
komunitas lainnya).
58 Sosiologi Perkotaan
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan
2009
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia/anak_jalanan.html
www.google/executive2004.htm
sutrisnomahardika.blogspot.com
UU Kesejahteraan Anak
59 Sosiologi Perkotaan