makalah

84
Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 200 9 BAB I BUDAYA PERKOTAAN A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kehidupan kota dipandang sebagai sebuah kehidupan mewah yang menjanjikan. Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi hal paling menonjol yang membedakan kota dengan desa. Pesatnya perkembangan yang terjadi di kota dibandingkan desa menjadi daya tarik lainnya bagi masyarakat untuk melakukan perpindahan. Masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi meninggalkan daerah asalnya, dengan tujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Namun kenyataan yang terjadi adalah masyarakat urban datang tanpa bermodalkan keahlian atau keterampilan yang memadai. Mereka tidak sanggup dan siap bersaing dengan masyarakat perkotaan. Tidak adanya pengendalian yang nyata, membuat arus urbanisasi tidak terkendali. Perpindahan yang terus menerus ini pada akhirnya menjadi masalah perkotaan. Masalah yang ditimbulkan kaum urban pertama kali adalah meningkatnya angka pengangguran. Masyarakat pedesaan terus berdatangan ke kota dengan 1 Sosiologi Perkotaan

Transcript of makalah

Page 1: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

BAB I

BUDAYA PERKOTAAN

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kehidupan kota dipandang sebagai sebuah kehidupan mewah yang

menjanjikan. Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi hal paling menonjol

yang membedakan kota dengan desa. Pesatnya perkembangan yang terjadi di

kota dibandingkan desa menjadi daya tarik lainnya bagi masyarakat untuk

melakukan perpindahan. Masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi

meninggalkan daerah asalnya, dengan tujuan untuk mencapai taraf hidup

yang lebih baik. Namun kenyataan yang terjadi adalah masyarakat urban

datang tanpa bermodalkan keahlian atau keterampilan yang memadai. Mereka

tidak sanggup dan siap bersaing dengan masyarakat perkotaan. Tidak adanya

pengendalian yang nyata, membuat arus urbanisasi tidak terkendali.

Perpindahan yang terus menerus ini pada akhirnya menjadi masalah

perkotaan.

Masalah yang ditimbulkan kaum urban pertama kali adalah

meningkatnya angka pengangguran. Masyarakat pedesaan terus berdatangan

ke kota dengan tidak diimbangi bertambahnya kesempatan kerja. Jumlah

lapangan pekerjaan jauh lebih kecil dibanding jumlah tenaga kerja yang

tersedia. Lapangan pekerjaan yang terbatas pun menuntut standar pendidikan

dan keahlian yang tinggi sehingga hanya sumber daya manusia yang

berkualitas yang mampu mendapatkannya. Masalah pengangguran ini

kemudian menjadi akar pada kompleksnya permasalahan perkotaan.

Kaum urban menyebabkan pertambahan penduduk di kota.

Kepadatan penduduk yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan

bertambahluasnya wilayah perkotaan. Akibatnya, ruang untuk tempat tinggal

menjadi berkurang. Tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia

1 Sosiologi Perkotaan

Page 2: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

yang harus dipenuhi. Masyarakat urban akan melakukan berbagai cara untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun karena terkendala pada permasalahan

ekonomi, maka jalan keluar yang diambil seringkali melanggar peraturan

yang ada. Masyarakat urban yang terpinggirkan akan mendirikan tempat

tinggal di daerah yang tidak seharusnya dipakai sebagai permukiman.

Permukiman ilegal berkembang pesat seiring tidak terkendalinya

arus urbanisasi. Semakin lama, kawasan tersebut menjadi padat dan

mengalami degradasi mutu lingkungan yang memberikan timbal balik secara

langsung terhadap kehidupan manusia. Munculnya permukiman kumuh di

suatu titik akan merambah ke titik lain, menyebabkan semakin rendahnya

kualitas hidup yang mencerminkan rendahnya tingkat pendidikan dan

ekonomi, dan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang tinggal

disana. Mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan relokasi

dengan harapan dapat mengembalikan fungsi semula dan menghasilkan nilai

ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat setempat. Pembangunan

perumahan vertikal juga mulai dilirk dengan harapan bisa menjadi solusi

untuk mengurangi kawasan permukiman ilegal yang semakin merajalela.

Kedatangan kaum urban di perkotaan juga memberikan pengaruh

pada kehidupan sosial masyarakat. Setiap masyarakat urban yang datang ke

kota pasti membawa budaya atau ciri khas dari daerahnya. Sebagian

pendatang mampu beradaptasi bahkan sampai menghilangkan budaya dari

daerah asal karena terpengaruh budaya kota. Namun sebagian lainnya mampu

mempertahankan jati diri sehingga membentuk kelompok tersendiri dalam

masyarakat. Kelompok masyarakat urban ini hanya satu dari banyak

kelompok yang ada dalam lingkungan perkotaan.

Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang memiliki keragaman

dalam elemen masyarakatnya. Masyarakat kota Surakarta memiliki

karakteristik masing-masing yang pengaruhnya pada berbeda satu sama lain.

Ciri khas yang terdapat tiap karakter dan pengaruhnya terhadap kehidupan

masyarakat, menjadi daya tarik tersendiri untuk mempelajari budaya

perkotaan.

2 Sosiologi Perkotaan

Page 3: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Melihat kompleksnya permasalahan sebuah wilayah perkotaan

dengan berbagai elemen yang ada di dalamnya, maka memberikan tantangan

bagi perencana untuk merencanakan wilayah perkotaan tersebut agar sebuah

kota mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa menimbulkan konflik

antar elemen yang ada.

2. PERMASALAHAN

1. Bagaimana konsepsi citra kota pada suatu wilayah perkotaan ?

2. Bagaimana konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada suatu

wilayah perkotaan ?

3. Bagaimana konsepsi jarak sosial pada suatu wilayah perkotaan ?

4. Bagaimana konsepsi luas menurut agama pada suatu wilayah perkotaan ?

5. Bagaimana konsepsi penguasaan kota pada suatu wilayah perkotaan ?

6. Bagaimana konsepsi ruang politik dan ruang perkotaan pada suatu

wilayah perkotaan?

3. TUJUAN

1. Memaparkan konsepsi tentang citra kota pada wilayah perkotaan.

2. Memaparkan konsepsi tentang tanah dan kepemilikan tanah pada wilayah

perkotaan.

3. Memaparkan konsepsi tentang jarak sosial pada wilayah perkotaan.

4. Memaparkan konsepsi tentang luas menurut agama pada wilayah

perkotaan.

5. Memaparkan konsepsi tentang penguasaan kota pada wilayah perkotaan.

6. Memaparkan konsepsi tentang ruang politik dan ruang perkotaan pada

wilayah perkotaan.

4. MANFAAT

1. Sebagai bahan acuan untuk merancang wilayah suatu kota.

2. Mengetahui struktur umum kota secara fisik dan non fisik.

3 Sosiologi Perkotaan

Page 4: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

3. Mengetahui karakteristik masyarakat yang membentuk kehidupan

perkotaan, khususnya di Kota Solo.

B. KONSEP PENELITIAN

1. KONSEP TENTANG BUDAYA PERKOTAAN

Konsep tentang Budaya

Budaya adalah hasil cipta karya manusia, yang memiliki arti pikiran atau

akar budi, bersifat abstrak,. Budaya tidak dapat di patenkan karena budaya

tidak mempunyai bentuk yang jelas, kecuali bila suatu budaya dituangkan

menjadi sesuatu bentuk yang jelas maka dapat dipatenkan, yang biasa

disebut kebudayaan.

Konsep tentang Perkotaan

Perkotaan adalah suatu wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk

yang melebihi rata-rata jumlah penduduk. Fungsi wilayah perkotaan tidak

hanya sebagai pusat pemukiman saja, tetapi sebagai pusat pelayanan

pemerintah, pelayanan sosial, pelayanan kesehatan dan ekonomi. Mata

pencaharian yang ada di kota tidak berhubungan dengan alam, seperti

contohnya bekerja pada pemerintahan, kegiatan industri dan lain-lain.

Konsep tentang budaya perkotaan

Budaya perkotaan adalah suatu sistem kehidupan masyarakat yang

mempunyai ciri khas sebagai masyarakat kota yang timbul dari kebiasaan

masyarakat yang ada di kota. Pada suatu kota terdapat bermacam-macam

jenis kebiasaan yang menyatu pada masing-masing bentuk komunitas atau

kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Misal ada komunitas cina yang

berbeda dengan komunitas arab ataupun komunitas keraton.

2. KONSEPSI-KONSEPSI VARIABEL

Konsep citra kota

4 Sosiologi Perkotaan

Page 5: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Citra kota terbentuk dengan sendirinya sesuai perkembangan yang terjadi

disana dan dipengaruhi oleh aktivitas kehidupan kota. Citra kota ada yang

dibentuk oleh pemerintah kota dan ada yang terbentuk karena prilaku

masyarakatnya. Citra kota merupakan suatu ciri khas masing- masing kota

sehingga siapapun orang yang datang kekota itu mendapatkan kesan

tertentu yang akan membekas dalam ingatannya.

Konsep ruang politis

Ruang politis adalah pemahaman yang baru atas statu konsep kedaulatan

rakyat agar konsep ruang politis ini dapat diterapkan pada masyarakat era

globalisasi. Ruang politis mempunyai ciri, yaitu:

1. Partisipasi masyarakat hanya mungkin jika ada komunikasi.

2. Semua partisipan dalam ruang publik memiliki peluang yang sama

dalam mencapai tujuan yang fair dan mampu memberlakukan

mitra komunikasi atau lawan bicaranya sebagai pribadi yang

otonom.

3. Harus ada aturan yang melindungi proses komunikasi dari represi

dan diskriminasi.

Konsep tanah dan konsep kepemilikan tanah

Setiap komunitas memiliki konsep tanah yang berbeda, karena

dipengaruhi oleh perilaku mereka sendiri dan pengaruh dari

kebudayaannya. Ada konsep yang dapat menggambarkan secara jelas

dimana awal dan akhirnya dengan batas-batas yang jelas pula. Konsep

tanah untuk beberapa komunitas memasukkan beberapa kepercayaan dari

agama dan kebiasaan yang turun-temurun. Seperti kepercayaan feng shui

bagi masyarakat cina.

Konsep jarak sosial

Konsep jarak sosial menggambarkan kedekatan antar keluarga inti dan

keluarga besar, lalu keluarga inti tersebut dengan wilayah sekitarnya. Dan

5 Sosiologi Perkotaan

Page 6: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

ada juga masyarakat sekunder. Masyarakat sekunder merupakan

masyarakat yang lebih akrab dengan masyarakat diluar daerah tempat

tinggalnya karena pengaruh waktu. Pengaruh waktu disini merupakan

pengaruh banyaknya waktu yang dihabiskan oleh orang tersebut dalam

kehidupan.

Konsep ruang perkotaan

Adalah perubahan lahan dari suatu desa menjadi daerah suatu perkotaan

yang memerlukan pengembangan lahan yang semakin luas. Sehingga

menjadikan kota tersebut sebagai pusat keramaian.

Konsep penguasa kota

Penguasa kota adalah orang-orang yang mempunyai power terhadap

ruang-ruang yang ada pada suatu kota. power ini bisa berbentuk kekuatan

dalam hal kekayaan, politik, atau orang orang yang menjadi panutan

banyak orang, dan terkadang penguasa bisa merugikan kaum menengah

kebawah yang tidak mempunyai wewenang sama sekali.

Konsep luas menurut agama lebih menggambarkan sesuatu yang kultur

seperti kepercayaan feng shui yang berasal dari cina dan kepercayaan

jawa.

3. KOMUNITAS PERKOTAAN

a. Etnis China

Istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin (abad ketiga

sebelum Masehi) yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu

tahun sampai pada tahun 1913. Bangsa Chin yang merantau dari Cina

ini di Indonesia lalu disebut dengan Cina perantauan. Orang-orang

Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga

mereka bisa diterima dengan baik.

6 Sosiologi Perkotaan

Page 7: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian

membentuk perkampungan yang disebut dengan "Kampung Cina." Di

kota-kota dimana terdapat banyak orang Cina bertempat tinggal,

kampung ini lalu disebut dengan Pecinan. Orang-orang yang tinggal

di Pecinan ini banyak yang menjadi pedagang.

b. Anak Jalanan

Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu

pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan,

namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Pada

perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in the

street atau sering disebut juga children from families of the street.

Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan

ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan

keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu:

anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang

ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan

ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan

hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala

ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh

atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki

hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau

keluarganya.

Children in the street atau children from the families of the street

adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan

yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di

jalanan.

c. Komunitas Punk

Punk merupakan sub-budaya lahir di London, Inggris yang

merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan

7 Sosiologi Perkotaan

Page 8: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

dari keyakinan ‘we can do it ourselves’. Punk lebih terkenal dari hal

fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan,

seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala

feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots,

rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh,

antikemapanan, antisosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas

rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa

orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai

punker.

d. Masyarakat Kraton

Keraton atau kraton (bahasa Jawa) adalah daerah tempat seorang

penguasa (raja atau ratu) memerintah atau tempat tinggalnya (istana).

Dalam pengertian sehari-hari, keraton sering merujuk pada istana

penguasa di Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata kraton berasal dari kata

dasar ratu yang berarti penguasa. Kata Jawa ratu berkerabat dengan kata

dalam bahasa Melayu; datuk/datu. Masyarakat Keraton pada umumnya

memiliki gelar kebangsawanan.

e. Transportasi

1. Supir adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh pengguna

jasanya untuk mengemudi kendaraan bermotor. Supir dibagi dalam

dua kelompok yaitu supir pribadi yang menjalankan kendaraan

pribadi dan yang kedua adalah supir perusahaan yang bekerja

untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti taksi, bus,

ataupun angkutan barang.

2. Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan

dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia,

berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang

supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Setiap jurusan

dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka.

f. Pedagang Pasar

8 Sosiologi Perkotaan

Page 9: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Pedagang pasar adalah orang yang melakukan perdagangan bertempat

di pusat perdagangaan, memperjualbelikan barang yang tidak

diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan.

Pedagang dapat dikategorikan menjadi:

1. Pedagang grosir, beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen

dan pedagang eceran.

2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk

komoditas langsung ke konsumen. Pemilik toko atau warung

adalah pengecer.

Pedagang pasar mempunyai ciri sosial tersendiri, hampir sama dengan

kalangan pebisnis, yakni kurang memperhatikan kebutuhan sosial di

sekitarnya.

g. Etnis Arab

Etnis arab adalah etnis atau suku yang berasal dari dataran arab yang

memiliki matapencaharian sebagai pedagang ataupun saudagar

sehingga sampai ke Indonesia dengan jalur perdagangan. Indonesia

memiliki keturunan etnis Arab yang cukup besar, hampir di setiap kota

di Indonesia. Perdagangan kain dan parfum adalah sektor paling

menonjol yang sering ditemui di pertokoan-pertokoan daerah kampung

arab.

h. Pemukiman Liar

Pemukiman liar adalah bentuk perumahan yang dibangun pada suatu

tempat yang kurang sesuai untuk prosedur kelayakan sebuah

perumahan. Sebuah pemukiman liar umumnya menempati daerah yang

tidak memiliki izin mendirikan suatu bangunan. Pendirian bangunan ini

dapat menurunkan aspek ketertiban dan keindahan suatu kota. Kesan

kumuh sering timbul dengan seiring perkembangnya pemukiman liar.

9 Sosiologi Perkotaan

Page 10: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

i. Bisnisman

Kalangan bisnisman merupakan salah satu kelompok masyarakat yang

mempunyai profesi tertentu di bidang bisnis maupun kegiatan

perekonomian. Orang-orang bisnis dikenal dengan kegiatan yang sangat

sibuk dengan urusan bisnisnya sehingga kurang memperhatikan

kegiatan maupun kebutuhan sosial di lingkungan sekitarnya. Biasanya

kalangan pebisnis lebih egois dan merupakan masyarakat sekunder,

dalam arti lebih akrab dengan orang-orang di lingkungan pekerjaannya

daripada lingkungan tempat tinggalnya.

3. TEORI BUDAYA PERKOTAAN

Pengertian kota menurut N. Daljoeni mengutip dari Grunfield adalah

sebagai suatu pemukinan dengan kepadatan penduduk yang lebih besar

daripada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencaharian

non agraris dan tata guna lahan yang beraneka ragam , serta dengan

pergedungan yang berdirinya berdekatan. Dari segi fisik, kota adalah suatu

pemukiman dengan perumahan yang relatif rapat dan sarana prasarana

serta fasilitas-fasilitas yang relatif memadai guna memenuhi kebutuhan

penduduknya. Gideon Sjoberg mengadakan usaha penting untuk

mengumpulkan bukti-bukti tentang kota-kota zaman kuno. Ia menemukan

model ideal dari kota sebenarnya. Kota sebenarnya hanya mendekati

semacam standart gabungan. Karakteristik kota kuno itu sebagai pusat

pemerintahan  dan agama, didalamnya berdian kaum elit dan hanya di

tempat kedua menjadi pusat perdagangan. Kelompok-kelompok etis

cenderung membentuk kantong-kantong terpisah. Southall (1973)

mengatakan bahwa gabungan ideal itu mengaburkan banyak variasi-variasi

yang menarik. Southall mengutip sejumlah khasus, seperti Sumeria dan

Dinasti Lama, Meksiko pada zaman Aztec, Damaskus, Kartage, dan Eropa

pada abad pertengahan dan pada zaman renaissance, dimana pedagang-

pedagang itu kaya  dan berkuasa, tidak kotor dan dan bukan golongan

10 Sosiologi Perkotaan

Page 11: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

periferi. Terdapat dua definisi yang dapat digunakan untuk menentukan

apakah kota dapat dikategorikan sebagai mempunyai kebudayaan yang

khas. Definisi yang pertama, dalam arti luas, misalnya yang dikemukakan

E.B. Taylor: “Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di

dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat

oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Seperti dikemukakan oleh

Robert Redfield, komunitas kota lebih berorientasi kepada hal-hal yang

bersifat material dan rasional sehingga hubungan menjadi impersonal dan

sekunder, bukan lagi “relation oriented”. Individu menjadi teratomisasi

dan teranomisasi sehingga masing-masing harus mencari jalannya sendiri-

sendiri untuk tetap hidup. Karena banyaknya dan bervariasinya tuntutan

dalam bertingkah laku dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang

berorientasi pada goal dan pencapaian (achievement), maka gaya hidup

masyarakat kota lebih diarahkan pada penampilan fisik dan kualitas fisik

sehingga tampak civilized. Gejala yang timbul dalam komunitas kota

adalah adanya kecenderungan masyarakat menjadi masyarakat massa

(mass society) dimana individu kehilangan identitas pribadinya. Kota

mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan masyarakat umum

dan bangsa. Karena kota merupakan pusat kekuasaan, ekonomi,

pengetahuan, inovasi, dan peradaban maka kehidupan kota dapat

membawa dan mengarahkan kehidupan masyarakat umum kepada

peningkatan kualitas hidup manusia. Keadaan ini sebanding dengan arti

“sivilitas” yang berarti kualitas tertinggi pada masyarakat manusia.

Sekularisasi mencapai puncaknya dalam masyarakat modern, yang

mempengaruhi hampir semua bidang perilaku, dan meluas ke kalangan

penduduk. Pendekatan kehidupan kota sebagai jaringan sistem yang utuh

memang diperlukan untuk memperoleh pengertian yang jelas dan

mendalam mengenai kondisi dan proses kemajuan dan atau kemunduran

kehidupan serta kebudayaan kota.

11 Sosiologi Perkotaan

Page 12: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Louis Wirth, dengan bertolak dari hasil penelitiannya dan definisinya

tentang kota yang kualitatif, melihat kehidupan kota , dan mengemukakan

bahwa banyak relasi kota menyebabkan tidak memungkinkan terjadinya

kontak-kontak yang lengkap diantara pribadi-pribadi. Masyarakat kota

mempunyai pola-pola budaya dan tingkah laku, lembaga, pranata, serta

struktur sosial yang berbeda dari masyarakat primitif maupun masyarakat

desa. Hal tersebut menyebabkan terjadinya urbanisasi yang semakin

meningkat. Urbanisasi sangat berimplikasi terhadap kegiatan

perekonomian dan banyak menuai konflik di perkotaan. Urbanisasi

seringkali dikaitkan terhadap sikap penduduk dalam lingkungan pedesaan

yang mendapat pengaruh dari kehidupan kota . Urbanisasi ini dapat

menimbulkan lapisan sosial baru yang menjadi beban kota karena

kebanyakan dari mereka yang tidak berhasil hidup layak di kota akan

menjadi gelandangan dan membentuk daerah slum atau daerah hunian liar.

Urbanisasi dapat dipandang dari berbagai aspek yaitu material, teknologi,

spiritual, kesehatan, lingkungan, dan kelembagaan. Hal tersebut

menyebabkan urbanisasi menjadi masalah yang bersifat multidimensi.

Menurut Sarjono Herry Warsono, substansi tentang urbanisasi adalah

proses modernisasi wilayah desa menjadi kota sebagai dampak dari tingkat

kekotaan dalam suatu wilayah. Konsekuensinya adalah perpindahan

penduduk yang disertai dengan aktifitas perekonomiannya baik secara

individu ataupun kelompok yang berasal dari desa kota atau daerah

hinterland lainnya. Sedangkan menurut Prijono Tjiptoherianto, dalam

pengertian sesungguhnya urbanisasi berarti perubahan presentase

penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Meskipun demikian,

masyarakat awam mendefinisikan urbanisasi sebagia perpindahan

penduduk dari desa menuju kota . Padahal perpindahan penduduk dari

desa menuju kota hanya merupakan salah satu penyebab proses urbanisasi.

Disamping penyebab-penyebab lainnya seperti pertumbuhan alamiah

penduduk perkotaan, perluasan wilayah, ataupun perubahan statua wilayah

dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan dan semacamnya.

12 Sosiologi Perkotaan

Page 13: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Kota merupakan mimpi tersendiri bagi masyarakat desa, mereka

mempunyai anggapan bahwa di kota terdapat jaminan kepastian

peningkatan taraf hidup menjadi yang lebih baik.. Pada umumnya mereka

pergi ke kota tanpa membawa bekal ketrampilan kecuali tenaga, ongkos

yang pas-pasan, modal yang minimal, dan wawasan kecerdasan yang jauh

dari harapan. Setibanya di kota, mereka dapati dirinya berada pada situasi

dan kondisi yang berbeda dari pada sewaktu berada di desa. Tidak jarang

mereka tetap menjadi pengangguran, menambah jumlah populasi

masyarakat miskin di kota , menambah tingkat kerawanan, ketidakamanan,

dan kriminalitas di kota . Semakin luasnya pengaruh kehidupan kota atas

kehidupan daerah pedesaan yang berada di sekitarnya, baik positif maupun

negatif. Kemiskinan yang terjadi di perkotaan  didefinisikan sebagai suatu

standart tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan

materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standart

kehidupan pada umumnya yang berlaku dalam masyarakat yang sudah

ditentukan angkanya. Penyeban dari kemiskinan ini dapat dilihat dari segi

mikro, mezzo, dan makro. Kemiskinan dapat bersifat struktural dan

kultural. Kriminalitas di perkotaan sering terjadi dengan dilatarbelakangi

oleh adanya perbedaan budaya yang menciptakan iklim konflik vertikal

(antara masyarakat dengan pemerintah kota ) yang berlangsung secara

berkepanjangan. Tingkat kriminalitas di perkotaan yang tinggi tidak jarang

diakibatkan oleh permasalahan yang sepele dan remeh. Bahkan sekarang

ini, tawuran antar pelajar atau mahasiswa sudah menjadi barang tontonan

yang biasa.

Kehidupan dalam suatu perkotaan cenderung pada individualisme atau

egoisme yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha secara sendiri-

sendiri tanpa terlihat oleh anggota masyarakat lainnya. Setiap individu

memepunyai kebebasan diri untuk melakukan suatu hal seperti apa yang

mereka inginkan. Perkotaan pada umumnya mempunyai tingkatan budaya

yang lebih tinggi karena kretivitas dan dinamika kehidupan kota lebih

13 Sosiologi Perkotaan

Page 14: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

cepat dalam menerima sesuatu yang baru, lebih cepat mengadakan reaksi,

lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Akibat

dari sikap hidup yang individualisme atau egoisme serta pandangan hidup

yang radikal dan dinamis, menyebabkan kota umumnya lebah dalam segi

religi yang menimbulkan tindakan kurang memperhatikan tanggung jawab

sosial.

 Setiap orang yang hidup di kota harus melindungi dirinya sendiri agar

tidak terlalu banyak hubungan yang bersifat pribadi, ia juga harus menjaga

diri terhadap potensi-potensi yang merugikan atau membahayakan dirinya

pribadi dan keluarga, maupun kebudayaannya. Kebanyakan hubungan

orang-orang kota digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu saja. Orang kota memiliki semacam emansipasi atau kebebasan

untuk menghindar dari pengawasan oleh kelompok kecil atas keinginan

dan emosinya. Sehubungan dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Wirth

di atas, maka Claude Fischer mengatakan bahwa kota-kota itu merupakan

tempat-tempat yang subur dimana terdapat sub kultur yang berbeda-beda

dan sehat dapat berkembang baik. Karena itu akan timbul dua proses yang

yang akibatnya berlawanan yakni intensifikasi sub kultur dan difusi

kebudayaan.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi : Surakarta

2. Alasan

a. Banyak komunitas yang tumbuh di kota Surakarta dan masing –

masing komunitas memiliki budaya yang berbeda - beda.

b. Surakarta adalah kota budaya yang menjadi daya tarik

bagi berkumpulnya berbagai komunitas yang ada.

14 Sosiologi Perkotaan

Page 15: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

c. Surakarta sebagai pusat kota yang menjadi tempat

berkembangnya berbagai sektor, baik formal maupun informal

sehingga menjadi daya tarik bagi para pendatang.

d. Masyarakat Surakarta mempunyai cara bersosialisasi

khas.

e. Adanya harmoni kehidupan penduduk Surakarta yang

beragam.

3. Jenis Penelitian

Deskriptif dan Kualitatif yang menggambarkan budaya pekotaan.

4. Populasi

Masyarakat Surakarta (seluruh masyarakat yang masuk dalam komunitas

Surakarta)

5. Sampel

9 komunitas yang telah dipilih yaitu :

a. komunitas pemukiman liar

b. komunitas jalanan (transportasi)

c. komunitas pedagang pasar

d. komunitas etnis Arab

e. komunitas etnis Cina

f. komunitas bussinesman

g. komunitas anak jalanan

h. komunitas Kraton

i. komunitas punk

6. Teknik Sampling

Cara pengambilan sample dengan mencari informan yang memilliki

banyak informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti.

7. Teknik Pengumpulan Data

15 Sosiologi Perkotaan

Page 16: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Kuesioner sebagai interview guide dengan cara mewawancarai secara

mendalam informan yang dibutuhkan.

8. Teknik Pengolahan Data

Dengan model matrix dan tabulasi yang diolah menjadi tabel univarian.

9. Analisis data

Dengan melakukan interpretasi setiap matrix maupun tabel univaran.

16 Sosiologi Perkotaan

Page 17: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

BAB II

HASIL PENELITIAN

A. ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Yayasan yang menaungi para pengamen dan anak jalanan di kota

Surakarta adalah KAPAS ( Keluarga Pengamen Surakarta).

Sampai saat ini, yayasan KAPAS Sekarpace membawahi tiga sektor,

yaitu sektor Panggung (Ledoksari), Nayu, dan Nusukan. Anggota KAPAS

Sekarpace mencapai 162 orang.

Visi

Menjadi pioner dalam menangani masalah pengamen dan anak

jalanan dengan terus meningkatkan kualitas lembaga serta

anggota komunitasnya yang tergabung dalam wadah yang

independen, produktif dan solutif

Misi1. Mengurangi jumlah pengamen dan anak jalanan di kota

Surakarta

2. Menciptakan saluran yang tepat guna bagi para pengamen

dan anak jalanan untuk menjadi pemusik yang handal dan

professional

3. Menciptakan dan memberikan kesempatan alih profesi

yang seluas-luasnya untuk para pengamen dan anak

jalanan demi meningkatkan kesejahteraan mereka.

Di dalam yayasan KAPAS, terdapat organisasi yang mengembangkan

bakat para pengamen dan anak jalanan di atas usia 17 tahun dalam

berbagai bidang seperti musik (band), wiraswasta (laundry, jual pulsa) dan

17 Sosiologi Perkotaan

Page 18: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

olahraga (futsal, badminton) yaitu ROMPI (Rumah Olah Mental Pemuda

Indonesia). Untuk saat ini anggota ROMPI adalah 30 pemuda.

ROMPI adalah yayasan yang ikut menyalurkan dana dari pemerintah

kepada pengamen untuk dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha agar

tidak mengamen lagi. Tapi sekarang ini banyak dana yang disalahgunakan

oleh para pengamen.

Di sektor Nusukan, lima responden kami, yaitu Bayu, Anto, Yossar,

Chandra dan Andi memanfaatkan dana bantuan tersebut untuk latihan

band. Bayu sebagai vokalis, Anto dan Yossar sebagai gitaris, Andi sebagai

bassis dan Chandra sebagai drummer. Band mereka bernama THE

ROMPI. Mereka sudah mampu menciptakan lagu-lagu sendiri dan

kadangkala mendapat job untuk manggung di acara-acara kampus dan

acara sosial seperti di depan PGS dalam rangka mengumpulkan

sumbangan untuk korban bencana alam Gunung Merapi. Band mereka

juga telah mendapatkan tawaran untuk rekaman di Jogja.

Struktur organisasi penyelenggara ROMPI Kota Surakarta

18 Sosiologi Perkotaan

MANAGER PROGRAMWIDODO. SH

MANAGER PROGRAMWIDODO. SH

ANGGOTA ROMPI KOTA SURAKARTAANGGOTA ROMPI KOTA SURAKARTA

BIDANG PEMBINAAN MENTAL DAN SPIRITUAL

LUKMAN ALI POPALIA, S.SOS

BIDANG PEMBINAAN MENTAL DAN SPIRITUAL

LUKMAN ALI POPALIA, S.SOS

BIDANG OLAHRAGA DAN SENI

NANANG HERMAWAN , S.S

BIDANG OLAHRAGA DAN SENI

NANANG HERMAWAN , S.S

BIDANG PELATIHAN DAN KEWIRAUSAHAAN

ALIFUL ADHIM S, Pt

BIDANG PELATIHAN DAN KEWIRAUSAHAAN

ALIFUL ADHIM S, Pt

SEKRETARISIAMAM FANANI

SEKRETARISIAMAM FANANI

BENDAHARAHANIK. K, A.Md

BENDAHARAHANIK. K, A.Md

Page 19: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Kegiatan Kajian dan Latihan Musik

Kajian

11 Mei 2009, ROMPI

19 November 2009, Nayu

3 Desember 2009, Nusukan

17 Desember, Ledoksari

31 Desember 2009, Sangkrah

Latihan Musik

Anto CS

Hari : Sabtu & Selasa

Jam : 19.30 WIB

Tempat : Mata Dewa

Monitoring Usaha

Usaha Keterangan Personil

Laundry 40-50 kg per Hari Halini

Cuci motor Gendingan, ± 75.000 / hari Andri & Tri

Warung Hik 1 Praon, ± 150.000 / hari Yusuf & Arif

Warung Hik 2 Gulon, ± 200.000 /hari Wahyu

Pulsa 1 & 2 Mobile, ± 700.000 Elansa & Hendro

Bengkel Sumber, ± 100.000 /hari Roni

Persiapan :    

Warung Mie Ayam Grand Opening 15-22 November

2009

 

Warung Ayam Goreng    

Jamur    

Cuci Motor    

19 Sosiologi Perkotaan

Page 20: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

No KegiatanMinggu Minggu II Minggu III Minggu IV

KeteranganS S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M

1 Pelatihan Komputer Jam 11.00 dan 14.00

2Bimbingan Mental/Kajian

Ba'da Maghrib

3Monitoring dan Evaluasi Usaha Jam 09.00

4 Futsal Jam 19.00

5 Latihan Musik

3 Group Musik, waktu berbeda

6 Piknik 3 bulan sekali

20 Sosiologi Perkotaan

Page 21: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

B. HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian Komunitas anak jalanankenyamanan TinggalNo Nama Kenyamanan Tinggal

Interaksi Hubungan Sosial Cara Bermukim1 Supri Mudah cari teman mbak, dari Semarang,

Surabaya, gitu mbak.Podho – podho ngamene mbak, enak cara bertamane mbak. Gag ndelok asale mbak. Enak berhubungane. Sak roso

2 Nugiyati Diganggu koncone mbak, kudu kuat dadine.

Dikejar satpol PP mbak, kasar.

3 Bayu Nyaman, banyak temen mbak, udah kaya punya banyak saudara jadinya.

4 Yossar Solo aman mbak, gag enek GAM, ra dioyak – oyak kon nyekel bedhil dadine.

5 Chandra Pergaulan baik mbak, banyak temen disini.

6 Takhim Nyaman mbak, pergaulane nyaman mbak, banyak temen, sering ngobrol nyambung ma temen – temen disini.

7 Andi Nyaman mbak tinggal disini, sama mbak ma yang lain, banyak temen disini.

8 Ari Nyaman, punya banyak teman

21 Sosiologi Perkotaan

Page 22: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Kesimpulan :

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai

berikut :

Interaksi : mereka merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka dapat dengan mudah mendapat teman

di sini, baik teman sesama pengamen dari Solo maupun teman pengamen dari daerah lain.

Hubungan sosial : ada yang merasa nyaman tinggal di Solo karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai

kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga yang merasa tidak nyaman karena mempunyai

hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum

memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik.

Cara bermukim : mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan separatis, semacam GAM atau yang lainnya.

Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan

22 Sosiologi Perkotaan

Page 23: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep Perkotaanno nama Lokasi Tempat Tinggal Frekuensi Keberadaan Di rumah

Apartemen Kompleks Perumahan

Perkampungan Lainnya

1 Supri Perkampungan mbak, di daerah deket pasar itu lho mbak, Doksari RT 4 / RW 7

Keluar dari rumah itu jam dua belasan mbak, terus ngamen sampe jam sembilan sepuluhan mbak

2 Nugiyati Tetangga sama Supri mbak, jadi ya sama rumahnya mbak.

Pulang sekolah terus ngamen mbak, jam dua an, pulange jam sembilan maleman mbak.

3 Bayu Saya tinggal di kampung Sumber mbak, ya daerah deket studio ini mbak, deket Mbonoloyo.

Ngamen dari jam delapan mbak, sampai jam tengah tigaan mbak, itu nek senin sampai kamis, nek hari jumat sampai malem mbak, itu lho kalau di pasar ada jatah buat pengamen, jadi pas hari itu semua ngasih mbak.

4 Yossar Tinggal di Sumber mbak, beda RT ma Bayu ma Anto, saya RT 8 / RW X

Dulu ngamen sampai umur enam belas tahun mbak, sekarang kerja di sablon, nyablon ngunu lho mbak, tapi pas ada pesenan thok kerjane.

5 Chandra Di Bibis Luhur mbak, RT 4 / RW XX.

Dulu pas kerja di batu bara ada jam kerja mbak, tapi sekarang udah gak kerja jadi di rumah.

6 Takhim Tetangga ma Bayu mbak, satu RT, deket kuburan. Rumahnya banyak

Kadang masih ngamen mbak, lha kerjaannya gak tentu, sablonan musiman gitu mbak,

23 Sosiologi Perkotaan

Page 24: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

kijingnya mbak, hahaha. Ruang tamu ada kijing gitu mbak. Dulu bekas makam, tanah pemerintah gitu mbak.

ntar nek ada pesanan ya sampai gak tidur gitu mbak. Tapi pas gak ada pesanan ya di rumah mbak, nganggur, jadi ikut Bayu ngamen gitu mbak.

7 Andi Saya tinggal di Sumber Bakalan mbak, deket Nayu juga mbak. Di RT 6 / RW XI

Dulu kerja di Aceh mbak, sekarang nganggur mbak, makane saya minta mas Aliful nyariin kerja mbak. Sekarang cuma maen ma temen – temen mbak.

8 Ari Omah neng perkampungan, Kadipiro RT 5 RW XI, desa Gambir Sari

Ngamen dua kali seminggu, akehe dolan neng njobo, nonton balapan, nongkrong, muleh subuh

Kesimpulan :

Dari hasil wawancara kami dapat disimpulkan bahwa anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat baik itu di daerah

tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang sampai

malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Namun, ada

juga anak jalanan yang tidak punya kerjaan apa – apa, dan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman – temannya di rumah.

Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan

24 Sosiologi Perkotaan

Page 25: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep Budaya Perkotaan

No Nama Mengenal Tetangga Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial Frekuensi Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial

Ya tidak Selalu Jarang Tidak Pernah Selalu Jarang Tidak Pernah1 Supri Kenal mbak,

tetangga di rumah ma teman kelompok lain juga kenal mbak, lha mas saya juga anak punk, jadi kenal anak punk juga.

Gak pernah mbak, gak tau acaranya apa, tapi saya ikut pengajian sama futsal di KAPPAS mbak.

Acara sosial gak pernah mbak, tapi kalau pengajian saya rutin mbak sejak satu tahun lalu.

2 Nugiyati Kenal, yo cah ngamen og mbak. Melu ngamen neng kene.

Dulu pernah mbak, pernah diajak di TPA saya kaya acara sosial gitu mbak. Gak tau mbak. Saya juga ikut TPA mbak.

Ya itu mbak, diajak TPA saya.

3 Bayu Kenal mbak, masa ma tetanggane gak kenal mbak. Ya ngrumpi – ngrumpi gitu mbak kalau malem, ngumpul

Dulu pernah diajak KAPPAS mbak, pas gunung merapi itu lho, ngamen amal gitu.

Kalau tau ada acara itu terus diajak ya pasti ikut mbak.

25 Sosiologi Perkotaan

Page 26: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

gitu lah mbak. Terus pas gempa di Jogja yang di gerabah – gerabah itu lho mbak, mbantu di situ, nek di rumah ya kerja bakti.

4 Yossar Kenal mbak, tapi jarang ngobrol mbak, gak cocok ma pemuda – pemuda ne.

Jarang mbak. Jarang mbak, gak gitu cocok ma orang – orangnya mbak.

5 Candra Kenal mbak, ya ngobrol gitu mbak pas malem.

Jarang mbak, sekarang sering maen di luar rumah.

Jarang mbak, lha ya gara – gara itu tadi mbak, seringe maen ma temen kampung sebelah.

6 Takhim Kenal mbak nek sama tetangga, tapi sekarang jarang ngobrol, udah gedhe ini

Berpartisipasi pas gunung merapi itu mbak, ngamen ma

Sama kaya Bayu mbak, nek tau ya ikut mbak.

26 Sosiologi Perkotaan

Page 27: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

seringe ma teman luar mbak. Ma pemuda beda RT gitu mbak.

Bayu di PGS, buat disumbangin gitu, terus pas ada gempa ke Jogja jadi relawan gitu, mbantu ketua KAPPAS, di rumahe Pak Widodo mbak. Nek di rumah ya ikut kerja bakti ma karang taruna gitu.

7 Andi Kenal mbak, ya ngobrol – ngobrol gitu mbak.

Ikut kerja bakti di kampung mbak.

Nek ada kerja bakti ikut terus mbak.

8 Ari Kenal mbak, tapi jarang ngobrol, dolane karo wong njobo, tau ngobrol tapi karo konco cedak tog.

Jarang mbak. Jarang ikut begiuan mbak.

27 Sosiologi Perkotaan

Page 28: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Kesimpulan :

Dari paparan hasil wawancara quesioner di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan mempunyai interaksi dengan lingkungan cukup baik, hal

ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun teman sekomunitasnya walau itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih lanjut

maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Di samping itu, untuk kegiatan sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam

kegiatan sosial tergantung pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka yang sudah paham dan sadar,

mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil atau karena

masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.

28 Sosiologi Perkotaan

Page 29: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Hasil Penelitian Komunitas Anak Jalanan

29 Sosiologi Perkotaan

Page 30: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep ruang politisNo Nama Ada Tidaknya Perkumpulan Dalam Komunitas Keikutsertaan Dalam Perkumpulan Anak Jalanan

Ada Tidak Sering Jarang Tidak Ada1 Supri Ora enek i mbak, gur

ngumpul – ngumpul biasa thog og, gak gawe komunitas. Nek KAPPAS ikut kegiatane tapi gak dadi anggotane mbak.

Cuman ngumpul mbak, jadi ya gak dijadwal mbak. Ngumpul ya kaya gini. Nek ada yang ulang tahun ya ngumpul. Gitu – gitu aja mbak. Kalau kegiatan KAPPAS saya ikut mbak.

2 Nugiyati Gak enek mbak. Paling KAPPAS, tapi aku rung melu.

Gur ngumpul bar ngamen mbak, nek kesel leren ngunu.

3 Bayu Ada mbak, saya ikut KAPPAS mbak, udah setahunan saya ikut KAPPAS, ngumpul ma anak – anak ngamen se Surakarta, dulu pernah ikut juga Yamama mbak.

Saya ikut terus acara KAPPAS mbak, dulu yang dari Nusukan yang ikut banyak mbak, tapi lama – lama mlorot jadi Cuma saya ma Anto mbak.

4 Yossar Ada kelompok, tapi saya gak ikut kelompok – kelompok mbak, di KAPPAS gara – gara ngeBand dadi melu anggotane.

Cuma ikut ngebande mbak.

30 Sosiologi Perkotaan

Page 31: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

5 Candra Dulu pernah ikut capcus, gank motor gitu mbak, tapi sekarang gak ikut lahi, Cuma ngeBand ini, jadi anggota KAPPAS deh.

Cuma ngeBand.

6 Takhim Sama Bayu mbak, ikut KAPPAS sektor Nusukan sing ndampingi mas Aliful ini mbak, ikut pertemuan rutinnya.

Nek ada pertemuan selalu ikut mbak, kaya Bayu lah mbak.

7 Andi Ada kelompok mbak, cuma ngumpul ngeBand aja, terus dadi anggota KAPPAS.

Cuma ngumpul ngeBand mbak, kalao training – training gitu gak ikut.

8 Ari Ada mbak, ya kayak KAPPAS terus gank motor.

Saiki jarang balapan goro – goro sering kegaruk, sekali kegaruk motore disita.

Kesimpulan :

Dari pendeskripsian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan sebenarnya tidak membuat satu

komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan anak dengan

profesi yang sama yang seringnya ngumpul pada lampu merah tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak terkomunitaskan dan merasa

sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan anggota dari

31 Sosiologi Perkotaan

Page 32: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah

satunya adalah KAPPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan

hanya sebatas “ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu

untuk kegiatan yang diberi KAPPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota maupun yang belum menjadi

anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPPAS semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama.

32 Sosiologi Perkotaan

Page 33: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Hasil Penelitian Komunitas anak jalanan

33 Sosiologi Perkotaan

Page 34: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep Jarak SosialNo Nama Teman Tinggal Pekerjaan frekuensi Bekerja Dalam sehari

Ada Tidak Bekerja Tidak Bekerja1 Supri Ada mbak, kaya

Fajar sama – sama ngamen mbak, terus Dwi, lulusan SMA 21 tahun

Ngamen ini mbak. Gak bisa ngapa – ngapa og mbak, selain ngamen.

Tadi mbak, jam dua belasan sampai jam sembilan sepuluhan mbak. Ngamen di sini, terus nek gak ada hasil ya kadang muter mbak ke bangjo – bangjo gitu.

2 Nugiyati Ada teman mbak, namane Pita, ngamen disini juga ug mbak. Terus teman rumah mbak, namane Agus umure 17 tahun.

Ngamen disini mbak sama temen – temen.

Pulang sekolah sampai malem mbak.

3 Bayu Ada pak Dodo, juragan Tarup, istrine namane Bu Dodo mbak, eh Bu Dewi dink, anake lima mbak, Slamet, Sodron, Bodeng, Rina ma Nina. Terus ada juga Bu Yeni, bojone

Ngamen dari satu pasar ke pasar lain mbak. Lumayan.

Jam tengah delapanan sampai jam tigaan mbak, tergantung harinya mbak.Kaya tadi udah tak jawab nug mbak.

34 Sosiologi Perkotaan

Page 35: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Pak Agus, duwe telu anak, Wawan, Ria, Fitri

4 Yossar Kenal tapi dikit, Wawan mbak, temen sablon. Mbake i mending tanya ma RT ne ajah mbak, kayak sensus.

Kerja di sablon ma ngamen mbak.

Kerja tergantung pesenan mbak, nek ada pesenan ya nglembur nek gak ada ya nganggur, terus ngamen.

5 Chandra Kenal semua mbak, ada Fajar, istrinya udah mati mbak, anaknya satu, Excel. Terus ada Gesang, temen maen mbak, nganggur.

Dulu kerja di Batu Bara, sekarang nganggur mbak.

Dulu pas di Batu Bara kerja ne jam tujuh sampai jam empat sore mbak. Sekarang nganggur, kadang ngamen, maen ma di rumah thog.

6 Takhim Kenal semua mbak, Pak Parjono, juragan sayur, istrine namane Bu Ginah, anake namane Rina, terus

Sablon musiman mbak, koyo nyablon spanduk rokok anyar, dadi nek enek rokok anyar, saya wis ngerti seg, sakdurunge iklane

Pas ada omset nyablon spanduk dari rokok ya lembur mbak, sampe gak tidur, tapi pas gak ada pesenan ya gak kerja mbak. Gak tentu mbak. Mending ngamen, lumayan buat tambahan.

35 Sosiologi Perkotaan

Page 36: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Suryo, lum nikah.

metu. Karo ngamen karo Bayu.

7 Andi Ada mbak temen rumah, namane Deki, orang kuliahan mbak, terus ada Wawan mbak, juragan maeman cilik gitu, istrine mbak Fitri, anake namane Alpin.

Gak punya kerja mbak, nek ada kerja kasihke saya ya mbak, parkir – parkir gitu juga gak papa mbak. Dulu saya merantau sampai Aceh mbak, terus pulang lagi disini.

Gak kerja mbak, di rumah cuman maen thog. Ngumpul ma temen – temen. Maen sampai malem. ngeBand.

8 Ari Enek mbak, Tahu, Agus, Fajar

Ngamen ini. Pulang pagi, nonton balapan, nongkrong.

No Nama PengenalanTetangga Dekat Tetangga Jauh

1 Supri  Nama : FajarPekarjaan : ngamenNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

Nama : DwiPekarjaan : lulusan SMANama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

2 Nugiyati  Nama : FajarPekarjaan : Ngamen

 Nama : AgusPekarjaan : sekolah

36 Sosiologi Perkotaan

Page 37: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Nama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

Nama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

3 Bayu  Nama : Pak DodoPekarjaan : Juragan TarupNama Suami / istri : Bu DwiJumlah anak : 5Nama anak : Slamet, Sodron, Bodeng, Rina, Nina

 Nama : Mbak YemPekarjaan : Ibu Rumah Tangga Nama Suami / istri : Pak AgusJumlah anak : 3Nama anak : wawan, Ria, Fitri

4 Yossar  Nama : WawanPekarjaan : Tukang SablonNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

 Nama : Pekarjaan : Nama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

5 Chandra  Nama : FajarPekarjaan : pedagangNama Suami / istri : Jumlah anak : 1Nama anak :Excel

 Nama : GesangPekarjaan : nganggurNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

6 Takhim  Nama : Pak ParjonoPekarjaan : Juragan SayurNama Suami / istri : Bu GinahJumlah anak : 1Nama anak : mbak Rina

 Nama : SurypPekarjaan : wiraswastaNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

7 Andi  Nama : DekiPekarjaan : kuliahNama Suami / istri : Jumlah anak :Nama anak :

 Nama : WawanPekarjaan : juragan makananNama Suami / istri : FitriJumlah anak : 1Nama anak : Alpin

8 Ari Nama : AgusPekarjaan : ngamenNama Suami / istri :

Nama : FajarPekarjaan : sekolahNama Suami / istri :

37 Sosiologi Perkotaan

Page 38: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Jumlah anak :Nama anak :

Jumlah anak :Nama anak :

Kesimpulan :

Dari berbagai jawaban di atas dapat disimpilkan bahwa anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan lingkunagn rumahnya meski dia lebih

banyak menghabiskan waktu di jalanan. Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan mereka. Selain

menganen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar

membantu orang tua, namun ada juga yang tidak mempunyai pekerjaan dan juga sudah berhenti mengamen, sehingga hidup mereka masih

bergantung pada orang tunya. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata mereka berada di luar selama delapan jam an.

Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan

38 Sosiologi Perkotaan

Page 39: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep citra KotaNo Nama Warga Asli Warga Pendatang Kesan Terhadap Kota Solo1 Supri   Saya di sini udah agak lama, sejak

umur enam tahun dulu di ajak orang tua sing pindah dari Semarang. Tapi trus bapak sama ibu pindah lagi ke Semarang. Saya disini tinggal sama mas. Mas juga jadi anak punk.

Solo itu tambah bersih, makin aman, makin nyaman. Pembangunane juga tambah maju, kan sekarang ada apartemen, trus ada city walk, sekarang terminal sama pasar jadi rapi. Pokoknya Solo tambah berkembang kok mbak, daripada Semarang, bedane Solo lebih sempit timbang Semarang mbak.

2  Nugiyati  Saya asli Solo mbak, wong saya dari lahir udah di Solo.

  Wah nek sekarang Solo wi tambah rusuh. Lha kan ada banyak pendatang, lha yang pendatang jadi pengamen itu suka bikin rusuh, dan suka ngambil tempat. Kadang malah ada tawuran, apalagi kalau sudah kemasukan anak punk, dulu pernah ada tawuran sampai kakakku yang anak punk sampe masuk rumah sakit.

3  Bayu Saya asli Solo. Dulu orang tua saya juga tinggal di Solo tapi sekarang sudah pisah.

  Wah nek Solo sekarang tambah berkembang banget mbak. Sekarang kan pembangunan banyak banget, Solo jadi tambah bagus, rapi. Dimana-mana ditata, tapi ya itu kalo lagi ngamen jadi tambah sering dikejar-kejar satpol PP.

4  Yossar Saya pendatang, dulu saya tinggal di Aceh, pindah ke Solo tahun 2007 gara-gara Di Aceh nggak aman, disana saya dioyak – oyak kon dadi anggota GAM, ya gara-gara itu saya trus lari ke Solo, orang tua saya kan warga Solo yang dulu ikut transmigrasi ke Aceh.

Solo itu rame, modern tempat hibuarane banyak, lha nek di Aceh nggak ada tempat hiburan saya kan tinggale ning daerah pelosok mbak. Sing isih hutan, daerahe koyo hutan. Tapi nek masalah bebas, luih bebas Aceh, lha kan tempatnya hutan jadi masalah peraturan masih bebas banget.

5  Chandra Saya asli Solo, ya walaupun dulu hidup pindah – pindah,

  Solo tu banyak yang udah dibangun, Jalan yang dulunya rusak parah sekarang sudah diperbaiki.

39 Sosiologi Perkotaan

Page 40: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

tapi masih tetep disolo. sekarang kota Solo tu jadi damai nggak seperti dulu, banyak terjadi kerusuhan.

6  Takhim   Saya warga pendatang, di Solo sejak umur lima tahun, dulu tu ikut orang tua.

Solo itu tambah rapi, taman kotanya banyak yang dibangun,turisnya jadi tambah banyak, trus tempat-tempat yang di pinggiran sungai itu banyak yang direlokasi.

7  Andi Saya asli Solo tapi pernah merantau ke Aceh.

  Solo yo tambah bagus, salurane, tamane, pembangunane, yo menguntungkan pokoke.

8 Ari Asli Solo mbak. Majune lagi saiki pas walikota ne Jokowi, okeh pembangunane terminal, pasar – pasar, sing penak soyo penak sing rapenak tambah rapenak. Tapi yo penak – penak wae lhawong tanah kelahiran.

Kesimpulan :

Menurut pendapat warga pendatang, Solo pada umumnya dirasa sebagai kota yang nyaman, maju dan modern dan merasa lebih nyaman tinggal

di Solo dibanding tinggal di daerah asalnya.

Menurut pendapat warga asli, ada yang berpendapat bahwa Solo merupakan kota yang berkembang menjadi semakin baik, dari segi

pembangunan, dan penataannya dan keamanan pada umumnya semakin baik. Namun ada pendapat warga asli yang merasa dunia jalanan kota

Solo semakin rusuh karena semakin banyaknya jumlah pendatang yang menjadi pengamen seperti mereka. Pendapat ini datang dari anak jalanan

perempuan warga asli. Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat dari sudut pandang warga asli laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain

jika menyangkut masalah keamanan, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan

separatis anti pemerintahan, tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh dengan kedatangan kaum pendatang,

karena mereka maen serobot lahan untuk mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas. Namun secara garis besar, kesan

mereka terhadap Solo berorientasi pada perkembangan Solo yang semakin pesat dan banyak dilakukan pembangunan, penataan, dan perbaikan

40 Sosiologi Perkotaan

Page 41: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

sehingga menjadikan Solo menjadi lebih baik lagi. Perkembangan Solo yang semakin maju itu memberikan secercah harapan bagi para anak

jalanan, mereka berharap dengan adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada mereka, padahal pada

kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas

membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang

sesungguhnya mempunyai potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.

Hasil Penelitian komunitas Anak Jalanan

41 Sosiologi Perkotaan

Page 42: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep Ruang Perkotaan

No Nama Lama Tinggal Di Solo Lokasi Tempat Tinggal Keadaan Tempat TinggalDulu Sekarang

1  Supri Saya di Solo sudah sejak umur enam tahun mbak.

Saya tinggal sama kakak di deket pasar Ledoksari, di RT 4 / RW VII.

Solo dulu itu nggak terlalu ramai, trus juga nggak macet.

Kalau sekarang Solo udah tambah rame dan macet, Pembangunane juga tambah banyak. Kan kalau pembangunane tambah terus, nanti jadi ada pekerjaan buat saya.

2  Nugiyati Saya tinggal di solo udah dari lahir mbak, umur saya aja sekarang udah 13 tahun.

Rumah saya deketnya Supri, tetangga saya itu.

Dulu itu Solo nggak seramai sekarang.

sekarang Solo tambah ramai, konco ku dadi akeh mbak, ora mung konco ngamen, tapi konco sekolah, konco rumah, seneng mbak jadine.

3  Bayu Saya tinggak sejak kecil dulu sama orang tua, tapi terus tinggal sendiri karena mereka cerai mbak.

tinggal di pinggiran kota, daerah Sumber RT 8 / RW XII, bekas makam, tanah pemerintah, nek digusur ya udah siap mbak.

Dulu tu waktu awal tinggal di rumah saya yang sekarang, masih sepi, tetangganya baru satu dua orang, soalnya kan rumah saya itu tanah pemerintah, bekas makam. Dulu Solo sempet rusuh, pas tahun 1998, bakar – bakaran itu lho mbak, pas itu bikin cari kerja jadi susah mbak.

Kalo sekarang Solo sudah padat tambah ramai, banyak mall, banyak dibangun bangunan – bangunan sing duwur.

4  Yossar Saya tinggal di Solo sejak tahun 2007, awalnya ikud pakde, tapi sekarang tinggal sendiri, gak enak mbak numpang.

Saya mbangun rumah di daerah rumahe Bayu tapi beda RT saya RT 7 / RW XII.

Dulu waktu awal pindah kesini Solo udah rame. Kan saya awale dari Aceh yang sepi, lihat Solo langsung kaget, rame banget.

Tapi kalu Sekarang, Solo tambah reme, modern tempat hiburane banyak.

5  Chandra Saya di Solo sejak Saya tinggal sama Dulu Solo itu nggak seramai Sekarang kan, Solo udah banyak

42 Sosiologi Perkotaan

Page 43: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

masih kecil, awale emang pindah-pindah kontrakan.

keluarga di daerah Bibis Luhur di RT 4 / RW XXII

dan semaju sekarang. mbangun, perbaikan jalan, mbangun taman.

6  Takhim Saya di Solo dari tahun 1993.

Rumah saya di Nayu RT 8 / RW XII. Dulu itu bekas makam.

Dulu daerah rumah saya awale banyak sawah.

 Sekarang sudah padat. Malah sekarang udah nggak ada sawah.

7  Andi Saya tinggal di Solo sejak kecil, wong saya asli Solo.

Rumah saya belakang itu lhoh, daerah sumber di RT 6 / RW XI.

 Dulu Solo belum bersih, belum rapi, mallnya dikit, dulu kan nggak ada Solo Square, Grand Mall.

Sekarang tambah maju, mallnya banyak, jadi rapi, bersih.

8 Ari Tinggal disini ko kelas 5 SD

Mbien cilikane neng Bibis Luhur, ues padet omah terus pindah Kadipiro, Gambir Sari RT 5 / RW 1

Sepi, sitik mbangune Akeh mbangune pas pak jokowi dadi walikota

Kesimpulan :

Dari jawaban anak jalanan di atas, dapat disimpulkan bahwa mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.

Mereka kebanyakan sudah lama tinggal di Solo, namun ada juga yang pendatang dan baru saja tinggal di Solo, tetapi pada dasarnya mereka

punya pandangan yang hampir sama menegnai perkembangan Solo.

Pendapat mereka Perkembangan Solo dulu dan sekarang hampir sama, Dulu, Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata,

bahkan peristiwa kerusuhan Solo merupakan peristiwa yang cukup mempengaruhi kota Solo dan kehidupan mereka. Sekarang berubah menjadi

kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri lainnya) di berbagai daerah.

43 Sosiologi Perkotaan

Page 44: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Hasil Penelitian komunitas anak Jalanan

44 Sosiologi Perkotaan

Page 45: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Konsep Tanah Dan KepemilikanNo Nama Sejarah Menempati Kota

SoloPemahaman tentang tempat tinggal

Pengaruh Komunitas Terhadap pola bertempat tinggal

1  Supri Saya dari Semarang, dulu dari umur enam tahun diajak orang tuanya pindah ke Solo. Dapat rumah di deket pasar situ, tapi setelah setahun bapak sama ibu balik lagi ke Semarang saya tetep disini sama kakak.

rumah itu tempat berteduh, tempat beristirahat. Pokoknya habis kerja terus pulang kerumah.

Nggak ada pengaruh nya mbak

2  Nugiyati Saya tinggal ikut orang tua dari lahir mbak.

Rumah itu tempatnya ngumpul sama keluarga, melepas lelah, pokonya Rumahku Istanaku.

Nggak mbak, nek waktune pulang aku yo pulang.

3  Bayu Saya tinggal sendiri, soale orang tuaku kan cerai, trus pindah – pindah akhirnya tinggal di lahan bekas makam, ya tanahe pemerintah. Ya meski saya asline punya saudara kembar mbak, rumahnya di tanah resmi, tapi saya gak enak ma gak mau ngrepoti dia mbak. Terus ya udah, saya mbangun di tanah pemerintah ini mbak.

Rumah adalah istana, tempat buat ngumpul keluarga paling nyaman.

Nggak mbak

4  Yossar Tinggal ning kono goro-goro ngerti ana tempat tinggal bekas makam, yo

Nggo turu mbak. Omah yo omah mbak.

Nggak mbak.

45 Sosiologi Perkotaan

Page 46: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

trus melu mbangun ning kono, timbang nunut pakde.

5  Chandra Tinggal karo keluarga, sing golek omah orang tua mbak.

 Rumah ya tempat istirahat, untuk tidur dan nglepas cape.

Nggak mbak.

6  Takhim ning Solo sejak tahun 1993, ini rumah embah og mbak, dulu sekitar sini amsih sawah, gak kaya sekarang banyak rumah gini.

Rumah adalah surga, walaupun pergi kemana – mana tetap inget rumah.

 Nggak, ya emang ada pengamen yang milih nggak pulang tapi nek saya tetep pulang. Kerja ya kerja pas waktu pulang ya pulang.

7  Andi  Rumahku turun temurun dari mbah-mbahku dulu mbak.

 Rumah nggo istirahat mbak. Nggak, mbak, tetep pulang, kesel yo penak di rumah.

8 Ari Ndisik ngontrak neng Bibis Lor terus mbangun omah ning Kadipiro, awale kuwi omahe wong tuoku tapi goro – goro enek masalah dadi hak milik bulikku.

Tempat beristirahat sementara, tempat berkumpul keluarga mencurahkan kasih sayangnya.

Iya, lha kan balapane bengi – bengi dadi mulihe sog subuh – subuh.

Kesimpulan :

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas anak jalanan tinggal di rumah yang berada pada lahan pemerintah, mereka siap dengan

segala resiko yang ada, yaitu siap jika suatu saat digusur. Karena mereka memang tidak mempunyai cukup uang untuk mendapatkan rumah

resmi atau bahkan membangun rumah layak bagi mereka. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah seharian melakukan

aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya sebagai

tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup dengan pendapatan hari itu

46 Sosiologi Perkotaan

Page 47: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan 2009

Hasil Penelitian komunitas Anak JalananKonsep Penguasa KotaNo Nama Bidang yang Menonjol Di kota Solo Tokoh Penguasa1  Supri faktor seni / budaya, yo pokokmen budayane lah mbak. Nggak ono penguasa mbak.

2  Nugiyati faktor budaya mbak, lha dulu aku pernah diajak putra-putri Solo ikut acara social, lihat keraton, trus ke Balekambang, enak nggo rekreasi.

Nggak ono penguasane, bebas kok.

3  Bayu bidang Ekonomi, soale akeh pembangunan mall, dadi kan ekonomine jadi maju, tapi budayane barang dink mbak.

Penguasa yo walikota Solo, pak Jokowi

4  Yossar Bidang kebudayaan Pak Jokowi.

5  Chandra Sama, bidang kebudayaan, sesuai slogan kan Solo kota budaya.

 Pak Walikota mbak.

6  Takhim bidang kebudayaan, kan di solo ada alun – alun trus banyak acara yang hubungane sama budaya , contohnya sekaten, wayang neng alun - alun.

 Orang yang paling kuasa ya Bapak Walikota Solo, Bapak Jokowi.

7  Andi Sama mbak, budayanya. walikota Solo, pak Jokowi. 8 Ari Budayane, ono akeh, sego liwet, apem, serabi. Pak Jokowi, lha walikota og.

Kesimpulan :

Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara –

acara yang sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat

bahwa sektor budaya yang mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri sektor ekonomi juga sedang mulai

merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota Solo, Bapak Jokowi.

47 Sosiologi Perkotaan

Page 48: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

BAB III

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM

Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak

yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan

dengan keluarganya.

Dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan

mereka dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang

memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya remaja. Dengan

kata lain, secara ideal perkembangan remaja akan optimal apabila mereka bersama

keluarganya. Tentu saja keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang harmonis,

sehingga remaja memperoleh berbagai jenis kebutuhan, seperti kebutuhan fisik-

organis, sosial maupun psiko-sosial.

Adapun karakteristik anak jalanan menurut Yayasan Kesejahteraan Anak

Indonesia adalah:

1. Anak-anak yang berusia 6-21 tahun, terutama usia 6-15 tahun

2. Meninggalkan keluarganya

3. Memiliki kegiatan keseharian tertentu yang rutin

4. Meninggalkan sekolahnya

5. Tinggal di kota

Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street

dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan

kategori, yaitu children in the street atau sering disebut juga children from

families of the street.

48 Sosiologi Perkotaan

Page 49: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan

ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.

Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak

yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah

setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan

tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan

keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang

tidak rutin.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh

atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan

atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

Children in the street atau children from the families of the street adalah

anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang

berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun

kuantitas. Penelitian menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan

berasal dari keluarga tidak mampu. Namun demikian hubungan kemiskinan

dengan perginya anak ke jalan bukanlah hubungan yang sederhana. Diantaranya

terdapat faktor-faktor intermediate seperti harmoni keluarga,kemampuan

pengasuhan anak dan langkanya dukungan keluarga (family support) pada saat

krisis keluarga di rumah.

Hingga saat ini penanganan masalah anak jalanan masih terbatas. Tinjauan

terhadap berbagai kebijakan pemerintah menunjukkan bahwa secara konseptual

penanganan anak jalanan dijamin oleh kebijakan yang ada, namun hasil survei

Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak, menunjukkan hanya

10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan baik yang

dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia, terutama di

perkotaan, penanganan yang serius terhadap masalah anak jalanan merupakan

suatu isu kebijakan yang mendesak. Penanganan tuntas tentunya tidak hanya

49 Sosiologi Perkotaan

Page 50: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

mencakup upaya-upaya yang bersifat rehabilitatif saja, tetapi juga mencakup

usaha yang bersifat pencegahan dan pengembangan.

UU No. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak, menjelaskan bahwa

kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat

menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani,

jasmani maupun sosial. Namun demikian, pemeliharaan kesejahteraan anak belum

dapat dilakukan oleh anak sendiri sehingga tanggung jawab tersebut menjadi

tanggungan orang tua, keluarga masyarakat dan pemerintah. Orang tua dan

keluarga memiliki tanggung jawab pertama terhadap kesejahteraan anak karena

keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak untuk

tumbuh dan berkembang.

Meskipun secara konseptual kesejahteraan anak dilindungi undang-undang

namun realitas di masyarakat menunjukkan bahwa tidak semua anak mendapatkan

haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Berbagai masalah sosial dan

ekonomi menjadi sebab anak tidak memperoleh kesejahteraannya.

Para partisipan (keluarga, masyarakat, pemerintah dan anak itu sendiri)

dalam terlaksananya perlindungan anak harus mempunyai pemahaman yang baik

berkaitan dengan masalah anak jalanan agar dapat bersikap dan bertindak secara

tepat dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan

pelaksanaan penanggulangan anak jalanan. Masalah anak jalanan merupakan

suatu interrelasi antar fenomena sosial, ekonomi, dan budaya. Ini berarti dalam

pengadaan dan pelaksanaan penanggulangan anak jalanan yang baik diperlukan

kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak yang berkompeten. Dengan

kerjasama dan koordinasi yang baik diharapkan akan dapat menghindari

terjadinya penghalangan secara sadar maupun tidak terhadap upaya perlindungan

anak oleh individu, kelompok, dan organisasi baik swasta maupun pemerintah.

Mengingat bahwa fenomen anak jalanan dilihat sebagai suatu hasil

interrelasi dari beberapa permasalahan sosial ekonomi di masyarakat maka

diperlukan sebuah kebijakan penanganan yang integral dan komprehensif. Model

kebijakan penanggulangan anak jalanan yang telah dirumuskan dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan bagi usaha penanggulangan anak jalanan oleh pihak-

50 Sosiologi Perkotaan

Page 51: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

pihak yang berkompeten. Dalam mendukung realisasi model perlu adanya usaha

untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang tepat kepada masyarakat

tentang fenomena anak dalam rangka pengembangan citra yang positif mengenai

kepentingan dan kewajiban masyarakat dalam memberikan kesejahteraan terhadap

anak umumnya dan anak jalanan khususnya. Penanggulangan anak jalanan harus

dijamin dengan kebijakan perundangan yang mantap dan tegas sehingga dapat

secara tegas dan kongkrit dilaksanakan.

Terdapat beberapa alternatif “Kesempatan” yang diperlukan anak jalanan :

1. Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan

menyebabkan anak jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak

yang tersingkirkan dan tidak dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan

percaya diri mereka. “Uang” kita dapat dialihkan dengan waktu yang kita

berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap “Penerimaan kita”

tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.

2. Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan

bimbingan belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi

dengan Beasiswa, Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang

telah melewati batas usia sekolah. “Uang” kita dapat kita konversi

menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telah membebaskan uang SPP

untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan pungutan

lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan

dengan mengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-

lainnya.

3. Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta

lingkungan yang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit

penyakit. Pada kondisi sekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang

untuk berobat namun kesadaran akan mahalnya kesehatan sangat rendah

dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubah menjadi

penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi

obat-obatan serta subsidi perawatan kesehatan.

51 Sosiologi Perkotaan

Page 52: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

4. Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour

melakukan terobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan

yang cukup umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini

merupakan salah satu obat mujarab terhadap penyakit masyarakat yang

menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini. Bayangkan

jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan

tersebut, mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena

orang tua mereka telah mulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan

seperti semula, orang tua menjadi penopang keluarga

5. Bantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat

marginal tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan

“Uang” dapat kita konversi dengan bantuan pangan dengan mengadakan

Bazaar sembako murah, kembali kita tidak boleh memberikan kepada

mereka secara gratis.

B. ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Dalam hal kenyamanan tinggal anak jalanan di Solo jika dilihat oleh

orang awam, pastilah menganggap mereka hidup dalam keadaan kurang bahagia

dan kekurangan, namun pada kenyataannya, banyak diantara mereka yang tetap

merasa nyaman, dan bahagia dengan segala keterbatasan mereka dari segi

ekonomi, namun mereka mau berjuang untuk hidup, dan mampu bertahan dengan

segala hiruk pikuk perkembangan kota Solo saat ini. Mereka menganggap bahwa

mereka tetap merasa nyaman karena berbagai hal, yakni dari segi Interaksi mereka

merasa nyaman tinggal di Solo karena pergaulan yang menyenangkan, mereka

dapat dengan mudah mendapat teman di sini, baik teman sesama pengamen dari

Solo maupun teman pengamen dari daerah lain. Maupun dari cara bermukimnya

yang dirasa aman. Dari segi hubungan sosial mereka nyaman tinggal di Solo

karena merasa mempunyai hubungan sosial yang baik, karena mempunyai

kesamaan profesi baik dan tidak pernah memandang asal usulnya, namun ada juga

yang merasa tidak nyaman karena mempunyai hubungan yang buruk dengan

petugas pemerintah, yaitu dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan

52 Sosiologi Perkotaan

Page 53: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

pemerintah belum memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar

menertibkan tanpa adanya pendekatan yang baik. Dari segi cara bermukim,

mereka nyaman bermukim di Solo karena Solo aman dari semua gerakan

separatis, semacam GAM atau yang lainnya.

Anak jalanan umumnya bertempat tinggal di daerah perkampungan padat

baik itu di daerah tanah pemerintah maupun tanah bersertifikat. Mereka

menghabiskan waktu di rumah rata – rata dua belas jam an, waktu antara siang

sampai malam digunakan untuk mencari rejeki di jalanan, sehingga dapat

disimpulkan mereka di rumah hanya untuk tidur / beristirahat. Mereka cenderung

lebih banyak menghabiskan waktu di jalan, karena mereka merasa jika di jalan

mereka bisa mendapat uang baik dengan bekerja maupun dengan mengamen dan

dapat bertemu dengan orang-orang yang senasib, dan serasa dengan mereka.

Namun terlepas dari semua itu, mereka tetap merasa rumah adalah tempat paling

nyaman untuk beristirahat dan melepas lelah. Kehidupan mereka di jalan tidak

lantas menyebabkan mereka menjadi orang yang sama sekali lupa dengan rumah.

Anak jalanan mempunyai interaksi yang cukup baik dengan

lingkungan, hal ini dapat dilihat bahwa mereka mengenal tetangga atau pun

teman sekomunitasnya walaupun itu hanya sebatas mengenal tanpa interaksi lebih

lanjut maupun mengenal karena sering berinteraksi (sering ngobrol). Pada

umumnya mereka tinggal dalam satu kompleks permukiman yang hampir

berdekatan dan kondisi ekonomi penduduk di permukiman tempat mereka tinggal

juga rata-rata hampir sama. Anak jalanan tetap melakukan interaksi dengan

lingkungan rumahnya meskipun dia lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan.

Hal ini dapat dilihat dengan mengenalnya mereka terhadap tetangga di lingkungan

mereka. Selain mengamen, ada sebagian anak jalanan yang juga sudah

mempunyai pekerjaan sambilan seperti sebagai tukang sablon atau hanya sekedar

membantu orang tua. Frekuensi bekerja mereka tidak tetap, tapi rata – rata

mereka berada di luar selama sekitar 8 sampai 12 jam. Sedangkan, untuk kegiatan

sosial, keikutseratan / keaktifan mereka dalam kegiatan sosial tergantung

pemahaman serta kesadaran mereka tentang kegiatan sosial tersebut. Bagi mereka

53 Sosiologi Perkotaan

Page 54: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

yang sudah paham dan sadar, mereka akan secara aktif mengikuti kegiatan

tersebut, tapi bagi mereka yang belum paham karena faktor usia yang masih kecil

atau karena masih menganggap kegiatan sosial itu tidak penting, keikutsertaannya

pun juga jarang atau malah tidak pernah sama sekali.

Pada umumnya anak – anak yang yang mengais rezeki dari jalanan

sebenarnya tidak membuat satu komunitas pada tempo tertentu, tetapi komunitas

tersebut muncul dari pandangan sekitar yang melihat mereka sebagai kumpulan

anak dengan profesi yang sama dengan seringnya mereka berkumpul pada lampu

merah atau spot-spot tertentu, padahal dari mereka sendiri merasa tidak

terkomunitaskan dan merasa sama saja dengan masyarakat lain. Di samping itu

terdapat yayasan / organisasi yang mendampingi mereka, meski mereka bukan

anggota dari yayasan tersebut, namun yayasan tersebut tetap mendampingi dan

memberikan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka, yayasan tersebut salah

satunya adalah KAPAS. Sebagai komunitas “anak jalanan” yang muncul karena

pandangan masyarakat tersebut kegiatan yang mereka lakukan hanya sebatas

“ngumpul” bersama setelah seharian mengamen di jalanan, itu pun bukan

merupakan aktifitas wajib untuk mereka, sementara itu untuk kegiatan yang diberi

KAPAS, boleh diikuti oleh semua anak jalanan baik yang sudah menjadi anggota

maupun yang belum menjadi anggota, banyak yang mengikuti kegiatan KAPAS

semisal pengajian, futsal ataupun latihan band bersama. Dengan keikutsertaan

mereka dengan KAPAS membuat mereka memiliki jaringan yang lebih luas, baik

dalam hal peluang pekerjaan maupun dalam hal pergaulan, yang tidak hanya

melulu dengan orang-orang yang bisa dibilang senasib dengan mereka.

Anak jalanan berasal dari warga asli yang ekonominya pas – pas an dan

juga warga pendatang dari daerah lain. Meskipun dari segi ekonomi mereka

kekurangan, kesan mereka terhadap Solo hampir seragam yaitu Solo semakin

nyaman dan aman untuk ditinggali karena adanya pembenahan di berbagai

tempat. Mayoritas mereka tinggal di Solo sejak kecil (warga pendatang) dan

mereka tinggal di perkampungan padat yang mayoritas berada di pinggiran Solo.

Mereka lumayan peka terhadap perkembangan Solo dari awal sampai sekarang.

54 Sosiologi Perkotaan

Page 55: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Solo yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah

menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri

lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu

memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan

adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada

mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah

tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas

membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi

kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai

potensi dan kritis terhadap perkembangan kota.

Karena intensitas mereka berada di jalan yang lebih banyak, mereka

memiliki pandangan tersendiri tentang Solo, baik dalam hal citra kota, maupun

perkembangan pembangunan yang ada, diantara mereka ada yang memiliki

kepekaan lebih terhadap kota Solo, walaupun kehidupan kota cenderung

menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum marginal

seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak

mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan,

namun ada juga yang bersikap biasa saja dengan perkembangan kota Solo.

Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota

maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di

lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan

komunitas lainnya).

Dalam hal pemahaman mengenai konsep kepemilikan akan tanah

sebagai tempat tinggal, karena kebanyakan dari mereka, tinggal di rumah yang

berada pada lahan pemerintah, mereka memang tahu dan siap dengan segala

resiko yang ada, karena tinggal di atas tanah pemerintah, yakni mereka siap jika

suatu saat digusur. Bagi mereka rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah

seharian melakukan aktifitas di jalanan. Kebiasaan untuk hidup sepenuhnya di

jalanan rupanya tidak berpengaruh untuk mereka, bagi mereka jalanan hanya

55 Sosiologi Perkotaan

Page 56: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

sebagai tempat mencari rezeki, dan kembali ke rumah setelah merasa cukup

dengan pendapatan hari itu.

Menurut mereka bidang yang paling menonjol di Solo adalah bidang

seni budaya, sesuai dengan slogan Solo sebagai Kota Budaya. Acara – acara yang

sering diadakan di Solo pun menurut mereka berorientasi terhadap budaya, seperti

Sekaten, kirab, dll, sehingga mereka berpendapat bahwa sektor budaya yang

mempengaruhi semua sektor kehidupan di Solo, meski sekarang tak dipungkiri

sektor ekonomi juga sedang mulai merangkak naik di Solo. Sementara itu, menurt

mereka, orang yang paling menonjol dan berkuasa di Solo adalah walikota

Solo, Bapak Jokowi.

56 Sosiologi Perkotaan

Page 57: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

BAB IV

KESIMPULAN

Meskipun mereka berprofesi sebagai anak jalanan, tapi kondisi itu tidak

serta merta membuat mereka menghabiskan seluruh hidupnya di jalanan. Mereka

masih mengenal apa itu rumah dan masih menemukan kenyamanan di dalamnya

meskipun rumah mereka berada pada lahan pemerintah. Mereka menjadikan

rumah sebagai tempat menyandarkan penat setelah seharian berkutat dengan

jalanan kota. Memang waktu mereka dirumah sangat sedikit tetapi para anak

jalanan itu masih mengenal lingkungan mereka.

Karena intensitas mereka berada di jalan yang lebih banyak, mereka

memiliki pandangan tersendiri tentang perkembangan pembangunan di Solo. Solo

yang awalnya masih sepi, belum padat dan kurang tertata sekarang berubah

menjadi kota padat penduduk dengan banyak pembangunan (mall dan industri

lainnya) di berbagai daerah. Perkembangan Solo yang semakin maju itu

memberikan secercah harapan bagi para anak jalanan, mereka berharap dengan

adanya pembangunan di sana – sini dapat memberi peluang pekerjaan kepada

mereka, padahal pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan pemerintah

tersebut tidak “menjawab” harapan para anak jalanan. Mereka hanya sebatas

membangun dan sekedar memberi tempat bagi kaum atas tanpa ada tempat bagi

kaum marginal seperti komunitas anak jalanan yang sesungguhnya mempunyai

potensi dan kritis terhadap perkembangan kota. Disamping itu ada juga anak

jalanan yang merasa tidak nyaman dengan semakin maju dan tertibnya kota Solo

karena mempunyai hubungan yang buruk dengan petugas pemerintah, yaitu

dikejar – kejar oleh para satpol PP, hal ini menunjukkan pemerintah belum

memahami pembinaan yang baik, mereka hanya sekedar menertibkan tanpa

adanya pendekatan yang baik.

57 Sosiologi Perkotaan

Page 58: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

Seringkali orang awam menganggap bahwa anak jalanan memiliki

komunitas tersediri, tetapi sebenarnya tidak demikian. Para anak jalanan tersebut

menganggap bahwa mereka sama seperti yang lainnya. Pandangan tersebut

muncul akibat seringnya para anak jalanan “mangkal” di spot tertentu. Jangan

berpikir bahwa kegiatan anak jalanan hanya sebatas ngamen. Anak jalanan di

Kota Solo tergabung dalam satu komunitas yang bernama KAPAS. Ada banyak

sekali kegiatan yang diikuti oleh mereka dalam organisasi itu. Walaupun mereka

termasuk kaum marginal, tetapi mereka rasa kepekaan taupun rasa kepedulian

terhadap perkembangan di Kota Solo. Sudut pandang warga asli laki-laki dan

perempuan berbeda satu sama lain jika menyangkut masalah keamanan seiring

dengan berkembangnya Solo, untuk warga pendatang menganggap Solo sebagai

daerah yang aman, karena Solo bebas dari gerakan separatis anti pemerintahan,

tapi untuk warga asli bergender perempuan menganggap Solo semakin rusuh

dengan kedatangan kaum pendatang, karena mereka maen serobot lahan untuk

mencari nafkah, bahkan kadang terjadi tawuran antar komunitas.

Pandangan mereka terhadap budaya perkotaan, dalam hal ini kota Solo

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berbeda dengan pandangan

masyarakat lain pada umumnya (komunitas lain). Mereka ternyata lebih peka

terhadap perubahan yang terjadi di kota Solo, walaupun kehidupan kota

cenderung menyisihkan mereka dan cenderung tidak memberi tempat bagi kaum

marginal seperti komunitas anak jalanan, namun hal yang demikian ternyata tidak

mempengaruhi sudut pandang mereka dalam melihat Solo secara keseluruhan.

Mayoritas anak jalanan yang kami jadikan responden baik dari dalam kota

maupun luar kota, cenderung nyaman berada di Solo, karena interaksi sosial di

lingkungan sekitar mereka baik (baik antar anak jalanan maupun dengan

komunitas lainnya).

58 Sosiologi Perkotaan

Page 59: makalah

Budaya Perkotaan Komunitas Anak Jalanan

2009

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia/anak_jalanan.html

www.google/executive2004.htm

sutrisnomahardika.blogspot.com

UU Kesejahteraan Anak

59 Sosiologi Perkotaan